Anda di halaman 1dari 4

Bentuk Pemerintahan Malaysia :

Monarki Konstitusional merupakan negara yang dipimpin oleh raja sebagai kepala
negara dimana kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang atau konstitusi. Bentuk
pemerintahan Malaysia adalah monarki konstitusional, yaitu berupa Negara
kerajaan yang diatur oleh konstitusional. Dimana kepala negaranya merupakan
seorang raja yang disebut dengan Yang di-Pertuan Agong (Raja Malaysia). Yang
di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh sembilan Sultan Negeri-Negeri Malaya,
untuk menjabat selama lima tahun secara bergiliran; empat pemimpin negeri
lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak turut serta di dalam pemilihan .
Yang di-Pertuan Agong ialah gelaran resmi ketua negara Malaysia. Gelaran resmi
yang penuh adalah Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong. Oleh sebab
Malaysia mengamalkan sistem raja berperlembagaan, peranan Yang di-Pertuan
Agong kebanyakannya hanyalah sebagai istiadat. Perlembagaan menyatakan
dengan jelas bahwa kuasa eksekutif, secara teorinya di bawah kuasa ketua negeri,
dilaksanakan oleh Kabinet atau Jemaah Menteri yang diketuai oleh Perdana
Menteri.

Conclusion
Di Malaysia, jabatan yang di pertuan agong di pegang oleh salah seorang sultan
dari Negara bagian yang akan memegang kuasa selama 5 tahun saja dan akan di
gantikan oleh sultan yang lain sesuai susunan nama majelis raja-raja. Sedangkan
Perdana Menteri bergantung pada kemenangan partainya dalam pemilu.

UU NEGARA MALAYSIA

Berbeda dengan Indonesia, Malaysia dalam konstitusinya (Tahun 1957 diubah


dengan Tahun 196 H) dengan tegas menyatakan bahwa Islam adalah agama
federasi yang tersebut dalam pasal 3 ayat 14 konstitusi malaysia Tanggal 23
Agustus 1957, diubah tanggal 1 Maret 1964 dan diubah lagi Tahun 1971.
ketentuan itu menunjukkan bahwa federasi Malaysia adalah suatu Negara yang
mencantumkan dengan resmi Islam sebagai agama Negara. Konsekuensi logis
dari ketentuan itu, adanya hubungan antara federasi Malaysia sebagai Negara
dengan agama Islam, sehingga Malaysia tidak dapat dinamakan Negara sekuler.
Konsekuensi lebih jauh, ajaran Islam dan hukum Islam dianut dan harus
dilaksanakan di federasi Malaysia.

Sehubungan dengan implementasi prinsip demokrasi Islam, sejauh mana prinsip-


prinsip itu diakomodasikan dalam konstitusi Malaysia yaitu prinsip-prinsip
musyawarah, keadilan, persamaan dan kebebasan.
Kenyataannya dalam federasi Malaysia adalah juga relatif masih muda. Karena itu
implemnetasi prinsip-prinsip Negara hukum masih memerlukan peningkatan dan
pengembangan lebih lanjut yang dilihat dari sudut pandang demokrasi Islam.
Percaturan agama Islam sebagai agama resmi merupakan suatu faktor yang positif
dan menunjang proses Islamisasi di federasi Malaysia. Suatu kritikan yang bisa
dilontarkan sangat disayangkan dalam konstitusi Malaysia itu prinsip musyawarah
yakni Pasal 38 ayat (1) tidak menyebutkan secara tegas, sebab musyawarah
merupakan prinsip utama yang sekaligus karakteristik Islam.
Kecuali itu, dalam praktek kehidupan sehari-hari, masih banyak hal-hal yang
perlu disesuaikan dengan demokrasi Islam, misalnya perjudian, kasino, dan lain-
lain masih terdapat di Negara itu. Ini dapat memberikan kesan adanya moralitas
ganda yang notabenenya terjadi di negara yang telah mencantumkan Isalm
sebagai agama Negara. Maka dalam implemenatasinya diperlukan sikap
konsisten. Walaupun konstitusi Malaysia mengakui pula adanya hak setiap
kelompok agama untuk mengelola sendiri urusan-urusan agama mereka.
NEGARA MESIR

