Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH PENGENYAL BAKSO MIXPHOS TERHADAP


SIFAT MEKANIK UNDERWATER CONCRETE DI AIR LAUT

Oleh:

FADLI DIRGA SUBARDI


NIM: 1507123772

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
A. Latar Belakang
Pembangunan sudah dapat dilakukan di tempat yang seperti daerah tergenang
air, daerah gambut, daerah beracun. Namun pembangunan tersebut membutuhkan
beberapa metode dan material yang sesuai agar terciptanya beton yang sesuai
dengan standar. Seperti halnya pembangunan di bawah laut, terdapat sebuah
metode yang bernama underwater concrete. Metode ini mengharuskan beton
menyebar dengan mudah ke tempat dan sekitar rintangan dan mempertahankan
pengeceran minimum dengan air di sekitarnya untuk mengembangkan kekuatan,
ikatan, dan kedap air yang memadai di tempat (Sonebi & Khayat, 2001).
Pembetonan dalam air ini dibantu dengan material – material yang tergolong mahal
dan susah untuk di dapatkan, seperti Rescon T, sika, dan lain lain.

Perkembangan teknologi dan riset telah banyak dilakukan. Dalam hal ini,
diperlukan zat – zat tambahan untuk mempertahankan ikatan pada campuran
underwater concrete tersebut. Selain material bubuk kapur dan bubuk bentonit
(Heniegal, 2016) terdapat salah satu zat yang sering dijumpai di Indonesia, yaitu
bubuk pengenyal bakso mixphos yang digunakan dalam pengolahan bakso agar
mempertahankan air dalam daging agar tidak hilang (mengikat air).

Pembangunan telah banyak dilakukan diberbagai daerah. Perlu diperhatikan


pembangunan di air laut yang memiliki beberapa zat – zat yang membuat korosif
suatu beton. Penelitian akan mencoba membuat beton dalam air(underwater
concrete) dengan menggunakan pengenyal bakso mixphos pada air laut.

B. Rumusan Masalah
Pada pembetonan di dalam air, perlu diperhatikan ikatan antar partikel material
tersebut. Beton bawah air memiliki sifat pencucian atau dapat mengikis semen dan
agregat lainnya. Beton bawah air memerlukan zat tambah agar berkurangnya sifat
pencucian tersebut agar campuran beton tersebut lebih kohesif. Bahan tambah
untuk beton tersebut relatif mahal maka dalam penelitian ini dipakai pengenyal
bakso jenis mixphos. Air laut memiliki kandungan zat – zat berbeda dengan air biasa
maka dalam penelitian ini juga akan melihat dampak yang terjadi akibat air laut
tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengkaji pengaruh penambahan pengenyal bakso mixphos pada beton bawah


air dari air laut.
2. Mengkaji sifat fisik beton bawah air dengan bahan tambah pengenyal bakso
mixphos dari air laut.
3. Mengetahui ketersediaan pengenyal bakso mixphos sebagai alternatif lain
dalam pembetonan dalam air laut.

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Menjadikan pengenyal bakso mixphos sebagai bahan tambah dalam


pembetonan air laut.
2. Menjadikan referensi terbaru dalam pembuatan dan pengembangan beton
bawah air.

D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Proporsi pengenyal bakso mixphos sebagai bahan tambah sebesar 5%, 10%,
15% dari berat semen.
2. Semen yang digunakan adalah semen OPC (Ordinary Portland Cement)
produk dari PT. Semen Padang.
3. Pengujian sifat mekanis beton meliputi kuat tekan beton.
4. Pengujian sifat fisik beton meliputi absorpsi beton.

