11 Juli 2019
Latar belakang:
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi
yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta
balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Permasalahan:
Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%)
sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di
Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit
di Asia Tengah (0,9%).
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia
tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan
gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5%
menjadi 29,6% pada tahun 2017.
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu
yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,
ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
Perencanaan :
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang
termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan
segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program
prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang
dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai berikut:
f. Pemberantasan kecacingan;
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan
2. Balita
Pelaksanaan:
Berdasarkan masalah tersebut maka dirasa perlu untuk melakukan suatu kegiatan untuk
mencegah, menjaring dan intervensi terhadap masalah stunting dibuatlah kegiatan kelas ibu
balita stunting.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2019 bertempat dirumah salah satu warga di
desa Sambongrejo kecamatan Ngawen. Dihadiri oleh pelaksana program dari puskesmas,
peserta pidi, kader, dan peserta kelas ibu balita stunting.
Kegiatan meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan, lalu dilakukan pemberian
kuesioner yang ditanyakan kepada ibu balita sebagai peserta dan setelah itu diberikan
penyuluhan tentang stunting.
Monitoring:
Dalam pelaksanaan kegiatan Kelas Ibu Balita Stunting ini berjalan dengan lancar. Pada
proses penyuluhan juga terjadi hubungan dua arah yang menjadikan diskusi menjadi aktif.
Dalam hasil pembagian kuesioner didapatkan masih ada beberapa ibu balita yang belum
paham tentang status gizi balitanya.
Diberikan juga pemberian sirup zinc sebagai penangan balita yang terdeteksi stunting.
Diharapkan kegiatan seperti ini juga dapat dilakukan di desa lain yang masih belum diberikan
kelas ibu balita stunting.