Anda di halaman 1dari 57

BAB II

PEMBELAJARAN

MODUL
PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN
PENANGGULANGANNYA
Anif Sukmawati

P E N D A H U L U A N

Dalam pembahasan modul ini Anda akan diajak untuk memahami dasar teoritis
tentang permasalahan kependudukan dan penanggulangannya. Setelah mempelajari modul
ini, Anda diharapkan dapat mendeksripsikan secara singkat tentang permasalahan
kependudukan dan upaya penanggulangannya. Selain itu, Anda juga diharapkan dapat
menyajikan data kependudukan dalam bentuk tabel, peta, dan grafik.
Di bawah ini dijelaskan secara sinkat kelengkapan modul ini, sebagai berikut:
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
B. KOMPETENSI DASAR
1.2 Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya.
C. DESKRIPSI
Modul pembelajaran berbasis cetak ini Penyusun susun dengan tujuan untuk
menambah referensi materi pembelajaran IPS Terpadu (Geografi) khususnya jenjang SMP.
Untuk itu Penyusun berusaha menyusun modul pembelajaran berbasis cetak ini dengan
menggunakan bahasa logika yang mudah dimengerti oleh siswa dan langkah-langkah yang
lebih praktis tetapi dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidah berfikir logis.
Adapun langkah-langkah Penyusun dalam menyusun materi pembelajaran sebagai
berikut :
a. Pengertian
b. Pemahaman konsep
c. Latihan atau tugas
d. Tes uji kompetensi
e. Rangkuman materi

D. WAKTU
Alokasi waktu bab Permasalahan Kependudukan Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya ini adalah 4 kali pertemuan yaitu 2 jam pelajaran ( 1 jam pelajaran yaitu
45 menit) = 4 x 90 menit.

E. PRASYARAT
Agar dapat memahami dan mengerti tentang pembahasan modul ini, terlebih dulu
syaratnya siswa sudah belajar dan lulus pada materi permasalahan sosial akibat pertumbuhan
penduduk terlebih dahulu.

F. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Modul pembelajaran Geografi ini disusun untuk membantu siswa SMP memahami
materi permasalahan kependudukan dan cara penanggulangannya. Modul ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dalam membimbing siswa mempelajari
Geografi dan Kependudukan.
Setiap pembahasan materi dalam kegiatan belajar (bab-bab) dalam buku ini disusun
dengan sistematika yang unik, sehingga dapat mempermudah siswa dalam mempelajari
materi yang disajikan. Sistematika buku ini adalah sebagai berikut :
1. Peta Kedudukan Modul
Berisi konsep-konsep dari materi yang akan dipelajari serta hubungan antar konsep.

2. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa mengetahui apa yang hendak dicapai setelah mempelajari modul ini.

3. Uraian materi pembelajaran


Disusun dengan sistematis dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, mulai
dari pengertian bab yang dipelajari, konsep dasar yang mudah cara pemahamannya.

4. Latihan dan Tugas


Untuk mengukur kemampuan atau pemahaman siswa terhadap materi tentang
kependudukan. Tugas diberikan agar siswa mampu mengaplikasi pengetahuannya
dengan soal-soal yang bervariasi atau praktik-praktik sederhana.

5. Uji Kompetensi (tes formatif)


Disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dibahas
dengan mengerjakan soal-soal objektif dan uraian.

6. Rangkuman
Berisi materi yang diringkas, namun tidak mengurangi esensi dari materi yang sudah
dijelaskan pada kegiatan pembelajaran (bab). Disusun untuk memudahkan siswa
memahami kembali materi yang sudah dibahas dalam bentuk yang singkat namun jelas.

G. TUJUAN AKHIR
Secara khusus setelah mempelajari keseluruhan materi dan menyelesaikan latihan
pada buku kerja, anda diharapkan dapat:

1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk (kelahiran


dan kematian).
2) Membandingkan tingkat kepadatan penduduk tiap provinsi dan pulau di Indonesia.
3) Mendeksripsikan komposisi penduduk Indonesia menurut pendidikan, jenis kelamin,
umur, dan tempat tinggal.
4) Menghitung perbandingan laki-laki-perempuan (sex ratio), angka usia harapan hidup,
dan beban ketergantungan serta mengartikan angka tersebut.
5) Mendeskripsikan berbagai dampak ledakan penduduk dan upaya untuk mengatasinya.
6) Mengidentifikasi jenis-jenis migrasi, faktor penyebabnya, serta dampaknya.
7) Mengidentifikasi masalah kependudukan di Indonesia dan menyajikan data
kependudukan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.

H. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu memahami materi kelas VIII semester Ganjil khususnya kompetensi
dasar 1.2 Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya, yaitu
:
1. Pertumbuhan penduduk
2. Kepadatan Penduduk
3. Komposisi Penduduk
4. Perhitungan Sex Ratio, Usia Harapan Hidup dan Beban Kertegantungan
5. Ledakan Penduduk dan Upaya Penanggulangannya
6. Migrasi dan Dampaknya
7. Permasalahan kependudukan dan Penyajian data kependudukan dalam bentuk
peta, tabel, dan grafik.
Tinjauan Mata Pelajaran

Mata Pelajaran IPS Terpadu (Geografi) memiliki bobot 2 jam pelajaran. Mata
Pelajaran IPS Terpadu (Geografi) akan membekali anda dengan pengetahuan tentang
tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam
dan kehidupan umat manusia dan variasi wilayahnya. Dalam hal ini khususnya mengkaji
tentang kehidupan antar umat manusia (antroposfer) yaitu aspek kependudukan,
permasalahan, dan penanggulangannya.

Setelah menyelesaikan materi ini, Anda diharapkan menguasai dan mampu untuk
memahami perkembangan jumlah penduduk, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk (mortalitas dan fertilitas), membandingkan tingkat kepadatan
penduduk tiap provinsi dan pulau, kondisi penduduk berdasarkan piramidanya, menghitung
sex ratio, usia harapan hidup dan beban ketergantungan, ledakan penduduk, dampak positif
-negatif migrasi dan penanggulangannya, mengidentifikasi permasalahan kependudukan di
Indonesia, dan menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik.

Secara khusus setelah mempelajari keseluruhan materi dan menyelesaikan latihan


pada buku kerja, anda diharapkan dapat:

1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk (kelahiran


dan kematian).
2) Membandingkan tingkat kepadatan penduduk tiap provinsi dan pulau di Indonesia
3) Mendeksripsikan komposisi penduduk Indonesia menurut pendidikan, jenis kelamin,
umur, dan tempat tinggal.
4) Menghitung perbandingan laki-laki-perempuan (sex ratio), angka usia harapan hidup,
dan beban ketergantungan serta mengartikan angka tersebut.
5) Mendeskripsikan berbagai dampak ledakan penduduk dan upaya untuk mengatasinya.
6) Mengidentifikasi jenis-jenis migrasi, faktor penyebabnya, serta dampaknya.
7) Mengidentifikasi masalah kependudukan di Indonesia dan menyajikan data
kependudukan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta.
Agar anda berhasil, pelajari setiap kegiatan belajar dengan cermat sesuai dengan
petunjuk yang ada, kerjakanlah semua latihan dan tes formatif yang ada.
Selamat Belajar!
Kegiatan Belajar 1

Pertumbuhan Penduduk

Tujuan Instruksional Umum


Setiap siswa memahami tentang definisi penduduk dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan ini siswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian penduduk dan pertumbuhan penduduk.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
3. Memamhami rumus-rumus yang berkaitan dengan pertumbuhan penduduk.

BKKBN Pusat mencatat tahun 2011 lalu jumlah penduduk Indonesia mencapai
241 juta jiwa. Akhir tahun 2012 mendatang diperkirakan akan mencapai 245 juta jiwa.
Deputi Advokasi, Penggerakan dan Informasi pada BKKBN, Hardiyanto, Rabu (22/2/12)
menyebutkan bahwa per Desember 2011 lalu, jumlah penduduk di Indonesia sudah sebanyak
241 juta jiwa. Jumlah tersebut naik 3 persen dibandingkan tahun 2010.
Menurutnya, saat ini, laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,5 persen
pertahun atau bertambah sekitar 3,5 juta jiwa. Jika diakumulasikan, maka hingga akhir tahun
2012 mendatang, jumlah penduduk Indonesia di perkirakan akan mencapai 245 juta jiwa.
"Program KB (Keluarga Berencana-Red) merupakan program penting untuk dapat menekan
kenaikan jumlah atau angka penduduk di Indonesia. Karena pertumbuhan penduduk di
Indonesia cukup pesat," terangnya dalam acara Raker BKKBN 2011 di Pekanbaru.
Dari wacana di atas dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan penduduk
Indonesia meningkat cepat dalam kurun waktu yang singkat. Lalu apakah sebenarnya
definisi dari pertumbuhan penduduk? Baca baik-baik penjelasan berikut ini!
A. Definisi Penduduk

Penduduk adalah sekelompok manusia yang


menempati wilayah tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Penduduk setiap saat selalu mengalami
perubahan baik secara kualitatif atau kuantitatif.
Perubahan secara kuantitatif meliputi perubahan dalam
hal jumlah, kepadatan penyebaran, dan sebagainya.
Sedangkan perubahan penduduk secara kualitatif
meliputi perubahan dalam

Gambar 1. Permukiman Penduduk


Sumber; http://ihdinews.com
hal tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, penguasaan teknologi, dan sebagainya. Perubahan
penduduk secara kuantitatif maupun kualitatif ini disebut sebagai dinamika penduduk.
B. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk
suatu daerah atau wilayah atau negara karena faktor-faktor tertentu. Berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi, pertumbuhan penduduk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan penduduk campuran.
Adapun penjelasan mengenai pertumbuhan penduduk alami dan penduduk
campuran adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan penduduk alami (Natural Increase)
Adalah pertumbuhan penduduk yang hanya dihitung dari selisih antara kelahiran
dan kematian. Jadi, dalam hal ini faktor kelahiran dan kematian saja yang berperan. Rumus
untuk menghitung pertumbuhan penduduk alami, yaitu:

Pertumbuhan Penduduk Alami: Jumlah Kelahiran – Jumlah Kematian

2) Pertumbuhan penduduk migrasi


Perkembangan penduduk yang disebabkan oleh perbedaan antara jumlah migrasi
masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi). Jumlah imigrasi yang melebihi jumlah
emigrasi akan menambah jumlah penduduk di negara yang bersangkutan, dan sebaliknya jika
emigrasi lebih besar dari imigrasi maka jumlah penduduknya akan mengalami penururnan.
Rumus pertumbuhan penduduk migrasi yaitu:
PM =I-E

Keterangan:
PM = jumlah pertumbuhan penduduk migrasi

I = jumlah penduduk imigrasi (penduduk yang masuk)

E = jumlah penduduk emigrasi (penduduk yang keluar)

3) Pertumbuhan penduduk total ( Total Increase)


Adalah pertumbuhan penduduk yang dihitung dengan menggunakan selisih antara
kelahiran dan kematian serta dari selisih migrasi masuk dan migrasu keluar. Faktor
demografi yang berpengaruh dalam hal ini, meliputi : kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk.