E. Tinjauan Pustaka
E.1 Underwater Concrete
Underwater Concreting merupakan salah satu metode tertua untuk
menempatkan beton di bawa air untuk pembangunan struktur yang terendam seperti
pelabuhan, jembatan, saluran air dan struktur serupa lainnya (Samanta, Das, &
Sabui, 2018). Sifat – sifat yang dimiliki dari underwater concrete ini ialah
kemampuan beton mengalir, retensi kemampuan kerja selama waktu yang wajar,
pemadatan sendiri, kohesi yang memadai untuk menghindari pemisahan, panas
hidrasi, low bleeding, waktu himpunan terkendali, kekuatan ikatan memdai, low
creep and shrinkage, ketahanan terhadap pencucian dengan air yang mengalir,
ketahanan abrasi. (Samanta, Das, & Sabui, 2018)

Metode underwater concrete ialah sebagai berikut metode beton pre-packed,


the tremie method, metode pompa beton (Samanta, Das, & Sabui, 2018). Metode
yang sering digunakan saat ini ialah the tremie methods. Terdapat beberapa
campuran yang dapat digunakan untuk mencegah pembersihan material semen dan
dispersi agregat selama penempatan beton di bawah air. Campuran tersebut berupa
Hydroxyethylcellulose (HEC) dan Hydroxymethylcellulose (HEMC), dan
Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC) (Samanta, Das, & Sabui, 2018).

Beton dikatan underwater concrete apabila memiliki sifat berikut ini :


(Samanta, Das, & Sabui, 2018)

a. Flowability : karena pertambahan viskositas dari underwater concrete anti-


washout, perubahan slump berlangsung selama beberapa menit. Puncak slump
berada antara 8 sampai 10. Secara umum uji slump untuk underwater concrete
yang kaku.
b. Kadar udara : mortar dan beton yang dicampur dengan selulosa dapat
meningkatkan kadar udara dengan bagus. Dapat mengurangi kadar udara beton
menjadi antara 3% hingga 5%.
c. Bleeding : campuran beton yang mengandung anti-washout dapat menahan
lebih banyak air pencampuran. Jumlah yang digunakan lebih dari dua kali lipat
jumlah yang diperlukan untuk mencegah bleeding maka sedikit terjadi bleeding
pada beton underwater concrete anti-washout.
d. Waktu pengaturan : anti-washout campuran mengandung campuran cepat oleh
sebab itu waktu pengaturan di perpanjang. Campuran anti-washout yang
mengandung akrilik tidak berpengaruh pada pengaturan waktu. Percepatan
campuran paling umum dalam proses pencampuran untuk menghasilkan hasil
akhir dari waktu pengaturan sekitar 5 sampai 12 jam.

E.2 Pengenyal Bakso Mixphos


Pemakaian pengenyal bakso dikarenakan sifat dari semen dan daging memiliki
kemiripan. Sifat yang mirip yaitu daging memiliki kemampuan mengikat air (Water
Holding Capacity) (Soeparno, 1994). Bahan pengisi dan pengenyal merupakan
bahan anorganik yang digunakan untuk memperbaiki stabilitas emulsi, mereduksi
penyusutan, memperbaiki sifat irisan, dan bahan ini dapat mengabsorpsi air dua
sampai tiga kali lipat dari berat semula (Ockerman, 1978).

Pengenyal bakso mixphos merupakan salah satu jenis dari pengenyal bakso
yang beredar di Indonesia. Pengenyal bakso ini merupakan sebuah merk dagang
yang sangat populer di kalangan industri perbaksoan. Pengenyal bakso mixphos
atau phosmix atau phospat blend FG adalah percampuran dari berbagai phospat.
Phospat yang digunakan untuk daging yaitu Sodium Tripoly Phospat, Sodium Acid
Piro Phospat dan masih banyak lagi jenis phospat yang lainnya. Fungsi dari
mixphos ialah agar mempertahankan air dalam daging agar tidak hilang atau dengan
kata lain mengikat air. Pengenyal ini berguna untuk mempertahankan dan mengikat
air dalam adonan.

