Anda di halaman 1dari 121

Dibuat untuk meningkatkan Layanan

Badan Kepegawaian Daerah kepada Pegawai Negeri Sipil


di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH


PEMERINTAH KABUPATEN AGAM
TAHUN 2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


atas limpahan rahmat, berkah dan hidayahNya jualah, akhirnya
kami dapat menyelesaikan Petunjuk Praktis Layanan
Administrasi Kepegawaian ini.
Buku ini berisikan informasi tentang layanan administrasi
kepegawaian, dalam lingkup jenis layanan, persyaratan dan
prosedur pengurusan, serta peraturan yang mendasarinya yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menarik dan mudah dipahami. Dalam buku ini juga
disajikan ringkasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara.
Buku ini pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan pelayanan prima
kepada PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam. Diharapkan dengan
membaca buku ini PNS mengetahui dan memahami sehingga memudahkan
PNS dalam menerima layanan administrasi kepegawaian BKD Kabupaten
Agam.
Berhasil diterbitkannya buku pedoman ini berkat dukungan dan peran
serta dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bupati Agam, yang telah merestui penerbitan buku ini;
2. Wakil Bupati Agam.
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Agam;
4. Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Agam.
5. Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang dan
staf di Lingkungan BKD Kabupaten Agam.
6. Semua pihak yang terkait dengan layanan administrasi kepegawaian.
Kami berharap semoga informasi yang terdapat dalam buku ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya, terima kasih.

Lubuk Basung, 10 April 2014


KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
KABUPATEN AGAM

DAFRINES, SE
Pembina Utama Muda
NIP. 19611018 198103 1 003

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................. 4
B. Tujuan ........................................................................................... 4
C. Sekilas Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Agam ............ 5
BAB II PEDOMAN LAYANAN KEPEGAWAIAN............................................ 7
A. Konversi NIP ................................................................................. 7
B. Kartu Pegawai (Karpeg) ............................................................... 9
C. Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE) ............................... 11
D. Kartu Taspen ............................................................................. 12
E. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil .............................................. 16
F. Peninjauan Masa Kerja ................................................................ 20
G. Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional........................... 21
H. Penilaian Kinerja PNS .................................................................. 27
I. Ujian Dinas ................................................................................... 31
J. Ujian Penyesuaian Ijazah ............................................................. 33
K. Kenaikan Pangkat PNS ................................................................ 35
L. Pencantuman Gelar Kesarjanaan ................................................ 48
M. Pemindahan PNS ......................................................................... 48
N. Perkawinan PNS .......................................................................... 52
O. Disiplin PNS .................................................................................. 60
P. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ................................................ 68
Q. Tugas Belajar dan Izin Belajar ..................................................... 73
R. Cuti PNS ....................................................................................... 84
S. Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya ......... 90
T. Pensiun PNS ................................................................................ 92
U. Bapertarum/Taperum PNS .......................................................... 102
V. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg) BKD ....... 106
BAB III RINGKASAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA .......................................... 109
A. Pendahuluan ............................................................................... 109
B. Kedudukan Pegawai ASN ............................................................ 109
C. Jabatan ASN ................................................................................ 110
D. Kebijakan, Pembinaan Profesi, dan Manajemen ASN ................. 112
E. Manajemen PNS .......................................................................... 114
F. Manajemen PPPK ........................................................................ 118
G. Penutup ........................................................................................ 120

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil merupakan motor penggerak penyelenggaraan


pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaan tugas,
PNS diharapkan fokus mencurahkan segala potensi dan perhatiannya
untuk mensukseskan pencapaian tujuan organisasinya. Segala hal yang
akan mengganggu dan menjadi pemecah konsentrasi haruslah
diminimalisir.
Badan Kepegawaian Daerah selaku perangkat daerah, salah satu
tugasnya adalah memberikan pelayanan kepegawaian kepada PNS.
Dalam memberikan pelayanan kepegawaian, perlu diberikan informasi
yang lengkap terkait pelayanan itu. Layanan kepegawaian haruslah
tersosialisasi dengan sempurna, sehingga semua PNS tahu dan
memahami segala hal terkait dengan layanan tersebut.
Salah satu persyaratan untuk menciptakan pelayanan yang baik
adalah kejelasan tentang layanan itu, baik aturan yang mengaturnya,
manfaat, persyaratan, mapun prosedur atau cara pengurusannya.
Untuk memberikan layanan yang baik terhadap PNS yang tersebar di
16 Kecamatan dengan 44 SKPD atau 600 lebih unit kerja, BKD Kabupaten
Agam menerbitkan buku pedoman dalam memberikan layanan
kepegawaian. Buku ini menyajikan informasi layanan kepegawaian, mulai
dari pengertian, dasar hukum, persyaratan dan prosedurnya, dan
diharapkan buku ini dapat membantu serta memberikan kemudahan bagi
PNS di Kabupaten Agam.
Dalam buku ini juga disajikan ringkasan Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara..

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan Petunjuk Praktis Layanan Kepegawaian ini adalah


untuk memberikan pedoman bagi PNS dalam mendapatkan layanan
administrasi kepegawaian BKD Kabupaten Agam, dengan membaca buku
ini PNS menjadi tahu, paham, dan mudah dalam pengurusan administrasi
kepegawaiannya di BKD.

4
C. Sekilas Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Agam

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000, tentang


Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah, dan Peraturan
Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2008, tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, bahwa Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan perangkat daerah yang
mempunyai tugas melakukan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah dibidang kepegawaian. Dengan kewenangan, diantaranya adalah
perumusan kebijakan dibidang kepegawaian, penyiapan kebijakan teknis
pengembangan kepegawaian daerah, penyiapan pelaksanaan
pengangkatan, pemutasian dan pemberhentian PNS, pengangkatan dan
pemberhentian dalam jabatan struktural dan fungsional, penyiapan dan
penetapan pensiun PNS, pengaturan dan penetapan gaji, tunjangan dan
kesejahteraan PNS, pengelola administrasi kepegawaian, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur.
Untuk menjalankan kewenangan dan melaksakan tugas tersebut,
BKD merumuskan visi “Terwujudnya Aparatur yang Profesional dan
Bertaqwa“. Profesional mempunyai makna bahwa sumber daya manusia
harus memiliki kapabilitas, disiplin, berkualitas, memiliki etos kerja yang
tinggi dalam melaksanakan tugas dan berorientasi kepada pencapaian hasil
serta memiliki integritas yang tinggi dalam rangka pengembangan tugas.
Sedangkan bertaqwa maknanya aparatur yang menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dalam setiap tindakan yang dilakukan dalam melayani kehidupan.
Dalam mewujudkan visi tersebut, maka BKD memiliki misi sebagai berikut:
1. Tersedianya jumlah pegawai, peta pegawai serta pemetaan sesuai
dengan kebutuhan.
2. Terlaksananya pengisian formasi, pelaksanaan mutasi serta promosi
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
3. Meningkatkan kemampuan SDM aparatur, baik teknis, fungsional
maupun manajerial yang terampil.
4. Tersedianya database yang akurat melalui sistem informasi manajemen
kepegawaian.
5. Terlaksananya reward dan punishment terhadap PNS.

Adapun Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten


Agam sebagai berikut:
1. Kepala (Eselon II b)
2. Sekretariat (Eselon III a), membawahkan:
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Eselon IV a)

5
b. Sub Bagian Keuangan (Eselon IV a)
c. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan (Eselon IV a)
3. Bidang Pengadaan dan Mutasi (Eselon III b), membawahkan:
a. Sub Bidang Pengadaan dan Penempatan (Eselon IV a)
b. Sub Bidang Mutasi (Eselon IV a)
4. Bidang Pembinaan, Pengembangan dan Pemberhentian Aparatur
(Eselon III b), membawahkan:
a. Sub Bidang Pembinaan dan Pemberhentian (Eselon IV a)
b. Sub Bidang Karier dan Jabatan (Eselon IV a)
5. Bidang Pendidikan dan Latihan (Eselon III b), membawahkan:
a. Sub Bidang Perencanaan dan Evaluasi Diklat (Eselon IV a)
b. Sub Bidang Diklat Penjenjangan dan Teknis Fungsional (Eselon IVa)
6. Bidang Pengembangan Sistim Informasi Manajemen Kepegawaian
(Eselon III b), membawahkan:
a. Sub Bidang Informasi Kepegawaian (Eselon IV a)
b. Sub Bidang Pengolahan Data (Eselon IV a)
7. Kelompok Jabatan Fungsional.

6
BAB II
PEDOMAN LAYANAN KEPEGAWAIAN

A. Konversi NIP

1. Dasar hukum:
a) Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor
Identitas Pegawai Negeri Sipil.
b) Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tata cara
Permintaan, Penetapan dan Penggunaan NIP.

2. Sekilas Konversi NIP


Setiap CPNS/PNS diberikan NIP. NIP ditetapkan oleh Kepala Badan
Kepegawaian Negara dan berlaku selama yang bersangkutan menjadi
PNS, pensiunan PNS, atau janda/dudanya. NIP berlaku juga bagi
keluarga yang menjadi tanggungan PNS dan penerima pensiun serta
orangtua penerima pensiun PNS yang tewas.
PNS yang pindah antar instansi pemerintah atau
diperbantukan/dipekerjakan atau ditugaskan kepada instansi lain tetap
menggunakan NIP yang telah ditetapkan baginya.
NIP berfungsi sebagai nomor identitas dalam hal:
a) Pembinaan karier PNS;
b) Pelayanan gaji;
c) Pelayanan pensiun;
d) Pelayanan asuransi sosial;
e) Pelayanan tabungan;
f) Pengelolaan administrasi kepegawaian;
g) Pelayanan lain yang bermanfaat bagi PNS.
NIP lama terdiri dari 9 digit, saat itu NIP merupakan singkatan dari
Nomor Induk Pegawai. Makna dari 9 angka tersebut yaitu 2 angka
pertama menunjukan Instansi dimana PNS yang bersangkutan terdaftar
pada waktu PUPNS tahun 1974 atau instansi yang mengangkat
pertama kali sebagai CPNS/PNS. Sedangkan 7 angka berikutnya
menunjukan nomor urut PNS yang bersangkutan pada Instansi.
Dengan dihapus/digabungnya beberapa instansi pemerintah dan
dialihkannya sebagian PNS pusat yang ada di daerah menjadi PNS
daerah serta diperluasnya otonomi daerah sampai dengan
Kabupaten/Kota, maka NIP lama dianggap tidak sesuai lagi dengan
7
perkembangan keadaan. Dua angka pertama NIP yang menunjukkan
instansi telah bercampur baur, sehingga tidak lagi menunjukkan PNS
suatu instansi tertentu.
Berdasarkan data Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS)
2003, maka diubahlah NIP lama 9 digit menjadi NIP baru 18 digit.
NIP (baru), yang merupakan kependekan dari Nomor Identitas Pegawai
Negeri Sipil adalah nomor yang diberikan kepada PNS sebagai
identitas yang memuat tahun, bulan, dan tanggal lahir, tahun dan bulan
pengangkatan pertama sebagai CPNS, jenis kelamin PNS dan nomor
urut.
NIP terdiri atas 18 digit, dengan urutan sebagai berikut:
a) 8 (delapan) digit pertama adalah angka pengenal yang
menunjukkan tahun, bulan, dan tanggal lahir CPNS/PNS yang
bersangkutan, dengan ketentuan untuk bulan dan tanggal lahir
masing-masing dua digit.
b) 6 (enam) digit berikutnya adalah angka pengenal yang
menunjukkan tahun dan bulan pengangkatan pertama sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipi/Pegawai Negeri Sipil, dengan ketentuan
untuk bulan pengangkatan pertama dua digit.
c) 1 (satu) digit berikutnya adalah angka pengenal yang menunjukkan
jenis kelamin CPNS/PNS yang bersangkutan.
d) 3 (tiga) digit terakhir adalah angka pengenal yang menunjukkan
nomor urut CPNS/Pegawai Negeri Sipil. Penentuan nomor urut
didasarkan tahun, bulan, dan tanggal lahir, tahun dan bulan
pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS, & jenis kelamin yang
sama.

3. Pengurusan SK Konversi NIP Salah


NIP Salah dapat berupa kesalahan penulisan nama (salah huruf atau
spasi), kesalahan tanggal lahir, TMT CPNS, atau jenis kelamin.
Kesalahan pada SK Konversi akan berakibat pada salahnya data PNS
pada data base BKN salahnya KPE, SK Kenaikan Pangkat, dan produk
keputusan lainnya. Karena itu kesalahan SK Konversi NIP harus segera
diperbaiki.
persyaratan pengurusan perbaikan konversi NIP sbb:
a) Surat pengantar dari SKPD
b) Foto copy SK Konversi NIP yang salah
c) Foto copy SK CPNS
d) Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS
8
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur perbaikan SK Konversi NIP salah sbb:
a) PNS melaporkan kesalahan NIP dan menyerahkan persyaratan
sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola
kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
b) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c) Kemudian SKPD mengusulkan perbaikan SK Konversi NIP kepada
BKD.
d) BKD akan menindaklanjuti penggantian/perbaikan SK Konversi NIP
ke BKN untuk kesalahan tanggal lahir dan ke BKN Regional XII
Pekanbaru untuk kesalahan nama, TMT CPNS dan jenis kelamin.
e) SK Konversi NIP yang telah selesai akan diberitahukan dan
diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

B. Kartu Pegawai (Karpeg)


1. Dasar Hukum
Keputusan Kepala BAKN No. 01/KEP/1994 tentang Penetapan
KARPEG PNS.
2. Sekilas Karpeg
Karpeg diberikan kepada mereka yang telah berstatus sebagai PNS,
dengan kata lain CPNS belum dapat diberikan Karpeg. Karpeg adalah
Kartu Identitas diri sebagai PNS, dalam arti lain pemegang harus
berstatus sebagai PNS. Karpeg berlaku selama yang bersangkutan
menjadi PNS, apabila yang bersangkutan telah berhenti sebagai PNS,
maka Karpeg dengan sendirinya/secara otomatis tidak berlaku lagi.

Disamping sebagai Kartu Identitas diri bagi PNS, Karpeg juga


digunakan sebagai persyaratan dalam pengusulan Kenaikan Pangkat,
persyaratan pengajuan pensiun, dsbnya.
3. Pengurusan Karpeg
a. Pembuatan Karpeg
Adapun Persyaratan pembuatannya sbb:
1) Surat Pengantar dari SKPD.
2) Foto copy SK CPNS.

9
3) Foto copy SK PNS.
4) Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
5) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT).
6) Surat Keterangan Hasil Pengujian Kesehatan/KIR.
7) Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur pembuatan Karpeg sbb:
1) Setelah CPNS berubah status menjadi PNS, PNS menyiapkan
persyaratan pengurusan dan menyerahkannya ke unit/petugas
yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
2) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
3) Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg kepada
BKD.
4) BKD akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg ke BKN
Regional XII Pekanbaru.
5) Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

b. Pembuatan Karpeg yang Hilang


Adapun persyaratan sebagai berikut:
1) Surat Pengantar dari SKPD.
2) Foto copy SK CPNS.
3) Foto copy SK PNS.
4) Asli laporan kehilangan dari kepolisian
5) Mengisi Formulir Laporan Kehilangan Karpeg yang ditunjukan
kepada kepala Badan Kepegawaian Daerah diketahui oleh
atasan langsung.
6) Mengisi Formulir Permintaan Penggantian Karpeg yang
ditunjukan kepada kepala kantor Regional XII BKN Pekanbaru
(dibuat oleh BKD).
7) Foto copy Karpeg yang hilang (kalau ada)

10
8) Pas Photo Ukuran 3x4 sebanyak 3 Lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur pembuatan Karpeg sbb:
1) PNS yang kehilangan Karpeg, melaporkan kehilangan tersebut
ke kepolisian setempat untuk mendapatkan laporan kehilangan
dari kepolisian.
2) Kemudian menyiapkan persyaratan pengurusan dan
menyerahkannya ke unit/petugas yang mengelola
kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
6) Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg pengganti
kepada BKD.
7) BKD akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg pengganti ke
BKN Regional XII Pekanbaru.
8) Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

C. Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE)


1. Dasar hukum:
Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kartu Pegawai
Negeri Sipil Elektronik
2. Sekilas KPE
KPE merupakan kartu identitas PNS yang menggunakan teknologi
smartcard dan otentifikasi sidik jari, sehingga selain sebagai identitas,
KPE juga dapat dimanfatkan untuk berbagai layanan seperti
perbankan, kesehatan, Taspen, Taperum, dan aktivitas transaksi
merchant, serta fungsi-fungsi lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan, serta mendukung profesionalisme PNS.
KPE diberikan kepada setiap PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang
bersangkutan pensiun. Kepada suami/isteri dan anak yang menjadi
tanggungan PNS diberikan KPE tambahan. KPE ini nantinya akan
menggantikan fungsi KARPEG yang selama ini kita gunakan.

11
Penerbitkannya KPE adalah untuk memudahkan pelayanan kepada
PNS, penerima pensiun PNS dan Keluarganya. Di sisi lain dalam
implementasinya Pencetakan KPE ini bertujuan untuk:
a. Mendapatkan data biometric fisik PNS yang akurat untuk keperluan
perencanaan, pengembangan dan kesejahteraan PNS.
b. Membangun database KPE yang memiliki tingkat keotentikan dan
identifikasi yang tinggi sehingga menghasilkan data dan informasi
yang akurat.
c. Mewujudkan Data Kepegawaian yang mutakhir di Instansi Pusat
maupun Daerah yang terintegrasi secara nasional dalam sistem
informasi kepegawaian yang dapat diakses oleh PNS bersangkutan
melalui Anjungan KPE
d. Memberikan fasilitas multifungsi layanan kepada PNS yang lebih
efektif dan efesien melalui penggunaan KPE, meliputi:
1) Layanan Gaji;
2) Asuransi Kesehatan;
3) Tabungan Pensiun;
4) Tabungan perumahan;
5) Transaksi keuangan/perbankan
6) dan layanan lainnya.
Pada saat ini fungsi KPE baru bisa dimanfaatkan untuk layanan
gaji, transaksi perbankan, dan mengecek data PNS melalui
anjungan KPE. Sedangkan fungsi lainnya baru dapat dinikmati
setelah instansi terkait menyediakan fasilitas pendukungnya berupa
kebijakan dan sarana prasarananya.

3. Pengurusan KPE
a) Pengurusan KPE Salah
KPE salah merupakan implikasi dari kesalahan SK Konversi NIP.
Kesalahan ini dapat berupa kesalahan penulisan nama (salah
huruf, kata atau spasi nama) atau kesalahan NIP (tanggal lahir,
TMT CPNS, atau jenis kelamin).
Adapun persyaratan pengurusan sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) KPE asli yang salah
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK Konversi NIP
12
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur penggantian KPE salah sebagai berikut:
1) PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang salah, dilengkapi
dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke
unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
2) Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS
menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank Nagari.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD.
5) BKD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan
diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero).
6) KPE telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke
Bank Nagari Lubuk Basung dengan menyerahkan foto copy
rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari BKD.
b) Pengurusan KPE Rusak
KPE rusak berupa kerusakan fiisik KPE seperti terbelah, patah,
atau pecah pada bagian sudut yang berakibat kartu tidak berbaca
oleh mesin, atau media penyimpanan data yang tidak berfungsi,
dan sebagainya.
Persyaratan Pengurusan KPE rusak sbb:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) KPE asli yang rusak
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK Konversi NIP
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Prosedur pengurusan sebagai berikut:
1) PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang rusak,
dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas
ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit
Kerja.

13
2) Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS
menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank Nagari.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD.
5) BKD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan
diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero).
6) KPE telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke
Bank Nagari Lubuk Basung dengan menyerahkan foto copy
rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal
setelah menerima pemberitahuan dari BKD.
c) Pengurusan KPE Hilang
KPE PNS yang hilang karena pencurian, kecopetan, tertinggal, dan
sebagainya dapat diterbitkan kembali, dengan persyaratan sebagai
berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan Barang/Surat
Berharga dari Kepolisian
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK Konversi NIP
5) Foto copy rekening Bank Nagari (rekening pengganti).
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur penggantian KPE hilang sebagai berikut:
1) PNS segera melaporkan kejadian kehilangan ke Bank Nagari
untuk pemblokiran fungsi ATM, dan Kantor Polisi, untuk
mendapatkan Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan
Barang/Surat Berharga.
2) PNS melaporkan dan menyerahkan persyaratan sebagaimana
tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian
SKPD/Unit Kerja.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD.

