Anda di halaman 1dari 12

KUIKHLASHKAN KAU DENGANNYA

Karya Latifah

Siang itu setelah jam kuliah selesal segera kulangkahkan kaki menuju tempat biasa aku, ralina sahabatku, dan seorang ikhwan
yang kalem yang tentunya sahabatku juga, rizal. Namun meski dalam persahabatan ini ada seorang ikhwan batasan islam
tetap ada. Kenapa persahabatn ini ada ikhwan? Karena kita punya tugas yang sama “dakwah”. Tempat kita saling bertukar
fikiran, bermuhasabah din. Tempat yang teduh, rindang dan nyaman. Kulihat rapina si jilbaber abu-abu dengan raut wajah
pucat pasi di bawah pohon yang rindang nan indah. Kuhampiri ia yang tengah duduk sendirian, sorot matanya yang
menyampaikan ketenangan. Senyuman yang menghiasi wajahnya semakin menambah keanggunannya.

“Lin....sendirian aja nihh, rizal mana??” Kuawali perbincangan dengannya.


“Hmmm....nggak tau....sibuk kali i! O,yaa tadi mba sinta bilang kita ngementor anak-añak aliyah al hikmah . Ba’da ashar, nggak
ada kuliah sore kan ??“ dengan senyumannya yang tersimpul manis diantara kedua lesung pipinya.
“Oh, yaa nggak lah ...heuu...ane kan cuma pagi doing, ogahh banget kuliah sore ....heeee...ok i! Mau barengan.. ??“jawabku,
ia tampak memendam sesutu dan memalingkan pandariganriya kedepan. Hampa. Penuh kekosongan. Dan berbalik pandang
lagi padaku.
“Gak tau nihh “singkatjawabnya.
Ku amati wajahnya dengan dalam sedalam-dalam air di lautan. “kenapa siee ?? Tumben kayak gini, gak bìasanya si akhwat
periang ini tiba-tiba menciut kehabisan energy ...heheeheee....di putusin pacar yaa”candaku, tanpa instruksi kami tertawa dan
ralina mencubit pipiku
“Aduuuhhhh, sakit tau ihh” keluhku. La segera menimpali candaku
“Iiihhhh...apaan sihh, sejak kapan ada kata pacaran dikamus kita sayang ??“ dengan mengernyitkan keningnya.
“Ihh,tau dehhh...yuk ah let’s go” kujawab sambil berdiri dan memberesakn pakaianku yang sempat melipat karena duduk
sembarangan dibawah pohon dengan beralaskan rumput yang hijau.
“Kemana ??“
“Ikutaja...” .

Kami berjalan menyusuri tangga satu persatu menuju perpustakaan kampus. Dengan ledakan canda tawa, senda gurau, dan
segala sesuatu yang tidak membuat kami lelah menyusuri tangga untuk sampai di lantai 02. Selama 3 tahun dengan rapina
senang sedih kulalul bersamanya, waktu ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu. Waktu kita kajian di masjid ar-rahman dengan
beberapa jilbaber dan universitas, institute, dan perguruan tinggi iainnya.

“Mmm....farah”

Ia melirikku kemudian mengalihkan pandangannyalagi kedepan sedang aku masih menatap ujung sepatuku yang berkaus
kakikan warna cokiat, dan tetap memegang buku yang akan kukembalikan dengan satu tangannya lagi yang menggantung ke
ranselku, paling nyman dehh kalo nyantelin tangan ke tau ransel hitamku. :

“Iyaa, kenapa...??” Jawabku tanpa melihatnya dulu.


“Kayaknya...” Dengan ragu la berkata. “ada someone yang masuk kerelung hati ini dehh...”
Dengan spontan kujawab dan kaget.
“What....gak salah nihh?
Wajahnya merah merona “ssstt, jangan keras-keras ihh....”Pintanya.

Kemudian kami senyam-senyum yang orang lain tak mengerti apa yang terjadi antara kami

“Ahh....dasar, ada-ada aja ntar cerita lagi yaa..” Pintaku, dan tak terasa kami sudah didepan pintu perpustakaan. Aku dan ralina
masuk.

***

“Siapa dihh?? Jadi penasaran !l”tanyaku sambil membuka pintu mobil hitam milik abbyku. Begitu juga dengan ralina ia duduk
disebelahku, kumainkan kunci mobil dan segera menancap gas.
“Hmm...tau dehh”dengan senyumannya yang khas la jawab sekenanya.
“Ekhmmm....jadi gak mau cerita-cerita lagi nihh??” Dengan mendelikan mata kearahnya. La segera memainkan bola matanya,
khas seperti orang yang sedang berfikir.
“Kasib tau gak ya hihihiii...takut bocor ahh”
“Idihhh, emangnya ember bocor....”
“Iyaa kalii..”

Segera tawanya meledak. Pipinya merah merona.

“Hmmm, ntar aja yaa, insya alloh ana kasih tau ko...”
“Ok il ane tunggu, awas yaa kalo sampe lupa”
“Heiii, ana juga manusia kali, yang ada lupannya...”

Aku hanya menganggukan kepala dengan sedikit senyum. Tambah penasaran siapa sihh ikhwan yang mampu menakiukan
hatinya. Setau aku, dia orangnya sensitifan sama yang namanya ikhwan. Alasannya sihh biar gak ada rasa ,aneh!. Dia
memang berbeda dan yang lainnya. Penggemar warna abu-abu ini pinter, aktivis, cantik, anggun, teliti banget, literat, tenang
menghadapi masalah, sabar menghadapi aku yang cerewet, katanya. Pokok nya idaman para ikhwan dehh. Tapi ya begitu,
mungkin ‘iffatul qulub.

“Yee sampe , ayoo turun” seruku. La hanya memalingkan wajahnya dan segera membuka pintu mobil.
“Eh,eh, eh....becanda kalii, keep smile kawan !!“ la hanya menyunggingkan senyumannya. Kulambaikan tangan.
“Bye....assalamualaikum...”
“Waalaikum sallam, syukron yaa...”
“Waa iyyaki...”

Kuangguka kepala sembari menebarkan senyum padany. Kujalankan kembali mobil yang sedang kukemudikan menuju rumah.
Alhamdulillah sejurus kemudian sampal dirumahku yang asri ini.

“Assalamualaikum...”Ucapku, didepan pintu rumah. Terdengar suara langkahan sandal dan dala rumah. Pintu terbuka dan
slalu kudapat senyuman terhangat dikala aku sedih senang,ummi.
“Waalaikumsalam...”