Rumus untuk menghitung pertumbuhan penduduk total adalah:

Pertumbuhan Penduduk Total : (kelahiran-kematian) + (datang-pergi)

Adapun di bawah ini akan disajikan contoh perhitungan pertumbuhan


penduduk total, sebagai berikut:
Contoh Soal:

Jumlah penduduk di negara A pada pertengahan tahun 2006 sebesar 7.200.000


jiwa. Antara pertengahan tahun 2000 sampai pertengahan tahun 2001 terdapat
kelahiran 115.200 jiwa, dan kematian 50.400 jiwa. Jumlah imigrasi yang masuk
antara tahun tersebut adalah 11.250 jiwa dan yang kelaur (emigrasi) sebesar 9.750
jiwa.

Diketahui: L =115.200

K = 50.400

I = 11.250

E = 9.750

Ditanya :PP…?

Jawab : PP = (L-M) + (I-E)

= (115.200 - 50.400) + (11.250 – 9750)

= 64.800 + 1.500

= 66.300 jiwa.

Jadi pertumbuhan penduduk total di negara A tersebut pada


pertengahan tahun 2007 adalah 7.200.000 + 66.300 jiwa = 7.266.300 jiwa

Pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu,secara


garis besar faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor sosial maupun
faktor demografi. Marilah kita pelajari bersama satu persatu faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut, yaitu:
1. Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk suatu negara
antara lain:
a. Tinggi rendahnya tingkat kesehatan penduduk,
Makin tinggi tingkat kesehatan penduduk akan mendorong semakin tingginya
pertumbuhan penduduk dan sebaliknya.
b. Tinggi rendahnya tingkat penduduk,
Semakin tinggi tingkat pendidikan pendudukan akan semakin berkurang atau menurun
pertumbuhan penduduknya.
c. Adanya tradisi daerah tertentu yang mendorong terjadinya pertumbuhan
penduduk yang tinggi.
Misalnya saja adanya paham yang menyakini banyak anak banyak rezeki atau paham
yang mengatakan tabu jika tidak punya anak, dan sebagainya.
d. Adanya berbagai program kependudukan, seperti KB, larangan menikah usia
muda, dan sebagainya yang dapat menghambat atau menurunkan pertumbuhan
penduduk.

2. Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk suatu daerah
dibagi menjadi tiga yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan peprindahan
penduduk (mobilitas). Adapun ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fertilitas (Kelahiran Hidup)
Fertilitas dalam ilmu demografi atau pendudukan artinya kemampuan riil
(nyata) dari seorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dengan jumlah bayi yang
dilahirkan dalam keadaan hidup. Dengan kata lain, fertilitas juga biasa diartikan sebagai
kelahiran hidup yakini angka kelahiran kasar, angka kelahiran khusus, dan sebagainya.
1) Angka Kelahiran Kasar (Crode Birth Rate)
Angka kelahiran kasar atau “Crode Birth Rate/CBR” adalah banyanyaknya
kelahiran hidup setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun. Angka kelahiran kasar dapat
dihitung dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

CBR : B / P x k (1000)

Keterangan:
CBR = Crude Birth Rate / Tingkat kelahiran kasar
B = Birt yaitu jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun tertentu
P = Population yaitu jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K(1000) = Bilangan konstanta (bilangan tetap)
Contoh perhitungan rumus CBR:

Perhitungan angka kelahiran kasar, berdasarkan hasil sensus peunduduk


tahun 1980, jumlah kelahiran hidup penduduk Indonesia sebanyak 4.818.000
jiwa. Pada pertengahan tahun tersebut jumlah penduduk Indonesia mencapai
146.000.000 jiwa. Hitunglah angka kelahiran kasar atau CBR! (cari data terbaru
untuk perhitungan)

Jawab:

Diketahui : -Birth (jumlah kelahiran hidup) “B” = 4.818.000

-Population (jumlah penduduk pertengahan tahun) “P” = 146.000.000

Ditanya : CBR ….?

Jawab : CBR = B/P x k (1000)

: CBR = 4.818.000 / 146.000.000 x 1000

: CBR = 33

Jadi CBR penduduk Indonesia tahun 1980 adalah 33 jiwa.

Dari hasil perhitungan tersebut, artinya di Indonesia pada tahun 1980 setiap
1000 penduduk terdapat 33 kelahiran hidup. Ada ketentuan atau tolok ukur untuk
menentukan tinggi rendahnya angka kelahiran kasar suatu negara atau daerah, yaitu:
a) Angka kelahiran kasar tinggi, jika angka kelahiran lebih dari 30
b) Angka kelahiran sedang, jika angka kelahiran antara 20-30
c) Angka kelahiran kasar rendah, jika angka kelahiran di bawah 20

2) Angka Kelahiran Khusus (Age Specifik Fertility Rate = ASFR)


Angka kelahiran khusus (ASFR) yaitu banyaknya kelahiran hidup setiap 100
wanita kelompok umur produktif. Wanita usia produktif adalah wanita yang berumur 15-49
tahun, sebab pada usia-usia tersebut wanita memiliki kemampuan besar untuk melahirkan.
Rumus untuk menghitung besarnya angka kelahiran khusus sebagai berikut:

ASFR = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i X k (1000)


Jumlah wanita pada kelompok umur i pada
pertengahan tahun
Atau ASFR  Bi / Pi X K (1000)
Keterangan : Bi = Jumlah kelahiran bayi hidup kelompok umur I (kelompok umur
tertentu)
Pi = Jumlah wanita pada kelompok umur I (tertentu) pada
pertengahan tahun
K = Angka Konstanta (1000)

Contoh perhitungan rumus ASFR:

Tahun 1990 jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada suatu daerah tertentu
sebesar 1.331.492 orang. Pada tahun tersebut terdapat kelahiran hidup pada
kelompok wanita umur 15-49 sebesar 97.199 bayi hidup. Hitunglah angka-angka
kelahiran umur khusus atau ASFR pada daerah tersebut!

Jawab:

Diketahui : Bi =97.199

Pi (15-19) = 1.331.492 :2 = 665.746

Dijawab : Rumus ASFR = Bi/ Pi x 1000

ASFR = 97. 199 / 665.746 X 1000

ASFR = 146

Jadi angka kelahiran khusus penduduk daerah tersebut adalah 146 orang

Angka kelahiran khusus atau ASFR 146 tersebut, artinya setiap 1000 penduduk
wanita berusia 15-49 tahun di daerah tersebut pada tahun 1990 terdapat 146 kelahiran bayi
hidup.

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya kelahiran atau faktor antifertilitas, meliputi:


1) Keberhasilan program keluarga berencana (KB)
2) Diterbitkannya Undang-Undang Perkawinan yang mengatur usia perkawinan.
3) Adanya pembatasan tunjangan anak bagi para pegawai negeri.
4) Semakin banyaknya wanita karir (wanita yang berkerja)
5) Semakin sadarnya penduduk untuk menunda usia perkawinan
6) Semakin meningkatkanya pendidikan dan pengetahuan penduduk
7) Semakin majunya industri suatu negara dan sebagainya

Sedangkan faktor-faktor yang menunjang terjadinya kelahiran, meliputi:


1) Pernikahan dan perkawinan usia muda.
2) Pandangan banyak anak banyak rezeki.
3) Anak menjadi harapan bagi orang tua sebagai
pencari nafkah/ membantu orang tua.
4) Anak menjadi kebanggan orang tua karena dengan
memiliki anak, orang tua akan merasa lebih
dihargai oleh masyarakat.
5) Anak laki-laki dianggap sebagai penerus keluarga,
sehingga jika belum mendapatkan keturunan lelaki,
orang akan terus berusaha untuk memiliki anak.
Gambar 2. Keinginan Setiap pasangan untuk
menimang bayi sebagai generasi penerus
mereka
Sumber: http://wolipop.detik.com
b. Mortalitas (Kematian)
Mortalitas yaitu jumlah kematian penduduk yang terjadi pada suatu daerah
tertentu dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun.
1) Angka Kematian Kasar ( Crode Death Rate/ CDR)
Angka kematian kasar adalah banyaknya kematian setiap 1000 orang atau
penduduk dalam waktu satu tahun pada daerah tertentu. Rumus untuk menghitung angka
kematian kasar adalah sebagai berikut:

Tingkat Kematian Kasar (CDR) = D/ Pm X


K
Keterangan :
D (Death) = Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pm (population) = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
(biasanya pada bulan juni/juli)
K (konstanta) = Bilangan konstanta yaitu 1000
Contoh perhitungan rumus CDR:

Daerah “B” pada tahun 2005 jumlah penduduknya pda pertengahan tahun
mencapai jumlah 77.020.000 jiwa. Dalam kurun waktu satu tahun tersebut,
terdapat kematian penduduk sejumlah 1.093.170 jiwa. Berapa angka kematian
kasar penduduk pada daerah “B” tersebut?
Adapun contoh perhitungan CDR dapat kalian lihat sebagai berikut:
Jawab:

Diketahui: D = 1.093.170

Pm = 77.020.000

Ditanya : CDR ……?

