KD 1.1
KD 1.1
Semester : 1 ( SATU )
B. Metode Pembelajaran
Metode CTL
C. Model Pembelajaran
PASA ( pictures and student active)
D. Media Pembelajaran
OHP
Gambar-gambar
Laptop
E. Sumber Belajar
1. Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah NasionaL Indonesia VI , P.T.Grafitas.
2. Sudirman, Tebba. 2005. Jurnalisme Baru, Kalam Indonesia, Jakarta
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Transmigrasi
5. Modul
6. http://healt.liputan6.com/read/359124/alasan-program-kb-zaman-orba-sukses
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan waktu
A. Pendahuluan: 5’
Appersepsi :
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang akan dipelajari.
- Guru memberikan motivasi tentang perencanaan hidup.
B. Inti 30’
1. Eksplorasi
- Guru menayangkan gambar-gambar tentang pernikahan, keluarga,
kepadatan penduduk.
- Guru meminta siswa memberikan tanggapannya terhadap gambar
yang ditayangkan.
- Guru menjelaskan materi pembelajaran.
2. Elaborasi
- Siswa memperhatikan gambar-gambar yang ditayangkan oleh guru.
- Siswa memberikan tanggapannya tentang gambar-gambar yang
ditayangkan guru.
3. Konfirmasi
- Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami.
- Guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa.
C. Penutup 5’
- Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.
- Guru memberikan tugas tentang pelaksanaan program KB dan
transmigrasi di Indonesia saat ini.
- Guru memberikan informasi tentang materi pertemuan berikutnya.
- Salam penutup.
G.Evaluasi
1. Jelaskan dinamika pertumbuhan penduduk Indonesia pada masa Orde Baru!
2. Jelaskan tujuan diberlakukannya program keluarga berencana pada masa Orde
Baru!
3. Jelaskan peran transmigrasi dalam menanggulangi mobilitas penduduk yang yang
tidak merata pada masa Orde Baru!
Format penilaian :
Soal no 1 = skore 10 - 30
Soal no 2 = skore 10 - 30
Soal no 3 = skore 10 - 30
Nilai Tanggal
Paraf
Orang tua Guru
Semester : 1 ( SATU )
A. Materi Ajar
Hal ini dikarenakan karena mahasiswa Fakultas kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta pada tahun tersebut telah menyelesaikan studinya di kampus, sedangkan
Institut Pertanian Bogor menolak NKKBKK. Dengan penanggung jawab Prof. Nastio (Dubes
UNESCO), menghadirkan delegasi dari FKH Unair untuk di briefing dan di beri pengarahan
tentang pembentukan Ikatan Senat di FKH. Pada saat itu ditunjuklah Sekretaris Jendral dari
mahasiswa FKH Unair yang selanjutnya membentuk tim untuk segera merealisasikan tujuan
NKKBKK. http://bashlamps.wordpress.com/2011/03/15/
Dia khawatir, pasal ini membuka peluang menteri melakukan intervensi pada organisasi
kemahasiswaan. "Padahal organisasi mahasiswa itu, dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk
mahasiswa," kata Hamdan.Dia juga berpendapat, Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi
itu juga sarat semangat komersialisasi, liberalisasi, dan privatisasi pendidikan tinggi negeri yang
dikhawatirkan membuat pendidikan hanya bisa diakses oleh orang kaya saja. "Kami menolak
pengesahan udang-undang itu," kata Hamdan
Kelahiran ICMI bukanlah sebuah kebetulan sejarah belaka. Tapi erat kaitannya dengan
perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang akhir dekade 1980-an
dan awal dekade l990-an, dunia ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik ideologi.
Keruntuhan komunisme sebagai salah satu ideologi yang terkuat di dunia, mengakibatkan
terjadinya perpecahan dan disintegrasi di negara-negara yang diperintah oleh rezim komunis,
khususnya di Eropa Timur.
