Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : DIVA AZZAHRA MAHARANI

NIM : 210710101196

MATKUL : HUKUM ISLAM

KELAS :F

JAWABAN :

1. Sebagai negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum. Hukum civil, hukum
adat, dan sistem hukum islam. Berikut definisinya :

a. Hukum Civil : civil law ini berdasar pada hukum romawi. Civil law memiliki ciri
adanya pembagian dalam hukum perdata dan hukum pidananya. Selain ciri di atas,
terdapat beberapa karakteristik civil law ialah, adanya sistem kodifikasi, hakim tidak
terikat dengan doktrin atau undang-undang menjadi rujukan hukum yang utama.
b. Hukum Adat : hukum adat ialah hukum kebiasaan atau suatu aturan yang dibuat
berasal dari tingkah laku masyarakat yang tumbuh dan berkembang sehingga
menjadi sebuah hukum yang ditaati secara tidak tertulis. Hukum adat merupakan
hukum tertua dan tidak bisa ditentukan sampai kapan masa berlakunya. Hukum adat
memiliki beberapa ciri-ciri ialah, tidak tertulis dan tidak dikodifikasi, tidak tersususn
secara sistematis, tidak teratur, keputusannya tidak memakai konsideran, dan pasal-
pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan.
c. Hukum Islam : hukum islam adalah hukum yang berasal dari agama islam. Hukum
yang diturunkan oleh Allah SWT untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan
di akhirat. Hukum ini mengartikan bahwa hukum islam ini merupakan hukum yang
diciptakan oleh bukan, bukan oleh manusia. Sumber hukum islam digolongkan
menjadi 3 yaitu, al-quran, hadist, dan ijtihad. Al-quran berisikan panduan kehidupan
manusia. Hadist merupakan sumber hukum yang berasal dari perkataan, perbuatan,
dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.
2. Hukum islam masuk ke Indonesia sudah sejak abad VII atau VIII M, dikarenakan
mayoritas penduduk di Indonesia merupakan penduduk yang menganut agama islam.
Dengan adanya itu memungkinkan hukum islam menjadi bagian yang penting. Hukum
islam berlaku secara yuridis atau dikodifikasikan dalam struktur hukum nasional dan
dapat memiliki sanksi tersendiri dalam menangani suatu masalah yang terjadi.

3. Kerajaan banten merupakan salah satu kerajaan islam yang berada di pulau jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau sunan Gunung jati. Pada 1552 Sunan
Gunung Jati menyerahkan kerajaan kepada anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin. Pada
masa kerajaan banten mayoritas penduduknya beragama islam dan telah diresmikan
menjadi agama resmi Kesultanan Banten. Dalam kehidupan sosialnya mereka memegang
teguh nilai-nilai agama islam. Meskipun masyarakatnya mayoritas beragama islam akan
tetapi, kerukunan antar umat beragamanya berkembang dengan baik.

4. a. Hukum islam tidak berlaku menyeluruh pada bidang hukum di Indonesia. Meskipun
Indonesia merupakan rakyatnya mayoritas beragama muslim tetapi, memiliki banyak
agama dan kepercayaan. Oleh karena itu sistem hukum di Indonesia berdasarkan pada
pancasila sebagai dasar negara. Hukum yang berlaku saat ini merupakan gabungan dari
beberapa sumber yang di dalamnya terdapat hukum nasional dan hukum adat.

b. Menurut Pasal 1 Huruf b PP Nomor 9 Tahun 1975 menyatakan “Pengadilan adalah


pengadilan agama bagi mereka yang beragama islam dan Pengadilan Negeri bagi yang
lainnya.” dimaksudkan bahwa kedudukan agama yang dianut mereka yang akan
melangsungkan perkawinan akan menentukan di mana kelak (apabila) perceraian
dilangsungkan. Jika ingin menikah secara islam maka dicatatkan ke KUA. Jika ingin
tetap berada pada agama masing-masing maka pernikahan di catatkan di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil. Apabila sepasang suami istri menundukkan diri pada
agama islam, maka pernikahannya akan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA)
sehingga apabila terjadi perceraian akan diselesaikan di Pengadilan Agama. Sebaliknya,
apabila pasangan suami istri menundukkan diri pada agama selain islam maka, apabila
terjadi perceraiannya akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.
c. Asas personalitas keislaman ialah asas yang melekat pada peradilan agama yang
artinya bahwa pihak yang tunduk atau dapat ditundukkan sesuai dengan kekuasaan
peradilan agama hanya mereka yang beragama islam. Asas ini dikaitkan dengan perkara-
perkara perdata pada bidang tertentu yang menjadi kewenangan peradilan agama.
Pengecualian dalam asas personalitas keislaman adalah segala perkara yang berada pada
kewenangan Pengadilan Agama. Pengecualian dari asas personalitas keislaman adalah
segala perkara yang bukan wewenang dari Pengadilan Agama itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai