Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

TRIGGER FINGER

Pembimbing

Dr. Wendy Hendrika Sp.OT

Disusun oleh

Wella Sinta Marintan Manurung

0861050099

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

PERIODE 27 MEI – 20 JULI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan Karunia-Nya refreat yang berjudul “Trigger Finger” dapat
diselesaikan, dalam rangka memenuhi tugas Kepanitreraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di RSU UKI periode 27 Mei
2013 – 20 Juli 2013.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Umum UKI yang telah memberikan kesempatan


untuk mengikuti kepaniteraan dan mempelajari Ilmu Bedah di
lingkungan RSU UKI.
2. dr. Wendy Hendrika, Sp.OT, dokter pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, bimbingan, motivasi, dan ilmu pengetahuan yang
sangat bermanfaat dalam penulisan referat ini.
3. dr. Anggi, dr. Josep, dr. Budiman, dr. Lilys, dr. Arkhi sebagai dokter
asisten yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis
selama proses penyusunan referat ini.
4. Seluruh dokter dan staf RSU UKI yang telah membantu penulis selama
kepaniteraan di RSU UKI.
5. Keluarga, rekan sejawat dan teman – teman yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan refrat ini.

Jakarta, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Kata Pengantar………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………. 1
BAB II Isi……………………………………………………………… 3
Anatomi dan Persarafan............………........……...…………..... 3
Epidemiologi…………………………………………………...... 8
Etiologi………………………………………………………....... 10
Patogenesis……………………………………………………..... 11
Gejala Klinis………………....................………………………....... 12
Diagnosa............................................................................................ 14
Pemeriksaan fisik............................................................................... 14
Pemeriksaan Penunjang………………………………………...... 18
Penatalaksanaan………………………………………………...... 20
Prognosis……………………………………………………......... 24
BAB III Kesimpulan…………………………………………………… 25
Daftar Pustaka………………………………………………………….. 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang menghubungkan otot


dengan tulang. Dimana tulang merupakan bagian tubuh yang menyokong atau
member bentuk pada tubuh manusia. Sedangkan otot merupakan jaringan yang
terdapat pada seluruh tubuh manusia yang berguna untuk pergerakan. Tulang dan
otot tersebut dilekatkan oleh jaringan kuat yang bernama tendon. Tendon
sangatlah kuat tetapi tidak banyak stretch. Ketika tendon menjadi rusak, tendon
bisa memakan waktu yang lama untuk sembuh.1

Tendinitis merupakan peradangan pada tendon. Peradangan tersebut bisa


disebabkan oleh beberapa sebab, misalnya dikarenakan oleh regangan, olaraga
yang berlebihan, luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-tiba.
Sebagian besar tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena
tendon menjadi lebih peka terhadap cedera,elastisitasnya berkurang. Tendinitis
juga terjadi pada usia muda karena olahraga yang berlebihan atau gerakan yang
berulang-ulang.2

Trigger finger atau tenosynovitis stenosing adalah penyakit yang terjadi


pada jari yaitu sesudah jari dibengkokkan tiba-tiba tidak dapat diluruskan kembali
tapi setelah manufer sedikit jari tersebut tiba-tiba mampu kembali ke ekstensi lagi.
Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya penebalan setempat pada suatu tendon
fleksor, dalam kombinasi dengan adanya penebalan didalam selubung tendon pada
tempat yang sama. Penyakit ini dapat menimbulkan permasalahan kapasitas fisik
berupa nyeri, dan keterbatasan LGS serta permasalahan kemampuan fungsional
seperti memegang benda, mengetik, menulis, memotong kuku, dan menggosok
gigi.2

1
Trigger finger (jari macet) merupakan suatu tipe tendinitis yang terjadi
pada tendon-tendon yang berfungsi untuk fleksi jari-jari tangan. Sebenarnya tidak
ada otot pada jari-jari itu sendiri. Kita menggerakkan jari-jari kita sebenarnya
seperti mamakai remote kontrol, yaitu otot-otot lengan bawah terhubungkan
dengan tulang pada jari-jari oleh sesuatu yang halus, fleksibel, berbentuk benang
yang dinamakan tendon. Otot-otot lengan bawah menarik tendon untuk
memfleksikan sendi jari-jari tangan. Tendon-tendon fleksor ini halus, fleksibel,
berupa benang yang tebal, terlihat kekang seperti tali jemuran, bekerja seperti
rantai sepeda sewaktu memfleksikan jari-jari anda, meluncur keluar dan masuk
selagi meluruskan dan menekuk jari-jari anda. Susunan ini mengikuti bentuk jari-
jari yang ramping, dan memiliki semua kekuatan otot-otot lengan bawah yang
besar.2

