A. Latar belakang
Keberadaan hukum keluarga islam di Indonesia ini sebenarnya sangat mempuyai peran penting
dalam kehidupan muslim. Di mana bisa kita lihat,seumpama UU tentang keluarga islam, dulu tidak
di tetapkan mungkin saya dan kalian juga mengerti apa yang akan terjadi. Di mana kita ketahui
apalagi di zaman yang serba canggih seperti sekarang semua serba bisa.
Dimana para pemuda jaman sekarang, yang gaya hidupnya terlalu bebas yang kita takuti bila UU
tentang perkawinan tidak ada,mereka malah merasa bebas untuk melakukan hubungan yang dilarang
oleh agama maupun Negara. Secara tiba tiba sudah berkeluarga tanpa sepengetahuan siapapun
1
Maka dari itu Hukum keluarga ini sangat mengatur bagi kehidupan bernegara. Apalagi dari segi
kehidupan keluarga muslim agar tidak hidup semena mena
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa begitu penting hukum keluarga islam ini dalam suatu Negara muslim?
2. Bagaimana peran para oraganisasi wanita yang mengkritik tentang masalah perkawinan yang
terjadi waktu penjajahan Belanda? Apakah UU sekarang ini daripada jasa Mereka?
C. KESIMPULAN
Dari masa sebelum penjajahan Belanda, sebenarnya Indonesia ini sudah menggunakan hukum
tentang islam. tetapi ketika kekuasaan VOC jatuh di tangan belanda dari situ hukum islam, mulai
menghilang sedikit demi sedikit
Maka dari itu ada beberapa organisasi yang mengkritik tentang masalah perkawinan di
Indonesia termasuk ISWI (ikatan sarjana wanita) yang mana mereka mempunyai peran penting
dalam di tetapkannya UU tentang keluarga muslim.
Tapi jauh sebelum oraganisasi itu mengkritik, sudah ada dua wanita yang mengkritiknya terlebih
dahulu yakni RA. Kartini dari Jateng dan Rohana kudus dari Minangkabau sumbar
Mereka lah yang dahulu berani mengkritik pemerintah tentang masalah perkawinan di Indonesia
Pada masa setelah kemerdekaan RI banyak sekali UU yang di hapus karena terlalu memfokuskan
pada satu pihak seperti kritikan dari golongan wanita muslimat partai bulan bintang yang mengkritik
tentang perizinan penceraian dan perkawinan bagi PNS hal ini terlalu fokus pada salah satu pihak
bukan untuk menyeluruh maka nya UU ini di hapus.
Tetapi para golongan muslimat tadi meminta agar mereka di beri perizinan tentang poligami.
Maka kritikan mereka tadi malah dapat respon negatif dari masyarakat Indonesia.
Pada masa ORBA UU lebih banyak muncul dari pada pada ORLA. Perlu diketahui bahwa UU
yang muncul pada masa ORBA itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari Masa ORLA. yang mana
pada masa ORLA UU tersebut belum di tetapkan dan baru ditetapkan pada masa
ORBA
Sebelum menjelaskan secara keseluruhan, penulis ingin membahas tentang hukum dan keluarg
Secara Definisi: Hukum adalah ketentuan Allah yang berhubungan dengan perbuatan seorang
mukallaf( orang yang sudah dibebani hukum/cakap) walaupun ia berbentuk (iqthida')
Dan kebebasan memilih untuk bertindak (ketetapan/takrir) 1
Untuk sekedar perbandingan pengertian keluarga pada umumnya ada 2
1. Keluarga kecil ( nurclear family)
2. Keluarga Besar (Extended family/Royal family)
Menurut Tahir Azhary Hukum keluarga islam mempunyai sifat dan hakikat sebagai berikut..
