Anda di halaman 1dari 5

Borang Portofolio

Topik : Benign Paroxysmal Positional Vertigo


Tanggal (kasus) : 7 Maret 2016 Presenter : dr. Suryaningtyas Prabowo
Tanggal Presentasi : April 2016 Pendamping : dr. Yudith
Tempat Presentasi : RSAL dr. R. Oetojo Sorong
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Perempuan, usia 34 th, nyeri perut kanan bawah, leukosit 18.900 / mm3
□ Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Nama : Ny F, 37 tahun, BB : 55
Data Pasien : No. Registrasi :
kg, TB : ± 160cm
BP Lantamal Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien mengeluh pusing berputar ketika bangun tidur, sampai
pasien merasa tidak bisa berdiri bahkan terjatuh, penderita lebih baik jika hanya berbaring
diam, mual dan muntah ada, telinga berdenging tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.
7. Riwayat Imunisasi : -

1
8. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Mardjono, Mahar dan Priguna sidharta. Neurologi Dasar Klinis. Dian Rakyat. Jakarta. 2006.
p: 177-180
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis BPPV
2. Terapi BPPV
3. Penyebab terjadinya BPPV
4. Pemeriksaan untuk BPPV
5. Fisioterapi untuk BPPV

2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjective
Pasien mengeluh pusing berputar ketika bangun tidur, sampai pasien merasa tidak bisa
berdiri bahkan terjatuh, penderita lebih baik jika hanya berbaring diam, mual dan muntah
ada, telinga berdenging tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. Hal ini perlu dipikirkan
sebagai suatu kelainan pada vestibular.

2. Objective
Hasil pemeriksaan fisik menunjang penegakan diagnosis. Pada kasus ini, diagnosis
ditegakkan berdasarkan:
a. Gejala klinis: Pasien mengeluh pusing berputar ketika bangun tidur, sampai pasien
merasa tidak bisa berdiri bahkan terjatuh, penderita lebih baik jika hanya berbaring
diam, mual dan muntah ada, telinga berdenging tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.
b. Pemeriksaan Fisik : Uji dix hallpike nistagmus ( - )
c. Riwayat penyakit :

3. Assessment

Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan jenis vertigo vestibular perifer
yang paling sering ditemui, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak
pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun).

Dari namanya, jelas bahwa vertigo ini diakibatkan perubahan posisi kepala seperti saat
berguling di tempat tidur, membungkuk, atau menengadah ke atas. Mekanisme pasti
terjadinya BPPV masih samar. Tapi penyebabnya sudah diketahui pasti yaitu debris yang
terdapat pada kanalis semisirkularis biasanya pada kanalis posterior. Debris berupa
kristal kalsium karbonat itu dalam keadaan normal tidak ada. Diduga debris itu
menyebabkan perubahan tekanan endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul gejala
vertigo.

Salah satu cara yang sangat mudah dikerjakan untuk mendiagnosis BPPV adalah uji Dix-
Hallpike, yaitu dengan menggerakkan kepala pasien dengan cepat ke kanan, kiri dan
kembali ke tengah. Uji itu dapat membedakan lesi perifer atau sentral. Pada lesi perifer,
dalam hal ini positif BPPV, didapatkan vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, menghilang dalam waktu kurang dari 1 menit, berkurang dan
menghilang bila uji diulang beberapa kali (fatigue). Berbeda dengan lesi sentral, periode
laten tidak ditemukan, vertigo dan nistagmus berlangsung lebih dari 1 menit, dan bila
diulang gejala tetap ada (non fatigue).

Obat tidak diberikan secara rutin pada BPPV. Malah cenderung dihindari karena
penggunaan obat vestibular suppresant yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu
dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas

3
vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul berupa
ngantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan.

Tanpa obat bukan berarti tidak ada terapi untuk mengurangi gejala vertigo pada BPPV.
Adalah manuver Epley yang disinyalir merupakan terapi yang aman dan efektif.
Manuver ini bertujuan untuk mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis posterior
ke vestibular labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dapat mencapai 100% bila
dilatih secara berkesinambungan. Bahkan, uji Dix-Hallpike yang semula positif menjadi
negatif. Angka rekurensi ditemukan 15% dalam 1 tahun. Meski dibilang aman, tetap saja
ada keadaan tertentu yang menjadi kontraindikasi melaksanakan manuver ini yaitu
stenosis karotid berat, unstable angina, dan gangguan leher seperti spondilosis servikal
dengan mielopati atau reumatoid artritis berat.

Setelah melakukan manuver Epley, pasien disarankan untuk tetap tegak lurus selama 24
jam untuk mencegah kemungkinan debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior.
Bila pasien tidak ada perbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa, pembedahan
dipertimbangkan.

4. Plan
Diagnosis : Kemungkinan penyebab kelainan tersebut Benign Paroximal Vertigo.
Penyebab penyakit ini yaaitu terdapatnya kristal kalsium karbonat pada
kanalis semisirkularis yang menyebabkan perubahan tekanan endolimfe
dan defleksi kupula sehingga timbul gejala kupula. Upaya diagnosis sudah
cukup optimal.

Pengobatan : Prinsip pengobatan pada vertigo ini ialah kausal dan simptomatik. Untuk
kausal dari BPPV ini bisa dilakukan manuver Epley yang disinyalir dapat
mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis posterior ke vestibular
labirin. Dan untuk simptomatik dapat dipertimbangkan penggunaan
vestibular supressan untuk mengurangi gejala keluhan pusing berputar.
Vestibular supresant ini mengandung anti emetik yang merupakan salah
satu gejala dari vertigo. Penggunaan vestibular supressan tidak boleh
diberikan terlalu banyak pada pasien BPPV karena dapat mengganggu
mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular
perifer yang sudah terjadi, selain itu efek samping yang ditimbulkan
berupa mengantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan.
Medikamentosa : Betahistine Mesylate 6 mg (1-2 tab/ hari ) . Dosis yang
dianjurkan 2 tablet / hari.

Pendidikan : Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu


proses penyembuhan dan pemulihan. Oleh karena itu, pasien dan
keluarganya diberikan penjelasan mengenai BPPV dan terapinya. Pasien
diminta agar kontrol rutin agar dapat dilihat perjalanan penyakit dan

4
kemajuan terapi. Pasien dan keluarga juga dianjurkan untuk segera datang
kembali jika ada hal-hal yang meragukan atau bila ada keluhan lainnya.

Konsultasi : Perlu dijelaskan kepada pasien mengenai perlunya konsultasi dengan


Fisioterapis.

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan


Kepatuhan Obat dimakan jika dalam serangan Obat ini diharapkan mengurangi
makan saja. Pada BPPV tidak baik jika gejala pusing berputar.
obat terlalu sering minum obat vestibular
supresant.
Melakukan Manuver epley dilakukan untuk Debris kalsium akan kembali ke
manuver setiap gerakan masing 30 detik – 60 tempatnya berasal.
epley detik. Lakukan reposisi kepala
dengan memiringkan kepala ke kiri
dan kekanan.
Nasihat Setiap kali kunjungan Pemahaman akan Penyakit BPPV
yang tidak mendominasi dengan
penggunaan obat. Obat cukup
diberikan pada saat serangan saja.
Tidak boleh diberikan dalam
jangka panjang. Cukup dengan
sering melakukan manuver Epley.

Anda mungkin juga menyukai