Mata Kuliah :
OTOPSI DAN DIAGNOSIS
Oleh:
NPM:
Pembimbing:
dr., Sp.F
2.3 Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap mayat seorang laki-
laki, berumur sekitar dua puluh lima tahun, Melayu, warna kulit sawo matang,
gizi baik, zakar disunat, panjang badan seratus lima puluh sentimeter, berat badan
empat puluh enam kilogram.
Kematian orang tersebut di atas disebabkan oleh masuknya benda asing ke
dalam saluran napas yang dapat menghambat saluran napas; dan sembab pada
paru-paru.
Terdapat luka terbuka pada kelopak atas mata kiri, satu sentimeter dari
sudut luar mata kanan. Terdapat luka lecet pada dahi, pipi kanan, punggung, dan
lengan kanan atas. Terdapat luka memar pada kelopak atas mata kiri, dahi, pipi
kiri, dada dan punggung. Seluruh kelainan tersebut akibat trauma tumpul.
Terdapat luka terbuka pada telapak kaki kiri yang terjadi setelah kematian.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pada umumnya korban akan kembali naik ke permukaan baik oleh gaya
apung tubuh, udara yang terperangkap dalam pakaian, dan gerakan akstremitas
korban yang berusaha naik. Saat korban mencapai permukaan, umumnya korban
akan berteriak minta tolong, saat itulah kemungkinan inhalasi air dapat terjadi.
Ketika korban berusaha bernapas, selain udara, air juga dapat masuk ke dalam
mulut dan jalan napas sehingga memicu refleks batuk. Korban, dipicu oleh rasa
lelah, akan cenderung mengepalkan tangan dan berusaha mencengkram apapun
yang dapat diraih sehingga menyebabkan tubuhnya timbul-tenggelam. Setiap kali
kepala korban tenggelam, sejumlah air akan masuk ke dalam jalan napas. Air ini
akan mengiritasi membran mukosa jalan napas dan memicu sekresi mukus.
Mukus ini kemudian akan bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan
membentuk busa akibat turbulensi dari usaha napas yang dilakukan korban. Usaha
inspirasi yang dilakukan mungkin cukup untuk menarik udara masuk, melewati
obstruksi tersebut, namun usaha ekspirasi yang dilakukan tidak cukup untuk
mendorong udara, air, dan busa keluar. Pada akhirnya korban akan kelelahan dan
tenggelam dari permukaan, mulut membuka, berusaha untuk menghidup udara
namun hanya air yang dapat masuk ke dalam jalan napas. Biasanya akan terjadi
konvulsi sebelum kematian. Tubuh akan terus tenggelam hingga kembali terapung
setelah terbentuk gas dekomposisi.1,2,6
Bagan 1. Efek tekanan osmotik yang umumnya ditemukan pada kasus tenggelam dalam:
(A) air tawar; (B) air laut.
Pada kasus tenggelam dalam air laut, terjadi aliran balik osmotik akibat
kadar garam yang lebih tinggi pada air laut. Cairan intravaskuler akan masuk ke
dalam spasi alveolus menimbulkan hemokonsentrasi lokal pada sirkulasi
pulmoner dan edema pulmoner masif. Pertukaran elektrolit dari air laut terhadap
darah juga menimbulkan hemokonsentrasi dan peningkatan kadar natrium plasma.
Akibat hemokonsentrasi, sel darah merah menjadi mengkerut (crenated).
Perubahan bentuk ini masih dapat ditoleransi untuk dapat menjalankan peranya
dalam sirkulasi untuk mempertahankan fungsi jantung sehingga kematian pada
kasus ini dapat berlangsung lebih lama. Pada kasus ini, fibrilasi ventrikular
bukanlah penyebab utama kematian, melainkan anoksia miokardial, dan seiring
dengan meningkatnya viskositas darah, gagal jantung akan terjadi (Bagan 1B).1,2.
Gambar 6. Prinsip pemeriksaan diatom pada kasus tenggelam berdasar pada fakta bahwa
ketika jenazah dibuang ke dalam air, diatom dapat mencapai paru-paru oleh penapisan
pasif tetapi tidak akan ditemukan pada organ yang jauh akibat hilangnya sistem sirkulasi.
Terdapat beberapa hal yang dapat mengaburkan pemeriksaan diatom pada
suatu jenazah:12
1. Beberapa kasus kematian akibat tenggelam tidak ditemukan adanya
diatom.
2. Diatom dapat ditemukan pada organ jenazah yang tewas akibat sebab lain
selain tenggelam (kemungkinan disebabkan oleh konsumsi makanan
mengandung diatom seperti kerang).
Faktor-faktor tersebut dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:2
1. Membandingkan jumlah dan variasi diatom pada organ dengan diatom
yang terdapat pada media penenggelaman.
2. Memerhatikan tipe tenggelam, jumlah air yang terinhalasi, dan musim.