Anda di halaman 1dari 545

MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


dan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115
2013
KATA PENGANTAR

Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang
digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.

Malang, Juli 2013


Ketua Pelaksana PSG Rayon 115

Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd


NIP 19541006 198003 1 001
MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2013
MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

Penulis
Tim Instruktur Bahasa Indonesia

Penyunting
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2013
TIM PENULIS

1. Pendahuluan (Syamsul Sodiq)


2. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (Dian Mahsunah, dkk.)
3. Model dan Perangkat Pembelajaran
a. Model Pembelajaran (Suyatno)
b. Media Pembelajaran (Lutfiyah Nurlela)
c. Asesmen
d. Pengembangan Silabus dan RPP
e. Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
1) Mendengarkan (Suhartono)
2) Berbicara (Jack Parmin)
3) Membaca (Syamsul Sodiq)
4) Menulis (Yuniseffendri)
4. Penelitian Tindakan Kelas
5. Materi Bahasa Indonesia
a. Berbicara (Suhartono)
b. Membaca (Maria Mintowati)
c. Menulis (Jack Parmin)
d. Berbicara Sastra (Moh. Najid)
e. Membaca Sastra (Moh. Najid)
f. Menulis Sastra (Jack Parmin)
6. Asesmen (Maria Mintowati)
KATA PENGANTAR

Guru adalah sebuah profesi. Seseorang dikatakan profesional jika


yang bersangkutan dapat membuktikan profesionalitasnya.
Profesionalitas seorang guru dapat berupa profesional dalam pedagogi
dan profesional dalam menghasilkan karya yang relevan dengan
profesinya. Salah satu jalur untuk mewujudkan profesionalitas adalah
melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).
Melalui PLPG, para peserta ditingkatkan kemampuannya, baik dari
segi pedagogik, penyegaran dan pendalaman materi, maupun dalam
bidang-bidang lainnya. Modul ini ditulis sebagai salah satu sumber materi
guru-guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, baik di tingkat SMP/MTs
maupun SMA/SMK/MA yang mengikuti PLPG.
Modul ini berjudul Modul Materi PLPG Bahasa Indonesia. Modul Ini
berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat
tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa
model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan
kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta
asesmen dan lampiran.
Dengan memahami materi yang terdapat di dalam modul ini, para
peserta dapat menjawab soal-soal ujian akhir PLPG. Ini adalah tujuan
jangka pendek. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah para peserta
dapat memanfaatkannya sebagai salah satu bahan ajar dalam menjalankan
tugas sebagai guru.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih belum sempurna.
Karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan guna
menyempurnakan modul ini. Selamat mengikuti PLPG, semoga berhasil.

Surabaya, Desember 2012

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR


HALAMAN JUDUL DALAM
TIM PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
BAB III: MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
3.1 Model Pembelajaran
3.2 Media Pembelajaran
3.3 Asesmen
3.4 Pengembangan Silabus dan RPP
3.5 Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
3.5.1 Mendengarkan/Menyimak
3.5.2 Berbicara
3.5.3 Membaca
3.5.4 Menulis
BAB IV: PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB V: MATERI BAHASA INDONESIA
5.1 Berbicara
5.2 Membaca
5.3 Menulis
5.4 Berbicara Sastra
5.5 Membaca Sastra
5.6 Menulis Sastra
ASESMEN
GLOSARIUM

Media Pembelajaran

Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan


menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu
unit atau paket. Contoh Modul belajar yang terdiri dari bahan
cetak, bahan audio, dan bahan audio visual.

Multi image merupakan gabungan dari jenis proyeksi visual yang


digabungkan dengan komponen audio yang kuat/lebih besar
sehingga dapat diselenggarakan pertujukkan yang besar dan cocok
untuk penyajian di suatu auditorium yang luas.

Buku elektronik merupakan bentuk teks yang dituangkan dalam


medium elektronik (komputer)

Berbicara

Diskusi: kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah.

Ekstemporan: metode pidato yang pepidato berpedoman pada garis besar


atau kerangka pidato yang telah disiapkan.

Frasa tanya: kombinasi kata nonpredikatif yang berfungsi menanyakan


sesuatu.

Impromptu (serta-merta): metode pidato secara dadakan atau tanpa


persiapan karena kebutuhan sesaat (insidental).

Informan: orang yang memberikan informasi.

Kalimat: satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh

Kata tanya: kata yang berfungsi menanyakan sesuatu.

Kinesik: gerak tubuh

Moderator: pemandu diskusi.

Narasumber: orang yang menjadi sumber informasi.


Notulis: penulis diskusi.

pebicara: orang yang berbicara.

pepidato: orang yang berpidato.

Pidato: kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan


kepada banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang
berpidato) sebagai figur sentral.

Prinsip kerja sama: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa


sumbangan informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas
yang diperlukan petutur.

Prinsip kesantunan: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa


tuturan penutur idealnya dapat menjaga keharmonisan sosial
(tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang
disebut dalam tuturan).

Proposisi: pernyataan lengkap yang dapat dinilai benar atau salah.

Retorika interpersonal: komunikasi antarindividu.

Wacana: satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk


karangan atau tuturan utuh

Wawancara: kegiatan tanya jawab dengan narasumber/informan untuk


meminta kepastian informasi tentang hal tertentu.

Wawancara dangkal (ordinary interview): wawancara yang pertanyaan-


pertanyaan pewawancara tidak eksploratif.

Wawancara mendalam (indepth interview): wawancara yang pertanyaan-


pertanyaan pewawancara eksploratif sehingga tampak bersifat
“mengejar” narasumber/informan.

Wawancara terbuka: wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya


pewawancara memberikan peluang kepada narasumber/informan
untuk menguraikan jawabannya secara panjang lebar.

