Makalah ASURANSI SYARIAH
Makalah ASURANSI SYARIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer
Disusun oleh:
Kelompok 8
EKONOMI SYARIAH-B/III
2016
Daftar Isi
Asuransi Syariah
Daftar Isi ..................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Asuransi Syariah Dalam Perspektif Hukum Islam ...................................................... 3
B. Potensi Asuransi Syariah Di Indonesia ....................................................................... 7
C. Peraturan Perundang-Undangan Asuransi Syariah Di Indonesia ................................ 9
D. Manajemen Asuransi Syariah Di Indonesia .............................................................. 10
E. Peluang, Tantangan dan Permasaahan Asuransi Syariah Di Indonesia .................... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 22
A. Kesimpulan................................................................................................................ 22
B. Saran .......................................................................................................................... 22
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 23
i
Kata Pengantar
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini, meskipun sangat jauh dari
kata sempurna. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikut-pengikut beliau sampai akhir
zaman.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer. Selain itu juga menambahkan wawasan para pembaca
sekalian tentang Asuransi Syaraiah . Mengingat hal tersebut sangat penting kedudukannya
dalam kehidupan kita. Semoga makalah ini mampu untuk menambah sedikit ilmu.
Makalah ini memang jauh dari kesempurnaan, baik dalam isi, susunan, maupun
penyajiannya. Untuk itu, segala kritik dan saran dari teman-teman semuanya dibutuhkan.
Agar selanjutnya dapat kami jadikan sebagai pijakan, supaya pada makalah berikutnya bisa
lebih baik lagi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para mahasiswa.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Asuransi
3
sudut pandang agama Islam. Di kalangan ummat Islam ada anggapan bahwa
asuransi itu tidak Islami. Orang yang melakukan asuransi sama halnya dengan
orang yang mengingkari rahmat Allah. Allah-lah yang menentukan segala-
segalanya dan memberikan rezeki kepada makhluk-Nya sebagaimana firman
Allah SWT yang artinya “Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi
mealinkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”“?dan siapa yang memberikan
rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan
??” “Dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keprluan hidup dan
makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” Dari
ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah menyiapkan
segala-galanya utk keperluan semua makhluk-Nya termasuk manusia sebagai
khalifah dimuka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah bukan bahan
matang. Manusia masih perlu mengolahnya mencarinya dan mengikhtiarkannya.
Orang yang melibatkan diri kedalam asuransi ini adl merupakan salah satu ikhtiar
utk mengahdapi masa depan dan masa tua. Namun krn masalah asuransi ini tidak
ada dijelaskan secara tegas dalam nash maka masalahnya dipandang sebagai
masalah ijtihadi yaitu masalah perbedaan pendapat dan sukar dihindari dan
perbedaan pendapat tersebut juga mesti dihargai.
a. Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya temasuk asuransi jiwa.
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq Abdullah al-Qalqii Yusuf
Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth’i . Alasan-alasan yang mereka
kemukakan ialah
4
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis dan sama halnya dengan
mendahului takdir Allah.
Sekiranya ada jalan lain yang dapat ditempuh tentu jalan itulah yang
pantas dilalui. Jalan alternatif baru yang ditawarkan adl asuransi menurut
ketentuan agama Islam. Dalam keadaan begini sebaiknya berpegang kepada
sabda Nabi Muhammad SAW “Tinggalkan hal-hal yang meragukan kamu
kepada hal-hal yagn tidak meragukan kamu.” Asuransi menurut ajaran agama
5
Islam yang sudah mulai digalakkan dalam masyarakat kita di Indonesia ini
sama seperti asuransi yang sudah ada selama ini pada PT. Asuransi Bumi
Putera Asuransi Jiwasraya dan asuransi lainnya. Macamnya sama tetapi sistem
kerjanya berbeda yaitu dengan sistem mudharabah . Kita lihat dalam asuransi
Takaful berdasarkan Syariah ada beberapa macam diantaranya :
o Takaful Kebakaran
o Takaful keluarga
6
Gharar Dalam asuransi konvensional ada gharar krn tidak jelas akad
yang melandasinya. Apakah akad Tabaduli atau akad Takafuli .