14
5) BKD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penerbitan KPE baru ke BKN yang kemudian
akan diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero) untuk dicetak.
6) KPE telah siap diambil oleh PNS yang bersangkutan ke Bank
Nagari Lubuk Basung dengan menyerahkan foto copy rekening
tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari BKD.

D. Kartu Taspen
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1974 tentang Tunjangan
Kerja Bagi Pegawai Negeri dan Pejabat Negara.
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974
tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran,
dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri,
Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.
c. Keputusan Persiden RI Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan
dan Tambahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut
dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang
Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor:500/KMK.06/2004.
2. Sekilas Kartu Taspen.
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan
asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah, dalam hal ini adalah PT.
Taspen. Sebagai bukti kepesertaan, PT. Taspen Persero menerbitkan
Kartu Taspen bagi pesertanya. Kepesertaan asuransi dimaksudkan
untuk memberikan jaminan hari tua berupa pemberian uang pensiun
setiap bulan dan Tabungan Hari Tua (THT) kepada Pegawai Negeri
Sipil atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia.

3. Pembuatan Kartu Taspen.


Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:

15
a. Surat pengantar dari kepala SKPD
b. Foto copy SK CPNS
c. Foto copy SK PNS
d. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
e. KP-4
f. Foto copy amprah gaji
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
Prosedur pengurusan Kartu Taspen:
a. CPNS yang baru diangkat mengusulkan pembuatan Kartu Taspen
ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja
dengan melampirkan persyaratan di atas.
b. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c. Kemudian SKPD mengusulkan pengurusan Kartu Taspen ke BKD.
d. BKD akan menindaklanjuti dengan mengusulkan pembuatan Kartu
Taspen ke PT. Taspen Persero di Bukittinggi.
e. Kartu yang telah siap akan diserahkan kepada yang bersangkutan
melalui SKPDnya.

E. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil


1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS;

16
g. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11
Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002.
h. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.
2. Pengadaan PNS
Pengadaan PNS adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong.
Pada umumnya formasi yang lowong disebabkan adanya PNS yang
berhenti, pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi.
Pengadaan PNS harus berdasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah
maupun kompetensi jabatan yang diperlukan. Kewenangan penetapan
formasi ini merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama
untuk melamar menjadi CPNS setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar
untuk menjadi CPNS sbb:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Pada saat diangkat sebagai CPNS, berusia sekurang-kurangnya 18
tahun dan setingi-tinginya 35 tahun
c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan; Dalam ketentuan
ini, tidak termasuk bagi mereka yang dijatuhi hukuman percobaan.
d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
e. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;
f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan
yang diperlukan;
g. Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan
Berkelakuan Baik dari Kepolisian setempat.
h. Sehat jasmani dan rohani, yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan dari Dokter.
i. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia atau
negara lain yang ditentukan oleh pemerintah; dan

17
j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.
Pelamar yang ditetapkan diterima, wajib melengkapi dan menyerahkan
kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau
yang ditunjuk olehnya. Apabila salah satu kelengkapan administrasi
tidak dipenuhi, maka yang bersangkutan tidak dapat diangkat sebagai
CPNS.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah menyampaikan daftar
pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan dan ditetapkan
diterima untuk diangkat sebagai Calon PNS kepada BKN untuk
mendapat Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan NIP PNS
yang ditetapkan BKN, Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan
keputusan pengangkatan menjadi CPNS
Kepada CPNS/PNS yang baru diangkat diberikan golongan ruang
sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai berikut:

Gol
No Tingkat Pendidikan
Ruang
a. Lulusan SD atau sederajat I/a
b. Lulusan SMP atau sederajat I/c
c. Lulusan SMA atau sederajat II/a
d. Lulusan D1/D2 atau sederajat II/b
e. Lulusan D3 atau sederajat II/c
f. Lulusan S1 atau sederajat III/a
g. Lulusan S2 sederajat/S1 Kedokteran/S1 Apoteker III/b
h. Lulusan S3 atau sederajat III/c
Penghasilan hak atas gaji CPNS adalah 80% (delapan puluh persen)
dari gaji pokok PNS, mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan
secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat
pernyataan oleh kepala kantor atau satuan organisasi yang
bersangkutan. Surat pernyataan telah melaksanakan tugas dibuat oleh
kepala kantor atau satuan organisasi selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
setelah yang bersangkutan secara nyata telah melaksanakan tugas.
3. Pemberhentian CPNS
Setiap CPNS diwajibkan menjalani masa percobaan selama 1 tahun.
CPNS yang selama menjalani masa percobaan dinyatakan cakap
diangkat sebagai PNS. CPNS yang dinyatakan tidak cakap maka
diberhentikan dengan hormat sebagai CPNS. CPNS pun dapat
diberhentikan dengan tidak hormat.
CPNS diberhentikan dengan hormat apabila:

18
a. Mengajukan permohonan berhenti;
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan;
c. Tidak lulus dari pendidikan dan pelatihan prajabatan;
d. Tidak menunjukkan kecakapan dalam menjalankan tugas;
e. Menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat
mengganggu lingkungan pekerjaan;
f. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang;
g. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan telah
mengajukan surat permohonan berhenti secara tertulis kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian;
h. Satu bulan setelah diterimanya keputusan pengangkatan sebagai
CPNS tidak melapor dan melaksanakan tugas, kecuali bukan
karena kesalahan yang bersangkutan.
CPNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila:
a. Pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan
atau bukti yang tidak benar;
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena
dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan, atau
melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan/ tugasnya.
c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat; atau
d. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa
mengajukan surat pemohonan berhenti secara tertulis kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian.
CPNS yang oleh Kepala BKN dinyatakan tewas atau cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi disemua jabatan negeri, dengan
keputusan Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN diangkat
menjadi PNS dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
CPNS yang tewas diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1
(satu) pada bulan yang bersangkutan dinyatakan tewas. CPNS yang
cacat karena dinas, yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak
dapat bekerja lagi dalam semua jabatan Negeri, diangkat menjadi PNS
terhitung mulai tanggal 1 (satu) pada bulan ditetapkannya Surat
Keterangan Timm Penguji Kesehatan, dan diberhentikan dengan
19
hormat sebagai PNS dengan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai
dengan perundangan yang berlaku.
Pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS yang tewas atau cacat karena
dinas ditetapkan dengan keputusan Kepala BKN/Kantor Regional BKN
baik bagi CPNS Pusat maupun Daerah. Sedangkan Pemberhentian
CPNS ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian
yang bersangkutan.
4. Pengangkatan CPNS menjadi PNS
CPNS yang telah menjalani masa percobaan selama 1 tahun, diangkat
sebagai PNS apabila memenuhi syarat berikut:
a. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya
bernilai baik.
b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk
diangkat menjadi PNS.
c. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan.
CPNS diangkat menjadi PNS dengan Keputusan Bupati Agam dan
diberikan pangkat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan gaji pokok sesuai dengan golongan dan ruang
penggajiannya.
Persyaratan Pengangkatan CPNS menjadi PNS sebagai berikut:
a) Fotocopy SK CPNS
b) Fotocopy Surat Tanda Lulus Diklat Prajabatan
c) Foto cpy DP3 1 tahun terakhir
d) Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
e) Asli Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesehatan dan foto copy
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.

F. Peninjauan Masa Kerja

1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
b. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11
Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan

20
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002.
2. Sekilas Peninjauan Masa Kerja
PNS yang pada saat pengangkatannya telah memiliki pengalaman
kerja, dapat diperhitungkan untuk masa kerja golongan. Adapun
pengalaman kerja yang dapat diperhitungkan adalah:
a. Masa kerja selama bertugas di instansi pemerintah dihitung penuh
untuk penetapan masa kerja.
b. Masa kerja sebagai pegawai tidak tetap (PTT).
c. Masa kerja sebagai pegawai/karyawan dari perusahaan swasta
yang berbadan hukum, yang tiap-tiap kali tidak kurang dari 1 tahun
dan tidak terputus-putus, diperhitungkan setengahnya sebagai
masa kerja golongan, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 8
tahun.
3. Pengurusan Peninjauan Masa Kerja
Persyaratan peninjauan masa kerja sebagai berikut:
a. Foto copy SK CPNS
b. Foto copy SK PNS
c. Foto copy SK Pangkat Terakhir
d. Foto copy Karpeg
e. Foto copy DP3 2 tahun terakhir
f. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai)*
g. Bukti fisik penghitungan masa kerja (SK PTT, Honorer, ddl)
sebelum tahun 2005.
h. Kwitansi pembayaran gaji
i. Foto copy SK Konversi NIP
j. Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.
)* ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu
Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.

G. Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional


1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, tentang
Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,

21
b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil.
c. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
2. Sekilas Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka
menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Jabatan fungsional tertentu adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu
satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk
kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
Pengangkatan dalam jabatan fungsional dapat dibedakan menjadi:
a. Pengangkatan Pertama, yaitu pengangkatan untuk mengisi
lowongan formasi melalui CPNS.
b. Pengangkatan dari jabatan lain, yaitu pengangkatan yg dilakukan
melalui perpindahan dari jabatan struktural atau jabatan fungsional
lain ke dalam jabatan fungsional tertentu.
c. Pengangkatan karena inpassing/penyesuaian, yaitu pengangkatan
dalam jabatan fungsional bagi PNS yg pada saat Peraturan
Menpan ditetapkan, telah dan masih melaksanakan tugas jabatan
fungsional dimaksud.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkatan PNS
dalam jabatan fungsional antara lain:
a. Berstatus PNS. Jabatan fungsional hanya dapat diduduki oleh
mereka yang berstatus sebagai PNS, sehingga bagi mereka yang
masih berstatus sebagai CPNS belum bisa diangkat dalam jabatan
fungsional.
b. Pendidikan formal. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional, ada
beberapa jabatan fungsional yang mempersyaratkan pendidikan
formal untuk pengangkatannya. Hal ini berkaitan dengan kategori
dan jenjang jabatan fungsional yang akan didudukinya, baik dalam
tingkatan ahli maupun terampil.

22
c. Diklat fungsional. Untuk meningkatkan kompetensi PNS yang
diangkat dalam jabatan fungsional, maka perlu diikutsertakan
dalam diklat fungsional sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
d. Usia. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional harus
mempertimbangkan usia, sehingga potensi PNS tersebut masih
bisa dikembangkan.
e. Jenjang kepangkatan. Pengangkatan PNS dalam jabatan
fungsional harus memperhatikan jenjang kepangkatan minimal
untuk jabatan tersebut.
f. Penetapan PAK. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional harus
ditetapkan angka kreditnya dahulu.
Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak
tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam
tugas-tugas pokok dalam organisasi pemerintah. Jabatan fungsional
PNS terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan.
Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan
angka kredit oleh pejabat yang berwenang. Angka kredit adalah satuan
nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan
yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan
karier yang bersangkutan.
Butir-butir kegiatan yang dinilai adalah tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh setiap pejabat fungsional yang terdiri atas tugas utama (tugas
pokok) dan tugas penunjang. Dalam pelaksanaan tugas-tugas
utama/pokok seorang pejabat fungsional harus mengumpulkan
sekurang-kurangnya 70% atau 80% dari angka kredit yang ditetapkan,
sedang pelaksanaan tugas penunjang tugas-tugas pokok sebanyak-
banyaknya hanya 30% atau 20%. Ketentuan tersebut diatur untuk
menjamin agar pejabat fungsional benar-benar mengutamakan
pelaksanaan tugas pokoknya dibandingkan dengan tugas-tugas
penunjang.
Angka kredit ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan
sebagai bahan dalam penetapan kenaikan jabatan/pangkat pejabat
fungsional.
Dalam pelaksanaan penetapan angka kredit jabatan fungsional
dibentuk Tim Penilai yang bertugas membantu pejabat yang berwenang
dalam menetapkan angka kredit pejabat fungsional di lingkungan
instansi masing-masing.

23
Tim Penilai Angka Kredit jabatan fungsional terdiri atas :
a. Tim Penilai Pusat, yang bertugas membantu pimpinan instansi
pembina jabatan fungsional dalam menetapkan angka kredit
pejabat fungsional golongan IV.
b. Tim Penilai Instansi, yang bertugas membantu pimpinan instansi
yang bersangkutan dalam menetapkan angka kredit pejabat
fungsional golongan II dan III.
Jenjang Jabatan dan Golongan Ruang Jabatan Fungsional
a. Jabatan Fungsional Terampil

No Jabatan Gol Ruang

1. Pelaksana Pemula II/a


2. Pelaksana II/b - II/c - II/d
3. Pelaksana Lanjulan III/a - III/b
4. Penyelia III/c - III/d

Catatan: sekurang-kurangnya berpendididkan SLTA

b. Jabatan Fungsional Ahli

No Jabatan Gol Ruang

1. Ahli Pertama III/a - III/b


2. Ahli Muda III/c - III/d
3. Ahli Madya IV/a - IV/b - IV/c
4. Ahli Utama lV/d - IV/e

Catatan: sekurang-kurangnya berijazah S1 atau D4

3. Pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional.


Adapun persyaratanya sebagai berikut:
a. Berkedudukan sebagai PNS
b. Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi
pendidikan yang ditentukan
c. Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku
d. Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan
24
e. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
Dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. Foto copy SK CPNS
b. Foto copy SK PNS
c. SK Pangkat Terakhir (jika pernah naik pangkat)
d. Ijazah Terakhir
e. Penilaian Angka Kredit Pertama
f. SPMT (bagi yang belum pernah naik pangkat)
g. DP3 Tahun terakhir
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua)
Prosedur pengangkatan pertama PNS dalam jabatan fungsional adalah
sebagai berikut:
a. PNS yang bersangkutan mengajukan usulan ke unit/petugas yang
mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja dengan menyerahkan
persyaratan sebagaimana tersebut di atas.
b. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c. Kemudian SKPD mengusulkan pengangkatan pertama PNS dalam
jabatan fungsional ke BKD.
d. BKD akan menindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan Bupati
Agam tentang Pengangkatan Pertama PNS dalam Jabatan
Fungsional
e. SK yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada
yang bersangkutan melalui SKPDnya.
4. Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional
Pejabat fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila :
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, atau
b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966,
c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional yang
dijabatnya,
d. Tugas belajar lebih dari 6 bulan, atau

25
e. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat
dan seterusnya.
Bagi pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatan
fungsional,, ditetapkan dengan keputusan Bupati tentang Pembebasan
Sementara dari jabatan fungsionalnya. Keputusan tersebut nantinya
akan berguna dalam pengangkatannya kembali dalam jabatan
fungsional.
Persyaratan pengurusanya sebagai berikut:
a. Surat Pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan pengangkatan/penempatan pada jabatan lain.
d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir
e. PAK terakhir dilegalisir
f. DP3 1 tahun terakhir dilegalisir
g. SK Konversi NIP dilegalisir
5. Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional
Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat
diangkat kembali apabila:
a. Telah berakhir masa berlakunya hukuman disiplin,
b. Telah selesai melaksanakan tugas diluar jabatan fungsional,
c. Telah selesai tugas belajar lebih dari 6 bulan,
d. Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi
hukuman percobaan,
e. Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dan telah
melaporkan diri untuk aktif kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pejabat fungsional yang diangkat kembali dalam jabatan fungsional,
jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kredit yang terakhir dimiliki.
Adapun persyaratanya sebagai berikut:
a. Surat Pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional
dilegalisir
d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir
e. PAK terakhir dilegalisir

26
f. DP3 1 tahun terakhir dilegalisir
g. SK Konversi NIP dilegalisir
6. Pemberhentian dari jabatan fungsional.
Pejabat fungsional diberhentikan dari jabatan fungsional apabila:
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang telah mempunyai
kekuatan tetap.
b. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit menurut ketentuan
sebagaimana diatur dalam keputusan menteri yang bertanggung
jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Pembebasan sementara, pemberhentian dari, dan pengangkatan
kembali dalam jabatan fungsional ditetapkan dengan Keputusan Bupati
Agam.

H. Penilaian Kinerja PNS

1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
Instruksi Bupati Agam Nomor 800/03/BKD-2013 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
2. Sekilas SKP
Penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara
sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja
pegawai dan perilaku kerja PNS.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada
satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku
kerja.
Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
Target adalah jumlah beban kerja yang akan dicapai dari setiap
pelaksanaan tugas jabatan.

27
Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana kerja tahunan adalah rencana yang memuat kegiatan tahunan
dan target yang akan dicapai sebagai penjabaran dari sasaran dan
program yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah.
Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip:
a. Objektif
Adalah penilaian terhadap pencapaian prestasi kerja sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh
pandangan atau penilaian subjektif pribadi dari pejabat penilai.
b. Terukur
Adalah penilaian prestasi kerja yang dapat diukur secara kualitatif
dan kuantitatif
c. Akuntabel
Adalah seluruh hasil penilaian prestasi kerja harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pejabat yang berwenang.
d. Partisipatif
Adalah seluruh proses penilaian prestasi kerja dengan melibatkan
secara aktif antara pejabat penilai dengan PNS yang dinilai.
e. Transparan
Adalah seluruh proses dan hasil penilaian prestasi kerja bersifat
terbuka dan tidak bersifat rahasia.
Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur :
a. SKP;
b. Perilaku kerja.
Penilaian prestasi kerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan
sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
3. Pembuatan SKP
a. Setiap PNS wajib menyusun SKP
b. SKP memuat tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam
kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.

28
c. SKP harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai.
d. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat
penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat
penilai dan bersifat final.
e. SKP ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari.
f. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka
yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai
dengan surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah
menduduki jabatan.
PNS yang tidak menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai disiplin PNS.
4. Penilaian SKP
Penilaian SKP paling sedikit meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan
waktu, sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada
masing-masing unit kerja. Dalam hal kegiatan tugas jabatan didukung
oleh anggaran maka penilaian meliputi aspek biaya.
Dalam hal realisasi kerja melebihi dari target maka penilaian SKP
capaiannya dapat lebih dari 100 (seratus). Dalam hal SKP tidak
tercapai yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu PNS
maka penilaian didasarkan pada pertimbangan kondisi penyebabnya.
Penilaian perilaku kerja meliputi aspek: orientasi pelayanan, integritas,
komitmen, disiplin, kerjasama; dan kepemimpinan.
Penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.
Penilaian perilaku dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai
terhadap PNS sesuai kriteria yang ditentukan. Pejabat penilai dalam
melakukan penilaian perilaku kerja PNS dapat mempertimbangkan
masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja
masing-masing. Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100
(seratus).
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam
1 (satu) tahun. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember
pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun
berikutnya.

29
Pejabat penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja terhadap
setiap PNS di lingkungan unit kerjanya. Pejabat penilai yang tidak
melaksanakan penilaian prestasi kerja dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur disiplin PNS.
Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh pejabat penilai
kepada PNS yang dinilai. PNS yang dinilai dan telah menerima hasil
penilaian prestasi kerja wajib menandatangani serta mengembalikan
kepada pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya hasil penilaian prestasi kerja. PNS yang dinilai dan/atau
pejabat penilai tidak menandatangani hasil penilaian prestasi kerja
maka hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat
Penilai. Pejabat penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi
kerja kepada atasan pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya penilaian prestasi kerja.
Dalam hal PNS yang dinilai keberatan atas hasil penilaian maka PNS
yang dinilai dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-
alasannya kepada atasan pejabat penilai secara hierarki paling lama 14
(empat belas) hari sejak diterima hasil penilaian prestasi kerja. Atasan
pejabat penilai berdasarkan keberatan yang diajukan wajib memeriksa
dengan seksama hasil penilaian prestasi kerja yang disampaikan
kepadanya. Terhadap keberatan, atasan pejabat penilai meminta
penjelasan kepada pejabat penilai dan PNS yang dinilai.
Atasan pejabat penilai wajib menetapkan hasil penilaian prestasi kerja
dan bersifat final. Dalam hal terdapat alasan-alasan yang cukup, atasan
pejabat penilai dapat melakukan perubahan nilai prestasi kerja PNS.
SKP ini berlaku juga bagi Calon PNS. Penilaian prestasi kerja bagi PNS
yang diangkat sebagai pejabat negara atau pimpinan/anggota lembaga
nonstruktural dan tidak diberhentikan dari jabatan organiknya dilakukan
oleh pimpinan instansi yang bersangkutan berdasarkan bahan dari
instansi tempat yang bersangkutan bekerja.
Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang sedang menjalankan tugas
belajar di dalam negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan
menggunakan bahan- bahan penilaian prestasi akademik yang
diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah yang
bersangkutan. Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang menjalankan
tugas belajar di luar negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan
menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi akademik yang
diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah melalui Kepala
Perwakilan Republik Indonesia di negara yang bersangkutan.