Wawancara terstruktur: wawancara yang pertanyaan-pertanyaan


pewawancara ditata secara sistematis.

Wawancara tidak terstruktur: wawancara yang pertanyaan-pertanyaan


pewawancara tidak ditata secara sistematis.
Wawancara tertutup: wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya
pewawancara tidak memberikan peluang kepada
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara
panjang lebar.

Membaca

ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari
satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan

artikel : n 1. karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar,dan sebagainya; 2. Huk bagian undang-
undang atau peraturan yang berupa ketentuan; pasal; 3. Ling unsur
yang dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina, misal
the dalam bahasa Inggris.

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa


aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang
melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang
terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat
dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain
tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini
yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara
melaporkan atau memberitakan sesuatu agar menarik orang lain
adalah dengan gaya to the point atau diplomatis. Dalam hal membuat
dan menyajikan berita, dikenal jenis berita yang langsung
mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news),
serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata
berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk diminati dan
dinikmati pembaca (feature news).

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa


adanya, atau melukiskan apa adanya

diagram : gambaran (buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau


menerangkan sesuatu
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual
(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

fakta: hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang


benar-benar ada atau terjadi

Glosarium: (biasanya pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad


yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau
istilah itu ditemukan; 2. daftar harga sekarang dibandingkan
dengan harga sebelum-nya menurut persentase untuk mengetahui
turun naiknya harga barang; 3. Kom (artikel) daftar berita penting
hari itu (dalam majalah, surat kabar) yang dimuat di halaman
depan; 4. Ling rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang
mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu; penunjuk

interferensi: bebas dari pengaruh bahasa daerah atau asing

kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai


pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas
klausa

kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat

kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan


perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat
berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah,
datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila,
mahakuasa)

kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan
dituliskan secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Menurut bentuknya, ada empatjenis kata ulang, yaitu perulangan
kata dasar atau perulangan murni, perulangan berubah bunyi,
perulangan berimbuhan, dan perulangan sebagian.

kerancuan: atau kontaminasi ialah hal rancu; kekacauan, kerincuan;


pengacauan atau hasil penggabungan dua bentuk yang secara tidak
sengaja atau lazim dihubung-hubungkan
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan
pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan
dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit:
perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah);
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.

paparan: hasil memapar; yang dipaparkan; keterangan atau penjelasan


yang dibentangkan; uraian

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi

paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu


ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea

penyuntingan bahasa: bertujuan untuk memantapkan tata cara penyajian,


penulisan, penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada gaya
selingkung (Ditbinlitabmas, 2001). Yang perlu dicermati dalam
penyuntingan bahasa antara lain: (1) penggunaan tatabahasa,
pemilihan kata, terjemahan kata atau istilah asing, ejaan, dan
penggunaan simbol atau lambang; (2) penyiangan kontaminasi
penerapan kaidah tatabahasa asing ke dalam kalimat bahasa
Indonesia; (3) sistematika artikel, keberadaan abstrak dan kata
kunci; (4) penulisan rujukan dalam pengutipan, penulisan daftar
rujukan, penyajian tabel dan gambar, serta (5) pencantuman nama
penulis artikel dan alamat lembaga penulis.

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam


tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

register : buku catatan atau daftar yang disusun secara bersistem dan
menurut abjad

ronde : babak pada pertandingan tinju

riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan)


seseorang; biografi

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama

stimulan : n sesuatu yang menjadi cambuk bagi peningkatan prestasi atau


semangat bekerja (belajar dan sebagainya); pendorong; penggiat;
perangsang

surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb,


terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik.
Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas
berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari
komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan
memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan
aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang
dipandang penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di
dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau
surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat
berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis
yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau
bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara
35 cm x 58 cm.

Menulis:

artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri


bahasa jurnalistik: Bahasa yang khas yang digunakan dalam menulis
berita (media cetak). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam
bahasa lainnya. Bahasa jurnalistik memiliki ciri khusus, di
antaranya lugas, sederhana, singkat dan padat, sistematis, tidak
memihak, serta menarik.

berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa


aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang
melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang
terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat
dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain
tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini
yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara
melaporkan atau memberitakan sesuatu agar menarik orang lain
adalah dengan gaya to the point atau diplomatis. Dalam hal membuat
dan menyajikan berita, dikenal jenis berita yang langsung
mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news),
serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata
berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk diminati dan
dinikmati pembaca (feature news).

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita : karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau


penderitaan orang; kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-
sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok


kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar
bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa


adanya, atau melukiskan apa adanya

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2.


karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua
tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau
radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui
telepon

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual


(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

ficer (feature) : berita kisah; berita dalam bentuk cerita; artikel yang
sifatnya lebih deskriptif
fiktif : a bersifat fiksi; hanya terdapat di khayalan grafik : n lukisan pasang
surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun
naiknya hasil, statistik, dan sebagainya)

gaya selingkung: gaya yang ditetapkan dan diberlakukan oleh penerbit


atau penerbitan tertentu yang menjadi ciri pembeda dengan
penerbit atau penerbitan lain

impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama


karya seni adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam
penalaran, perasaan, dan kesadaran pada saat tertentu

judul berita (headline): hakikatnya adalah intisari berita. Judul berita


biasanya terdiri atas satu atau dua kalimat pendek, tetapi telah
cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang
diberitakan. Judul berita dibuat semenarik mungkin karena
merupakan daya pikat awal berita.