1. Sifat bidimensional (yang mengandung sifat kemanusiaan dan ketuhanan ilahi)
Sifat ini dalam hukum keluarga islam mencakup 2 hubungan yakni dalam makna ibadah (vertikal)
dan kemasyarakatan atau muamalah (Horizontal) hukum ini tidak hanya mengandung makna pribadi
tetapi juga mengandung makna sosial. Dalam artian manusia sebagai individu dan kelompok
memperoleh jaminan dan perlindungan hukum
2. Sifat Adil
Sifat ini berhubungan berat dengan prinsip keadilan dalam Hukum keluarga islam misalnya
tercermin dalam persamaan kedudukan pria dan wanita dalam hukum keluarga islam baik pria
ataupun wanita memiliki kedudukan yang sama dan dalam hukum ini pria wanita anak anak maupun
dewasa dapat menjadi ahli waris
3. Sifat individualistik dan kemasyarakatan
Sifat ini dilihat dari sudut hukum keluarga memberikan posisi kepada manusia baik perorangan
(individu) maupun sebagai kelompok keluarga yang membentuk suatu masyarakat.kewajiban
kewajiban dan hak hak suami sabagai dua individu yang terikat dalam perkawinan diatur dengan
jelas.
Bahkan suami di bebani tanggung jawab yang lebih berat dari pada istri yaitu sebagai pencari Nafkah
dan pengayom istri sebagai mana di jelaskan dalam surah QS. an.Nisaa'(4): 34
1 M.Abu Zahrah, ushl fiqh (t.t.p: Darul fikr al a'rabi thn) hlm. 26
2 Khaerudien Nasution. Loc. Vit hlm 64
Tanpa mengetahui hukum keluarga islam secara benar dan baik hampir mustahil sebuah
keluarga terutama muslim akan mampu mewujudkan impian atau tepatnya idaman yang di damba
dambakan yakni keluarga yang sakinah (sejahtera) itu keluarga yang sakinah pasti impian setiap
keluarga.
6. Hukum mempelajarinya
Mempelajari Hukum keluarga islam ini wajib menurut beberapa Dalil
7. QS. At.taubah (9)
8. Hadist Nabi SAW. "Dari umar bin Al Khattab Radiyallahu " Pelajarilah Ilmu Farid sebagaimana
kalian mempelajari Al Quran
Dalil ini di kuatkan juga oleh ushl fiqh yang berbunyi sebagai berikut…
a. "Ma la yatimul illa bihi fahuwa wajib" (Sesuatu yang menyempurnakan hukum wajib maka
sesuatu itu wajib)
b. "Al ahlu fil amri lil wajib illa ma dalla al khilafihi" (Hukum asal segala sesuatu adalah wajib
kecuali ada dalil yang menyangkalnya)
c. "Al Amru bil al syai' amrun bi washatihi (perintah terhadap sesuatu harus di perhatikan pula
dengan menyertakan peringkat sesuatu yang menjadi perantaranya)
Sejak islam masuk ke Indonesia selalu ada saja orang orang yang pandai /khusus ahli dalam bidang agama
Islam. Yang oleh masyarakat di pasrahkan untuk mengurus masjid dan masalah perkawinan
Dan Islam yang datang ke Indonesia itu ,seperti Islam yang di bawakan para pedagang dari Timur Tengah
atau biasa di sebut dengan da'i (juru dakwah). Oleh Karena itu lembaga yang pertama kali lahir adalah
lembaga tahkim, yang kemudian di susul oleh Ahl Al Hall Wa Al Aqd. Dan para ahli hukum Islam oleh
Masyarakat di lantik dalam bentuk peradilan adat,lalu di lanjutkan dengan lembaga Peradilan
swapraja.terbentuknya lemabaga ini setelah terbentuknya Islam di Nusantara dan peradilan serambi kerajaan
Lalu setelah berjalannya waktu,pengadilan swapraja berubah menjadi pengadilan agama. 3
Padahal, pada saat itu masyarakat sudah teratur tetapi belum mempuyai pemerintahan. Maka dari itu
pengadilan agama muncul dengan cara dipilih dan di baiat. Kerajaan kerajaan Islam juga memunculkannya
dengan sebutan Sidang jum'at ,Rapat agama, Rapat syara'/mahkamah serambi dalam tulisannya Sultan
Hamengkubuwono X menyatakan bahwa pengadilan serambi (PS) sudah ada sejak kekuasaan Sultan Agung.
