Sikap Tubuh Saat Bekerja

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Ergonomi Industri

Dosen MK : Dr. Masyita Muis, MS

SIKAP TUBUH DALAM BEKERJA

OLEH

NAMA : MULIADI RAIS


NIM : K 012181098

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa
karena atas Rahmat, karunia dan Taufik-Nya makalah dengan tema Sikap
tubuh dalam bekerja dapat diselesaikan dengan baik. Terima Kasih kepada Ibu
Dr. Syamsiar S. Ruseng, MS selaku dosen Mata Kuliah Ergonomi Industri
yang telah memberikan tugas ini kepada kami agar kami dapat lebih memahami
tentang Sikap sikap tubuh yang benar dalam bekerja.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami pun menyadari makalah ini
masih banyak kekurangan didalamnya, sehingga saran dan kritikan yang positif
sangat di harapkan demi penyempurnaan makalah kedepannya, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Demikian yang dapat kami sampaikan,Semoga makalah sederhana ini
dapat berguna bagi pembaca dan mudah – mudahan segala urusan dan upaya
kami tidak sia – sia.
Amin Ya Rabbal Alamin

Makassar, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Sikap Tubuh ............................................................................. 3
2.2 Macam macam sikap tubuh dalam bekerja ............................................... 4
2.2.1 Sikap Posisi tubuh dalam bekerja ...................................................... 5
2.2.2 Sikap Tubuh dengan Posisi yang lain ................................................. 9
2.3 Sikap tubuh yang baik saat bekerja ........................................................... 10
2.4 Dampak Kesalahan dalam Posisi Tubuh saat Bekerja ............................... 12
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ergonomi Adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik
dalam beraktifitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan, dan
keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu
kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik.
Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan
produktifitas berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem
kerja selamat, sehat, aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja
sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya
manusia mampu berproduksi lebih optimal selama umur produktifnya tanpa
harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya (Adiputera, 2004).
Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu diperhatikan, jika
sikap kerja bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan
dan cedera pada otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut akan banyak terjadi
pergerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros
energi yang menimbulkan strain dan cedera otot (Adiputera, 2004).
Sikap kerja saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu
dibutuhkan sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal.
Sikap kerja adalah posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat
berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja.
Dengan semakin berkembangnya industri saat ini dimana sebagian
besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual
material handling, dengan kata lain manusia lebih banyak melakukan pekerjaan
secara manual dalam melakukan pemindahan barang atau objek ditunjang lagi
dengan posis kerja yang tidak sesuai dengan aspek ergonomis maka hal ini
dapat menyebabkan terjadinya cidera tubuh, sakit, dan cacat.
Masalah dari kegiatan manual material handling dikarenakan postur
tubuh yang salah, repetitif (berulang-ulang), berat, dan durasi yang terkait
dengan pemindahan beban. Salah satu penyebab cedera atau keluhan

1
muskuloskeletal tersebut jika terdapat ketidakesuaian antara tuntutan tugas (task
demand) dan kemampuan pekerja (worker capability), sehingga sistem
muskuloskeletal secara fisik overexerted.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Penyusunan Makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui apa itu sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja?
2. Untuk Mengetahui macam-macam dari sikap tubuh saat bekerja?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana seharusnya sikap tubuh yang baik dalam
bekerja?
4. Untuk Mengetahui dampak dari jika seseorang salah posisi tubuh saat
bekerja?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap Tubuh

Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran
tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam
hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.
Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal
badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan
bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien
atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien
adalah jika :
a. menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang
berbeda, atau
b. membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan, atau
c. terasa nyaman bagi masing-masing orang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha).
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan
juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas
(Tarwaka, 2004).
Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala
sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan
usaha yang dilakukan (Sada dalam Purwanto, 2008).

3
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan
puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008).
Kemudian pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan
seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010).
Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka
bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap
pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita
mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang
maksimal (Anonim, 2010).
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja
kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh
paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang
dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area
kerja adalah 5-10 cm dibawah siku.
Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku
yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar
dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada
wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95
cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.