jurnal: merupakan majalah yang secara khusus memuat artikel dalam satu
bidang tertentu, misalnya jurnal seni, jurnal pertanian, jurnal
kedokteran, jurnal hukum, jurnal politik, dan lain-lain. Karena
jurnal pada umumnya hanya memuat artikel satu bidang ilmu,
sebagian jurnal menambahkan kata ilmu untuk menyebut namanya,
sehingga menjadi jurnal ilmu seni, jurnal ilmu pertanian, jurnal
ilmu kedokteran, jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-
lain. Artikel yang dimuat pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah),
sehingga sebagian orang menyebutnya sebagai artikel ilmiah.
Ketentuan baku bagi penulisan karya ilmiah merupakan hal yang
harus diketahui dan dikuasai oleh penyunting artikel ilmiah.

kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat

kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai


pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa

kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan


perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat
berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah,
datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila,
mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:


tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)

media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala seperti surat kabar, majalah.

media noncetak: (media elektronik) berarti sarana media massa yang


mempergunakan alat alat elektronik modern, misalnya radio,
televisi, dan film. Dalam subbagian ini disampaikan media
noncetak, yakni radio dan televisi.

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit:
perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah);
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.

paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu


ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi

penerbit: (1) orang dan sebagainya yang menerbitkan; (2) perusahaan dan
sebagainya yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya)

penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan
media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan
merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata
penyunting adalah di bawah ini.

penyuntingan: berarti proses, cara, perbuatan menyunting atau


sunting menyunting. (Sunting-menyunting berarti perbuatan atau
pekerjaan menyunting). Penyuntingan merupakan proses
membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim
seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk
dimuat atau diterbitkan oleh sebuah penerbitan. Pada media
noncetak, penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati,
memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah
sehingga naskah tersebut siap untuk disiarkan dan ditayangkan
oleh media audio dan visual.

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam


tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan


kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak

riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan)


seseorang; biografi

surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb,


terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik.
Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas
berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari
komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan
memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan
aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang
dipandang penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di
dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau
surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat
berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis
yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau
bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara
35 cm x 58 cm.

teras berita (lead): bagian berita yang terletak pada paragraf pertama
(pertama dan kedua untuk beberapa surat kabar). Teras berita
merupakan bagian dari komposisi berita, yang ditulis setelah judul
berita dan sebelum tubuh berita. Jika judul berita adalah intisari,
teras berita adalah sari berita itu. Teras berita merupakan laporan
singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkan. Teras
berita disusun dengan rumus 5W + 1H (what, who, when, where, why,
dan how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang
biasanya berupa sederetan pertanyaan.

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama

tubuh berita (body): merupakan keterangan secara rinci dan dapat


melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang disuguhkan
dalam lead tersebut. Rincian tersebut dimaksudkan untuk
mengungkapkan hal-hal yang belum terungkapkan melalui lead.

Berbicara Sastra:

ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari
satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan

angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan


kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan
Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam
masyarakat tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita
tulis (sastra tulis) dalam masyarakat modern

cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal


yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi
(pada suatu ketika)

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau


sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas
pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi
tertentu dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2.
karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua
tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau
radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui
telepon

dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa


dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat


menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama
yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk
pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual


(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya


menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu
oleh seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir
drama yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan; 3.
peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk

fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan


perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat
berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah,
datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila,
mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:


tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai
dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-
mena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat
dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah
EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi
tentu memiliki tujuan tertentu.

musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas


karangan prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam


tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan


kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak

prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)


pendahuluan; peristiwa pendahuluan

rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada


akhir sajak yang berdekatan.

syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama

Membaca sastra:

ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari
satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan

angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan


kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan
Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam
masyarakat tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita
tulis (sastra tulis) dalam masyarakat modern

cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang


dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau


sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas
pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi
tertentu dan bersifat objektif

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2.


karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua
tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau
radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui
telepon

dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa


dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat


menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama
yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk
pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual


(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya
menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu
oleh seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir
drama yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan; 3.
peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk

fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan


perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat
berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah,
datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila,
mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:


tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan

licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai


dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-
mena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat
dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah
EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi
tentu memiliki tujuan tertentu.

musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas


karangan prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam


tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan


kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak

prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)


pendahuluan; peristiwa pendahuluan

rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada


akhir sajak yang berdekatan.

syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama

Menulis Sastra:

artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang


dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada
suatu ketika)

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau


sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas
pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi
tertentu dan bersifat objektif

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa


adanya, atau melukiskan apa adanya

dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa


dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2.
karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua
tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau
radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui
telepon

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat


menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama
yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk
pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual


(subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya


menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu
oleh seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir
drama yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan

fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran

Horison: majalah sastra yang terbit tiap bulan (dari Jakarta) yang memuat
karya sastra para pengarang se Indonesia (sesekali penulis Asia dan
dunia), di dalamnya ada sisipan majalah untuk anak sekolah
Kakilangit,

impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama


karya seni adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam
penalaran, perasaan, dan kesadaran pada saat tertentu

kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan


perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat
berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah,
datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila,
mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi:


tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada
makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit:
perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah);
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan,


mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna
leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi

penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan
media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan
merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata
penyunting adalah di bawah ini.

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam


tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan
gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud
pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata
baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan


kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh
orang banyak

prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata)


pendahuluan; peristiwa pendahuluan

rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada


akhir sajak yang berdekatan.
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan)
seseorang; biografi

surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb,


terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik.
Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas
berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari
komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan
memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan
aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang
dipandang penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di
dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau
surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat
berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis
yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau
bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara
35 cm x 58 cm.

syair : bentuk puisi Melayu Lama yang tiap baitnya terdiri atas empat
larik dengan rima yang sama.