Umpamanya saja sekiranya terjadi klaim seperti asuransi yang diambil
sepuluh tahun dan pembayaran premi itu adl gharar dan tidak jelas dari
mana asalnya. Berbeda dengan asuransi takaful bahwa sejak awal polis
dibuka sudah diniatkan 95% premi utk tabungan dan 5% diniatkan utk
tabarru . Jika terjadi klaim pada tahun kelima maka dan yang Rp.
7.500.000- itu tidak gharar tetapi jelas sumbernya yaitu dari dana
kumpulan terbaru/derma.
7
syariah dengan konvensional memang masih kecil," ujar Kepala Eksekutif
Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani,
Senin(1/2). Firdaus menyatakan, pertumbuhan aset asuransi syariah terbilang
tinggi dibandingkan konvensional. Namun, porsi pangsa pasar asuransi syariah
masih sangat kecil. Sehingga, menurut dia, masih sulit bagi industri asuransi
syariah mengejar ketertinggalan dari konvensional. "Jadi pertumbuhan 30
persen belum berasa juga," jelasnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), IKNB syariah
memiliki nilai aset sebesar Rp 62,51 triliun pada November 2015 atau tumbuh
7,1 persen dari Rp 58,37 triliun. Sementara, aset IKNB konvensional hanya
tumbuh 5,1 persen. Dari data di atas, aset asuransi dan reasuransi syariah
tumbuh 13,58 persen menjadi Rp 25,4 triliun pada November 2015.
Meski begitu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
(AASI) Tati Febriyanti menilai prospek asuransi syariah akan semakin baik,
apalagi kini pemerintah ikut berperan aktif. AASI pun yakin pertumbuhan
tahun ini bisa mencapai antara 10 hingga 30 persen.
"Beberapa yang kita usulkan ke pemerintah, bagaimana kalau beberapa project
pemerintah mulai menggunakan perbankan sama asuransi syariah. Kita
berharap banyak kepada pemerintah," kata Tati.
Selain itu, potensi pasar asuransi syariah akan semakin meningkat jika
didukung tumbuhnya perbankan syariah. Ia mencontohkan Bank Aceh yang
tengah berproses dalam hal syariah dan akan menjadi bank syariah.
"Itu akan otomatis berpengaruh ke total aset perbankan syariah. Dan otomatis
sekali, (jika) mereka mencanangkan diri sebagai perbankan syariah, dia wajib
menggunakan asuransi syariah. Itu kan menambah potensi pasar,"kata Tati.
Selain itu, beberapa regulasi yang terbit di tahun ini juga mendukung
pertumbuhan aset asuransi syariah, seperti regulasi uang muka yang lebih
rendah untuk industri multifinance. Dengan adanya regulasi itu, industri
syariah bisa ikut serta dalam pertumbuhan.
"Dengan kondisi ekonomi yang susah sekarang, multifinance kan punya
challenge untuk mendapatkan market. Dan kalau mereka bertumbuh, asuransi
syariahnya pasti ikutan. Itu yang secara signifikan," katanya.
Pihaknya juga berencana menambah jalur distribusi asuransi untuk
memperluas pangsa pasar asuransi syariah. Upaya tersebut misalnya dengan
8
menambah jalur distribusi ke pegadaian syariah serta bekerja sama dengan
Kementerian Koperasi dan UMKM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan
industri keuangan non-bank (IKNB) syariah.
9
Perusahaan Reasuransi. Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah
tercantum dalam Pasal 15-18 mengenai kekayaan yang diperkenankan
harus dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi dengan prinsip syariah.
o Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/
LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.
o Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1999 tentang perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian.
o Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
Pedoman Umum Asuransi
o Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Tabarru Pada Asuransi Syariah
o Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Mudharabah Musyarakah Pada Asuransi Syariah
o Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syariah Dan Reasuransi Syariah
10
risiko (risk) maka sebuah manajemen asuransi juga tidak dapat dilepaskan dari
bagaimana cara mengelola risiko itu sendiri.
Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni, yaitu risiko yang hanya ada
kemungkinan kerugian. Seorang pemilik rumah terbuka kemungkinan
terhadap kemungkinan kerugian karena kebakaran. Risiko ini hanyalah
mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
untung. Semua orang berharap umur panjang, tetapi ia mungkin mati muda.
Risiko ini adalah juga risiko murni karena hanya bergerak ke satu arah yaitu
ke arah kemungkinan kerugian.
b. Sumber Risiko
11
risiko fisik, dan risiko ekonomi.Menentukan sumber risiko adalah penting
karena akan mempengaruhi cara penanganannya.
Berkaitan dengan cara menghindari risiko itu sendiri. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa untuk menghindari risiko jangan melakukan kegiatan apapun
yang memungkinkan terjadinya risiko atau memberi peluang rugi.
Tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kerugian yang mungkin
timbul. Artinya, kemungkinan rugi tidak dihilangkan, akan tetapi sedapat
mungkin diperkecil kemungkinan terjadinya.
Merupakan cara yang paling umum dalam menangani masalah risiko. Reensi
risiko berarti kita tidak melakukan apa- apa terhadap risiko tersebut. Kita
menyadari bahwa kita memiliki risiko, tetapi diputuskan untuk tidak
melakukan apa- apa terhadapnya. Ini adalah retensi risiko yang bersifat
volunteer. Retensi risiko secaravoluntary ini adalah risiko yang biasanya dapat
menimbulkan kerugian yang relatif kecil secara finansial, atau bila ada
peluang kerugian biasanya nilainya sangat kecil.
Kadang-kadang, bila suatu risiko tidak dapat dihindari, dan retensi akan
memberikan peluang kerugian yang amat besar, kita dapat memilih risk
sharingsebagai salah satu cara menangani risiko. Dengan membagi risiko
dengan pihak-pihak lain, maka potensi kerugian dapat dibagi dengan pihak
tang bersangkutan.
a. Marketing
12
b. Aktuaria
c. Underwriting
d. Costumer Service
e. Administrasi
f. Klaim
g. Investasi
h. Akuntansi
i. Hukum
Kemandirian.
13
manajer asuransi Syariah tentu akan memiliki rasa percaya diri yang kokoh
dalam melakukan kompetisi dengan pasar-pasar asuransi yang menjadi
pesaingnya.
Pengambilan bagian.
Keadilan .
Kepercayaan.
Efisiensi pembiayaan.
14
Efisiensi dalam pembiayaan,merupakan salah satu unsur penting dalam
manajemen pemasaran, termasuk pemasaran asuransi Syariah. Dengan
menggunakan pendekatan mafhum mukhalafah (pemahaman terbalik),
larangan boros (tabdzir) dalam sejumlah ayat al-Qur’an, pada intinya
memerintahkan kita supaya berlaku efisien dalam mengelola ekonomi dan
keuangan. Termasuk tentunya efisiensi dalam melakukan pemasaran.
Efisiensi waktu.
Hasrat belajar.
15
E. Peluang, Tantangan dan Permasaahan Asuransi Syariah Di Indonesia
1. Peluang
16
Di samping itu besarnya penduduk Indonesia yang beragama Islam
menjadikan asuransi syariah berpeluang besar untuk lebih berkembang lagi. Hal
ini karena bagi orang muslim menjalankan aktifitas yang sesuai dengan tuntunan
Islam tentunya akan menjadi pilihan utama, demikian juga dalam hal pilihan
berasuransi tentunya seorang muslim akan lebih memilih yang sesuai dengan
ajaran Islam yaitu asuransi syariah dari pada asuransi konvensional yang selama
ini masih diragukan kehalalannya.
Konsep yang sesuai dengan syariah ini pula yang menjadikan asuransi
syariah tidak hanya hadir di negara yang berpenduduk
mayoritas muslim melainkan juga di negara-negara yang berpenduduk non
muslim. Hingga kini di seluruh dunia sudah ada sekitar 45 (empat puluh lima)
asuransi syariah, misalnya di Singapura, Swiss, Amerika Serikat, Jeneva,
Bahamas dan lain-lain.
