PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen pemerintahan yang
sangat penting untuk mencapai kesemakmuran Negara khususnya di negara Islam.
Dizaman Kekhalifahan mempunyai sistem penetapan pemimpin tersendiri sesuai
ajaran-ajaran islam yang tentu telah sesuai kriteria-kriteria pemimpin islam itu
sendiri dan juga mempunyai sitem kepemimpinan yang selalu berpatokan dengan
ajaran islam sendiri.
Di zaman modern ini bentuk pemerintahan dan kepemimpinan di berbagai
negara khususnya negara Islam semakin berkembang selalu mengalami peradaban-
peradaban politik dari zaman-zaman dan tentunya mempunyai perpbedaan dari
zaman khalifah terdahulu. Untuk itu sangat penting untuk mengkaji pemerintahan
negara Islam di zaman sekarang ini. Tujuannya kita sebagai mahasiswa bisa
mengetahui dan memahami gejolak-gejolak politik di negara-negara Islamserta
perbedaan bentuk pemerintahan dan kepemimpinan era kekhalifahan dengan era
modern sekarang.
1
B. PEMBAHASAN
Dalam materi kali ini, kelompok kami akan membahas secara singkat
mengenai Negara muslim di sekitar sistem dan bentuk pemerintahan masing-masing
Negara secara global. Tujuannya untuk melihat betapa beragamnya sistem dan
bentuk pemerintahan di kalangan umat Islam pada zaman modern ini.
A. Turki
Babak ke empat atau perubahan terakhir dari praktek pemerintahan di dunia
Islam terjadi di abad XX yang di pelopori oleh Musthafa Kemal Attaturk di tubuh
kerajaan Turki Usmani. Kerajaan ini ia ubah menjadi pemerintahan berbentuk
republic dan di susun pula konstitusinya pada tahun 1921, dan ditegaskan bahwa
kedaulatan terletak di tangan rakyat. Perubahan ini terjadi atas usul Musthafa Kemal
Attaturk kepada Dewan Nasional Turki (dibentuk tahun 1920) untuk menghapuskan
lembaga kesultanan yang disetujui Dewan di tahun 1922, dan sebagai gantinya di
bentuk republik Turki pada bulan Oktober 1923 dan Musthafa Kemal di pilih sebagai
presidennya yang berkedudukan di kota Ankara. Sebagai imbalan atas penghapusan
lembaga itu, usul golongan islam agar satu artikel ditambahkan dalam konstitusi
yang menyatakan agama resmi Negara Republik Turki adalah Islam, diterima oleh
Dewan. Pada saat itu Khalifah di Istanbul dibiarkan tetap memegang kekuasaan
sucinya.tapi karena kedua penguasa ini, Khalifah dan Presiden saling bersaing dan
sama-sama bersikap sebagai kepala Negara ,maka akhirnya pada tanggal 3 maret
1924 lembaga kekhalifahan pun di hapuskan oleh Dewan Nasional sekaligus
berakhirnya pemerintahan bentuk khilafah di dunia islam.sejak itu Turki menjadi
Negara republic yang murni.1
Tampaknya baik Musthafa Kemal maupun Dewan Nasional belum puas
dengan terobosan itu. Mereka ingin membebaskan Turki dari label agama,untuk itu
di tahun 1928 artikel 2 konstitusi tentang agama Negara di hapuskan, dan tahun 1937
1
Suyuthi Pulungan. 2014. Fiqih Siyasah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hlm 191
2
prinsip secularism dimasukkan ke dalam konstitusi .Dengan perubahan itu,
Konstitusi Turki pasal 1 menyatakan bahwa Negara Turki adalah Negara Republik,
nasionalis, kerakyatan, kenegaraan, sekularisme, dan revolusionis.
Berbagai kebijakan dan keputusan politik Musthafa Kemal yang selalu
didukung oleh Dewan Nasional tersebut bertujuan untuk membawa Republik Turki
menjadi Negara sekuler murni dan Negara Modern yang maju.Musthafa Kemal
dengan pahan sekularismenya, menurut Harun Nasution tidak bermaksud
menghilangkan Islam dari masyarakat Turki,melainkan tujuannya untuk
menghilangkan kekuasaan agama di lapangan politik dan pemerintahan.