30
PNS yang diangkat menjadi pejabat negara atau pimpinan/anggota
lembaga nonstruktural dan diberhentikan dari jabatan organiknya, Cuti
Diluar Tanggungan Negara, Masa Persiapan Pensiun, diberhentikan
sementara, dikecualikan dari kewajiban ini.

I. Ujian Dinas

1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
b. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun
2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
c. Surat Edaran Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara dan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor
12/SE/1981 dan Nomor 193/Seklan/8/1981 tentang Pelaksanaan
Ujian Dinas.
2. Sekilas Ujian Dinas
Setiap PNS yang akan naik pangkat ke dalam golongan yang lebih
tinggi diharuskan menempuh dan lulus ujian dinas bagi mereka yang
telah menduduki pangkat pengatur tingkat I golongan ruang II/d dan
penata tingkat I golongan ruang III/d sekurang-kurangnya 2 tahun dan
tidak dalam keadaan diberhentikan sementara, menerima uang tunggu
dan cuti diluar tanggungan negara.
Ujian Dinas Tingkat I adalah untuk kenaikan pangkat dari pengatur
Tingkat I (II/d) menjadi penata Muda (III/a), sedangkan Ujian Dinas
Tingkat II adalah untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I (III/d)
menjadi pembina (IV/a).
PNS yang dikecualikan dalam Ujian Dinas
a. Akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukan prestasi
kerja luar biasa baiknya;
b. Akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan
baru yang bermanfaat bagi negara;

31
c. Akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian, karena meninggal
dunia atau mencapai batas usia pensiun atau oleh tim penguji
kesehatan dinyatakan cacat karena dinas.
d. Telah mengikuti dan lulus Diklatpim, yakni Sepada/Adum/Sepala/
Diklatpim tingkat IV untuk Ujian Dinas Tk. I; dan
Sepadya/Spama/Diklatpim Tk. III untuk Ujian Dinas Tk. II.
e. Telah memperoleh ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk Ujian
Dinas Tk. I atau ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan
ijazah lain yang setara/Doktor (S3)., untuk Ujian Dinas Tk II.
f. Menduduki jabatan fungsional tertentu.
Kepada PNS yang lulus ujian dinas diberikan tanda lulus ujian dinas.
Tanda lulus ujian dinas berlaku sepanjang PNS yang bersangkutan
belum naik pangkat.

3. Pelaksanaan Ujian Dinas

Setiap pelaksanaan ujian dinas, BKD akan menurunkan surat terkait


pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:
a. Ujian Dinas TK.I dengan syarat sebagai berikut:
1) Pangkat Pengatur TK.I (II/d)
2) Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah
Terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

3) Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan


mencantumkan nama di belakang Photo.

b. Ujian Dinas TK.II dengan syarat sebagai berikut:


1) Pangkat Penata TK.I (III/d)
2) Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah
Terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

3) SK Jabatan Terakhir dilegalisir.


4) Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)

32
5) Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi masing-masing peserta dengan sistematika
penulisan makalah sebagai berikut :

(a) Judul
(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada unit
kerja masing-masing peserta.
(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.
(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi
(e) Sistematika Penulisan:
(1) Cover
(2) Kata Pengantar
(3) Daftar Isi
(4) Bab I : Pendahuluan
(5) BAB II : Pembahasan/Isi
(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)
(7) Daftar Pustaka.

J. Ujian Penyesuaian Ijazah

1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
b. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun
2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
2. Sekilas Ujian Penyesuaian Ijazah
PNS yang telah memperoleh Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar,
kenaikan pangkatnya dapat disesuaikan melalui Kenaikan Pangkat
Penyesuaian ijazah.
PNS yang dapat diusulkan sebagai calon peserta ujian kenaikan
pangkat penyesuian ijazah adalah mereka yang telah lulus pendidikan
dan memperoleh STTB/Ijazah akan tetapi masih berpangkat lebih

33
rendah dari pangkat yang ditentukan berdasarkan STTB/Ijazah yang
diperolehnya.
3. Pelaksanaan Ujian Penyesuaian Ijazah
Setiap pelaksanaan ujian penyesuaian ijazah, BKD akan menurunkan
surat terkait pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:
a. Peserta Ujian Peyesuaian Ijazah S.1/D.IV dan D.III yang tamatan
Perguruan Tinggi swasta wajib melampirkan Izin Penyelenggaraan
Perguruan Tinggi atau Akreditasi Perguruan Tinggi yang terakhir.
b. Telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir
c. Melampirkan foto copy ijazah dan SK pangkat terakhir yang telah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang
d. Melampirkan uraian tugas yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang (Eseleon II atau Eselon III)
e. Pas Photo berwarna ukuran 3x4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
f. SK Izin Belajar atau Surat Keterangan memiliki Ijazah atau Surat
Keterangan Peningkatan Pendidikan.
Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)
g. Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing peserta yang disinergikan dengan program
studi ijazah yang akan disesuaikan dengan sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :

(a) Judul
(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang
disinergikan dengan program studi ijazah yang akan
disesuaikan pada unit kerja masing-masing peserta.

(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.


(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi
(e) Sistematika Penulisan:
(1) Cover
(2) Kata Pengantar

34
(3) Daftar Isi
(4) Bab I : Pendahuluan
(5) BAB II : Pembahasan/Isi
(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)
(7) Daftar Pustaka.

K. Kenaikan Pangkat PNS

1. Dasar Hukum
a. PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri
Sipil
b. PP No. 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 1999 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil.
c. Keputusan Kepala BKN No. 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000
tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
2. Sekilas tentang Kenaikan Pangkat
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang PNS
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian.
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi
kerja dan pengabdian PNS terhadap negara.
Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka
kenaikan pangkat diupayakan BKD diberikan tepat pada waktunya dan
tepat kepada orangnya.
Kenaikan pangkat dilaksanakan dengan:
a. Sistim Kenaikan Pangkat Reguler.
b. Sistim Kenaikan Pangkat Pilihan.
Disamping itu, kepada PNS dapat diberikan:
a. Kenaikan Pangkat Anumerta bagi PNS yang tewas
b. Kenaikan Pangkat Pengabdian bagi PNS yang:
1) Meninggal dunia;
2) Mencapai batas usia pensiun;

35
3) Cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua
jabatan negeri.
Susunan Pangkat dan Golongan Ruang PNS sebagai berikut:

No Pangkat Gol Ruang

a.a Juru Muda I/a


b.b Juru Muda Tingkat 1 I/b
c.c Juru I/c
d.d Juru Tingkat 1 I/d
e.e Pengatur Muda II/a
f.f Pengatur Muda Tingkat 1 II/b
g.g Pengatur II/c
h.h Pengatur Tingkat 1 II/d
i.i Penata Muda III/a
j.j Penata Muda Tingkat 1 III/b
k.k Penata III/c
l.l Penata Tingkat 1 III/d
m.m Pembina IV/a
n.n Pembina Tingkat 1 IV/b
o.o Pembina Utama Muda IV/c
p.p Pembina Utama Madya IV/d
q Pembina Utama IV/e
Periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan tanggal 1 April dan 1
Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan
kenaikan pangkat pengabdian.

3. Pengurusan Kenaikan Pangkat


a. Kenaikan Pangkat Reguler
Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil
yang tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional
tertentu dan diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan
langsungnya. Kenaikan pangkat reguler ini diberikan sekurang-
kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir dan pangkat
tertingginya ditentukan oleh pendidikan tertinggi yang dimilikinya.
Kenaikan pangkat reguler juga diberikan kepada PNS yang:
1) PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak
menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

36
2) PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di
luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang
telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
Kenaikan pangkat reguler tertinggi diberikan kepada PNS
sampai dengan pangkat:

Pangkat
No. Tk. Pendidikan
Tertinggi
a. II/a SD
b. II/c SLTP
c. II/d SLTP Kejuruan
d. III/b SLTA, SLTA Kejuruan, SLTA
Kejurauan 4 Tahun, D1, dan D2
e. III/c SPGLB, D3, Akademi, Bakaloreat.
f. III/d S1 atau D4
g IV/a Dokter, Apoteker, S2, Ijazah lain setara.

Adapun persyaratannya adalah sbb:


a. Foto copy Karpeg
b. Foto copy SK CPNS
c. Foto copy SPMT*
d. Foto Copy SK PNS
e. Foto Copy SK Pangkat Terakhir.
f. Foto Copy DP3 2 tahun terakhir.
g. Foto Copy STTB/Ijazah terakhir
h. Akreditasi kampus bagi yang melampirkan ijazah S1 baru.
i. Foto Copy SK Konversi NIP.
j. Foto copy Sertifikat Lulus Ujian Dinas bagi PNS yang pindah
golongan ruang
k. Foto Copy SK Tugas Belajar. bagi yang tugas belajar.
l. Foto Copy Surat Keputusan Pindah bagi PNS yang pindah
tugas.
m. Rekomendasi Atasan/Kepala Unit Kerja
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

37
Tanda * artinya khusus untuk yang naik pangkat reguler
pertama kali.
Untuk kenaikan pangkat pertama kali, ijazah dilegalisir oleh
Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang
Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas
tersebut berada.
Bagi PNS yang sedang tugas belajar, DP3 dinilai oleh
Sekolah/Universitas tempat tugas belajar dan pengesahannya
oleh BKD Kab. Agam.

b. Kenaikan Pangkat Pilihan


Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang:
Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
dengan keputusan presiden;
Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
Diangkat menjadi pejabat negara;
Memperoleh STTB/ijazah;
Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar;
Diperkerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi
induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
1) Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Struktural.
Merupakan kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.
Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural sedangkan
pangkatnya masih satu tingkat dibawah jenjang pangkat
terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat dinaikkan
pangkatnya setingkat lebih tinggi, apabila:
a) Telah 1 tahun dalam pangkat yang dimilikinya;
b) Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam jabatan struktural
yang didudukinya.
c) Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.

38
Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang
menduduki jabatan struktural sebagai berikut:
a) Foto copy Karpeg
b) Foto copy SK CPNS
c) Foto copy SK PNS
d) Foto copy SPMT*
e) Foto copy SK Pangkat Terakhir.
f) Foto copy DP3 2 tahun terakhir.
g) Foto copy SK Jabatan dan Surat Pernyataan Pelantikan.
h) Foto copy STTB/ijazah terakhir
i) Akreditasi kampus bagi yang melampirkan ijazah S1 baru
j) SK Izin/Tugas Belajar bagi yang melampirkan ijazah baru.
k) Foto copy Keputusan Pindah bagi PNS yang pindah tugas.
l) Foto copy Lulus Ujian Dinas atau Diklat Penjenjangan bagi
PNS yang pindah golongan ruang
m) Foto copy keputusan pembebasan sementara dari jabatan
fungsional bagi yang sebelumnya diangkat dalan jabatan
fungsional.
n) Foto copy SK Konversi NIP.
o) Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Catatan:
 Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
 Tanda * artinya khusus untuk yang naik pangkat pertama
kali
 Untuk kenaikan pangkat pindah golongan ruang atau naik
pangkat pertama kali, ijazah dilegalisir oleh Kepala
Sekolah/ Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang
Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.
2) Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional
tertentu dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih
tinggi apabila:
a) Sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir;
b) Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan;
c) Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.

39
Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang
menduduki jabatan fungsional sebagai berikut:
a) Foto copy Karpeg.
b) Foto copy SK CPNS
c) Foto copy SPMT*
d) Foto copy SK PNS.
e) Foto copy SK Pangkat Terakhir.
f) Foto copy SK Jabatan Fungsional dan angka kredit lama.
g) Asli angka kredit baru.
h) Akreditasi kampus bagi yang penyesuaian ijazah/Ijazah
baru.
i) SK Izin/Tugas Belajar bagi yang melampirkan ijazah baru.
j) Foto copy DP.3 2 tahun terakhir.
k) Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan Akta
l) Foto copy SK Konversi NIP.
m) Asli Dupak
n) Foto copy SK Pembagian Tugas
o) Rekomendasi kepala unit kerja.
Catatan:
 Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
 Tanda * artinya persyaratan ini khusus untuk yang naik
pangkat pertama kali
 Untuk kenaikan pangkat pindah golongan ruang atau naik
pangkat pertama kali, ijazah dan akta dilegalisir oleh
Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang
Akademik/ Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.
3) Kenaikan Pangkat Pilihan Penyesuaian Ijazah
Kenaikan pangkat ini diberikan bagi PNS yang memperoleh
STTB/Ijazah atau Diploma. Bagi PNS yang memperoleh:
a) STTB/Ijazah SLTP /yg setingkat dan masih berpangkat
Juru Muda Tingkat I Gol/Ruang I/b ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Juru Gol. Ruang I/c
b) STTB/Ijazah SLTA, Diploma I atau yang setingkat dan
masih berpangkat Juru Tingkat I Gol. Ruang I/D ke bawah,
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, Gol
Ruang II/a. 3) STTB/Ijazah SPGLB atau Diploma II dan
40
masih berpangkat Pengatur Muda, Gol. Ruang II/a ke
bawah dapat dinaikan pangkatnya menjadi Pengatur Muda
Tingkat I, Gol. Ruang II/b
c) Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III dan masih
berpangkat Pengatur Muda Gol. Ruang II/b ke bawah,
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Gol. Ruang
II/c
d) Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV dan masih berpangkat
Pengatur Tingkat I Gol. Ruang II/d ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Gol. Ruang
III/a
e) Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda
Tingkat I Gol. Ruang III/b ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Gol. Ruang III/c.
Ijazah sebagaimana tersebut di atas adalah ijazah yang
diperoleh dari sekolah atau perguruan tinggi negeri dan atau
ijazah dari yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi swasta
yang terakreditasi dan atau telah mendapat izin
penyelenggaraan dari Menteri yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan nasional atau pejabat lain berdasarkan
peraturan perundangan.
Untuk ijazah yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi di
luar negeri dihargai setelah di akui dan ditetapkan sederajat
dengan ijazah dari sekolah atau perguruan tinggi negeri yang
ditetapkan Menteri yang bertanggungjawab dibidang
pendidikan nasional.
KP sebagaimana tersebut dapat dipertimbangkan setelah
memenuhi syarat sbb:
a) Diangkat dalam jabatan/tugas yang memerlukan
pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang
diperoleh
b) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat
terakhir
c) Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 bernilai baik dlm
1 (satu) tahun terakhir
d) Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang
menduduki jabatan fungsional tertentu

41
e) Lulus ujian penyesuaian ijazah
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
a) Foto copy Karpeg
b) Foto copy SK PNS.
c) Foto copy SK Pangkat Terakhir.
d) Foto copy DP3 2 tahun terakhir.
e) Foto copy Sah STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai
f) Asli uraian tugas.
g) Foto copy SK Izin Belajar
h) Foto copy akreditasi jurusan/kampus.
i) Foto copy Tanda Lulus Ujian Penyesuaian Ijazah.
j) Foto copy SK Konversi NIP
k) Rekomendasi Kepala Unit Kerja.
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/
Rektor/ Dekan/Pembantu Dekan Bidang
Akademik/Ketua/Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.
4) Kenaikan Pangkat Pilihan Penyesuaian Ijazah bagi PNS yang
Selesai Tugas Belajar.
Diberikan kepada PNS yang telah selesai mengikuti dan lulus
tugas belajar. Ketentuan terkait Ijazah dan pangkat/golongan
yang diperoleh, sama halnya dengan kenaikan pengkat
penyesuaian ijazah di atas.
Kenaikan pangkat ini baru dapat dipertimbangkan bila:
a) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat
terakhir
b) Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
a) Foto copy Karpeg.
b) Foto copy SK PNS.
c) Foto copy SK Pangkat Terakhir.
d) Foto copy DP3 2 tahun terakhir.

42
e) Foto copy Sah STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai.
f) Foto copy akreditasi jurusan/kampus.
g) Asli uraian tugas.
h) Foto copy Keputusan Tugas Belajar .
i) Foto copy SK Konversi NIP.
j) Rekomendasi Kepala Unit Kerja.
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/
Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/
Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut
berada.
5) Kenaikan Pangkat Anumerta
PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat
anumerta setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai tanggal
yang bersangkutan tewas.
Yang dimaksud dengan tewas, ialah:
a) Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
b) Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada
hubungannya dengan dinasnya sehingga kematian itu
disamakan dengan meninggal dunia dalam dan/atau
karena menjalankan kewajibannya;
c) Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena
luka-luka maupun cacat rohani atau jasmani yang didapat
dalam hal-hal tersebut pada huruf a dan b di atas;
d) Meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang
tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari
tindakan terhadap anasir-anasir itu.
Pemberian kenaikan pangkat anumerta harus diusahakan
sebelum PNS yang tewas dimakamkan dan Surat Keputusan
Kenaikan Pangkat Anumerta tersebut hendaknya dibacakan
pada waktu upacara pemakaman.
Untuk menjamin agar pemberian kenaikan pangkat anumerta
dapat diberikan sebelum PNS yang tewas itu dimakamkan,
maka ditetapkan sementara. Pejabat yang berwenang
43
menetapkan keputusan sementara adalah Bupati Agam untuk
semua PNS yang dinyatakan tewas dalam pangkat Pembina
Utama golongan ruang IV/e ke bawah. Apabila kedudukan
Bupati tersebut jauh dari unit kerja tempat bekerja PNS yang
tewas sehingga tidak memungkinkan diberikan kenaikan
pangkat anumerta sebelum PNS yang tewas itu dimakamkan,
Camat atau pejabat pemerintah setempat lainnya dapat
mengeluarkan keputusan sementara.
Kepala kantor atau pimpinan unit kerjanya membuat laporan
tentang tewasnya PNS sebagai bahan penetapan keputusan
sementara oleh camat atau pejabat lainnya. Berdasarkan
laporan tersebut camat atau pejabat pemerintah setempat
mempertimbangkan pemberian kenaikan pangkat anumerta,
dan apabila menurut pendapatnya memenuhi syarat sesuai
peraturan perundangan yang berlaku, maka pejabat tersebut
menetapkan keputusan sementara tentang pemberian KP
Anumerta.
Pejabat yang menetapkan keputusan sementara selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja wajib melaporkan kepada Bupati
Agam melalui BKD PNS yang tewas tersebut. Berdasarkan
bahan-bahan kelengkapan administrasi yang disampaikan oleh
pejabat yang menetapkan keputusan sementara tersebut,
maka Bupati Agam mempertimbangkan penetapan pemberian
kenaikan pangkat anumerta. Apabila terdapat alasan yang
cukup untuk pemberian KP anumerta maka usulannya akan
diteruskan BKD kepada:
a) Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina
Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN sebagai bahan
pertimbangan teknis kepada Presiden
b) Kepala BKN bagi PNS yg diusulkan menjadi Juru Muda
Tingkat I golongan ruang I/b sampai dgn Pembina Tingkat I
golongan ruang IV/b.
Apabila almarhum/almarhumah PNS yang dinyatakan tewas
oleh Kepala BKN atau Pejabat lain yang ditunjuk dalam
lingkungannya dan diberikan kenaikan pangkat anumerta dan
uang duka tewas, maka keputusan sementara tentang
pemberian kenaikan pangkat anumerta ditetapkan menjadi
keputusan definitive oleh pejabat yang berwenang, yaitu:

44
a) Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas setelah
mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN;
b) Kepala BKN, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya
menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b ke atas
sampai Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b;
Apabila almarhum/almarhumah PNS ternyata tidak memenuhi
syarat untuk dinyatakan tewas, maka keputusan sementara
tentang pemberian kenaikan pangkat anumerta tidak dapat
ditetapkan menjadi keputusan definitive oleh pejabat yang
berwenang, dan keputusan sementara tersebut tidak berlaku.
Dalam hal yang bersangkutan memenuhi syarat untuk
mendapatkan kenaikan pangkat pengabdian karena meninggal
dunia dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian dengan
keputusan pejabat yang berwenang.
6) Kenaikan Pangkat Pengabdian
a) Kenaikan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal
dunia atau akan diberhentikan dengan hormat karena
mencapai batas usia pensiun.
PNS yang meninggal dunia atau akan diberhentikan
dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai
batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan pangkat
pengabdian setingkat lebih tinggi apabila:
(1) Memiliki masa kerja sebagai PNS selama:
(a) Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara
terus menerus dan sekurang-kurangnya telah satu
bulan dalam pangkat terakhir.
(b) Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun secara
terus menerus dan sekurang-kurangnya telah satu
tahun dalam pangkat terakhir
(c) Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara
terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 2
tahun dalam pangkat terakhir.
(2) Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-
kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

45
(3) Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang
atau berat dalam satu tahun terakhir.
(4) Masa kerja sebagai PNS secara terus menerus
dimaksud dalam ketentuan ini adalah masa kerja yang
dihitung sejak diangkat menjadi CPNS atau PNS
sampai dengan yang bersangkutan meninggal dunia
atau mencapai BUP dan tidak terputus statusnya
sebagai PNS.
Kenaikkan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal
dunia atau mencapai BUP tersebut ditetapkan dengan:
(1) Keputusan Presiden, bagi PNS yang dinaikkan
pangkatnya menjadi Pembina Utama Muda gol/ruang
IV/c keatas setelah mendapat pertimbangan teknis
Kepala BKN
(2) Keputusan Kepala BKN, bagi yang dinaikan
pangkatnya menjadi Juru Muda Tingkat I gol/ruang I/b
sampai dengan Pembina Tingkat I gol/ruang IV/b.
KP Pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia berlaku
terhitung mulai tanggal PNS yang bersangkutan meninggal
dunia. KP Pengabdian bagi PNS yang mencapai batas usia
pensiun berlaku TMT 1 pada bulan yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.
b). Kenaikan Pangkat Pengabdian yang disebabkan cacat
karena dinas.
PNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat
karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua
jabatan negeri, diberikan KP pengabdian setingkat lebih
tinggi, yang berlaku mulai tanggal yang bersangkutan oleh
Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan
tidak dapat kerja lagi dalam jabatan negeri.
Apabila oleh Tim Penguji Kesehatan PNS tersebut
dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi
dalam jabatan negeri, maka:
PPK menyampaikan usul kenaikan pangkat pengabdian
kepada:
(1) Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina
Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan

46
tembusan disampaikan kepada Kepala BKN sebagai
pertimbangan teknis kepada Presiden
(2) Kepala BKN bagi PNS yang diusulkan menjadi Juru
Muda Tingkat I golongan I/b sampai dengan Pembina
Tingkat I Golongan ruang IV/b
Kenaikan pangkat pengabdian ditetapkan dengan:
(1) Keputusan Presiden, bagi PNS untuk kenaikan
pangkat menjadi Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c
ke atas setelah mendapat pertimbangan teknis dari
Kepala BKN.
(2) Keputusan Kepala BKN, bagi PNS untuk kenaikan
pangkat menjadi Juru Muda Tingkat I (I/b) sampai
dengan gol/ruang IV/b
CPNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat
karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua
jabatan negeri, diangkat menjadi PNS, dan diberikan KP
pengabdian. Pengangkatan menjadi PNS sebagaimana
tersebut di atas TMT tanggal 1 pada bulan yang
bersangkutan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak
dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.