Ketika kemudian Uni Soviet sebagai negara adikuasa juga runtuh, peta politik dunia juga
berubah secara drastis. Barat dan khususnya Amerika yang memegang hegemoni kekuatan, tidak
lagi memiliki "lawan tanding" yang tangguh dalam perebutan pengaruh. Sementara itu, di sisi
lain, di berbagai belahan dunia tertentu muncul semangat kebangkitan agama (religious revival)
yang membawa implikasi bagi adanya resistensi terhadap arus kekuatan sekuler sebagai produk
dari peradaban Barat. Kebangkitan agama itu secara mencolok juga ditandai dengan tampilnya
Islam sebagai "ideologi peradaban" dunia dan kekuatan alternatif bagi perkembangan peradaban
dunia. Bagi Barat, kebangkitan Islam ini menjadi masalah yang serius karena itu berarti
hegemoni mereka menjadi terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar peradaban,
lahir dari perasaan terancam Barat yang subjektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban
dunia yang sedang bangkit kembali. Tetapi bagi umat Islam sendiri, kebangkitan yang muncul
justru memberikan motivasi untuk mencari alternatif bagi munculnya transformasi nilai-nilai
kultural yang membebaskan manusia dari kegelisahan batin dan ketidakpastian tujuan hidup,
sebagai akibat perkembangan peradaban yang terlalu berorientasi pada materialisme.
Manusia, termasuk manusia Indonesia, terus mencari-cari pegangan agar tidak goyah
oleh perubahan apa pun. Dalam situasi seperti ini, Islam ternyata menjadi pilihan yang lebih
menjanjikan di banding dengan ideologi atau peradaban mana pun. Bertahap tapi pasti, semangat
keislaman meningkat dan menyatu dalam identitas keindonesiaan bangsa Indonesia yang tengah
melaksanakan pembangunan. Ini membawa konsekuensi bagi meningkatnya peran serta umat
Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meningkatnya peran serta umat Islam itu
ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (intellectual booming) di kalangan kelas
menengah kaum santri Indonesia.
Program dan kebijaksanaan pendidikan Orde Baru secara langsung maupun tidak
langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan
kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat dalam institusi-institusi
modern. Panen besar kaum terpelajar muslim itu semakin bertambah ketika dunia pendidikan
makin memberikan peluang kepada mereka untuk bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Berkat kecakapan dan kemampuan akademik
yang tinggi, kelas menengah "neo-santri" yang terpelajar itu dapat memasuki dan mengisi lapisan
birokrasi, dunia kampus, dunia usaha, dan lembaga-lembaga masyarakat dengan profesionalisme
yang teruji.
Dengan kondisi yang membaik ini, maka pada dasawarsa 80-an mitos bahwa umat Islam
Indonesia merupakan "mayoritas tetapi secara teknikal minoritas" runtuh dengan sendirinya.
Sementara itu, pendidikan berbangsa dan bernegara yang diterimanya di luar dan di dalam
kampus, telah mematangkan mereka bukan saja secara mental, tapi juga secara intelektual. Dari
mereka itu, lahirlah critical mass yang responsif terhadap dinamika dan proses pembangunan
yang tengah dijalankan. Di sisi lain, critical mass itu telah semakin memperkuat tradisi
intelektual melalui pergumulan ide-ide dan gagasan-gagasan yang didiseminasikan secara kreatif
dalam forum-forum seminar, pertemuan, atau diekspresikan sebagai karya tulis di media cetak
dan buku-buku. Ini semua melahirkan kepemimpinan intelektual yang sangat kontributif
terhadap pembangunan bangsa. Potensi istimewa ini, sampai dengan akhir dekade 198Gan masih
tercerai berai. Tetapi berkat rahmat dan kehendak Allah SWT, potensi itu akhirnya tergalang
dengan baik lewat pembentukan ICMI.
Melalui ICMI diharapkan potensi umat Islam yang meliputi 88 % penduduk Indonesia
dapat lebih berperan dalam pembangunan nasional. Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir
ini telah terjadi perkembangan dan perubahan iklim politik yang makin kondusif bagi tumbuhnya
saling pengertian antara umat Islam dengan komponen bangsa yang lain, termasuk yang berada
dalarn birokrasi. Kohesi yang positif ini telah mendorong timbulnya situasi yang kondusif untuk
memelihara momentum pembangunan sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945.
