Referat Bedaah Trigger Finger 1
Referat Bedaah Trigger Finger 1
TRIGGER FINGER
Pembimbing
Disusun oleh
0861050099
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan Karunia-Nya refreat yang berjudul “Trigger Finger” dapat
diselesaikan, dalam rangka memenuhi tugas Kepanitreraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di RSU UKI periode 27 Mei
2013 – 20 Juli 2013.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………. 1
BAB II Isi……………………………………………………………… 3
Anatomi dan Persarafan............………........……...…………..... 3
Epidemiologi…………………………………………………...... 8
Etiologi………………………………………………………....... 10
Patogenesis……………………………………………………..... 11
Gejala Klinis………………....................………………………....... 12
Diagnosa............................................................................................ 14
Pemeriksaan fisik............................................................................... 14
Pemeriksaan Penunjang………………………………………...... 18
Penatalaksanaan………………………………………………...... 20
Prognosis……………………………………………………......... 24
BAB III Kesimpulan…………………………………………………… 25
Daftar Pustaka………………………………………………………….. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Trigger finger (jari macet) merupakan suatu tipe tendinitis yang terjadi
pada tendon-tendon yang berfungsi untuk fleksi jari-jari tangan. Sebenarnya tidak
ada otot pada jari-jari itu sendiri. Kita menggerakkan jari-jari kita sebenarnya
seperti mamakai remote kontrol, yaitu otot-otot lengan bawah terhubungkan
dengan tulang pada jari-jari oleh sesuatu yang halus, fleksibel, berbentuk benang
yang dinamakan tendon. Otot-otot lengan bawah menarik tendon untuk
memfleksikan sendi jari-jari tangan. Tendon-tendon fleksor ini halus, fleksibel,
berupa benang yang tebal, terlihat kekang seperti tali jemuran, bekerja seperti
rantai sepeda sewaktu memfleksikan jari-jari anda, meluncur keluar dan masuk
selagi meluruskan dan menekuk jari-jari anda. Susunan ini mengikuti bentuk jari-
jari yang ramping, dan memiliki semua kekuatan otot-otot lengan bawah yang
besar.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Tangan
I. Tulang dan sendi 10
Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung
distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara
tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut
adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan
hamate.1
Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan
menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang
karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti
menyilang telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu.
Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang
sesamoid.1
Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang
phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.1
3
Gambar 2. Tulang pada tangan
4
ke berbentuk kacang (salah satu tulang karpal kecil) dan ke ligamentum karpal
transversal , band tebal jaringan yang melintasi di depan pergelangan
tangan. Ligamen lainnya melintasi triquetrum (tulang karpal kecil dekat sisi
ulnaris pergelangan tangan). UCL menambahkan dukungan untuk disk kecil dari
tulang rawan di mana ulna bertemu pergelangan tangan. Struktur ini
disebut kompleks fibrocartilage segitiga (TFCC) dan dibahas secara lebih rinci di
bawah ini. UCL menstabilkan TFCC dan menjaga pergelangan tangan dari
membungkuk terlalu jauh ke samping (ke arah ibu jari).1
Ligamen kolateral radial (RCL) adalah pada sisi ibu jari pergelangan
tangan. Ini dimulai pada tepi luar dari jari-jari pada benjolan kecil yang
disebut styloid radial . Ini menghubungkan ke sisi skafoid, tulang karpal bawah
jempol. RCL mencegah pergelangan tangan dari membungkuk terlalu jauh ke
samping (jauh dari ibu jari). Seperti ada banyak tulang yang membentuk
pergelangan tangan, terdapat banyak ligamen yang menghubungkan dan
mendukung tulang. Cedera atau masalah yang menyebabkan ligamen ini untuk
meregangkan atau merobek akhirnya dapat menyebabkan radang sendi di
pergelangan tangan.1,3
Tendon sangatlah kuat tetapi tidak banyak stretch. Ketika mereka menjadi
rusak, tendon bisa memakan waktu yang lama untuk sembuh. Tendinitis
merupakan peradangan pada tendon. Peradangan tersebut bisa disebabkan oleh
beberapa sebab,misalnya dikarenakan oleh regangan, olaraga yang berlebihan,
luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-tiba. Sebagian besar
tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena tendon menjadi
5
lebih peka terhadap cedera, elastisitasnya berkurang. Tendinitis juga terjadi pada
usia muda karena olahraga yangberlebihan atau gerakan yang berulang-ulang. 4
6
Gambar 3. Tendon Flexor dan Extensor Jari Tangan
III. Persarafan
7
jari dapat menyebabkan iritasi atau tekanan pada saraf di dalam terowongan dan
menyebabkan masalah seperti nyeri, kesemutan, dan kelemahan pada tangan, jari,
dan ibu jari.
