1 Juli 2019
Latar belakang:
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macam
gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan
berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain: Kelas Ibu Hamil dan
Kelas Ibu Balita.
Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada anak balita (anak bawah lima tahun) adalah buku
Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Namun tidak semua ibu dan keluarga mau/dapat
membaca buku KIA.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka dianggap sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi
buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui
penyelenggaraan Kelas Ibu Balita.
Permasalahan :
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macam
gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000
Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jam terjadi 22
kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era
globalisasi. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan berbagai program
kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain: Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita.
Buku KIA adalah suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak
berusia 5 tahun yang berisi berbagai informasi tentang kondisi kesehatan ibu dan anak serta
pendidikan cara menjaga kesehatan ibu dan anak. Namun tidak semua ibu dan keluarga
mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca,
tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang tidak mampu membaca (buta
aksara).
Berdasarkan pertimbangan ini, maka dianggap sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi
buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui
penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Sasaran Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang
mempunyai anak balita (0-59 bulan) sedangkan ‘Kelas ibu Hamil’ ditujukan bagi ibu hamil.
Perencanaan Kegiatan:
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5
tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh
fasilitator dengan menggunakan buku KIA.
Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0-
5 th dengan pengelompokan 0-1 th, 1-2 th, 2-5 th. Peserta kelompok belajar terbatas, paling
banyak 15 orang.
Fasilitator kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya yang mendapat
pelatihan fasilitator kelas ibu balita.
Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya di
bidang gizi, gigi, PAUD, penyakit menular dan sebagainya.
Pelaksanaan :
Identifikasi sasaran: Mendata semua sasaran balita 0-5 th dan mengelompokkkannya jadi
kelompok usia 0-1 th, 1-2 th, 2-5 tahun
Mempersiapkan tempat dan sarana belajar: Tempat belajar sebaiknya tidak jauh dari rumah
warga belajar dan ada sarana antara lain, kursi, tikar, karpet, alat peraga, dan alat-alat
praktek/demo, APE, alat tulis menulis, buku KIA, lembar balik kelas ibu balita.
Pelaksanaan Kelas Ibu Balita ini dilaksanakan di Kelurahan Ngawen wilayah kerja UPTD
Puskesmas Ngawen pada tanggal 1 Juli 2019 bertempat di salah satu rumah warga dan diikuti
oleh Petugas kesehatan dari puskesmas , peserta pidi, kader, dan peserta kelas ibu dan balita.
Kegiatan diawali dengan penjelasan tentang kesehatan ibu dan balita yang didasari dari buku
KIA oleh petugas kesehatan dari Puskesmas, selanjutnya diberikan materi tentang gizi
seimbang oleh petugas gizi dari puskesmas, lalu diberikan penyuluhan tentang penyakit yang
sering diderita oleh balita serta penanganannya, terakhir sesi diskusi dan sharing.
Monitoring dan evaluasi:
Tidak semua ibu dan keluarga mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau
alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang
tidak mampu membaca (buta aksara), maka dari itu perlu rasanya terselenggaranya kelas ibu
balita.
Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif artinya para ibu tidak diposisikan hanya
menerima informasi karena posisi pasif cenderung tidak efektif dalam merubah perilaku.
Oleh karena itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar partisipatoris, dimana si ibu
tidak dipandang sebagai murid melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu
didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai
pengarah kepada pengetahuan yang benar.
Terlaksananya kegiatan kelas ibu di kelurahan Ngawen ini berjalan dengan lancar, dan
peserta secara aktif tanya jawab dan saling berbagi pengalaman tentang kesehatan balitanya
sehingga tidak terjadi diskusi yang pasif.