2. Tantangan
17
Menurut Agus Edi Sumanto, Sekretaris Jenderal Asosiasi Asuransi
Syariah Indonesia, payung hukum asuransi syariah masih sangat minim idealnya
mesti ada undang-undang yang secara khusus mengatur asuransi syariah.
18
Dalam hal PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) asuransi
syariah kebanyakan juga masih memodifikasi dari PSAK asuransi konvensional,
karenanya perbedaan hakiki dari asuransi konvensional dengan syariah menjadi
tidak terlihat misalnya dana tabarru tidak bisa disajikan dalam laporan keuangan
resmi yang ada hanya total premi demikian juga dengan entry bagi hasil tidak
terlihat. Padahal PSAK ini penting untuk dimiliki asuransi syariah untuk membuat
pengukuran kinerja asuransi syariah menjadi lebih valid.
19
3. Masalah
Masalah terbesar yang dihadapi oleh industri asuransi syariah
bersumber pada dua hal utama yaitu permodalan dan sumber daya manusia.
Masalah-masalah lain seperti masalah, ketidaktahuan masyarakat terhadap
produk asuransi syariah, image dan lain sebagainya merupakan akibat dari dua
masalah utama tersebut.
Minimnya Modal
20
Padahal, keahlian ajun ahli syariah sangat dibutuhkan dalam
mendorong perkembangan inovasi produk asuransi syariah. Hal tersebut
berdampak pada kurang berkembangnya produk inovatif di industri asuransi
syariah. Saat ini, sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih
memilih untuk meniru produk asuransi konvensional lalu dikonversi menjadi
syariah (mirroring).
Image
21
asuransi syariah bukan saja berasal dari agama, tetapi memperlihatkan
keuntungan.” Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para pelaku
ekonomi syariah masih menghadapi masalah berat untuk menanamkan prinsip
syariah sehingga mengakar kuat dalam perekonomian nasional dan umat
Islamnya itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di samping tidak adanya unsur-unsur yang tidak diperbolehkan oleh syariat Islam,
asuransi syariah lebih jelas dalam setiap transaksi yang dilaksanakan. Baik masalah premi
dan besarnya jumlah biaya yang di klaim oleh nasabah. Hal tersebut membuat para pemilik
modal tertarik untuk mengembangkan asuransi syariah. Sehinnga diharapkan kedepannya
asuransi yang berbasis syariah dapat berkembang lebih pesat lagi.
Kami juga yakin bahwa dengan melihat kondisi sekarang, suatu saat nanti asuransi
syariah dapat menenggelamkan asuransi konvensiona.
B. Saran
Makalah ini memang jauh dari kesempurnaan, baik dalam isi, susunan,
maupun penyajiannya. Banyak sekali hambatan dalam menyelesaikan makalah ini.
Mulai dari kurangnya sumber referensi buku yang tersedia hingga kekompakan antar
anggota kelompok yang belum maksimal. Untuk itu, segala kritik dan saran dari
22
teman-teman semuanya dibutuhkan. Agar selanjutnya dapat kami jadikan sebagai
pijakan, supaya pada makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Ali, AM. Hasan. 2004. Asuransi Dalam Perspektif hukum Islam. Jakarta: Prenada
Media.
Antonio, Muhammad Syafi’I. 1994. Asuransi Dalam Perspektif Islam. Jakarta : STI.
Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investaisi Syariah. Bandung: Alfabeta.
Dewan Syariah Nasional. 2003. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi
Kedua.Jakarta: DSN-MUI.
Dewi,Gemala. 2005. Aspek-aspek Hukum dalam perbankan dan perasuransian di
Indonesai.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. edisi Keenam.
ctk.Kedelapan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
http://www.aasi.or.id/main/berita/Industri-asuransi-syariah-tumbuh-melesat-Tapi-ada-
satu-hal-yang-masih-menjadi-pr. Di akses pada tanggal 27 Agustus 2016.
http://bukanpinokio.blogspot.co.id/2013/01/regulasi-asuransi-syariah-di-
indonesia.html. Di akses pada tanggal 27 Agustus 2016.
23