Trigger finger atau tenosynovitis stenosing juga dikenal dengan nama jari
yang macet. Dimana pasien bercerita tentang jarinya yang macet. Setelah
mengepal jari-jari yang sehat dapat diluruskan dengan mudah, tetapi jari yang
macet itu tetap berada dalam keadaan fleksi di sendi interphalangeal proksimal.
Adakalanya dimacetnya, maka yang nyeri yang hebat dirasakan dengan
terdengarnya “klek” pada saat jari yang macet diluruskan secara pasif. 2,6
Trigger finger adalah gangguan umum yang sering terjadi dan ditandai
dimana jari yang dibengkokkan tibe-tiba tidak dapat diluruskan kembali serta
8
berhubungan dengan disfungsi dan nyeri yang disebabkan penebalan setempat
pada suatu tendo fleksor, dalam kombinasi dengan adanya penebalan di dalam
selubung tendon pada tempat yang sama.5
C. Epidemiologi
9
Trigger finger adalah penyakit yang paling sering terjadi di antara dekade
ke 5 dan 6 kehidupan. Kejadiannya perempuan 6 kali lebih sering terkena
dibandingkan dengan laki-laki, meskipun alasan predileksi usia dan jenis kelamin
ini tidak sepenuhnya jelas. Faktor risiko pemicu terjadinnya trigger finger adalah
antara 2 dan 3%, tetapi meningkat menjadi 10% pada penderita diabetes. Insidens
di penderita diabetes terkait dengan waktu penyakit sebenarnnya, tidak
berhubungan dengan diabetes yang terkontrol. Ini juga tampaknya menjadi resiko
lebih tinggi terjadinnya trigger finger pada pasien dengan karpal tunnel sindrome,
penyakit de Quervain, hypothyroidism, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, dan
amyloidosis. Jari manis adalah yang paling umum terpengaruh, diikuti oleh
jempol ( memicu jari ), panjang, indeks, dan kecil jari pada pasien dengan
beberapa memicu angka. 2
D. Etiologi
10
pengumpulan cairan di sekitar tendon dan sendinya seperti pasien diabetes
mellitus dan rheumatoid artritis. Pengumpulan cairan disekitar tendon ini
menyebabkan terjadinya penebalan nodule tendon (biasanya pada tendon m.flexor
digitorum profundus) sehingga tendon yang bengkak ini bisa mengganggu
gerakan normal pada tendon. Adanya pembengkakan ini mudah sekali tendon
terjepit sehingga jari susah untuk difleksikan (macet) atau terkunci pada posisinya
dan mengakibatkan jari terasa sakit dan mengeluarkan suara “klik” apabila usaha
lebih keras diberikan.2,3
E. Patofisiologi
Pada trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon
yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya
membentuk sistem katrol yang terdiri dari serangkaian sistem yang berfungsi
untuk memaksimal kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal.
Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon
terjebak di tepi proksimal katrol ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari,
11
sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat
untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari
atau dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan kekuatan
pada jari dengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan
menimbulkan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek
proksimal digit. Hal yang kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak
pada distal katrol, mengakibatkan kesulitan pasien meregangkan jari.2,4,6
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah
jalur yang melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal katrol, maka jari dapat
macet dalam posisi yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal
dari katrol, maka jari pasien dapat macet dalam posisi tertekuk.2
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur
yang melewati katrol A-1. Jika nodul terdapat pada distal katrol A-1 (seperti yang
ditunjukkan dalam gambar ini), maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus.
Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol A-1, maka jari
pasien dapat macet dalam posisi tertekuk. 2,6
F. Manifestasi Klinis
12
Diagnosa dibuat secara eksklusif dengan anamnesa yang menyeluruh dan
pemeriksaan fisik. Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari pada satu
waktu, meskipun biasanya lebih sering terjadi pada ibu jari, tengah, atau jari
manis. Trigger finger biasanya lebih menonjol di pagi hari, atau saat memegang
obyek dengan kuat.2
Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala-gejala ini
termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa
tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak
melakukan aktifitas, misalnya saat anda bangun pagi. Dan kadang kekakuan akan
berkurang saat melakukan aktifitas. Kadang-kadang jika tendon terasa bebas bisa
bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi "dislokasi" / pergeseran
sendi.Pada Kasus kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan
bantuan. Pasien dengan diabetes biasanya akan terkena lebih parah.
13
Pada tingkat sendi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya di
atas sendi metakarpofalangealis (MCP). Jari yang terkena bisa macet dalam posisi
menekuk (lihat gambar di bawah) atau (kurang biasa) posisi diperpanjang. Ketika
pasien berusaha untuk memindahkan angka lebih kuat melampaui pembatasan,
angka mungkin cepat atau memicu melampaui pembatasan. 3
Trigger finger dapat sangat menyakitkan bagi pasien. Dalam kasus yang
parah, pasien tidak mampu untuk menggerakkan jari yang melampaui rentang
gerak. Pada ibu jari yang macet, pada palpasi yang lembut dapat ditemukan nodul
pada aspek palmar sendi MCP pertama dari sendi palmaris distal.2,3
G. Faktor Resiko
Pergerakan berulang (repeated gripping)
Misalnya : pada pemain alat musik
Penyakit peserta (Certain health problems)
Misalnya : rheumatoid arthritis, diabetes,hypothyroidism, amyloidosis dan
infeksi(tuberculosis).
Jenis Kelamin
Lebih sering pada wanita
H. Diagnosis
Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger Finger cukup dengan
pemeriksaan fisik saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan dalam
diagnosis jari macet. Jika ada kecurigaan tentang kondisi, adanya diagnosis yang
terkait, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, atau penyakit lain pada jaringan ikat,
antara lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c), gula darah puasa, atau faktor
rheumatoid harus diperiksa. Secara umum, tidak ada pencitraan yang diperlukan
dalam kasus jari macet. Tidak ada tes lebih lanjut yang biasanya diperlukan. 2,4,6
I. Pemeriksaan Fisik
14
melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian
kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal
adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah. 5
1. Finkelstein Test
2. Test Phalen
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara palmar fleksi kedua wrist, lalu
saling tekankan kedua dorsum manus satu dengan lainnya sekuat-
kuatnya.
15
timbuk rasa kesemutan, akan tetapi pada sindrom terowongan carpal rasa
kesemutan akan timbul dalam waktu yang sangat singkat, pasti dalam
waktu 30 detik, terkadang parestesia baru timbul saat pergelangan tangan
digerakkan kembali dari posisi palmar fleksi maksimal.
5. Circle Formation
6. Froment’s Sign
16
Dalam hal ini pasien mencoba untuk memegang selembar kertas diantara
ibu jari dan jari telunjuk, ketika pemeriksa mencoba untuk menarik kertas
tersebut keluar phalangs terminal ibu jari fleksi, hal ini disebabkan karena
paralysisi dari otot adductor pollicis yang memberi indikasi tes positif. Tes
ini member indikasi paralysis nervus ulnaris.
7. Allen Test
Translation
b. Wrist Traction
17
Pemeriksaan capsular pattern dengan mendorong ibu jari reposisi.
