Wahyu Widhiarso
Fakultas Psikologi UGM
2008
PENGERTIAN SKOR
3 4 5
Skor Hasil Pengukuran
Persamaan SKOR
51 53 EROR
Ti Xi Ei
• Xi = Skor Tampak (dari hasil pengukuran)
• Ti = Skor Murni (menunjukkan atribut ukur dengan tepat)
• Ei = Eror (ketidakakuratan pengukuran)
5=?+?
• Seorang subjek mendapatkan skor 5 pada Skala Empati.
Berapakah skor murni subjek tersebut?
• Bisakah kita menyelesaikan persamaan di atas? Tantangan
psikometri adalah menyelesaikan persamaan dengan dua
bilangan anu yang tidak diketahui.
TANTANGAN PSIKOMETRI
A =B +C
5=?+?
• Dengan menggunakan asumsi, kita bisa menyelesaikan
persamaan di atas. Dari persamaan di atas, misalnya
diasumsikan bahwa kriteria B adalah (1) bilangan bulat dan
(2) bilangan gasal.
• Dengan menggunakan asumsi tersebut, maka kita dapat
mengetahui besarnya B dan C.
CONTOH FUNGSI ASUMSI
Persamaan Pythagoras
c a2+b2=c2
a
dapat berlaku jika diasumsikan
segitiga tersebut siku-siku dan
berada pada bidang datar
b
EROR PENGUKURAN
Simulasi
Pengantar
Asumsinya :
• Tidak ada unsur pembelajaran
• Tidak ada unsur kelelahan pada subjek
ILUSTRASI
HASIL PENGUKURAN KECEMASAN 8 ITEM PADA 5 ORANG SUBJEK
ITEM
Subjek
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
1
2
3
4
5
EROR PENGUKURAN
• Eror pengukuran bersifat acak. Eror pengukuran muncul karena banyak
faktor, faktor mana yang berpengaruh dan besarnya eror tiap faktor
tidak dapat diprediksi sehingga eror dapat dikatakan bersifat acak.
– Contoh. Sebuah Tes Matematika diberikan kepada siswa di kelas. Eror pengukuran muncul
secara acak. Ada siswa ‘diuntungkan’ dengan karakteristik soal yang berupa multiple
choice, ada siswa yang ‘diuntungkan’ karena kebetulan materi yang ditanyakan sesuai
dengan yang dipelajari dengan tekun sehingga skor mereka meningkat. Di sisi lain, ada
siswa yang ‘dirugikan’ tes dilakukan ketika siang hari ketika siswa dalam kondisi lelah,
sehingga skor mereka menurun.
• Karena bersifat acak, eror tidak memiliki hubungan dengan eror lainnya
maupun dengan skor murni.
– Besarnya eror pada pengukuran satu tidak terkait dengan besarnya eror pada pengukuran
yang lain. Di sisi lain, besarnya eror tidak terkait dengan tingginya kualitas atribut psikologis
subjek.
Eror tidak memiliki hubungan dengan eror lainnya
Hari 1 Hari 2
Trial T
E1 X1 E2 X2
1 5 0 5 -1 -1
2 5 1 6 -1 0
3 5 -3 2 2 -1
4 5 -1 4 2 1
5 5 3 8 -3 0
6 5 1 6 0 1
7 5 2 7 1 3
8 5 -2 3 1 -1
9 5 2 7 -2 0
10 5 1 6 1 2
re1e2=0
EROR PENGUKURAN
• EROR SISTEMATIK
– Eror sistematik besarnya adalah konsisten pada tiap
pengukuran.
– Eror ini tidak mempengaruhi distribusi skor, melainkan
mempengaruhi rerata skor
T E X T E X
2 1 3 2 -2 0
1 1 2 1 1 2
3 1 4 3 -1 2
4 1 5 4 2 6
2 1 3 2 0 2
Eror Sistematik
3 4 5 6 7 8 9
Skor Hasil Pengukuran
RELIABILITAS & VALIDITAS
VALIDITAS
Pengukuran yang tidak
mengenai sasaran (Kurang
Tepat Ukur)
RELIABILITAS
Pengukuran mengenai
sasaran tetapi seksama
(Kurang Konsisten)
TARGET UKUR
HASIL UKUR
MODEL TEORI SKOR MURNI KLASIK
X=Τ+E
Skor tampak adalah penjumlahan antara skor murni dan error
ρet = 0
Tidak ada hubungan antara eror pengukuran (e) dan sekor murni (T)
ρe1e2 = 0
Besarnya error pada satu tes tidak berhubungan dengan error pada tes lainnya
ρe1t2 = 0
Besarnya error pada satu tes tidak berhubungan dengan skor murni pada tes lainnya
MODEL TEORI SKOR MURNI KLASI
Paralel
• T1=T2 skor murni sama
• Cov(E1E2)=0 varian eror tidak memiliki kaitan
• Var(E1)=Var(E2) varian eror sama besar
• k1= k1 aitem belahan sama panjang
T-equivalent
• T1=T2+C perbedaan antar skor murni selalu tetap
• Cov(E1E2)=0 varian eror tidak memiliki kaitan
• k1= k1 aitem belahan sama panjang
Congeneric
• T1=CT2 +C hubungan skor murni mengikuti persamaan linier
• Cov(E1E2)=0 varian eror tidak memiliki kaitan