E.3 Material Penyusun Beton


Beton terdiri dari beberapa material penyusun yang kemudian menjadi satu
kesatuan. Material tersebut adalah agregat kasar, agregat halus, semen dan air.
Setaip material memiliki komposisi yang berbeda-beda. Persentase komposisi
agregat kasar biasanya 30% hingga 50%, agregat halus sekitar 25% hingga 35%,
semen sekitar 15% hingga 20%, dan air sekitar 7% hingga 15%. Komposisi yang
tepat akan mempengaruhi kualitas beton. Beton juga dapat ditambah dengan bahan
campuran lain sesuai dengan kebutuhan.

E.3.1 Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80% volume agregat.
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat
berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat yang
berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara agregat
berukuran besar (Nawy, 1998). Agregat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu agregat
halus dan agregat kasar yang di dapat secara alami atau buatan.
Agregat kasar adalah material penyusun beton yang semua butirannya tertahan
pada saringan berdiameter 4,75 mm. Agregat kasar dapat mempengaruhi kekuatan
dan sifat struktur beton. Oleh karena itu, agregat kasar harus dipilih yang cukup
keras, tidak retak dan tidak mudah pecah, bersih dan bebas dari lapisan pada
permukaannya. Agregat kasar berupa kerikil, batu pecah, atau pecahan – pecahan
dari blast – furnace (Nawy, 1998). Agregat kasar jenis batu pecah memiliki
permukaan kasar, bentuknya tidak membulat dan sisi-sisinya sedikit lebih tajam.
Hal ini akan membuat daya lekat agregat dengan pasta semen menjadi tinggi,
sehingga membuat nilai kuat tekan beton meningkat. Agregat kasar jenis kerikil
bentuknya membulat dan menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan
batu pecah.
Agregat halus adalah material penyusun beton yang semua butirannya lolos
pada saringan berdiameter 4,75 mm. Agregat halus yang baik harus bebas bahan
organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100, atau bahan –
bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu
campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis
saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat
halus (Nawy, 1998).
Tabel E. 1 Syarat Mutu Pengujian Karakteristik Agregat

Standar pemeriksaan
No Jenis Pemeriksaan agregat Sumber
Halus Kasar
1 Kadar air (%) < 5,00 < 5,00 SNI 03-1971-1990
2 Berat Jenis (g/cm3)
a. Apparent specific
2,58 - 2,83 2,58 - 2,83
Gravity
b. Bulk specific gravity
2,58 - 2,83 2,58 - 2,83 SNI 03-1970-1990
(kering)
c. Bulk specific gravity
2,58 - 2,83 2,58 - 2,83
(ssd)
d. Absorption (%) 2,00 - 7,00 2,00 - 7,00
3 Berat volume (g/cm3)
a. Kondisi gembur 1,40 - 1,90 1,40 - 1,90 SNI 03-4804-1998
b. Kondisi padat 1,40 - 1,90 1,40 - 1,90
4 Ketahanan aus (%) - < 40 SNI 03-2417-1991
5 Modulus kehalusan 1,50 - 3,80 5,00 - 8,00 SNI 03-1968-1990
6 Kadar Lumpur (%) <5 - ASTM C 142
7 Kandungan organik < No.3 - ASTM C-40

E.3.2 Semen
Semen adalah material berbentuk halus yang berguna sebagai perekat antara
agregat halus dan agregat kasar. Semen akan bereaksi dengan air menjadi pasta
semen. Pasta semen berfungsi untuk melekatkan butir-butir agregat agar menjadi
suatu kesatuan massa yang kompak atau padat. Selain itu pasta semen mengisi
rongga-rongga antara butir- butir agregat.
Semen yang biasanya digunakan adalah semen portland. Menurut SNI 15-
2049-2004 semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
denga cara menggiling terak semen portland terutama yag terdiri atas kalsium
silikat yang bersifat hidraulis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan
berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland
dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :
1. Tipe I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lain
2. Tipe II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang
3. Tipe III yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5. Tipe V yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
E.3.3 Air
Air memiliki peran yang penting dalam proses pencampuran beton. Air akan
bereaksi dengan semen dan mengalami hidrasi. Reaksi ini terjadi antara silikat dan
alumina pada semen dengan air. Dengan adanya air, senyawa silikat dan alumina
tersebut membentuk produk hidrasi yang berupa massa yang keras dan kuat.
Menurut SNI 03-2847-2002 syarat air dalam proses pembuatan beton ialah :

1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan
– bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, dan bahan
organik, atau bahan – bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi ;
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama

Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang
– kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang
dapat diminum.