Namun demikian disadari bahwa motivasi kelahiran ICMI juga tidak bisa dipisahkan dari
kehendak kalangan cendekiawan muslim untuk menciptakan keadaan yang lebih adil dan
proporsional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehendak ini wajar karena di masa lalu,
umat Islam oleh karena kondisi objektif yang dimilikinya ataupun karena rekayasa pihak-pihak
tertentu, berada dalam posisi yang marginal, bahkan pernah diidentifikasi sebagai kekuatan-
kekuatan destruktif yang anti pembangunan. Melalui ICMI sebagai agregat kaum cendekiawan
muslim, diharapkan muncul perubahan-perubahan yang dinamis dalam Indonesia yang merdeka,
maju, bersatu, berdaulat, sejahtera, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila.
B. Metode Pembelajaran
Metode CTL
C. Model Pembelajaran
Talking Stick
D. Media Pembelajaran
OHP
Laptop
E. Sumber Belajar
1. Modul
2. http://bashlamps.wordpress.com/2011/03/15/. 15 Mei 2013
3. TEMPO.CO, Bandung
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Waktu
A. Pendahuluan: 5’
Appersepsi :
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang telah dipelajari
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang akan dipelajari
B. Inti 30’
Eksplorasi
Konfirmasi
G. Evaluasi
1. Tuliskan pengertian masyarakat intelektual !
2. Jelaskan awal mula munculnya masyarakat intelektual pada masa Orde Baru !
3. Jelaskan tentang perkembangan masyarakat intelektual pada masa Orde Baru !
Format penilaian :
Soal no 1 = skore 10 - 30
Soal no 2 = skore 10 - 30
Soal no 3 = skore 10 - 40
Nilai Tanggal
Paraf
Orang tua Guru
Mengetahui, Ladang Tuha, 2015
Semester : 1 ( SATU )
Revolusi Hijau
Revolusi Hijau merupakan istilah yang digunakan sejak tahun 1960 untuk melukiskan
usaha pengembangan dan pendiversifikasian hasil pertanian. Revolusi Hijau adalah revolusi
produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari
berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut
meningkat di negara-negara berkembang.
Munculnya Revolusi Hijau didasari oleh adanya masalah yang diakibatkan adanya
pertambahan jumlah penduduk yang pesat dan bagaimana mengupayakan peningkatan hasil
produksi pertanian. Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan
peningkatan produksi hasil pertanian.
B. Inti 30’
Eksplorasi
Konfirmasi
G. Evaluasi
1. Jelaskan proses lahirnya revolusi hijau.
2. Analisislah perkembangan revolusi hijau di Indonesia.
3. Jelaskan dampak revolusi hijau terhadap perubahan teknologi.
4. Jelaskan dampak revolusi hijau terhadap perubahan lingkungan.
Format penilaian :
Soal no 1 = skore 10 - 20
Soal no 2 = skore 10 - 40
Soal no 3 = skore 10 - 20
Soal no 4 = skore 10 – 20
Nilai Tanggal
Paraf
Orang tua Guru
Semester : 1 ( SATU )
A. Materi Ajar
PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI
Perkembangan industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses
perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industry . dimana selain penemuan-
penemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang menyebabkan terjadi
industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Dimana revolusi
hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada
perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional.
Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan
proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan
industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang
mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga berhasil menjerat
Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
a. Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
b. Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
c. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru
yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan
industri.
e. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan,
sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulain tertarik akan perkembangan industrialisasi
di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi di Indoensia,
upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu:
a. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk
memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara.
b. Mengembangkan industri pertanian
c. Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami
kemajuan pesat.
d. Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola
olrh PT.PAL Indonesia.
e. Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi
PT. Dirgantara Indonesia.
Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut
menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin meningkat.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari perkembangan
industry.
a. Industry pertanian.
Industry pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan
bantuan tekhnologi industry. Tekhnologi industry itu dapat menghasilkan berbagai macam hasil
yang mempunyai nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industry pertanian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
- Industry pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura.
- Industry pengolahan hasil perkebunan seperti industry minyak kelapa, industry barang-
barang karet dan sebagainya.
- Industry pengolahan hasil perikanan seperti industry pengolahan udang, rumput laut,
ubur-ubur dan lain sebagainya.
- Industry pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan
ranyon, serta industry pengolahan rotan.
- Industry pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitsi sumber-sumber
yang baru.
- Industry pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri maupun ekspor
- Industry mesin dan peralatan pertanian.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industry pertanian agar lebih baik yaitu:
Ø Melakukan panca usaha tani
Ø Penanganan pascapanen
Ø Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen.