B. Mesir.
Bentuk pemerintahan ini adalah republic sejak tahun 1952 dengan nama resmi
Republik Arab Mesir. Sebelumnya, sejak tahun 1952 setelah merdeka dari Inggris,
Mesir adalah Negara yang berbentuk monarki konstitusional. Pada tahun 1952,
pemerintahan monarki dijatuhkan oleh Gamal Abdul Nasser, dan mengubahnya
menjadi Negara republic. Kepala Negara dan pemerintahan adalah presiden dengan
masa jabatan 6 thn .
Konstitusi 1980 menyatakan Republik Arab Mesir adalah Negara demokrasi
dan sosialis.kedaulatan berada di tangan rakyat, dan rakyat adalah sumber kekuasaan
Negara. Semua warga Negara memperoleh status persamaan di depan
hukum,memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang ras, asal
keturunan, agama, atau keyakinan. Ditetapkan pula islam adalah agama Negara,
bahasa Arab adalah bahasa resmi Negara dan prinsip hukum islam menjadi sumber
utama dalam pembuatan dan perumusan undang-undang.2
C. Irak
Negara republic di bagian Barat daya Asia.nama resmi republic Irak, kepala
Negara dan pemerintahan adalah presiden .konstitusi 22 september 1968
menyatakan, republic irak adalah Negara demokrasi rakyat dan Negara berdaulat.
Politik ekonomi Negara didasarkan pada sosialisme. Kekuasaan tertinggi Negara
berada di tangan dewan komando revisioner yang dikepalai oleh presiden, dewan
2
Ibid. Hlm, 193
3
komando ini bertugas membuat dan menetapkan kebijaksanaan umum pemerintah,
mengumumkan undang-undang hingga pemilihan Dewan Nasional.
D. Syiria
Negara republic yang merdeka sejak tahun 1948.nama resmi Republic Arab
Syiria.kepala Negara dan pemerintahan adalah presiden, yang paling berkuasa di
Negara itu. Konstitusi 1973 menyatakan bahwa syiria adalah Negara demokrasi
rakyat sosialis. Presiden di pilih rakyat sekali dalam tujuh tahun.
E. Arab Saudi
Negara ini adalah berbentuk monarki atau kerajaan. Nama resmi Kerajaan
Arab Saudi (Al-mamlakah al-‘arabiyah al-sa’udiyah). Negara kerajaan ini di bentuk
pada tahun 1932 oleh Abdul Aziz Al-Saud,kepala Negara dan pemerintahan adalah
raja.Raja juga berkedudukan sebagai pembuat undang-undang, sebagai pemimpin
politik dan imam atau pemimpin agama. Seorang raja dipilih dari keluarga besar
Saudi. Kerajaan Arab Saudi tidak memiliki konstitusi tertulis. Sistem hukum yang
dipakai adalah syari’at islam yang berlaku bagi setiap orang di wilayah hukum
kerajaan ,artinya baik al-Qur’an maupun produk hukum hasil ijtihad para ulama yang
bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasul merupakan Undang-undang dasar
Kerajaan Arab Saudi,walaupun Arab Saudi Negara monarki dan berhukum kepada
syari’at islam,namun tidak berarti menganut “monarki absolute” dan “monarki
theokrasi”,sebab kekuasaan raja dibatasi oleh syariat itu sendiri dan ia harus tunduk
kepadanya dan di tubuh organisasi kerajaan itu terdapat pula Majelis Syura yang
anggota nya ditunjuk oleh raja.3
F. Jordania
Negara yang memperoleh kemerdekaan penuh dari inggris tahun 1946,
Negara ini juga berbentuk monarki, tapi monarki konstitusi. Nama resmi adalah
Kerajaan Jordania Hasyimiyah yang diperintah oleh seorang raja.menurut konstitusi
1952, raja juga sebagai panglima angkatan bersenjata mengangkat perdana menteri
dan anggota kabinet sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislative
berada pada parlemen yang terdiri dari Senat,Dewan Perwakilan Rakyat dan
Raja.sedangkan yudikatif berada pada berbagai mahkamah yang bebas. Islam adalah
3
Ibid 194
4
agama Negara dan bahasa Arab bahasa resmi.Hukum Islam dijadikan sebagai salah
satu sumber hukum utama dalam pembuat hukum dan Undang-undang.