Untuk mengatasi semua itu diterapkan modalitas infra merah, terapi


manipulasi, terapi latihan, terapi injeksi, dan terapi pembedahan.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tangan
I. Tulang dan sendi 10

 Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung
distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara
tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut
adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan
hamate.1

 Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan
menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang
karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti
menyilang telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu.
Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang
sesamoid.1

 Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang
phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.1

3
Gambar 2. Tulang pada tangan

II. Ligamen dan Tendon


Ligamen adalah struktur jaringan lunak yang menyambungkan tulang ke
tulang. Ligamen di sekitar sendi biasanya bergabung untuk membentuk kapsul
sendi . Sebuah kapsul sendi adalah kantung kedap air yang mengelilingi sendi dan
berisi cairan pelumas yang disebut cairan sinovial . Pada pergelangan tangan,
delapan tulang karpal dikelilingi dan didukung oleh kapsul sendi. Dua ligamen
penting mendukung sisi pergelangan tangan. Ini adalah ligamen agunan . Ada
jaminan ligamen yang menghubungkan dua lengan ke pergelangan tangan, satu di
setiap sisi pergelangan tangan.1

Seperti namanya, para agunan ulnaris ligamentum (UCL) adalah di sisi


ulnaris pergelangan tangan. Melintasi tepi ulnaris (sisi yang jauh dari ibu jari) dari
pergelangan tangan. Dimulai pada styloid ulnaris , benjolan kecil di tepi
pergelangan tangan (di sisi jauh dari ibu jari) di mana ulna memenuhi pergelangan
tangan.Ada dua bagian untuk kabel berbentuk UCL. Salah satu bagian terhubung

4
ke berbentuk kacang (salah satu tulang karpal kecil) dan ke ligamentum karpal
transversal , band tebal jaringan yang melintasi di depan pergelangan
tangan. Ligamen lainnya melintasi triquetrum (tulang karpal kecil dekat sisi
ulnaris pergelangan tangan). UCL menambahkan dukungan untuk disk kecil dari
tulang rawan di mana ulna bertemu pergelangan tangan. Struktur ini
disebut kompleks fibrocartilage segitiga (TFCC) dan dibahas secara lebih rinci di
bawah ini. UCL menstabilkan TFCC dan menjaga pergelangan tangan dari
membungkuk terlalu jauh ke samping (ke arah ibu jari).1

Ligamen kolateral radial (RCL) adalah pada sisi ibu jari pergelangan
tangan. Ini dimulai pada tepi luar dari jari-jari pada benjolan kecil yang
disebut styloid radial . Ini menghubungkan ke sisi skafoid, tulang karpal bawah
jempol. RCL mencegah pergelangan tangan dari membungkuk terlalu jauh ke
samping (jauh dari ibu jari). Seperti ada banyak tulang yang membentuk
pergelangan tangan, terdapat banyak ligamen yang menghubungkan dan
mendukung tulang. Cedera atau masalah yang menyebabkan ligamen ini untuk
meregangkan atau merobek akhirnya dapat menyebabkan radang sendi di
pergelangan tangan.1,3

Tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang menghubungkan otot


dengan tulang. Dimana tulang merupakan bagian tubuh yang menyokong atau
memberi bentuk pada tubuh manusia. Sedangkan otot merupakan jaringan yang
terdapat pada seluruh tubuh manusia yang berguna untuk pergerakan. Tulang dan
otot tersebut dilekatkan oleh jaringan kuat yang bernama tendon.1

Tendon sangatlah kuat tetapi tidak banyak stretch. Ketika mereka menjadi
rusak, tendon bisa memakan waktu yang lama untuk sembuh. Tendinitis
merupakan peradangan pada tendon. Peradangan tersebut bisa disebabkan oleh
beberapa sebab,misalnya dikarenakan oleh regangan, olaraga yang berlebihan,
luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-tiba. Sebagian besar
tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena tendon menjadi

5
lebih peka terhadap cedera, elastisitasnya berkurang. Tendinitis juga terjadi pada
usia muda karena olahraga yangberlebihan atau gerakan yang berulang-ulang. 4

Selubung tendon juga dapat terkena penyakit sendi, seperti artritis


reumatoid,skleroderma sistemik, gout, dan sindroma reiter. Pada dewasa muda
yang menderita gonore (terutama wanita), bakteri gonokokus bisa menyebabkan
tenosinovitis (tendinitis yang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung
di sekeliling tendon), biasanya pada tendon di bahu, pergelangan tangan, jari
tangan, pingggul, pergelangan kaki, dan kaki.1,2

Ada beberapa penyakit yang menyebabkan tendinitis, diantaranya adalah


rheumatoid artritis, gout, reiter’s syndrome, lupus, dan diabetes. Orang dengan
penyakit gout ada kristal asam urat yang nampak pada pembungkus tendon yang
menyebabkangesekan dan robekan.kadar kolesterol darah yang sangat tinggi juga
dapat berhubungan dengan kondisi ini.4

Tendon pada jari-jari melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.