4. Pengurusan Perbaikan SK Kenaikan Pangkat yang Salah


Salahnya SK Kenaikan Pangkat, disebabkan oleh salahnya data PNS
pada data base BKN. Kesalahan ini, kemungkinan besar disebabkan
oleh salahnya data yang terdapat pada SK Konversi NIP. Hal ini juga
akan berdampak pada kesalahan KPE yang bersangkutan.
Adapun persyaratanynya perbaikan SK Kenaikan Pangkat sebagai
berikut:
a. Foto copy SK Kenaikan Pangkat yang salah
b. Foto copy SK Sebelumnya
c. Foto copy SK Konversi NIP
d. Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 1(satu)
e. Petikan SK asli yang salah dibawa waktu mengambil SK Perbaikan
Perbaikan SK Kenaikan Pangkat baru dapat dilakukan setelah
dilakukan perbaikan terhadap SK Konversi NIP, jika kesalahan tersebut
terletak pada kesalahan penulisan nama, tanggal lahir, jenis kelamin
atau NIP. Kesalahan lainnya setelah diperbaiki data pada data base
BKN.

47
L. Pencantuman Gelar Kesarjanaan
Bagi PNS yang mendapatkan gelar kesarjanaan, namun pangkat/golongan
yang bersangkutan telah melewati pangkat penyesuaian iajazah untuk
tingkat pendidikan tersebut, sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai
untuk kenaikan pangkat, maka bagi yang bersangkutan yang perlu
dilakukan adalah pencantuman gelar kesarjaanaan.
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
1. Foto copy Karpeg
2. Foto copy SK CPNS
3. Foto copy SK PNS
4. Foto copy SK Pangkat Terakhir
5. Foto copy DP3 2 tahun terakhir
6. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip
7. Keputusan Bupati tentang izin belajar
8. Foto copy SK Konversi NIP
9. Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/
Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah
dimana Universitas tersebut berada.

M. Pemindahan PNS

1. Dasar Hukum
a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003
tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
c) Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
2. Sekilas tentang Pemindahan PNS

48
Pemindahan PNS pada dasarnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan
suatu instansi akan SDM/PNS, meskipun dalam prakteknya banyak
perpindahan PNS dilakukan atas keinginan dan kebutuhan PNS itu
sendiri.
Perpindahan PNS antar instansi adalah sesuatu yang dibolehkan
dalam peraturan kepegawaian. Perpindahan ini dapat dilakukan oleh
PNS Pusat dan PNS Daerah antara Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Departemen/ Lembaga; PNS Daerah antar Daerah Propinsi; dan PNS
Daerah antara Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota
Propinsi lainnya.
3. Pengurusan Pindah
a) Pindah Ke Dalam Kabupaten Agam
PNS yang bekerja pada departemen/propinsi/kabupaten kota lain,
dapat mengajukan pindah ke Kabupaten Agam. Adapun
persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja di
Kabupaten Agam
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat
dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan
oleh Inspektorat daerah asal
10) Surat kesediaan melepas dari Bupati/Walikota/Sekretaris
Daerah asal.
11) Daftar Riwayat Hidup.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
b) Pindah Keluar Kabupaten Agam
Sebaliknya PNS yang bekerja pada Pemerintah Kabupaten Agam
dapat mengajukan pindah ke departemen/propinsi/kabupaten kota
lain.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
49
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat
dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan
oleh Inspektorat Kabupaten Agam
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun Prosedur perpindahan PNS ke dalam maupun keluar
Kabupaten Agam secara umum dijelaskan sebagai berikut:
1) Perpindahan harus didasarkan atas persetujuan dari instansi
asal dan instansi penerima sesuai dengan kebutuhan;
2) Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi yang membutuhkan
mengeluarkan surat persetujuan untuk menerima kepindahan
PNS yang ditujukan kepada pimpinan instansi asal PNS untuk
mendapat persetujuan;
3) Apabila Pimpinan Instansi asal ybs. menyetujui, maka
Pimpinan Instansi asal membuat Surat Pernyataan
Persetujuan
4) Sebelum mengeluarkan persetujuan, akan dibawa dulu dalam
Sidang Majelis Pertimbangan Pegawai (MPP), dan dimintakan
persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.
5) Mutasi PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi
ditetapkan oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan
kepala BKN.
6) Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri setelah memperoleh
pertimbangan kepala BKN.
7) Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau
sebaliknya, ditetapkan oleh kepala BKN.
8) Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.

50
9) Berdasarkan ketetapan di atas, Pimpinan Instansi penerima
menerbitkan surat keputusan penempatan.
c) Pindah Dalam Kabupaten Agam
Sama halnya dengan perpindahan antar kabupaten/kota, pindah
PNS dalam kabupaten dikarenakan oleh kebutuhan organisasi dan
juga ada karena kebutuhan atau keinginan PNS itu sendiri.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat
dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan
oleh Inspektorat Kabupaten Agam
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun prosedur pindah dalam Kabupaten Agam adalah sebagai
berikut:
1) SKPD yang membutuhkan atau PNS yang bersangkutan
mengusulkan perpindahan kepada Bupati Agam melalui BKD.
2) Jika perpindahan tersebut atas inisiatif PNS yang
bersangkutan, maka usulan baru dapat diteruskan setelah
mendapat persetujuan kepala SKPD/Unit Kerja.
3) Permohonan pindah ini akan dibahas dalam Sidang MPP dan
kemudian dimintakan persetujuan Bupati Agam.
4) Jika Bupati telah setuju, maka akan diterbitkan SK Bupati
Agam terkait perpindah PNS tersebut.
5) Khusus untuk PNS Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
dan Dinas Kesehatan ditetapkan dengan SK Kepala Dinas
masing-masing, terkecuali untuk perpindahan jabatan
struktural.

51
N. Perkawinan PNS

1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor l Tahun 1974 tentang Perkawinan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
e. Surat Edaran Kepala Badan Admisnistrasi Kepegawaian Negara
Nomor 08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil;
f. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara
Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin
Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
g. Surat Sekretaris Daerah Kabupaten Agam Nomor 800/3066/BKD-
2010 tanggal 12 Maret 2010 tentang Tata Cara Permohonan Izin
Perceraian.
2. Sekilas Perkawinan PNS
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Untuk kepentingan penyelenggaraan sistem informasi kepegawaian,
setiap perkawinan, perceraian, dan perubahan dalam susunan keluarga
Pegawai Negeri Sipil harus segera dilaporkan kepada Bupati Agam
melalui BKD Kabupaten Agam. Laporan perkawinan disampaikan
secara tertulis selambat-lambatnya l (satu) tahun terhitung mulai
tanggal pernikahan. Ketentuan tersebut di atas juga berlaku untuk
janda/duda Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan kembali
atau Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan dengan isteri
kedua, ketiga, atau keempat.
3. Pengurusan Kepegawaian terkait Perkawinan PNS

52
a. Pengurusan Kartu Isteri/Kartu Suami
Kepada setiap isteri PNS diberikan Kartu Isteri disingkat Karis, dan
kepada setiap suami PNS diberikan Kartu Suarni disingkat Karsu.
Karis/Karsu adalah kartu identitas isteri/suami sah dari PNS yang
bersangkutan. Karis/Karsu berlaku selama pemegangnya menjadi
isteri/suami sah PNS yang bersangkutan.
1) Pembuatan Karis (Kartu Istri)
Adapun Persyaratannya sebagai berikut:
a) Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
b) Mengisi formulir Daftar Keluarga Pegawai Negeri Sipil
c) Mengisi Formulir Perkawinan Pertama
d) Foto copy Surat Nikah yang telah dilegalisir oleh KUA
e) Pas photo istri ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 2 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
2) Pembuatan Karis bagi PNS yang istrinya meninggal dunia atau
bercerai dan kemudian menikah lagi
Adapun Persyaratannya sebagai berikut:
a) Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
b) Mengisi Formulir Daftar Keluarga PNS
c) Mengisi Formulir Perkawinan Duda
d) Foto copy Surat Keterangan Kematian/foto copy Surat
Cerai dengan istri pertama yang telah dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang.
e) Foto copy Surat Nikah dengan istri kedua yang telah
dilegalisir oleh KUA.
f) Mengembalikan Kartu Istri yang lama
g) Pas photo istri ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 3 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.
3) Pembuatan Karsu (Kartu Suami)
Persyaratannya sebagai berikut:
a) Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
b) Mengisi formulir Daftar Keluarga Pegawai Negeri Sipil
c) Mengisi Formulir Perkawinan Pertama

53
d) Foto copy Surat Nikah yang telah dilegalisir oleh KUA
e) Pas photo suami ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 2 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
4) Pembuatan Karsu bagi PNS yang Suaminya Meninggal Dunia
atau Bercerai dan Kemudian Menikah Lagi
Persyaratannya sebagai berikut:
a) Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
b) Mengisi formulir Daftar Keluarga Pegawai Negeri Sipil bagi
yang telah Menikah
c) Mengisi Formulir Perkawinan Janda
d) Foto copy Surat Keterangan Kematian/Foto copy Surat
Cerai dengan suami pertama yang telah dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang.
e) Foto copy Surat Nikah dengan suami kedua yang telah
dilegalisir oleh KUA.
f) Mengembalikan Kartu Suami yang lama
g) Pas photo suami ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 3 (tiga) lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
5) Persyaratan Pembuatan Karis yang Hilang
a) Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
b) Asli Laporan Kehilangan dari Kepolisian
c) Mengisi Formulir Laporan Kehilangan KARIS yang
ditujukan Kepala Badan Kepegawaian Daerah diketahui
oleh atasan langsung.
d) Mengisi Formulir Permintaan Penggantian KARIS yang di
tujukan kepada Kantor Regional XII BKN Pekanbaru
(dibuat oleh BKD)
e) Foto copy Kartu Istri yang hilang (kalau ada)
f) Foto copy Surat Nikah yang dilegalisir oleh KUA.
g) Pas photo Istri ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 3 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2 (dua).
6) Persyaratan Pembuatan Karsu yang Hilang
a) Surat Pengantar dari Kepala SKPD.

54
b) Asli Laporan Kehilangan dari Kepolisian
c) Mengisi Formulir Laporan Kehilangan KARSU yang
ditujukan Kepala Badan Kepegawaian Daerah diketahui
oleh atasan langsung.
d) Mengisi Formulir Permintaan Penggantian KARSU yang di
tujukan kepada Kantor Regional XII BKN Pekanbaru
(dibuat oleh BKD)
e) Foto copy Kartu Suami yang hilang (kalau ada)
f) Foto copy Surat Nikah yang dilegalisir oleh KUA.
g) Pas photo suami ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 3 lembar
Masing-masing Persyaratan Dilegalisir Rangkap 2 (dua).
b. Pengurusan Izin Perceraian
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dan abdi
masyarakat harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat
dalam tingkah laku, tindakan, dan ketaatan kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu perceraian
haruslah dihindari oleh PNS.
Perceraian hanya dapat dilakukan apabila ada alasan-alasan
tertentu sebagaimana dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan, antara lain:
1) Salah satu pihak berbuat zina,
2) Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi
yang sukar disembuhkan,
3) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah
atau karena hal lain di luar kemampuan/kemauannya,
4) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun
atau hukuman yang lebih berat secara terus menerus setelah
perkawinan berlangsung,
5) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain,
6) Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi
dalam rumah tangga.

55
PNS yang hendak bercerai harus memperoleh izin tertulis lebih
dahulu dari Bupati Agam. Adapun prosedur pengurusan izin
perceraian sebagai berikut:
(1) PNS mengajukan permintaan izin perceraian kepada Bupati
Agam melalui saluran hirarki.
(2) Permintaan izin perceraian harus dilengkapi dengan salah satu
atau lebih bahan pembuktian mengenai alasan-alasan untuk
melakukan perceraian seperti tersebut di atas.
(3) Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin perceraian
berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami isteri yang
hendak bercerai tersebut.
(4) Apabila usahanya tidak berhasil, maka dalam waktu maximal 3
bulan ia harus meneruskan permintaan izin perceraian tersebut
kepada Bupati Agam melalui melalui saluran hirarki dengan
disertai pertimbangan tertulis. Dalam surat pertimbangan
tersebut antara lain dikemukakan keadaan obyektif suami isteri
tersebut dan memuat saran-saran sebagai bahan
pertimbangan bagi pejabat untuk mengambil keputusan.
(5) Sebelum mengambil keputusan, Bupati Agam melalui
inspektorat akan berusaha lebih dahulu merukunkan kembali
suami isteri yang akan bercerai dengan cara memanggil
mereka, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Apabila
dipandang perlu pejabat dapat meminta keterangan dari pihak
lain yang dipandang mengetahui keadaan suami isteri yang
bersangkutan.
(6) Apabila usaha merukunkan kembali suami isteri yang
bersangkutan tidak berhasil, maka Bupati Agam akan
mengambil keputusan atas permintaan izin perceraian.
(7) Penolakan atau pemberian izin untuk melakukan perceraian
dinyatakan dengan Surat Izin Perceraian oleh Bupati Agam.
(8) PNS yang menerima surat izin untuk melakukan perceraian,
apabila telah melakukan perceraian wajib melaporkan
perceraian tersebut selambat-lambatnya 1 bulan terhitung
mulai tanggal perceraian tersebut.
c. Pembagian Gaji Akibat Perceraian
Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria,
maka ia wajib menyerahkan sepertiga gajinya untuk penghidupan
bekas isteri dan sepertiga gajinya untuk anak-anaknya. Apabila
56
pernikahan mereka tidak dikaruniai anak, maka setengah dari
gajinya diserahkan kepada isterinya. Apabila perceraian terjadi atas
kehendak suami isteri, maka pembagian gaji dilaksanakan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang bercerai. Bekas
isteri berhak atas bagian gaji walaupun perceraian terjadi atas
kehendak isteri (Pegawai Negeri Sipil pria menjadi pihak tergugat)
apabila alasan perceraian tersebut adalah karena dimadu, atau
karena Pegawai Negeri Sipil pria melakukan zina, melakukan
kekejaman atau penganiayaan, menjadi pemabok/
pemadat/penjudi, atau meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun
atau lebih tanpa alasan yang sah.
Pembagian gaji seperti tersebut diatas tidak harus dilaksanakan
apabila alasan perceraian karena pihak isteri melakukan zina,
melakukan kekejaman atau penganiayaan, menjadi
pemabok/pemadat/ penjudi, dan atau meninggalkan suami selama
2 (dua) tahun atau lebih tanpa alasan yang sah.
Apabila bekas isteri yang bersangkutan kawin lagi, maka
pembagian gaji dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya bekas
isteri yang bersangkutan kawin lagi.
pembagian gaji seperti tersebut, dilakukan melalui aturan
kedinasan. PNS pria yang menolak melakukan pembagian gaji
menurut ketentuan yang berlaku dan atau tidak mau
menandatangani daftar gajinya sebagai akibat perceraian dijatuhi
hukuman disiplin.
d. Pegawai Negeri Sipil Pria yang Akan Beristeri Lebih dari Seorang
Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristeri lebih dari seorang
wajib memperoleh izin tertulis lebih dahulu dari Bupati Agam. Izin
untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan apabila
memenuhi syarat-syarat alternatif dan syarat-syarat kumulatif
sebagai berikut.
Syarat alternatif, yaitu :
1) isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri,
2) isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, atau
3) isteri tidak dapat melahirkan keturunan
Syarat kumulatif, yaitu :
1) ada persetujuan tertulis dari isteri

57
2) Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mempunyai
penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari seorang
isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan, dan
3) ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia
akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
Izin untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan apabila
dipenuhi sekurang-kurangnya satu dari semua syarat alternanif,
dan semua syarat kumulatif yang ada. Dalam menerima
permintaan izin untuk beristeri lebih dari seorang wajib
memperhatikan dengan saksama alasan-alasan yang dikemukakan
dalam surat permintaan izin dan atasan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan. Apabila alasan-alasan dan syarat-syarat yang
dikemukakan tersebut kurang meyakinkan, maka dapat diminta
keterangan tambahan dari isteri Pegawai Negeri Sipil yang
mengajukan permintaan izin atau dari pihak lain yang dipandang
dapat memberikan keterangan yang meyakinkan. Sebelum
mengambil keputusan, pejabat memanggil Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan sendiri atau bersama-sama dengan isterinya
untuk diberi nasehat .
Permintaan izin untuk beristeri lebih dari seorang ditolak apabila:
1) Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianutnya/
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang di
hayatinya,
2) Tidak memenuhi salah satu syarat alternatif dan semua syarat
komulatif.
3) Bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
4) Alasan yang dikemukakan untuk beristeri lebih dari seorang
bertentangan dengan akal sehat, dan atau
5) Ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan,
yang dinyatakan dalam surat keterangan atasan langsung
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Penolakan atau pemberian izin untuk beristeri lebih dari seorang
dinyatakan dengan Surat keputusan Bupati Agam.
e. Pegawai Negeri Sipil Wanita Tidak Diizinkan Menjadi Isteri
Kedua/Ketiga/Keempat

58
Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan menjadi isteri kedua,
ketiga, atau keempat dari seorang pria yang berkedudukan sebagai
Pegawai Negeri Sipil, maupun seorang pria yang bukan Pegawai
Negeri Sipil. Seorang wanita yang berkedudukan sebagai isteri
kedua/ketiga/keempat tidak dapat melamar menjadi CPNS.
Pegawai Negeri Sipil wanita yang setelah berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 ternyata berkedudukan sebagai
isteri kedua/ketiga/keempat dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
f. Pelanggaran Disiplin terkait Perkawinan PNS
PNS akan diberikan sanksi disiplin jika melakukan pelanggaran
sebagai berikut:
1) Tidak memberitahukan perkawinan pertamanya secara tertulis
kepada Bupati Agam melalui BKD dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perkawinan
berlangsung,
2) Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin tertulis bagi yang
berkedudukan sebagi penggugat, atau tanpa surat keterangan
bagi yang berkedudukan sebagai tergugat, terlebih dahulu dari
Bupati Agam melalui BKD,
3) Beristeri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin tertulis
dahulu dari Bupati Agam melalui BKD,
4) Melakukan hidup bersama di luar perkawainan yang sah
dengan wanita yang bukan isterinya atau dengan pria yang
bukan suaminya.
5) Tidak melaporkan perceraiannya kepada Bupati Agam melalui
BKD dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadinya perceraian,
6) Tidak melaporkan perkawinannya yang kedua/ketiga/keempat
kepada Bupati Agam melalui BKD dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perkawinan
dilangsungkan,
7) Setiap atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan tidak
meneruskan permintaan izin atau pemberitahuan adanya
gugatan perceraian, dan atau permintaan izin untuk beristeri
lebih dari seorang selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah ia
menerima permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan
perceraian,
59
8) Pejabat yang tidak memberikan keputusan terhadap
permintaan izin perceraian atau tidak memberikan surat
keterangan atas pemberitahuan adanya gugatan perceraian,
dan atau tidak memberikan keputusan terhadap permintaan izin
untuk beristeri lebih dari seorang dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan setelah ia menerima permintaan izin atau pemberitahuan
adanya gugatan perceraian.
9) Pejabat tidak melakukan pemeriksaan dalam hal mengetahui
adanya Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya yang
melakukan hidup bersama di luar perkawinan yang sah.