Negara lain yang mengambil bentuk monarki berkonstitusi adalah
Maroko.undang-undang dasarnya menyatakan bahwa Maroko adalah kerajaan yang
berkonstitusi dan demokratis. Kedaulatan berada di tangan bangsa dan Islam adalah
agama Negara, semua warga Negara berhak menyatakan pendapat.Negara kerajaan
ini menganut sistem banyak partai.Hukum islam hanya berlaku di bidang-bidang
tertentu yaitu perkawinan, pembagian harta warisan dan wakaf menurut madzhab
Maliki.
G. Uni Emirat Arab
Negara ini merdeka pada tahun 1971 dari inggris yang terletak di pantai timur
Semenanjung Arab. Nama resmi adalah Al-Imarah al-‘arabiyah al-Muttahidah.Uni
Emirat Arab adalah negara federasi Islam dari tujuh keemiran. Kepala pemerintahan
dipegang oleh perdana menteri.hukum Islam diberlakukan bagi semua warga
Negara, sistem hukum terdiri dari undang-undang sipil dan hukum syariat islam.
H. Oman
Negara ini disebut kesultanan dengan sistem monarki sejak tahun 1970, nama
resmi adalah Kesultanan Oman (Sulthanah ‘Uman). Diperoleh oleh seorang sultan
yang juga bertindak sebagai menteri luar negeri dan menteri pertahanan. Oman tidak
memiliki konstitusi, lembaga legislative dan partai politik, Undang-undang yang
diberlakukan adalah Syari’at Islam.
I. Pakistan
Negara ini dibentuk pada tanggal 15 Agustus 1947. Kepala Negara dijabat
oleh presiden dan kepala pemerintahan berada di tangan perdana menteri. Kekuasaan
legislative dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan kekuasaan eksekutif oleh
Mahkamah Agung. Konstitusi Negara pada tahun 1973 menyatakan bahwa nama
resmi Negara ini adalah “Republik Islam Pakistan” ,dan tidak akan diundangkannya
suatu undang-undang yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.4
4
Ibid, hlm, 196
5
J. Iran
Negara ini berbentuk republic dengan nama resmi Pepublik Islam Iran yang
disahkan pada tanggal 24 April 1979.Agama resmi adalah Islam menurut paham
Syi’ah.tapi aliran-aliran islam lain dihormati. Demikian pula penganut Kristen,
Yahudidan Zoroaster secara resmi diakui akan hak dan keberadaanya sebagai
kelompok penganut agama minoritas. Urusan politik, ekonomi dan sosial didasarkan
pada konsep spiritual dan etik islam.sedangkan sistem hukum di Negara ini sedang
menjalani proses untuk memberlakukan hukum islam bagi semua aspek kehidupan.
Presiden dipilih oleh rakyat setiap 4 tahun sekali. Presiden adalah kepala
pemerintahan dan pelaksana konstitusi, coordinator lembaga-lembaga eksekutif,
legislative, dan yudikatif, mewakili Negara dalam hubungan dunia
internasional.mengangkat perdana menteri dan kabinet atas persetujuan majelis dan
memimpin siding kabinet.
K. Malaysia
Negara yang memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 30 Agustus
1957 dan menjadi Federation of Malaysia pada tanggal 16 september 1963.Kepala
Negara dijabat oleh seorang raja dengan gelar Sultan Yang Dipertuan Agong,
sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri .kekuasaan
legislative berada di tangan parlemen,terdiri dari Yang Dipertuan Agong, Dewan
Negara atau Senat dan Dewan Rakyat. Konstitusi Kerajaan Federatif Malaysia tahun
1971 menyatakan agama resmi Federasi adalah Islam,konstitusi juga menetapkan
bahwa prinsip-prinip keadilan, persamaan, kebebasan, berserikat dan menyatakan
pendapat bagi semua warga Negara, dan mempunyai hak untuk berkumpul dan
bersrikat serta kebebasan beragama.5
L. Indonesia
Negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dari tangan kaum
colonial oleh seluruh rakyat melalui perjuanga kekuatan, gerakan politik dan
diplomatic serta kekuatan iman. Negara Kesatuan Indonesia mengambil bentuk
pemerintahan Republik. Kepala Negara dan pemerintahan dijabat oleh presiden yang
dipilih 5 tahun sekali. Presiden adalah pemegang kekuasaan eksekutif untuk
5
Ibid, hlm.200
6
melaksanakan amanat UUD 1945, ia bekerja atas mandate MPR, pemegang
kekuasaan legislative.6
Lain halnya dengan sistem Islam, sistem Islam tidak pernah memberikan
kekhususan kepada khalifah atau imam dalam bentuk hak-hak istimewa atau hak-hak
6
Ibid, hlm.202
7
khusus. Khalifah tidak memiliki hak, selain hak yang sama dengan hak rakyat biasa.