Negara Mesir adalah negara yang memiliki Undang-Undang Dasar tanggal 11


September 1971.Walaupun Negara tersebut adalah suatu negara demokrasi,
Negara Sosialis yang didasarkan pada aliansi kekuasaan rakyat yang berpengaruh,
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1 UUD Mesir itu. Namun dalam pasal 2
UUD Mesir dengan tegas menyatakan bahwa Islam adalah agama Negara dan
Bahasa Arab adalah Bahasa resmi Negara. Dalam pasal yang sama ditegaskan
bahwa prinsip-prinsip hukum Islam merupakan sumber utama dalam pembuatan
Undang-Undang. Dengan perkataan lain secara implisit sebenarnya Negara
Republik Arab Mesir adalah suatu Negara yang ingin menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi dan social yang bersumber dari ajaran dan hukum Islam.
Persamaan di hadapan hukum adalah salah satu ciri nomokrasi Islam sebagaimana
telah di bicarakan dalam Bab II. Secara konstitusional Republik Arab Mesir telah
mencantumkan prinsip tersebut untuk memberikan suatu ciri khusus sebagai suatu
Negara Hukum. Undang-undang Dasar Republik Arab Saudi boleh dikatakan
cukup panjang dan komprehensif. Jumlah pasalnya 193.5

Undang-Undang Di Mesir

1. Undang-Undang hukum Pidana Undang -Undang ini keluar tahun 1937 No.
58 Tahun 1937, memuat 395 pasal dilengkapi pula dengan Undang-Undang No.
68, 136, 290-308 Tahun 1956 dan Undang-Undang No. 112 Tahun 1958.
2. Undang-Undang Perdata (Madina) Undang-Undang perdata Mesir
mengalami sejarah yang panjang mulai Tahun 1936, kemudian diganti dengan
Undang-Undang Tahun 1938, Tahun 1942 Tahun 1945. 1948. 1949. Undang-
Undang perdata Mesir memuat 1149 pasal, yang mengambil tiga sumber :
perbandingan Undang-Undang, ijtihad Hakim Mesir , dan dari syariat Islam.
Dalam pasal pertamanya dinyatakan bahwa hakim harus berpegang kepada
prinsip-prinsip syariah Islamiyah di kala tidak ada nash atau uruf.
3. Undang-Undang hukum acara perdata dan acara dagang
Undang-Undang ini dikeluarkan Tahun 1944, kemudian diperbaiki Tahun 1949,
undang-undang ini memuat 858 pasal ditambah kitab keempat dengan undang-
undang No. 126 Tahun 1951, tentang hukum acara ahwal syahsyiyah sehingga
menjadi seluruhnya 1230 pasal, yang diperkuat dengan undang-undang No. 137
Tahun 1956.

4. Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHP Mesir keluar Tahun 1950


dengan undang-undang No. 150 Tahun 1950, terdiri dari 560 pasal terbagi kepada
empat kitab. Undang-Undang ini diperkuat dengan undang-undang No. 121
Tahun 1958, undang-undang No. 37, 113 Tahun 1957, No. 45 Tahun 1958.
5. Undang-Undang Hukum Syari lainnya Selain undang-undang tersebut di atas
di Mesir dikodifisir pula hukum-hukum sebagai berikut :

a. Undang-Undang Mawaris tahun 1934

Dalam undang-undang ini diambil dari berbagai madzhab, dengan berpegang


pokok pada kitab Qudry Pasha Kitab Mursyid Al-hairaan Ila Marifati Ahwaal al-
Insaan.
b. Undang-Undang tentang wakaf tahun 1946, diperbaharui dengan undang-
undang tentang wakaf No. 180 tahun 1952, yang menghapuskan wakaf ahli
(selain wakaf khairi-dijadikan Lembaga Hibah, dan diperbaharui pula dengan
undang-undang No. 29 tahun 1960.

c. Undang-Undang tentang wasiat, tahun 1946. Undang-Undang ini


mengambil bermacam-macam madzhab seperti dari Hanafi dan mengambil juga
dari madzhab Jafari yang membolehkan wasiat kepada waris (ps.27). Dan
mengharuskan wasiat dengan tertulis secara resmi (ps. 2) dan lain-lain.

Sistem Pemerintahan Mesir

Republik Mesir yang memiliki presiden yang dipilih langsung oleh rakyat dan
tidak bertanggung jawab pada parlemen sebenarnya memiliki seorang perdana
menteri. Sehingga beberapa kemudian menganggap bahwa Mesir memiliki
sistem pemerintahan semi-presidensial. Namun dalam prakteknya, perdana
menteri seakan hanya sebuah simbol semata, karena kekuasaan eksekutif tetap di
bawah kenadali presiden. Hal ini yang membuat sistem pemerintahan Mesir
sedikit unik.

Dalam praktek pemerintahan memang Perdana Menteri Mesir seringkali tidak


terdengar namanya. Perdana menteri ditunjuk langsung oleh presiden, berbeda
dengan sistem parlementer yang perdana menterinya dipilih oleh parlemen.
Sehingga perdana menteri disini tidak merepresentasikan kepentingan parlemen
dan tidak bertanggung jawab pada parlemen.

Presiden pada esensinya adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden
mengangkat dan memberhentikan Perdana Menteri dan Menteri-menteri. Menteri-
menteri bertanggungjawab kepada People's Assembly baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai