DI JEPANG
Disusun oleh :
13/350235/SA/17093
Sastra Jepang
Jepang adalah salah suatu negara yang telah berhasil mengembangkan industri otomotif
serta budayanya. Berbagai macam produk industri otomotif serta produk budayanya telah
Industri otomotif di Jepang adalah salah satu industri paling terkenal di dunia. Jepang
adalah negara produsen mobil terbesar di dunia pada tahun 2008 tapi kemudian dikalahkan
oleh China pada tahun 2009,meskipun dari standar kualitas mobil buatan Jepang masih
dianggap lebih baik. Jepang mempunyai banyak perusahaan yang memproduksi mobil,
negara di dunia mengenal budaya Jepang. Seiring dengan perkembangannya, budaya Jepang
Jepang mempunyai industri otomotif yang unik dan variatif. Salah satu yang unik
adalah itasha. Secara harfiah kata itasha dari dua buah kanji yaitu kanji ita yang berarti sakit
dan sha yang berarti mobil. Atau dapat diartikan mobil yang sakit.
Itasha adalah kendaraan yang di ita-kan. Ita dari itasha yang mengartikan sakit.
Diartikan dengan mendesain tampilan kendaraannya dengan mengambil tema karakter tertentu
yang tak lazim. Orang Jepang percaya bahwa meng-ita kendaraan masing-masing akan
menjadi sakit hati karena kesan yang didapat lain dari yang lain. Dengan kata lain, kita
Tokoh-tokoh dalam gambarnya didominasi oleh gadis-gadis moe atau karakter karakter
fiksi yang diambil darisebuah game atau anime atau karakter indie lainnya. Dalam membuat
itasha biasanya hiasan yang digunakan umumnya berupa skema cat dan stiker.
Pada awalnya kendaraan yang di desain atau modifikasi adalah mobil saja. Dengan
seiring berjalannya waktu, kendaraan lain pun di desain dan dimodifikasi. Istilah untuk sepeda
motor yang dihias sedemikian rupa disebut dengan itansha, sedangkan untuk sepeda disebut
dengan itachari. Namun masyarakat awam tetap memahami bahwa segala kendaraan yang
Pada tahun 1980-an, ketika Jepang berada pada puncak kekuasaan ekonominya, jalanan
Tokyo berubah menjadi parade mobil impor yang mewah. Dari berbagai mobil-mobil itu,
itasha menjadi yang paling diminati. Pada saat itu, Itasha ,singkatan dari Itaria-sha , adalah
karakter pada badan mobil. Pada tahun 1990-an, istilah "itai" diambil untuk menjelaskan otaku
yang kuat dan memuja-muja yang diasosiasikan dengan pembunuh berantai Tsutomu Miyazaki
Sejak saat itu, mobil Itaria-sha atau itasha tersebut disebut dikenal dengan itaisha yang
memiliki makna mobil sakit, sakit “tersakiti karena malu” atau mobil yang membuat dompet
sakit karena untuk memodifikasi mobil membutuhkan banyak biaya. Kini itasha dengan arti
Itasha is what happens when you combine people obsessed with manga, anime,
and video games (referred to as otaku) with unsuspecting cars. Notice how almost all
of the girls pictured are actually bizzar, full-sized dolls. (Matt Hardigree)
Istilah itaisha muncul karena desain yang digunakan adalah desain yang tidak lazim
untuk mobil. Para pelaku itaisha mendesain mobil dengan menggunakan karakter animasi
favoritnya, desain dan tema warna didominasi oleh karakter yang diidolakannya yang disebut
waifu atau dapat diartikan sebagai istri. Desain mobil menjadi terlihat sangat mencolok.
Menurut masyarakat awam, desain tersebut sangat jauh dengan desain yang keren. Oleh karena
Walaupun itasha telah ada sejak tahun 1980an, itasha baru terkenal pada awal tahun
2000an saat budaya anime mulai terkenal melalui internet di seluruh dunia. Itasha pertama kali
muncul pada konvensi Comic Market 68. Sejak saat itu itasha mulai dikenal oleh masyarakat
di seluruh dunia.
Tahun 2007 diadakan sebuah acara bernama Autosalone yaitu konvensi itasha
diselenggarakan di Ariake, dekat dengan tempat diselenggarakannya Comic Market. Sejak saat
itu, fenomena itasha tumbuh dan berkembang untuk orang-orang mengekspresikan dirinya
Dewasa ini, perkembangan itasha dalam acara motorsport adalah salah satu fitur yang
unik dalam industry motorsport di Jepang. Itasha pada mobil balap dapat ditemukan dalam
acara untuk klub internasional. Karena sekarang pertandingan balap resmi dibawah FIA atau
federasi internasional yang menaungi olahraga otomotif sudah ada. Tidak hanya peserta amatir,
tim professional maupun tim yang didukung oleh manufaktur pun tidak keberatan apabila
mobil mereka diomodifikasi menjadi itasha. Hal ini tidak hanya untuk mempromosikan
sponsor mereka, tetapi uga untuk memperluas fanbase tim mereka atau mempromosikan acara
Fenomena menjamurnya penggemar Itasha sampai saat ini masih menagalami tren yang
terus meningkat. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih sedikit penelitian mengenai
itasha . Pendekatan budaya popular dan fenomenologi dipilih karena pendekatan ini
berhubungan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat. Selain itu, banyak orang yang
belum mengetahui secara mendalam mengenai mode itasha ini. Penelitian ini diharapkan akan
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
2. Menjelaskan faktor faktor apa saja yang melatarbelakangi para otaku membuat itasha.
D. Landasan Teori
dengan apa yang akan diteliti. Barker mengungkapkan bahwa budaya pop adalah budaya yang
bersifat umum dan tersebar luas. Makna dan praktik budaya tersebut dibuat oleh masyarakat
(Barker, 2005:46). Sejalan dengan itu, Fiske dalam bukunya Memahami Budaya Populer juga
mengungkapkan bahwa budaya populer dalam masyarakat yang kompleks adalah budaya kaum
Budaya populer juga bersifat singkat dan sementara, oleh karena itu budaya populer dapat
Walaupun budaya populer dicela dan diremehkan, namun perkembangannya justru tidak
dapat dibendung. Budaya populer seringkali dianggap sebagai salah satu bentuk penentangan
terhadap budaya kaum elit dan terdidik. Sifat budaya populer yang cenderung disukai banyak
orang dan mudah ditemui di masyarakat menyebabkan budaya ini rentan dikendalikan dan
dikomersialisasikan oleh kaum kapitalis. Menurut Dennis McQuail ciri utama kebudayaan pop
adalah orisinalitas yang spontan, eksistensinya berlangsung terus dalam kehidupan sosial
dengan perniknya yang beraneka ragam dalam wujud bahasa, busana, musik, tata cara dan
Budaya populer adalah budaya massa yang digerakan oleh kepentingan pasar karena
mengambil nilai dari dunia iklan, industri hiburan dan dunia massa. Menurut Strinati budaya
massa yang menggeser masyarakat yang berbasis tradisi sehingga budaya populer sering
disebut dengan budaya massa. Kebudayaan populer memiliki dua karakter, yaitu bersifat
instan, memberikan pemuasaan sesaat dan cenderung dangkal dan bersifat massa sehingga
terlepas dari dampak posmodern, yaitu kebebasan berekspresi. Budaya populer merupakan
budaya yang disukai oleh banyak orang. Strinati juga mengungkapkan bahwa budaya massa
adalah suatu kebudayaan yang kurang memiliki tantangan dan rangsangan intelektual, dan
lebih cenderung pada pengembangan fantasi tanpa beban dan pelarian (Strinati, 2007:16).
Dalam kebudayaan massa tidak ada lagi elitisme karena semua bersifat massal, yang artinya
populer, modern merupakan paket, mempunyai penonton yang luas dan dapat diperoleh secara
Donny (2005: 150) menuliskan fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran
dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan kesadaran. Fenomenologi juga
Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak
berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya
digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan.
E. Tinjauan Pustaka
Peneliti telah melakukan peninjauan pustaka baik terjun secara langsung ke perpustakaan
maupun melakukan pencarian di internet. Hasil tinjauan pustaka yang peneliti lakukan secara
adanya skripsi maupun tesis yang membahas tentang itasha. Tetapi untuk tesis atau skripsi
yang mengangkat tentang budaya populer dapat ditemukan lumayan banyak. Oleh karena itu
Pertama, skripsi dari Aidin Adrian mahasiswa jurusan antropologi universitas Gadjah
Mada yang berjudul “Punk sebagai fenomena pop Culture”(studi tentang komunitas ,perilaku
dan musik punk di Yogyakarta). Skripsi ini memaparkan adanya komunitas punk sebagai
fenomena budaya modern saat ini. Skripsi ini juga menjelaskan bahwa meningkatnya
Kedua, tesis dari Rahma Pratama mahasiswa sastra jepang universitas Gadjah Mada yang
berjudul “Fenomena mode gangguro pada kaum muda jepang dan pengaruhnya terhadap
produk budaya populer”. Skripsi ini membahas tentang fenomena gangguro yang
Kedua penelitian diatas penulis jadikan acuan dalam meneliti itasha sebagai fenomena pop
culture.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap penelitian, yaitu tahap pengumpulan
data, analisis data, dan penyajian hasil data. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan penulis dengan wawancara
mendalam terhadap nara sumber, lalu diperkuat dengan tinjauan pustaka pada literatur yang
ada, majalah, serta internet baik dalam bahasa Jepang maupun bahasa Inggris. Kemudian
analisis dilakukan dengan memaparkan hasil wawancara mendalam dengan nara sumber serta
menganalisa dinamika hubungan antara fenomena yang diteliti dengan teori yang digunakan,
DAFTAR PUSTAKA
Dominic, Strinati. 2004. Popular Culture: Pengantar Menuju Budaya Populer. Bandung :
Bentang Pustaka.
Storey, John. 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop. Terjemahan Qalam Yogyakarta : Qalam
Publising.
https://kasamago.wordpress.com/2012/06/04/mengenal-lebih-dekat-tentang-itasha-itansha-
http://dinar-i-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-97983-Umum-fenomenologi.html diakses 7
desember 2015