2.2 Macam-macam Sikap Tubuh saat Bekerja


Di dalam ergonomi sikap tubuh atau posisi kerja sangan diatur dan memiliki
beberapa persyaratan yang harus dilaksanakan yaitu :
a. Untuk pekerja yang duduk, posisi badan harus terasa nyaman selama
melaksanakan pekerjaan. Selain itu psikologis juga harus diperhatikan
agar tidak mengalami gangguan.
b. Untuk pekerja yang berdiri, posisi badan harus benar dengan tulang
punggungyang lurusdan bobot badan terbagi pada kedua tungkai (antara
tungkai kanan dan kiri keduanya menjadi tumpuan bukan hanya salah
satu).
Dalam penerapan sikap tubuh atau posisi tubuh dalam bekerja
diperlukan juga adanya keseimbangan antara penunjang kerja atau alat kerja
baik dari segi bentuk, ukuran dan susunan.

4
2.2.1 Sikap Posisi tubuh dalam bekerja
Secara Umum posisi tubuh atau sikap tubuh yang paling banyak
digunakan dalam bekerja terdiri dari 3 Yaitu :
1. Kerja dengan Posisi Duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan
atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis
punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.Posisi duduk pada otot
rangka (musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang
harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan
cepat lelah (Santoso, 2004).
Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat
dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan
posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140%
bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi
190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena
itu perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto
dalam Santoso, 2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh
buruk terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk
dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung
dimana otot-otot punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi
pernafasan.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan tumpuan berat badan pada kaki.
2. Memungkinkan tubuh menghindari sikap yang tidak alamiah.
3. Kurangnya penggunaan energi sehingga bisa mengurangi atau
memperlambat terjadinya kelelahan.
4. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
5. Memberikan kestabilan lebih besar pada pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan ketepatan dan ketelitian.
6. Memungkinkan pengoperasian alat kendali kaki dengan lebih
mudah, tepat dan aman dalam posisi tubuh yang tetap baik.

5
Namun, Selain keuntungannya, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat
menimbulkan kerugian/ masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis.
Kerugian tersebut antara lain :
1. Melembeknya otot – otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada
sistem pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.
Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas
otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong
kedepan. Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu
perubahan dalam suatu lekukan tulang belakang pada saat duduk. Suatu
keletihan pada pinggul sekitar 90o tidak akan dicapai hanya dengan rotasi
dari tulang pada sambungan paha.
Urat-urat lutut dan otot gluteal pada bagian belakang paha
dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu
rotasi parsial dari pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor atau (sacrum). Hal
tersebut hanya menghasilkan 60o-90o kelebihan putar pinggul dengan
rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan
30o dari rotasi pinggul searah dengan lekukan tulang belakang (lordosis)
dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah
depan (kyphosis).

Gambar 1. Rotasi pinggul (pelvis) pada posisi duduk


(Sumber data : Mandall, 1981)
6
Dua bagian ruas tulang belakang (lumbar) yaitu gambar a dan b
adalah yang paling sering dipengaruhi dan termasuk dalam ”slipped disc
syndrome”. Kliphosis dapat sering terjadi akibat sikap duduk pada saat
membaca dimeja yang terlalu kedepan.
Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian
tulang yang saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana
ada getaran (vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah
sikap duduknya. Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat berpengaruh
bagi ruas tulang-tulang karena meningkatkan difusi nutrisi bagi tulang
tersebut. Oleh karena itu sikap duduk yang benar sangat diharapkan. Hal
ini dapat dicapai dalam situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh
seseorang, dan selanjutnya terjadi perubahan dari kyphosis (lekukan ruas
tulang belakang kearah belakang).
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung
lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang
kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih
tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai
tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan
hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama
duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks
(Wasisto, 2005).