Ø Penyediaan sarana dan prasarana
Ø Pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi.
Ø Pemanfaatan lahan kering, pekarangan dan rawa.
Pada dasarnya perekonom ian Indonesia bersifat agraris, bahkan hamper 80% wilayah
Indonesia merupakan daerahpertanian dan sebagian besar penduduk indionesia bekerja di sector
pertanian.
Hasil hasil pertanian yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industry, seperti industry
furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan hasil produksi
pertanian itu ditempuh melalui proses industry pabrtik. Beberapa pabrik industry pengolahan
hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil goodyear di bogor, pabrik kina di bandung,
pabrik kertas di leces dan padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan lain sebagainya.
b. Industry nonpertanian.
Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian, meliputi
industri maritim, industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan energi,
industri semen, besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Berbagai macam industri telah didirikan
untuk meningkatkan produksinya. Pabrik semen di Gresik, Padang, Cibinong, dan Ujung
Pandang. Untuk memperkuat struktur industri Indonesia yang masih lemah, mulai tahun 1984
pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut “Peta Rangka Landasan” bidang
industri dengan sistem “Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center) “sebuah proyek
percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri petrokimia,
pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama dilaksanakan di Palembang,
Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur.
- Industri Pertambangan dan Energi
Industri pertambangan dan industri diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan baku
bagi industri dalam negeri, dan meningkatkan ekspor.
Contohnya adalah:
Ø industri tambang batu bara di Sawahlunto;
Ø industri tambang emas di Irian Jaya;
Ø industri tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang;
Ø industri tambang timah di Belitung;
Ø industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang
· IndustriElektronika. Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring
bermunculan perusahaan elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan
Panasonic bergabung menjadi Panasonic).
· Industri Pariwisata
Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata
internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun
keuntungan industri wisata adalah:
Ø mendatangkan devisa Negara
Ø memperluas lapangan kerja
Ø memacu pembangunan daerah
Ø meningkatkan rasa cinta tanah air
Ø mengembangkan kerajinan rakyat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional
membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu:
industri mesin dan logam dasar (industri hulu);
industri kimia dasar (industri hulu);
kelompok aneka industri (industri hilir);
industri kecil termasuk industri rumah tangga.
Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup
menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
Swasembada Beras
Kesejahteraan Penduduk
Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan Struktur Lapangan Kerja
Perkembangan Investasi
Karakter yang dikembangkan;
Kerja keras, tanggung jawab, cinta tanah air, menghargai.
B. Metode Pembelajaran
Metode CTL
C. Model Pembelajaran
Talking Stick
D. Media Pembelajaran
OHP
Laptop
E. Sumber Belajar
1. Modul
2. http://id.shvoong.com/humanities/history/2139155-perkembangan-
industri-pertanian-dan-nonpertanian/#ixzz1Yw21QYvP
3. Berbagai sumber
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan waktu
1. Pendahuluan: 5’
Appersepsi :
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang telah dipelajari
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang akan di pelajari
2. Inti 30’
Eksplorasi
G. Evaluasi
Paraf
Orang tua Guru
Semester : 1 ( SATU )
1. Cipto Mangunkusumo
2. Suwardi Suryaningrat
3. M. Yamin
4. Soekarno
5. Hatta
Pengekangan terhadap pers kembali terjadi pada 1978, berkaitan dengan maraknya aksi
mahasiswa menentang pencalonan Soeharto sebagai presiden. Sebanyak tujuh surat kabar di
Jakarta (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos
Sore) dibekukan penerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon, dan diijinkan
terbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maaf kepada pemimpin
nasional (Soeharto).
Pada era Soeharto terdapat tiga faktor utama penghambat kebebasan pers dan arus
informasi: adanya sistem perizinan terhadap pers (SIUPP), adanya wadah tunggal organisasi pers
dan wartawan, serta praktek intimidasi dan sensor terhadap pers. Faktor-faktor itulah yang telah
berhasil menghambat arus informasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi lembaga
kontrol.
Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan sendirinya mengakhiri berbagai persoalan.
