DISASTER PLAN
TENTANG
i
RUMAH SAKIT UMUM ISLAMI
"MUTIARA BUNDA"
ALAMAT : JL. RAYA PANTURA CENDERAWASIH
KECAMATAN TANJUNG - KABUPATEN BREBES 52254
TELP/FAX (0283) 877222, E-MAIL : rsia_mutiarabunda@yahoo.co.id
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di : Brebes
Pada tanggal : 31 Agustus 2018
Direktur,
RSU Islami Mutiara Bunda
dr.Linaldi Ananta
NIK 0488 0616 060
Tembusan :
1. Semua Unit Kerja RS
2. Arsip
ii
KATA PENGANTAR
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Tim Penyusun
iii
SAMBUTAN
DIREKTUR RSU ISLAMI MUTIARA BUNDA
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat segala karunia dan petunjuk-
Nya sehingga penyusunan Program Kerja Manajemen Disater Plan di RSU Islami
Mutiara Bunda telah dapat diselesaikan pada waktunya.
Proses penyusunan Program Kerja Manajemen Disaster Plan di RSU
Islami Mutiara Bunda ini melibatkan beberapa pihak di rumah sakit. Dengan telah
disusunnya buku program kerja ini diharapkan dapat menunjang mutu di rumah
sakit terutama dalam hal mewujudkan rumah sakit yang mengutamakan
keselamatan dan keamanan pasien.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
semua pihak atas bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam
penyusunan Program Kerja Manajemen Disaster Plan di RSU Islami Mutiara
Bunda.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas ini. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
dr.LINALDI ANANTA
NIK.04880616060
iv
DAFTAR ISI
v
PROGRAM KERJA MANAJEMEN DISASTER PLAN
RSU ISLAMI MUTIARA BUNDA TAHUN 2018
A. PENDAHULUAN
Bencana adalah merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh factor alam, faktor non alam maupun factor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis bagi korbannya.
Begitu besarnya dampak dari sebuah bencana, bahkan pemulihan dari pasca
peristiwa bencana sangat lama dan tidak membutuhkan sedikit uang atau
materi. Peristiwa musibah dengan korban masal atau bencana baik karena
perbuatan manusia maupun karena factor alam seringkali terjadi disekitar
kita. Diperlukan kesiapan untuk dapat menangani korban yang timbuk secara
cepat, tepat, dan cermat guna mencegah kecacatan dan kematian yang
sebenarnya dapat dicegah. Dalam peristiwa semacam ini hampir selalu
terjadi, jumlah korban yang memerlukan pertolongan jauh lebih banyak
dibanding tenaga penolong yang ada. Karena itu harus disiapkan cara tertentu
sehingga pada saat dibutuhkan, tindakan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien serta maksimal dalam penanganan ketika bencana itu terjadi.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan sudah sepantasnya
menyiapakan segala kemungkinan yang akan terjadi dalam sebuah system
penanganan bencana. Tempat yang didatangi pertama kali oleh masyarakat
saat terjadi bencana, kemungkinan besar rumah sakit, terlebih orang yang
mengalami luka atau cedera akibat bencana yang terjadi. Kesiapsiagaan dan
tanggap bencana rumah sakit bukan hanya disiapkan untuk menangani
bencana yang terjadi di luar. namun disiapkan juga apabila bencana terjadi di
Rumah sakit itu sendiri. Kesiapan Rumah sakit dipersiapkan khusus baik
tenaga maupun fasilitas peralatannya untuk mempersiapkan apabila terjadi
bencana dilingkungan/wilayah rumah sakit. Apabila para korban bencana
dibawa ke rumah sakit, maka rumah sakit tersebut harus siap baik tenaga
1
maupun peralatannya. Strategi khususupun dipersiapkan rumah sakit apabila
yang terjadi bencana itu berada didalam lingkungan rumah sakit itu sendiri
yaitu apabila terjadi gempa bumi ataupun kebakaran. Maka dari itu tenaga
khusus serta pelatihan pun dipersiapkan dalam kondisi tersebut guna
menyelamatkan penghuni rumah sakit maupun fasilitas ataupun dokumen
penting lainnya.