Sebagaimana kita ketahui trigger finger adalah suatu bentuk cedera akibat
aktivitas berlebihan yang berulang-ulang dengan gejala mulai dari tanpa rasa sakit
dengan sesekali bunyi gemeretak / menyentak jari, untuk disfungsi parah dan rasa
sakit dengan jari terus terkunci dalam posisi menekuk ke bawah ke telapak
tangan.1

6
Gambar 3. Tendon Flexor dan Extensor Jari Tangan

III. Persarafan

Semua saraf yang bepergian ke tangan menyeberangi pergelangan


tangan. Tiga saraf utama mulai bersama di bahu: saraf radial, saraf median,
dan saraf ulnaris . Saraf ini membawa sinyal dari otak ke otot-otot yang
menggerakkan lengan, tangan, jari, dan ibu jari. Saraf juga membawa sinyal
kembali ke otak tentang sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan suhu.

Saraf radialis berjalan di sepanjang tepi jempol-sisi lengan bawah. Ini


wraps sekitar akhir tulang jari-jari ke bagian belakang tangan. Ini memberi sensasi
ke bagian belakang tangan dari ibu jari ke jari ketiga. Hal ini juga pergi ke
belakang ibu jari dan hanya di luar buku jari utama dari permukaan belakang
cincin dan jari tengah.

Saraf median perjalanan melalui sebuah terowongan dalam pergelangan


tangan disebut carpal tunnel . Saraf median memberikan sensasi ke sisi telapak
ibu jari, jari telunjuk, jari panjang, dan setengah dari jari manis. Ini juga
mengirimkan cabang saraf untuk mengontrol otot-otot tenar jempol. Otot-otot
tenar membantu memindahkan ibu jari dan membiarkan Anda menyentuh pada
jempol ke ujung setiap jari masing-masing di sisi yang sama, gerakan yang
disebut oposisi .

Saraf ulnaris bergerak melalui terowongan terpisah, yang disebut kanal


Guyon . Terowongan ini dibentuk oleh dua tulang karpal (yang berbentuk
kacang dan bengkok ), dan ligamentum yang menghubungkan mereka.Setelah
melewati kanal, cabang-cabang saraf ulnar keluar untuk memasok perasaan ke jari
kelingking dan setengah jari manis. Cabang-cabang saraf ini juga memasok otot
kecil di telapak dan otot yang menarik ibu jari ke arah telapak tangan.

Saraf yang melakukan perjalanan melalui pergelangan tangan tunduk


masalah. Konstan membengkokkan dan meluruskan dari pergelangan tangan dan

7
jari dapat menyebabkan iritasi atau tekanan pada saraf di dalam terowongan dan
menyebabkan masalah seperti nyeri, kesemutan, dan kelemahan pada tangan, jari,
dan ibu jari.

Gambar 4. Persarafan Pada Tangan

B. Definisi Trigger Finger

Trigger finger atau tenosynovitis stenosing juga dikenal dengan nama jari
yang macet. Dimana pasien bercerita tentang jarinya yang macet. Setelah
mengepal jari-jari yang sehat dapat diluruskan dengan mudah, tetapi jari yang
macet itu tetap berada dalam keadaan fleksi di sendi interphalangeal proksimal.
Adakalanya dimacetnya, maka yang nyeri yang hebat dirasakan dengan
terdengarnya “klek” pada saat jari yang macet diluruskan secara pasif. 2,6

Trigger finger adalah gangguan umum yang sering terjadi dan ditandai
dimana jari yang dibengkokkan tibe-tiba tidak dapat diluruskan kembali serta

8
berhubungan dengan disfungsi dan nyeri yang disebabkan penebalan setempat
pada suatu tendo fleksor, dalam kombinasi dengan adanya penebalan di dalam
selubung tendon pada tempat yang sama.5