Kucium punggungg tangannya tanda kesopanan anak terhadap orang tuanya. Kulihat jam tangn menunjukan pukul 12.45
kusimpan kunci moil di atas meja makan.

“Mi...kamar dulu yaa, cape pengen tidur siang....”


“Makan dulu gihh, ummi masak kangkung kesukaanmu siang ini....”
“Wahh, masa siee, ahh ntar aja deh mi....” Jawabku singkat dengan sedikit senyum
“Ok !! Yaa udah ntar ummi bangunin.

Kusunggingkan senyuman padanya, ummi yang telah merawatku selama 20 tahun ini dengan kasih sayangnya, perhatiannya,
dan segalanya. Sering kalà ia memanjakanku, makium anank satu-satunya. Bahagia ku memiliki ummi sêperti dia. Tapi
terkadang ummi membuatku agak kesal kalo di tanya masalah ‘nikah’. Padahal usiaku masih relative muda loh. Katanya sihh
nikah diusia muda lebih barokah dan gak usab pacaran dulu. Abby juga sering bilang kayak gitu, tapi alhamdulillah dia lebih
memahamiku. Sayangnya, beliau jarang dirumah tugas pekerjaannya selalu menyita waktu untuk berkumpul denganku dan
ummi. Untuk statement ummy yang terakhir sihh aku setuju-setuju aja. Pacaran setelah menikah. Tapi untuk menikah diusia
muda ?? Belum terfikirkan, calonnya juga belum ada, kuliahku juga belum tuntas. Tapi jika alloh telah menskenariokan aku
untuk menikah diusia muda, insya alloh siap.

***

Jadwal hari ini cukup padat, aku harus beli buku ini buku itu dan lainnya untuk bahan sknipsiku. Belum lagi agenda dakwah,
ngementor anak aliyah, trus liqo. Illahi yaa robb lelah rasanya. Tapi hidup mi takkan tersa indah bila tidak merasakan asam,
manis, pahitnya kehidupan. Jam mata kuliah pagiku selesai, aku segera meluncur menuju took buku gramedia untuk mencari
buku bahan skripsiku yang harus mulai kususun, beberapa buku kubeli sesuai dengan perintah dosen pembimbingkutapi
rasanya, ada sesuatu yang berbeda. Kali ini benar-benar sendiri.sendiri.dan sendiri, tanpa ralina. Entah kenapa akhir-akhir ini
ia jarang masuk, ketika kutanyakan via ponsel padanya ia hanya menjawab ‘ana balk-balk aja ko ukht., aku sendiri nyaris sibuk
dengan berbagai aktivitas sampai sampai nggak sempet jenguk sahabat sendiri.

Panasnya terik matahari begitu menyengat, seolah-olah membakar insan yang berlalu lalang dijalan ibu kota ini, pohon-pohon
yang berjejer di tepi jalan itu, daunnya sedikit layu. Mobil berseliweran hilir mudik kesana kemari. Aku tetap focus
mengemudikan mobilku menuju madarash aliyah al-hikmah untuk kajian mentoring.

Seperti biasa mentoring berjatan dengan baik, ponselku menjerit. Ternyata ada message dan mba sinta salah seorang
murobbyku ukht...mengingatkan, liqo ba’da ashar di masjid ar-rahman....sekalian ada hal yang ingin disampaikan, menyangkut
ikhwan !.singkat dan jelas sekali pesannya. Jantungku berdebar,ikhwan ?? Mungkinkah mba sinta telah memikirkan deng,an
matang-matang keluhku yang dulu sempat kuceritakan padanya. Kuakhiri mentoring kali ini dengan kata-kata motivasi ‘man
jadda wajada’ barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti beruntung. Sengaja disetiap pertemuan mentoring kuselipkan
kata-kata bermotivasi biar mereka bersemangat dala mencani ilmu.

Dengan tenang ku kemudiakan kembali mobil ini menuju mesjid ar-rahman. Terlihat tiga orang dengan seorang akhwat dan
dua orang ikhwan di serambi mesjid itu. Antara dua orang ikhwan dart akhwat itu terpisah dengan tiang yang tinggi
menjulang.kudekati mereka. Dan akhwat itu adalah mba sinta, akh rizal dan akh hasan, murobby akh, rizal. Tapi kenapa
akhwat yang lain tak ada bukannya jadwal kali ini liqo.ah, mba sinta membuatku heran. Adzan ashar berkumandang, segera
kami melaksanakan sholat ashar berjamaah . Air wudhu kali ini benar-benar menyegarkan, terasa ada sesuatu yang berbeda
entah apa dan entah mengapa hanya dia yang tahu maksud dan scenario-nya yang slaju indah. Alhamdulillah yaa robb aku
masih bias merasakan kenikmatan yang kau ben. Usai bermunajat ke dzat illahi robb mukena yang membalut tubuhku segera
kulepaskan, melipat dan menyimpannya kembali ketempat asalnya, terasa ringan badan ini.

“Keluaryukk...mereka udah nunggufl” ajak mba sinta dengan suara lembut yang berada disampingku.
“Mereka siapa mba ??“ tanyaku. Yang ditanya malah ngeloyor begitu saja, aku hanya bingung. Kubuntuti mba sinta dan
belakang mengikuti langkahnya dan langkah itu tertuju pada dua orang ikhwan yang tadi. Sepertinya ada sesutu yang mereka
sembunyikan dariku,tapi entah apa. Rizal hanya tertunduk, dia memang statu begitu, berkata pun sepenturiya namun tegas.
Kami duduk secara berhadap-hadapan persis seperti lingkaran kecil, sebelah kiriku mba sinta, sebelah kananku akh hasan dan
orang yang tepatnya didepanku yang sedang menunduk dengan khusyu’, rizal.
“Oke...kita mulai aja yaa...” Ujar mba sinta derigan senyam-senyum mba sinta pun kembali berkicau, namun dengan perlahan-
lahan dan bertele-tele hingga membuatku kesal.
“Ihh..kenapa sihh...”Kataku dengan kesal. Mba sinta dan akh hasan mengalihkan pandangan padaku begitu juga dengan
kedua bola mataku yang terus mendelik antara mba sinta dan akh hasan dengan mengernyitkan dahi.
“Mmm...oke, jadi gini. Mba udah memikirkan dengan matang-matang apa yang dulu anti katakan sama mba” ujarnya dengan
tatapan penuh penguatan seolah-olah kita hanya berdua, kemudian ia lanjutkan kembali, sementara aku mengangguka kepala
dengan pelan sembari menata hati dengan baik yang sempat bergemuruh tidak karuan ini.
“Ketikan mba memikirkan hal itu, akh hasan memberi tahu mba bahwa salah seorang ikhwan yang ikut kajiannyat engah
mengatakan sesutu hat yang bertujuan untuk rnenggenapkan diiennya,...dan kami pun berdiskusi termasuk dengan ikhwan
yang tengah mengutarakan niatnya tersebut” jelasnya derigan rind. Sedikit demi sedikit aku mulai membaca fikiran mereka .
Rizal masih dengan tertunduknya tanpa mengeluarkan sepatah katapun hanya sebentar-sebentar bergerak, mungkin agak
kaku. Begitu juga dengan akh hasan ia sama sekali tidak berbicara hanya memperhatikan mba sinta yang tadi terus berbicara.
“Setetah diskusi selesai , alhamdulillah ada kesimpulan yang kita setujui, dan objek diskusi kita adalah anti, dan ikhwan yang
mengutarakan niat tersebut, rizal !” Tegas mba sinta.
“Ana ?? Akh rizal??” Aku hanya menunjuk diriku sendiri , rizal sempat menolehkan pandangannya padaku kemudian kembali
lagi tertunduk, fikìran mereka yang sempat kubaca semakin membingungkanku, sebenarnya ada apa? Kenapa objek diskusi
kalian adalah aku ? Aku bertanya-tanya dalam hati.
“Ana rasa, niat anti dengan dengan fiat akh rizal ini sama....insya alloh, alloh meridhoi kalian..” Pembicara beralih ke akh
hasan.