B. LATAR BELAKANG
Bencana dirumah sakit ada yang berasal dari dalam rumah sakit
maupun dari luar rumah sakit. Kondisi geografis dan posisi rumah sakit
menentukan pula jenis bencana yang mungkin timbul. Rumah sakit yang
beada di daerah lempengan lapisan bumi yang mudah bergeser akan rawan
terkena bencana gempa bumi. Rumah sakit yang berada di daerah dimana
masih terdapat gunung berapi aktif rawan terhadap bencana gunung meletus.
Rumah sakit dikota besar dimana disekitarnya banyak terdapat obyek vital
dengan situasi politik yang kurang baik akan rawan terhadap ancaman terror
bom. Rumah sakit yang ada disekitar pemukiman padat penduduk, banyak
terdapat pabrik akan rawan terhadap bencana keracunan makanan.
RSU Islami Mutiara Bunda yang letaknya dipusat kabupaten batang
berada dijalur pantura utama tentunya dengan tingkat kecelakaan lalu lintas
relatif tinggi, lingkungan sekitar terdapat banyak pabrik maka ancaman yang
dihadapi adalah bencana kecelakaan massal, keracunan massal, disamping
bencana yang berasal dari rumah sakit sendiri. Namun tidak menutup
kemungkinan bencana alampun dapat terjadi yaitu putting beliun, hujan
badai. Oleh sebab itu Kesiapan petugas dan sistem manajemen dalam Rumah
Sakit terhadap penanganan bencana harus dibuat untuk kesiap siagaan
manakala bencana tersebut terjadi, kapan dan dimana serta darimana tidak
ada yang tahu kecelakaan itu muncul.
2
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
RSU Islami Mutiara Bunda mampu mengembangkan dan
memelihara program manajemen bencana.
2. Tujuan khusus:
1. Teridentifikasinya jenis bencana yang dapat terjadi di RSU Islami
Mutiara Bunda.
2. Terbentuknya sistem manajemen penanganan bencana.
3. Seluruh staff di RSU Islami Mutiara Bunda mampu mengkondisikan
dan memposisikan diri saat terjadinya bencana dan dalam
penanganan bencana.
4. Terlaksananya pelatihan petugas dalam menghadapi bencana.
RINCIAN KEGIATAN
Dalam pelaksanaan program atau perencanaan sesuai dengan kegiatan
pokok dalam program manajemen disaster plan berikut kegiatannya :
1. Menyusun regulasi tentang manajemen disaster plan.
Rumah Sakit menetapkan kebijakan mengenai manajemen kesiapan
penanggulangan bencana yang meliputi
a. Menentukan jenis dan kemungkinan terjadi dan konsekuensi
bahaya, ancaman dan kejadian.
3
b. Menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan
pasien yang ada dan bagaimana bila terjadi bencana.
4
Bencana Daerah) Kabupaten Batang, dsb ataupun SKPD
lainnya.
5
harus terlaporkan kepada ketua tim dan direktur RSU
Islami Mutiara Bunda.
Tim operasional disaster plan merupakan tim yang
bertugas menanggulangi bencana/musibah pada saat
kejadian pertama kali/di luar jam kerja sebelum tim
penanggulangan bencana/musibah RSU Islami Mutiara
Bunda Batang datang dan mengambil alih kendali
penanggulangan. Dengan adanya pembagian ini
diharapkan semua lini rumah sakit bertanggungjawab serta
yang paling penting melayani, tanggap terhadap bencana
yang terjadi.
b) Ketua tim melakukan koordinasi sumber daya baik yang
on duty maupun off duty dalam hal:
- Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
- Evakuasi dan medis.
- Keamanan.
