BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Sejarah
b. Pada tahun 2011 dibuat masterplan dan pada tahun 2012 dibuat
detail engineering design (DED).
c. Akhir tahun 2015, pembangunan fisik dimulai, ditandai peletakan
batu pertama oleh Bupati Bandung Barat.
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
3. Demografi
Gambar 2.1
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012-2016
4. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Bandung
Barat bervariasi atau tidak merata. Kondisi tersebut merupakan
fenomena alamiah, dimungkinkan terjadi karena adanya daya tarik
wilayah, ketersediaan fasilitas hidup, akses yang mempuni dan lain-
lain. Setiap orang cenderung untuk tinggal di tempat yang
menguntungkan seperti pusat kota, pusat pendidikan atau tempat yang
mempunyai potensi sumber daya tinggi untuk bertahan hidup.
Kepadatan penduduk Kabupaten Bandung Barat tahun 2016
sebesar 12,76 km2. Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang
mempunyai kepadatan penduduk terpadat adalah Kecamatan
Ngamprah dengan kepadatan penduduk sebesar 47,09 km 2. Hal ini
dapat dijelaskan karena Kecamatan Ngamprah dekat dengan pusat
kota dan pemukiman di Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan
kepadatan penduduk terbesar kedua adalah Kecamatan Padalarang
sebesar 33,35 km2. Sedangkan kecamatan di Kabupaten Bandung
Barat dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Gunung Halu sebesar 4,68 km2.
Dokter Gigi
Apoteker
Kesmas
Nutrisionis
Perawat
Kesling
Dok. Sep. Gigi
Perawat Gigi
Dokter Spesialis
KeparmasianTen. Teknis
Bidan
NO PUSKESMAS
1 RONGGA - 2 1 - 4 11 - 1 - 1 1
2 SINDANGKERTA - 1 1 - 1 17 2 - 1 - 1 -
3 CICANGKANGGIRANG - 2 - - 5 23 1 - - 1 1 -
4 MUKAPAYUNG - 1 - - 8 11 - - - 1 - 1
5 CIHAMPELAS - 2 1 - - 11 2 1 1 5 2 1
6 PATARIUM - 2 2 - 7 13 2 1 - - 1 -
7 CIPONGKOR - 2 1 - 5 15 - 1 - 1 - -
8 CITALEM - 1 1 - 4 12 - - - - - -
9 BATUJAJAR - 1 1 - 11 20 1 2 1 - 1 1
10 CIPATAT - 1 1 - 7 9 1 1 - - 1 1
11 SUMUR BANDUNG - 2 1 - 5 7 1 - 2 - 1 -
12 PADALARANG - 2 1 - 9 9 1 1 2 - 1 1
13 TAGOGAPU - 2 1 - 2 8 2 1 - 1 1 2
14 JAYAMEKAR - 2 1 - 6 11 1 1 1 - 1 1
15 NGAMPRAH - 2 1 - 4 10 1 1 - - 1 -
16 CIMAREME - 3 2 - 9 15 2 1 - - 1 1
17 PARONGPONG - 2 1 - 4 9 - - - 1 1 1
18 CIWARUGA - 2 - - 2 6 1 1 - 3 1 -
19 LEMBANG - 1 1 - 5 10 1 - - 1 - 1
20 CIKOLE - 1 1 - 2 10 - - - - 1 -
21 CIBODAS - 1 - - 5 12 1 1 - - 1 1
22 CISARUA - 1 1 - 7 14 1 - - - - 1
23 PASIRLANGU - - 1 - 6 10 1 1 - - 1 -
24 RENDE - 1 - - 5 6 1 - - - - 1
25 CIPEUNDEUY - 1 1 - 1 19 1 1 - 2 - -
26 CIRATA - 1 - - 5 7 - - - 1 - 1
27 DTP GUNUNGHALU - 2 1 - 13 18 - 1 1 2 - 1
28 DTP CILILIN - 1 - - 15 13 2 - 1 - 1 -
29 DTP RAJAMANDALA - 1 - - 20 10 1 1 1 - - -
30 DTP JAYAGIRI - 1 1 - 10 13 1 - 1 1 1 -
31 DTP CIKALONGWETAN - 1 1 - 14 15 2 - 1 - 3 1
32 DTP SAGULING - 3 1 - 7 10 - - - - 1 -
Tabel 2.4
Jumlah SDMK Berdasarkan Wilayah Kerja Rumah Sakit di Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2016. Sumber: Resume Profil Kesehatan KBB 2016.
JENIS SDMK
Dokter Umum
Dokter Gigi
Apoteker
Kesmas
Perawat
Bidan
Kesling
Dok. Sep. Gigi
Perawat Gigi
Dokter Spesialis
KeparmasianTen. Teknis
Nutrisionis
NO RUMAH SAKIT
1 RSUD CILILIN 13 14 1 1 75 39 1 13 2 2 3 1
2 RSUD 8 11 2 - 50 17 1 4 2 - 1 -
LEMBANG
3 RS CAHAYA - - - - - - - - - - - -
KAWALUYAAN
4 RS KARISMA 14 6 2 - 16 8 - 9 2 - 1 1
CIMAREME
5 RS MC - 4 3 - 14 9 - - 1 3 1 1
6 RSIA BUAH 2 - - - - - - - - - - -
HATI
TOTAL 37 35 8 1 155 73 2 26 7 5 6 3
3. Derajat Kesehatan
Tabel 2.5
Angka Harapan Hidup dan IPM berdasarkan Proyeksi di Kabupaten
Bandung Barat tahun 2011 – 2016 menggunakan metode baru
4. Kematian
kematian bayi, kecuali dari survey atau sesnsus yang dilakukan oleh
petugas.
a. Angka Kematian Bayi
1 2014 58 2 6
5. Kesakitan
1. Gambaran Umum
KLASIFIKASI RS : KELAS D
AKREDITASI :-
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN
c.1 Visi
Dalam Upaya menjadi salah satu rumah sakit kebanggaan
masyarakat Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat, kami ingin
tumbuh “Menjadi Rumah Sakit Yang Unggul, Berkualitas dan
Mandiri” sehingga kami bisa mengabdi dan memberikan pelayanan
kesehatan bagi seluruh masyarakat.
c.2 Misi
Dengan semangat pengabdian dan kepedulian terhadap sesama,
kami akan selalu berupaya “Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Yang Bermutu, Paripurna Dan Mandiri”.