Kutundukan kepala, menerawang kedepan mencoba mengartikan dan semua ini, illahi yaa robb mungkinkah pendampingku iñi
adalah seorang yang sekarang berada didepanku, seorang teman sejawat, meski tak harus berkata jujur aku memang sempat
menyimpan sebuah rasa pada ikhwan ini. Tapi itu dulu ketia pertama kali aku mengenalnya dan mengetahui akhlaknya yang
luar blasa mengagumkan. Namun segera kutepis rasa itu, karena aku takut rasa ini timbul menjadi sesuatu yang tidak di
inginkan.

“Insya alloh...” Timpal mba sinta dengan senyumannya.


“Dan perlu anti ketahui bahwa sesungguhnya..” Rizal angkat bicara memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu yang
sepertinya tengah mengganjal dihatinya, namun aku segera menyergahnya aku takut ada kata-kata yang nantinya akan
menimbulkan pengharapan yang tidak pasti.
"Cukup....” Sergahku.

Semua mata sepertinya tertuju padaku, hati ini merasakan sesuatu yang aneh, haru, bercampur bahagia. Jika itu yang
dimaksud .aku sangat,sangat dan sangat bahagia. Tak perlu engkau mengatakannya sekarang dan aku harap engkau
mengerti.

“So, bagaimana farah ??“ mba sinta bertanya padaku.


“Jika akhy rizal serius, sudah memikirkan dengan matang-matang” suaraku agak serak, aku sendiri tidak menyangka akan hal
ini.
“Insya alloh....niat ini alloh ridhoi, ana ingin belajar menjadi perempuan sholehah yang menaati suami yang alloh berikan
untukku melalui murobbyahku” kata-kata itu keluar dan mulutku dengan spontan, dan aku sendiri terkejut. Itu artinya aku siap
dan ingin bersamanya. Mereka tersenyum dan mengucapkan hamdallah. Termasuk rizal, aku tertunduk malu.
“Hmmmm....oke, sepertinya sudah jelas untuk selanjutnya silahkan akh rizal atur untuk proses pengkhitbahan, sepertinya tak
pentu masa ta’aruf lagi tohh...” Ucap akh hasan dengan begitu tenang dan menyunggingkan senyuman . Aku dan rizal hanya
tersenyum simpul. Mba sinta sepertinya memperhatikan garak-gerik kami yang tidak karuan ini.yaa robb, aku bahagia. Entah
dengan akh rizal, aku harap dia juga seperti itu dan sepertinya iya, terlihat dan raut wajahnya yang memerah.

Malam ini begitu indah, bintang-bintang dilangit sana seolah-olah tau apa yang šedang kurasakan, bahagia. Hanya kami
berempat yang tau peristiwa tadi sore dan alloh yang menyaksikannya. Ummi tak segera kuberi tahu biar nanti ia tahu sendiri
ketika akh rizal datang kerumah untuk mengkhitbah . Rasa lelah pun tiba-tiba hilang begitu sala, dan fikiran pun terasa tebih
ringan. Tapi sepertinya aku tetah melupakan seseorang lebih tepatnya tenlupakan karena kebahagiaanku saat ini .ukhtye,
ratina, apa kabarnya la sekarang. Ah, lebih balk besok aku menjenguk kerumahhnya, sekarang saatnya aku memejamkan
mata ter-tidur pulas dengan kebahagiaan yang sedang menerpaku.

***

Kebahagiaanku masih tertata dengan baik ingin rasanya aku bercerita pada ummi tapi biarlah nanti saja dan bercerita pada
ralina. Ralina, anti kenapa ? Sekarang seperti ada sesuatu yang menghijab antara kita, aku rindu dengan canda tawa kita
dengan kebersamaan kita dan dengan semuanya. Kuniatkan pagi ini untuk kerumah ralina sebelum kekampus. Dan tancap
gas menuju perum anggrek, rumah ralina.

“Assalamu’alaikum..” Ucapku sambil mengetuk pintu, sama skali tak ada jawabannya ku ulang lagi
“Assalamu’alaikum…” berharap ada orang yang menjawab salamku, tak lama setelah itu terbuklah pintu rmah dengan
ornament unikdan berdiri seorang laki-laki tegap, dengan rupa yang hamper mirip dengan ralina. Yaa, akh akbar.kakak ralina
satu-satunya yang akan menyelesaikan strata 2 nya di salah satu universitas terkemuka di yogyakarta
“Waalaikumsalam..”Jawabnya singkat dengan senyum keramahan namun tidak seperti biasanya ada sesuatu sepertinya
“Mmm…ralinanya ada ka ??Tanyaku

Ia diam sebentar menundukan pandangannnya menarik nafas seolah-olah ingin melepaskan suatu beban yang amat berat

“Ralin dirumah sakit !! “jawabnya dengan tenang,aku tercengang mengira semuanya baik-baik saja ternyata tidak.
“Innalillahi …sejak kapan ??”Tanyaku dengan masih sedikit tidak percaya.
“2 minggu yang lalu..dia koma, dan sekatang ana mau kesana, ikut??”

Segera aku mengangguk, dan sejurus kemudian kami berangkat menuju runmah sakit. Aku masih tidak percaya kenapa aku
sampai tidak tahu ? Kenbapa aku begitu egois? Kenapa kau hanya sibuk dengan duniaku sendiri? ‘afwan ukhty sebagai
sahabat aku sangat jahat. Selama perjalanan menuju rumah sakit aku hanya diam. Keheningan antara kami begitu terasa,
hingga membuatku merasa semakin bersalah, keadaan sahabat sendiri pun tidak tau. Segera ku kurubah kehening ini.

“Selama itukah dia koma ??Aku bertanya dengan dengan pandangan kedepan dan tak terasa butiran-butiran air mataku
meleleh dikeua pipiku. Akh akbar melihatku sebenbtar dan segera menjawabnya.
“Iyaa…” jawabnya, singkat.

Aku semakinn terisak, air yang keluar dari pelupuk mataku semakin deras, akh akbar menyikapiku dengan tenang
“sudahlah ini scenario alloh..”

Yaa robb rasanya aku sama sklai bukan sahabat yang baik bagi ralina. Aku sungguh egois ! Maafkan aku ralina, ighfirlii yaa
robb.

***

Segala peralatan medis tertata denan baik di tubuh mungil ralina. Wajahnya pucat pasi tapi tetap terlihat anggun dengan
balutan jilbab biru muda yang sepadan dengan warna baju rumah sakit yang ia kenakan . Diagnose dokter mengatakan ralina
terkena kanker otak stadium lanjut, syarafnya bermasalah. Innalillahi,mengapa ini tyerjadi pada sahabtk. 2 hari setelah
mengetahui keadaan ralina seperti ini luputuskan untuk selalu menemaninya biar skripsiku ku tunda lagi pula masih banyak
waktuyang senggang dan dosen pembimbingku pun memahami keadaanku. Akh rizal belum mengetahui tentang ralina yang
terbaring dirumah sakit ada baiknya ku beri tahu.

“Akh….ukhty ralin sakit”

Akh rizal merespond dengan sedikt khawatir

“2 jam lagi ralin akan di operasi”suara akh akbar yang baru saja keliau dari dalam kamar ralina yang mengagetkan lamunanku
yang tengah duduk sendirian dideretan kursi orange, tepat sebelah kanan pintu
“O,yaa lalu bagaimana keadaannya sekarang ?”
“Dia udah siuman, adakah yang ingin anti ungkapkan padanya?”
“Oh, tentu”

Segera kumasuki kamar rawat ralina yang sedang ditemani umminya. Infusnya masih tersambung ditangannya begitu juga
dengan opname nya bola matanya teratarah padaku yang akan menghamooirinya

“Farah” ralin angkat bicara dengan suara lirih


“Iyaa…” ku pegang tangannya, terasa dingin jari jemarinya yang ku genggam kuat. Ia mencoba membuka opnamenya dan
segera kubantu untuk melepasnya, tak terasa kristal beningku terjatuh.
“Ana minta maaf, titip ikhwan yang slalu menemani perjuangan kita”

Ikhwan?? Kini kubaca apa maksud yang dulu pernah ia ceritakan . Yaa robbi mungkinkah ralina menyukai dia ?!

“Maaf, lebih baik waktu operasi dipercepat” suara dokter yang baru datang menghentikan pembicaraan aku dan ralina, aku
hanya mengangguk. Para suster segera membaewa ralina keruang operasi denan kursi roda. Sementara aku, ummy dan akh
akbar mengikuti langkah susuter yang membawa ralina.

Sebelum dokter masuk ruangan operasi, kutanyakan dfulu apakah operai ini akan berjalan denagnl ancar atau tidak. Dokter
hanya mengatakan insya alloh lancar namun kemungkinan besar ingatan yang tersisa hanya sedikit.

***

Setelah operasi berjalan lancar ralina di pindahkan ke ruang rawat semula. Ummy ralin dan akh akbar menemani ralina yang
masih terbius obat penenang seusai operasi. Sementara aku duduk diluar menunggu seseorang yang haru ku beri tau tentang
ralina.

“Ukh,,,,” suara yang taka sing di telingaku, segera kuarahkan bola mataku pada sumber suara yag ternyata sosok seorang
ikhwan yang melanngkah mendekatiku, kusunggingkan senyuman padanya.
“Mmm..ijlis !”
“Tafadhol…bagaimana ralina??”
“”Alhamdulilah operasi berjalan dengan baik tapi dia belum siuman
“Syukurlah…”
“O,yaa mengingat tentang rencana kita, ana rasa..”Kerongkonganku tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mengganjal, sedang
akh rizal manunggu dengan sigap apa yangingin kukatakan
“Ana rasa itu tidakmungkin terjadi, kita batalkan !!”Tegasku, rasanya dada ini sesak dan ingin meneteskan air mata,tapi
kuurungkan niatku untuk meneteskan air mata.
“Menagapa?? Maksudnya ?? Ana ngga ngerti”tukasnya
“Ada seseorang yang lebih membutuhkanmu,”

Akh rizal menatapku dengan dalm sementara aku sendiri tertunduk

“Ekhmm,,,ralina siuman !”Suara akh akbar yang mengagetkanku, aku segera tercengkat dan memasuki kamar rawat.

Ralin tersadar, namun ada sesuatu yang berbeda matanya membidik kesegala arah. Teruatama ummy nya

“Ummy..”Dengan suara lirihnya


“Iya sayang..” Denagn tenang ummy nya menjawab
“Akh akbar..” Ralina kembali bersuara sembari mengingat-ingat kembali orang-orang yang bersejarah dihidupnya
“Akh…” ralin menatap rizal dan matanya sedikit menyipit
“Akh, rizal….”Dan alhamdulllah masih dia ingat nama seseorang yang pernah hidup di hatinya.