Gambar 5. Trigger Finger

C. Epidemiologi

9
Trigger finger adalah penyakit yang paling sering terjadi di antara dekade
ke 5 dan 6 kehidupan. Kejadiannya perempuan 6 kali lebih sering terkena
dibandingkan dengan laki-laki, meskipun alasan predileksi usia dan jenis kelamin
ini tidak sepenuhnya jelas. Faktor risiko pemicu terjadinnya trigger finger adalah
antara 2 dan 3%, tetapi meningkat menjadi 10% pada penderita diabetes. Insidens
di penderita diabetes terkait dengan waktu penyakit sebenarnnya, tidak
berhubungan dengan diabetes yang terkontrol. Ini juga tampaknya menjadi resiko
lebih tinggi terjadinnya trigger finger pada pasien dengan karpal tunnel sindrome,
penyakit de Quervain, hypothyroidism, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, dan
amyloidosis. Jari manis adalah yang paling umum terpengaruh, diikuti oleh
jempol ( memicu jari ), panjang, indeks, dan kecil jari pada pasien dengan
beberapa memicu angka. 2

D. Etiologi

Penyebab potensial trigger finger telah dapat dijelaskan, tetapi etiologi


tetap idiopatik, artinya penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan disebabkan
oleh trauma lokal dengan stres dan gaya degeneratif. Ada yang menghubungkan
penyebab trigger finger karena penggunaan fleksi tangan yang terus-menerus dan
pada tiap individu sering dengan penyebab multifaktor. Oleh karena itu sering
disebut dengan tenosinovitis stenosing (stenosans tenovaginitis khusus pada jari).
Stenosing berarti penyempitan terowongan atau tabung-seperti struktur (selubung
tendon). Tenosynovitis berarti radang tendon. 2,4

Pasien dengan riwayat penyakit collagen vascullar seperti rheumatoid


artritis, diabetes mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis,
dan pigmented vilonodular synovitis memiliki faktor resiko lebih besar terkena
trigger finger dibandingkan orang yang yang tidak memiliki riwayat tersebut.6

Mekanisme terjadinya keadaan ini adalah adanya aktifitas-aktifitas fisik


yang berat dan berulang-ulang pada orang yang mempunyai kecenderungan

10
pengumpulan cairan di sekitar tendon dan sendinya seperti pasien diabetes
mellitus dan rheumatoid artritis. Pengumpulan cairan disekitar tendon ini
menyebabkan terjadinya penebalan nodule tendon (biasanya pada tendon m.flexor
digitorum profundus) sehingga tendon yang bengkak ini bisa mengganggu
gerakan normal pada tendon. Adanya pembengkakan ini mudah sekali tendon
terjepit sehingga jari susah untuk difleksikan (macet) atau terkunci pada posisinya
dan mengakibatkan jari terasa sakit dan mengeluarkan suara “klik” apabila usaha
lebih keras diberikan.2,3

Kejadian trigger finger kongenital umumnya disebabkan oleh adanya


nodul pada tendon fleksor polisis longus. Sementara pada orang dewasa, beberapa
kasus yang terjadi mungkin berhubungan dengan trauma berulang. Lebih dari satu
penyebab potensial telah dijelaskan, tetapi etiologi tetap diopatik, artinya
penyebabnya tidak diketahui.1 Keadaan ini sering disebut dengan tenosinovitis
stenosing (stenosans tenovaginitis khusus pada jari), tapi hal ini mungkin keliru,
karena radang bukan fitur dominan pada keadaan ini.2,4

E. Patofisiologi

Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Setiap


otot memiliki dua tendon, yang masing-masing melekat pada tulang. Pertemuan
tulang bersama dengan otot membentuk sendi. Ketika otot berkontraksi, tendon
akan menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon pada jari-jari
melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.1

Pada trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon
yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya
membentuk sistem katrol yang terdiri dari serangkaian sistem yang berfungsi
untuk memaksimal kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal.
Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon
terjebak di tepi proksimal katrol ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari,

11
sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat
untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari
atau dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan kekuatan
pada jari dengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan
menimbulkan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek
proksimal digit. Hal yang kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak
pada distal katrol, mengakibatkan kesulitan pasien meregangkan jari.2,4,6

Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah
jalur yang melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal katrol, maka jari dapat
macet dalam posisi yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal
dari katrol, maka jari pasien dapat macet dalam posisi tertekuk.2

Biasanya, tendon fleksor pada jari mampu bergerak bolak-balik di bawah


katrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor membatasi mekanisme
pergerakan normal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang
menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal katrol A1 ketika pasien mencoba
untuk meluruskan jari, sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika
upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan
lebih dari ekstensor jari atau dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan
mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi
terbuka dengan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam
aspek proksimal digit.2,3,4

Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur
yang melewati katrol A-1. Jika nodul terdapat pada distal katrol A-1 (seperti yang
ditunjukkan dalam gambar ini), maka jari dapat macet dalam posisi yang lurus.
Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari katrol A-1, maka jari
pasien dapat macet dalam posisi tertekuk. 2,6

F. Manifestasi Klinis

12
Diagnosa dibuat secara eksklusif dengan anamnesa yang menyeluruh dan
pemeriksaan fisik. Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari pada satu
waktu, meskipun biasanya lebih sering terjadi pada ibu jari, tengah, atau jari
manis. Trigger finger biasanya lebih menonjol di pagi hari, atau saat memegang
obyek dengan kuat.2

Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala-gejala ini
termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa
tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak
melakukan aktifitas, misalnya saat anda bangun pagi. Dan kadang kekakuan akan
berkurang saat melakukan aktifitas. Kadang-kadang jika tendon terasa bebas bisa
bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi "dislokasi" / pergeseran
sendi.Pada Kasus kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan
bantuan. Pasien dengan diabetes biasanya akan terkena lebih parah.

Gambar 6. Trigger Finger

13
Pada tingkat sendi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya di
atas sendi metakarpofalangealis (MCP). Jari yang terkena bisa macet dalam posisi
menekuk (lihat gambar di bawah) atau (kurang biasa) posisi diperpanjang. Ketika
pasien berusaha untuk memindahkan angka lebih kuat melampaui pembatasan,
angka mungkin cepat atau memicu melampaui pembatasan. 3

Trigger finger dapat sangat menyakitkan bagi pasien. Dalam kasus yang
parah, pasien tidak mampu untuk menggerakkan jari yang melampaui rentang
gerak. Pada ibu jari yang macet, pada palpasi yang lembut dapat ditemukan nodul
pada aspek palmar sendi MCP pertama dari sendi palmaris distal.2,3

G. Faktor Resiko
 Pergerakan berulang (repeated gripping)
Misalnya : pada pemain alat musik
 Penyakit peserta (Certain health problems)
Misalnya : rheumatoid arthritis, diabetes,hypothyroidism, amyloidosis dan
infeksi(tuberculosis).
 Jenis Kelamin
Lebih sering pada wanita

H. Diagnosis
Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger Finger cukup dengan
pemeriksaan fisik saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan dalam
diagnosis jari macet. Jika ada kecurigaan tentang kondisi, adanya diagnosis yang
terkait, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, atau penyakit lain pada jaringan ikat,
antara lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c), gula darah puasa, atau faktor
rheumatoid harus diperiksa. Secara umum, tidak ada pencitraan yang diperlukan
dalam kasus jari macet. Tidak ada tes lebih lanjut yang biasanya diperlukan. 2,4,6

I. Pemeriksaan Fisik

ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang


mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu
sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang

14
melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian
kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal
adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah. 5

1. Finkelstein Test

Test dilakukan unutk mendeteksi adanya dequevein atau Hoffman disease


atau dikenal juga dengan nama styloditis radial. Pada kondisi ini terjadi
peradangan pada tendo EPB dan APL yang berada dalam satu selubung
tendon. Finkelstein dengan cara pasien mengepalkan tangannya, dimana
ibu jari diliputi oleh jari-jari lainnya selanjutnya pemeriksa
menggerakkan wrist pasien kearah ulnar deviasi (Abduksi Ulnar). Positif
jika timbul nyeri yang hebat pada kedua tendo otot tersebut tepatnya
pada procesus styloideus radial. Yang memberikan indikasi adanya
tenosynovitis pada ibu jari.

2. Test Phalen

Apabila terdapat penyempiatan pada terowongan carpal dipergelangan


tangan bagian volar yang dilintasi cabang nervus madinus, maka
penekukan di wrist joint akan menimbulkan rasa nyeri atau parestisia
dikawasan n. medianus.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara palmar fleksi kedua wrist, lalu
saling tekankan kedua dorsum manus satu dengan lainnya sekuat-
kuatnya.

Tangan yang merasakan nyeri atau kesemutan memberi indikasi bahwa


terowongan karpal tersebut menyempit. Selain cara tersebut diatas tes
phalen dapat pula dilakukan dengan cara pergelangan tangan
dipertahankan selama kira-kira setengah menit dalam posisi palmar fleksi
penuh, Jika posisi ini dierahankan cukup lama, pada setiap orang akan

15
timbuk rasa kesemutan, akan tetapi pada sindrom terowongan carpal rasa
kesemutan akan timbul dalam waktu yang sangat singkat, pasti dalam
waktu 30 detik, terkadang parestesia baru timbul saat pergelangan tangan
digerakkan kembali dari posisi palmar fleksi maksimal.

