Cengkeh Bagian A PDF
Cengkeh Bagian A PDF
AGRIBISNIS
CENGKEH
Edisi Kedua
SAMBUTAN
MENTERI PERTANIAN
i
pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik;
dan (d) pengembangan produk-produk baru, yang terkait dengan berbagai
isu global dan kecenderungan perkembangan masa depan.
Sebagai suatu arahan umum, kami harapkan seri buku tersebut
dapat memberikan informasi mengenai arah dan prospek pengembangan
agribisnis komoditas tersebut bagi instansi terkait lingkup pemerintah
pusat, instansi pemerintah propinsi dan kabupaten/kota, dan sektor swasta
serta masyarakat agribisnis pada umumnya. Perlu kami ingatkan, buku ini
adalah suatu dokumen yang menyajikan informasi umum, sehingga dalam
menelaahnya perlu disertai dengan ketajaman analisis dan pendalaman
lanjutan atas aspek-aspek bisnis yang sifatnya dinamis.
Semoga buku-buku tersebut bermanfaat bagi upaya kita mendorong
peningkatan investasi pertanian, khususnya dalam pengembangan agribisnis
komoditas pertanian.
ii
KATA PENGANTAR
iii
TIM PENYUSUN
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
v
kualifikasi daerah sangat sesuai (C1). Adanya kemungkinan peningkatan
kebutuhan sesuai prediksi GAPPRI sebesar 5 %/tahun diharapkan dapat
terpenuhi oleh kelebihan areal dari 230.000 ha yang ada diluar ke-10
propinsi PRK. Kelebihan tersebut termasuk untuk kemungkinan ekspor
dan diversifikasi hasil untuk keperluan industri makanan, farmasi dan
pestisida nabati.
Total biaya yang diperlukan untuk itu adalah Rp 1,037 triliun yang
terdiri dari investasi masyarakat Rp 767.532 miliar, investasi swasta Rp
184.020 miliar investasi pemerintah untuk fasilitasi pengadaan infra
struktur serta dukungan penelitian pengadaan benih unggul dan sebagainya
sebesar Rp 85,5 miliar.
Pada dasarnya agribisnis cengkeh sangat menguntungkan. Apalagi
dengan adanya peluang pengembangan industri hilir untuk keperluan
makanan, farmasi dan pestisida nabati, termasuk ekspor. Pihak swasta
diharapkan dapat ikut investasi dalam agribisnis cengkeh yang meliputi
agribisnis hulu dalam penangkaran benih, sektor on farm pendirian
perkebunan besar (PBS) dalam rangka peremajaan (replanting) serta
agribisnis hilir dibidang industri penyulingan minyak, industri makanan dan
farmasi serta pengolahan pestisida nabati cengkeh. Kegiatan on farm
dalam bentuk pendirian perkebunan besar cengkeh dalam rangka
peremajaan mengganti tanaman tua mampu memberikan B/C sebesar
1.54 dengan IRR 21.20%. Sedangkan untuk usaha industri penyulingan
minyak pada tingkat bunga modal 18% mampu memberikan B/C 1.26
dengan IRR 23%.
Dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan adalah
pemberdayaan penyuluhan dan organisasi kelompok tani untuk
memprioritaskan pengembangan cengkeh hanya di daerah sentra produksi
cengkeh untuk PRK. Pengembangan diluar 10 propinsi PRK diserahkan
pada swadaya masyarakat dan dapat digunakan untuk mengantisipasi
(bumper) kenaikan permintaan sesuai perkiraan GAPPRI, memenuhi
kebutuhan ekspor dan diversifikasi untuk produksi minyak cengkeh, eugenol
dan pestisida nabati. Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk akses
pembiayaan bagi UKM, stabilisasi harga dan kemudahan bagi swasta untuk
ikut berinvestasi.
vi
DAFTAR ISI
vii
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh A GRO INOVAS I
I. PENDAHULUAN
Cengkeh merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek yang
mencakup 80% produksi rokok nasional. Di samping pengaruh negatif
rokok terhadap kesehatan, peranan rokok kretek dalam perekonomian
nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari
perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait
baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek, yaitu
di sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan, serta sektor informal
sekitar 6 juta tenaga kerja.
Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia mengalami penurunan
drastis akibat ketidakpastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak
menentu menyebabkan keengganan petani untuk memelihara tanamannya
sehingga pertanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit
seperti Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), Cacar Daun Cengkeh
(CDC), Gugur Daun Cengkeh (GDC) dan penggerek batang cengkeh. Pada
tahun 1995 produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton, kemudian
turun menjadi 52.903 ton pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya
mencapai 79.009 ton pada saat panen besar tahun 2002 (Ditjenbun,
2004). Di lain pihak kebutuhan cengkeh untuk rokok kretek naik menjadi
rata-rata 92.133 ton/tahun (GAPPRI, 2005). Terjadinya kekurangan pasokan
tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk dapat
memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat
dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman,
didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik rokok.