Gambar 2 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang


direkomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al.
(1982, 1984) (kanan). (Sumber : Pheasant, S, 1986)
7
2. Kerja dengan Posisi Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki. Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri
adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang
lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan
mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki
dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran
sepatu yang tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga
tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso,
2004).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan
terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki.
Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak
direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari
ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan
yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi
dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami
kelelahan (Santoso, 2004).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan
pada tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang
diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa
untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku.
Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi
siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah
tinggi siku (Santoso, 2004).

3. Kerja dengan Posisi Membungkuk


Membungkuk adalah posisi tubuh dimana tulang punggung
melengkung ke depan melebihi batas normal yaitu lebih dari 40 derajat.
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja yang telah terbiasa bekerja
dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa
sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok
8
(Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik
adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi
antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko
dalam Suma’mur, 1989).
Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh disanggah oleh tempat
duduk juga konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi
dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk
juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus
memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia
sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.
Cara Membungkuk Yang Benar
 Rentangkan kaki Anda kurang lebih 30 sentimeter
 Luruskan punggung Anda
 Ketika Anda menekukkan lutut, biarkan tulang kemaluan atau pinggul
bergerak mundur
 Biarkan pinggul mengayun melalui kaki, ke bawah dan ke belakang.

2.2.2 Sikap Tubuh dengan Posisi yang Lain


1. Sikap Kerja Almiah
Sikap kerja almiah adalah sikap kerja atau posisi kerja yang sesuai
dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang. Misalnya pada sikap kerja
duduk yang paling baik adalah sedikit lordose pada pinggang dan sedikit
kifose pada punggung. Dengan posisi seperti ini pengaruh buruk pada
tulang belakang terutama pada lumbosacral dapat dikurangi. Hal ini dapat
dicapai dengan penggunaan kursi dengan sandaran pinggang yang sesuai
dengan bentuk anatomis alami tulang belakang.
2. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan
tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan
9
keterbatasan pekerja. Posisi tubuh atau sikap kerja yang tidak alamiah
dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus
dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara
lain :
a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang
dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang
dan lain-lain.
b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan
mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala).
d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang
miring, bongkok).

2.3 Sikap Tubuh yang Baik Saat Bekerja


Masih banyak industri dan berbagai sektor, lebih-lebih sektor informal,
belum menjadikan ergonomi sebagai prioritas dalam merancang lingkungan
kerja. Sebagian bahkan tidak menganggap penting sama sekali. Keberhasilan
maupun kegagalan peran manusia dalam menguasai alat-alat produksi
tergantung pada kemampuannya dan kesanggupannya maupun
keterbatasannya, sehingga untuk memperoleh hasil yang optimal, alat-alat
produksi harus direncanakan dalam konstruksi maupun operasional sesuai
kemampuan dan kesanggupan tenaga kerja. Demikian pula tata ruang kerja,
penempatan alat-alat maupun kondisi ruang kerja, harus memungkinkan
pekerjaan yang nyaman. Penting pula penataan jam kerja yang sesuai dengan
pasang surutnya daya kerja alami (circadian rhythm) tenaga kerja.
Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit
membungkuk. Namun dari sudut tulang lebih baik tegak, agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu dianjurkan memiliki sikap duduk
yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk.
Arah penglihatan untuk pekerjaan yang berdiri adalah 23-37 derajat ke
bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 derajat ke bawah. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat, sehingga tidak mudah
lelah. Posisi leher, tulang belakang, dan bokong tersebut juga perlu diperhatikan
ketika sedang duduk. Posisi tersebut akan menjaga tulang belakang dan
10
berbagai sendi tubuh lainnya agar tetap sehat dan mengurangi risiko radang
sendi di kemudian hari.
Berikut ini langkah-langkah untuk membantu mendapatkan posisi berdiri
yang benar:
● Pastikan berdiri dalam posisi tegap.
● Leher dan kepala lurus dengan tulang belalang, tidak menunduk atau
menengadah.
● Pandangan lurus sejajar tinggi mata.
● Kedua bahu terbuka, sejajar, dan tegap.
● Bokong rata, tidak menonjol ke belakang seperti postur bebek.
● Kedua kaki sedikit terbuka, sejajar dengan bahu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh
dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap
berdiri secara bergantian
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani,
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak
pakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan
sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan
yang dapat menganggu aktivitas.
Dampak penyerasian atau penyesuaian alat-alat kerja dan lingkungan
kerja pada kesanggupan dan kemampuan tenaga kerja, akan menimbulkan
suasana kerja yang nyaman, lebih cepat, lebih teliti, produktivitas meningkat
secara kuantitatif maupun kualitatif.