3. Tes Tinel Terowongan Carpal

Tes ini dilkukan dengan cara melakukan pengetokan/penekanan pada


ligamentum volare pergelangan tangan atau pada n. medianus akan
menimbulkan nyeri kejut didalam tangan serta arestesia dikawasan n.
medianus apabila terowongan karpal menyempit seperti halnya dengan
sindrom carpal tunnel , meskipun didalam praktek tes ini tidak selalu
positif.

4. Tes Elastisitas (Gangguan pengkerutan kulit)

Rendam area yang mengalami sensasi dengan air suam-suam kuku


selama 30 menit lalu keluarkan dari dalam air, selanjutnya lipat kulitnya,
jika kulit tidak dapat dilipat indikasi gangguan pengkerutan.

5. Circle Formation

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa fungsi n. medians. Caranya


posisi ibu jari kejari telunjuk sehingga membentuk huruf O, jika tidak
dapat dilakukan gerakan tersebut indikasi kelemahan pada otot
Interossei anterior, FDP dan FPL.

6. Froment’s Sign

16
Dalam hal ini pasien mencoba untuk memegang selembar kertas diantara
ibu jari dan jari telunjuk, ketika pemeriksa mencoba untuk menarik kertas
tersebut keluar phalangs terminal ibu jari fleksi, hal ini disebabkan karena
paralysisi dari otot adductor pollicis yang memberi indikasi tes positif. Tes
ini member indikasi paralysis nervus ulnaris.

7. Allen Test

Pasien diminta untuk membuka dan menutup tangan beberapa kali


secepat mungkin. Ibu jari dan jari tangan pemeriksa diletakkan diatas
arteri radial dan arteri ulnar, selanjutnya pasien diminta untuk membuka
tangan sementara penekanan diatas arteri tetap dilakukan. Satu arteri
yang ditest dibebaskan untuk melihat aliran darahnya. Demikian pula
dengam aretri lainnya. Kedua tangan diperiksa dan bandingkan . test ini
untuk mengetahuti paten dari arteri radial dan arteri ulnaris dan untuk
mengetahui pembuluh darah arteri yang banyak mensuplai tangan.

8. Joint Play Movemant (JPM)

a. Distal Radio Ulnar

Translation

Pronasi radius didorong ventral, supinasi radius didorong dorsal.

b. Wrist Traction

Diberikan pd akhir pembatasan ROM palmar flex; dorsal flexi; ulnar


deviation; dan radial deviation.

c. Intercarpal Mobization Test

Lunate, Scapoid, Capitate. Gerak tranlasi kearah palmar dan dorsal.

d. CMC Ireposition Test

17
Pemeriksaan capsular pattern dengan mendorong ibu jari reposisi.

e. CMC II-V Traction Test

Metacarpal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM.

f. MCP I-V Traction Test

Phalanx proximal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM.

g. PIP & DIP (I)-V Traction Test

Phalax tengah & distal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM.

J. Pemeriksaan Penunjang
 HgbA1c
 GDA
 Rheumatoid faktor

K. Diagnosa banding
 De Quervain syndrom
Nyeri yang terasa di pergelangan tangan sering disebabkan oleh
tenosinovitis. Pada sisi radial terjadi tendovaginitis otot abductor polocis longus,
yang dikenal dengan sebagai tenosinovitis De Quervein, dan pada sisi ulnar dapat
dijumpai tendovagintis otot ekstensor karpi ulnaris. Kedua jenis peradangan itu
merupakan manisfestasi arthritis rheumatoid. Pada bagian dorsal pergelangan
tangan sinovitis rheumatoid dapat membangkitkan benjolan di tengah-tengah
ligamentum karpi dorsal di atas os navikular dan lunatum. Sinovitis di
pergelangan tangan selalu menimbulakan nyeri tekan, nyeri gerak aktif dan nyeri
gerak isometrik. Karena itu, maka pergelangan tangan tidak dapat
distabilkan secara kuat, sehingga tenaga pengepalan tidak kuat dan tangan sukar
diluruskan pada pergelangan tangan.2

Pada tenosinovitis De Quervein nyeri tekan di dapat pada penekanan


diprosesus stiloideus radii. Gerakan pasif ibu jari tidak membangkitkan nyeri.
Sebaliknya gerakan aktif dan isometrik menimbulkan nyeri yang hebat. Deviasi