Periode transisi, di era Presiden Habibie berlanjut ke Presiden Abdurrahman Wahid, suasana
keterbukaan justru memunculkan berbagai persoalan baru yang lebih kompleks, tidak sekadar
hitam-putih.
Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan liberalisasi dan itu pun
bukan tanpa ancaman. Era Abdurrahman Wahid memperlihatkan kesungguhan untuk
mengadopsi kebebasan pers, namun masih harus ditunggu sejauh mana keseriusan rezim Gus
Dur-Megawati menegakkan kebebasan pers, mengingat basis pendukung dua pemimpin ini
(Banser NU dan Satgas PDI Perjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers
melalui aksi-aksi intimidasi terhadap pers. Ancaman terhadap kebebasan pers yang semula
datang dari pemerintah melalui berbagai aturan represif, beralih wujud melalui tekanan massa
serta ancaman internal: tumbuhnya penerbitan pers yang sensational dan tidak mengindahkan
etika.
Departemen Penerangan, lembaga kontrol yang dua dasawarsa lebih menjadi hantu
pencabut nyawa bagi Pers, dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, pada Oktober 1999.
Presiden Wahid yang baru terpilih itu menegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan
lagi menjadi urusan pemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya
kontrol negara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Babak baru perkembangan pers Indonesia
sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya, banyak catatan sejarah pers di Indonesia
berada pada titik rekaman tekanan dan intimidasi. Pers Indonesia terperangkap dalam ranjau-
ranjau peraturan dan sensor yang dipasang pemerintah. Pengalaman di Indonesia, kebebasan itu
seakan-akan merupakan berkah atau hadiah dari penguasa baru yang muncul menggantikan
penguasa otoriter sebelumnya. Kebebasan pers setelah masa reformasi membawa peluang besar
bagi kelompok pengusaha.
Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk mengekplorasi
kebebasan. Dampak yang kemudian terlihat, kebebasan itu untuk sebagian media, bukannya
diekplorasi melainkan dieksploitasi. Sejumlah kebingungan dan kejengkelan terhadap kebebasan
pers di era reformasi ini bisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi, informasi
yang diedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi. Akibat ketiadaan
otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak pers, maka “publik”
kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuai tolok ukur mereka sendiri.
Era reformasi kini telah memproduksi media massa berorientasi populis, mengangkat
soal-soal yang digunjingkan masyarakat. Akibatnya seringkali media massa menyebarkan
informasi yang sebenarnya berkualifikasi isu, rumor bahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan
hujatan). Pada ekstrim yang lain terdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan politis:
mempengaruhi dan membujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan ideologi dan tujuan
politisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak lawan
Media massa sebagai penyalur informasi mengemas apapun yang bisa diinformasikan,
asalkan itu menyenangkan dan sedang menjadi gunjingan publik. Gaya media semacam ini
kemudian mendapat reaksi sepadan dari kelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal
dan tertutup, atau kelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jika
pemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalan pintasnya
adalah melabrak dan mengancam yang ternyata memang terbukti sangat efektif bahkan sampai
pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono kondisi komunikasi massa di
Indonesia tampak jauh lebih baik dari sisi penyajiannya, namun sampai saat ini banyak materi-
materi yang disajikan, menyimpang dari apa yang dicita-citakan. Hal ini ditandai dengan
semakin banyaknya media cetak maupun elektronik hadir dikalangan masyarakat, yang
orientasinya lebih kepada meraut keuntungan dunia usaha
d. Radio.
Radio siaran pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie-Hindia Belanda),
ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya
didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda dan berstatus
swasta. Setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di
kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang paling terbesar dan terlengkap adalah
radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan,
karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor timbulnya radio
siaran usaha bangsa Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota
Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkuneoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya,
radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan
khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di
Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta,
Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya
boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu saja. Namun demikian di kalangan pemuda terdapat
beberapa orang dengan risiko kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran
luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada 14 Agustus 1945 Jepang telah
menyerah kepada sekutu.
Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai
oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa
Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk disekitar
Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan
kelluar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama
kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan
station call”Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad Hatta dan
pimpinan lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat
Indonesia.
Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para
pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September
itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia).
Sampe akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai
dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi
sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan
acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai
diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional. Selanjutnya, stasiun RRI
Regional juga membantu menginformasikan program-program spemerintah, seperti Keluarga
Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan
perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan beberapa radio siaran amatir
yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun perlu ditertibkan.
Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1970 tentang Radio
Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak,
serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun-stasiun
radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio siaran
Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).
e. Televisi.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962,
bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se- Asia IV atau Asean Games di Senayan.
Sejak itu pula Televisi republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun
(station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) Selama tahun
1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala
kesederhanaannya.(Nugroho Notosusanto:512)
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar
diberbagai wilayang agar dapat menerima siaran televise, maka pada tanggal 6 Agustus 1976,
Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran
televisi. Dalam perkembangannya satelit Palapa A selanjutnya Satelit Palapa B, Palapa B-2,
Palapa B2P dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah,
dkk. 1999).
TVRI yang berada di bawah, Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat
menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989
TVRI mendapat saingan televise siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat komersial. Kemudian
secara berturut-turut berdiri stasiun televise swasta lainnya seperti SCTV, TPI, ANTV , dll.
Meskipun lima stasiun televisi sudah beroperasi, televise siaran tidaka akan pernah
menggeser kedududkan radio siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri.
Televise siaran dan rasio siaran, serta media lainnya berperan salaing mengisi. Televise siaran
menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan
Respon Negatif
Perkembangan teknologi informasi di indonesia pernah menimbulkan dilema
bagi pemerintah. Di jaman Orde Baru berkuasa dulu, TI disikapi dengan penuh
kebingungan, seperti misalnya dalam kasus penggerebekan salah satu Internet
Service Provider ( ISP ) di Jakarta saat “kudatuli” ( kerusuhan dua puluh tujuh juli )
yang menghebohkan itu. Kasus ini layaknya menghadapkan kemajuan TI dengan
alat perang dan kekuasaan. Dan seperti biasanya, senjata lebih berkuasa daripada
teknologi. Namun kekuatan TI yang ditekan itu kemudian tampil jumawa dalam
episode jatuhnya Orde Baru. Konon dipercaya bahwa gerakan mahasiswa dan
bantuan logistiknya dikoordinasikan dengan memanfaatkan kecanggihan TI ini.
Bahkan komunikasi militer pun disadap dan semua sandi militer diterjemahkan
oleh para aktivis dan dibagikan lewat pager, telepon genggam dan email pada para
koordinator lapangan untuk mengantisipasi blokadi militer yang menyapu Jakarta
dan kota-kota lainnya saat itu, 1998 dan 1999. TI secara langsung atau tidak
berkontribusi atas terjadinya suatu perubahan sosial yang bermakna di Indonesia
yaitu jatuhnya rejim militeristik yang sudah berkuasa 32 tahun lamanya.
Sikap pemerinta Orde Baru yang cendrung curiga dan khawatir ini disebabkan
pemerintah khawatir hal itu akan dimanfaatkan bagi pihak-pihak tertentu dalam
negara untuk bersikap kritis terhadap setiap kebijakan pemerintah. Tapi, entah
dimana salahnya pemerintah baru yang terpilih secara relatif demokratis pasca rejim
Orde Baru ini njuga gagap menanggaapi kemajuan TI. Keputusan Presiden No. 96
Tahun 2000 yang garis besarnya berisi larangan masuknya investor asing dibidang
industri multimedia di indonesia, menunjukkan dengan jelas kebingungan
pemerintah dalam merespon perkembangan bisnis multimedia, yang tentu ada
dalam mainstream TI
Karakter yang dikembangkan;
Tanggung jawab, cinta tanah air, menghargai.
B. Metode Pembelajaran
Metode CTL
C. Media Pembelajaran
OHP
Laptop
D. Sumber Belajar
1. Modul
2. http://id.shvoong.com/humanities/history/2139410-perkembangan-satelit-dan-
radio-di/#ixzz1Yw31M6Ig
3. Berbagai sumber
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan waktu
4. Pendahuluan: 5’
Appersepsi :
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang telah dipelajari
- Guru memberikan tes awal tentang materi yang akan di pelajari
5. Inti 30’
Eksplorasi
Format penilaian :
Soal no 1 = skore 10 - 30
Soal no 2 = skore 10 - 30
Soal no 3 = skore 10 - 40
Nilai Tanggal
Paraf
Orang tua Guru