Anda di halaman 1dari 3

SOAL

1. Islam dan politik kekuasaan dalam perspektif sejarah. deskripsikan dan analisis !
2. Bentuk negara menentukan pola penerapan hukum keluarga islam.
a. Dalam perspektif filsafat ilmu, apa yg dimaksud pada pernyataan di atas? (aspek ontologis,
epistomologis, dan aksiologis)
b. Deskripsikan penerapan hukum keluarga di arab saudi, turki, dan indonesia!
3. Jelaskan pola pembagian warisan dalam sistem perkawinan beda agama di maroko, brunai
darusalam dan indonesia?

JAWABAN :
1. Kekuasaan dalam ajaran Islam tidak hanya untuk mendapatkan jabatan dan dukungan
rakyat, tetapi juga mengatur bagaimana menggunakan amanah ini dalam perumusan
perbaikan, pengembangan, dan perwujudan hukum Tuhan bagi seluruh umat manusia.
Setiap manusia diberikan amanah (amanat ibadah dan amanat dakwah) oleh Allah
sesuai dengan konsepsi Islam. Amanat yang diberikan Allah merupakan deklarasi
universal yang telah dideklarasikan oleh manusia dan akan dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan. Prinsip dasar dalam politik Islam adalah Keadilan, Kedaulatan, Syuro ',
persamaan hak dan kewajiban, hak warga negara, hak warga non Muslim dan lain-lain.
Islam adalah agama yang lengkap dengan petunjuk untuk mengatur segala aspek
kehidupan. Dalam bidang politik, kekuasaan tertinggi (disebut kedaulatan) ada di
tangan Allah, manusia hanyalah pelaksana kedaulatan itu. Islam memandang
kekuasaan dalam arti yang transenden. Kekuasaan dalam pengertian ini harus
dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta. Manusia tidak sembarangan
menjalankan kekuasaan, karena manusia adalah perpanjangan tangan Sang Pencipta di
muka bumi.

2. Bentuk negara sangat menentukan pola yang diterapkan terkait hukum keluarga di suatu
negara :
a. Pada tataran keberadaannya ia menjadi satu disiplin ilmu yang telah kokoh berdiri
di atas basis keilmuan berdasarkan wahyu, sehingga secara ontology hukum
keluarga islam menjadi hal unik dalam studi hukum. Pendekatan filsafati untuk
mengkaji hukum keluarga Islam telah menghasilkan bagaimana ia merupakan
metode dalam memperoleh ilmu pengetahuan melalui epistemology. Pada tataran
keberadaannya ia menjadi satu disiplin ilmu yang telah kokoh berdiri di atas basis
keilmuan berdasarkan wahyu, sehingga secara ontology ilmu hukum keluarga Islam
menjadi hal unik dalam studi hukum. Aksiologi hukum keluarga Islam tercermin
dari aplikasi dan implementasi yang konsisten dilakukan umat Islam sebagai hasil
dari pemikiran tokoh-tokohnya.
b. Arab Saudi : Dalam pelaksanaan hukum keluarga di Saudi Arabia tidak ada aturan
atau undang-undang khusus yang mengatur secara rinci tentang muatan materi
hukum keluarga melainkan hanya tidak boleh melanggar al-Quran sebagai
konstitusi Negaranya.
Turki : Turki merupakan negara Muslim pertama yang secara resmi melarang
poligami. Adapun yang termaktub pada UU sebelumnya yaitu The Ottoman Law of
Family Rights tahun 1917, pasal 74 menjelaskan bahwa suami boleh poligami
dengan syarat harus berlaku adil kepada para isterinya.
Indonesia : Hukum keluarga yang berlaku di Indonesia saat ini adalah hukum
kekeluargaan yang diatur dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974,
PP No. 9 Tahun 1975, UU No. 7 Tahun 1989 dan Kompilasi Hukum Islam.

3. Maroko adalah sebuah negara kerajan yang terletak di bagian barat laut afrika.
Penduduk asli Maroko adalah Berber, yaitu mastarakat kulit putih dari afrika utara.
Mereka konon masih mempunyai garis keturunan dengan Rasululloh dan merupakan
penganut agama Islam bermadzhab Maliki. Bahasa yang di miliki dan yang menjadi
bhasa kebudayaan mereka yaitu bahasa Arab. Adapun jumlah penduduk yang ada pada
pertengahan tahun 1991 berjumlah sekitar 27 juta jiwa dan lebih dari 99% adalah
Muslim Sunni. Penganut agama yahudi hanya kira-kira kurang dari 8000 orang yang
sebagian bertempat di Casablanca dan di kota-kota pesisir. Pada awalnya, terutama di
daerah perkotaan, masyarakat Maroko sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran agama
Yahudi dan Kristen walaupun diragukan ritual keagamaan mereka berdasarkan ajaran
yang tepat dari dua agama tersebut. Nampaknya mereka hanya sebatas mengakui
ajaran-ajarannya ketimbang sebagai pemeluk yang teguh pada ajaran kedua agama
tersebut. Pada perkembangan selanjutnya, Islam menjadi agama resmi negara,
meskipun dalam undang-undang dasar tidak disebut-sebut syari’ah Islam. Hukum
perdata maupun hukum pidana dinegara itu didak murni berdasarkan syari’at Islam
bahkan lebih banyak diwarnai oleh system hukum barat. Hukum Islam, terutama dari
madzhab Maliki, berlaku bagi umat Islam hanya dalam bidang-bidang tertentu, yakni
perkawinan, pembagian warisan, dan perwakafan. Batas minimal usia boleh kawin di
Maroko bagi laki-laki adalah 18 tahun, sedangkan bagi wanita 15 tahun. Namun
demikian disyaratkan ijin wali jika perkawinan dilakukan oleh pihak-pihak di bawah
umur 21 tahun sebagai batas umur kedewasaan. Pembatasan umur demikian tidak
ditemukan aturannya baik dalam al-qur’an, al-hadits maupun kitab-kitab fiqh. Hanya
saja para ulama madzhab sepakat bahwa baligh merupakan salah satu syarat
dibolehkannya perkawinan, kecuali dilakukan oleh wali mempelai. Imam Malik
menetapkan usia 17 tahun baik bagi laki-laki maupun wanita untuk mengkategorikan
baligh, sementara Syafi’I dan Hambali menentukan umur 15 tahun, dan hanya Hanafi
ysng membedakan batas umur baligh bagi keduanya, yakni laki-laki 18 tahun,
sedangkan bagi wanita 17 tahun. Batasan ini merupakan batas maksimal, sedangkan
batas minimal adalah laki-laki 15 tahun, dan perempuan 9 tahun, dengan alas an bagi
laki-laki yang sudah mengeluarkan sperma dan wanita yang sudah haid sehingga bisa
hamil. Dalam hal ini nampaknya Maroko mengikuti ketentuan umur yang ditetapkan
oleh Syafi’I dan Hambali. Prinsip wasiat wajibah yang diadopsi oleh Tunisia dari
hukum wasiat Mesir ( 1946 ) juga diberlakukan di Maroko dengan beberapa perubahan.
Maroko merupakan negara keempat dan terakhir setelah Mesir, Syiria dan Tunisia yang
mengadopsi aturan ini. Menurut undang-undang Maroko ( 1958 ) hak untuk
mendapatkan wasiat wajibah tersedia bagi anak dan seterusnya kebawah dari anak
laki0laki pewaris yang telah meninggal. Aturan ini tidak ditemukan dalam madzhab
manapun dalam fiqih tradisional, sebab warisan hanya diperuntukkan bagi ahli waris
yang masih hidup.

Anda mungkin juga menyukai