J. Pemeriksaan Penunjang
HgbA1c
GDA
Rheumatoid faktor
K. Diagnosa banding
De Quervain syndrom
Nyeri yang terasa di pergelangan tangan sering disebabkan oleh
tenosinovitis. Pada sisi radial terjadi tendovaginitis otot abductor polocis longus,
yang dikenal dengan sebagai tenosinovitis De Quervein, dan pada sisi ulnar dapat
dijumpai tendovagintis otot ekstensor karpi ulnaris. Kedua jenis peradangan itu
merupakan manisfestasi arthritis rheumatoid. Pada bagian dorsal pergelangan
tangan sinovitis rheumatoid dapat membangkitkan benjolan di tengah-tengah
ligamentum karpi dorsal di atas os navikular dan lunatum. Sinovitis di
pergelangan tangan selalu menimbulakan nyeri tekan, nyeri gerak aktif dan nyeri
gerak isometrik. Karena itu, maka pergelangan tangan tidak dapat
distabilkan secara kuat, sehingga tenaga pengepalan tidak kuat dan tangan sukar
diluruskan pada pergelangan tangan.2
18
radial secara pasif tidak menimbulkan nyeri. Sebaliknya defiasi ulnar secara aktif
menimbulkan nyeri yang hebat 2
19
L. Penatalaksanaan 3,4
a. Terapi Farmakologi
Pengobatan NSAID
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn, atau
ketoprofen.
Injeksi Korstikosteroid
Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan sejak 1953.
Tindakan Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah karena sangat efektif (hingga
93%), terutama pada pasien non-diabetes dengan onset baru-baru ini terkena
gejala dan satu digit dengan nodul teraba. Hal ini diyakini bahwa injeksi
kortikosteroid kurang berhasil pada pasien dengan penyakit lama (durasi > 6
bulan), diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit karena tidak mampu
untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroid yang terjadi pada katrol A1.
Injeksi diberikan secara langsung ke dalam selubung tendon, Namun, laporan
menunjukkan bahwa injeksi extra synovial mungkin efektif, sambil mengurangi
risiko tendon rupture(pecah). Pecah Tendon adalah komplikasi yang sangat jarang,
hanya satu kasus yang dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis
lemak, hipopigmentasi kulit sementara elevasi glukosa serum pada penderita
diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang setelah injeksi pertama, atau muncul
kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya lebih mungkin untuk berhasil
sebagai tindakan awal.
Splinting
Tujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang disebabkan oleh
pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 yang sakit sampai hilangnya
20
peradangan. Secara umum splinting merupakan pilihan pengobatan yang
tepat pada pasien yang menolak atau ingin menghindari injeksi
kortikosteroid. Sebuah studi pekerja manual dengan interfalangealis distal
(DIP) di splint dalam ekstensi penuh selama 6 minggu menunjukkan
pengurangan gejala pada lebih dari 50% pasien.
Dalam studi lain, splint sendi MCP di 15 derajat fleksi (meninggalkan sendi
PIP dan DIP bebas) yang ditampilkan untuk memberikan resolusi gejala di
65% dari pasien pada 1-tahun tindak lanjut. Untuk pasien yang paling
terganggu oleh gejala mengunci di pagi hari, splinting sendi PIP pada malam
hari dapat menjadi efektif. splinting menghasilkan tingkat keberhasilan yang
lebih rendah pada pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau lama. 1,2,6
Pembedahan
Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger finger. Indikasi untuk
perawatan bedah umumnya karena kegagalan perawatan konservatif untuk
mengatasi rasa sakit dan gejala. Waktu operasi agak kontroversial dengan data
yang menunjukkan pertimbangan bedah setelah kegagalan baik tunggal
maupun beberapa suntikan kortikosteroid. 3
21
Tindakan pembedahan ini pertama kali diperkenalkan oleh Lorthioir pada
tahun 1958. Fungsi operasi biasanya bertujuan melonggarkan jalan bagi tendon
yaitu dengan cara membuka selubungnya. Dalam penyembuhannya, kedua
ujung selubung yang digunting akan menyatu lagi, tetapi akan memberikan
ruang yang lebih longgar, sehingga tendon akan bisa bebas keluar masuk.