Jawab :

CDR = D/Pm x k

= 1.093.170 / 77.020.000 x 1000

= 14,19

Jadi, angka kematian kasar penduduk daerah “B” adalah 14,19 jiwa, artinya
pada tahun 2005 di daerah “B” setiap 1000 penduduk terdapat 14 jiwa yang mati. Angka
kematian penduduk kasar sebesar 14,19 termasuk sedang. Hal tersebut berdasarkan
ketentuan tinggi rendahnya angka kematian penduduk sebagai berikut:
a) Golongan tinggi, jika angka kematian lebih dari 20
b) Golongan sedang, jika angka kematian antara 10-20
c) Golongan rendah, jika angka kematian bawah 10

2) Angka Kematian Khusus (Age Specific Death Rate)/ ASDR


Angka kematian khusus atau ASDR adalah banyaknya kematian setiap 1000
penduduk usia tertentu pada daerah tertentu dalam kurun waktu satu tahun. Pengertian usia
tertentu bila usia 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-20 tahun, dan sebagainya. Angka kematian khusus
atau Age Specific Death Rate dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ASDR = Di /Pi x K
Keterangan : ASDRi = Age Specific Detah Rate (tingkat kematian
kelompok umur tertentu)
Di = Death I (jumlah kematian pada kelompok umur
tertentu)
Pi = Jumlah penduduk kelompok umur tertentu “i”
pada pertengahan tahun
K = Bilangan kosntanta (1000)

Contoh perhitungan rumus ASDR :

Daerah “P” pada pertengahan tahun 2005 jumlah penduduk untuk kelompok
umur 0-4 tahun sebanyak 135.504.560 . Pada tahun tersebut jumlah kematian
penduduk kelompok umur (0-4 tahun) sebanyak 631.004 jiwa. Hitunglah
angka kematian khusus atau ASDR pada daerah “P” tersebut.

Jawab:

Diketahui : Di =631.004

Pi = 13.504.560

Ditanya : ASDR (usia 0-4 tahun) ….?

Jawab : ASDR0-4 = Di/Pi x k (1000)

ASDR0-4 = 631.004/ 13.504.560 X 1000

ASDR0-4 = 46,72

Jadi, pada tahun 2005 setiap 1000penduduk usia 0-4 tahun di daerah “P” terdapat
kematian penduduk usia yang sama (0-4 tahun) sebesar 46,72 atau 47 jiwa. Angka kematian
khusus terutama untuk angka kematian bayi atau anak-anak mencerminkan tingkat
kesehatan penduduk suatu daerah.
Seperti halnya angka kelahiran, angka kematian atau mortalitas juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian. Faktor tersebut dibedakan menjadi
dua yaitu faktor yang mendorong kematian ( pro-mortalitas) dan faktor yang menghambat
kematian (anti-fertilitas). Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kematian (faktor pro-
mortalitas) antara lain sebagai berikut:
a) Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, seperti kurangnya fasilitas rumah sakit,
kurangnya tenaga medis (dokter, perawat, bidan, dan lain-lain), serta kekurangan
peralatan kesehatan, dan sebagainya.
b) Keadaan gizi makanan yang rendah atau kurang memenuhi syarat.
c) Sering terjadinya bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain).
d) Adanya peperangan antar suku bangsa atau antar negara, misalnya kerusuhan di Irian
Jaya (Papua) antara penduduk lokal dan pendatang (pegawai asing Freeport)
e) Lingkungan kotor yang kumuh, kotor, tidak sehat, dan faktor yang lainnya.
Sedangkan, beberapa faktor yang dapat mencegah terjadinya kematian atau
menghambat kematian antara lain sebagai berikut:
a) Fasilitas kesehatan yang memadai, seperti banyak dijumpai rumah sakit atau
PUSKESMAS, tersedia tenaga medis yang mencukupi, tersedia obat-obatan, dan lain-
lain.
b) Lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari berbagai bakteri dan kuman penyakit.
c) Suasana politik yang aman, damai, rukun, sehingga tidak terjadi perang antarsuku.
d) Daerahnya stabil, tidak pernah terjadi bencana alam, seperti: banjir, tanah longsor,
gempa bumi, konflik sosial, dan lain sebagainya.
c. Mobilitas
Faktor terakhir yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara demografi selain
fertilitas dan mortalitas adalah mobilitas penduduk. Mobilitas berasal dari kata dasar
“mobil” yanga artinya bergerak. Jadi, mobilitas penduduk artinya gerakan penduduk.
Gerakan penduduk yang dimaksud adalah perpindahan penduduk. Proses gerakan atau
perpindahan penduduk terjadi dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu
tertentu.
Sebenarnya pengertian mobilitas penduduk ada dua macam sebagai berikut:
a) Mobilitas Vertikal disebut sebagai perubahan status sosial.
Yaitu perubahan status atau kedudukan ocial seseorang atau pekerjaan dalam
masyarakat.
b) Mobilitas horizontal yaitu gerakan penduduk melintasi batas wilayah ke wilayah lain.
Jenis mobilitas yang berpengaruh terhadap dinamika penduduk adalah mobilitas
horizontal. Mobilitas dalam dinamika penduduk bersifat mengurangi jumlah penduduk
bagi daerah yang ditinggalkan dan menambah jumlah penduduk yang didatangi.
LATIHAN I

Tujuan : Siswa mampu mencari data kematian penduduk di desa atau kelurahan
dimana siswa tinggal serta menghitung angka kematian kasarnya (CDR)

Metode : Pengamatan dan praktik menghitung.

Petunjuk pengerjaan:

1. Bacalah terlebih dahulu materi mengenai fertilitas, mortalitas, dan mobilitas yang
sudah tercantum di buku kalian berikut dengan cara perhitungannya.
2. Pergilah ke kantor kelurahan/ balai desa di tempat tinggal kalian masing-masing
untuk meminta izin mencatat data tentang kematian dan kelahiran penduduk.
3. Setelah mendapatkan data kematian dan kelahiran, hitunglah angka kelahiran
kasar (CBR) dan angka kematian kasar (CDR) .
4. Buatlah laporan hasil perhitungan kalian dalam bentuk tabel seperti pada contoh
yang diberikan.
5. Presentasikan hasil pekerjaan kalian dari mulai proses memperoleh data, proses
perhitungan, hingga Penyusunan hasil.
6. Perhatikan contoh perhitungan dibawah ini!

Contoh 1:

Perhitungan angka kelahiran khusus di Desa Sukamakmur Kecamatan Winong


Kabupaten Pati Tahun 2012.

Diketahui: Jumlah penduduk Desa Sukamakmur pada pertengahan tahun 2012 adalah
567 wa. Sedangkan, data mengenai bayi lahir hidup serta usia wanita yang
melahirkan dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1. 1 Data Bayi Lahir dan Usia Wanita yang Melahirkannya di Desa
Sukamakmur Tahun 2012

No Nama Bayi Umur Ibu yang melahirkan


1. Wulandari 35 tahun
2. Joko Sudira 45 tahun
3. Retno Maninggar 29 tahun
4. Zulham Syahreza 32 tahun
5. Anggi Prasetya Kurniawan 29 tahun
6. Tirta Samudera 34 tahun
7. Jessica Iskandar 30 tahun
8. Rama Sukandar 27 tahun
9. Refa Sari Hikmah 28 tahun
10. Baskara Tirta Ramadhan 29 tahun

Ditanya: CBR………?

Jawab : CBR = B/P X k (1000)


CBR = jumlah kelahiran hidup / jumlah populaasi X k (1000)
= 10/ 567 x 1000
= 17,63 (dibulatkan) = 18

Jadi, angka kelahiran kasar di desa saya (Desa Sukmakmur) adalah setiap 1000
penduduk terdapat 18 kelahiran bayi hidup.
Contoh 2
Diketahui: Jumlah penduduk Desa Sukamaju pada pertengahan tahun 2012
adalah 481 jiwa. Sedangkan, data penduduk yang meninggal dunia berdasarkan
umur dapat ilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Data Penduduk Meninggal serta
Umurnya di Desa Sukamaju Tahun 2012

No Nama Penduduk yang Umur


meninggal
1. Sriyatun 68 tahun
2. Tanirah 48 tahun
3. Joko Pramono 51 tahun
4. Sosrodihajro 69 tahun
5. Anggi Prasetya Kurniawan 56 tahun
6. Paini 47 tahun
7. Hartinah 68 tahun
8. Paiman 69 tahun
9. Karjo 69 tahun
10. Tukirah 71 tahun
11. Samijan 76 tahun
12. Ronggo Dinarjo 63 tahun
13. Galih Prawoto 45 tahun

Ditanya: CDR………?
Jawab : CDR = D/ Pm X k (1000)
CBR = jumlah kematian tahun tertentu / jumlah populaasi X k (1000)
= 13/ 481
= 27,02 (dibulatkan ) = 27
Jadi, angka kematian kasar di desa saya (Desa Sukmaju) adalah setiap 1000
penduduk terdapat 27 jiwa yang mati pada tahun 2012.
Formatif 1

Kerjakan soal-soal berikut ini!


1. Desa Sukamaju pada tahun 2005 terdapat kelahiran hidup sejumlah 231 bayi. Jumlah
penduduk pada tahun tersebut adalah 13.235 jiwa. Berapakah angka kelahiran kasar
Desa Sukamaju?
2. Jelaskan secara singkat dua jenis pertumbuhan penduduk!
3. Sebutkan paling sedikit empat (4) faktor pro fertilitas!
4. Tuliskan empat (4) faktor sosial budaya yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk!
5. Tunjukkan tiga budaya daerah yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk!
6. Sebutkan tiga contoh program pemerintah yang mempengaruhi laju pertumbuhan
penduduk!
7. Apakah yang dimaksud dengan faktor profertilitas?
8. Sebutkan tiga (3) contoh faktor promortalitas!
9. Jelaskan secara singkat pengertian dari “mortalitas”!
10. Jelaskan secara singkat pengertian fertilitas!

Rangkuman

 Penduduk adalah sekelompok manusia yang menempati wilayah tertentu dalam jangka
waktu tertentu.
 Pertumbuhan penduduk adalah bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk suatu
daerah, wilayah, atau negara karena faktor-faktor tertentu.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pendudukan dapat dikelompokkan
menjadi pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan penduduk campuran.
 Pertumbuhan penduduk alami dihitung dari selisih antara kelahiran dan kematian saja.
 Pertumbuhan penduduk total dihitung dari selisih antara kelahiran dan kematian serta
migrasi masuk dan migrasi keluar.
 Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor demografi.
 Faktor sosial meliputi tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, tradisi masyarakat
tertentu, dan adanya program kependudukan.
 Faktor demografi meliputi kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan
pertumbuhan penduduk (mobilitas).
Kunci Jawaban Tes Formatif 1

1. Rumus CBR = B/P X k (1000)


= 231/ 6618 (6618 diperoleh dari jumlah populasi setahun
dibagi dua. Hal ini karena yang dibutuhkan hanyalah populasi
pada pertengahan tahun).
= 34,9 dibulatkan menjadi 35
Jadi angka kelahiran Desa Sukamaju adalah 35 yaitu tiap 1000 penduduk pada desa
tersebut terdapat 35 kelahiran hidup.
2. Pertumbuhan penduduk alami yaitu hanya dihitung berdasarkan kelahiran dan kematian.
Pertumbuhan penduduk total yaitu pertumbuhan penduduk yang dihitung berdasarkan
kelahiran dan kematian, serta perpindahan penduduk (mobilitas penduduk).
3. Perkawinan usia muda, tidak adanya program KB, rendahnya tingkat pendidikan,
kepercayaan banyak anak banyak rezeki.
4. Tingkat pendidikan penduduk, tingkat kesehatan penduduk, tradisi budaya daerah
tertentu, program kependudukan dari pemerintah.
5. Alasannya keyakinan banyak anak banyak rezeki, adanya budaya anak lelaki memiliki
nilai lebih daripada anak perempuan, budaya malu jikalau tidak memiliki banyak anak,
dan lain-lain.
6. Program KB, UU Perkawinan, Pembatasan tunjangan anak bagi pegawai negeri sipil
(PNS), dan lain-lain.
7. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya kelahiran.
8. Tingkat kesehatan yang rendah, keadaan gizi masyarakat yang rendah, terjadinya
bencana alam, adanya wabah penyakit, dan lain-lain.
9. Mortalitas adalah jumlah kelahiran penduduk pada suatu daerah tertentu dalam kurun
waktu yang tertentu pula.
10. Fertilitas kemampuan nyata dari seorang wanita untuk melahirkan anak yang
dicerminkan oleh jumlah bayi yang dapat dilahirkan hidup.
Kegiatan Belajar 2

Kepadatan Penduduk

Tujuan Instruksional Umum


Setiap siswa memahami tentang kepadatan penduduk dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan ini siswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian kepadatan penduduk.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk.
3. Mendeskripsikan masalah-masalah akibat kepadatan penduduk.
4. Memahami rumus-rumus yang berkaitan dengan pertumbuhan penduduk.

1. Definisi Kepadatan Penduduk


Banyaknya penduduk per kilometer persegi disebut sebagai kepadatan penduduk.
Kepadatan penduduk atau “populasi density” adalah perbandingan antara jumlah penduduk
daerah yang ditempati dalam satuan luas tertentu ( per km2/per mil2) . Seperti yang sudah
diketahui bahwasanya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahun cukup besar
dengan persebaran yang tidak merata antara satu pulau dengan pulau lainnya. Bahkan,
hingga tahun 2002 sebagian besar penduduk Indonesia masih berpusat di Pulau Jawa.
Persebaran penduduk yang tidak merata tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya.

2. Faktor Penyebab Kepadatan Penduduk


Terpusatnya penduduk di suatu daerah dikarenakan oleh berbagai faktor yang
melatarbelakanginya. Hal inilah yang menjadikan persebaran penduduk menjadi tidak
merata antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu pulau dengan pulau lain di
Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Keadaan tanah yang subur
Penduduk lebih memilih daerah yang subur dikarenakan dapat menopang kehidupannya.
Hal inilah yang menyebabkan Pulau Jawa yang subur lebih diminati sebagai tempat
tinggal dibandingkan dengan Pulau lain di luar Jawa yang tidak begitu subur.
b. Relief yang baik.
Keadaan relief yang baik lebih diminati sebagai tempat tinggal dibandingkan dengan
tempat yang memiliki relief kasar. Daerah yang memiliki relief datar lebih mudah
dibangun sebagai tempat tinggal daripada daerah dengan bentang lahan yang kasar atau
terjal.
c. Keadaan sumber air dan ketersediaan air yang baik.
Tidak dipungkiri suatu penduduk akan memilih tempat yang memiliki sumber daya alam
yang melimpah sebagai tempat tinggalnya, salah satunya adalah sumber air untuk
aktivitas kehidupan sehari-hari.
d. Pusat pemerintahan.
Penduduk lebih suka tinggal pada suatu tempat yang merupakan pusat pemerintahan.
Hal ini dikarenakan pada pusat pemerintah infrastruktur seperti jalan, komunikasi, dan
fasilitas umum lainnya lebih lengkap.
e. Pusat kegiatan industry dan pusat kegiatan ekonomi.
Dimana sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas sehari-hari tercukupi, maka di
tempat tersebut akan banyak penduduk yang tinggal. Penduduk akan lebih suka
berdomisili di pusat ekonomi dan kegiatan daripada pada daerah pinggiran yang
fasilitasnya terbatas.
f. Iklim yang baik
Di daerah yang beriklim baik dengan curah hujan yang cukup, penduduknya akan lebih
padat dibandingkan dengan daerah yang iklimnya kurang baik, misalnya daerah-daerah
kering atau kurang hujan.
g. Pusat Pendidikan
Di daerah-daerah yang menjadi pusat pendidikan banyak didatangi penduduk yang ingin
melanjutkan pendidikan, sehingga kepadatan penduduknya semakin meningkat. Contohnya,
Yogyakarta sebagai kota pendidikan banyak didatangi pelajar dan mahasiswa dari berbagai
penjuru tanah air untuk melanjutkan pendidikan.

3. Permasalahan Akibat Kepadatan Penduduk yang Tidak Merata


Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan persebaran yang tidak merata
dapat menimbulkan permasalahan, diantaranya sebagai berikut:
a. Lahan pertanian yang kian menyempit akibat pembukaan lahan untuk permukiman. Hal
ini
mengakibatkan produksi pertanian menjadi menurun
produktivitasnya.

b. Jumlah angkatan kerja semakin banyak, namun tidak


sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
dibuka. Hal ini mengakibatkan menigkatnya jumlah
pengangguran.
c. Terjadinya krisis lingkungan dan pencemaran
lingkungan.
d. Timbulnya berbagai permasalahan sosial.
e. Fasilitas-fasilitas atau sarana prasarana umum yang
terbatas.

Gambar 4. Permukiman Kumuh Akibat


Kepadatan Penduduk
Sumber: http://storyxstore.blogspot.com

Permasalahan kepadatan penduduk tersebut juga dialami oleh Indonesia. Jumlah


penduduk Indonesia yang besar dan terus bertambah setiap tahun tanpa diimbangi dengan
pemerataan penyebaran penduduk ke semua pulau dan wilayah menyebabkan kepadatan
penduduk di suatu pulau tertentu. Seperti yang kita ketahui bersama, sebagian besar
penduduk Indonesia berdomisili di Pulau Jawa. Sama halnya dengan tahun 1990, pada tahun
2000 penyebaran penduduk Indonesia yang tidak merata masih merupakan ciri yang paling
menonjol. Sekitar 59% penduduk terpusat di Pulau Jawa.
Pada tahun 1990, presentase penduduk yang tinggal di Pulau Jawa (sekitar 60% dari
jumlah seluruh penduduk di Indonesia) sangat tinggi jika dibandingkan dengan penduduk
yang bertempat tinggal di wilayah pulau lain di Indonesia seperti Maluku (hanya dihuni
sekitar 2% dari jumlah penduduk Indonesia) , Papua, dan Kalimantan. Padahal, luas pulau-
pulau tersebut hamper lima kali lipat jika dibandingkan dengan keseluruhan luas Pulau Jawa.
Berdasarkan gambaran diatas, dapat dibayangkan betapa padatnya penduduk yang
bertempat tinggal di Indonesia. Kepadatannya mencapai hamper 951 jiwa/ km 2. Kepadatan
paling tinggi ditempati ibu kota negara Indonesia, DKI Jakarta . Sementara kepadatan
penduduk di pulau Kalimantan hanya berkisar 20 jiwa / km 2 , kepulauan Maluku dan Papua
berkisar 9 jiwa/ km2.
4. Usaha yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Permasalahan Kepadatan
Penduduk
Berbagai usaha yang dilakukan untuk mengurangi kepadatan penduduk antara lain:
a. Pelaksanaan transmigrasi penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih kurang
penduduknya.
b. Pelaksanaan desentralisasi industri yaitu penyebaran industri ke daerah-daerah yang
masih kurang penduduknya.
c. Pencarian teknologi tepat guna di bidang pertanian sehingga daerah-daerah yang kurang
subur dapat diolah menjadi lahan pertanian dengan cara tersebut akan dapat mengurangi
migrasi penduduk dari daerah itu ke daerah lainnya.
d. Pembangunan irigasi di daerah-daerah yang sering dilanda kekeringan sehingga daerah
tersebut dapat diolah sepanjang tahun untuk lahan pertanian, khususnya persawahan.
e. Pemerataan pendidikan sampai ke daerah pedalaman untuk mengurangi arus migrasi ke
pusat-pusat pendidikan.
f. Pembangunan prasarana jalan yang baik sampai ke daerah pedalaman.
g. Penerapan peraturan daerah (PERDA) bagi daerah-daerah yang penduduknya padat.

5. Jenis Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk dibedakan menjadi tiga jenis atau tiga macam yaitu kepadatan
penduduk agraris, kepadatan penduduk fisiologis, dan kepadatan penduduk aritmatik. Di
bawah ini akan dibahas mengenai jenis kepadatan penduduk tersebut satu per satu,
diantaranya:
a) Kepadatan Penduduk Agraris
Agraris artinya sama dengan daerah pertanian atau dalam hal ini lahan pertanian.
Kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan antara jumlah penduduk petani dengan
luas daerah pertanian. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai dasar perhitungan adalah jumlah
para petani dan luas lahan pertanian yang ada di daerah tersebut. Rumus untuk menghitung
kepadatan penduduk agraris adalah sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk Agraris (KPA) = Jumlah Penduduk petani suatu


wilayah
Luas lahan pertanian
Di bawah ini akan disajikan contoh perhitungan kepadatan penduduk agraris, sebagai
berikut:

Contoh Soal:

Daerah “A” pada tahun 2007, jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai
petani sebanyak 375.000 jiwa, sedangkan luas lahan pertanian di daerah tersebut
kira-kira 556 km2 .Berapakah kepadatan penduduk agraris daerah tersebut?

Diketahui : Jumlah penduduk petani daerah A = 375000

Luas wilayah daerah A = 5560 km2

Ditanya : Kepadatan penduduk agraris (KPA) daerah A?

Jawab : KPA = Jumlah penduduk petani suatu wilayah


Luas lahan pertanian

KPA = 375.000
5560
= 67,44 km2 = 67 km2 (dibulatkan)

Jadi kepadatan penduduk agraris di daerah A adalah 67 km2 (hasil pembulatan) yang
artinya setiap 1 km2 lahan pertanian terdapat 67 petani. Kepadatan penduduk agraris di
daerah perdesaan jauh lebih besar dibandingkan dengan kepadatan penduduk agraris di
daerah perkotaan. Sebab luas daerah pertanian di desa jauh lebih besar dibandingkan dengan
di daerah perkotaan.
b) Kepadatan Penduduk Fisiologis
Kepadatan penduduk fisiologis ini hampir sama dengan kepadatan penduduk
agraris, sebab pembagiannya sama yaitu luas daerah pertanian. Perbedaanya dengan kepadatan
agraris yaitu jumlah penduduk yang dihitung seluruh di daerah tersebut, tidak hanya yang
bermata pencaharian sebagai petani saja. Jadi, kepadatan penduduk fisiologis adalah
perbandingan jumlah penduduk dengan luas tanah atau lahan pertanian. Untuk menghitung
kepadatan penduduk fisiologis menggunakan rumus sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk Fisiologis (KPF) = Jumlah Penduduk suatu wilayah


Luas lahan pertanian

Di bawah ini akan disajikan contoh perhitungan kepadatan penduduk fisiologis,


sebagai berikut:
Contoh Soal:

Daerah “B” pada tahun 2007, jumlah penduduk nya sebanyak 119. 232.000 jiwa,
sedangkan luas lahan pertanian di daerah tersebut kira-kira 163.940 km2
.Berapakah kepadatan penduduk fisiologis daerah tersebut?

Diketahui : Jumlah penduduk petani daerah B = 119.232.000 jiwa

Luas wilayah daerah A = 163.940 km2

Ditanya : Kepadatan penduduk fisiologis (KPF) daerah B?

Jawab : KPF = Jumlah penduduk suatu wilayah


Luas lahan pertanian
KPF = 119.232.000 = 727, 29 km2 = 727 km2 (dibulatkan)
163.940

c) Kepadatan Penduduk Aritmatik


Jenis kepadatan penduduk yang seringkali dijadikan sebagai ukuran untuk
menghitung kepadatan penduduk suatu wilayah atau negara adalah kepadatan penduduk
aritmatik. Kepadatan penduduk aritmatik atau kepadatan penduduk kasar yaitu perbandingan
antara jumlah penduduk suatu daerah dengan luas daerahnya. Untuk menghitung kepadatan
penduduk aritmatik suatu daerah dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk Aritmatik (KPa) = Jumlah Penduduk suatu wilayah


Luas wilayah (km2 /ha)

Cara menghitung kepadatan penduduk aritmatik sangatlah mudah, coba perhatikan


contoh berikut ini!
Contoh Soal:

Pada tahun 2007 jumlah penduduk pulau C adalah 42.665.000 jiwa, sedangkan
luas pulau C tersebut mencapai 473. 606 km2. Hitunglah kepadatan penduduk
artimatik pulau C tersebut!

Diketahui : Jumlah penduduk pulau C = 42.665.000 jiwa

Luas wilayah pulau C = 473.606 km2

Ditanya : Kepadatan penduduk aritmatik (KPa) pulau C?

Jawab : KPa = Jumlah penduduk suatu wilayah


Luas wilayah (km2 /ha)

KPa = 42.665.000
473.606
= 90,08/ km2 = 90/km2 (dibulatkan)

Jadi, kepadatan aritmatik pulau C pada tahun 2007 adalah 90/km 2 artinya di Pulau C
pada tahun 2007 setiap 1 km2 terdapat penduduk sebanyak 90 jiwa.
Perlu diketahui bahwa dari ketiga rumus perhitungan kepadatan penduduk diatas,
kepadatan penduduk aritmatik yang seringkali dijadikan patokan dalam menghitung
kepadatan penduduk secara umum di suatu daerah.

6. Perbandingan Kepadatan Penduduk Tiap Provinsi di Indonesia


Kepadatan penduduk di setiap pulau atau wilayah di Indonesia tidaklah sama. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Salah satunya
adalah faktor geografis meliputi topografi, relief yang baik atau kasar, iklim, lokasi, keadaan
tanah dan air, faktor ekonomi, atau keberadaan fasilitas umum di suatu daerah/ wilayah
tersebut.
Semakin baik faktor-faktor geografi, ekonomi, dan fasilitas sosial di suatu wilayah,
dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penduduk yang berdomisili di wilayah tersebut.
Dengan demikian, kepadatan penduduk di daerah tersebut semakin padat, begitu pula
sebaiknya.
Di bawah ini akan disajikan data kepadatan penduduk pada tahun 2000 pada tiap-tiap
provinsi di Indonesia sebagai berikut :
Tabel 2.1 Data Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi-Provinsi di Indonesia Tahun
2000
Provinsi Jumlah Kepadatan Penduduk per km²
penduduk
Sumatera Utara 11.642.488 158
Sumatera Selatan 6.210.800 67
Sumatera Barat 4.248.515 99
Sulawesi Utara 2.000.872 132
Sulawesi Tenggara 1.820.379 48
Sulawesi Tengah 2.175.993 35
Sulawesi Selatan 7.159.170 129
Sulawesi Barat 891.618 -
Riau 3.907.763 52
Papua 1.684.144 6
Nusa Tenggara Timur 3.823.154 83
Nusa Tenggara Barat 4.008.601 199
Nanggroe Aceh Darussalam 3.929.234 76
Maluku Utara 815.101 25
Maluku 1.166.300 26
Lampung 6.730.751 191
Kepulauan Riau 1.040.207 -
Kepulauan Bangka Belitung 899.968 56
Kalimantan Timur 2.451.895 11
Kalimantan Tengah 1.855.473 12
Kalimantan Selatan 2.984.026 69
Kalimantan Barat 4.016.353 27
Jawa Timur 34.765.993 726
Jawa Tengah 31.223.258 959
Jawa Barat 35.724.093 1.033
Jambi 2.407.166 45
Irian Jaya Barat 529.689 -
Indonesia 205.132.458 108
Gorontalo 833.496 68
DKI Jakarta 8.361.079 12.592
DI Yogyakarta 3.121.045 980
Bengkulu 1.455.500 74
Banten 8.098.277 936
Bali 3.150.057 559
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk_Indonesia_2000

Dari data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa provinsi di Indonesia yang
memiliki kepadatan penduduk yang paling padat adalah DKI Jakarta yaitu 12.592/ km ,
sedangkan provinsi yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Papua yaitu 6/
km2. Data ini hamper sama dengan data pada sensus tahun 1980,1990, dan 2000, dimana DKI
Jakarta menduduki peringkat tertinggi sebagai provinsi yang paling padat penduduknya.
Sedangkan, Irian Jaya atau Papua merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang paling
kecil.
Kepadatan di DKI Jakarta menjadi sangat tinggi dikarenakan banyaknya jumlah
penduduk yang melakukan migrasi ke ibu kota negara tersebut. Sedangkan, kepadatan
penduduk paling tinggi di wilayah Indonesia bagian tengah yaitu Pulau Bali. Sementara
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur kepadatan penduduknya dapat dikatakan rendah.
Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kepadatan penduduk Indonesia
menempati urutan kelima walaupun dari segi jumlah penduduk Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk terbesar diantara negara-negara si kawasan ASEAN. Kepadatan
penduduk tertinggi di ASEAN ditempati oleh Singapura, sedangkan yang terendah adalah
Laos. Perhatikan tabel kepadatan penduduk negara-negara ASEAN berikut ini:
Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Negara-Negara ASEAN

Sumber: Encarta Reference Library Premium 2003, diunduh pada http://www.wikipedia.org.id


LATIHAN 2

Tujuan : Siswa mampu menggunakan rumus perhitungan kepadatan penduduk serta


melakukan perhitungan kepadatan penduduk aritmatik, fisiologis, maupun
agraris.
Metode : Praktik menghitung.
Petunjuk pengerjaan
1. Pahami benar-benar materi kepadatan penduduk!
2. Cermati rumus serta perhitungan kepadatan penduduk serta contoh pengerjaannya!
3. Kerjakan soal berikut ini dengan memperhatikan contoh pengerjaan soal yang sudah
dipaparkan diatas!

SOAL LATIHAN

1. Luas Pulau Z adalah 8630 km2 , sedangkan luas daerah pertaniannya adalah 4000 km2 .
Jumlah penduduk pada pulau Z tersebut adalah 65.980 jiwa. Hitunglah kepadatan fisiologis
dari Pulau Z tersebut!

Jawaban: 16,495 atau dibulatkan 16


Tes Formatif 2
Petunjuk:
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling tepat!

1. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di suatu wilayah


antara lain, kecuali …
a. Kemajuan daerah
b. Luas daerah
c. Letak daerah
d. Kesuburan daerah
2. Jenis kepadatan penduduk yang digunakan secara umum untuk menghitung kepadatan
penduduk di suatu wilayah atau daerah adalah …
a. Agraris
b. Fisiografis
c. Aritmatik
d. Ekonomi
3. Kepadatan penduduk fisiologis ditentukan oleh perbandingan antara jumlah penduduk di
suatu wilayah dengan …
a. Pertumbuhan penduduk
b. Penyebaran penduduk
c. Luas daerah
d. Luas lahan pertanian daerah
4. Di bawah ini yang merupakan permasalahan yang timbul akibat kepadatan penduduk di
suatu daerah adalah ….
a. Meningkatnya pengangguran
b. Meratanya persebaran penduduk
c. Tercukupi kebutuhan di suatu daerah
d. Terbukanya lapangan pekerjaan baru
5. Di bawah ini usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan
kepadatan penduduk di Indonesia antara lain, kecuali ……
a. Pelaksanaan program transmigrasi
b. Pelaksanaan urbanisasi pada daerah padat penduduk
c. Pembangunan irigasi di daerrah yang kurang subur
d. Pemerataan pendidikan sampai ke daerah pedalaman
 Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kepadatan penduduk agraris,
6. Luas desa Manisan adalah 863 km2 sedangkan jumlah penduduknya adalah 63.654 jiwa.
fisiologis, dan aritmatik.
 Maka
Rumuskepadatan aritmatik
perhitungan dari desa
kepadatan tersebutagraris
penduduk adalah ….
Kepadatan
a. 120 Penduduk Agraris (KPA) = Jumlah Penduduk petani suatu wilayah
Luas lahan pertanian
b. 98
 Rumus perhitungan kepadatan penduduk fisiologis
c. Kepadatan
86 Penduduk Fisiologis (KPF) = Jumlah Penduduk suatu wilayah
Luas lahan pertanian
 d. Rumus
74 perhitungan kepadatan penduduk aritmatik
Kepadatan Penduduk Aritmatik (KPa) = Jumlah Penduduk suatu wilayah
Luas wilayah (km2 /ha)
 Faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk di suatu daerah diantaranya yaitu:
1. Faktor geografis yang meliputi topografi dan relief yang halus.
RANGKUMAN
2. Kesuburan tanah
3. Iklim yang baik
4. Dekat dengan fasilitas atau pusat pemerintahan
5. Tersedianya sarana dan prasarana seperti pusat industri, jalan, dan pusat pendidikan.
 Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk diantaranya
yaitu dengan pelaksanaan program transmigrasi, pemerataan pendidikan, pendirian fasilitas
umum seperti PUSKESMAS hingga daerah pedalaman, pemerataan pembangunan, dan lain-
lain
 Dampak terjadinya kepadatan penduduk di suatu daerah diantaranya permasalahan
lingkungan, peningkatan jumlah pengangguran, dan lain-lain
Kunci Jawaban Tes Formatif 2

1. Jawab : b. luas daerah


Luas sempitnya suatu daerah tidak berpengaruh terhadap banyak
sedikitnya penduduk yang bertempat tinggal di daerah tertentu. Ada
daerah yang sangat luas dengan penduduk yang sedikit, namun ada pula
daerah yang sempit berpenduduk juga jarang. Begitu pula sebaliknya.

2. Jawaban : c. aritmatik
Rumus kepadatan aritmatik disebut juga rumus kepadatan penduduk kasar
yang seringkali digunakan untuk menghitung kepadatan penduduk si suatu
daerah.

3. Jawaban : d. Luas lahan pertanian daerah


Kepadatan penduduk fisiologis dihitung menggunakan rumus jumlah
penduduk di suatu daerah dibagi dengan luas lahan pertanian di daerah
tersebut.

4. Jawaba: a. meningkatnya pengagguran.


Terbatasnya jumlah lapangan perkejaan untuk mencukupi jumlah
penduduk yang besar di suatu wilayah mengakibatkan meningkatnya jumlah
pengguran di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan ketersediaan lahan
pekerjaan tidak sebanding dengan banyaknya jumlah orang yang mencari
pekerjaan. Biasanya terjadi di daerah perkotaan besar dengan jumlah
penduduk yang padat, seperti di Jakarta.

5. Jawab: b. Pelaksanaan urbanisasi pada daerah padat penduduk


Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa menuju kota.
Apabila hal ini terjadi pada daerah yang padat penduduknya, maka hanya
akan menambah kepadatan penduduk di daerah tersebut. Adapun upaya
yang benar untuk mengurangi kepadatan penduduk adalah transmigrasi.

6. Jawaban: d. 74
Kepadatan penduduk aritmatik = jumlah penduduk di suatu wilayah/ luas
wilayah. Dengan demikian, 63.654 jiwa dibagi dengan 863 km2 yaitu 74/
km2
Kegiatan Belajar 3

Komposisi/ Struktur Penduduk Indonesia

Tujuan Instruksional Umum


Setiap siswa memahami tentang komposisi penduduk.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan ini siswa dapat:
1. Mendeskripsikan komposisi penduduk menurut jenis kelamin, tempat tingggal,
pendidikan, dan umur.
2. Memahami data kepedudukan menurut umur dan jenis kelamin.
3. Mampu membuat piramida penduduk menurut data kependuduk jenis kelamin dan
umur yang ada.

1. Definisi Komposisi / Struktur Penduduk


Komposisi atau struktur penduduk adalah penggolongan penduduk menurut ciri
tertentu. Struktur penduduk disebut juga dengan komposisi penduduk atau susunan
penduduk. Penggolongan yang seringkali dilakukan adalah menggolongkan penduduk
menurut umur, jenis kelamin, mata pencaharian, agama, tingkat pendidikan, tempat tinggal,
dan sebagainya. Struktur atau komposisi penduduk berguna untuk program perencanaan
pembangunan di masa yang sekarang maupun yang akan datang.
Sebagai contoh pentingnya komposisi penduduk bagi program perencanaan
pembangunan adalah sebagai berikut :
Golonga umur 0-4 tahun pada tahun 2004 berjumlah 20.958.000 jiwa. Antara
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, mereka akan memasuki bangku sekolah dasar. Untuk
itu, pemerintah sudah merencanakan tambahan jumlah sekolah berserta tenaga pengajar
yang diperlukan. Dengan perencanaan tersebut diharapkan agar penduduk yang berumur 0-4
tahun itu nantinya akan dapat tertampung di sekolah dasar yang sudah disediakan.
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai komposisi penduduk tersebut, akan
diuraikan satu per satu mengenai komposisi penduduk berikut ini!

2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis kelamin


Komposisi penduduk menurut jenis kelamin yaitu susunan atau data penduduk
berdasarkan jenis kelaminnya. Berdasarkan jenis kelaminnya penduduk dikelompokkan
menjadi dua yaitu penduduk laki-laki dan perempuan. Data komposisi penduduk menurut
jenis kelamin biasanya disampaikan dalam bentuk tabel yang memuat diantaranya; nomor,
kelompok penduduk perempuan, dan kelompok penduduk laki-laki. Contoh tabel data
komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kompisisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin


No. Penduduk laki-laki Penduduk perempuan Jumlah Penduduk
1. 89.375.677 jiwa 89.375.667 jiwa 179.247. 783 jiwa

3. Komposisi Penduduk Menurut Umur


Komposisi penduduk menurut umur adalah susunan data penduduk berdasarkan
umur tertentu. Pengelompokkan umur penduduk dalam hal ini biasanya berjenjang empat
tahun yaitu dari umur 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, dan seterusnya. Data komposisi penduduk
menurut umur dapat disusun dalam bentu tabel. Di bawah ini disajikan contoh penyajian
komposisi penduduk menurut umur dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Komposisi Penduduk menurut Umur


No. Kelompok Umur Jumlah Penduduk
1. 0-4 78 jiwa
2. 5-9 102 jiwa
3. 10-14 159 jiwa
4 5-19 201 jiwa
Dst… Dst… 638 jiwa
4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah pengelompokan
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelaminnya. Jadi, merupakan perpaduan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Seperti data komposisi penduduk menurut umur
atau jenis kelamin, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan
menggunakan tabel. Tabel komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin berisi
keterangan nomor, kelompok umur, penduduk jenis kelamin laki-laki, dan penduduk jenis
kelamin perempuan. Untuk lebih memahaminya, perhatikan tabel komposisi penduduk
berdasarkan umur dan jenis kelamin berikut ini!
Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Provinsi Jambi

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tersebut, kalian
dapat membuat atau menggambar piramida penduduk. Piramida penduduk adalah grafik
yang disusun berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Apabila tabel diatas dibuat piramida penduduknya, maka akan terlihat bentuk
piramida penduduk sebagai berikut ini:
Grafik 1 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1990
Membahas mengenai piramida penduduk, berdasarkan bentuknya piramida penduduk
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Piramida penduduk muda berbentuk limas
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia
dewasa. Disebut juga sebagai piramida penduduk muda (ekspansif). Di waktu yang akan
datang jumlah penduduk bertambah lebih banyak. Jadi penduduk sedang mengalami
pertumbuhan.

b) Piramida penduduk stasioner atau berbentuk granat


Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia
dewasa. Hal ini berarti penduduk dalam keadaan stasioner sehingga pertambahan penduduk
akan tetap diwaktu yang akan datang
c) Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
Piramida ini disebut juga dengan piramida penduduk tua (konstruktif). Piramida
bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan
usia dewasa. Diwaktu yang akan datang jumlah penduduk mengalami penurunan karena
tingkat kelahiran yang rendah dan kematian yang tinggi.

Grafik 2. Piramida Penduduk


5. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Susunan penduduk menurut pendidikan adalah penggolongan penduduk berdasarkan
tingkat atau jenjang pendidikan yang telah ditamatkan. Berdasarkan tingkat pendidikannya,
penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan
penduduk.
Susunan penduduk menurut pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman kualitas
sumber daya manusia pada suatu daerah atau negara. Bila sumber daya manusia di negara
tersebut, kebanyakan berpendidikan rendah, berarti kualitasnya juga rendah. Susunan
penduduk menuru pendidikan di Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Presentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan


Jenjang Kota(%) Desa (%) Kota + Desa (%)
Pendidikan

Tidak sekolah 5,3 13 9,7

Belum tamat SD 16,9 30 24,3

Sekolah Dasar 27,5 36,2 32,4

SMP 50,4 21 15,3

SMA 25,2 7,7 15,2

Diploma I/II 0,4 0,4 0,6

Diploma III 1,6 0,2 0,8

Sarjana 3,4 0,4 1,7

Sumber: BPS Indonesia, 2000

6. Komposisi Penduduk Menurut Tempat Tinggal


Susunan penduduk menurut tempat tinggal dapat ditentukan berdsarkan tempat
tinggal penduduk yang bersangkutan, apakah di desa atau kota. Susunan penduduk menurut
tempat tinggal dapat dijadikan bahan perencanaan bidang pembangunan, antara lain dalam
hal:
a. Pengembangan kota
b. Pengembangan perumahan di kota
c. Penyediaan lapangan kerja
d. Penyediaan air minum
e. Lalu lintas
f. Kebersihan
g. Fasilitas-fasilitas seperti listrik, telefon, dan sebagainya

Tabel 3.5 Presentase Penduduk Kota dan Desa dari Berbagai Negara di Dunia Tahun
2006
Negara Penduduk Kota (%) Penduduk Desa (%)
Singapura 100 0
Malasyia 62 58
Indonesia 42 58
Laos 19 81
Vietnam 26 74
Cina 37 63
Jepang 79 21
Belanda 65 35
Sumber: World Population Data Sheet, 2006

7. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Kerja/ Usaha


Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap
orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh,
pedagang, petani, pengusaha dan sopir. Di negara maju, jenis usaha yang dikerjakan oleh
penduduk sebagian besar dalam bidang jasa dan industry. Sedangkan, di negara berkembang
usaha yang dikerjakan oleh penduduk terutama dalam bisang pertanian. Di bawah ini akan
disajikan contoh tabel komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan/usaha.

Tabel 3.6 Komposisi Penduduk Menurut Lapangan kerja dan Tempat Tinggal Tahun
2004

Lapangan Usaha/Sektor Kota (%) Desa (%)


Pertanian 11,3 66,1
Industri 19,3 10
Jumlah 100 100
Tujuan LATIHAN
: Siswa mampu
3 membuat piramida penduduk dari data kependudukan yang
disediakan.
Metode : Praktik
Petunjuk pengerjaan :
1. Cermati data kependudukan berdasarkan umur dan jenis kelamin yang disediakan.
2. Membuat garis horizontal untuk meletakkan angka jumlah.
3. Membuat balok-balok mendatar untuk setiap kelompok umur, urut dari bawah hingga atas,
mulai dari kelompkmumur muda sampai kelompok umur tertua.
4. Setiap balok diberi catatan umur kelompok penduduk yang digambarkan.
5. Arah balok sebelah kanan menunjukkan kelompok penduduk perempuan dan di sebelah
kiri menunjukkan kelompok penduduk laki-laki.
6. Jumlah balok disesuaikan dengan jumlah kelompok umur.
7. Kerjakan dalam buku tugasmu serta presentasikan di depan kelas!
Buatlah piramida penduduk dari data komposisi penduduk di bawah ini! Perhatikan petunjuk
pengerjaan yang seudah dijelaskan diatas!
Data Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa X
Tes Formatif 3

Petunjuk Pengerjaan:
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang tepat!
1. Jika kalian membuat piramida, langkah pertama yang kalian lakukan adalah ..
a. Membuat garis vertikal
b. Membuat garis horizontal
c. Membuat balok-balok kelompok umur
d. Menyusun balok kelompok umur
2. Piramida penduduk muda atau ekspansif berbentuk gambar…
a. Sarang lebah
b. Batu nisan
c. Limas
d. Batu makam
3. Sampai saat ini, pulau di wilayah Indonesia yang paling padat penduduknya adalah ….
a. Pulau sumatera
b. Pulau Jawa
c. Pulau Flores
d. Pulau Sumbawa
4. Bagian puncak piramida menunjukkan kelompok penduduk yang berusia...
a. Muda
b. Anak-anak
c. Tua
d. Menengah
5. Jika penduduk suatu negara sebagian besar terdiri atas orang dewasa dan orang tua, akan
membentuk piramida ….
a. Ekspansif
b. Stationer
c. Tetap
d. Konstruktif
6. Keadaan penduduk Indonesia secara umum jika dibuat piramida, akan berbentuk
piramida penduduk …..
a. Tua
b. Muda’
c. Tetap
d. Konstruktif
7. Data untuk membuat piramida penduduk adalah data komposisi penduduk menurut …
a. Umur dan tempat tinggal
b. Umur dan jenis kelamin
c. Pendidikan dan jenis kelamin
d. Agama dan mata pencaharian
8. Jenis kepadatan penduduk yang umum digunakan yaitu kepadatan penduduk ….
a. Agraris
b. Fisiologis
c. Aritmatika
d. Ekonomi
9. Komposisi penduduk berguna untuk …
a. Data bagi pemerintah
b. Perencanaan pembangunan
c. Perencanaan pendidikan
d. Sensus penduduk
10. Piramida penduduk berbentuk batu nisan menunjukkan bahwa…
a. Jumlah kelahiran sebanding dengan kematian
b. Jumlah kelahiran sama dengan kematian
c. Jumlah kelahiran lebih besar dari kematian
d. Jumlah kelahiran lebih kecil dari kematian

II. Kerjakan soal-soal berikut!


1. Apakah yang dimaksud dengan piramida penduduk?
2. Tunjukkan tiga bentuk piramida penduduk!
3. Apakah pengertian dari kepadatan penduduk atau population dencity?
4. Jelaskan secara singkat pengertian “kepadatan penduduk fisiologis”!
5. Sebutkan tiga jenis atau macam kepadatan penduduk!

RANGKUMAN

 Komposisi atau struktur penduduk adalah penggolongan penduduk menurut ciri


tertentu.
 Komposisi penduduk dapat digolongkan menjadi komposisi penduduk menurut umur,
jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, lapangan pekerjaan, dan sebagainya.
 Piramida penduduk adalah grafik yang disusun berdasarkan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin.
 Ada tiga macam bentuk piramida yaitu:
1. Piramida penduduk muda berbentuk limas
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding
usia dewasa.
2. Piramida penduduk stasioner atau berbentuk granat
Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia
dewasa.
3. Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
Piramida ini disebut juga dengan piramida penduduk tua (konstruktif).
Kunci Tes Formatif 3
I. Kunci Jawaban Soal Objektif
1. A
2. C
3. B
4. A
5. D
6. B
7. B
8. C
9. B
10. D
II. Kunci Jawaban Soal Uraian
1. Piramida penduduk adalah grafik mendatar yang disusun berdasarkan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
2. Piramida penduduk muda berbentuk limas, piramida penduduk tua berbentuk
sarang lebah, dan piramida penduduk tetap berbentuk batu nisan.
3. Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah yang ditempatkan dalam satuan luas tertentu.
4. Kepadatan penduduk fisiologis yaitu perbandingan antara jumlah penduduk suatu
daerah dengan luas daerah pertanian.
5. Kepadatan penduduk agraris, kepadatan penduduk fisiologis, dan kepadatan
penduduk aritmatik.
Kegiatan Belajar 4

Menghitung Sex Ratio, Angka Usia Harapan Hidup dan


Beban Ketergantungan

Tujuan Instruksional Umum


Setiap siswa memahami angka perbandingan laki-laki dan perempuan, angka usia harapan
hidup, dan angka beban ketergantungan.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan ini siswa dapat:
1. Menjelaskan sex ratio, usia harapan hidup, dan beban kertegantungan.
2. Memahami dan mampu mengerjakan soal berkaitan dengan rumus-rumus tentang sex
ratio, usia harapan hidup, dan beban kertegantungan.

1. Angka Perbandingan Laki-Laki dan Perempuan (Sex Ratio)


Sex ratio atau jenis kelamin adalah angka perbandingan yang menunjukkan jumlah
laki-laki dari setiap 100 orang perempuan yang terdapat dalam suatu wilayah pada waktu
tertentu. Dari angka rasio jenis kelamin dapat diketahui angka perbandingan jumlah laki-laki
dan perempuan di suatu wilayah. Contohnya, rasio jenis kelamin di suatu wilayah X adalah
101. Hal ini berarti setiap 100 orang perempuan terdapat 101 orang laki-laki di daerah
tersebut.
Adapun rumus untuk menghitung sex ratio (perbandingan jumlah penduduk laki-
laki dan perempuan) di dalam suatu wilayah tertentu adalah sebagai berikut:
Di bawah ini akan disajikan contoh perhitungan sex ratio, sebagai berikut:

Contoh Soal:
Berdasarkan hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 1990, jumlah penduduk
Indonesia sebesar 179.247.783 jiwa .Terdiri dari 89.375.667 jiwa penduduk laki-
laki serta jumlah penduduk perempuan sebesar 89.872.106 jiwa. Hitunglah
besarnya ratio jenis kelamin atau sex rationya!
Diketahui : L = 89.375.667
P = 89.872.106 jiwa
Ditanya : Sex Ratio (RJK)…?
Jawab : RJK = 89. 375.667 / 89.872.106 X 100 = 99,44 dibulatkan menjadi 99

Jadi rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990 adalah 99 yang artinya di
Indonesia pada tahun 1990 setiap 100 penduduk wanita terdapat 99 penduduk laki-laki.
Selain itu, ada pula rumus menghitung sex ratio pada kelompok umur tertentu, sebagai
berikut:

Rasio Jenis Kelamin Umur Tertentu

Menurut Umur (RJK1) = Jumlah penduduk laki2 pada umur tertentu L1 X K


Jumlah penduduk perempuan pada umur tertentu P1

Keterangan L1 : Jumlah penduduk laki-laki kelompok umur tertentu


P1 : Jumlah penduduk perempuan kelompok umur tertentu
K : 1000
2. Angka Usia Harapan Hidup
Angka harapan hidup adalah rata-rata jumlah
tahun kehidupan yang masih dijalani seseorang yang
mencapai umur tertentu “x”, dalam situasi mortalitas
yang berlaku di lingkungannya. Misalnya angka
harapan hidup waktu lahir artinya rata-rata tahun
kehidupan yang dijalani oleh seorang bayi yang baru
lahir sampai meninggal dunia. Angka harapan hidup
usia lima tahun artinya rata-rata tahun hidup yang
akan dijalani oleh seseorang yang telah mencapai usia
lima tahun ( pada ulang tahun ke-5) sampai meninggal
dunia. Usia harapan hidup ini dibagi menjadi dua
yaitu usia harapan hidup laki-laki dan usia harapan
hidup perempuan.
Gambar 5. Usia Harapan Hidup di Negara
Maju terus meningkat karena kesehatan yang
terjamin
Sumber:
http://banjarmasin.radiosmartfm.com/

Angka usia harapan hidup dari berbagai daerah ataupun dalam suatu negara ditulis
dalam suatu daftar yang disebut sebagai indeks harapan hidup. Usia harapan hidup disuatu
negara atau daerah sangat ditentukan oleh besarya jumlah kematian bayi. Bila jumlah
kematian bayi sedikit maka usia harapan hidupnya tinggi dan sebaliknya. Usia harapan hidup
dalam suatu negara dapat berubah dari tahun ke tahun dikarenakan perbaikan sarana
kesehatan. Hal ini terutama terjadi pada negara-negara berkembang, seperti Indonesia, India,
Vietnam, dan lain-lain.
Tujuan untuk mengetahui angka harapan hidup umur tertentu pada suatu negara
atau daerah untuk mengetahui kemakmuran penduduk. Semakin tinggi angka harapan hidup
maka semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan begitu sebaliknya. Contoh
pembacaan angka harapan hidup sebagai berikut:
*e0 = 56 tahun artinya rata-rata seseorang yang telah berusia 0 tahun atau sejak lahir
diharapkan dapat hidup selama 56 tahun lagi atau dia akan meninggal 56 tahun lagi.

*e5 = 64 tahun artinya seseorang yang telah berusia 5 tahun diharapkan akan

hidup lagi hingga 64 tahun yang akan datang, atau diperkirakan ia akan meninggal pada usia
64 tahun + 5 tahun yaitu pada usia 69 tahun .
Cara untuk menentukan angka usia harapan hidup adalah dengan menjumlahkan dan
merata-ratakan semua umur dari seluruh kematian pada waktu tertentu. Secara sederhana
dapat diambil satu contoh sebagai berikut:
Contoh Soal:

Pada tahun 2001 di suatu daerah Y terdapat sebanyak 90 orang yang meninggal dunia. Umur
masing-masing yang meninggal tersebut tentu berbeda-beda, mungkin ada yang 1 tahun, 50
tahun, bahkan mencapai 90 tahun.Masing-masing umur penduduk yang meninggal tersebut
kemudian dijumlahkan, sehingga menghasilkan angka sejumlah 5310 tahun. Berarti angka
usia harapan hidup dapat dihitung menggunakan rumus : Jumlah semua umur penduduk yang
meninggal
Jumlah penduduk yang meninggal
: 5310 /90 = 59 tahun.
Demikian angka usia harapan hidup di suatu daerah Y pada tahun 2001 adalah 59 tahun,
sehingga diharapkan penduduk dapat hidup sampai usia 59 tahun atau meninggal pada usia
59 tahun.

3. Beban Ketergantungan
Manusia memerlukan kebutuhan untuk hidup, baik berupa kebutuhan pangan maupun
kebutuhan yang lainnya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus
bekerja dan berusaha. Tidak semua orang dapat bekerja. Faktor penyebab seseorang tidak
bekerja salah satunya dikarenakan usia yang masih muda atau terlalu tua. Kemampuan
penduduk usia muda sangat terbatas karena belum memiliki pengalaman kerja serta
berkonsetrasi dengan urusan pendidikan. Sedangkan penduduk usia tua yang terlampau
ringkih juga sudah dapat produktif lagi. Penduduk usia muda dan lanjut usia tersebut
nantinya akn menjadi beban tanggung jawab bagi yang akan mencari kerja.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) yaitu angka perbandingan yang menunjukkan
besar beban tanggungan dari kelompok usia produktif. Usia produktif (15 – 64 tahun) selain
menanggung kebutuhan hidup dirinya juga menanggung kebutuhan hidup golongan usia
muda (0 – 14 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke atas).

Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut:

Rasio Beban Tanggungan (RBT) = Penduduk usia non produktif X 100


Penduduk usia produktif
Atau:

Rasio Beban Tanggungan


(RBT) = Penduduk 0-14 tahun + Penduduk Usia 65+ X 100
Penduduk usia 15-64 tahun

Setelah kalian tahu dan memahami rumus tersebut, sekarang perhatikan contoh cara
perhitungannya berikut ini. Perhatikan setiap langkah perhitungan dengan seksama.

Contoh Soal:
Pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia untuk tiga kelompok umur sebagai
berikut:
a. Kelompok umur penduduk usia 0-14 tahun sebesar 52.454.000 (44%)
b. Kelompok umur penduduk usia 15-64 tahun sebesar 63.180.000 (3%)
c. Kelompok penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 3.576.000 (51%)
Hitunglah rasio dan beban tanggungan penduduk Indonesia tahun 1971 tersebut!

Jawab :
Diketahui : P 0-14 = 52.454.000
P 65 = 3.576.000
P 14-65 = 63.180.000
Ditanya : RBT …………..?
Jawab : RBT = Penduduk 0-14 tahun + Penduduk Usia 65+ X 100
Penduduk usia 15-64 tahun

= 52. 454.000 + 3.576.000 X100


63.180.000
= 88,7 dibulatkan menjadi 89
Jadi, rasio beban tanggungan penduduk Indonesia tahun 1971 adalah 88,7 atau 89.
Artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggunh beban 89 penduduk yang
tidak produktif. Gambar 6. Tingginya Angka Beban
Ketergantungan di Negara
Berkembang

Sumber:
http://pasardana.com/tag/italia/
LATIHAN 4

Tujuan : Siswa mampu membuat piramida penduduk dari data kependudukan yang
disediakan.
Metode : Praktik
Petunjuk pengerjaan:
1. Cermati rumus perhitungan Angka Beban Ketergantungan RBT dan Rasio Jenis
Kelamin.
2. Kerjakan soal-soal latihan yang tersedia dengan memperhatikan contoh cara pengerjaan
yang sudah dipaparkan.
3. Kerjakan dalam buku tugasmu serta presentasikan di depan kelas!
Soal :

1. Pada tahun 2012 jumlah penduduk suatu pulau R untuk tiga kelompok umur sebagai
berikut:
a.Kelompok umur penduduk usia 0-14 tahun sebesar 576.760
b. Kelompok umur penduduk usia 15-64 tahun sebesar 987.6543
c.Kelompok penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 1.005.643
Hitunglah rasio dan beban tanggungan penduduk Pulau R tersebut!
2. Berdasarkan hasil sensus penduduk di Pulau T pada tahun 2012 , jumlah penduduk
Indonesia sebesar 179.247.783 jiwa .Terdiri dari 98.766.543 jiwa penduduk laki-laki
serta jumlah penduduk perempuan sebesar 97.966.987 jiwa. Hitunglah besarnya ratio
jenis kelamin atau sex rationya!
Tes Formatif 4

Pentujuk Pengerjaan:

Berilat tanda (x) pada pilihan a,b,c, ata d di depan jawaban yang anda anggap paling
tepat!

1. Angka-angka harapan hidup yang tinggi mencerminkan ….


a. Tingkat kemajuan negara
b. Tingkat kemakmuran negara
c. Tingkat kesulitan negara
d. Tingkat permasalahan negara
2. Angga yang telah berumur 5 tahun rata-rata masih akan hidup lagi 55 tahun yang akan
datang. Keadaan tersebut dapat ditulis dengan lambing usia harapan hidup ………
a. e 0 = 60 tahun
b. e 5 = 55 tahun
c. e 5 = 60 tahun
d. e 0 =55 tahun
3. Angka beban ketergantungan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun, hal ini
dikarenakan …..
a. Jumlah penduduk usia tua turun
b. Jumlah kematian menuurn
c. Jumlah kelahiran menurun
d. Pertumbuhan penduduk menurun
4. Angka beban ketergantungan = 60, hal ini artinya ….
a. Tiap 60 orang penduduk produktif, menanggung 100 orang penduduk non produkitf
b. Tiap 100 orang penduduk produktif, menanggung 60 orang penduduk non produktif
c. Tiap 100 orang penduduk produktif, menanggung 100 orang penduduk non produktif
d. Tiap 160 orang penduduk produktif, menaggung 100 orang penduduk non produktif
5. Di bawah ini merupakan faktor yang mempengaruhi angka harapan hidup, antara lain
kecuali ….
a. Keadaan kesehatan
b. Keadaan gizi penduduk
c. Kebersihan lingkungan
d. Kriminalitas di lingkungan
6. Di bawah ini yang merupakan manfaat dari perhitungan rasio jenis kelamin adalah…
a. Mengetahui perbandingan jumlah laki-laki dan jumlah penduduk perempuan
b. Mengetahui tingkat kesehetan penduduk lakik-laki dan penduduk perempuan
c. Mengetahui persebaran penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
d. Mengetahui perbandingan umur penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
7. Berdasarkan hasil sensus penduduk di Kabupaten T tahun 2010, jumlah penduduk
kabupaten tersebut 20.450.000 jiwa .Terdiri dari 12.856.000 jiwa penduduk laki-laki
serta jumlah penduduk perempuan sebesar 7. 594.000 jiwa. Hitunglah besarnya rasio
jenis kelamin atau sex rationya!
a. 168
b. 169
c. 170
d. 171
8. Diketahui jumlah semua umur penduduk yang meninggal di kota V adalah 6000 tahun.
Sedangkan, jumlah penduduk yang meninggal di Kota V pada tahun tersebut adalah 100
jiwa penduduk. Hitunglah besarnya angka harapan hidup di kota V!
a. 56
b. 58
c. 60
d. 64
9. Penduduk Jambi pada tahun 2004 berjumlah 2.378.000 jiwa. Penduduk usia 0-14 tahun
berjumlah 803.312 jiwa, penduduk usia 15-64 berjumlah 1.501.211 jiwa, dan penduduk
berusia 65tahun ke atas mencapai 73.482 jiwa. Hitunglah berapa besar angka
ketergantungan penduduk Jambi tersebut!
a. 61
b. 58
c. 55
d. 52
10. Usia harapan hidup dapat dibedakan menjadi …
a. Usia harapan ibu dan anak
b. Usia harapan penduduk muda dan penduduk tua
c. Usia harapan hidup pendudukproduktif dan non produktif
d. Usia harapan hidup laki-laki dan perempuan

RINGKASAN

 Sex ratio atau jenis kelamin adalah angka perbandingan yang menunjukkan jumlah
laki-laki dari setiap 100 orang perempuan yang terdapat dalam suatu wilayah pada
waktu tertentu. Dari angka rasio jenis kelamin dapat diketahui angka perbandingan
jumlah laki-laki dan perempuan di suatu wilayah.
 Angka harapan hidup adalah rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani
seseorang yang mencapai umur tertentu “x”, dalam situasi mortalitas yang berlaku
di lingkungannya.
 Rasio ketergantungan (dependency ratio) yaitu angka perbandingan yang
menunjukkan besar beban tanggungan dari kelompok usia produktif. Usia produktif
(15 – 64 tahun) selain menanggung kebutuhan hidup dirinya juga menanggung
kebutuhan hidup golongan usia muda (0 – 14 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke
atas).
Kunci Jawaban Tes Formatif 4

1. A 6. A

2. B 7. B

3. C 8. C

4. B 9. B

5.D 10. D

Anda mungkin juga menyukai