- Komunikasi dan transportasi.
- Logistik.
- Teknik.
c) Koordinasi dengan pihak terkait jika diperlukan. Misalnya
dengan dinas kebakaran, kepolisian, kelurahan, rumah
sakit lain, puskesmas dan lain sebagainya.
3) Fase penatalaksanaan.
a) Fase ini dilaksanakan sesegera mungkin untuk mencegah
kerugian jiwa dan material lebih banyak.
b) Fase penatalaksanaan disesuaikan dengan jenis
bencana/musibah massal.
c) Saat jam kerja penatalaksanaan dilakukan oleh tim
manajemen disaster / tim penanggulangan bencana RSU
Islami Mutiara Bunda Batang
6
d) Di luar jam kerja penanganan pertama dilakukan oleh tim
operasional penanggulangan bencana/musibah massal
yang terdiri dari petugas yang ada saat kejadian sampai
tim penanggulangan bencana/musibah massal RSU Islami
Mutiara Bunda Batang datang untuk mengambil alih
kendali penatalaksanaan.
7
Pelaporan meliputi
Seluruh proses yang terjadi pada saat sebelum bencana,
saat bencana, pasca bencana, hambatan dan tantangan saat
proses bencana berlangsung. Pelaporan menjadi evaluasi bagi
RSU Islami Mutiara Bunda pada khususnya serta kerana yang
lebih tinggi yaitu untuk pemerintah daerah yang bersangkutan
baik kabupaten, provinsi maupun secara nasional.
8
langsung triage terhadap korban bukan hanya itu
penyiapan ruangan untuk jumlah korban yang tidak bisa
ditangani di ruang IGD, akan dimobile ketitik atau area
penanganan yang telah ditentukan yaitu:
- Lobi ruang operasi dijadikan ruang perawatan
dengan kode triage kuning.
- Ruang poliklinik akan digunakan sebagai triage
hijau, jika masih belum cukup akan digunakan lobi
umum.
Secara umum layout atau lokasi yang digunakan
untuk penanganan korban bencana yaitu sebagai berikut :
- Ruang IGD digunakan sebagai ruang penanganan
korban dengan kode triage merah dan kuning (Jika
kapasitas memenuhi).
- Ruang Lobi OK/ICU digunakan untuk penanganan
korban dengan kode triage kuning.
- Paint klinik digunakan untuk nurse station atau
ruang koordinasi tim evakuasi dan medis bencana.
- Poliklinik akan digunakan untuk kode triage hijau
jikalau tidak mencukupi maka akan digunakan lobi
utama RSU Islami Mutiara Bunda.
- Ruang koordinasi umum akan dilakukan diruang
humas dan marketing.
- Pers konference sering dilakukan oleh media yang
akan meliput kejadian bencana, untuk
pelaksanaannya dilakukan di ruang seminar lantai 3.
- Papan informasi data korban akan berada di depan
IGD atau Instalasi farmasi.
b) Melakukan koordinasi dalam hal penanganan korban
bencana :
9
i. Sumber daya manusia (petugas).
Bila korban sampai dengan 10 orang, maka
petugas penolong korban adalah dari IGD. Bila
korban > 10 -50 orang, maka petugas penolong
korban adalah medis/paramedis on duty.
Penambahan tenaga paramedis dikoordinir oleh
kepala keperawatan atau petugas Duty Manager bila
di luar jam kerja dengan meminta ke unit kerja
keperawatan atau yang terlibat lainnya untuk
membantu serta penanganan lainnya.
Bila korban 50 - 100 orang, maka pelaksana
adalah seluruh petugas rumah sakit dan jika
korban> 100 orang diperlukan kerjasama dengan
sarana kesehatan lain.
ii. Komunikasi dan transportasi.