c.3 Moto
“Friendly and Homy Hospital” Merupakan komitmen
mewujudkan rumah sakit yang nyaman, penuh keramahan dalam
pelayanan dan menghadirkan suasana yang menunjang kesembuhan
pasien. “SOMEAH HADE KA SEMAH, GENAH, MERENAH TUR
TUMANINAH”
3.4 Legalitas
Studi kelayakan
Master plan
Sertifikasi tanah
Status kepemilikan
Izin mendirikan bangunan
Izin HO
Amdal
Rekomendasi izin mendirikan RS
Izin Mendirikan RS
Registrasi rumah sakit
Penetuan kelas
Akreditasi
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
3.6 Nilai-nilai
Profesional
Respek
Pengabdian kepada masyarakat
Kepedulian terhadap sesama
Keramah-tamahan
Kenyamanan
3.7 Tujuan
Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
Meningkatkan mutu kesehatan masyarakat
Meningkatkan kesejahteran karyawan
Menjadikan role model sebagai RS pusat rujukan Provinsi Jawa
Barat
Menjadikan RS pendidikan yang bermutu
15 Nutritionis/Gizi - 2 1 3
16 Perawat Gigi - 2 1 3
17 Radiografer - 1 6 7
18 Tenaga PPR - - 1 1
19 Kesehatan Lingkungan 1 1 2
20 Pranata Laboratorium - 10 10
21 Perawat Anastesi - 1 2 3
22 Rekam Medik - 1 5 6
23 Fisioterapi - 3 3
24 Satpam - 12 12
25 Pemeliharaan/OB - 26 26
26 Administrasi S1/DIII - 36 36
27 Administrasi SMA - 34 34
28 Medical Elektrik - 7 7
29 Loundry - 5 5
30 Juru Masak - 6 6
31 Pemulasaran Jenazah - 3 3
32 Sopir - 5 5
33 Prakarya - 3 3
34 Akuntansi S1 - 2 2
35 Akuntansi DIII - 2 2
36 Keteknikan Medis - 1 1
JUMLAH 25 34 318 377
PROFESI PNS CPNS TKK JUMLAH
Tabel 2.8
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
BAB VI
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
VISI
“Mutu pelayanan dan keselamatan pasien menjadi budaya kegiatan unit “
MISI
1. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien disusun dan
dilaksanakan di setiap unit kerja RSUD Cikalongwetan
2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
3. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari pimpinan rumah sakit
4. Tersosialisasinya program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
kepada staf
TUJUAN
Tujuan Umum :
Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan
p r i n s i p u p a y a p e n i n g k a t a n m u t u i n i dapat digunakan oleh pimpinan
dan pelaksana RSUD Cikalongwetan sebagai acuan dalam melaksanakan
Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan
Tujuan Khusus :
1. Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Adanya acuan dalam pelaksaan program Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. Tercapainya budaya mutu dan keselamatan pasien diseluruh unit
kerja rumah sakit Umum Daerah Cikalongwetan.
4. Adanya dukungan dari pimpinanRSUD Cikalongwetan.
Sasaran Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
1. Mutu asuhan medis
2. Mutu asuhan Keperawatan
3. Meningkatkan Kepuasan pasien
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
BAB VII
Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of
Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme.
Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan
meningkatkan mutu pelayanan. Program ini ternyata sangat berhasil
meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit tertarik untuk ikut
serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu
kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu program
standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of
Physicians, American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint
Commision on Accreditation of Hospital (JCAHO) suatu badan gabungan untuk
menilai dan mengakreditasi Rumah Sakit .
Pada akhir tahun 1960 JCAHO tidak lagi hanya menentukan syarat
minimal dan essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di
Rumah Sakit, namun telah memacu Rumah Sakit agar memberikan mutu
pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai dengan sumber daya yang ada.
Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun 1953-1965 standar
akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi.
Revisi terhadap Standar Akreditasi JCI terbaru dilakukan pada bulan Januari
2011 yang merupakan edisi keempat.
Atas keberhasilan JCAHO dalam meningkatkan mutu pelayanan,
Pemerintah Federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan
“Medicare Act”. Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi Rumah Sakit
menurut standar yang ditentukan oleh JCAHO. Sejak saat itu Rumah Sakit
yang tidak diakreditasi oleh JCAHO tidak dapat ikut program asuransi
kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di Amerika sangat
menentukan utilisasi Rumah Sakit karena hanya 9,3% biaya Rumah Sakit
berasal dari pembayaran langsung oleh pasien.
Sejak tahun 1979 JCAHO membuat standar tambahan, yaitu agar dapat
lulus akreditasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program
pengendalian mutu yang dilaksanakan dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standards (ACHS) didirikan
dengan susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini
baru berhasil beroperasi dalam 3 Negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS
dapat diterima kehadirannya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua
negara bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya
hampir sama dengan di Amerika.
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat
tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang
masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan
pendekatan secara Amerika sukar diterapkan karena perbedaan sistem
kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor Regional WHO
untuk Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu
negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu
pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku
tentang upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht,
negeri Belanda tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan
Mei 1983 di Barcelona, Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO
telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari peningkatan mutu khusus
untuk Eropa.
Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya,
namun pada simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan
bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu di berbagai negara Eropa
Barat masih pada perkembangan awal.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa
kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian
berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun
berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan
prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar,
Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka
meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan
berbagai indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan
(performance) Rumah Sakit pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta
setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua
tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun
1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban Rumah Sakit
dan yang dievaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta Rumah Sakit
swasta setara. Sedangkan evaluasi penampilan tahun 1992 telah dilengkapi
pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi penampilan
Rumah Sakit ini merupakan langkah awal dari Konsep Continuous Quality
Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam
monitor dan evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada
CQI fokus lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian
pemilik, manajemen, klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat
mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan.
Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa Rumah Sakit telah
mengadakan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan Rumah Sakitnya. Pada
tahun 1981 RS Gatot Subroto telah melakukan kegiatan penilaian mutu yang
BAB VIII
Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian
yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan(commitment)yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan.
c) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar.
d) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Aspek sosial budaya
Mutu Terkait Dengan Struktur, Proses dan Outcome
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan
yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu
sistem. Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.
a. Struktur :
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya
keuangan dan sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan
kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat diukur dari kewajaran,
kuantitas, biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.
b. Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien: evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan,
tindakan, penanganan jika terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya
proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien, efektifitasnya dan
mutu proses itu sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan
paling langsung terhadap mutu asuhan.
c. Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi
lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan
kepuasannya serta kepuasan provider. Outcome yang baik sebagian
besar tergantung kepada mutu struktur dan mutu proses yang baik.
Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur atau
proses yang buruk.
BAB IX
UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RSUD CIKALONGWETAN
1. KESELAMATAN PASIEN
Definisi Keselamatan pasien / Patient Safety adalah : Pasien bebas
dari Harm / cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera
yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik/sosial/psikologis/cacad, kematian dll) terkait dengan pelayanan
kesehatan.
Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah : setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm/cidera yang tidak seharusnya terjadi.