O. Disiplin PNS

1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 32 Tahun 2007
tentang Penetapan Pelaksanaan 5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan
Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
se-Sumatera Barat.
Peraturan Bupati Agam Nomor 30 Tahun 2007 tentang Penetapan
5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam
Surat Edaran Bupati Agam Nomor 800/47/BKD-2010 tanggal 27
Januari 2010 perihal Pakaian Dinas
2. Sekilas Disiplin PNS
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS
yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan
disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena
melanggar peraturan disiplin PNS.
60
Tujuan hukuman disiplin PNS adalah untuk memperbaiki, membina dan
mendidik PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, agar kembali
memiliki sikap ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum
wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin, agar diketahui latar belakang dan motif terjadinya
pelanggaran disiplin, sehingga hukuman disiplin yang dijatuhkan benar-
benar sesuai dan memenuhi asas keadilan.
a. Kewajiban PNS
1) mengucapkan sumpah/janji PNS;
2) mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3) setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4) menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada
PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan
martabat PNS;
7) mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
8) memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus dirahasiakan;
9) bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
10) melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau
merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil;
11) masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12) mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13) menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik-baiknya;
14) memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

61
15) membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16) memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
17) menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang.
b. Larangan PNS
1) menyalahgunakan wewenang;
2) menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang
lain;
3) tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4) bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak
bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara
tidak sah;
6) melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan,
atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara;
7) memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada
siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan
dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8) menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau
pekerjaannya;
9) bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10) melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak
yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang
dilayani;
11) menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

62
12) memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
(a) ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
(b) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut
partai atau atribut PNS;
(c) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS
lain; dan/atau
(d) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas
negara;
13) memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden
dengan cara:
(a) membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan/atau
(b) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14) memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto
kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan
15) memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, dengan cara:
(a) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
(b) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam
kegiatan kampanye;
(c) membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan/atau
(d) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
63
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
c. Ketentuan Jam Kerja
PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam bekerja selama 5
hari dalam seminggu yakni hari Senin s.d Jumat, dengan jumlah
jam efektif dalam 1 minggu yakni selama 37,5 jam.
Ketentuan mengenai jam kerja dimaksud adalah sbb:
a. Senin s.d Kamis Pukul 07.30 s.d 16.00 WIB
Waktu istirahat Pukul 12.00 s.d 13.00 WIB
b. Jum’at Pukul 07.30 s.d 16.30 WIB
Waktu Istirahat Pukul 12.00 s.d 13.30 WIB
Unit Kerja atau satuan organisasi yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat seperti RSUD, Satpol PP,
Pemadam Kebakaran, dan lain-lain akan dibentuk satuan piket
pelaksanaan tugas pada hari hari libur.
Sedangkan lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, dan
SLTA atau yang sederajat dikecualikan dari lima hari kerja.
d. Ketentuan Pakaian Dinas
Adapun ketentuan mengenai ketentuan pakaian dinas sebagai
berikut:
a. Hari Senin memakai pakaian dinas harian Linmas warna hijau
lengkap dengan atribut.
b. Hari Selasa memakai pakaian dinas harian warna kuning khaki
lengkap dengan atribut.
c. Hari Rabu memakai pakaian olah raga dan setelah olah raga
kembali memakai pakaian dinas harian warna kuning khaki
lengkap dengan atribut.
d. Hari Kamis, pria memakai baju muslim dengan tenunan khas
daerah lengkap dengan papan nama dan pin korpri, sedangan
wanita baju kurung dengan tenunan atau sulaman khas daerah.
e. Hari Jum’at, pria memakai baju sulaman produksi daerah
warna putih pakai ban (manset), celana warna hitam,
menggunakan papan nama dan lambang pin korpri serta peci,

64
sedangkan wanita memakai baju kurung motif sulaman
produksi daerah (terawang, kapalo samek, suji caia).
3. Penjatuhan Hukuman Disiplin
PNS yang tidak menaati ketentuan (kewajiban dan larangan) dijatuhi
hukuman disiplin.
Adapun tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan, terdiri dari:
1) teguran lisan;
2) teguran tertulis; dan
3) pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. hukuman disiplin sedang, terdiri dari:
1) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
tahun.
c. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari:
1) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
2) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
3) pembebasan dari jabatan;
4) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
5) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Tingkat/kewenangan penjatuhan hukuman disiplin tergantung dengan
tingkat hukuman yang akan dijatuhkan sesuai dengan ketentuan PP no.
53 tahun 2010, dimana tingkat hukuman tersebut juga ditentukan oleh
seberapa besar pengaruh pelanggaran tersebut terhadap
lingkungannya.
4. Pejabat Yang Berwenang Menghukum
Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Apabila
pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin maka
pejabat tersebut akan dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya sama

65
dengan hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin.
a. Bupati selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) Sekretaris Daerah untuk semua jenis hukuman ringan, semua
jenis hukuman sedang, dan hukuman berat berupa penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
2) fungsional tertentu jenjang utama untuk semua tingkat
hukuman.
3) fungsional umum golongan ruang IV/d dan golongan ruang
IV/e, untuk semua jenis hukuman ringan dan semua jenis
hukuman sedang dan hukuman berat berupa: penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS.
4) struktural eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya dan
Penyelia untuk semua tingkat hukuman disiplin.
5) fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan
golongan ruang IV/c untuk semua jenis hukuman sedang dan
hukuman berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun; pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS.
6) struktural eselon III ke bawah dan fungsional tertentu jenjang
Muda dan Penyelia ke bawah semua jenis hukuman sedang
dan semua jenis hukuman berat.
7) fungsional umum golongan ruang III/d kebawah di
lingkungannya, untuk semua jenis hukuman sedang dan
hukuman berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun; pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS.
b. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, menetapkan penjatuhan
hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon II untuk semua jenis hukuman disiplin ringan.

66
2) struktural eselon III, fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia, dan fungsional umum golongan ruang III/c dan
golongan ruang III/d untuk semua jenis hukuman ringan.
3) struktural eselon IV, fungsional tertentu jenjang Pertama dan
Pelaksana Lanjutan, dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b, untuk hukuman sedang
berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun.
c. Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan hukuman
disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
5) struktural eselon III, fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia, dan fungsional umum golongan ruang III/c dan
golongan ruang III/d untuk semua jenis hukuman ringan
6) struktural eselon IV, fungsional tertentu jenjang Pertama dan
Pelaksana Lanjutan, dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b untuk jenis hukuman
sedang berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun.
d. Pejabat struktural eselon III menetapkan penjatuhan hukuman
disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon IV, fungsional tertentu jenjang Pertama dan
Pelaksana Lanjutan, dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b untuk semua jenis
hukuman disiplin ringan.
2) struktural eselon V, fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan
Pelaksana Pemula, dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sedang berupa berupa penundaan kenaikan gaji
berkala selama 1 (satu) tahun dan penundaan kenaikan
pangkat selama 1 (satu) tahun.
e. Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon V, fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan
Pelaksana Pemula, dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b untuk semua jenis hukuman disiplin
ringan.

67
2) fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d untuk hukuman disiplin sedang berupa berupa
penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun dan
penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun.
f. Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan
fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d untuk semua jenis hukuman disiplin ringan.
Terhadap penjatuhan hukuman disiplin, PNS dapat melakukan upaya
administratif. Upaya administrasi adalah prosedur yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan
kepadanya berupa keberatan atau banding administratif.
Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS
yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum.
Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum, kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.

P. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

1. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Prajabatan Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 2 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan CPNS yang diangkat dari tenaga honorer.
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II

68
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 4 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III
Peraturan Bupati Agam Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan Izin Belajar
bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Agam
2. Sekilas Diklat
Diklat PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai. Sasaran
Diklat PNS adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan masing-masing jabatan.
Sedangkan tujuan Diklat adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk
alat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan
dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan
instansi.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
Diklat PNS terdiri dari 2 jenis, yakni diklat prajabatan dan diklat dalam
jabatan
a. Diklat Prajabatan
Merupakan diklat yang dipersyaratkan dalam pengangkatan CPNS
menjadi PNS. Setiap CPNS untuk diangkat menjadi PNS wajib
mengikuti dan lulus diklat prajabatan. CPNS wajib diikutsertakan
dalam diklat prajabatan selambat-lambatnya 1 tahun setelah
pengangkatannya sebagai CPNS.
Diklat prajabatan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang system
penyelenggaraan pemerintah negara, bidang tugas dan budaya

69
organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan peranannya
sebagai pelayan masyarakat.
Diklat prajabatan terdiri dari:
1) Diklat Prajabatan Gol I untuk CPNS berijazah SLTP kebawah;
2) Diklat Prajabatan Gol II untuk CPNS berijazah SLTA sampai
D3;
3) Diklat Prajabatan Gol III untuk CPNS berijazah Diploma IV/S1.
b. Diklat Dalam Jabatan
Diklat dalam jabatan terdiri dari:
1) Diklat Kepemimpinan (Diklat Pim)
Diklatpim dilaksanakan untuk mencapai kompetensi
kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan
jenjang jabatan struktural yang diemban.
Diklat kepemimpinan terdiri dari empat jenjang yaitu:
(a) Diklatpim Tk. IV, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon IV;
(b) Diklatpim Tk. III, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon III;
(c) Diklatpim Tk. II, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon II;
(d) Diklatpim Tk. I, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon I;
Meskipun Diklatpim berjenjang, namun keikutsertaan PNS
dalam Diklat kepemimpinan tingkat tertentu tidak
dipersyaratkan mengikuti Diklatpim tingkat dibawahnya.
2) Diklat Fungsional.
Diklat fungsional merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis
dan jenjang jabatan fungsional.
Jenis dan jenjang diklat fungsional:
(a) Diklat fungsional keahlian, yaitu diklat yang memberikan
pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional keahlian yang bersangkutan;
(b) Diklat fungsional keterampilan yaitu diklat yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan fungsional
tertentu
3) Diklat teknis
70
Diklat Teknis merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi teknis yang dimaksud
adalah kemampuan PNS dalam bidang- bidang teknis tertentu
untuk pelaksanaan tugas masing-masing.
3. Urusan Kepegawaian yang Terkait dengan Diklat
a. Diklat Prajabatan
Pelaksanaan diklat prajabatan, akan didahului dengan
pemberitahuan pelaksanaan kepada peserta yang akan mengikuti
Diklat Prajabatan melalui surat pemanggilan peserta diklat.
Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi pada saat
pendaftaran untuk mengikuti Diklat sebagai berikut:
1) Surat Tugas dari instansi masing-masing.
2) Foto copy SK CPNS.
3) Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS
4) Pas Photo ukuran 3 x 4 dan 4 x 6 masing-masing 3 lembar
5) Surat Keterangan berbadan sehat dari rumah sakit Pemerintah/
Puskesmas.
6) Surat perrnyataan akan mengikuti diklat Prajabatan dengan
sungguh-sungguh.
7) Ketentuan pelaksanaan lainnya.
Dalam pelaksanaan Diklat Prajabatan, akomodasi dan konsumsi
disediakan oleh BKD.
Sebagai bukti mengikuti Diklat Prajabatan dan lulus, akan diberikan
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan, nantinya akan
digunakan sebagai bahan pengusulan CPNS menjadi PNS.
b. Surat Keterangan Memiliki Ijazah
Bagi PNS yang memiliki ijazah lebih tinggi dari ijazah yang
digunakan saat mengikuti seleksi CPNS, dalam arti ijzah yang
digunakan saat test lebih rendah dari tingkat pendidikan yang telah
diselesaikannya, maka untuk pemakaian ijazah tersebut dalam
kepegawaiannya perlu diurus terlebih dahulu Surat Keterangan
Memiliki Ijazah.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Surat pengantar SKPD
2) Persetujuan Kepala SKPD

71
3) Permohonan dari yang bersangkutan
4) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
5) Surat pernyataan tidak sedang dalam/terkait pemeriksaan
Inspektorat
6) Surat pernyataan tidak mengganggu pekerjaan sebagai PNS
dan jam Dinas Kantor
7) Surat pernyataan tidak menuntut penyesuain
Ijazah/pencantuman gelar sepanjang formasi tidak
memungkinkan
8) Foto copy DP3 dua tahun terakhir
9) Foto copy SK CPNS dan PNS yang dilegalisir
10) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir
11) Foto copy SK Pangkat Terakhir dilegalisir oleh atasan langsung
12) Surat keterangan yang bersangkutan terdaftar di Perguruan
Tinggi
13) Surat keterangan Akreditasi Jurusan dan Perguruan Tinggi
c. Surat Keterangan Peningkatan Pendidikan
Bagi PNS yang pada saat seleksi CPNS sedang menjalani
pendidikan, dimana pendidikan ini lebih tinggi dari pada
ijazah/pendidikan yang digunakan untuk mengikuti selekasi CPNS,
namun belum menamatkan pendidikan sampai persyaratan untuk
peningkatan pendidikan dipenuhi, maka agar pendidikan yang
sedang dijalaninya itu dapat digunakan dalam kepegawaiannya,
perlu diurus terlebih dahulu Surat Keterangan Peningkatan
Pendidikan.
Adapun persyaratan untuk pengurusan Surat Keterangan
Peningkatan Pendidikan sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Persetujuan Kepala SKPD
3) Permohonan dari yang bersangkutan
4) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
5) Surat pernyataan tidak sedang dalam/terkait pemeriksaan
Inspektorat
6) Surat pernyataan tidak mengganggu pekerjaan sebagai PNS
dan jam dinas kantor
7) Surat pernyataan tidak menuntut penyesuain
ijazah/pencantuman gelar sepanjang formasi tidak
memungkinkan
8) Foto copy DP3 dua tahun terakhir

72
9) Foto copy SK CPNS dan PNS yang dilegalisir
10) Foto copy Ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir
11) Foto copy SK Pangkat Terakhir dilagalisir oleh atasan langsung
12) Surat keterangan yang bersangkutan terdaftar di Perguruan
Tinggi
13) Surat keterangan Akreditasi Jurusan dan Perguruan Tinggi

Q. Tugas Belajar dan Izin Belajar

1. Dasar Hukum
Peraturan Bupati Agam Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan Izin Belajar
bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Agam
2. Sekilas Tugas Belajar dan Izin Belajar serta Pengurusannya
Untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan intelektual,
pengembangan wawasan dan profesionalisme PNS, Pemerintah
Kabupaten Agam memberi kesempatan kepada PNS yang memenuhi
syarat untuk mengikuti tugas belajar atau izin belajar.
Jenis pendidikan untuk program Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri,
dan Izin Belajar meliputi pendidikan akademik, profesi, dan vokasi.
Pendidikan akademik terdiri dari Program Sarjana (S1) dan Program
Pascasarjana yang meliputi Program Magister (S2) dan Program
Doktor (S3). Pendidikan vokasi terdiri dari Program Diploma III dan
Program Diploma IV. Pendidikan Profesi berupa Program Spesialis.
Pemilihan jenis pendidikan dan program studi harus sesuai dengan
analisa prioritas kebutuhan daerah.
a. Tugas Belajar dan Tugas Belajar Mandiri
Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
mengikuti atau melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi
negeri sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah, dan kepada
Pegawai Negeri Sipil tersebut diberikan bantuan biaya pendidikan
sesuai dengan yang dianggarkan dalam anggaran tahun berjalan.
Tugas Belajar Mandiri adalah penugasan yang diberikan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
mengikuti atau melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi

73
negeri sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah dengan biaya
pendidikan ditanggung sendiri oleh Pegawai Negeri Sipil.
Adapun Persyaratan umum bagi calon peserta Tugas Belajar dan
Tugas Belajar Mandiri sebagai berikut:
1) Berstatus PNS dan sekurang-kurangnya memiliki masa kerja 2
(dua) tahun sejak diangkat sebagai PNS;
2) Telah memiliki Surat Keterangan Izin Mengikuti Seleksi dari
Sekretaris Daerah dan dinyatakan lulus tes akademis oleh
Perguruan Tinggi yang dituju;
3) Sehat jasmani dan rohani;
4) Setiap unsur penilaian pekerjaan yang bersangkutan sekurang-
kurangnya bernilai baik, yang dibuktikan dengan DP-3 2 (dua)
tahun terakhir;
5) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani hukuman
disiplin;
6) Tidak dalam pemeriksaan aparat pengawasan fungsional yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepala SKPD atau Kepala
Unit Kerja yang bersangkutan;
7) Tidak pernah gagal dalam Tugas Belajar atau Tugas Belajar
Mandiri yang disebabkan oleh kelalaian yang bersangkutan;
8) Tidak pernah dibatalkan mengikuti Tugas Belajar atau Tugas
Belajar Mandiri sebelumnya dikarenakan kesalahan yang
bersangkutan;
9) Pendidikan yang diikuti harus sesuai dengan latar belakang
pendidikan sebelumnya atau tugas pokok PNS yang
bersangkutan;
10) Disetujui oleh Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dengan berpedoman kepada rencana strategis
kebutuhan minimal dan skala prioritas kebutuhan minimal PNS;
11) Disetujui oleh istri/suami bagi PNS yang sudah berkeluarga;
12) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai selesai
apabila bantuan biaya tidak dianggarkan didalam APBD
maupun APBN bagi PNS yang mengikuti Tugas Belajar;
13) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai selesai
pendidikan bagi PNS yang mengikuti Tugas Belajar Mandiri;