Tinggal aku sendiri yang belum terabsen kenapa? Mungkinkah dia tidak ingat aku ?! Seorang sahabat yang pengecut, dan
matanya mulai membidikku yang berdiri tegang disebelah alh rizal ku sunggingkan senyuman padanya.
“Dia siapa ?” Tanyanya. Sontak aku kaget, dia sama sekali tidak mengningatku, air mataku hampir membuncah yang sedari
tadi kubendung. Kuberanikan berkata
“Akh rizal dialah orangnya” kutatap akh rizal dengan segala keyakinan dan memastikan dia untuk mengerti. Akh, rizal hanya
mengernyitkan dahinya.
“Maaf saya permisi dulu…”ku melangkah meninggalkan ruangan ralina, biar ku jelaskan nanti, siapa aku kepada ralina jika
suasana nya benar-benar memungkinkan, namun saat ini air mata ini benar-benar ingin terbuncah. Illahi yaa robb,
sesungguhnya cinta terhadap sesama makhluk tidak berarti dibanding cinta terhadap mu yaa alloh. Aku ikhlash, karena
scenario mu tidak pernah terduga dan slalu berujung indah. Aku percaya ! Aku percaya ada seseorang yang lebih baik yang
alloh pilihkan untukku, engkau maha adil se-adil-adilnya pemberi ketetapan. Kutitipkan hatiku pada mu biar terjaga yaa alloh.
Dan beri aku senyuman keikhlashan. ^_^
Kelompok Baik

Dita : Anak rajin , suka membaca , suka menasehati , dan berwawasan


Luas.
Ciggi : Agak lemot , lucu dan woles.
Fariz : Pendian , dan suka mengantuk dikelas.
Deden : Clemang-clemonga tapi semua kata-katanya bermakna , dan
positif thinking.
Kelompok Jahat

Kirana : Leader geng jahat , dan engga mau isalahin.


Icha : Up to date bangat , galak.
Bagas : Cool , pengawal geng jahat.

Siswa Blasteran

Yolanda : Siswa baru yang datang dari paris dan menilai salah tentang
budaya Indonesia.
Mayang : Mau bergaul dengan siapa aja.

Guru Favorit SMAN 11 Bekasi


Pak Asep : Guru favorit SMAN 11 Bekasi

“Cerita Anak SMA”


Ada cerita disebuah SMA megah yang bernama SMAN 11 BEKASI.. Di sekolah megah ini ada sebuah
kelompok jahat yang suka menindas kelompok baik. Disamping itu juga ada siswa baru dari Paris yang datang
ke Indonesia karena mengikuti orang tuanya yang pindah kantor ke Indonesia. Ia juga bertemu dengan siswa
yang sama dari Paris di kelas.

Di kelas murid-murid bernyanyi bersama, tiba-tiba Pak Asep datang.


Pak Asep : “Selamat pagi anak-anak.”
Murid-murid : “Selamat pagi pak.”
Pak Asep : “Pagi ini kita kedatangan siswa baru dari luar negeri.”
Icha : “Waaahh swasta dong pak, hehe..”
Pak Asep : “Huusst sembarangan aja kamu ini. Dengerin dulu. Silahkan kenalkan diri kamu.”
Yolanda : “I want to introduce my self. My name is Farida. I come from Paris.”
Murid-murid : “Waaa Paris..”
Bagas : “Paris darimana?? Perempatan ciamiss?? Haha..”
Kirana : “Aaaah sok banget lu pake bahasa Inggris. Ini Indonesia guys!”
Pak Asep : “Apakah kamu bisa berbahasa Indonesia??”
Yolanda : “Bisa pak.”
Bagas : “Halaah tuh bisa bahasa Indonesia. Udah pake bahasa jawa aja!
Bahasa planet juga boleh.”
Fariz : “Emmm ada apa ini rame-rame??” (terbangun dari mimpi panjangnya)
Deden : “Alaaah kamu tuh yah molor mulu.”
Fariz : “Hehehe.. maap-maap. Semalem abis begadang nonton bola.”
Ciggi : “Iyaa semalem yang menang kan Taufik Hidayat.”
Dita : “Menurut buku yang aku baca, atlet Taufik Hidayat itu pemain bulu tangkis,
bukan sepak bola Ciggi.”
Ciggi : “Oh iya yaaa.”
Deden,Fariz : “Huuuuh telmi!!”
Pak Asep : “Lho lhoo. Kenapa pada sibuk sendiri?? Yolanda, kamu sekarang boleh duduk.
Kamu bisa duduk disamping Mayang. Dia juga murid blasteran Paris.Benarkan Mayang??”
Mayang : “Iya pak. Papa saya dari Paris.”
Kirana : “Udah sana gabung ama spesies yang sama.”

Saat Yolanda menuju ke bangkunya, tiba-tiba Yolanda jatuh karena disandung dengan kaki Icha. Dan
kelompok jahat makin ricuh. Mayang datang dan membantu Yolanda untuk berdiri.

Mayang : “Kamu gapapa??”


Yolanda : “Gapapa kok. Makasih yaa. Orang Indonesia gak sopan yah.”
Pak Asep : “Bapak tidak mau kalau nanti mendengar berita bahwa Yolanda dikerjain sama kalian.”
Kirana : “Huuh bule gadungan.”
Mayang : “Hei bisa gak sih ngehargai orang!”
Pak Asep : “Sudah, sudah! Sekarang pelajaran IPS. Kita akan membahas tentang globalisasi
dan pengaruh barat yang merugikan Indonesia. Disini ada yang tau apa itu globalisasi??”
Ciggi : “Saya pak. Globalisasi adalah gabungan dari kata global dan sasi. Jadi kalo dibalik
akhirnya menjadi sasi dan global. Kemudian dapat diketahui lebih mendalam lagi arti
globalisasi itu adalah suatu global yang ada di Indonesia. Tapi akhirnyaa..”
Deden : “Akhirnya globalisasi! Terus artinya apa ?!!”
Ciggi : “Hehehe ya globalisasi.”
Pak Asep : “Hmm ada yang tau? Fariz. Kamu lagi ngapain??”
Fariz : (terbangun) “Eh iya. Ada apa pak?”
Pak Asep : “Apa yang kamu ketahui tentang globalisasi??”
Fariz : “Heehh apaan tuh?? Hehehe maap pak, saya tidak tau.”
Dita : “Saya tau pak. Menurut buku yang pernah saya baca, globalisasi itu….
Pak Asep : “Yaahh kurang lebihnya memang seperti itu. Globalisasi itu membawa pengaruh bagi
bangsa Indonesia. Berdampak baik, namun juga berdampak buruk.”
Dita : “Tapi lebih banyak pengaruh buruknya pak. Contohnya saja dalam berpakaian. Orang
barat memakai pakaian mini dan sangat tidak sopan. Pergaulan semakin bebas juga
pengaruh dari luar.”
Mayang : “Maaf. Tapi pak, pengaruh luar juga sangat mendukung kelancaran teknologi di
Indonesia. Teknologi di Indonesia semakin canggih kan berkat globalisasi.”
Fariz : “Betul itu pak. Berkat teknologi, aku jadi bisa facebook-an, twitter-an, what’s app, dan
lain-lain.”
Deden : “Iya pak. Yang paling aku suka, aku bisa lebih mudah ngerjain tugas. Kan tinggal
browsing ajah. Hehe ups..”
Ciggi : “Emm tapi tetep aja Indonesia lebih hebat daripada luar negeri. Di luar negeri kan gak
ada Borobudur, Prambanan, Pulau Komodo. Pokoknya Indonesia hebat deh.”
Dita : “Tumben bener ngomongnya.”
Ciggi : “Hehe iya dong. Catet ahh biar kagak lupa!”
Yolanda : “Di luar negeri juga banyak kok hal-hal yang indah kayak gitu. Ada menara Eiffel,
Gedung Parlemen, Tembok Cina, dan masih banyak lagi.”
Kirana : “Yeee dia sok tau.”
Mayang : “Emang kamu pernah ke luar negeri?!”
Kirana : “Emm ya yaa udah dong.”
Bagas : “Lhoh kapan ka??”
Icha : “Kayaknya belum pernah deh.”
Kirana : (ekspresi malu, dan berbisik) “Diem lu pada!”
Pak Asep : “Kalian itu yah, dijelasin malah pada bahas sendiri-sendiri. Yauda, sekarang bapak
lanjutkan ya. Apa peranan dari...”