Khalifah juga bukan hanya sebuah simbol bagi umat yang menjadi khalifah namun
tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Disamping khalifah juga bukan sebuah simbol
yang berkuasa dan bisa memerintah serta mengendalikan negara beserta rakyatnya
dengan sesuka hatinya. Namun, khalifah adalah wakil umat dalam masalah
pemerintahan dan kekuasaan, yang mereka pilih dan mereka bai’at dengan penuh
ridla agar menerapkan syari’at Allah atas diri mereka. Sehingga khalifah juga tetap
harus terikat dengan hukum-hukum Islam dalam semua tindakan, hukum serta
pelayanannya terhadap kepentingan umat.
Sementara sistem pemerintahan Islam berdiri di atas pilar akidah Islam, serta
hukum-hukum syara’. Dimana kedaulatannya di tangan syara’, bukan di tangan
umat. Dalam hal ini, baik umat maupun khalifah tidak berhak membuat aturan
sendiri. Karena yang berhak membuat aturan adalah Allah SWT. semata. Sedangkan
khalifah hanya memiliki hak untuk mengadopsi hukum-hukum untuk dijadikan
sebagai undang-undang dasar serta perundang-undangan dari kitabullah dan sunah
7
Ibid, hlm.203
8
Rasul-Nya. Begitu pula umat tidak berhak untuk memecat khalifah. Karena yang
berhak memecat khalifah adalah syara’ semata. Akan tetapi, umat tetap berhak
untuk mengangkatnya. Sebab Islam telah menjadikan kekuasaan di tangan umat.
Sehingga umat berhak mengangkat orang yang mereka pilih dan mereka bai’at untuk
menjadi wakil mereka.
8
Misbah. Pemerintahan di Negara-negara Islam Sekitar. (Sumenep: Cahaya Ilahi,1999). 13
9
Kenyataan ini berbeda dengan sistem kekhilafahan. Karena seorang amirul
mukminin(khalifah), sekalipun bertanggungjawab di hadapan umat dan wakil-wakil
mereka, termasuk menerima kritik dan koreksi dari umat serta wakil-wakilnya,
namun umat termasuk para wakilnya tidak berhak untuk memberhentikannya.
Amirul mukminin juga tidak akan diberhentikan kecuali apabila menyimpang dari
hukum syara’ dengan penyimpangan yang menyebabkan harus diberhentikan.
Adapun yang menentukan pemberhentiannya adalah hanya mahkamah madhalim.
Kepemimpinan dalam sistem republik, baik yang menganut presidensil
maupun parlementer, selalu dibatasi dengan masa jabatan tertentu, yang tidak
mungkin bisa melebihi dari masa jabatan tersebut. Sementara di dalam sistem
khilafah, tidak terdapat masa jabatan tertentu. Namun, batasannya hanyalah apakah
masih menerapkan hukum syara’ atau tidak. Karena itu, selama khalifah
melaksanakan hukum syara’, dengan cara menerapkan hukum-hukum Islam kepada
seluruh manusia di dalam pemerintahannya, yang diambil dari kitabullah serta sunah
Rasul-Nya maka dia tetap menjadi khalifah, sekalipun masa jabatannya amat
panjang. Dan apabila dia telah meninggalkan hukum syara’ serta menjauhkan
penerapan hukum-hukum tersebut, maka berakhirlah masa jabatannya, sekalipun
baru sehari semalam. Sehingga tetap wajib diberhentikan.9
Dari pemaparan di atas, maka nampak jelas perbedaan yang sedemikian jauh
antara sistem kekhilafahan dengan sistem republik, antara presiden dalam sistem
republik dengan khalifah dalam sistem Islam. Karena itu, sama sekali tidak
diperbolehkan untuk mengatakan bahwa sistem pemerintahan Islam adalah sistem
republik, atau mengeluarkan statemen: “Republik Islam”. Sebab, terdapat perbedaan
yang sedemikian besar antara kedua sistem tersebut pada aspek asas yang menjadi
dasar tegaknya kedua sistem tersebut, serta adanya perbedaan di antara keduanya
baik dari segi bentuk maupun substansi-substansi masalah berikutnya.