18
radial secara pasif tidak menimbulkan nyeri. Sebaliknya defiasi ulnar secara aktif
menimbulkan nyeri yang hebat 2

 Carpal tunnel syndrome


Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK)
adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada
terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun
akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan
terhadap nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome
diartikan sebagai neuropati tekanan saraf medianus dalam terowongan karpal di
pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik, dan
ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat
innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar.
Gejala klinis CTS menurut Grafton (2009) adalah sebagai berikut :
1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.
2. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya selama
penggunaan.
3. Penurunan cengkeraman kekuatan.
4. Kelemahan dalam ibu jari
5. Sensasi jari bengkak, ( ada atau tidak terlihat bengkak)
6. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.

Gambar 7. Carpal tunnel syndrome

19
L. Penatalaksanaan 3,4
a. Terapi Farmakologi
 Pengobatan NSAID
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn, atau
ketoprofen.

 Injeksi Korstikosteroid
Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan sejak 1953.
Tindakan Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah karena sangat efektif (hingga
93%), terutama pada pasien non-diabetes dengan onset baru-baru ini terkena
gejala dan satu digit dengan nodul teraba. Hal ini diyakini bahwa injeksi
kortikosteroid kurang berhasil pada pasien dengan penyakit lama (durasi > 6
bulan), diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit karena tidak mampu
untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroid yang terjadi pada katrol A1.
Injeksi diberikan secara langsung ke dalam selubung tendon, Namun, laporan
menunjukkan bahwa injeksi extra synovial mungkin efektif, sambil mengurangi
risiko tendon rupture(pecah). Pecah Tendon adalah komplikasi yang sangat jarang,
hanya satu kasus yang dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis
lemak, hipopigmentasi kulit sementara elevasi glukosa serum pada penderita
diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang setelah injeksi pertama, atau muncul
kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya lebih mungkin untuk berhasil
sebagai tindakan awal.

b. Terapi nonfarmakologi 3,4


 Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah yang
bengkak dan nyeri.

 Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti


latihan jari yang berulang-ulang.

 Splinting
Tujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang disebabkan oleh
pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 yang sakit sampai hilangnya

20
peradangan. Secara umum splinting merupakan pilihan pengobatan yang
tepat pada pasien yang menolak atau ingin menghindari injeksi
kortikosteroid. Sebuah studi pekerja manual dengan interfalangealis distal
(DIP) di splint dalam ekstensi penuh selama 6 minggu menunjukkan
pengurangan gejala pada lebih dari 50% pasien.
Dalam studi lain, splint sendi MCP di 15 derajat fleksi (meninggalkan sendi
PIP dan DIP bebas) yang ditampilkan untuk memberikan resolusi gejala di
65% dari pasien pada 1-tahun tindak lanjut. Untuk pasien yang paling
terganggu oleh gejala mengunci di pagi hari, splinting sendi PIP pada malam
hari dapat menjadi efektif. splinting menghasilkan tingkat keberhasilan yang
lebih rendah pada pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau lama. 1,2,6

Gambar 8. Teknik Splint

 Pembedahan
Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger finger. Indikasi untuk
perawatan bedah umumnya karena kegagalan perawatan konservatif untuk
mengatasi rasa sakit dan gejala. Waktu operasi agak kontroversial dengan data
yang menunjukkan pertimbangan bedah setelah kegagalan baik tunggal
maupun beberapa suntikan kortikosteroid. 3

21
Tindakan pembedahan ini pertama kali diperkenalkan oleh Lorthioir pada
tahun 1958. Fungsi operasi biasanya bertujuan melonggarkan jalan bagi tendon
yaitu dengan cara membuka selubungnya. Dalam penyembuhannya, kedua
ujung selubung yang digunting akan menyatu lagi, tetapi akan memberikan
ruang yang lebih longgar, sehingga tendon akan bisa bebas keluar masuk.
Dalam prosedur ini, sendi MCP adalah hyperextensi dengan telapak ke atas,
sehingga membentang keluar katrol A1 dan pergeseran struktur neurovaskular
bagian punggung. Setelah klorida dan etil disemprotkan lidokain disuntikkan
untuk manajemen nyeri, jarum dimasukkan melalui kulit dan ke katrol A1.
Tingkat keberhasilan telah dilaporkan lebih dari 90% dengan prosedur ini,
namun penggunaan teknik ini berisiko cedera saraf atau arteri. 2,3