Bel istirahat berbunyi. Dengan cepat kelompok jahat lagsung keluar kelas.

Icha : “Waah istirahat! Ayo ke kantin!!”


Bagas,Kirana : “Ayoo ayo!”
Pak Asep : “Wooy ! Dasar murid-murid ga sopan! Gurunya belum keluar udah lari aja ke kantin
Yaudah bapak akhiri ya anak-anak. Selamat siang..”

Murid lain juga pergi ke kantin dan meninggalkan kelas. Kirana,Icha, dan Bagas berjalan sambil bernyanyi
bersama. Lalu mereka menghampiri madding sekolah. Di sana udah ada Pak Asep yang membawa brosur
pengumuman.
Pak Asep : “Anak-anak, ini ada pengumuman penting tentang Anniversary Party SMAN 11
BEKSI.” (kemudian pergi)
Bagas : “Kir, Ca, gimana kalo kita ikut dance??”
Icha : “Oke sip setuju aku. Tapi ngedance apa??”
Kirana : “Emmm itu lhoo ngedance yang kayak kuda.”
Icha : “Ganggang style??”
Kirana : “Ahh iyaa itu betul!”
Bagas : “Hm gangnam style kaleee. Ga sekalian gang tujuh, gang delapan, gang Sembilan…”
Icha : “Hahaha jangan deh, itu aja yang kayak gini” (jogged ala suffle)
Bagas : “Itu mah gaya orang mabok. Ada-ada aja lu.”
Kirana : “Apa india aja?? Aca aca mehere tumhara kuchekkuchek klambineee..” (sambil
memperagakan tari india)
Icha : “Aaah itu mah film kesukaan emak gue.”
Kirana : “Emak gue juga. Hahaha oya pulang sekolah ntar kita latian lho ya.”
Bagas : “Yaudah yuk ke kantin. Yuk cusss”

Setting masih di madding.

Dita : “Waaah ada info baru nih. Waa tentang kesenian. Seru nih. Menurut buku yang
pernah aku baca, kesenian tari itu kesenian yang mengandalkan gerak tubuh seseorang
untuk berekspresi.”
Deden : “Iya iyaa.. Udah tau. Gak usah dijelasin juga udah paham!”
Ciggi : “Emang tadi Dita jelasin apa??”
Fariz : “Akhh elu! Bener-bener lola ya! Kalo disamain ama dispenser yah itu ….. Pentium I !
hehe.”
Dita : “Menurut buku yang pernah aku baca, dispenser itu gak ada pentium. Yang ada
mah computer kale.”
Fariz : “Upss salah lagi deh.”
Deden : “Emm kita perform tari tradisional aja yuk.”
Ciggi : “Waahh setuju! It’s good idea!”
Fariz : “Iya, nanti Dita aja yang ngajarin kita-kita. Dia kan jago banget.”
Dita : “Oh ya dong. Dita gituu lhhoo..”
Deden : “Okelah kalo begitu..”
Mayang : “Excuse me, kalian mau ikut perform ya??”
Ciggi : “Oh iyaa dong. You??”
Yolanda : “Emm iya. Tapi I’m confuse. Kita gak tau mau perform apa. Belum ada bayangan.”
Pak Asep : (datang dengan membawa bolpoin) “Saya menemukan bolpoin. Ada yang
merasa kehilangan??”
Yolanda : (mencari bolpoinnya) “Maaf pak, itu milik saya.”
Pak Asep : “Ini milikmu??”
Mayang : “Thank you sir.” (menerima pake tangan kiri)
Pak Asep : “Baiklah. Saya ke kantor dulu ya.”
Fariz : “Hei kamu gak sopan yah!”
Yolanda : “What’s??”
Deden : “Iya. Masa nerima bolpoin pake tangan kiri??”
Yolanda : “Terus masalahnya apa??”
Dita : “Menurut buku yang aku baca, kalo menerima pemberian dari orang lain apalagi
dari orang tua harus menggunakan tangan kanan. Biar sopan.”
Mayang : “Iyaa betul itu.”
yolanda : “Alaaahh di Paris aja bebas kok.”
Mayang : “Tapi kamu harus menyesuaikan.”
Yolanda : “Tapi Mayang, kita hidup secara rasional dan freedom. Gak semua harus ada aturan!”
Fariz : “Hellooo mbak yuu!! Tapi ini Indonesia! Kamu tau resikonya kan kalo tidak
dapat menyesuaikan adat??”
Yolanda : “Aku tak pernah takut dengan resiko! Aku bukan orang-orang Indonesia yang
suka berpikir terlalu panjang kali lebar untuk memperhitungkan resiko yang gak jelas!”
Mayang : “Udah. Udah! Masa Cuma gara-gara tangan kanan or tangan kiri aja kita
jadi berantem?”
Ciggi : “Tapi ini masalah kesopanan. Kita orang timur harus melestarikan yang
namanya kesopanan! Kita kan punya pendirian.”
Deden : “Iya. Aku gak suka ada orang yang meremehkan kesopanan.”
Yolanda : “Terus sekarang kalian mau apa kalo aku gak sopan??”
Mayang : “Udah jangan berantem! Walaupun kita beda ras dan suku, gak
seharusnya diperdebatkan seperti ini. Maaf temen-temen, mungkin Yolanda
perlu adaptasi yang
lebih.”
Dita : “Okee. Semoga tidak terulang lagi.”
Fariz : “Udah yukk ke kelas. Aku ngantuk.”
Deden : “Yaahh elu mah emang miss sleepy!”