9
Ibid, hlm.15
10
pusat, dalam masalah pemerintahan– tidak sama dengan wilayah yang diperintah
dengan sistem kekaisaran. Bahkan, berbeda jauh dengan sistem kekaisaran, sebab
sistem ini tidak menganggap sama antara ras satu dengan yang lain dalam hal
pemberlakuan hukum di dalam wilayah kekaisaran. Dimana sistem ini telah
memberikan keistimewaan dalam bidang pemerintahan, keuangan dan ekonomi di
wilayah pusat.
10
Ibid, hlm.17
11
fuyum ketika ibu kota Islam berada di Kaero. Harta kekayaan seluruh wilayah
negera Islam dianggap satu. Begitu pula anggaran belanjanya akan diberikan secara
sama untuk kepentingan seluruh rakyat, tanpa melihat daerahnya. Kalau seandainya
ada wilayah telah mengumpulkan pajak, sementara kebutuhannya kecil, maka
wilayah tersebut akan diberi sesuai dengan tingkat kebutuhannya, bukan berdasarkan
hasil pengumpulan hartanya. Kalau seandainya ada wilayah, yang pendapatan
daerahnya tidak bisa mencukupi kebutuhannya, maka negara Islam tidak akan
mempertimbangkannya. Tetapi, wilayah tersebut tetap akan diberi anggaran belanja
dari anggaran belanja secara umum, sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Baik
pajaknya cukup untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Sistem pemerintahan Islam juga tidak berbentuk federasi, melainkan
berbentuk kesatuan. Karena itu, sistem pemerintahan Islam adalah sistem yang
berbeda sama sekali dengan sistem-sistem yang telah populer lainnya saat ini. Baik
dari aspek landasannya maupun substansi-substansinya. Sekalipun dalam beberapa
prakteknya hampir ada yang menyerupai dengan praktek dalam sistem yang lain.
11
Ibid, hlm.20
12
dibai’at, padahal sudah ada khalifah yang lain atau sudah ada bai’at kepada seorang
khalifah, maka khalifah yang kedua harus diperangi, sehingga khalifah yang pertama
terbai’at. Sebab secara syar’i, bai’at telah ditetapkan untuk orang yang pertama kali
dibai’at dengan bai’at yang sah.
12
Ibid,
13
“Maka putuskanlah perkara di antara manusia dengan apa yang Allah turunkan, dan
janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu.” (TQS. Al Maidah: 48)
“Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil
Amri di antara kamu sekalian.” (TQS. An Nisaa: 59)
Bagi rakyat non muslim tidak dipaksa berakidah Islam. Dibiarkan dengan
akidah yang diyakininya dan menjalankan ibadah sesuai perintah agamanya dan
tidak diperkenankan mensyiarkannya. Namun, jika seorang non muslim memeluk
Islam maka tidak diperkenankan kembali ke agama sebelumnya (murtad). Apabila
hal itu terjadi maka diberlakukan sanksi bagi orang yang murtad.13
13
ibid
14
Sabda Rasulullah saw:
“Seorang imam (kepala negara) adalah pengatur dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas pengurusannya tersebut.”
3.Menjaga negara dan umat dari orang-orang yang merongrong negara. Caranya
dengan melindungi batas-batas negara, mempersiapkan pasukan militer yang kuat
dan senjata canggih untuk melawan musuh, sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Rasul saw, dan para khalifah sesudah beliau. Firman Allah SWT:
“Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi,
berupa kuda-kuda yang ditambatkan agar kalian menggentarkan musuh Allah dan
musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya.”