Dalam prosedur ini, sendi MCP adalah hyperextensi dengan telapak ke atas,
sehingga membentang keluar katrol A1 dan pergeseran struktur neurovaskular
bagian punggung. Setelah klorida dan etil disemprotkan lidokain disuntikkan
untuk manajemen nyeri, jarum dimasukkan melalui kulit dan ke katrol A1.
Tingkat keberhasilan telah dilaporkan lebih dari 90% dengan prosedur ini,
namun penggunaan teknik ini berisiko cedera saraf atau arteri. 2,3
22
Gambar 9. Pembedahan
Fisioterapi
Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah bengkak, nyeri, dan
kekakuan gerak pada bagian-bagian tangan yang lain, dimana tidak bisa
dihilangkan dengan tindakan operasi. 2
M. Komplikasi
23
Komplikasi potensial utama jari memicu adalah nyeri dan penurunan
penggunaan fungsional dari tangan yang terkena. Potensi komplikasi injeksi
kortikosteroid adalah sebagai berikut: 3
Infeksi, penggunaan teknik steril dapat meminimalkan masalah ini.
Pendarahan, ini dapat diminimalkan dengan menerapkan tekanan
langsung segera setelah prosedur tersebut. Perhatian harus dilakukan sebelum
suntik pasien dengan gangguan perdarahan.
Melemahnya tendon, ini meningkatkan risiko ruptur tendon
berikutnya, kemungkinan yang menjadi perhatian khusus jika suntikan
dilakukan salah (khusus, jika injeksi ini dikelola ke tendon itu sendiri bukan
hanya dalam selubung tendon). Risiko dapat meningkat dengan beberapa
suntikan, namun setidaknya beberapa peneliti klinis (misalnya, Anderson dan
Kaye) tidak menemukan episode rupture tendon setelah injeksi kortikosteroid
untuk kondisi ini, bahkan dengan suntikan ulang.
Atrofi lemak yang terjadi secara lokal di tempat suntikan - atrofi
semacam itu dapat terjadi jika kortikosteroid yang disuntikkan ke dalam
jaringan subkutan. komplikasi ini dapat menyebabkan depresi kosmetik di
kulit.
infiltrasi saraf dan cedera saraf berikutnya. Komplikasi ini jarang
terjadi, bisa dipantau oleh sensasi menilai seluruh digit.
N. Prognosis
24
BAB III
KESIMPULAN
Trigger finger adalah penyakit yang terjadi pada jari yaitu sesudah jari
dibengkokkan tiba-tiba tidak dapat diluruskan kembali tapi setelah manufer
sedikit jari tersebut tiba-tiba mampu kembali ke ekstensi lagi. Hal ini biasanya
disebabkan oleh adanya penebalan setempat pada suatu tendo fleksor, dalam
kombinasi dengan adanya penebalan didalam selubung tendo pada tempat yang
sama. Penyakit ini dapat menimbulkan permasalahan kapasitas fisik berupa nyeri,
dan keterbatasan LGS serta permasalahan kemampuan fungsional seperti
memegang benda, mengetik, menulis, memotong kuku, dan menggosok gigi.2,4,6
Trigger finger (jari macet) merupakan suatu tipe tendinitis yang terjadi
pada tendon-tendon yang berfungsi untuk fleksi jari-jari tangan. Untuk mengatasi
semua itu diterapkan modalitas infra merah, terapi manipulasi, terapi latihan,
terapi injeksi, dan terapi pembedahan.3,4
25
DAFTAR PUSTAKA
trigger finger/thumb. BMJ. 2005 Jul 2;331:303
4. Geso LD, Fillippuci E, Meenagh G, Gutierrez M, Ciappeti A. CS injection of
tenosynovitis in patients with chronic inflammatory arthritis: the role of US.
2012 March;1-3.
5. Range of Motion
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19710328200
0121-LUCKY_ANGKAWIDJAJA_RORING/8-Range_of_Motion.pdf
6. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone;
2007.
7. Brunicardi FC, Andrese DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB,
et al. Schwartz’s principles of surgery. 9th ed. United states of America: The
MacGraw; 2010.
26