Dit dan kawan-kawan memasuki kelas sambil berbincang

Dita : “Heii gimana rencana yang tadi?? Jadi kan kita tari tradisional?”
Kirana : “Ekhemm. Ciyee ada yang mau nari jaipongan nih yee.. haha”
Icha : “Idihh kampungan banget dehh..”
Ciggi : “Udah deh gak usah pada sirik! Iri kan elu pada!”
Bagas : “Jiaaahhh ga level! Kita mah ngedance gitu lho. Iya ngga guys??”
Dita : “Hei kamu orang Indonesia kan?? Seharusnya kamu melestarikan budaya
Indonesia. Bukan malah menjelek-jelekan budaya Indonesia.”
Deden : “Bener banget tuh. Sok kebarat-baratan!”
Kirana : “Eh sok tau banget lu pada!”
Fariz : “Kayak kita dong bisa nyanyi lagu jawa.” (menyanyi suwe ora jamu)
Ciggi : “Kita juga bisa nyanyi lagu yang lain.” (nyanyi lagu apuse)
Icha : “Alaahh apuse kan orang gila yang ada di perempatan nusa indah!”
Dita : “Huu sembarangan banget kamu!”

Mayang dan yolanda datang. Dan mereka jalan menuju kebangku mereka sambil menyanyikan sebuah lagu.

Bagas : “Eh bule kembar silang! Mau gak gabung ngedance sama kita?”
Mayang : “Of course. Kita juga lagi bingung nih mau perform apa.”
Kirana : “Oke dah sip. Ntar pulang sekolah kita latihan ya. Dan gue ga mau ada yang pulang
duluan.”
Yolanda : “Tapi sorry, aku ntar harus ke apotik dulu mau beli obat.”
Icha : “Yaudah deh.”

Pak Asep datang ke kelas dan membawa kabar gembira untuk murid-murid.

Pak Asep : “Siang anak-anak.”


Murid-murid : “Siang pak..”
Pak Asep : “Bapak bawa kabar gembira buat kalian semua. Hari ini ada rapat sehingga
jam pelajaran cukup sampai jam ini dan kalian boleh pulang sekarang. Silakan
berkemas.”
Murid-murid : “Horeee.. Pulangg..”

Di aula. Sudah ada Kirana,Icha dan Bagas yang sedang latihan dance.

Kirana : “Huh si bule kembar silang kemana aja sih?! Lama banget. Udah ngoyot nih!”
Icha : “Masih mending lu, daripada gue uda ngoyot ngembang plus berbuah lagi!”
Bagas : “Yaa baguslah. Kalo lu pada berbuah kan tinggal gue yang petik, di panen, truss
gue jual. Income deh. Haha”
Icha,Kirana : “Hehh enak banget lu!”
Bagas : “Iya dong. Hehe”

Tiba-tiba Mayang dan Yolanda datang dari apotik dengan ngos-ngosan.

Icha : “Hey. Ini dia nih orangnya!”


Mayang : “Aduh guys, sorry yaah kita telat. Tadi di apotik ngantrinya panjaaaaaang
banget. Berasa kayak ngantri BLT tuh tadi.”
Kirana : “Ouh pantes. Tadi selain ke apotik, sekalian ngantri BLT juga ya?!”
Bagas : “Semedi dulu yah tadi? Gak tau apa kita udah nunggu mpe berhari-hari Cuma
buat latihan??”
Icha : “Sejam Bagas! Gak nyampe sehari kale. Lebay ah lu!”
Mayang : “Kayaknya malah ga ada sejam kok kita pergi.”
Kirana : “Alahh! Yaudah sana play lagunya!”
Mayang : “Oke.” (ngeplay lagu)
Kirana : “Jiaahh bukan itu lagunya! Masa lagu dangdut sih!”
Mayang : “Hehe maaf. Yang ini kan??” (ngeplay lagu campur sari)
Icha : “Aaarrggh! Payah banget sih loe! Sini sini gue aja yang play. Ga becus banget!” (sambil
dorong Mayang)
Mayang : “Yaahh sorry. Aku kan gatau.”
Bagas : “Masa bule gak tau lagu-lagu modern?! Kampungan banget sih loe!”
Icha : “Naahh ini dia lagunya. Yaudah yukk latihan!”

Lalu mereka latihan dance. Dan akhirnya latihan pun selesai.

Kirana : “Ahh cape banget. Yolanda tolong ambilin gue minum dong!”
Bagas : “Sekalian ambilin gue handuk ya! Keringetan nih!”
Yolanda : “Ohh oke oke!”
Icha : “Hey, kenapa gue gak diambilin sekalian??”
Yolanda : (berjalan menuju Bagas, dan di lemparkan handuknya ke muka Bagas) “Heh!
Kamu pikir aku pembantu kalian yang bisa disuruh?!”
Kirana : “Halah. Cius?? Miapa??”
Bagas : “Mie goreng. Goreng apa??”
icha : “Goreng ikan. Ikan apa??”
Kirana : “Ikan mas! Masalah buat loe??!”
Yolanda : “Udah. Udah! Kita ga jadi ikut ngedance bareng kalian deh!”
Mayang : “He.eh! Lebih baik kita pergi aja. Kita juga bias sendiri kok! Tanpa kalian pun kita bisa!
Yuk Yol.”
Kirana : (ga lama kemudian juga pergi)
Bagas : “Eh kir. Mau kemana??”
Kirana : “Pulang!”
Icha : “Ikut pulang ah!”
Bagas : “Yaahh kok gue di tinggal sendirian? Heyy tunggu!!” (mengejar Kirana dan Icha)

Dita dan kawan-kawan memasuki aula.

Ciggi : “Yeee aula kosong! Kita bisa gunain buat latihan sampeee puass!!”
Deden : “Iya! Selangkah lebih maju!! XL sampe puaaasss!!”
Fariz : “Lah loh! Kok malah promosi sih??”
Dita : “Yaudah yukk kita latihan aja.” (ngeplay lagu)
Fariz : “Dita.. Aku malu nih kalo disuruh nari beginian. Aku ga bisa..”
Ciggi : “Waaahh optimis dong. PD ajah kalik! Biasanya juga malah malu-maluin.”
Deden : “Yaps betul! Gak beda jauh juga sama kamu! Haha”
Dita : “Ssstt menurut buku yang pernah aku baca, malu itu di perbolehkan, tapi kalo untuk
masalah perform didepan orang banyak kita musti PD!” (lalu latihan pun dimulai )

Lagi-lagi Pak Asep datang dengan tiba-tiba.