Insiden keselamatan pasien meliputi :
a. Kejadian Sentinel
b. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
c. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
d. Kejadian Tidak Cedera ( KTC )
e. Kondisi Potensial Cedera ( KPC )
Definisi kejadian sentinel adalah : Kejadian yang menyebabkan kematian
atau kerugian atau kecacatan permanen yang bukan karena proses penyakit
yang tidak diantisipasi yang seharusnya dapat dicegah.
Kejadian sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait
dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya
c. Kesalahan lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam tindakan
pembedahan
d. Kejadian penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang
yang bukan orang tuanya
Kejadian Tidak Cedera adalah : insiden yang sudah terpapar kepada pasien
tapi tidak menimbulkan cedera.
c. Alat Medis
Umum
1. Masa kalibrasi alat terlewati
2. Tensi air raksa bocor
3. Syring pump tidak berfungsi optimal
4. Defibriltor dalam kondisi rusak / tidak siap pakai
5. Alat monitor yang rusak/tidak siap pakai
6. Alat ECG rusak / tidak siap pakai
7. Ventilator dalam kondisi tidak siap pakai
8. Alat spirometri tidak berfungsi dengan benar
9. Alat defibrilator tidak berfungsi dengan benar
10. Alat suction tidak berfungsi dengan baik
11. Pisau/gunting medis tidak tajam
12. Senter mati/tidak ada
Laboratorium
1. Alat analisa tidak berfungsi / rusak
2. Jarak antar bed terlalu dekat
Kamar Operasi
1. Kauter tidak berfungsi dengan baik
2. Warmer tidak berfungsi dengan baik
Kamar Bersalin
1. Alat NST tidak berfungsi dengan benar
2. Incubator tidak siap pakai/rusak
3. Alat Doppler tidak berfungsi
Radiologi
1. Alat tidak berfungsi dengan baik
2. Tampilan gambar tidak jelas
d. Obat
1. obat High alert tidak tertandai dengan benar
2. penyimpanan obat high alert yang tidak benar
3. penyimpanan obat tidak sesuai aturan prosedur
4. tidak tersedia / tidak lengkap – nya obat emergency setelah di
gunakan
5. penyimpanan obat pasien tidak dilakukan dengan benar
perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi
nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik
medis.
RISK GRADING MATRIX
PROBABILITAS /FREKUENSI / LIKELIHOOD
Level Frekuensi Kejadian actual
1 Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Tidak biasa Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun
3 Kadang-kadang Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun
4 Kemungkinan Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Sering Terjadi dalam minggu / bulan
DAMPAK KLINIS / CONSEQUENCES / SEVERITY
Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI
1 Insignificant Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,
3 Moderate Cedera sedang
Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau
intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Major Cedera luas / berat
Kehilangan fungsi utama permanent (motorik,
sensorik, psikologis, intelektual) / irreversibel, tidak
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya
5 Cathastropic Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit yang mendasarinya
RISK GRADING MATRIX
Potencial Concequences
Frekuensi/ Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Likelihood 1 2 3 4 5
Sangat Sering Terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Tiap mgg /bln)
5
Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Bebrp x /thn)
4
TINDAKAN
Can be manageClinical Manager / LeadDetailed review & urgentImmediate review &
by procedure Clinician should assesstreatment should beaction required at
the consequences againtsundertaken by seniorBoard level. Director
cost of treating the risk management must be informed
b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat
warna yaitu: biru, hijau, kuning, dan merah .
A. Pengertian
Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini cukup adekuat
untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa yang telah terjadi?
2. Apa yang seharusnya terjadi?
3. Bagaimana terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
kejadian yang sama terulang?
RCA wajib dilakukan pada :
Semua kematian yang tidak diharapkan
Semua insiden yang diduga mengakibatkan cidera permanent,
kehilangan fungsi atau kehilangan bagian tubuh.
Dalam menentukan penyebab insiden, harus dibedakan antara penyebab
langsung dan akar masalah. Penyebab langsung (immediate cause/proximate
cause) adalah suatu kejadian (termasuk setiap kondisi) yang terjadi sesaat
sebelum insiden, secara langsung menyebabkan suatu insiden terjadi, dan jika
dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak
faktor (kejadian, kondisi) yang mengkontribusi atau menciptakan proximate
cause, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.
Biasanya suatu insiden memiliki lebih dari satu akar masalah.
b. Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis.
Memungkinkan investigator untuk menemukan bagian dalam
proses di mana masalah terjadi.
c. Tabular timeline
Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar:
tanggal, waktu, cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 (tiga) data
lain yaitu: informasi tambahan, praktek yang baik (Good Practice),
dan masalah / CMP (Care Management Problem).
Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna
pada kejadian yang berlangsung lama.
Nilai positif :
dapat digunakan pada waktu yang pendek
dapat mengidentifikasi keberadaan seseorang dan adanya
celah informasi
pemetaan dapat dalam bentuk garis waktu yang efektif
Nilai negatif :
hanya dapat digunakan dalam waktu yang pendek
orang tidak dapat mengingat waktu di mana ia berada
terfokus pada individu
Masalah yang terjadi dalam pelayanan, baik itu melakukan tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya. Suatu insiden bisa terdiri dari
beberapa CMP.
1. Prinsip Dasar CMP : pelayanan yang menyimpang dari standar
pelayanan yang ditetapkan
2. Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tidak langsung pada
adverse event.
D. Analisis Informasi
Tools untuk identifikasi proximate dan underlying cause.
1. 5 Why (why-why chart)
Secara konstan bertanya “mengapa?”, melalui lapisan penyebab
sehingga mengarah pada akar permasalahan dari problem yang
teridentifikasi.
2. Analisis perubahan / change analysis
Digunakan untuk menganalisa proses yang tidak bekerja sesuai
rencana (apa dan mengapa berubah). Cara ini digunakan jika:
Suatu sistem / tugas yang awalnya berjalan efektif kemudian
terjadi kegagalan / terdapat sesuatu yang menyebabkan
perubahan situasi.
Mencurigai suatu perubahan yang menyebabkan ketidaksesuaian
tindakan atau kerusakan alat.
Analisis perubahan membandingkan reality dengan idealnya / teori
dengan prakteknya. Langkah-langkahnya :
1. pelajari prosedur normal : apa yang seharusnya dilakukan (kolom
1)
2. petakan alur insiden yang terjadi, bandingkan dengan langkah 1
(kolom 2)
3. bandingkan dua proses apakah ada perbedaan, apa sebagai
masalah? Catat pada kolom yang telah disediakan (kolom 3)
4. catat akar masalah untuk perbaikan yang akan dimasukkan dalam
rekomendasi.
Saat suatu insiden terjadi, biasanya sudah ada tiga atau lebih
penghalang yang berhasil ditembus. Hal ini sesuai dengan teori
“Swiss Cheese”
4. Fish bone
Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat
memberikan dampak pada timbulnya insiden.