(TQS. Al Anfal: 60)
4.Menyebarkan dakwah Islam kepada segenap manusia di luar wilayah Daulah, yaitu
dengan cara menjalankan jihad sebagaimana yang dilakukan Rasulullah pada
beberapa peperangan, misalnya penaklukan Mekah dan perang Tabuk. Begitu juga
pernah dilakukan oleh para Khalifah sesudah beliau. Mereka melakukan banyak
penaklukan seperti ke wilayah Syam, Irak, Mesir, Afrika Utara, dan
menyebarluaskan Islam di sana. Rasulullah saw bersabda:
“Jihad tetap (terus) berlangsung sejak aku diangkat menjadi rasul sampai generasi
terakhir dari umatku memerangi Dajjal. Jihad tidak dapat dibatalkan oleh zalimnya
pemimpin yang buruk atau adilnya pemimpin yang adil.”14
5.Menghilangkan pertentangan dan perselisihan di antara anggota masyarakat
(muslim dan non muslim) dengan penuh keadilan. Hal ini dilakukan dengan cara
menjatuhkan sanksi kepada mereka yang berbuat zalim, memperlihatkan keadilan
terhadap orang yang dizalimi sesuai dengan hukum yang disyariatkan Allah. Firman
Allah SWT:
14
ibid
15
“Jika kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menghukumi
dengan adil.” (TQS. An Nisa: 58)
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (TQS. Al Maidah: 44)15
15
ibid
16
Dengan kata lain, umatlah yang memilih Khalifah dan memberikan bai’at
kepadanya. Khalifahlah yang mewakili umat dalam menjalankan aktivitas kekuasaan
(pemerintahan). Imam Muslim meriwayatkan bahwa Ubadah bin Shamit berkata:
“Kami telah membai’at Rasulullah saw untuk setia mendengarkan dan menaati
perintahnya., baik dalam keadaan susah maupun mudah, baik dalam keadaan yang
kami senangi ataupun tidak kami senangi.”
Selain itu, kaum muslimin di seluruh dunia tidak boleh memiliki lebih dari
satu pemimpin dan lebih dari satu negara. Sistem pemerintahan Islam merupakan
sistem kesatuan. Negara yang satu, sistem yang satu, dan Khalifah yang satu. Berikut
hadits yang yang berkaitan dengan perkara ini:
“Apabila ada dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.”
(HR. Muslim)
16
ibid
17
Allah SWT. Oleh karena itu, Khalifah akan berusaha keras menegakkan Islam di
tengah-tengah masyarakat dan menyerukan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Khalifah pun memiliki kewenangan untuk menetapkan salah satu pendapat
(menjadi hukum) di antara pendapat-pendapat yang ada di tengah-tengah
masyarakat. Dalam hal ini terdapat kaidah syara yang berbunyi: “Perintah Imam
(Khalifah) akan menghilangkan perselisihan”. Kaum muslimin wajib terikat dengan
hukum yang nantinya dipilih oleh Khalifah karena ketaatan kepada pemimpin
merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. Firman
Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta ulil amri di
antara kamu.” (TQS. An Nisa:59)
17
ibid
18
manusia hanya diperbolehkan tunduk kepada hukum-hukum Allah SWT yang Maha
Mengetahui ciptaan-Nya.
Dengan sistem pemerintahan Islam, manusia mempunyai kekuasaan untuk
memastikan agar sang pemimpin hanya menerapkan hukum Allah SWT secara
kaffah dan tidak mengedepankan hawa nafsunya. Sistem pemerintahan Islam
menjamin pelayanan administratif dan penyediaan fasilitas bagi seluruh warganya,
baik muslim maupun non muslim, supaya dapat hidup dengan mudah menurut
kerangka Islam.
Dalam sistem pemerintahan Islam, negara akan menjadi sarana yang efektif
untuk menyebarluaskan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia di dunia.
Negara Islam akan memiliki angkatan bersenjata yang kuat untuk mempermudah
tugas ini, serta untuk memelihara pertahanan dan keamanan negara Islam dari
serangan musuh-musuh Islam.
Dengan sistem pemerintahan Islam, seluruh aturan Islam akan diikat menjadi
satu menjadi sebuah kesatuan sistem yang sempurna, seimbang, dan terkoordinasi.
Fungsi masing-masing sistem saling bergantung satu sama lain, dan tidak ada satu
pun yang bisa dilaksanakan secara lengkap tanpa peran serta sistem lainnya. Oleh
karena itu, dapat kita saksikan bagaimana sistem pemerintahan Islam mengikat
seluruh sistem menjadi satu sehingga menghasilkan sebuah pandangan hidup yang
paling unggul dan unik sepanjang sejarah umat manusia.18
18
Op.Cit
19
C. KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21