Pak Asep : “Siang anak-anak. Kenapa kalian belom pulang??”


Dita : “Eh ini pak. Kita lagi latihan tari buat perform di Annivnya SMA 11 yang ke 10 tahun
pak.”
Pak Asep : “Owalah.. Ya bagusslah kalo begitu. Tapi sekarang udah sore lho yah.”
Deden : “Iya pak. Ini juga udah selesai kok.”
Yolanda : “Iya pak. Kita juga mau pulang sekarang. Iya kan ??”
Mayang : “He.eh. Gimana kalo kalian pulang bareng kita. Aku bawa mobil kok.”
Fariz : “Ohehe oke oke. Itung-itung hemat ongkoslahh.”
Ciggi : “Yaudah, kami pamit pulang dulu yah Pak.”
Pak Asep : “Iya iya silakan. Hati-hati yaa.”
Malam Anniversary 10 tahun SMAN 11 BEKASI.

Pak Asep : “Selamat malam bapak/ibu guru, dan siswa-siswi SMAN 11 BEKASI. Selamat datang dalam puncak acara
Anniversary 10 tahun SMAN 11 BEKASI. Malam ini kita akan menampilkan beberapa performance dari siswa-
siswi SMA 11 tercinta ini. Ga pake lama-lama, langsung saja kita sambut penampilan yang pertama dari
kelompok Kirana dan kawan-kawan.”

Kelompok Kirana perform. Namun sangat tidak memuaskan karena Kirana jatuh disaat mereka sedang
menampilkan tarian dance moderennya di atas panggung.

Pak Asep : “Yaahh beri tepuk tangan yang meriah untuk perform pertama. Bagus bukan?? Walaupun ada sedikit masalah tapi
tidak akan mengganggu jalannya party mala mini. Dan untuk performance selanjutnya, ini dia penampilan Dita
dan kawan-kawan dengan tari tradisionalnya.”

Dita CS menari dengan kompak dan sangat luwes. Benar-benar memuaskan audience. Dan tiba saatnya salam
penutup dari Pak Asep.

Pak Asep : “Oke. Sayang sekali waktu sudah menunjukkan pukul 10 WIB. Artinya acara Anniversary 10 tahun SMAN 11
BEKASI telah selesai. Saya pribadi mohon maaf jika ada perkataan saya yang kurang berkenan dan saya
ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam acara ini. Selamat malam.”

Di belakang panggung.

Icha : “Heh! Maksud loe itu apa?? Pake acara jatoh segala! Malu-maluin gue tau gak!”
Kirana : “Helloo.. Sorry gue tadi gak sengaja. Lagian yang kayak gitu aja loe permasalahin.
Gak penting banget!”
Bagas : “Itu penting Kirana. Kalo lu tadi gak jatoh, perform kita pasti ga kacau dan pasti lebih
Baik dari Dita and the ganknya itu!”
Icha : “Malu-maluin tau gak! Gak terima gue!” (dorong Kirana)
Kirana : “Heh gak usah nyolot dong! Biasa aje dong! Cari masalah ama gue??” (dorong Icha
balik)
Bagas : “Duhh kenapa jadi berantem kayak gini??”
Kirana : “Dia duluan nih, sok banget!
Icha : “Elu tuh!
Kirana : “Apa?!” (makin berantem)
Bagas : “Haduduh udaahh. Jangan brantem!!”

Dita CS datang.

Mayang : “Ehh ehh stop stop! Kalian kenapa sih??”


Ciggi : “Kayak anak kecil aja deh.”
Dita : “Heyy ada apa sih??”
Kirana : “Dia duluan nih yang mulai!”
Icha : “Apa?? Elu yang cari garagara!”
Fariz : “Udah udah!!”
Bagas : “Udah dong, udah!”
Yolanda : “Kalian tuh anak Indonesia. Gak sepatutnya berantem seperti ini. Sama sekali
tidak menciri khaskan anak Indonesia!”
Mayang : “Aduuhh udah dong! Kalian kan sahabatan! Ga perlu lah brantem Cuma garagara hal
sepele kayak gini!”
Dita : “Iya! Jangan nodai persahabatan kalian dengan sedikit permasalahan.”
Deden : “Masalah itu bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.”
Kirana : “Tapi dia nyolot duluan! Coba dia ga nyolot kayak tadi!”
Icha : “Lu juga tau!”
Mayang : “Udahh! Aku pengen kalian baikan!”
Kirana : “Enggak!”
Icha : “Enggak!!!”
Fariz : “Ayoo dong baikan.”
Ciggi : “Kalian gak inget apa, gimana dulu kalian membangun persahabatan kalian yang
begittuuuu indah?! Terus sekarang rusak gitu aja?? Inget deh gimana awal
persahabatan kalian!”
Bagas : “Iya nih. Jangan brantem dong. Emang lu pada ga kasian ama gue??”
Dita : “Udah sini Kirana!” (menarik tangan Kirana untuk bersalaman dengan Icha) “Icha
sini!” (tarik tangan Icha juga) “baikan yaahh.”

Lalu Kirana dan Icha pun berjabat tangan dan berpelukan. Mereka kembali akur.

Semua : “Horeee..”
Kirana : “Makasih yah guys. Kalian udah nyadarin kita. Kita selama ini udah jahatin kalian
semua. Gataunya kalian baik banget dan sangat peduli sama kita. Aku minta maaf ya”
Icha : “Iyaa Kir. Aku juga minta maaf sama kamu.”
Yolanda : “Okehh. Sekarang kita berteman semuanya yah!”
Bagas : “Iyaa maaf yaa sekali lagi, kita sering jahil sama kalian.”
Mayang : “No problem..”
Dita : “Gapapa kok Bas. Kita buka lembaran baru yang indah dimulai dari sekarang.”
Pak Asep : (nongol lagi, lagi, lagi daaaan lagi) “Ada apa ini?? Ada reunion apa ini??”
Fariz : “Yahhh bapak nongol lagi deh. Telat pula. Hehe ..”
Pak Asep : “Kok kayaknya ada yang rebut-ribut??”
Ciggi : “Ini lho pak, kita lagi bahas sesuatu.”
Pak Asep : “Ohh gitu. Emang lagi pada bahas apa??”
Yolanda : “Lagi bahas kalo persahabatan ituuu…..”
Semua : “Bagai kepompongg!! Haha”
Semuanya pun berpelukan bersama Pak Asep. Cerita SMA pun semakin indah.

Anda mungkin juga menyukai