Yakni terdiri dari beberapa struktur sebagai berikut diketuai oleh seorang penghulu dan 4 anggota yang biasa
disebut dengan Pathok Nagari
Dan pegangan mereka selain al Quran dan hadist/ sunnah Nabi Muhammad SAW adalah kitab
muharrar, mahali, tuhpak Fathul mu'in, Fathul wahabi. Selain pengadilan serambi ada juga pengadilan pradata
yang bertugas menangani masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat ( perkawinan,
wasiat,warisan, hibah,) dan sebagainya setelah keluarnya UU NO. 23 ( tidak disebutkan tahunnya) tentang
pengadilan pasal pengadilan raja harus di hapus, maka pengadilan surambi tidak berfungsi lagi dan bergabung
sebagai pengadilan agama
Menurut Lev daerah daerah penerimaan yang kuat akan hukum islamnya dapat di jumpai di beberapa
daerah sebagai berikut Aceh, dan jambi di Sumatera kalimantan selatan/timur dan lainnya disini hakim Islam
di angkat oleh warga setempat yang di percayai mampu membimbing pronlem2 masyarakat
Sedangkan di daerah lain seperti Sulawesi Utara, Tupanuli di daerah Sumut. Gayo dan Alas di Aceh tidak ada
kedudukan bagi pengadilan agama tetapi para pemuka agama lah yang melakukan tugas tentang problem
problem agama dan pengadilan
Dan di daerah Jawa hakim islam sudah ada sejak abad 16.Untuk mengetahui lebih jauh tentang
adanya/berlakunya hukum Islam oleh ummat muslim bisa dilihat dari beberapa bukti sebagai berikut….
● Catatan Batavia 1642 yang bertuliskan"Sengketa sengketa warisan antara orang Pribumi yang
beragama Islam harus di selesaikan dengan Hukum Islam sendiri/Hukum yang diapakai oleh Rakyat
sehari hari dan sebab munculnya compendium freijer adalah sebagai relasi dampaknya ini ● Kitab
muharrar dan papakem cirebon
1768 dan peraturan yang di buat oleh B.J.D Cloot Wijk untuk daerah bone dan Sulawesi Selatan ●
Daerah Kesultanan Palembang dan
Banten juga menerbitkan HKI tentang keluarga dan waris di samping juga di ikuti oleh Kerajaan
Demak,Tuban,Jepara,Gresik dan Ngampel
● Tanggal 20 Mei 1760 VOC(Verenigd
Oost indesche Compagnie) sebuah perusahaan Belanda, yang pada saat itu masih menjajah Indonesia yang
mengeluarkan peraturan yang disebut dengan (Resolutie Der Indische Regeering) intinya mengakui
keberadaan dan menggunakan Hukum islam sebagai penyelesai masalah yang terjadi di kalangan orang
muslim dan menyatakan conpedium freijer bagi orang muslim
3 dengan lahirnya UU No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama. Pada saat itu nama pengadilan agama
masih bervariasi. Ada yang menggunakan nama dengan Mahkamah syari'ah dan kerapatan jadi. Zaini Ahmad
Noeh, "kepusakaan Jawa sebagai sumber sejarah perkembangan Islam " Dalam Amrullah ahmad, Dimensi
Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional( jakarta: Gema insani press, 1996) hal. 72
4 Ismail sunny kedudukan Hukum Islam dalam ketannegaraan
5 Arso sasroat mojo dan A. Wasit Aulawi, Hukum perkawinan di Indonesia, cetak. Ke 2 ( jakarta:
dengan adanya secuil surat dari V.O.C yang memerintahkan agar para penghulu islam harus di biarkan
mengurus sendiri perkara perkawinan dan warisan 6.
Di galangan para penulis dan pemikir berbeda pendapat tentang hal ini.tentang kapan terjadinya
pengebirian pemerintah Hindia Belanda.ada yang berpendapat sejak lahirnya stbl.No.24.pasal 13 yang di
perjelas dalam stbl.1835 .No.58 yang di dalamnya sebagai berikut "Apabila terjadinya sengketa terhadap
orang-orang Jawa satu sama lain mengenai soal-soal perkawinan, pembagian harta, sengketa" atau sejenisnya.