2.4 Dampak Kesalahan dalam Posisi Tubuh saat Bekerja


Kesalahan posisi tubuh dalam bekerja akan menimbulkan dampak
negatif bagi tubuh kita yaitu Keluhan Muskuloskeletal. Keluhan Muskuloskeletal
adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai
dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan
11
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga
kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders
atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :
a. Keluhan sementara (reversible)
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima
beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila
pembebanan dihentikan.
b. Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,
jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal
pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat
pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang
panjang
Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada
umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban
kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
A. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
keluhan otot skeletal, yaitu :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan
oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga
yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan
menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini
terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui
kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka

12
dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.

2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus -
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat
– angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima
tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh
kesempatan untuk relaksasi.
B. Penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu :
1. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot
tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan
alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri
otot yang menetap.
2. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa
nyeri otot.
3. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan
otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu
lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot.
13
4. Penyebab Kombinasi
Selain faktor – faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli
menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh
juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran
tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam
hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.
Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi
vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau
pengurangan bentuk kurva tulang belakang
Secara Umum Sikap tubuh atau posisi badan dalam bekerja ada tiga
yaitu : kerja dengan posisi duduk, kerja dengan posisi berdiri dan kerja dengan
posisi membungkuk. Sikap kerja yang baik dengan duduk adalah sikap duduk
dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana
otot-otot punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan.
Sedangkan untuk posisi berdiri sikap tubuh yang baik adalah berdiri dalam posisi
tegap, Leher dan kepala lurus dengan tulang belalang, tidak menunduk atau
menengadah, Pandangan lurus sejajar tinggi mata Kedua bahu terbuka, sejajar,
dan tegap, Bokong rata, tidak menonjol ke belakang seperti postur bebek dan
Kedua kaki sedikit terbuka, sejajar dengan bahu.
Kesalahan posisi tubuh dalam bekerja akan menimbulkan dampak
negatif bagi tubuh kita yaitu Keluhan Muskuloskeletal. Keluhan Muskuloskeletal
adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai
dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon

3.2 Saran

Setelah kita mempelajari tentang sikap tubuh dalam bekerja, maka


disarankan Bagi pekerja untuk menginplementasikannya dalam melakukan
pekerjaan agar tidak mengalami dampak neggatif bagi kesehatannya.
Sedangkan bagi penyedia lapangan pekerjaan atau industri kiranya dapat
menfasilitasi pekerja dgn alat alat yang mendukung pekerja untuk bekerja
dengan sikap sikap tubuh yang benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Diana Samara, 2004, Pengaruh Sikap Kerja, Usia, Dan Masa Kerja Terhadap
Keluhan Low Back Pain, Jakarta
Hanif Riningrum, Evi Widowati, Pengaruh Sikap Kerja, Usia, Dan Masa Kerja
Terhadap Keluhan Low Back Pain, Jurnal Pena Medika, Issn : 2086-843x
Lukman, Nurnah Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal.Jakarta : Salemba Medika
Komang Nelly Sundari1, 2011, Sikap Kerja Yang Menimbulkan Keluhan
Muskuloskeletal Dan Meningkatkan Beban Kerja Pada Tukang Bentuk
Keramik, Bali Jurnal Ilmiah Teknik Industri
Tarwaka, 2015, Ergonomi Industri, Surakarta: Harapan pers,.

16

Anda mungkin juga menyukai