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf
a. Ketersediaan
SDM b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Staf
yang Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal
Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing
Jawab
b. Uraian Tugas Jelas
Respon terhadap Insiden Dukungan peer group setelah insiden
staf yang
terlibat
direktorat,
RS)
Pada Tahapan Proses dijelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan
prosedur yang berlaku dan jika proses terlalu kompleks, dapat memilih satu
proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti
Kemudian masing – masing proses uraikan subprosesnya pada Tahapan Sub
Proses pada baris A, B, C, D, E. dst
1 2 3 4 5 6
Langkah 3B
Gambarkan Alur Sub Proses
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih untuk ditindak lanjuti, isikan pada
kotak A,B,C,D,E.
Masing – masing Sub Proses sampai Sub Proses terakhir dicari modus
kegagalannya, isikan pada baris 1, 2, 3, 4, 5
A B C D E
Langkah 4
Analisa Hazard Score
Isikan masing – masing modus kegagalan dan effek analisisnya pada lembar
kerja
1. Modus Kegagalan
Apa yang anda amati ketika kesalahan terjadi, masing – masing beri nilai
pada nomor selanjutnya
2. Akibat / Severity ( S)
Bagaimana dampak kesalahan pada pelanggan, beri nilai seberapa parah
dampaknya terhadap pelanggan
Nilai 1 = bila kesalahan tidak menimbulkan dampak / cidera pada pelayanan
kesehatan ( perhatikan pada lembar Analisa Hazard Minor )
Nilai 5 = bila kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan
tetapi menimbulkan kerugian minor ( perhatikan pada lembar Analisa
Hazard Moderat )
Nilai 7 = bila kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap
pasien ( perhatikan pada lembar Analisa Hazart Mayor )
Nilai 10 = bila kegagalan menimbulkan kematian atau kecacatan
(perhatikan pada lembar Analisa Hazart Katastropik)
3. Potensial Penyebab / Occurrence ( O )
Yang paling memungkinkan penyebab terjadinya kesalahan – garis ini harus
selalu terisi dan seberapa sering penyebab atau kesalahan model ini
terjadi ?
Nilai 1 = Hampir tidak pernah terjadi ( > 5 tahun )
Langkah 5
Tata Laksana dan Pengukuran Outcome
Lembar Kerja
Modus Potensi RPN Peringkat Tindak lanjut KPI PIC Dukungan
Kegagalan Penyebab Manajemen
Langkah 6
Melakukan Standarisasi / redesign proses / design control, antara lain dengan :
Langkah 8
Implementasi dan monitor proses yang baru. Ulangi beberapa waktu, sesudah
beberapa failure mode di-eliminasi
2. CLINICAL PATHWAY
Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti
dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
sakit. Clinical pathway diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
terdiagnosis : Acute Ischemik Stroke, maupun pasien dengan tindakan: Sectio
Caesarea, Tonsilectomi ( termasuk Adenotonsilectomi ), Coronary Angiography
( PAC ), Temporary Pace Maker ( TPM ), Permanent Pace Maker ( PPM ),
Percutaneus Coronary Intervention ( PCI ).
BAB X
PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU
RSUD CIKALONGWETAN
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan RSUD Cikalongwetan.
Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria
BAB XI
INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
Indikator adalah : suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan
dan merupakan variabel yang digunakan untuk menilai perubahan
Indikator RSUD Cikalongwetan meliputi :
IAK.17. Kepatuhan Pemisahan Sampah Medis dan Non Medis Tiap Unit
7. Linen Hilang
C. INDIKATOR SKP
1. Indentifikasi Pasien
IAK. 1.
Profil Indikator
Respon Time Pelayanan IGD < 5 Menit
Judul Respon time pelayanan di IGD < 5 menit
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat , responsif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Respon time pelayanan di IGD < 5 menit adalah saat pasien datang di IGD
operasional sampai mendapat pelayanan dokter / perawat .
Frekuensi Setiap bulan
pengumpulan
data
Periode analisa Setiap bulan
Numerator Jumlah pasien yang dilayanani di IGD sejak masuk samapi mendapat
pelayanan dokter / perawat < 5 menit
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dilayanani di IGD
Sumber data RM pasien
Standar 95%
Penanggung Supervisor IGD
jawab pengumpul
data
IAK. 2.
Profil Indikator
Kejadian Kematian Ibu Melahirkan Karena Perdarahan
IAK. 3.
Profil Indikator
Waktu Tunggu Rawat Jalan
Nama Indikator Waktu Tunggu Rawat Jalan
Definisi Operasional Waktu tunggu rawat jalan adalah rata-rata waktu yang
diperlukan mulai dari pasien yang sudah terdaftar tiba di
poliklinik sampai dilayani oleh dokter
Program Efektifitas pelayanan terhadap pasien yang berkunjung ke
Instalasi Rawat Jalan
Dimensi Mutu Efektifitas, efisiensi, dan kesinambungan pelayanan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan pada hari kerja
yang mudah dan cepat diakses oleh pasien
Kategori Indikator Ketepatan waktu pelayanan
Dasar Pemikiran / literature Survei atau observasi langsung dari jumlah pasien rawat
jalan
Kriteria Inklusi Pasien rawat jalan yang telah selesai melakukan
pendaftaran
Kriteria eksklusi Pasien yang tidak datang pada waktu yang ditentukan, atau
saat dipanggil
Tipe Indikator Persentase
Jenis Indikator Ketepatan waktu pelayanan
IAK. 4.
Profil Indikator
Kelengkapan Assesment Dokter/DPJP 1x24 jam
IAK. 5.
Profil Indikator
Visit Dokter Spesialis
Judul Indikator Visit Dokter spesialis
Definisi Operasional Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter
spesialis setiap hari sesuai dengan ketentuan waktu
kepada setiap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya yang dilakukan antara 07.00 sampai dengan
16.00
Dasar Pemikiran Visite dokter spesialis terhadap pasien rawat inap
setiap harinya harus dilaksanakan tepat waktu yang
ditentukan, untuk mempercepat proses dan
pengambilan keputusan dalam manajemen pasien
rawat inap
Dimensi Mutu Efektifitas, efisiensi
Tujuan Tergambarnya waktu visite dokter menunjukan adanya
ketetapan kunjungan kepada pasien per harinya pada
jam kerja
Jenis Indikator Indikator mutu Nasional
Tipe Indikator Proses
Numerator (N) Jumlah visite dokter spesialis antara jam 07.00 –
16.00 yang disurvei
Denominator (D) Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang di
survey
Target Pencapaian 100 %
Kriteria Inklusi Seluruh pasien rawat inap yang ada diruang rawat
inap selama jam kerja
Kriteria Ekslusi Pada pasien rawat inap yang tidak ada di ruangan
saat dokter visite
Formula (N:D) x 100%
Sumber Data Rekam Medik, Catatan Data
Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan
Cara Pengumpulan Data Concurrent dan restrospektif
PIC Data Ka Ruangan Rawat Inap
Pengumpul Data Petugas Rawat Inap
Publikasi Data Diseminasi data ke unit dan pada rapat mutu
IAK. 6
Profil Indikator
Visit Dokter Spesialis
Judul Indikator Persentase kecepatan operator bedah dan anastesi
dalam kedatangan pada saat operasi cito
Definisi Operasional UU No 7 tahun 2017 tentang Keselamatan Rumah Sakit
Dasar Pemikiran Fokus kepada operator bedah dan anastesi, kepada
pasien, keselamatan pasien dan berkesinambungan
Dimensi Mutu Mengurangi resiko kematian pada ibu dan anak
Tujuan Jumlah staf klinis yang melakukan pengelolaan dan
pendokumentasian pada pasien yang yang akan
dilakukan operasi pada pasien RWI, dibandingkan
dengan jumlah pasien RWI yang dalam 1 TW
IAK. 7
Profil Indikator
Kepatuhan dalam pengisisan kelengkapan informed consent SIO dan SIA
IAK. 8.