74
14) Bersedia untuk tidak mengajukan permohonan pindah dari
Kabupaten Agam sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak menyelesaikan pendidikan;
15) Bersedia mengembalikan bantuan biaya pendidikan yang telah
diterima jika mengundurkan diri dan/atau tidak mampu
menyelesaikan pendidikan bagi PNS yang mengikuti program
Tugas Belajar dan dituangkan dalam bentuk perjanjian;
16) Bersedia membuat komitmen untuk melaksanakan program
Tugas Belajar atau Tugas Belajar Mandiri sesuai dengan
ketentuan Peraturan Bupati dan dituangkan dalam bentuk
perjanjian;
17) Bersedia tidak akan menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi belum
memungkinkan;
18) Bersedia ditempatkan sesuai formasi yang tersedia;
Persyaratan khusus bagi calon peserta tugas belajar dan tugas
belajar mandiri adalah:
1) Pendidikan Diploma III dari ijazah SLTA.
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal pengatur muda (II/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Pengatur Muda (II/a);
d) Usia setinggi-tingginya 30 (tiga puluh) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
2) Pendidikan Strata 1 dari ijazah SLTA :
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal pengatur muda tingkat I (II/b);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan pengatur muda Tingkat I (II/b);
d) Usia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
3) Pendidikan Strata 1 dari ijazah Diploma III :
75
a) Memiliki ijazah Diploma III dengan IPK sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal pengatur (II/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan pengatur (II/c) atau sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun sejak menyelesaikan Tugas Belajar, Tugas
Belajar Mandiri, dan atau Izin Belajar sebelumnya;
d) Usia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
4) Pendidikan Strata 2 (S2)/Program Spesialis:
a) Memiliki ijazah strata 1 dengan IPK sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal penata muda (III/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata Muda (III/a) atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas
belajar dan atau izin belajar sebelumnya atau 2 (dua) tahun
sejak diangkat sebagai PNS;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 45 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
5) Pendidikan Strata 3 (S3):
a) Memiliki ijazah Strata 2 dengan IPK sekurang- kurangnya 3,0 ;
b) Pangkat/golongan minimal Penata (III/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata golongan III/c atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas
belajar dan atau izin belajar sebelumnya;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 40 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
6) Persyaratan khusus untuk calon peserta Tugas Belajar dan
Tugas Belajar Mandiri PNS dari Program Studi Dokter Spesialis
adalah sebagai berikut:
a) Berstatus PNS.
b) Memiliki ijazah kedokteran dengan IPK minimal 3,0;
c) Pangkat/golongan minimal Penata Muda Tingkat I, III/b;
76
d) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan
Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan atau izin belajar
sebelumnya;
e) Memiliki usia setinggi-tingginya 40 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
f) Telah memiliki surat keterangan izin mengikuti seleksi dari
Sekretaris Daerah dan dinyatakan lulus tes akademis oleh
Perguruan Tinggi yang dituju;
g) Sehat jasmani dan rohani;
h) Setiap unsur Penilaian Pekerjaan yang bersangkutan
sekurang-kurangnya bernilai baik, yang dibuktikan dengan
DP-3 2 (dua) tahun terakhir;
i) Tidak sedang dalam proses dan atau menjalani hukuman
disiplin;
j) Tidak dalam pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional
yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala
SKPD atau Kepala Unit Kerja yang bersangkutan;
k) Tidak pernah gagal dalam Tugas Belajar atau Tugas
Belajar Mandiri yang disebabkan oleh kelalaian yang
bersangkutan;
l) Tidak pernah dibatalkan mengikuti tugas belajar atau tugas
belajar mandiri sebelumnya dikarenakan kesalahan yang
bersangkutan;
m) Program Studi yang diikuti harus sesuai dengan kebutuhan
dokter spesialis pada Pemerintah Kabupaten Agam;
n) Disetujui oleh Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dengan berpedoman kepada rencana
strategis kebutuhan minimal dan skala perioritas kebutuhan
minimal PNS;
o) Disetujui oleh istri/suami bagi PNS yang sudah
berkeluarga.
p) Bagi PNS yang memanfaatkan sumber dana dari APBN
harus jelas tentang biaya yang ditanggung, apabila saat
pendidikan berjalan ternyata bantuan biaya tersebut
dihentikan tanpa alasan yang jelas maka biaya pendidikan
ditanggung oleh yang bersangkutan dan dapat dibantu

77
dengan biaya APBD sepanjang keuangan daerah
memungkinkan dan dituangkan dalam bentuk perjanjian.
q) Menanggung biaya perkuliahan sampai tamat apabila
bantuan biaya untuk Tugas Belajar tidak dianggarkan
didalam APBD maupun APBN bagi PNS yang mengikuti
program Tugas Belajar Mandiri dan dituangkan dalam
bentuk perjanjian;
r) Tidak mengajukan pindah dari Kabupaten Agam sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
menyelesaikan pendidikan dan dituangkan dalam bentuk
perjanjian;
s) Mengembalikan bantuan biaya pendidikan yang telah
diterima jika mengundurkan diri dan/atau tidak mampu
menyelesaikan pendidikan bagi PNS yang mengikuti
program Tugas Belajar dan dituangkan dalam bentuk
perjanjian;
t) Membuat komitmen untuk melaksanakan pendidikan Tugas
Belajar atau Tugas Belajar Mandiri yang diikuti sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Bupati dan dituangkan dalam bentuk perjanjian;
u) PNS yang bersangkutan tidak berhak untuk menuntut
penyesuaian ijazah atau pencantuman gelar kedalam
pangkat apabila formasi belum memungkinkan;
7) Khusus untuk PNS dari jabatan guru yang mengajukan
permohonan tugas belajar/Tugas belajar mandiri batas usia
maksimal adalah 48 tahun pada saat perkuliahan dimulai untuk
jenjang pendidikan Strata 1, Strata 2, dan Strata 3.
b. Izin Belajar
Izin Belajar adalah izin yang diberikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi negeri maupun
swasta yang terakreditasi, diluar jam dinas dan tidak mengganggu
tugas kedinasan dengan biaya pendidikan ditanggung sendiri oleh
Pegawai Negeri Sipil
Persyaratan Umum bagi calon peserta Izin Belajar adalah:
1) Berstatus PNS dan sekurang-kurangnya memiliki masa kerja 2
(dua) tahun sejak diangkat sebagai PNS.

78
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Setiap unsur Penilaian Pekerjaan Pegawai yang bersangkutan
sekurang-kurangnya bernilai baik, yang dibuktikan dengan DP-
3 2 (dua) tahun terakhir.
4) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani hukuman
disiplin.
5) Tidak dalam pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional
yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepala SKPD atau
Kepala Unit Kerja yang bersangkutan.
6) Pendidikan yang diikuti harus sesuai dengan latar belakang
pendidikan sebelumnya atau tugas PNS yang bersangkutan.
7) Dalam menjalankan pendidikan tidak meninggalkan kedinasan
dan/atau tugas pekerjaan sehari-hari sebagai PNS.
8) Disetujui oleh Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dengan berpedoman kepada rencana strategis
kebutuhan minimal dan skala prioritas kebutuhan minimal PNS.
9) Disetujui oleh istri/suami bagi PNS yang sudah berkeluarga.
10) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai tamat.
11) Bersedia untuk tidak mengajukan permohonan pindah dari dari
Kabupaten Agam sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun
terhitung sejak menyelesaikan pendidikan.
12) Bersedia untuk tidak menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi belum
memungkinkan.
Persyaratan khusus bagi calon peserta izin belajar adalah:
1) Pendidikan Diploma III (DIII) dari ijazah SLTA :
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Pengatur Muda (II/a);
d) Usia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
2) Pendidikan Strata I (S1) dari ijazah SLTA :
79
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
Pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a);
d) Usia setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
3) Pendidikan Strata I dari ijazah Diploma III (DIII) :
a) Memiliki ijazah Diploma III dengan nilai rata-rata IPK
sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal Pengatur (II/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Pengatur (II/c) atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas
belajar dan atau izin belajar sebelumnya;
d) Usia setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
4) Pendidikan Strata 2 (Pasca Sarjana)/ Program Spesialis :
a) Memiliki ijazah Strata 1 dengan nilai rata-rata IPK
sekurang-kurangnya 2,50;
b) Pangkat/golongan minimal Penata Muda (III/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata Muda (III/a) atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan Tugas
Belajar, Tugas Belajar Mandiri atau Izin Belajar
sebelumnya, atau 2 (dua) tahun sejak diangkat sebagai
PNS;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 45 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
5) Pendidikan Strata 3 (S3):
a) Memiliki ijazah Strata 2 dengan nilai rata-rata IPK
sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal Penata (III/c);

80
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata (III/c) atau sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas belajar dan atau
izin belajar sebelumnya;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 45 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
6) Khusus untuk PNS dari jabatan guru yang mengajukan
permohonan izin belajar batas usia maksimal adalah 48 tahun
pada saat perkuliahan dimulai untuk jenjang pendidikan Strata
1, Strata 2, dan Strata 3.

3. Prosedur Pengurusan Tugas Belajar dan Izin Belajar


a. Prosedur Pengurusan Tugas Belajar dan Tugas Belajar Mandiri
a. Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja mengusulkan PNS calon
peserta Tugas Belajar atau Tugas Belajar Mandiri.
b. Usulan dibuat secara tertulis dan ditujukan kepada Bupati
Agam melalui BKD, dengan melampirkan :
a) Foto copy legalisir SK PNS bagi yang belum pernah naik
pangkat
b) Foto copy legalisir SK kenaikan pangkat terakhir.
c) Foto copy legalisir ijazah yang telah tercantum didalam
Keputusan kenaikan pangkat terakhir dengan
melampirkan transkrip nilai.
d) Foto copy legalisir DP3 2 tahun terakhir
e) Surat persetujuan dari Kepala SKPD yang menyatakan
kualifikasi akademik yang diikuti oleh yang bersangkutan
telah sesuai dengan rencana strategis kebutuhan
minimal PNS dan skala perioritas kebutuhan minimal
PNS pada Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit
Kerja.
f) Formasi kebutuhan PNS terbaru dari SKPD atau Unit
Kerja.
g) Surat Pernyataan :
(1) Persetujuan dari isteri/suami PNS.
(2) Tidak pernah gagal atau dibatalkan mengikuti tugas
belajar atau tugas belajar mandiri disebabkan
kelalaian dan kesalahan yang bersangkutan.
h) Surat Keterangan :

81
(1) Sehat jasmani dan rohani dari dokter.
(2) Tidak dalam pemeriksaan aparat pengawasan
fungsional yang dibuktikan dengan surat keterangan
kepala unit kerja yang bersangkutan.
(3) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani
hukuman disiplin.
(4) Izin mengikuti seleksi oleh Sekretaris Daerah.
(5) Telah lulus seleksi dari perguruan tinggi yang dituju.
i) Surat perjanjian dengan Bupati, yang menuangkan
klausul tentang kesanggupan :
(1) pengembalian bantuan biaya pendidikan yang telah
diterima jika mengundurkan diri dan/atau tidak
mampu menyelesaikan pendidikan dikarenakan
kelalaian sendiri, bagi PNS yang mengikuti program
Tugas Belajar dan Tugas Belajar Mandiri.
(2) Tidak mengajukan pindah tugas dari Kabupaten
Agam sekurang-kurang 6 (enam) tahun terhitung
sejak menyelesaikan tugas belajar mandiri
(3) komitmen untuk melaksanakan pendidikan tugas
belajar dan/atau tugas belajar mandiri yang diikuti,
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Bupati ini.
(4) kesediaan menanggung biaya perkuliahan sampai
tamat jika pembiayaan tidak dianggarkan didalam
APBD maupun APBN bagi PNS yang mengikuti
program tugas belajar mandiri.

(5) tidak akan menuntut penyesuaian ijazah atau


pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi
belum memungkinkan setelah menyelesaikan
pendidikan.

(6) kesediaan ditempatkan sesuai formasi yang ada


setelah menyelesaikan pendidikan.

7) Sebelum diteruskan kepada Bupati, usulan akan dibahas


dalam sidang MPP.
8) Usulan yang disetujui dalam sidang, diteruskan kepada Bupati
untuk mendapatkan persetujuan dan Keputusan Tugas
Belajar.

82
9) Tugas belajar baru dapat dilaksanakan setelah ditetapkan
Bupati

b. Prosedur Pengurusan Izin Belajar


1) Kepala SKPD atau kepala unit kerja mengusulkan PNS calon
peserta Izin Belajar.
2) Usulan dibuat secara tertulis dan ditujukan kepada Bupati
Agam melalui BKD, dengan melampirkan:
a) Fotocopy legalisir surat keputusan pengangkatan
sebagai PNS bagi yang belum pernah kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi;
b) Fotocopy legalisir surat keputusan kenaikan pangkat
terakhir;
c) Fotocopy legalisir ijazah yang telah tercantum didalam
surat keputusan kenaikan pangkat terakhir dengan
melampirkan transkrip nilai;
d) Fotocopy legalisir DP3 2 tahun terakhir;
e) Surat persetujuan dari kepala badan/dinas/kantor/camat
yang menyatakan kualifikasi akademik yang di ikuti oleh
yang bersangkutan telah sesuai dengan rencana
strategis kebutuhan minimal PNS dan skala prioritas
kebutuhan minimal PNS pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Unit Kerja;
f) Formasi kebutuhan PNS terbaru dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Unit Kerja;
g) Surat Pernyataan, yang berisikan persetujuan dari
isteri/suami, bagi PNS yang telah berkeluarga;.
h) Surat Keterangan :
(1) Sehat jasmani dan rohani dari dokter;
(2) Tidak dalam pemeriksaan Aparat Pengawasan
Fungsional yang dibuktikan dengan Surat Keterangan
Kepala Unit Kerja yang bersangkutan.
(3) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani
hukuman disiplin.
i) Surat Perjanjian dengan Bupati, yang menuangkan
klausul sebagai berikut :

83
(1) Tidak mengajukan pindah tugas dari Kabupaten
Agam sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun terhitung
sejak menyelesaikan perkuliahan.
(2) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai
tamat.
(3) Tidak meninggalkan kedinasan dan/atau tugas
pekerjaan sehari hari sebagai PNS.
(4) Tidak menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi
belum memungkinkan setelah menyelesaikan
perkuliahan.
3) Usulan ini akan diteruskan kepada Bupati untuk mendapatkan
persetujuan dan Keputusan Izin Belajar.
4) Izin belajar baru dapat dilaksanakan setelah ditetapkan
Bupati.

R. Cuti PNS

1. Dasar Hukum
PP No. 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil,
SE Kepala BAKN Nomor 01/SE/1977 Tentang Permintaan dan
Pemberian Cuti PNS:
Keputusan Bupati Agam Nomor 305 Tahun 2001 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil
Kepada Kepala Badan, Dinas, Kantor, dan Kecamatan Dalam
Lingkungan pemerintah Kabupaten Agam.
2. Sekilas Cuti
Cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu
tertentu. Pegawai Negeri Sipil yang sedang menjalankan cuti tahunan,
cuti besar, dan cuti karena alasan penting, dapat dipanggil kembali
bekerja apabila kepentingan dinas mendesak. Jangka waktu cuti yang
belum dijalankan itu tetap menjadi hak Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.
3. Jenis Cuti dan Ketentuannya
a. Cuti Tahunan, adapun ketentuannya sebagai berikut:

84
1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun secara terus menerus.
2) Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
3) Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu
yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja.
4) Untuk mendaptkan cuti tahunan Pegawai negeri Sipil
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang memberikan cuti.
5) Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
6) Cuti tahunan yang akan dijalankan ditempat yang sulit
perhubungannya, maka jangka waktu cuti tahunan tersebut
dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas) hari.
7) Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang
bersangkutan dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk
paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam tahun yang sedang berjalan.
8) Cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari 2 (dua) tahun
berturut-turut, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk
paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti
tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
9) Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat
yang berwenang memberikan cuti paling lama 1 (satu) tahun,
apabila kepentingan dinas mendesak.
10) Cuti tahunan yang ditangguhkan, dapat diambil dalam tahun
berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk
cuti tahunan yang sedang berjalan.
11) PNS yang menjadi guru yang mendapat liburan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak berhak
atas cuti tahunan.
b. Cuti Besar, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6
(enam) tahun secara terus menerus berhak mendapatkan cuti
besar yang lamanya 3 (tiga) bulan.

85
2) Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak
lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
3) Untuk mendapatkan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
4) Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
5) Cuti besar dapat digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil untuk
memenuhi kewajiban agama.
6) Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaanya oleh pejabat
yang berwenang untuk paling lama 2(dua) tahun, apabila
kepentingan dinas mendesak.
7) Selama menjalankan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil
menerima penghasilan penuh, kecuali tunjangan jabatan.
c. Cuti Sakit, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2) PNS yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas
cuti sakit, dengan ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan
kepada atasannya.
3) PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14
(empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan
bahwa PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan
cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.
4) PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan. Surat Keterangan Dokter tersebut antara
lain menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti
dan keterangan lain yang dipandang perlu.
5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada point 4 diberikan untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun.
6) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada point 4 dapat ditambah
untuk paling lama 6(enam) bulan apabila dipandang perlu
86
berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan.
7) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud di atas, harus diuji kembali
kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan
PNS yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka
ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit
dengan mendapat uang tunggu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
8) PNS wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti
sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
9) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
point 9, PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan
cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.
10) PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga ia memerlukan
perawatan berhak atas cuti sakit sampai sembuh dari
penyakitnya.
11) Selama menjalankan cuti sakit PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.
d. Cuti Bersalin, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Untuk persalinan anak yang pertama, kedua, dan ketiga,
Pegawai Negeri Sipil wanita berhak atas cuti bersalin.
2) Persalinan anak yang pertama maksudnya adalah persalinan
pertama sejak menjadi CPNS.
3) Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya,
kepada Pegawai Negeri Sipil wanita diberikan cuti diluar
tanggungan Negara.
4) Bagi PNS yang bersalin untuk anak keempat dan seterusnya,
apabila menjelang persalinan tersebut mempunyai hak atas cuti
besar, dapat menggunakan cuti besar tersebut sebagai cuti
persalinan.
5) Lamanya cuti bersalin tersebut adalah 1 (satu) bulan sebelum
dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. Jika PNS mengambil

87
cuti bersalin 2 minggu sebelum melahirkan, maka haknya tetap
2 bulan setelah melahirkan.
6) Untuk mendapatkan cuti bersalin, PNS yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberikan cuti.
7) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
8) Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang
bersangkutan menerima penghasilan penuh.
e. Cuti Karena Alasan Penting, adapun ketentuannya sebagai
berikut:
1) Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti karena alasan penting
2) PNS dapat cuti karena alasan penting untuk paling lama 2
bulan.
3) Lamanya cuti karena alasan penting hendaknya ditetapkan
sedemikian rupa, sehingga benar-benar hanya untuk waktu
yang diperlukan saja.
4) Yang dimaksud cuti karena alasan penting adalah cuti karena:
a) Ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia.
b) Salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam point
1 meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang
berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak
dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu.
c) Melangsungkan perrkawinan yang pertama.
d) Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh
Presiden.
5) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, PNS harus
mengajukan secara tertulis dengan menyebutkan alasannya
kepada pejabat yang berwenang memberikan. Cuti karena
alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang.
6) Selama menjalankan cuti, PNS yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh.

88
f. Cuti di Luar Tanggungan Negara
1) CLTN bukan hak, oleh sebab itu permintaan CLTN dapat
dikabulkan atau ditolak oleh Pejabat yang berwenang
memberikan cuti. Pertimbangan Pejabat yang bersangkutan
didasarkan untuk kepentingan dinas.
2) PNS yang bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara
terus menerus, karena alasan pribadi yang penting dan
mendesak dapat diberikan CLTN untuk paling lama 3 (tiga)
tahun. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk paling
lama 1(satu) tahun apabila ada alasan yang penting untuk
memperpanjangnya.
3) CLTN hanya dapat diberikan dengan SK Pejabat yang
berwenang memberikan cuti setelah mendapat persetujuan
dari Kepala BKN.
4) Permintaan perpanjangan CLTN yang diajukan sekurang-
kurangnya 3 bulan sebelum CLTN berakhir.
5) PNS yang menjalankan CLTN dibebaskan dari jabatannya dan
jabatan yang lowong itu dengan segera dapat diisi.
6) Selama menjalankan CLTN tidak berhak menerima
penghasilan dari Negara dan tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja PNS
7) PNS yang telah selesai menjalakan CLTN wajib melaporkan
diri secara tertulis kepada Pimpinan Instansi induknya
8) Pimpinan instansi induk yang telah menerima laporan dari PNS
yang telah selesai menjalankan CLTN berkewajiban:
a) Menempatkan dan memperkerjakan kembali apabila ada
lowongan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Kepala BKN.
b) Apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi induk
melaporkan kepada kepala BKN untuk kemungkinan
disalurkan penempatannya pada instansi lain.
c) Apabila Kepala BKN tidak dapat menyalurkan
penempatan PNS tersebut, maka Kepala BKN
memberitahukan kepada Pimpinan Instansi induk agar
memberhentikan PNS dengan hak-hak kepegawaian
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

89
9) Khusus bagi CLTN untuk persalinan, berlaku ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a) Permintaan cuti tersebut tidak dapat di tolak.
b) Cuti ini tidak memerlukan persetujuan Kepala BKN.
c) PNS yang menjalankan CLTN tidak dibebaskan dari
jabatannya, atau dengan kata lain, jabatannya tidak dapat
diisi oleh orang lain.
d) Lamanya cuti sama dengan lamanya cuti bersalin yakni 1
(satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah
persalinan.
e) Selama menjalankan CLTN tersebut tidak menerima
penghasilan dari Negara dan tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja PNS.
4. Kewenangan Pemberian Cuti PNS
a. Kewenangan pemberian cuti berada pada Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK).
b. Untuk kelancaran pemberian cuti, Bupati Agam selaku PPK
mendelegasi wewenang pemberian cuti PNS kepada Kepala
Badan, Dinas, Kantor, dan Camat. Adapun wewenang yang
didelegasikan tersebut adalah terhadap:
1) Cuti Tahunan
2) Cuti Sakit
3) Cuti Hamil bagi PNS yang mengalami gugur kandungan.
4) Cuti Bersalin
5) Cuti Karena Alasan Penting
c. Khusus untuk Cuti Besar dan Cuti Diluar Tanggungan Negara di
sampaikan kepada Bupati melalui BKD Kabupaten Agam.
d. Dalam melaksanakan wewenang pemberian cuti, Kepala Badan,
Dinas, Kantor, dan Camat harus memberikan tembusannya kepada
Bupati melalui BKD Kabupaten Agam.

S. Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya

1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1994 tentang Tanda
Kehormatan Satyalancana Karya Satya
90
2. Sekilas Tanda Kehormatan Satya Lancana Karya Satya
Satyalancana Karya Satya merupakan tanda kehormatan yang
diberikan kepada Korps Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia yang
telah berbakti selama 10 atau 20 atau 30 tahun lebih secara terus
menerus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan dan
pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi PNS lainnya.
3. Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
Adapun Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Persyaratan Umum :
1) Warga Negara Indonesia.
2) Memiliki integritas moral dan keteladanan.
3) Setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara.
4) Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling sedikit 5 (lima) tahun.
b. Persyaratan Khusus :
1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja dengan penuh
kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara dan Pemerintah serta dengan
penuh pengabdian, kejujuran, kecakapan dan disiplin secara
terus-menerus paling singkat sepuluh tahun, dua puluh tahun
dan tiga puluh tahun.
2) Selama menjadi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak
pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat ringan, sedang, berat
dan tidak pernah mengambil cuti diluar tanggungan negara.
3) Melampirkan foto copy surat keputusan pengangkatan sebagai
CPNS (80%) dan Pegawai Negeri Sipil (100%) yang dilegalisir.
4) Melampirkan foto copy surat keputusan pangkat terakhir yang
dilegalisir.
5) Melampirkan foto copy surat keputusan jabatan terakhir yang
dilegalisir.
6) Melampirkan foto copy piagam Satyalancana Karya Satya
sepuluh tahun, dua puluh tahun, apabila telah memilikinya
yang dilegalisir.
91
7) Melampirkan surat tidak sedang menjalani hukuman disiplin
dari kepala SKPD yang bersangkutan.
8) Melampirkan daftar riwayat pekerjaan dari Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan (contoh terlampir).
Catatan
Usulan dimaksud beserta lampiran dibuat dalam rangkap dua.
4. Prosedur Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
a. Setiap tahun BKD akan menyampaikan surat, agar SKPD
mengusulkan PNS yang memenuhi syarat dilingkungannya yang
akan diajukan untuk mendapatkan Tanda Kehormatan
Satyalancana Karya Satya.
b. Usulan tersebut dialamatkan kepada Bupati Agam melalui Kepala
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Agam.
c. BKD akan menseleksi ulang berkas PNS yang diusulkan SKPD,
untuk diusulkan ke Presiden RI melalui Sekretariat Negara.
d. PNS yang ditetapkan Presiden RI sebagai penerima Tanda
Kehormatan Satyalancana Karya Satya, akan menerima tanda
kehormatan tersebut pada Upacara Hari Kemerdekaan RI/hari
besar nasional/dan ulang tahun Pemerintah Kabupaten Agam.

T. Pensiun PNS

1. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1969 tantang
Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982
tentang Pemberian Uang Duka Wafat bagi Keluarga Penerima
Pensiun
Surat Edaran Kepala BKN Nomor 4/SE/1980 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
Surat Kepala BKN Nomor K.26-30/V.7-3/99 tentang Batas Usia
Pensiun Pegawai Negeri Sipil.

92
Surat Kepala BKN Nomor K.26-30N.28-6/99 tentang Penjelasan
terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih bersedia/tidak
bersedia lagi melaksanakan tugas.

2. Sekilas Pensiun
Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap
Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya
kepada Negara.
Yang berhak atas pensiun adalah sebagai berikut:
a. Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai
negeri berhak menerima pensiun pegawai, jikalau ia pada saat
pemberhentiannya sebagai pegawai negeri:
1) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan
mempunyai masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20
tahun.
2) Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai
negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun, juga karena keadaan jasmani atau rohani yang
disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan
atau
3) Mempunyai masa-kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh
badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai
negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun juga karena keadaan jasmani atau rohani, yang tidak
disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban
jabatannya.
b. Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari
pekerjaannya karena penghapusan jabatan, perubahan dalam
susunan pegawai, penertiban aparatur negara atau karena
alasan-alasan dinas lainnya dan kemudian tidak dipekerjakan
kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun
pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai
negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri
itu telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki
masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.
c. Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak

93
dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima
pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai
pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai
negeri ia telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan
memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.
d. Apabila pegawai negeri yang dimaksud pada huruf b dan c diatas
pada saat ia diberhentikan sebagai pegawai negeri telah memiliki
masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun akan
tetapi pada saat itu belum mencapai usia 50 tahun, maka
pemberian pensiun kepadanya ditetapkan pada saat ia mencapai
usia 50 tahun.
3. Masa Persiapan Pensiun (MPP)
PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP), dapat
dibebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 (satu) tahun, dengan
mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku, kecuali tunjangan jabatan. Pembebasan tugas ini dikenal
dengan MPP. MPP dapat diambil penuh 1 tahun atau sebagian sesuai
dengan keinginan/kebutuhan PNS.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Permohonan dari yang bersangkutan.
3) Foto copy SK CPNS dilegalisir oleh atasan langsung
4) Foto copy SK PNS dilegalisir oleh atasan langsung
5) Foto copy SK Pangkat terakhir dilegalisir oleh atasan langsung
6) Foto copy Karpeg dilegalisir
7) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir oleh atasan langsung
8) DP3 terakhir
9) Foto copy Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan (kalau
ada)
Masing-masing bahan rangkap 2 (dua).
Adapun prosedur pengajuan MPP sebagai berikut:
1) MPP diajukan minimal 1 bulan sebelum MPP diambil. Artinya 1
tahun 1 bulan sebelum Batas Usia Pensiun (BUP).
2) MPP diajukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah
sampai ke SKPD-nya.
3) Kemudian SKPD mengusulkan MPP Ybs kepada Bupati Agam
melalui BKD.
94
4) BKD akan menindaklanjuti, dengan meminta persetujuan dan
Keputusan Bupati Agam..
5) SK MPP yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.
4. Pengurusan Pensiun PNS
a. Pensiun BUP (Batas Usia Pensiun)
PNS yang telah mencapai batas usia pensiun, akan
diberhentikan sebagai PNS dan diberikan hak pensiun. BUP
tergantung dengan jabatan PNS tersebut.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, bahwa BUP PNS dirubah menjadi:
1) 58 tahun bagi Pejabat Administrasi;
2) 60 tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
3) Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
bagi Pejabat Fungsional.
Terkait dengan perubahan BUP, maka dalam masa peralihan ini:
1) Dalam hal terdapat PNS yang sedang menjalani MPP
maupun tidak sedang menjalani MPP dan tidak bersedia lagi
melaksanakan tugas, baik SK Pensiunya telah ditetapkan
maupun belum ditetapkan, yang TMT pensiunnya mulai
berlaku 1 Febuari 2014 s.d 1 Desember 2015 yang mencapai
BUP minimal 56 tahun, maka keputusan pensiun dan
kenaikan pangkat pengabdiannya dapat diberikan apabila
memenuhi syarat sesuai peraturan perundangan.
2) Dalam hal terdapat PNS yang keputusan pemberhentian/
pertimbangan teknis pensiunnya telah ditetapkan dan TMT
pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 s.d 1 Desember
2015 yang mencapai BUP minimal 56 tahun, apabila
bersedia lagi melaksanakan tugas maka
keputusan/pertimbangan teknis pensiun yang bersangkitan
akan ditinjau kembali.
3) Dalam hal terdapat PNS yang menyatakan bersedia lagi
melaksanakan tugas, kemudian mengajukan pemberhentian
sebelum mencapai usia 58 atau belum pernah diusulkan
pensiunnya, kemudian mengajukan pemberhentian sebelum
mencapai usia 58 tahun maka, diberhentikan dengan hormat

95
sebagai PNS serta diberikan kenaikan pangkat pengabdian
apabila memenuhi syarat sesuai peraturan perundangan.
Adapun pesyaratan pensiun BUP sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari Dinas/Badan/Kantor/Bagian/Camat
2) Permohonan permintaan yang bersangkutan.
3) Daftar perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran gaji Sementara
(SKPPS)
5) Foto copy SK CPNS dilegalisir oleh atasan langsung
6) Foto copy Pangkat terakhir dilegalisir oleh atasan langsung
7) Foto copy KGB terahir dilegaisir oleh atasan langsung
8) Foto copy Karpeg dilegalisir
9) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir oleh atasan langsung
10) Daftar Susunan Keluarga diketahui oleh Camat setempat
11) Foto copy Surat Nikah dilegalisir oleh KUA
12) Foro copy Karis/Karsu dilegalisir oleh atasan langsung
13) Foto copy Akte Kelahiran anak dilegalisir oleh Dinas
Kependudukkan dan Pencatatan Sipil.
14) Daftar Riwayat Hidup/Pekerjaan
15) DP3 terakhir
16) Foto copy Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan
(kalau ada)
17) Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
18) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin 1
tahun terakhir diketahui oleh Esolon II
19) Ijazah terakhir
20) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 10 lembar
Catatan
Masing-masing bahan rangkap 2 (dua) kecuali bagi yang Gol
Ruang IV/a keatas rangkap 3.
Apabila suami/istri meninggal dunia/cerai lampirkan akta
meninggal/cerai
b. Pensiun Atas Permintaan Sendiri (Pensiun APS).
PNS yang telah berusia minimal 50 Tahun dan memiliki masa
kerja minimal 20 tahun (dihitung sejak TMT CPNS) dapat
mengajukan pensiun yang disebut dengan pensiun atas

96
permintaan sendiri. PNS yang mengambil Pensiun APS ini tidak
diberikan kenaikan pangkat pengabdian.
Adapun persyaratnya sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Permohonan tulis tangan pakai materai Rp. 6000,- dari yang
bersangkutan
3) Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara
(SKPPS)
5) Foto copy SK CPNS dilegalisir
6) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir dilegalisir
7) Foto copy KGB terakhir dilegaisir
8) Foto copy Karpeg dilegalisir
9) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir
10) Daftar Susunan Keluarga diketahui oleh Camat setempat
atau Kartu Keluarga
11) Foto copy Surat Nikah dilegalisir oleh KUA
12) Foro copy Karis/Karsu dilegalisir
13) Foto copy Akte Kelahiran Anak dilegalisir oleh Dinas
Nakerdukcapil
14) Daftar Riwayat Hidup/Pekerjaan
15) DP-3 1 tahun terakhir
16) Rekomendasi dari atasan langsung
17) Foto copy Peninjuan Masa Kerja (kalau ada)
18) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
dalam 1 tahun terakhir diketahui oleh Esolon II
19) Ijazah terakhir
20) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 10 lembar
Catatan:
Masing-masing bahan rangkap 2 (dua) kecuali bagi yang Gol
Ruang IV/a keatas rangkap 3.
Apabila suami/istri meninggal dunia/cerai lampirkan akta
cerai/meninggal.
c. Pensiun Janda/Duda/Yatim
Sebelum diurai lebih lanjut tentang pensiun janda/duda/yatim,
perlu dipahami terlebih dahulu definisi berikut:

97
1) Janda, ialah isteri sah menurut hukum dari pegawai negeri
atau penerima pensiun-pegawai yang meninggal dunia;
2) Duda, ialah suami yang sah menurut hukum dari pegawai
negeri wanita atau penerima pensiun-pegawai wanita, yang
meninggal dunia dan tidak mempunyai isteri lain;
3) Anak, ialah anak kandung yang sah atau anak
kandung/anak yang disahkan menurut Undang-undang
Negara dari pegawai negeri, penerima pensiun, atau
penerima pensiun-janda/duda;
Hak atas pensiun janda/duda/yatim:
1) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai
meninggal dunia, maka isteri (istri-istri)-nya untuk pegawai
negeri pria atau suaminya untuk pegawai negeri wanita, yang
sebelumnya telah terdaftar berhak menerima pensiun janda
atau pensiun duda.
2) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai
yang beristeri/bersuami meninggal dunia, sedangkan tidak
ada istri/suami yang terdaftar sebagai yang berhak menerima
pensiun janda/duda, maka pensiun janda/duda diberikan
kepada istri/suami yang ada pada waktu ia meninggal dunia.
Dalam hal pegawai negeri atau penerima pensiun pegawai
pria termaksud di atas beristri lebih dari seorang, maka
pensiun-janda diberikan kepada istri yang ada waktu itu
paling lama dan tidak terputus-putus dinikahinya.
3) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai
meninggal dunia, sedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami
lagi yang berhak untuk menerima pensiun janda/duda atau
bagian pensiun janda, maka:
a) pensiun-janda diberikan kepada anak/anak-anaknya,
apabila hanya terdapat satu golongan anak yang
seayah-seibu.
b) satu bagian pensiun janda diberikan kepada
masing-masing golongan anak yang seayah seibu.
c) pensiun-duda diberikan kepada anak (anak-anaknya).
4) Apabila pegawai negeri pria atau penerima pensiun pegawai
pria meninggal dunia, sedangkan ia mempunyai isteri
(isteri-isteri) yang berhak menerima pensiun janda/bagian
98
pensiun janda di samping anak (anak-anak) dari isteri
(isteri-isteri) yang telah meninggal dunia atau telah cerai,
maka bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing
isteri dan golongan anak (anak-anak) seayah-seibu
termaksud.
5) Kepada anak (anak-anak) yang ibu dan ayahnya
berkedudukan sebagai pegawai negeri dan kedua duanya
meninggal dunia, diberikan satu pensiun janda, bagian
pensiunjanda atau pensiunduda atas dasar yang lebih
menguntungkan.
6) Anak (anak-anak) yang berhak menerima pensiun-janda atau
bagian pensiun janda ialah anak (anak-anak) yang pada
waktu pegawai atau penerima pensiunpegawai meninggal
dunia:
a) belum mencapai usia 25 tahun, atau
b) tidak mempunyai penghasilan sendiri, atau
c) belum nikah atau belum pernah nikah.
Adapun persyaratnya sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Permohonan dari yang bersangkutan
3) Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Walinagari
4) Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
5) Surat keterangan Janda/Duda dari Walinagari
6) Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
7) Surat Keteranan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara
(SKPPS)
8) Foto copy SK CPNS dilegalisir
9) Foto copy SK Pangkat Terakhir di legalisir
10) Foto copy KGB Terakhir dilegalisir
11) Foto copy Karpeg dilegalisir
12) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir
13) Daftar Susunan Keluarga diketahui oleh Camat setempat
atau Kartu Keluarga
14) Foto copy Surat Nikah dilegalisir oleh KUA
15) Foto copy Karis/Karsu dilegalisir
16) Foto copy Akte Kelahiran Anak dilegalisir oleh Dinas
Nakerdukcapil
17) DP-3 1 tahun terakhir

99
18) Foto copy surat keputusan pengangkatan dalam jabatan
(kalau ada)
19) Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
20) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
dalam 1 tahun terakhir diketahui oleh pejabat Esolon II
21) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 10 lembar
22) Ijazah terakhir
Masing-masing bahan rangkap 2 (dua) kecuali bagi yang
golongan ruang IV/b keatas rangkap 3
Pemberian pensiun janda/duda/yatim berakhir jika:
1) Janda/duda yang bersangkutan meninggal dunia
2) Tidak terdapat lagi anak-anak yang memenuhi syarat untuk
menerimanya.
d. Pensiun Orang Tua
Apabila seorang PNS/CPNS tewas, apabila tidak meninggalkan
suami/isteri/anak yang berhak menerima pensiun janda/duda,
maka kepada orang tua almarhun diberikan pensiun orang tua
yang besarnya 20% dari pensiun janda/duda Jika kedua orang
tua telah bercerai, maka kepada mereka masing-masing
diberikan separoh dari jumlah dimaksud.
Adapun persyaratnya sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Permohonan dari yang bersangkutan
3) Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Walinagari
4) Visum et repertum dari dokter
5) Laporan kejadian yang menyebabkan yang bersangkutan
meninggal dunia dari kepala SKPD/kepala unit kerja
6) Laporan dari kepolisian tentang kejadian yang
mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia.
7) Foto copy Keputusan Sementara Kenaikan Pangkat
Anumerta dilegalisir.
8) Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
9) Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
10) Surat Keteranan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara
(SKPPS)
11) Foto copy SK CPNS dilegalisir
12) Foto copy SK CPNS dilegalisir
13) Foto copy SK Pangkat Terakhir di legalisir
100
14) Foto copy KGB Terakhir dilegalisir
15) Foto copy Karpeg dilegalisir
16) Foto copy surat nikah orang tua dilegalisir.
17) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir
18) Foto copy Kartu Keluarga dilegalisir
19) Daftar Susunan Keluarga
20) Daftar Riwayat Hidup
21) DP-3 1 tahun terakhir dilegalisir
22) Foto copy surat keputusan pengangkatan dalam jabatan
(kalau ada)
23) Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
24) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
sedang dan berat dalam 1 tahun terakhir.
25) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP-4A)
26) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 10 lembar
27) Foto copy Akta Kelahiran PNS dilegalisir
28) Ijazah terakhir dilegalisir
Masing-masing bahan rangkap 3.
5. Pemberian Uang Duka Wafat
Untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan oleh penerima
pensiun yang wafat, diberikan uang duka wafat bagi keluarga
penerima pensiun dengan ketentuan:
a. Diberikan uang duka wafat kepada isteri atau suaminya sebesar 3
kali penghasilan sebulan.
b. Apabila penerima pensiun janda/duda wafat, diberikan kepada
anak yang ditinggalkan sebesar 3 kali penghasilan sebulan.
c. Penghasilan di atas, adalah sebesar penerimaan penghasil
pensiun yang diterima oleh penerima pensiun dalam bulan terakhir
sebelum wafat tanpa potongan.
d. Apabila penerima pensiun yang wafat tidak meninggalkan
suami/isteri, uang duka diberikan kepada anaknya.
e. Apabila penerima pensiun yang wafat tidak meninggalkan
suami/isteri ataupun anaknya, uang duka diberikan kepada
anaknya.
f. Apabila penerima pensiun yang wafat tidak meninggalkan
suami/isteri ,anaknya ataupun orang tua, uang duka diberikan
kepada ahliwarisnya.

101
U. Bapertarum/Taperum PNS
1. Dasar Hukum
Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1993 tentang Tabungan
Perumahan PNS, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 46 Tahun 1994 tentang Perubahan Keputusan
Presiden Nomor 14 Tahun 1993.
2. Sekilas Bapertarum/Taperum PNS
Bapertarum merupakan singkatan dari Badan Pertimbangan Tabungan
Perumahan, merupakan badan yang mengelola dana tabungan
perumahan (Taperum) PNS.
Berdirinya Bapertarum dilatarbelakangi oleh:
a. Upaya meningkatkan kesejahteraan PNS untuk memiliki rumah
yang layak.
b. Terbatasnya kemampuan PNS untuk membayar uang muka
pembelian rumah dengan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah atau
KPR.
c. Tabungan perumahan PNS dapat membentuk dana untuk
mengatasi kendala tersebut yang merupakan kegotong-royongan
diantara PNS dalam upaya peningkatan kesejahteraan antara
PNS.
Pembayaran tabungan perumahan dilakukan dengan cara pemotongan
gaji PNS tiap bulan. Pemotongan ini pertama kali dimulai bulan
Februari 1993 yang disetor ke rekening Menkeu atas nama Bapertarum
PNS.
Adapun besaran iuran tabungan yg dipotong setiap bulannya dari gaji
PNS sesuai dgn golongan, sebagai berikut:
Golongan I : Rp 3.000,
Golongan II : Rp 5.000,-
Golongan III : Rp 7.000,-
Golongan IV : Rp 10.000,-
3. Layanan Bapertarum
a. Uang Muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
adalah manfaat yang diberikan kepada PNS dalam rangka
memenuhi uang muka pembelian rumah yang dilakukan melalui
fasilitas KPR.