Yang harus di putuskan menurut Hukum Islam maka " Pendeta " Memberi putusan, tetapi gugatan yang
timbul untuk mendapatkan pembayaran dari putusan para pendeta haruslah di ajukan kepada pengadilan
biasa"
Pada perkembangan berikutnya muncul stbl. 1882 No. 152 tentang pembentukan peradilan agama di Jawa
dan Madura, dengan nama Pristeraad 7. Dengan lahirnya ini dapat di artikan bahwa pemerintah Hindia
Belanda pada masa itu masih mengakui Hukum keluarga Islam dan di gunakan sebagai landasan untuk
memecahkan masalah-masalah orang Islam
Menurut beberapa pendapat conpendium Freijeer, di cabut/di hilangkan pada tanggal 03 Juli 1828.dengan
di hilangkannya conpendium freijeer ini secara tekstual/otomatis hukumnya kembali kepada Hukum Adat
kecuali pada orang-orang Kristen Jawa Minahasa Ambon karena mereka mempunyai Hukum Undang undang
tersendiri
Pada pasal 1957 No. 116 mencabut kewenangan peradilan agama atas perkara waris. Perkara ini di protes
keras oleh Ummat islam. Tetapi tidak di anggap oleh pemerintah Belanda, malah pada bulan Juni 1937 dua
bulan setelah berlakunya pasal tersebut Hindia Belanda mengedarkan rancangan perkawinan terjatuh yang
isinya menganut prinsip yang isinya menganut prinsip menjatuhkan talaq di luar pengadilan. usulan ini
langsung dapat respon Negatif, dari kelompok muslim (menolak) yang di awali oleh NU dan partai syarikat
Islam Indonesia. Dan disusul oleh pergerakan Islam lain termasuk kalangan wanita. Tetapi kalangan wanita
pelajar sangat mendukung tetapi jumlahnya tidak banyak akhirnya pemerintah Hindia Belanda rancangan
tersebut
Penting pula untuk di catat bahwa rancangan perkawinan tercatat yang di mana isinya menganut prinsip
monogami yang mana tidak boleh menjatuhkan talaq di luar pengadilan. Bisa saja itu adalah respon dari
pemerintah Hindia Belanda.dari beberapa tuntutan organisasi Kongres wanita(KOWANI) tahun 1928
misalnya membahas keburukan yang terjadi dalam perkawinan. bahkan,mereka sampai membicarakannya di
depan Dewan Rakyat(Volksraad)
Bahkan jauh sebelumnya RA.Kartini 1879-1904 Jawa Tengah dan Rohana kudus di Minangkabau sumbar.
Mereka termasuk 2 tokoh yang telah lama mengkritik tentang masalah perkawinan. Perkumpulan Puteri
Indonesia,persatuan isteri, wanita sejati membuat pertemuan yang digelar pada tanggal 13 Oktober 1929 di
bandung dengan membuat ketetapan tentang larangan poligami dan pelacuran itulah yang mereka bahas pada
saat itu. Di jakarta pada Juni 1931 mereka meggelar/memperkuat resolusi larangan poligami yang di tetapkan
beberapa organisasi
Dengan demikian munculnya tuntutan atau usulan dari organisasi wanita yang pada saat itu mengusulkan
tentang masalah talaq di luar pengadilan dll. Boleh jadi merupakan respon pemerintah
Hindia Belanda dari organisasi tersebut
Sebagai tambahan pada masa Belanda perkawinan di atur dalam beberapa peraturan menurut golongannya
sebagai berikut…
Pertama: bagi orang orang Eropa berlaku kitab UU perdata( keluarga)
Kedua : bagi orang Tionghoa juga berlaku tetapi ada pengecualian tentang pencacatan jiwa dan acara
sebelum perkawinan
Ketiga: bagi orang Arab dan timur asing yang bukan Tingonghoa berlaku sebagaimana Hukum mereka
Keempat:Bagi orang Indonesia atau Pribumi berlaku hukum adat mereka, ditambah untuk orang
7.Masa kemerdekaan
Pada masa ini di bagi 3 priode a.