22
Gambar 9. Pembedahan

 Fisioterapi
Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah bengkak, nyeri, dan
kekakuan gerak pada bagian-bagian tangan yang lain, dimana tidak bisa
dihilangkan dengan tindakan operasi. 2

M. Komplikasi

23
Komplikasi potensial utama jari memicu adalah nyeri dan penurunan
penggunaan fungsional dari tangan yang terkena. Potensi komplikasi injeksi
kortikosteroid adalah sebagai berikut: 3
 Infeksi, penggunaan teknik steril dapat meminimalkan masalah ini.
 Pendarahan, ini dapat diminimalkan dengan menerapkan tekanan
langsung segera setelah prosedur tersebut. Perhatian harus dilakukan sebelum
suntik pasien dengan gangguan perdarahan.
 Melemahnya tendon, ini meningkatkan risiko ruptur tendon
berikutnya, kemungkinan yang menjadi perhatian khusus jika suntikan
dilakukan salah (khusus, jika injeksi ini dikelola ke tendon itu sendiri bukan
hanya dalam selubung tendon). Risiko dapat meningkat dengan beberapa
suntikan, namun setidaknya beberapa peneliti klinis (misalnya, Anderson dan
Kaye) tidak menemukan episode rupture tendon setelah injeksi kortikosteroid
untuk kondisi ini, bahkan dengan suntikan ulang.
 Atrofi lemak yang terjadi secara lokal di tempat suntikan - atrofi
semacam itu dapat terjadi jika kortikosteroid yang disuntikkan ke dalam
jaringan subkutan. komplikasi ini dapat menyebabkan depresi kosmetik di
kulit.
 infiltrasi saraf dan cedera saraf berikutnya. Komplikasi ini jarang
terjadi, bisa dipantau oleh sensasi menilai seluruh digit.

N. Prognosis

Prognosis pada trigger finger sangat baik, kebanyakan pasien merespon


terhadap injeksi kortikosteroid dengan atau tanpa bebat terkait. Beberapa
kasus jari macet mungkin dapat sembuh secara spontan dan kemudian terulang
kembali tanpa korelasi yang jelas dengan pengobatan atau faktor memperburuk. 2,3

24
BAB III
KESIMPULAN

Trigger finger adalah penyakit yang terjadi pada jari yaitu sesudah jari
dibengkokkan tiba-tiba tidak dapat diluruskan kembali tapi setelah manufer
sedikit jari tersebut tiba-tiba mampu kembali ke ekstensi lagi. Hal ini biasanya
disebabkan oleh adanya penebalan setempat pada suatu tendo fleksor, dalam
kombinasi dengan adanya penebalan didalam selubung tendo pada tempat yang
sama. Penyakit ini dapat menimbulkan permasalahan kapasitas fisik berupa nyeri,
dan keterbatasan LGS serta permasalahan kemampuan fungsional seperti
memegang benda, mengetik, menulis, memotong kuku, dan menggosok gigi.2,4,6

Trigger finger (jari macet) merupakan suatu tipe tendinitis yang terjadi
pada tendon-tendon yang berfungsi untuk fleksi jari-jari tangan. Untuk mengatasi
semua itu diterapkan modalitas infra merah, terapi manipulasi, terapi latihan,
terapi injeksi, dan terapi pembedahan.3,4

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran/ Richard S.


Snell : ahli bahasa, Liliana Sugiarto : editor edisi bahasa indonesia. Huriawati
Hartanto...(et al). 6th ed. Jakarta : EGC 2006.
2. Makkouk AH, Oetgen ME, Swigart CR, Dooed SD. Trigger finger: etiology,
evaluation, and treatment. Curr Rev Musculoskelet Med. 2008 Nov ;
10.007(1): 92-6
3. Akhtar S, Bradley MJ, Quinton DN, Burke FD. Management and referral for

trigger finger/thumb. BMJ. 2005 Jul 2;331:30­3
4. Geso LD, Fillippuci E, Meenagh G, Gutierrez M, Ciappeti A. CS injection of
tenosynovitis in patients with chronic inflammatory arthritis: the role of US.
2012 March;1-3.
5. Range of Motion
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19710328200
0121-LUCKY_ANGKAWIDJAJA_RORING/8-Range_of_Motion.pdf
6. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi.  Jakarta : PT. Yarsif Watampone;

2007.

7. Brunicardi  FC, Andrese DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB,

et al. Schwartz’s principles of surgery. 9th ed. United states of America: The

MacGraw; 2010.

26

Anda mungkin juga menyukai