Sangat dibutuhkan dalam rangka koordinasi,
dengan komunikasi pertolongan, koordinasi serta
saling bertukar informasi dapat terjadi, guna
penanganan yang optimal. Secara keseluruhan
dilakukan oleh humas namun dijam dan waktu
tertentu diback up sementara oleh CSO ( Customer
Officer ). Transportasi juga harus siap dalam rangka
mobilisasi baik korban atau mobilisasi lainnya.
Transportasi sangat penting dalam pelaksanaan dan
proses penanganan bencana.
iii. Keamanan.
Dalam proses bencana baik saat terjadinya
ataupun pasca bencana suasana kepanikan pasti
terjadi, keselamatan diri atau nyawa yang tentunya
menjadi prioritas, oleh sebab itu terkadang harta
benda ditinggalkan. Bencana yang terjadi di internal
10
Rumah Sakit juga menimbulkan kepanikan, tidak
luput perhatian terkadang aset kekayaan juga
ditinggalkan. Maka dari itu aspek keamanan menjadi
prioritas dalam kondisi bencana. Aspek keamanan
ini dilakukan oleh security bukan hanya menjaga
aset kekayaan atau harta benda korban, namun juga
pengamanan pada proses evakuasi.
iv. Logistik.
Peralatan dan perlengkapan, sarana dan
prasarana harus disiapkan terutama apabila jumlah
korban sangat banyak, diatas 30 an orang. tentunya
harus dipersiapkan, misal tempat tidur, peralatan dan
perlengkapan medis maupun penunjangnya, sebagai
contoh diantaranya:
- Tempat tidur pasien, linen.
- Oksigen mobile.
- Ruang tungu (kursi, meja perawatan dsb)
- dan masih banyak lainnya.
Oleh karena itu logistik merupakan pihak yang
ikut andil dalam proses penanganan bencana, yang
paling dipikirkan apabila terjadi bencanadengan
skala luas yaitu tingkat kabupaten. banyak korban
yang tentunya membutuhkan perawatan yang
berhari-hari diruangan tersebut (ruang darurat),
tentunya banyak lagi sarana lain yang dibutuhkan.
Didalam kerjasama yang akan dibahas bahwa
MOU dengan pihak terkait sebisa mungkin
dimunculkan bantuan logistik atau kerjasama
logistiknya. Untuk memudahkan apabila RSU Islami
Mutiara Bunda didalam penanganan bencana
terkendala logistik bisa diback up oleh instansi lain.
11
v. Teknik (sarana dan prasarana).
Dengan gambaran diatas teknik juga sangat
diperlukan, guna untuk mempersiapkan lokasi
perawatan terkait dengan misalnya penerangan, tata
listrik, tata ruang dan penghawaan, kebutuhan air,
dsb dengan tujuan untuk bisa dilakukan pelayanan
terhadap pasien / korban yang dirawat di RSU Islami
Mutiara Bunda yang mungkin ditangani di ruang
yang darurat juga.
12
d) Korban datang meninggal, dikirim ke kamar jenazah.
13
f) Tanggungjawab staff yang terlibat bertanggungjawab terhadap
koordinator penanganan bencana.
g) Setelah pelaksanaan tugas selesai didokumentasikan dan
dilaporkan ke Direktur Rumah Sakit atau pihak yang
membutuhkan informasi tentang bancana yang terjadi.
14
di RSU Islami Mutiara Bunda. Hal ini menjadi dilema atau
problematika dalam sistem tanggap darurat bencana, pembagian
wewenang serta job deskripsi dalam organisasi tanggap darurat
bencana menjadi tolok ukur tugas dan wewenang siapa dan apa yang
dikerjakan pada saat terjadinya bencana.