E.4 Air Laut


Air laut memiliki kandungan garam yang tinggi yang dapat menggerogoti
kekuatan dan keawetan beton. Hal ini disebabkan klorida (Cl) yang terdapat pada
air laut yang merupakan garam yang bersifat agresif terhadap bahan lain, termasuk
beton. Kerusakan dapat terjadi pada beton akibat reaksi antara air laut yang agresif
yang terpenetrasi ke dalam beton dengan senyawa – senyawa di dalam beton yang
mengakibatkan beton kehilangan sebagian massa, kehilangan kekuatan dan
kekakuannya serta mempercepat proses pelapukan (Mehta, 1991).

Garam – garam sodium yang terkandung dalam air laut dapat menghasilkan
subtansi yang bila berkombinasi dengan agregat alkali yang reaktif, sama seperti
dengan kombinasi dengan semen alkali. Oleh sebab itu, air laut tidak boleh dipakai
untuk beton yang diketahui mempunyai potensi agregat alkali reaktif bahkan bila
kadar alkalinya rendah (Nugraha, 2007). Sebagian garam – garam ini akan bereaksi
secara kimiawi dengan semen dan mengubah atau memperlambat proses
pengikatan semen, jenis – jenis lainnya dapat mengurangi kekuatan beton. Selain
reaksi kimia, kristalisasi garam dalam rongga beton dapat mengakibatkan
kehancuran akibat tekanan kritalisasi. Karena kristalisasi terjadi pada titik
penguapan air, bentuk serangan terjadi di dalam beton di atas permukaan air. Garam
naik di dalam beton dengan aksi kapiler sehingga serangan terjadi hanya jika air
dapat terserap dalam beton (Nugraha, 2007).
E.4 Pengujian Beton
E.4.1 Kuat Tekan Beton
Menurut SNI 03-1974-1990 kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan
luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Alat yang digunakan pada pengujian ini
adalah mesin uji tekan (Compression Test Machine). Kekuatan beton adalah muatan
tekan maksimum yang dapat dipikul per satuan luas. Kuat tekan beton diwakili oleh
tegangan maksimum f’c pada saat beton mencapai usia 28 hari. Rumus untuk
mencari kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
𝑃
𝑓′𝑐 = (2.1)
𝐴

Keterangan :
f’c = kuat tekan beton yang didapat dari benda uji (MPa)
P = beban tekan maksimum (N)
A = luas permukaan benda uji (mm2)

Dalam reaksi uji kuat tekan dari pembebanan tekan (P) yang di beri oleh mesin uji
kuat tekan (Compression Test Machine) akan diterima oleh seluruh daerah luasan
penampang secara merata hingga terjadi keruntuhan pada benda uji beton.

E.4.2 Serapan Air Beton


Untuk mengetahui serapan air beton dapat dihitung dengan rumus :

(𝑊2−𝑊1)
𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 (%) = 𝑥 100% (2.3)
𝑊1

Keterangan :
W1 = Berat Beton Oven (Kg)
W2 = Berat Beton Kering Permukaan – SSD (Kg)
Menurut SNI 03-2914-1990 sifat beton kedap air harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Beton kedap air normal bila diuji dengan cara perendaman dengan air
selama 10+0,5 menit, resapan (absorpsi) maksimum 2,5% terhadap berat
beton kering oven. Selama perendaman 24 jam, resapan maksimum 6,5%
terhadap berat beton kering oven.
2. Beton kedap air agresif, bila diuji dengan tekanan air maka tembusnya air
ke dalam beton tidak melampaui batas berikut ini.
a. Agresif sedang : 50 mm
b. Agresif kuat : 30 mm

Anda mungkin juga menyukai