Anda di halaman 1dari 19

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU / ANGIN (PLTB)

http://jendeladenngabei.blogspot.com/2012/11/pembangkit-listrik-tenaga-bayu-angin.html

Berdasarkan data IEA Clean Coal Center (sampai Mei


2012) menunjukkan bahwa jumlah pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) didunia telah mencapai 2300 unit (7000 unit
individu). Data ini secara tidak langsung juga menunjukkan
bahwa konsumsi energi fosil dalam pemenuhan energi listrik
sangat besar. Penggunaan energi fosil dalam pemenuhan
energi listrik ini ternyata lambat laun menimbulkan dampak
Pembangkit Listrik Tenaga Angin buruk terhadap lingkungan. Dampak buruk yang paling
terasa saat ini adalah global warming (pemanasan global).
Semakin banyaknya dampak buruk yang timbul akibat penggunaan energi fosil ini,
menyebabkan banyak negara membangun dan mengembangkan berbagai macam pembangkit
listrik dengan energi alternatif. Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga bayu / angin
(PLTB).
Pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) merupakan pembangkit listrik yang dapat
mengkonversi (mengubah) energi angin menjadi energi listrik. Energi angin memutar tubin angin
/ kincir angin. Turbin angin yang berputar juga menyebabkan berputarnya rotor generator karena
satu poros sehingga dapat menghasilkan energi listrik.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB)

Penggunaan angin sebagai energi utama dalam pembangkitan energi listrik saat ini tentunya
tidak lepas dari sejarah penggunaan angin dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Berikut
akan adalah sejarah pengguanaan angin hingga akhirnya kini digunakan untuk membangkitkan
energi listrik.
Sejarah
Sejak dahulu, orang telah memanfaatkan energi angin. Lebih dari 5.000 tahun yang lalu, orang
Mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar kapal di Sungai Nil. Kemudian, orang-orang
membangun kincir angin untuk menggiling gandum dan biji-bijian.

Kata "Kincir Angin" awalnya dikenal di Persia (Iran). Kincir angin ini sendiri awalnya tampak
seperti roda dengan dayung-dayung yang besar. Berabad-abad kemudian, orang-orang Belanda
mengembangkan desain dasar dari kincir angin ini. Mereka membuat baling-baling berjenis
pisau, namun masih berbentuk layar.

Desain Dasar Turbin Angin

Koloni Amerika menggunakan kincir angin untuk menggiling gandum dan jagung, memompa
air, dan memotong kayu di pabrik kayu. Sampai akhir tahun 1920-an, Amerika menggunakan
kincir angin kecil untuk menghasilkan listrik di daerah pedesaan tanpa layanan listrik. Namun
ketika kabel listrik mulai mengalirkan listrik ke daerah-daerah pedesaan di tahun 1930-an, kincir
angin lokal mulai jarang digunakan, meskipun kincir angin ini masih dapat dilihat pada beberapa
peternakan di daerah barat.
Turbin Angin Digunakan Untuk Memenuhi Kebutuhan

Turbin Angin Mulai Ditinggalkan

Krisis minyak di tahun 1970-an mengubah gambaran energi bagi negara-negara dunia. Hal ini
menciptakan minat tersendiri terhadap sumber-sumber energi alternatif, membuka
jalan kembali bagi kincir angin untuk menghasilkan listrik. Di awal 1980-an, penggunaan energi
angin benar-benar pesat di California, sebagian adalah karena kebijakan negara yang mendorong
sumber energi terbarukan. Dukungan untuk pengembangan energi angin ini kemudian menyebar
ke negara-negara lain. Disaat yang bersamaan, California telah menghasilkan lebih dari dua kali
lipat energi angin dibandingkan dengan negara lain.

Saat ini telah ada pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai (offshore), seperti di daerah lepas
pantai Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat.

PLTB Lepas Pantai Cap Cod, Amerika Serikat

Komponen Turbin Angin


Turbin angin yang digunakan pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) tersusun dari
berbagai komponen. Berikut akan dijelaskan bagian-bagian dari turbin angin :
Bagian-Bagian Kincir Angin

1. Blades
Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas menyebabkan pisau pisau
untuk mengangkat dan berputar.

2. Rotor
Pisau dan terhubung bersama-sama disebut rotor

3. Pitch
Blades yang berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan rotor dan menjaga
rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menghasilkan listrik.

4. Brake
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman
saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman
dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal pada saat
bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin diluar diguaan akan
menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka
putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya
overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus karena tidak dapat menahan arus yang
cukup besar.
5. Low-Speed Shaft
Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit.

6. Gear Box
Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan meningkatkan
kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi yang
diperlukan oleh sebagian besar generator untuk menghasilkan listrik. gearbox adalah bagian
mahal (dan berat) dari turbin angin dan insinyur generator mengeksplorasi direct-drive yang
beroperasi pada kecepatan rotasi yang lebih rendah dan tidak perlu kotak gigi.

7. Generator
Berfungsi mengkonversi energi putar menjadi energi listrik. Ada berbagai jenis generator yang
dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous
generator), generator tak-serempak (unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor
belitan ataupun generator magnet permanen.

Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan frekuensi
keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari generator. Sayangnya penggunaan
generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya yang mahal, membutuhkan arus
penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang rumit.

Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem mikrohidro,
baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.

8. Controller
Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam (mph) dan menutup
mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi pada kecepatan angin sekitar 55 mph di atas,
karena dapat rusak karena angin yang kencang.

9. Anemometer
Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke pengontrol.

10. Wind Vane


Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk menggerakkan turbin
dengan koneksi yang benar dengan angin.

11. Nacelle
Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan rendah dan tinggi,
generator, kontrol dan rem.

12. High-Speed Shaft


Drive generator. Poros yang berhubungan langsung dengan rotor generator.

13. Yaw Drive


Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah angin sebagai perubahan
arah angin.

14. Yaw Motor


Kekuatan dari drive yaw.

15. Tower
Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja. Karena kecepatan angin
meningkat dengan tinggi, menara tinggi memungkinkan turbin untuk menangkap lebih banyak
energi dan menghasilkan listrik lebih banyak. Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis
seperti gambar dibawah ini. Setiap jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal
biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya.

Guyed (Kiri), Lattice (Tengah) dan Mono-Structure (Kanan)

- Wind direction
Arah alir dari energi angin.

- Penyimpan Energi (Battery)


Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu
tersedia), maka ketersediaan listrik juga tidak menentu. Oleh karena itu digunakan alat
penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan daya
listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka
kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin angin
berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun. Contoh sederhana yang
dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki 12 volt, 65
Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada daya 780 watt.

Proses Pembangkitan Energi Listrik Tenaga Angin (PLTB) Secara Umum


Suatu pembangkit listrik dari energi angin merupakan hasil dari penggabungan dari beberapa
turbin angin sehingga akhirnya dapat menghasilkan listrik. Cara kerja dari pembangkitan listrik
tenaga angin ini yaitu awalnya energi angin memutar turbin angin. Turbin angin bekerja
berkebalikan dengan kipas angin (bukan menggunakan listrik untuk menghasilkan listrik, namun
menggunakan angin untuk menghasilkan listrik). Kemudian angin akan memutar sudu-sudu
turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada generator letaknya di bagian belakang turbin
angin. Generator mengubah energi putar rotor menjadi energi listrik dengan prinsip hukum
Faraday, yaitu bila terdapat penghantar didalam suatu medan magnet, maka pada kedua ujung
penghantar tersebut akan dihasilkan beda potensial.

Proses Pembangkitan PLTB

Ketika poros generator mulai berputar, maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang
akhirnya dihasilkan tegangan dan arus listrik. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini
disalurkan melalui kabel jaringan listrik dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah,
dan sebagainya.

Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC (alternating current)
yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya akan
disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Turbin untuk pemakaian umum
berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk
perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.
Sistem Elektrik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB)
Secara umum sistem kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu kecepatan konstan
dan kecepatan berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah murah,
sistemnya sederhana dan kokoh (robust). Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar turbin yang
konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu nilai kecepatan angin. Sistem ini biasanya
menggunakan generator tak-serempak (unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada
daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari sistem ini adalah
generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus dipasang
kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap pulsating power
menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba. Gambar berikut
menunjukkan diagram skematik dari sistem ini.

Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed)

Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem kecepatan
berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada
berbagai macam kecepatan. Sistem variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang
umumnya timbul pada sistem fixed speed.

Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk mengkondisikan
daya, seperti penyearah (rectifier), konverter DC-DC, ataupun inverter. Gambar A sampai
Gambar D adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan berubah.

Pada sistem variable speed (A) menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik
kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi
maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman
terhadap perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid
dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang berbeda.
Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.
Gambar A Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor Belitan)

Pada sistem variable speed (B) menggunakan rangkaian elektronika daya untuk mengatur
nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan kecepatan yang bisa
dikendalikan sistem pertama.

Gambar B Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Back To Back Converter)

Sistem variable speed (C) dan (D) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis
generator yang digunakan.

Gambar C Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor Sangkar)

Gambar D Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor Magnet Permanen)

Syarat Angin Untuk PLTB


Tidak semua jenis angin dapat digunakan untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga
bayu / angin. Untuk itu berikut akan dijelaskan klasifikasi dan kondisi angin yang dapat
digunakan untuk menghasilkan energi listrik.

Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Kincir Angin
Secara umum kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar dengan
sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar E menunjukan jenis-jenis
kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar F menunjunkan karakteristik setiap
kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik angin menjadi
energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin. Dari gambar F dapat disimpulkan
bahwa kincir angin jenis multi-blade dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB
kecepatan rendah. Sedangkan kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat
bekerja dengan lingkup kecepatan angin yang luas.
Gambar E Jenis - Jenis Kincir Angin

Gambar F Karakteristik Kincir Angin

Karakteristik Kerja Turbin Angin


Gambar G menunjukan pembagian daerah kerja dari turbin angin. Berdasarkan gambar G ini,
daerah kerja angin dapat dibagi menjadi 3, yaitu (a) cut-in speed (b) kecepatan kerja angin rata-
rata (kecepatan nominal) (c) cut-out speed. Secara ideal, turbin angin dirancang dengan
kecepatan cut-in yang seminimal mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan potensi angin
lokal, dan kecepatan cut-out yang semaksimal mungkin. Namun secara mekanik kondisi ini sulit
diwujudkan karena kompensasi dari perancangan turbin angin dengan nilai kecepatan maksimal
(Vcutoff) yang besar adalah Vcut dan Vrated yang relatif akan besar pula.
Gambar G Karakteristik Kerja Kincir Angin

Penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode
probalistik distribusi Weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey seperti yang
diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Penentuan Kecepatan Angin Rata - Rata Suatu Daerah

Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)


Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya adalah
disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi ini tidak
akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil.
Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan.
Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya
tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan.

Angin dan Lingkungan

Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan
proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapat memakan
waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi dampak
lingkungan yang luas.

Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses
manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit
listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit
listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini
hanya seperseratusnya saja. Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin
menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun
begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat
beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit
listrik, diantaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan
keindahan.

Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladang angin
sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin untuk
disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih dapat digunakan untuk
keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain
mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk
pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat
pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai tinggi
bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat terhambat.
Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya
matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk. Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya
matahari yang berkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk setempat.

Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah. Putaran
dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada suara angin
pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox serta generator
dapat menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suara listrik. Derau mekanik yang
terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah
pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan
interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang
mikro untuk perkomunikasian.

Tingkat Kebisingan PLTB

Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi angin
dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor seperti desain sudu,
kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran masuk. Derau aerodinamis merupakan
masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga
angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena menggunakan energi kinetik angin dan
mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.
Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadap
populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat
terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun dampak ini masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan
aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi
yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi
populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah
kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut.

Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan
kapal-kapal yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu
permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah
terganggunya kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana
terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan
turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik tenaga angin
lepas pantai menambah 80 – 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat mengganggu
komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut. Namun begitu, ladang angin
lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru. Karena
memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga
akibat adanya pemancingan berlebih di laut.

Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan kecelakaan.
Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telah menyebabkan
beberapa kecelakaan dan kematian. Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat
terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi
merupakan bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya.
Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat
tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini dapat
menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar
habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana
800 km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan
terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum.
Kerusakan Pada PLTB

Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan pembangkit


listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil, dampaknya
masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam kelistrikan telah turut serta
dalam mengurangi emisi gas buang.

Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Indonesia dan Dunia


Pada saat ini, sistem pembangkit listrik tenaga angin mendapat perhatian yang cukup besar
sebagai sumber energi alernatif yang bersih, aman, serta ramah lingkungan serta kelebihan-
kelebihan lain yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Turbin angin skala kecil mempunyai
peranan penting terutama bagi daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbaru yang paling berkembang saat
ini.

Berdasarkan laporan tengah tahun 2012 The World Wind Energy Association (WWEA), total
kapasitas pembangkit listrik tenaga angin diseluruh dunia telah mencapai 254.000 MW atau 254
GW. Jumlah tersebut sudah merupakan penambahan 16.546 MW selama enam bulan pertama
tahun 2012. Hal ini menunjukkan 10 % lebih sedikit jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun 2011, yaitu terdapat penambahan 18.405 MW.
Total Kapasitas Terpasang 2010-2012 [MW]

Kapasitas global tumbuh sekitar 7 % dalam 6 bulan (2 % lebih sedikit dibandingkan dengan
tahun 2011 untuk periode yang sama) dan 16,4 % dari basis tahunan (mid-2012 dibandingkan
dengan mid-2011). Perbandingannya, pertumbuhan tahunan tahun 2011 adalah 20,3 %.

Berdasarkan laporan akhir tahun 2011 The World Wind Energy Association (WWEA),
Indonesia menempati urutan ke 84 dalam kaitan total kapasitas pembangkit listrik tenaga bayu
(PLTB) serta penambahan kapasitas ditahun 2011. Peringkat ini merosot dari yang pada akhir
tahun 2010 menempati peringkat 74. Di akhir tahun 2011, total kapasitas pembangkit listrik
tenaga bayu (PLTB) yang dimiliki oleh Indonesia hanya 1,4 MW dan hal tersebut tidak ada
penambahan kapasitas jika dibandingkan dengan tahun 2010.

Pada akhir tahun 2007 telah dibangun kincir angin pembangkit dengan kapasitas kurang dari
800 watt dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara
dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Kemudian, di
seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt
(kW) mulai dibangun. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.

Sumber :
http://www.wwindea.org/
http://www.iea-coal.org/
http://www.alpensteel.com/
http://dwitaariyanti.blogspot.com/
http://www.kaskus.co.id/
http://fendysutrisna.blogspot.com/
Sumber Gambar :
evwind.es
carboncreditromania.wordpress.com
www.alpensteel.com
culturalpropertylaw.wordpress.com
evolvegreen.ca
fendysutrisna.blogspot.com
jereports.com
greenpoweroregon.com
informedfarmers.com

Anda mungkin juga menyukai