15
5. Monitoring unit tenant / penyewa lahan
Kegiatan monitoring terhadap tenant atau penyewa lahan terutama
dalam antisipasi jika terjadi bencana perlu dilakukan. Kesiapsiagaan staff
jika terjadi bencana, bagaimana arah keluar menuju titik kumpul, usaha
penyelamatan diri atau asset, serta apasaja yang harus dilaksanakan saat
terjadi bencana dsb. Pelaksanaan monitoring setiap tiga bulan sekali
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
F. SASARAN
1. Terlaksananya identifikasi bencana internal dan eksternal yang dapat
terjadi di Rumah Sakit dapat teridentifikasi 100 %;
2. Penyusunan panduan penanganan bencana di Rumah Sakit dapat
terealisasi 100 %;
3. Pendidikan dan simulasi tanggap darurat bagi staf, pengunjung maupun
unit independen dapat terlaksana;
4. Setiap pelaksanaan kegiatan program kesiapan penanggulangan bencana
dapat dilakukan evaluasi untuk sehingga ada rencana tindak lanjut.
16
5. Unit tenant/ penyewa lahan dilakukan monitoring agar tetap patuh
terhadap program MFK.
17
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
TAHUN 2018
NO KEGIATAN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Identifikasi Bencana (Menggunakan metode HVA) X
Self assesmen kesiapan menghadapi bencana
2 X
(Hospital Safety Index)
3 Pembentukan Sistem Penanganan Bencana X X X
4 Pelatihan Penanganan Bencana dan Simulasi X
5 Monitoring ruang dekontaminasi X X X
6 Monitoring unit penyewa lahan X X
7 Pelaporan kegiatan program disaster plan X X X X X
8 Monitoring dan evaluasi program X
18
H. RENCANA KEGIATAN AMGGARAN (RKA)
NO. KEGIATAN WAKTU JUMLAH
1. Rapat tim Tiap Bulan 2.000.000,-
2. Rapat Tahunan 1 x/th 200.000,-
3. Pengadaan leaflet 2x/ th 20.000.000,-
4. Pengadaan poster dan X banner 1 x/ th 5.000.000,-
5. Rapat penyusunan laporan kegiatan Tiap bulan 1.000.000,-
6. Pelatihan Tim PKRS Situasional 15.000.000,-
7. Kunjungan promkes Senam 12 x/th 2.400.000,-
Komunitas
8. Rakor Rutin dengan Tokoh 2 x/th 2.500.000,-
masyarakat
9. Rakor Tahunan dengan RS & PKM 1 x/th 1.000.000,-
perbatasan Brebes-Cirebon
10. Pengadaan komputer PKRS 1x 3.000.000,-
11. Pengadaan printer PKRS 1x 1.500.000.-
12. Pengadaan Flash disk untuk 2 x/th 200.000,-
penyimpanan media promkes audio
visual
13. Promosi Kesehatan dalam kemasan 1 x/th 15.000.000,-
Bakti Sosial pelayanan pemeriksaan
kesehatan gratis anak sekolah di hari
kesehatan nasional
14. Promosi Kesehatan di wilayah sekitar 12 x/th 2.400.000,-
15. Biaya keanggotaan IHPH.net 1 x/ th 1.000.000,-
TOTAL 72.200.000
19
dilakukan oleh Tim MFK, Tim IGD serta K3RS dan manajemen yang
membidanginya.
2. Pelaporan
Pelaksanaan pelaporan terbagi menjadi dua yaitu pelaporan kegiatan
serta pelaporan hasil monev, dengan rincian sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pelaporan dilakukan setiap bulan terhadap kegiatan
yang telah dilakukan dalam perencanaan atau program tang telah
dibuat. Dilaporkan keatasan langsung (Struktural RSU Islami
Mutiara Bunda) atau ketua MFK kemudian dilaporkan kepada
Direktur RSU Islami Mutiara Bunda.
b. Pelaksanaan pelaporan monev setelah dilaksanakan monev yaitu
enam bulan sekali oleh pengawas MFK kepada Direktur RSU Islami
Mutiara Bunda.
20
f. Hal-hal lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan.
g. Usulan dan rekomendasi kepada Direktur.
Mengetahui,
Direktur RSU Islami Mutiara Bunda Koordinator Disaster Plan
21