Selain ketidakpastian harga jual, masalah yang dihadapi petani
cengkeh adalah : (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama, yaitu
setelah umur 5 - 7 tahun, dan (2) fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang
dikenal dengan siklus 2 - 4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun
tertentu diikuti dengan penurunan produksi 1 - 2 tahun berikutnya.
Prioritas Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2004 – 2009
adalah “Revitalisasi Pertanian” yang diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan meletakkan landasan yang kokoh bagi
pembangunan ekonomi nasional. Salah satu tujuan revitalisasi pertanian
adalah meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian secara
berkelanjutan dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk
1
A GRO INOVAS I Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh
2
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh A GRO INOVAS I
700000
600000
Areal (ha)
500000
400000
300000
200000
100000
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03
Tahun
Data Ditjenbun Data Balittro-Sampoerna Data BPS
3
A GRO INOVAS I Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh
Sulawesi Utara (termasuk Gorontalo), dan Maluku; dan (3) Inpres No. 14
tahun 1996, untuk mengkonversi tanaman cengkeh dengan tanaman lain.
Akibat kelebihan produksi, penurunan harga dan tidak dipeliharanya
tanaman, areal turun dari sekitar 700.000 ha pada tahun 1990, menjadi
hanya 428.000 ha tahun 2000 (Ditjenbun, 2003) dan turun lagi menjadi
228.000 ha pada tahun 2003 (BPS). Hasil penelitian Balittro dan PT.
Sampoerna menunjukkan selama kurun waktu 2001-2005 (Tabel 1) terjadi
penurunan areal cengkeh nasional untuk TBM dan TM masing-masing
39,57% dan 7,91%, sedangkan untuk areal TT/TR bertambah 12,15%.
Secara keseluruhan areal cengkeh nasional berkurang 4,17%. Sedangkan
di luar Indonesia, peran negara-negara produsen selain Zanzibar dan
Madagaskar pada pasar dunia sangat kecil (Lampiran 1).
Tabel 1. Luas areal, produksi, dan produktivitas cengkeh tahun 2000 – 2006
Areal (ha)
Tahun Produksi (ton)
TBM TM TR Total
4
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh A GRO INOVAS I
Lebih jauh, data BPS menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1998o-
2004 harga cengkeh berfluktuasi sangat tajam, mencapai Rp 123.460,-
pada saat panen kecil (tahun 1999) dan anjlok menjadi Rp 12.500,- pada
saat panen besar (tahun 2003). Berdasarkan biaya produksi, harga yang
layak menurut petani adalah Rp 30.000,- s/d Rp 40.000,-/kg cengkeh
kering. Dengan tingkat harga tersebut petani memperoleh 1/3 bagian
keuntungan dari usahataninya, biaya panen mencapai Rp 10.000,-/kg
cengkeh kering dan biaya pemeliharaan hampir setara dengan biaya panen
(Balittro, 2004). Harga minyak cengkeh di pasar dunia sangat ditentukan
oleh harga bunga cengkeh di dalam negeri. Pada saat harga bunga cengkeh
rendah yaitu tahun 2000 dan 2003, harga minyak cengkeh di pasaran
dunia turun drastis (Tabel 2).
Ekspor dan impor cengkeh selalu berfluktuasi setiap tahunnya. Pada
saat panen besar di dalam negeri, ekspor cengkeh meningkat seperti yang
terjadi pada tahun 1998 dan 2003. Sebaliknya pada saat panen kecil
5
A GRO INOVAS I Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh
impor cengkeh meningkat seperti yang terjadi pada tahun 1999 - 2001.
Diduga cengkeh impor tersebut merupakan cengkeh Indonesia yang diekspor
pada saat panen besar, karena Indonesia hanya sedikit produksi dan
penggunaan bunga cengkeh oleh negara lain.
6
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh A GRO INOVAS I
7
A GRO INOVAS I Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh
213.107
200000
185.093
STOK (TON)
146.852 148.317
150000 145.241
109.628 111.206
100000
83.052
57.828
50000 42.675
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
TAHUN
STOK KONSUMSI PRODUKSI
8
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh A GRO INOVAS I
9
A GRO INOVAS I Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh
Populasi TM
Areal TM (ha) (ph/ha) tahun Kebutuhan bibit
Propinsi tahun 2005*) 2005*) total (x1000)
10