102
Besarnya manfaat yang diberikan untuk masing-masing golongan
yaitu :
Rp 1.200.000,- untuk PNS golongan I
Rp 1.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 1.800.000,- untuk PNS golongan III
Selain manfaat tersebut, PNS juga berhak memanfaatkan
tambahan dana uang muka dengan bunga 6 % annuitas per-tahun
yang harus dikembalikan dengan jangka waktu maksimal 5 tahun,
yaitu :
Rp 13.800.000,- untuk PNS golongan I
Rp 13.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 13.200.000,- untuk PNS golongan III
Total Manfaat yang diterima PNS adalah Rp15.000.000,- (Lima
Belas Juta Rupiah)
Persyaratan Umum
1) PNS aktif golongan I, II, dan III
2) Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun
3) Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan Taperum-
PNS
4) Belum memiliki rumah
Persyaratan Pengajuan
1) Mengisi formulir permohonan tambahan BUM (dapat diperoleh
melalui website www.bapertarum-pns.co.id) yang kemudian
dimintakan rekomendasi kepada atasan langsung
2) Foto copy KARPEG dan SK Kepangkatan terakhir
3) Surat Pernyataan belum memiliki rumah
4) Berkas dokumen pengajuan kredit lainnya yang dipersyaratkan
oleh bank pelaksana
Mekanisme Pengajuan
1) Proses pengajuan dilakukan melalui bank pelaksana yang telah
bekerjasama dengan Bapertarum-PNS
2) Berkas dokumen pengajuan BUM yang telah dilengkapi oleh
PNS diajukan bersamaan dengan proses pengajuan KPR ke
bank pelaksana.

103
3) Bank pelaksana akan mencairkan dana BUM setelah
menyetujui permohonan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan
tambahan BUM yang diajukan oleh PNS
Bank Pelaksana
1) Bank Tabungan Negara (BTN)
2) Bank Pembangunan Daerah Sultra (Bank Sultra)
3) Bank Negara Indonesia (BNI)
b. Sebagian biaya membangun rumah di atas tanah sendiri dengan
Kredit Membangun Rumah (KMR)
adalah bantuan yang diberikan kepada PNS dalam rangka
membantu sebagian biaya membangun rumah di atas tanah sendiri
yang dilakukan melalui fasilitas KMR.
Besarnya biaya membangun yang diberikan untuk masing-masing
golongan yaitu :
Rp 1.200.000,- untuk PNS golongan I
Rp 1.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 1.800.000,- untuk PNS golongan III
Selain biaya membangun tersebut, PNS juga berhak
memanfaatkan tambahan biaya membangun dana uang muka
dengan bunga 6 % annuitas per-tahun yang harus dikembalikan
dengan jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu :

Rp 13.800.000,- untuk PNS golongan I


Rp 13.500.000,- untuk PNS golongan II
Rp 13.200.000,- untuk PNS golongan III
Total biaya membangun yang diterima PNS adalah Rp15.000.000,-
(Lima Belas Juta Rupiah)
Persyaratan Umum
1) PNS aktif golongan I, II, dan III
2) Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun
3) Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan Taperum-
PNS
4) Belum memiliki rumah
5) Memiliki tanah yang dibuktkan dengan bukti kepemilikan hak
atas tanah yang sah (sesuai peraturan bank pelaksana)
Persyaratan Pengajuan
104
1) Mengisi formulir permohonan tambahan BM (dapat diperoleh
melalui website www.bapertarum-pns.co.id) yang kemudian
dimintakan rekomendasi kepada atasan langsung
2) Fotocopy Karpeg dan SK Kepangkatan terakhir
3) Surat Pernyataan belum memiliki rumah
4) Berkas dokumen pengajuan kredit lainnya yang dipersyaratkan
oleh bank pelaksana
Mekanisme Pengajuan
1) Proses pengajuan dilakukan melalui bank pelaksana yang telah
bekerjasama dengan Bapertarum-PNS.
2) Berkas dokumen pengajuan BM yang telah dilengkapi oleh
PNS diajukan bersamaan dengan proses pengajuan KMR ke
bank pelaksana.
3) Bank pelaksana akan mencairkan dana BM setelah menyetujui
permohonan Kredit Membangun Rumah (KMR) dan tambahan
BM yang diajukan oleh PNS.
Bank Pelaksana
1) Bank Tabungan Negara (BTN)
2) Bank Pembangunan Daerah Sultra (Bank Sultra)
3) Bank Negara Indonesia (BNI)
c. Pengembalian Tabungan
Pengembalian tabungan merupakan pengembalian seluruh iuran
tabungan perumahan PNS, kepada PNS yang berhenti bekerja
karena pensiun, meninggal dunia atau berhenti bekerja karena
sebab-sebab lain, dimana selama dinas aktif nya belum pernah
memanfaatkan bantuan.
Persyaratan
1) Mengisi formulir yang kemudian dimintakan rekomendasi oleh
pejabat kepegawaian serta distempel instansi.
2) Fotocopy Karpeg atau Kartu Identitas Pensiun (KARIP)
3) Fotocopy Surat Keputusan Golongan dimulai 1 (satu) tingkat
dibawah tahun 1993, SK Perubahan Golongan, dan SK
Pensiun.
Tambahan Persyaratan
1) Bagi yang pengurusannya diwakilkan, membawa surat kuasa
(Asli) bermaterai dari yang berhak kepada yang diberi hak.

105
2) Bagi yang meninggal dunia :
Fotocopy KTP ahli waris
Fotocopy 1 (satu) rangkap Surat Keterangan Penghentian
Pembayaran gaji (SKPP).
Surat Keterangan Kematian dari Camat setempat.
Surat Keterangan Ahli Waris dari Camat setempat.
Prosedur Pencairan
1) PNS yang pensiun atau ahli waris atau yang diberi kuasa,
mengambil formulir Pengembalian Tabungan dikantor Bank
BRI atau BKD masing-masing atau download di website
Bapertarum-PNS.
2) Mengisi formulir Pengembalian Tabungan dan kemudian
meminta rekomendasi serta stempel dari pejabat kepegawaian.
3) Formulir Pengembalian Tabungan yang sudah diisi lengkap
beserta berkas kelengkapannya dibawa ke kantor Cabang
Bank BRI terdekat.
4) Pencairan dana tabungan perumahan PNS dilakukan di kantor
Bank BRI.
Perhitungan dan Besaran Iuran
Perhitungan Pengembalian Tabungan merupakan akumulasi dari
iuran tabungan yang dipotong setiap bulannya dari gaji PNS sesuai
dengan golongan, yaitu :
Golongan I : Rp 3.000,-
Golongan II : Rp 5.000,-
Golongan III : Rp 7.000,-
Golongan IV : Rp10.000,-
Perhitungan tersebut dilakukan sejak 1 Januari 1993 sampai
dengan yang bersangkutan berhenti bekerja, yang disebabkan
pensiun, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.

V. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg) BKD

1. Sekilas Simpeg BKD Kabupaten Agam

Guna meningkatkan layanan kepegawaian terhadap PNS, pada


tahun anggaran 2013, BKD Kabupaten Agam telah membuat
Program Sistem Informasi Manejemen Kepegawaian (Simpeg).
Simpeg ini berbasis web sehingga dapat diakses melalui jaringan
106
internet, dan telah menggunakan adaptive dan responsive web
design, dimana semua elemen baik itu lebar website, lebar menu,
ukuran font, ukuran image, bahkan ukuran video, akan secara
otomatis menyesuaikan dengan ukuran layar. Tampilan website akan
beradaptasi dengan ukuran layar.
Secara garis besar Simpeg ini terbagi dalam 2 bagian. Bagian
Pertama, berfungsi sebagai website, yang dimanfaatkan untuk
mempublikasikan segala layanan, peraturan, dan agenda
kepegawaian BKD Kabupaten Agam dan bagian kedua berfungsi
untuk merekam data PNS dan keluarganya, yang kemudian dapat
mengeluarkannya dalam beragam laporan berupa data statistik,
daftar nominatif, dan bio data PNS.

2. Penggunaan dan Manfaat Simpeg bagi SKPD dan PNS


a. Perekaman dan Pengelolaan Data PNS

Sebagaimana Simpeg pada umumnya, Simpeg BKD


dimanfaatkan untuk merekam data kepegawaian dan
menyajikannya dalam beragam output, seperti data statistik,
daftar nominatif, dan bio data PNS.

Tidak hanya BKD, Simpeg ini dibuat untuk dapat juga digunakan
SKPD lainnya dalam mengelola data kepegawaiannya. Untuk
memanfaatkan Simpeg ini, SKPD lain dapat meminta login user
kepada BKD. Melalui login yang diberikan, pengelola
kepegawaian SKPD dapat melalukan updating data PNS pada
SKPD-nya dan mencetak laporan yang dibutuhkan sesuai
kemampuan program, dengan catatan bahwa SKPD
bersangkutan telah tersambung dengan jaringan internet.

b. Sebagai Website BKD

Untuk mempublikasikan layanan, peraturan, dan agenda


kepegawaian, pada bagian depan Program Simpeg diselipkan
website BKD. Melalui website ini, PNS dapat menikmati berita,
pengumuman, peraturan, agenda kegiatan, serta produk
kepegawaian BKD. PNS yang berurusan dengan BKD, seperti
halnya pegurusan, Karis/Karsu, KPE, dan lainnya, dapat melihat
hasilnya disini. Dalam arti, kartu dan hal lainnya urusan PNS

107
yang telah selesai akan diumumkan pada website ini. Termasuk
Petunjuk Praktis Layanan Kepegawaian ini dan segala peraturan
yang mendasarinya dapat dibaca diwebsite tersebut.

108
BAB III
RINGKASAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

H. Pendahuluan

Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974


tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dengan
Undang-Undang ASN adalah:
1. Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan
negara, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara belum berdasarkan
pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan
oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon
dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada
jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik;
3. Untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi
birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang
memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit
dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;
4. Undang-undang yang lama sudah tidak sesuai dengan tuntutan
nasional dan tantangan global.

I. Kedudukan Pegawai ASN

Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, terdiri dari:


1. Pegawai Negeri Sipil (PNS). Merupakan Pegawai ASN yang diangkat
sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional. PNS berhak
memperoleh:
109
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan;
e. Pengembangan kompetensi.
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan
Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang. PPPK berhak
memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;
b. Cuti;
c. Perlindungan;
d. Pengembangan kompetensi.

J. Jabatan ASN

Jabatan ASN terdiri atas:


1. Jabatan Administrasi; terdiri atas:
a. Jabatan administrator, bertanggung jawab memimpin pelaksanaan
seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan
dan pembangunan.
b. Jabatan pengawas, bertanggung jawab mengendalikan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana
c. Jabatan pelaksana, bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan
2. Jabatan Fungsional, terdiri atas:
a. Jabatan fungsional keahlian
1) Ahli utama;
2) Ahli madya;
3) Ahli muda;
4) Ahli pertama.
b. Jabatan fungsional keterampilan
1) Penyelia;
2) Mahir;
3) Terampil;
4) Pemula.

110
3. Jabatan Pimpinan Tinggi, berfungsi memimpin dan memotivasi setiap
Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui kepeloporan,
pengembangan kerja sama dengan instansi lain, dan keteladanan
dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik
dan kode perilaku ASN.
Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri dari:
a. Jabatan pimpinan tinggi utama.
yakni kepala lembaga pemerintah nonkementerian.
b. Jabatan pimpinan tinggi madya.
Meliputi meliputi sekretaris jenderal kementerian, sekretaris
kementerian, sekretaris utama, sekretaris jenderal kesekretariatan
lembaga negara, sekretaris jenderal lembaga nonstruktural, direktur
jenderal, deputi, inspektur jenderal, inspektur utama, kepala badan,
staf ahli menteri, Kepala Sekretariat Presiden, Kepala Sekretariat
Wakil Presiden, Sekretaris Militer Presiden, Kepala Sekretariat
Dewan Pertimbangan Presiden, sekretaris daerah provinsi, dan
jabatan lain yang setara
c. Jabatan pimpinan tinggi pratama.
meliputi direktur, kepala biro, asisten deputi, sekretaris direktorat
jenderal, sekretaris inspektorat jenderal, sekretaris kepala badan,
kepala pusat, inspektur, kepala balai besar, asisten sekretariat
daerah provinsi, sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala
dinas/kepala badan provinsi, sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan jabatan lain yang setara.
Beberapa hal penting terkait Jabatan pimpinan tinggi:
a. Pengisian jabatan pimpinan tinggi oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi.
b. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat
Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan
Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak
lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
c. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5
(lima) tahun, namun dapat diperpanjang berdasarkan pencapaian
kinerja, kesesuaian kompetensi, dan berdasarkan kebutuhan
instansi setelah mendapat persetujuan Pejabat Pembina
Kepegawaian dan berkoordinasi dengan KASN.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif pada tingkat nasional.

111
e. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara
terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional atau
antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
f. Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional
Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik melalui proses
secara terbuka dan kompetitif.
g. Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi
pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil
gubernur, bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib
menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS sejak
mendaftar sebagai calon, dan pernyataan pengunduran diri ini tidak
dapat ditarik kembali.
h. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS
dilakukan penyetaraan:
1) Jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non
kementerian setara dengan jabatan pimpinan tinggi utama;
2) Jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan
pimpinan tinggi madya;
3) Jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi
pratama;
4) Jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
5) Jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas;
6) Jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan
jabatan pelaksana.
i. Jabatan ASN diisi dari:
1) Pegawai ASN
2) Jabatan ASN tertentu, dapat diisi dari:
a) Prajurit TNI
b) Anggota Kepolisian Negara RI.

K. Kebijakan, Pembinaan Profesi, dan Manajemen ASN


Presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen ASN. Untuk melaksanakannya
Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada:
1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan
kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan
ASN;

112
2. Komisi ASN (KASN), berkaitan dengan kewenangan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas
serta kode etik dan kode perilaku ASN. KASN merupakan
lembaga nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik
untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja,
memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat
dan pemersatu bangsa. KASN berkedududkan di ibukota negara.
Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
3. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan
Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan ASN; dan
4. BKN, berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan manajemen
ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar,
prosedur, dan kriteria manajemen ASN.
5. Pejabat Pembinan Kepegawaian. Berkaitan dengan kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat
selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat
fungsional keahlian utama. Terdiri dari:
a. Menteri di kementerian;
b. Pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian;
c. Sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga
nonstruktural;
d. Gubernur di provinsi;
e. Bupati/walikota di kabupaten/kota.
Yang disebut dengan Pejabat Pembina Kepegawaian
6. Pejabat yang Berwenang. Berkaitan dengan kewenangan pembinaan
Manajemen ASN. Pejabat berwenang terdiri dari Pejabat yang
Berwenang di kementerian, sekretaris jenderal/sekretariat lembaga
negara, sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris daerah provinsi
dan kabupaten/kota, dengan tugas:
a. Berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian dalam
menjalankan fungsi Manajemen ASN.
b. Memberikan rekomendasi usulan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian.

113
c. Mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian.
Yang disebut dengan Pejabat yang Berwenang

L. Manajemen PNS

Manajemen PNS, meliputi:


1. Penyusunan dan penetapan kebutuhan.
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah
dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja, yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci
per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan
Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi
Pemerintah,yang dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi (seleksi administrasi,
seleksi kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang),
pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan
menjadi PNS. Lamanya masa percobaan adalah 1 tahun.
3. Pangkat dan jabatan;
a. Pengangkatan PNS dalam jabatan ditentukan berdasarkan
perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
b. PNS dapat berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan
Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi
Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
dan penilaian kinerja
c. PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan
instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, yang pangkat atau jabatan disesuaikan dengan
pangkat dan jabatan di lingkungan instansi Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
4. Pengembangan karier
a. Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi (teknis, manejerialn dan sosial kultural), penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas.
114
b. Dalam mengembangkan kompetensi, PNS diberikan kesempatan
untuk melakukan praktik kerja di instansi lain di pusat dan daerah,
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta dalam waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
5. Pola karier
a. Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan perlu
disusun pola karier PNS yang terintegrasi secara nasional.
b. Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier PNS secara
khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.
6. Promosi
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan,
penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas,
dan pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi
Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan
golongan.
7. Mutasi
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu)
Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar
Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke
perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
8. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin objektivitas dalam
pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam
pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan
sanksi, mutasi, dan promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan.
9. Penggajian dan tunjangan
a. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS
serta menjamin kesejahteraan PNS. Gaji dimaksud dibayarkan
sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan
b. PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas yang meliputi tunjangan
kinerja dan tunjangan kemahalan.
10. Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan
tugasnya dapat diberikan penghargaan, berupa:
a. Tanda kehormatan;
b. Kenaikan pangkat istimewa;
115
c. Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PNS yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa
pemberhentian tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai
tanda kehormatan berdasarkan Undang-Undang ini.
11. Disiplin
a. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran
pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS.
b. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
c. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
12. Pemberhentian
a. PNS diberhentikan dengan hormat karena:
1) Meninggal dunia;
2) Atas permintaan sendiri;
3) Mencapai batas usia pensiun;
4) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini; atau
5) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban.
b. PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.
c. PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
d. PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
1) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
3) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
116
pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan dengan berencana.
e. PNS diberhentikan sementara, apabila:
1) Diangkat menjadi pejabat negara;
2) Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
nonstruktural; atau
3) Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
f. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Bagi Pegawai ASN
dari PNS yang diangkat menjadi ketua, wakil ketua, dan anggota
Mahkamah Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota Badan
Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi
Yudisial; ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
Menteri dan jabatan setingkat menteri; Kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
g. Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan
menjadi Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur;
bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar
sebagai calon. Pernyataan pengunduran diri ini tidak dapat ditarik
kembali.
Batas Usia Pensiun (BUP) yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
Pejabat Fungsional.
13. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

14. Perlindungan.
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian
d. Bantuan hukum.
Bantuan hukum berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara
yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

117
M. Manajemen PPPK

Manajemen PPPK, meliputi:


1. Penetapan kebutuhan;
a. Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis
beban kerja, yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun,
yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
b. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
2. Pengadaan;
a. Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK.
b. PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS
3. Penilaian kinerja;
a. Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi
kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara
Pejabat Pembina Kepegawaian dengan pegawai yang
bersangkutan. dengan memperhatikan target, sasaran, hasil,
manfaat yang dicapai, dan perilaku pegawai.
b. Hasil penilaian dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas
perpanjangan perjanjian kerja, pemberian tunjangan, dan
pengembangan kompetensi.
c. PPPK yang dinilai oleh atasan dan tim penilai kinerja PPPK tidak
mencapai target kinerja yang telah disepakati dalam perjanjian
kerja diberhentikan dari PPPK
4. Penggajian dan tunjangan;
a. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
PPPK, berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan
resiko pekerjaan.
b. PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Pengembangan kompetensi;
a. PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi,
yang direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.
b. Pengembangan kompetensi aan dievaluasi dan dipergunakan
sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
6. Pemberian penghargaan;

118
a. PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian,
kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan, berupa:
1) Tanda kehormatan;
2) Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau
3) Kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kenegaraan.
b. PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa
pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak dengan hormat dicabut
haknya untuk memakai tanda kehormatan berdasarkan Undang-
Undang ini.
7. Disiplin;
a. PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK.
b. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
c. PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja;
a. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan
hormat karena:
1) Jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
2) Meninggal dunia;
3) Aatas permintaan sendiri;
4) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pengurangan pppk; atau
5) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang
disepakati.
b. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri karena:
1) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;
2) Melakukan pelanggaran disiplin pppk tingkat berat; atau
3) Tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai
dengan perjanjian kerja.
c. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan
hormat karena:

119
1) melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
3) menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4) dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan
dengan berencana.
9. Perlindungan,berupa:
a. jaminan hari tua;
b. jaminan kesehatan;
c. jaminan kecelakaan kerja;
d. jaminan kematian;
e. bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, dan jaminan kematian dilaksanakan sesuai dengan
sistem jaminan sosial nasional.
Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,berupa
pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan
terkait pelaksanaan tugasnya.

N. Penutup

Dengan berlakukanya UU ini maka:


1. PNS Pusat dan PNS Daerah disebut sebagai Pegawai ASN.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3. ketentuan mengenai Kepegawaian Daerah yang diatur dalam Bab V
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan peraturan pelaksanaannya,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
4. peraturan perundang-undangan mengenai kode etik dan penyelesaian
pelanggaran terhadap kode etik bagi jabatan fungsional tertentu

120
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang
5. semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang
Undang ini.

121

Anda mungkin juga menyukai