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II
memuat tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang
berupa model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian
tindakan kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa
Indonesia, serta asesmen dan lampiran.

B. Prasyarat
Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda
yang akan mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus
dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat
dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda.
Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing-
masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai
anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses
pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian
peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan
peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai
buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar,
mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat.
Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai
kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas
kepribadian seorang guru.
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan
yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya
sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat,
dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat
akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang

1
tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa
yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan
kompetensi sosial disajikan berikut ini. Kompetensi profesional yaitu
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan
pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan
pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi
pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan
dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Keempat kompetensi guru adalah prasyarat bagi guru yang akan
mengikuti PLPG sekaligus memelajari modulnya.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


Para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG, untuk memudahkan
memahami modul ini bagi Anda akan disampaikan petunjuk belajar.
Anggap saja petunjuk belajar ini sebagai saran bagi Anda. Agar lebih
teknis, petunjuk belajar ini disajikan secara rinci seperti di bawah ini.
1) Anda diharapkan mencermati judul modul ini, selanjutnya baca
kata pengantar modul. Daftar isi akan menuntun kepada Anda,
materi apa saja yang akan tersajikan dalam modul ini. Daftar isi
memberikan petunjuk awal tentang keseluruhan materi yang
disajikan dalam modul ini, dengan demikian daftar isi tidak boleh
dilewatkan untuk tidak dibaca dan dicermati.
2) Anda diharapkan membaca secara cermat daftar isi modul tersebut
untuk mengetahui topik-topik yang disajikan pada lembar lembar
berikutnya modul ini.
3) Pada setiap kegiatan belajar disajikan tiga bagian, yakni pengatar
atau pendahuluan, inti yang berupa pemaparan materi, dan
perlatihan. Pengantar atau pendahuluan memuat hal-hal yang
berkaitan dengan cara untuk mencapai tujuan setiap kegiatan
belajar. Inti yang memuat pemaparan materi, merupakan
penjabaran materi utama. Perlatihan, mencoba memberikan
gambaran bagaimana sebaiknya memberikan perlatihan yang tepat
sesuai dengan topik yang dimaksud. Berkaitan dengan perlatihan,
jika ada waktu, cobalah Anda diskusikan dengan sesama guru.
Tentu masih banyak hal yang perlu dieksplorasi dalam setiap
perlatihan. Artinya, perlatihan yang tersedia dalam modul ini
bukan satu-satunya model perlatihan yang ideal. Andalah yang
akan memutuskan model perlatihan mana yang tepat.

2
4) Selanjutnya, Anda diminta mencermati (dan membedah) kisi-kisi
ujian kompetensi awal (UKA). Melalui pencermatan kisi-kisi UKA,
dalam pikiran Anda sudah mulai menampakkan gambaran tentang
butir soal yang akan muncul. Ini adalah prediksi tentang butir soal.
5) Berkaitan dengan nomor 4, pengembangan butir soal pada bagian
Evaluasi modul ini merupakan tawaran (pilihan). Anda
dimungkinkan mengembangkan butir soal yang berbeda, yang
lebih variatif dan lebih baik. Kerjakan bagian ini, kemudian
cocokkan jawaban terhadap soal-soal evaluasi Anda dengan kunci
jawaban penilaian yang disediakan pada bagian akhir modul ini.
6) Bagian akhir modul ini adalah daftar pustaka. Bagian ini
menyiratkan perbendaharaan bacaan yang dijadikan rujukan
pengembangan modul ini. Anda dipersilakan untuk mengritisi
sajian daftar pustaka tersebut.

D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini (dan sekaligus
mengikuti PLPG dengan sungguh-sungguh) adalah meningkatnya
keempat kompetensi guru. Artinya, jika sebelumnya pemahaman dan
penguasaan terhadap keempat kompetensi guru kurang maksimal, maka
setelah proses mempelajari, memahami, dan mengikuti PLPG, maka
kompetensi guru akan meningkat cukup signifikan.

3
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru
bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi
proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan
pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus
meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-
undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan
bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.
Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU
No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk
mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak
diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam
jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.

Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru


secara lateral memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan
ekstrakapasitas untuk menyediakan guru yang profesional sejati
dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang memasuki
bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan
pendidikan dan pembelajaran yang buruk.

Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan


dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan
pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah
negara, di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan
di daerah-daerah yang penuh konflik.

Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga


negara atas pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan
pengaturan negara atas sistem pendidikan.

Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta


tenaga kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak
asasi dan kebebasan profesional mereka.

4
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan
dengan jender, ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi
seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi,
suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan
penghargaan atas keragaman budaya komunitas.

Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan,


perdagangan yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan,
melalui solidaritas dan kerjasama di antara anggota organisasi guru
di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional, dan
masyarakat madani.

Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk


merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya,
akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas
sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan,
rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji
kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan
karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika
profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan
dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu,
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu berusaha untuk
menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan
profesi guru.

2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang
menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang
diharapkan disajikan berikut ini.

a. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi


guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofe-
sian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan
dampak ikutanya.
c. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap
pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
d. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru,
khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
e. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan

5
dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
f. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru
dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

3. Deskripsi Bahan Ajar


Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu
struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan.
Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru,
deskripsi umum bahan ajarnya disajikan berikut ini.

a. Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai


kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian
guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak
ikutanya.
c. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi
nilai penilaian kinerja guru.
d. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru,
khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
e. Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama berka-
itan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis
penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk
kesejahteraannya.
f. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan
dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas,
maupun di masyarakat.