Profil Indikator
Penundaan Operasi Elektif
Judul Indikator Penundaan Operasi Elektif
Penundaan operasi elektif adalah perubahan jadwal operasi
yang direncanakan.
Defenisi Operasional Operasi Elektif adalah operasi atau tindakan yang
dijadwalkan.
Tindakan operasi elektif termasuk mata, paru
RS Umum dan RS Mata: semua pasien operasi elektif yang
dijadwalkkan
RS Ketergantungan Obat dan RS Jiwa: semua pasien yang
Kriteria Inklusi dilakukan tindakan (ECT + Psikoterapi dan Tindakan
Detoksifikasi + Psikoterapi)
RS Paru: semua pasien yang dilakukan tindakan bronkoskopi
elektif
Kriteria Ekslusi Penundaan atas indikasi medis
Data pasien yang dijadwalkan operasi dan data pelaksanaan
Sumber Data
operasi. Data kamar operasi, kamar tindaka
Tipe Indikator Process and Outcome
Area Monitoring IBS
Frekwensi M
Standar 5
IAK. 9
Profil Indikator
Angka kejadian sepsis
IAK. 10.
Profil Indikator
Kesalahan Cetak Film pada Pemeriksaan radiologi
Ruang lingkup Terjadinya kesalahan cetak film pada pemeriksaan Radiologi
Dimensi mutu Keselamatan Pasien, Kompetensi, efisiensi
Tujuan Tergambarnya mutu pelayanan, keselamatan pasien dan
kompetensi Instalasi Radiologi.
Definisi operasional Terjadinya kesalahan cetak film : dimana cetak film pemeriksaan
radiologi tidak sesuai dengan hasil cetak film seperti yang
IAK. 11.
Profil Indikator
Waktu Lapor Tes Kritis Laboratorium
IAK. 12.
Profil Indikator
Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Area Klinis
Kategori
Indikator Kepatuhan dalam pelaksanaan standar pelayanan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan pembedahan di rumah
Strategis sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien JKN
IAK. 13.
Profil Indikator
Kesalahan Diit
Nama Indikator Kesalahan diit pasien
Definisi Operasional kesalahan petugas pelayanan gizi dalam memberikan diit
Program Pelayanan instalasi gizi
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisiensi
Tujuan Terselenggaranya pendokumentasian kesalahan dan efisiensi
pelayanan instalasi gizi
Kategori Indikator Kesalahan diit pasien
Dasar Pemikiran / literature UU No 7 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Kriteria Inklusi Banyaknya kesalahan dalam pemberian diit pasien
Kriteria eksklusi Kesalahan petugas di luar petugas gizi
Tipe Indikator Persentase
Jenis Indikator Kesalahan diit pasien
Numerator Jumlah kesalahan pada pemberian diit kepada pasien
Denominator Jumlah seluruh sampel atau seluruh pasien
Cara Pengukuran Jumlah kesalahan dalam pembarian diit pasien di bagi dengan
jumlah seluruh sample atau seluruh pasien dikali 100%
Nilai Standar 0%
Sumber Data Survey pengisian worsheet pemantauan mutu instalasi gizi
Wilayah Pengamatan Instalasi gizi
Metode Pengumpulan Data Dokumentasi
Pengumpul Data Staf Instalasi Gizi
IAK. 14.
Profil Indikator
Sisa Makan Pasien
Nama Indikator Sisa makan Pasien
Definisi Operasional sisa makanan adalah porsi makanan siang pasien non diit yang
tersisa yang tidak dimakan oleh pasien (sesuai dengan pedoman
asuhan gizi rumah sakit)
Program Pelayanan instalasi gizi
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya tingkat efektifitas dan efisiensi pelayanan instalasi
gizi
Kategori Indikator Sisa makan siang pasien
Dasar Pemikiran / literature Permenkes No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
Kriteria Inklusi Sisa makan siang pasien non diit yang di sediakan rumah sakit
Kriteria eksklusi Makanan dari luar rumah sakit
Tipe Indikator Persentase
Jenis Indikator Sisa makan siang pasien
Numerator Jumlah pasien yang sisa makan siang pasien non diit ≥ 50 %
Denominator Jumlah seluruh sampel atau seluruh pasiennon diit
Cara Pengukuran Jumlah pasien yang sisa makan siang non diit ≥ 50 % di bagi
dengan jumlah seluruh sample atau seluruh pasien non diit dikali
100%
Nilai Standar 20%
Sumber Data Survey pengisian worsheet pemantauan mutu instalasi gizi
Wilayah Pengamatan Instalasi gizi
Metode Pengumpulan Data Dokumentasi
Pengumpul Data Staf Instalasi Gizi
Frekuensi Pengumpulan Bulanan
Data
Periode Waktu laporan Setiap Bulan
IAK. 15.
Profil Indikator
Kepatuhan Perawat OK dalam mengisi Form Checklist Instrument
IAK. 16.
Profil Indikator
Kelengkapan catatan Medis Pasien
Formula
Cara Penyebarluasan
Dalam rapat bulanan unit kerja rekam medis.
pada staf
Nama Alat / sistem
Worksheet
audit
IAK. 17.
Profil Indikator
Kepatuhan Pemisahan Sampah Medis dan Non Medis Tiap Unit
Judul Indikator Kepatuhan Pemisahan Sampah Medis dan Non Medis Tiap Unit
Definisi
Dasar Pemikiran Kepmenkes nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya mutu pengelolaan limbah padat infeksius di rumah sakit
Time Setiap Hari
IAK. 18.