Masa orda lama (ORBA)
b. Masa orde Lama (ORLA)
c. Masa Reformasi
10
Ada pendapat lain yang mengatakan, yakni di katakan oleh Ahmad Roestandi bahwa UU. No.22 tahun 1946
mendapatkan persetujuan dari D.P.R untuk di berlakukan kepada masyarakat Indonesia. Pada awal
kemerdekaan RI muncul kebijaksanaan lain yang di yakini sebagai penghargaan orang muslim. Karena
adanya penetapan tentang No. S/ S.D tanggal 26 maret 1946 perihal perpindahan Mahkamah islam tinggi yang
dahulu berada di Departemen Kehakiman pindah ke Departemen Agama Begitu pula dengan maklumat
pemerintah No.11 tanggal 23 April 1946 kewenangan mengangkan Penghulu landraad..Penghulu anggota
Raad agama dan pejabat yang lain yang dahulu pada Residen dan Bupati di serahkan pada Kementerian
Agama
Walaupun pada saat (ORLA) UU yang lahir tidak banyak, tetapi pada saat (ORDA) UU yang lahir itu
merupakan kelanjutan atau Respon pemerintah terhadap masalah masalah yang ada pada saat
(ORLA) UU No. 1 tahun 1974 di tetapkan sebagai UU pertama yang berisi materi perkawinan
Namun… perlu di catat walaupun UU tentang pernikahan baru lahir pada tanggal 1974 tetapi dulu sudah
sangat banyak dari masyarakat Indonesia yang menginginkan UU tersebut misalnya dari beberapa tuntutan
8 Ibid
9 Masa ini populer di sebut dengan masa Receptio in complexu
dari organisasi wanita yang sampai mengusulkannya di depan Dewan Rakyat (Volksraad) . Dan jauh sebelum
organisasi wanita mengusulkan nya ada 2 orang yang lebih dahulu mengkritik tentang masalah perkawinan
yakni RA.Kartini di Jawa Tengah dan Rohana kudus di Minangkabau Sumatra Barat
3. Masa Reformasi
Masa Reformasi disini adalah terhitung sejak jatuhnya masa pemerintahan ORB/pada masa jenderal besar
Suharto yakni dari tahun 1998 sampai 2007 tahun ini di tetapkan sebagai tahun selesainya
DRAF atau rancangan undang-undang. Selesai draf ini berarti pada masa 4 pemerintahan Presiden
a. Prof. Dr. ir B.J Habibie
11 38
12 59
b. KH. Abdurrahman Wahid
c. Megawati soekarnoputri
d. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
Ada beberapa isu yang muncul pada masa Reformasi, antara lain adalah pencabutan PP. No.10 tahun
1983,UU ini mengatur tentang izin perkawinan dan penceraian bagi PNS usulan ini muncul dari wanita
muslimat partai Bulan Bintang pada Februari 1999.Tetapi kelompok wanita ini menginginkan perizinan
tentang masalah poligami tanpa membatasi sedemikian ketat usulan kaum muslimat ini tidak mendapat
Respon positif dari masyarakat Indonesia
Pada tahun 2000,isu ini muncul kembali setelah peryataan dari menteri Negara pemberdayaan perempuan
pada masa pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid dan khofifah indar parawansa bahwa PP. No. Tahun 1983
seharusnya di hapus/di cabut saja. Alasan pencabutannya menurut menteri bahwasanya poligami menyangkut
persoalan pribadi yang tidak perlu di aturan negara. Pernyataan ini kemudian mendapat Respon besar dari
masyarakat. Dari kalangan masyarakat ada yang setuju tetapi banyak pula yang tidak setuju.
D. DAFTAR PUSTAKA
penulis:M.Abu Zahrah, ushl fiqh (t.t.p: Darul fikr al a'rabi thn) hlm. 26
penulis :Khaerudien Nasution. Loc. Vit hlm 64
penulis: dengan lahirnya UU No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama. Pada saat itu nama pengadilan
agama masih bervariasi. Ada yang menggunakan nama dengan Mahkamah syari'ah dan kerapatan jadi.
Zaini Ahmad Noeh, "kepusakaan Jawa sebagai sumber sejarah perkembangan Islam " Dalam Amrullah
ahmad, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional( jakarta: Gema insani press, 1996) hal. 72
penulis:Ismail sunny kedudukan Hukum Islam dalam ketannegaraan hlm.
penulis: Arso sasroat mojo dan A. Wasit Aulawi, Hukum perkawinan di Indonesia, cetak. Ke 2 ( jakarta: Bulan
Bintang,1978), hlm.11 penulis:Mahadi, "kedudukan peradilan agama di Indonesia:sebuah catatan sejarah
sampai tahun