Profil Indikator
Ketidakmampuan Menangani BBLR 1500-2500gr
Judul Ketidakmampuan menangani BBLR 1500-2500gr
Dimensi Mutu Efisiensi dan efektifitas pelayanan perinatology
Tujuan
Definisi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500 – 2500 gr
operasional
Frekuensi Setiap bulan
pengumpulan
data
Periode analisa Setiap 3 bulan
Numerator Jumlah kelahiran bayi BBLR 1500-2500gr
Denominator Jumlah kelahiran seluruh bayi
Sumber data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggung Staff Perinatologi
jawab pengumpul
data
IAK. 19
Profil Indikator
Kegiatan Survelains
Judul Kegiatan Survelains
Dimensi Mutu Fokus kepada mutu pencegahan dan pengendalian infeksi
Tujuan Terselenggaranya pendokumentasian didtribusi dan penyebaran
infeksi di rumah sakit, memperkirakan besarnya masalah infeksi
Definisi operasional Kegiatan Survelains adalah pengamatan sistematis, aktif, terus
menerus, terhadap timbulnya dan penyebaran HAIS pada suatu
peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko
tersebut
Frekuensi 1 Bulan
pengumpulan data
Profil Indikator
Kepuasan Pasien dan Keluarga
Kriteria Inklusi Pasien Rawat inap yang telah dirawat inap 2x24 jam
Pasien rawat Jalan yang telah berkunjung lebih dari 1 kali
Ekslusi Pasien dengan gangguan jiwa, tidak sadar dan pasien anak yang belum
mengerti survey
Formula (N:D)x100%
Sumber Data Hasil survey kepuasan pelanggan di Rawat Inap & rawat Jalan
Frekuensi Semester
Pengumpulan
Data
PIC Kepala Bagian Pelayanan Pelanggan
Profil Indikator
Respone time pemulasaraan jenazah
Profil Indikator
Keterlambatan Pelayanan Ambulans di Rumah Sakit
Ruang Lingkup Kecepatan memberikan pelayanan ambulans di Rumah
Sakit
Dimensi Mutu Kenyamanan, Keselamatan
Tujuan Tergambarnya Ketanggapan rumah sakit dalam
menyediakan kebutuhan pasien akan ambulans
Definisi Operasional Keterlambatan pelayanan ambulans adalah
keterlambatan merespon permintaan ambulans lebih dari
15 menit. Keterlambatan dihitung mulai telepon
permintaan ambulans diterima sampai dengan ambulans
pada bulan tersebut
Kriteria Inklusi Jumlah keterlambatan respon time ambulans dalam satu
bulan
Kriteria Eksklusi Jumlahan permintaan penjemputan pasien dengan
ambulans pada bulan tersebut
Numerator Jumlah keterlambatan pelayanan ambuilans dalam satu
bulan
Denumerator Jumlah seluruh permintaan ambulans pada bulan
tersebut
Standar 3%
Formula (N:D)x100%
Profil Indikator
Linen Hilang
Ruang lingkup Manajemen linen
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas pelayanan laundry
Profil Indikator
Ketidaklengkapan Dokumen Pendukung Penagihan JKN
Cara Penyebarluasan
Rapat Bulanan rapat koordinasi
pada staf
Nama Alat Atau Sistem
Worksheet
Audit
Profil Indikator
Ketidaklengkapan dokumen pendukung penagihan jaminan
Profil Indikator
Keterlambatan Respon Time Genset
Dimensi Mutu Kenyamanan, Keselamatan
Tujuan Tergambarnya Ketanggapan rumah sakit dalam
menyediakan kebutuhan genset
Definisi Operasional Keterlambatan pelayanan ambulans adalah
keterlambatan merespon permintaan penghidupan genset
Kriteria Inklusi Jumlah keterlambatan respon time genset dalam satu
bulan
Kriteria Eksklusi Jumlahan permintaan penghidupan genset dalam satu
bulan tersebut
Numerator Jumlah keterlambatan respon time genset
Profil Indikator
Insiden Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
Kategori Klinik
Judul Indikator Insiden keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat yang perlu diwaspadai (High allert ) adalah obat yang
memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan /
Defenisi Operasional menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan
pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan
penggunaan dan penyimpanan.
Kriteria Inklusi 1. Penyimpanan obat high allert tidak dilakukan secara
benar (prosedur penyimpanan yang benar : obat High Allert
disimpan terpisah; elektrolit konsentrat diberi stiker orange;
NORUM / LASA diberi stiker hijau ; insulin dan nutrisi
parenteral diberi stiker kuning; obat sedasi, heparin, agen
radiokntras IV diberi stiker merah; agen kemoterapi diberi
stiker ungu)
2. Pemberian obat High Allert tidak menggunakan prosedur
5 (lima) Benar
3. Tidak ada daftar obat High allert di masing-masing unit
Profil Indikator
Persentase Kepatuhan cuci tangan
Profil Indikator
Persentase Kepatuhan Staf Klinis Dalam Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pa
Judul Indikator Persentase Kepatuhan staf Klinis Dalam Pelaksanaan Ketepatan Ide
Pasien
Dasar Pemikiran UU No 7 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Berfokus pada pasien dan berkesinambungan
Tujuan Terjaminnya keamanan pasien dalam menjalani perawatan di ruma
memastikan pasien yang akan menerima layanan atau tindaka
menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.
Definisi Operasional Jumlah staf klinis yang melakukan identifikasi pasien dengan benar dala
dibandingkan dengan jumlah staf klinis yang melakukan identifikasi dalam
Proses identifikasi di rumah sakit telah di tetapkan dalam panduan Ide
pasien, yaitu dengan melakukan pencocokan paling sedikit 2 dari 3 data
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik). Tatacara identifikasi adalah :
1 Verifikasi secara visual (jika pasien rawat inap/ terpasang
identitas) dengan cara mencocokan antara gelang identitas pas
berkas rekam medis
2 Verifikasi secara verbal (jika pasien rawat jalan/ tidak terpasang
dengan cara meminta pasien menyebutkan nama dan tanggal l
mencocokan pada rekam medis
Jenis Indikator Proses dan outcome
Numerator Jumlah staf klinis yang melakukan identifikasi pasien dengan benar dalam
Formula ∑ Staf klinis yang melaksanakan identifikasi pasien dengan benar dalam
1 TW
∑ staf klinis yang disurvei, dalam 1 TW
Sumber Data Hasil observasi pada staf klinis dalam melakukan identifikasi
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisis 3 bulan
Cara Pengumpulan Concurrent
Data
Sampel Seluruh Staf klinis yang melakukan identifikasi
Rencana Analisis Diagram garis
Instrumen Pengambilan data :worksheet pemantauan pelaksanaan identifikasi
Pengambilan Data Rekapitulasi data : Laporan pelaksanaan identifikasi
Penanggung Jawab Manager Keperawatan
Pengumpul data Tim Pengendalian Mutu Keperawatan
Publikasi data Diseminasi data ke unit dan pada rapat Mutu
Profil Indikator
Kepatuhan Prosedure Site Marking pada apsien yang akan dilakukan tindakan operas
Kepatuhan Prosedure Site Marking pada apsien yang akan dilakukan tinda
Judul Indikator operasi
Dasar Pemikiran UU No 7 tahun 2017 tentang Keselamatan Rumah Sakit
Dimensi Mutu Fokus kepada operator bedah dan anastesi, kepada pasien, keselam
pasien dan berkesinambungan
Tujuan Terselenggaranya pendokumentasian pelayanan di instalasi kamar ope
kepada pasien oleh staf klinis (operator bedah dan anastesi)
Time Jumlah staf klinis yang melakukan pengelolaan dan pendokumentasian p
pasien yang yang akan dilakukan operasi pada pasien RWI, dibanding
dengan jumlah pasien RWI yang dalam 1 TW
Jenis Indikator Proses
Numerator Jumlah Pasien RWI yang dilakukan operasi dengan site marking
Denominator Jumlah Pasien RWI yang dilakukan operasi , dalam 1 TW
Target >100 %
Pencapaian
Krit Inklusi Seluruh Pasien yang akan akan melakukan tindakan operasi
Eksklusi -
eria
Formula Σ Pasien RWI yang dilakukan operasi dengan site marking
Profil Indikator
Kesesuaian Implementasi Managemen Risiko Jatuh Pada Pasien RWI Sesuai Dengan
Intervensi Managamen Risiko Jatuh
Profil Indikator
Kepatuhan Pemeliharaan Ambulan
Profil Indikator
Kepatuhan Pemeliharaan Alat
Profil Indikator
Komunikasi yang Efektif
Judul Indikator Komunikasi yang efektif
Definisi Operasional Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat,
lengkap, tidak ambigu, dan diterima oleh penerima
informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien
Dasar Pemikiran Komunikasi yang efektif dapat meningkatkan
keselamatan pasien
Dimensi Mutu Efektifitas, efisiensi
Tujuan Mencegah terjadinya kesalahan saat perintah lisan atau
perintah melalui telepon, komunikasi verbal, saat
menyampaikan hasil kritis yang harus disampaikan
lewat telepon. Mecegah kesalahan pada saat hand over
antar tenaga medis
Jenis Indikator Indikator mutu unit
Tipe Indikator Proses
Numerator (N) Jumlah seluruh rekam medis yang menggunakan
metode SBAR dalam satu bulan
Denominator (D) Jumlah seluruh rekam medis pasien dalam satu bulan
Target Pencapaian 100 %
Profil Indikator
Kepatuhan Petugas dalam Pengecekan Listrik
Judul Indikator Kepatuhan Petugas dalam Pengecekan Listrik
Definisi Operasional Kepatuhan Petugas dalam pengecekan listrik adalah
dilakukannya pengecekan secara rutin pada kelistriksan
di rumah sakit untuk mencegah terjadinya konselting
dan kerusakan lainnya
Dasar Pemikiran Kepatuhan Pengecekan listrik harus dilakukan secara
rutin untuk mencegah terjadinya kerusakan yang bisa
menyebabkan konselting
Dimensi Mutu Efektifitas, efisiensi
Tujuan Tergambarnya jadwal pengecekan listrik
Jenis Indikator Indikator mutu unit
Tipe Indikator Proses
Numerator (N) Jumlah pengecekan listrik yang dilakukan dalam satu
bulan
Denominator (D) Jumlah jadwal pengecekan listrik selama satu bulan
Target Pencapaian 100 %
Kriteria Inklusi Seluruh tindakan pengecekan listrik
Kriteria Ekslusi -
Formula (N:D) x 100%
Sumber Data Checklist jadwal perawatan alat
Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan
Cara Pengumpulan Data Concurrent dan restrospektif
Pengumpul Data Petugas Listrik
Publikasi Data Diseminasi data ke unit dan pada rapat mutu
Profil Indikator
Kepatuhan Petugas dalam cek linen
Judul Indikator Kepatuhan Petugas dalam Cek Linen
Definisi Operasional Kepatuhan Petugas dalam cek linen adalah jadwal rutin
petugas dalam melaksanakan pengecekan seluruh
linen yang ada di rumah sakit
Dimensi Mutu Efektifitas, efisiensi
Tujuan Mengetahui jumlah kebutuhan linen di rumah sakit.
Mendata jumlah linen yang hilang, rusak
Jenis Indikator Indikator mutu unit
Tipe Indikator Proses
Numerator (N) Jumlah seluruh pengecekan linen yang dilakukan
petugas dalam waktu satu bulan
Denominator (D) Jumlah seluruh jadwal pengecekan linen dalam satu
bulan
Target Pencapaian 100 %
Kriteria Inklusi Seluruh jadwal pengecekan linen di rumah sakit
Kriteria Ekslusi -
Formula (N:D) x 100%
Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan
Cara Pengumpulan Data Concurrent dan restrospektif
Publikasi Data Diseminasi data ke unit dan pada rapat mutu
BAB XII
METODE PENGENDALIAN KUALITAS MUTU
RSUD CIKALONGWETAN
Plan
(1)
(6) Menentukan
Action Tujuan dan insiden
Mengambil
tindakan (2)
yang tepat Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
(5) Menyelenggarakan
Memeriksa akibat Pendidikan dan
pelaksanaan latihan
Study
(4) (3)
Melaksanakan
pekerjaan Do
Gambar 2 Gambar 3
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil
dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang
ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak
menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam
menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan
penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua
karyawan.
hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB XIII
PENGORGANISASIAN
BAB XIV
URAIAN JABATAN
WEWENANG
Pelaksanaan program K3 V
WEWENANG
Area Pengambilan Keputusan Prime Share Contributory
Pelaksanaan program K3 V
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
WEWENANG
Area Pengambilan Keputusan Prime Share Contributory
Pelaksanaan program V
International Patient Safety Six
Goals
Pelaksanaan Program V
Manajemen Resiko Klinis
Pelaksanaan program V
Pengendalian & Pencegahan
Infeksi
HUBUNGAN KERJA
Internal :
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
BAB XV
Keterangan :
1. Medical staff Division meliputi : unit Medical Record, Medical
Secretary
Hubungan Kerja dengan Medical Staf Division adalah :
Penyediaan Rekam Medik pasien untuk audit klinis
Pembahasan Incident Report yang berhubungan dengan insiden
kasus medis
Pembahasan hasil audit klinis SMF terkait untuk dianalisa dan tindak
lanjut temuan
Penyediaan Pedoman klinis, Clinical Pathways dan / atau protokol
klinis
Purchasing, Mainstore
Hubungan kerja dengan Administration Division adalah :
Penyediaan anggaran untuk kebutuhan pendidikan dan pelatihan –
pelatihan, sarana
Pengadaan barang untuk kebutuhan kegiatan Peningkatan Mutu dan
keselamatan Pasien
Penyediaan data Indikator Manajemen
3. Human Resource Division meliputi : unit Human Resource, Non
Medical Maintenance, G&A Medical Maintenance
Hubungan kerja dengan Human Resource Division adalah :
Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan – pelatihan
Pengajuan kebutuhan SDM
Pengumpulan data Indikator Manajemen
Pelaporan insiden dan tindak lanjutnya
BAB XVI
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan
Ketua Komite Dokter Umum 1
PMKP
Komite Dokter Umum/ 1
Peningkatan S1
Mutu Keperawatan
Komite Dokter Umum/ 1
Keselamatan S1
Pasien dan Keperawatan
Manajemen
Resiko
Kegiatan orientasi
(kebakaran)
BAB XVII
PENILAIAN KINERJA ( PERFORMANCE APPRAISAL )
Penetapan Target
1. Pemahaman mengenai Target Kerja ( SMART )
Penilaian Kinerja
1. Penilaian kinerja karyawan 6 bulan terakhir
2. Membandingkan target dengan realisasi ( hasil kerja )
3. Penilaian harus objektif, konsisten dan netral
BAB XVIII
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Kegiatan
1. Indikator Mutu ( indikator klinis, Manajemen, Sasaran keselamatan
pasien )
2. Pelaksanaan program Keselamatan Pasien ( IKP, Manajemen Resiko
Klinik, FMEA )
3. Indikator Klinik pelayanan Medis
4. Audit Klinis Pelayanan Medis
5. Clinical Pathway
6. Pendidikan dan pelatihan PMKP
7. Kegiatan Quality Champion
8. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
9. Akreditasi RS
10. Monitoring implementasi ISO 9001
Bila dari hasil evaluasi, tindakan perbaikan belum efektif maka perlu
dianalisa ulang untuk kembali dicari akar permasalahannya.
d. Root Cause Analysis / Failure Mode Effect Analysis
Membentuk tim
Dalam pembuatan RCA/ FMEA hal pertama yang dilakukan adalah
pembentukan tim yang terdiri dari unit yang terkait, staf yang
mempunyai keahlian dalam pembuatan RCA/ FMEA dan orang yang
mempunyai kompetensi sesuai kasus.
Mengadakan pertemuan
Mengadakan pertemuan tim untuk membahas insiden yang terjadi/
kejadian yang potensial menimbulkan sentinel event.
Berdasarkan instrumen audit klinik yang telah disusun maka Tim Mutu (Staf
Rekam Medis) dan SMF (bila perlu) akan melakukan proses pengukuran.
Proses pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara apa yang
tercatat di Rekam Medis dengan standar yang telah ditetapkan.
Hasil pengukuran ditulis di lembar audit atau di dalam bentuk file komputer
(excel atau SPSS).
Pengambilan sample audit akan diverifikasi oleh orang kedua yang tidak terlibat
dalam pengambilan data yang pertama untuk memastikan validitas data. Bila
terjadi
Analisa data
Berdasarkan hasil pengukuran, Tim Mutu dan SMF melakukan analisa dan
evaluasi untuk mengidentifikasi masalah yang ada, mencari akar permasalahan
(dengan menggunakan diagram fish bone atau metode lain) dan mengusulkan
rencana perbaikan. Tim Mutu dan SMF menuliskan hasil pengumpulan data
dan analisa data serta rencana perbaikan menjadi sebuah laporan.
Tindak Lanjut
Berdasarkan laporan tersebut maka Komite Medis dan direksi memutuskan
apakah menyetujui rencana perbaikan yang disampaikan, bila berhubungan
dengan anggaran dan proses bisnis. Bila disetujui maka rencana perbaikan
tersebut perlu didiskusikan dengan Direksi untuk persetujuan anggaran yang
diperlukan. Bila diperlukan maka Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan
menjadi supervisor dari rencana tersebut.
Pengumpulan data kedua (re-audit) Dilakukan setelah tindak lanjut selesai
dilaksanakan ( antara 3-6 bulan setelah audit yang sebelumnya ). Metode yang
digunakan sama seperti pada point C (pengumpulan data).
Penyusunan laporan akhir
Berdasarkan pengumpulan data kedua, Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan
melakukan review apakah terdapat perbaikan atau tidak. Bila ada perbaikan
maka audit dinyatakan selesai. Bila tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan
perbaikan rencana pada point E (tindak lanjut).
Tim Mutu dan SMF menyusun laporan akhir untuk disampaikan kepada Ketua
Komite Medik dan Direksi.
5. Clinical Pathway
Menyusun Panduan Clinical Pathway
Pemilihan 5 area prioritas
Penyusunan Panduan Praktik Klinik, Clinical Pathway atau protokol
klinik
Audit clinical pathway
6. Pendidikan staf
Pelatihan untuk karyawan baru tentang program KPRS, Program
PPI, dan pelaksanaan K3
Pelatihan untuk karyawan lama program peningkatan mutu,
BAB XIX
FASILITAS DAN PERALATAN
Fasilitas dan Peralatan disediakan oleh unit Quality dan unit terkait
sesuai program yang dilakukan
Untuk kegiatan pelatihan – pelatihan internal fasilitas dan peralatan
berkoordinasi dengan sekretaris direksi dan Diklat sesuai kebutuhan
Untuk kegiatan pelatihan diluar rumah sakit berkoordinasi dengan
Personali / SDM
BAB XX
PERTEMUAN / RAPAT
- Incident Report
Waktu : Setiap hari Senin
Jam : 12.30 - selesai
Tempat : Ruang Rapat Komite Medik
Peserta : Kepala UPT RSUD Ckalongwetan, Tim PMKP
Materi : pembahasan insiden dan rencana tindak lanjut
BAB XXI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pelaporan
1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan
BAB XXII
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring
Monitoring program PMKP oleh pimpinan melalui pertemuan Ketua
PMKP dengan pimpinan secara rutin dan beberapa kegiatan melalui Audit
internal RS .
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai
masalah / kendala yang ada. Jika pencapaian tidak sesuai dengan target yang
sudah ditetapkan, maka pimpinan (dinas kesehatan) mengambil tindakan yang
Dokumen Bukti
Laporan pelaksanaan program PMKP :
1. Laporan pelaksanaan pemantauan indikator klinik
2. Laporan Hasil Audit klinik
3. Laporan RCA
4. Laporan pelaksanaan Pelatihan – pelatihan internal
5. Laporan kegiatan Quality Champion
6. Laporan kegiatan Tim PPI
7. Laporan pemantauaan indikator mutu pelayanan rumah sakit
8. Laporan Realisasi pencapaian program PMKP
BAB XXIII
PENUTUP
kerjakan.
Menyetujui,
Kepala UPT RSUD Cikalongwetan Ketua Komite PMKP