4. Langkah-langkah Pembelajaran

6
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk
dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses
pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama
proses pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan
peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan
kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok.
Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.

Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid.


Namun demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG
mampu memahami secara relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional.

B. Kebijakan Umum Pembinaan Dan Pengembangan Guru


1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami
kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku
manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di
bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk
merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka
menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu
merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia


Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi

7
penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model- model dan
proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan
transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil
mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta
karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa
yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang.

Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang


berjalan paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta,
sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan. Perubahan
peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar
siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan
eksistensi diri dalam alur peradaban.

Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena


penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter
bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam
realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki
kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun
kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru
dengan segala dimensinya.

Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan


Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai
Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu
akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini
disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar
implementasi kebijakan, seperti tersaji pada Gambar 1.1.

8
Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan


pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas
kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan
seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan
secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan,
penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi
kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika

9
profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk
hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk
menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait.

2. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional


Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang
profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali
sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus
untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk
mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan
guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis
sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4)
profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani.

Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008
tentang Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi
kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam
buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi.
Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga
kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-


kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah
memiliki keduanya, statusnya diakui oleh negara sebagai guru
profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP
No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan,
hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan
nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika
mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua
produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi
ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota
kebutuhan formasi.

Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting


yang dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta
pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi
guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan

10
oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus
dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap


tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi
diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi
pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan
standar kompetensi.

Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang


mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau
silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya;
dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata
pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja
dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran
yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.

Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008


mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi
akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat
pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi
secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit
untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah
standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk
menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama
kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka
belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama
kali di kampus sekolah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase
prakondisi yang disebut dengan induksi.

Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan


dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu
sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas
profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau
pada sekolah-sekolah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan
menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia
menjadi mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit
telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam
produk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh,
masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi

11
guru yang benar-benar profesional.

Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini


merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat
dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa
transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia
petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan
hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan
dan pembelajaran secara mandiri.

Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara


teoritis dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun
pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas
dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya
berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan
di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus
ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah
esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku
ini.

Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian


secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesi-
onalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak
berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah
esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini
dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan,
workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa
ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki
keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.

3. Alur Pengembangan Profesi dan Karir


Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin
nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional
berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Aktualitas
tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip:
(1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang

12
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi
yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.

Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan


perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.
74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik
guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru
bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan
sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti
tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi
di dalam pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.

Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru,


tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak
ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional
dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional
nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang
profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan
bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan
pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan
pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.

Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut mela-

13
kukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan
profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan
pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas
prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting,
karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial,
jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara


pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang
sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan
kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1
atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau
program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan
nonkependidikan yang terakreditasi.

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah


memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan
melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru
berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan
fungsional.

Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi


pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier
meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya
pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan
jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan
pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan
pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait
dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru.

14
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan
upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan terhadap guru.
Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan
pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan
profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan
fungsional.

Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan


pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada
empat kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan
program pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya.
Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu
pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan
materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan
pengalaman tentang teori-teori terkini.

Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan


oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider)
nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat

15
satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina,
guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru
terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan
tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta
evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh
penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.

Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah,


yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari
pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam
kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk
ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua
jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka
kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang
luar biasa.

4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan


Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan
demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus
dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali
dengan penyiapan calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan,
pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru
profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.
Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah
guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat
otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya
intelektual tinggi.

Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan


penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan
kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas
dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya.
Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan
kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji
kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan
kompetensi guru.

Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan


salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi
guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang
tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian
kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang
sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian
kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan

16
guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru
bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru
dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi
kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.

Di samping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun


perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi
nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan
hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level
tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan
uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah
kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki
rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji
kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan
segala cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi
penghargaan, perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru.
Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa depan manajemen guru,
memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama sistem
penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji
kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan
karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika

17
profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.

5. Kebijakan Pemerataan Guru


Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan,
antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan
betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan
pemerataan guru di negeri tercinta ini.
Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan
persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan
menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg
PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan
Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani
tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam
peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin
pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya
mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal
secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru
pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di
kabupaten/kota, dan provinsi lain.

a. Kebijakan dan Pemerataan Guru


Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri,
Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari
2012 secara eksplisit menyatakan bahwa:
1) Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional
mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk
penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda
berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara
(BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di
daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional
berkoordinasi dengan Menteri Agama.

2) Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan,


dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung


pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis

18
pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta
memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini
sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.

4) Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan


dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antar-
jenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari
kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek
pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan
keuangan negara.

5) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
melalui penetapan formasi guru PNS.

6) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya


membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
yang menjadi tanggung jawab masing-masing.

b. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota


1) Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru,
gubernur bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau
kekurangan guru PNS.

2) Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan


penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang
kelebihan dan kekurangan guru PNS.

3) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan


guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah
kerjanya sesuai dengan kewenangannya.

4) Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemin-


dahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS
antar-satuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.

19
5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk
penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu
wilayah provinsi.

6) Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,


antar-jenjang, dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis
kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan
standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional.

7) Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang


dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri
Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan
diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan
Menteri Keuangan.

Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan


evaluasi. Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya
guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan
RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh
gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya.
Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan
pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan
disajikan berikut ini.
1) Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh
Menteri Dalam Negeri.

2) Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan


penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri
Pendidikan Nasional.

20
3) Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antar-
satuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di
lingkungan Kementerian Agama.

4) Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penye-


lenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
pemerintah kabupaten/kota.

Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan


guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan,
atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan
antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD
provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan
antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada
APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan
berikut ini.
1) Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya
kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan.
Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut
di atas, dan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri
Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling
lambat bulan Maret tahun berjalan.

2) Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan


pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya
kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan.
Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya

21
masing-masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan
diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan
Menteri Keuangan.

3) Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan


dan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri
Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
paling lambat bulan Mei tahun berjalan.

4) Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru


PNS dan informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas,
Menteri Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan
menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS
secara nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan.

5) Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional


kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam
Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan.

Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini


adalah sebagai berikut:

1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian


atau seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan dan
memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai
dengan kewenang-annya untuk menjatuhkan sanksi kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau
antarjenis pendidikan di daerahnya.

2) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Penda-


yagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda
pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan


dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan

22
kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam


Negeri memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam
penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

C. Peningkatan Kompetensi
1. Esensi Peningkatan Kompetensi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi
ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang.
Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi
pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan,
metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu
guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya,
ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan
kompetensi dengan t u n t u t a n perkembangan lingkungan profesinya
justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan
pendidikan dan pembelajaran.

Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak


kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi
yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang
didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan
karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih
banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang
tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel
melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup
mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa
pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru
dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih
banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan
profesionalismenya.

Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang


Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang
Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

23
Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat
kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, maupun sosial.

Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai


kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya
kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada siswa
paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan
kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan
pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus
berubah.

Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang


kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi
pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada
kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh
anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.

Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar


(accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak
didik yang semakin hari semakin bertambah jumlah, jenis, dan
tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi
pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar
pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama.

Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi


pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan
mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri
kehidupan modern, perlu mengembangkan sekolah sebagai sebuah
organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar
adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan
upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya.

2. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir


a. Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diseleng-
garakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.
2) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi-
makna.
3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang ber-

24
langsung sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengem-
bangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran
serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.

b. Prinsip-prinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diseleng-
garakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi
guru sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara
kompetensi dan indikator.
5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan
indikator dapat mengikuti perkembangan Ipteks.
6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
7) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama
untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual
maupun institusional.
8) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan
karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang
dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari
kompetensi profesinya.
9) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan
karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang
bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka
membangun generasi yang memiliki pengetahuan,
kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri,
dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
10) Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan
untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara
berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional
dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
11) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai
profesionalitas.

25
12) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau
tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
13) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang
kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada
standar kompetensi.
14) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu
pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan
penyegaran kompetensi guru;
15) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan
kepada publik;
16) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi
dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat
oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih
lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
17) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi
dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan
sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang optimal.

3. Jenis Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai
strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan
diklat, antara lain seperti berikut ini.

a. Pendidikan dan Pelatihan

1) Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah


pelatihan yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP,
sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT
dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan
dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus
dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang
memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki
kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih
menghemat waktu dan biaya.

2) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang


dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka
meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang

26
ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat
dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri
otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai
alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu
khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan
pengalaman nyata.

3) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat


dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau
swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan
di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra
sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau
kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang
mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
profesionalnya.

4) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh


dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan
peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan
melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan
bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat
mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk
seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi.

5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini


dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang
diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara
berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi.
Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan
jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan
berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

6) Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus


singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan
untuk melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa
kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas,
menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.

7) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini


dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang
memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi
tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan,

27
diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

8) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui


pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan
profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan
tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru
yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan
menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-
guru lain dalam upaya pengembangan profesi.

b. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan


1) Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara
berkala dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di
sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat
memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan
kompetensi dan pengembangan karirnya.
2) Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan
pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model
pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan
kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang
kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega
seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan.
3) Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk
yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi
maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan
misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum,
pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
4) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk
penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun
jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.
5) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru
dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam
bidang pendidikan.
6) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang
dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum
sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi
pembelajaran).
7) Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni
yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat
untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang

28
memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

4. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa
guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran
dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan
regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru
yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih
berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para
guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan
fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda,
Guru Madya, dan Guru Utama.

Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui


Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak
guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan melakukan
pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib
melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari
golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi
ilmiah.
Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan
pengembangan karir guru.

PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai

29
perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi
diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar
kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru
diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai
pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan.
Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai
standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan
kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan
masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan
kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran
yang berkualitas kepada peserta didik.

Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui


sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk
pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional
guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan
lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan PKB
diharapkan dapat menciptakan guru yang profesional, yang bukan
hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga
memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan
penguasaan IPTEK yang kuat, guru diharapkan terampil dalam
menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan
bidangnya.

Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan


kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada
peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan
berikut ini.
a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan
guru dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam
memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di
masa mendatang.
c. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi
guru.
e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.

Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan


kepastian mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang
efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga
mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk
berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan

30
seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki
kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama
karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di
masa datang.

Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah


diharapkan mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang
efektif; sehingga sekolah/madrasah dapat menjadi wadah untuk
peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam
memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik.
Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan
bahwa anak mereka di sekolah akan memperoleh layanan
pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-
masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru dimungkinkan dapat
memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk menyusun
dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru
dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat
mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan
berkepribadian luhur.

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara


dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup
bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian,
guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan
memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman peserta didik.

PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk


meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru.
Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2
menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru
akan mampu mempercepat pengembangan pengetahuan dan
keterampilan untuk peningkatan karirnya.

31
Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di
sekolah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama
dengan guru lain dalam satu sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan
sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam
kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui
jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan
industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi.
Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan
KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain,
dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari
sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi
profesi, atau dari instansi lain yang relevan.

Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum


memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih
membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya.
Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK,
Perguruan Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh
pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan
pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK.

Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan


kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri.
Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini.

a. Dilakukan oleh guru sendiri:


1) menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap
pelajarannya;
2) menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa,

32
dll);
3) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan
pembelajaran;
4) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan
profesi; dan
5) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.

b. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain:


1) mengobservasi guru lain;
2) mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang
mengajar;
3) mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);
4) bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan
investigasi terhadap permasalahan yang dihadapi di sekolah;
5) membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan
6) merancang persiapan mengajar bersama guru lain.

c. Dilakukan oleh sekolah :


1) training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah
(bukan hanya guru);
2) kunjungan ke sekolah lain; dan
3) mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain.

Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan


keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti
berikut ini.
a. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara
teratur, sistematis, dan berkelanjutan.

b. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan


pengem-bangan yang tidak merata, proses penyusunan program
PKB harus dimulai dari sekolah. Sekolah wajib menyediakan
kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB
minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh
hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan/atau sekolah berhak menambah alokasi
waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk
kegiatan PKB.

c. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksi-


mal mungkin dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari
per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga guru harus tetap
berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut.
Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah

33
satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses
pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya.

d. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri.


Sebenarnya guru tidak bisa ‘dikembangkan’ oleh orang lain jika
dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak yang mendapat
tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari
guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah
yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar,
dsb) sebelum memberikan masukan/saran.

e. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus


meli-batkan guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi peru-
bahan pada dirinya, baik dalam penguasaan materi, pema-
haman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan
tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah
besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta


praktik-praktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB
yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan
profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan ketentuan tersebut
mencakup antara lain:
a. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang
guru yang berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan (guru pendamping).
b. Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan
guru binaannya atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan,
apabila di sekolahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi
kompetensi.
c. Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah,
yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai
banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu
Koordinator PKB, sedangkan sekolah kecil dengan jumlah guru
yang terbatas, terutama sekolah dasar, sangat dianjurkan untuk
bekerja sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Dengan demikian,
seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di
beberapa sekolah.
d. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan mene-
tapkan seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya
pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus sekolah tertentu).
e. Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus
merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk
kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi

34
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
f. Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas
tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB
tingkat sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak
mengurangi kualitas pembelajaran siswa.

PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk


mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya
agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional.
Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada
peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka
kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang
dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi
ilmiah, dan karya inovatif.

a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui
kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif
guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas
utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas
utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas
tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.

Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan


yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang
sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-
masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan
bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti
pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti


pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan
guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk
meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa
contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya
atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau
mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian,

35
dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan
ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi
panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif
lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.

Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam


kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun
kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program
kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum
dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4)
penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5)
penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan
komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses
pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam
menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9)
pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan
kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas
tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.

Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus


berkualitas, dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator
PKB di sekolah secara sistematik dan terarah sesuai kebutuhan.
Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat fungsional harus
dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil
pelatihan yang disahkan oleh kepala sekolah. Sementara itu,
kegiatan pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru
harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan
yang disahkan oleh kepala sekolah. Jika guru mendapat tugas
tambahan sebagai kepala sekolah, laporan dan bukti fisik
pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan
Kabupaten/Kota/Provinsi.

Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu


didesiminasikan kepada guru- guru yang lain, minimal di
sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud
kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini
diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan dan
pengembangan sekolah secara utuh/menyeluruh. Guru bisa
memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai
perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.

b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan

36
kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap
peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak


sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar,
lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang
diselenggarakan pada tingkat sekolah, KKG/MGMP,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu
bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah
tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah
dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan
dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan
dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen
karya ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di
perpustakaan sekolah. Bagi guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus
disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau
pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku
pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap,
modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam
bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman
guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah
tempat guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan
dengan pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas
pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.

c. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan,
modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya
inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna,
penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni,
pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat
nasional maupun provinsi.

Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus

37
dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga
dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk
pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit
seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib
melakukan kegiatan PKB.

5. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji
kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru
menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan
menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari
standar kompetensi yang diujikan.

Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan


pertimbangan empiris yang kuat, sehingga bisa dipertanggungjawabkan
baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan demikian,
disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu
basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji
kompetensi esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.

a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus
dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik
dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang
guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki
karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing-
masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus
mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:

1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek

38
fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
bidang pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

b. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu
perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk
mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa.
Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas
sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang
direncanakan agar semua berkembang melalui proses
pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi
ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan
berlaku dalam masyarakat.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu


pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai
pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang
baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental,
watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus
mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri,
belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar
bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar
bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru
juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru
harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-
aspek yang diamati adalah:

39
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

c. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan
yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam
kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial
dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan
sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga
jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak
akan mendapat kesulitan.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam


berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai
jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya
dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.

1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena


pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut
mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan
diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi
melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru,

40
mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan
kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai


peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah
kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan
mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni
pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan,
pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

Keaktifan peserta didik harus selalu diciptakan dan berjalan


terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang
tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong
pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru
harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia,
sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.

Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik


sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip
apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsip- prinsip lainnya.
Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis
tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan
tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara
benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik
belajar.

Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi


profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut
ini.
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru


dilakukan uji kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat
dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi

41
dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji
kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan
kompetensi guru.

Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi


tentang penguasaan materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil
uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level
tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian,
tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru
sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang
diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip seperti berikut ini.

1. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan
bukti-bukti yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan
asli.
2. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat
menghasilkan kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan
pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda.
3. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang
disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji
kompetensi.
4. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap
guru, dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan
prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia
berasal.
5. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan
sumber daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji
kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji
kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau
dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.

Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji


kompetensi dilakukan seperti berikut ini.

1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan


mekanisme sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja.
2. Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
3. Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya
guru produktif, normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau
performance test.
4. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas
dan reliabilitas tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan.
5. Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi

42
Latihan dan Renungan

1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru?


2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing
jenis kompetensi guru!
4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1
5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan?
6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru!
7. Apa esensi uji kompetensi guru?
8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?

C. Penilaian Kinerja
1. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan
peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional
mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk
mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME,
unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur,
dan berkepribadian.

Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar


ditentukan oleh guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan
secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru.
Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan
penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.

Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru


yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan
oleh kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa
setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai
penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan
terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang
dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan
pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan
pendidikan di lingkungan Kementerian Agama.

Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil

43
kinerja guru sebagai m a s u k a n dalam penyusunan program PKB. Hasil
PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru
dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan
dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita‐cita pemerintah untuk
menghasilkan ”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing
tinggi” lebih cepat direalisasikan.

2. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru
adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam
rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan
tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam
penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan,
sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.

Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta


keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses
pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru

44
dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang
dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksana-
kan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang
ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji
kompetensi. Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah
mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru
yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan.

Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang


ditetapkan diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya,
guru yang belum mencapai standar minimum yang ditetapkan,
diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui
multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi.

Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang


bersangkutan diberi peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK
Guru adalah (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi
dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3)
keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi
belajar siswa.

Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk


menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu
dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan
dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing
tinggi. PK Guru merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk
menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PK
Guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur‐unsur kinerja yang
dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya,
khususnya pada empat fokus utama, seperti disebutkan di atas.

3. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan
praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar
mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah.
b. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat
kepercayaan tinggi jika proses yang dilakukan memberikan hasil
yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun

45
dan kapan pun.
c. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh
siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan
reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan
persyaratan tambahan.

4. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai
berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.

b. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan


guru dalam melaksanakan tugasnya sehari‐hari, yaitu dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
meliputi:
1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu
ke siswa),
3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan
4) motivasi belajar siswa.

c. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam


proses harus memahami semua dokumen yang terkait dengan
sistem penilaian. Guru dan penilai harus memahami pernyataan
kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga
keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan
kriteria yang digunakan dalam penilaian.
d. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian
sumatif di akhir tahun dengan memperhatikan hal‐hal berikut.
1) Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan
tugas sehari‐hari.
2) Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar
kepada semua guru yang dinilai.
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas
kinerjanya secara berkelanjutan dan sekaligus pengembangan
karir profesinya.
5) Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain
yang berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas
penyelenggaraan penilaian tersebut.
6) Mudah tanpa mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya.
7) Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
8) Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu

46
memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat mencapai
hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus
selama seseorang menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang
berkepentingan.

5. Aspek yang Dinilai


Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional
mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut,
guru juga dimungkinkan memiliki tugas‐tugas lain yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru
beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut.

a. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses


pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas,
khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru (kehadiran, ethos
kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas
transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara,
bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.

b. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi


guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan
merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi
dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi
pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil
pembimbingan. Seperti halnya guru mata pelajaran, fokus utama
PK bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor juga mencakup
(1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas
pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3)
keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4)
motivasi belajar siswa.

c. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan


yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan
tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas
tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang
tidak mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang
mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala
sekolah/madrasah per tahun; (2) menjadi wakil kepala

47
sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program
keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala
perpustakaan; atau (5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit
produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi
dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya
menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan
sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun
(misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran,
penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).

Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan


yang mengurangai jam mengajar tatap muka dinilai dengan
menggunakan instrumen khusus yang dirancang berdasarkan
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas
tambahan tersebut. Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi
jam mengajar guru dihargai langsung sebagai perolehan angka
kredit sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran
(penilaian formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif),
khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk
menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja
guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri,
sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru dengan PK
Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian
standar kompetensi tersebut.

Sementara itu, bagi guru‐guru dengan PK Guru yang telah


mencapai atau di atas standar, program PKB diorientasikan untuk
meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk
menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK
Guru sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang
dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih
di bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi standar
kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah
dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang
guru.

Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK


Guru pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan

48
PK Guru untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian
PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan
sebagaimana berikut.

a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh
penilai maupun guru yang akan dinilai, yaitu:
1) memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang
diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan profesi guru;
2) memahami pernyataan kompetensi guru yang telah
dijabarkan dalam bentuk indikator kinerja;
3) memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara
penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua
hasil pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan
dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil
penilaian; dan
4) memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru
yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal
pelaksanaannya.

b. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai
sebelum menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, yaitu:
1) Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan
guru yang dinilai sebelum dilakukan pengamatan dilaksana-
kan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada perte-
muan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan
melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak mungkin
dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib
dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi
sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dapat
dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada format khusus yang
disediakan untuk proses pencatatan ini.
2) Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di
luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing‐masing
penilaian kinerja. Untuk menilai guru yang melaksanakan proses
pembelajaran atau pembimbingan, penilai menggunakan

49
instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan.

Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di


kelas selama proses tatap muka tanpa harus mengganggu
proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat
dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan
dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan
individu maupun kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil
pengamatan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi
tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika
diperlukan, proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu
kali untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan
konsisten tentang kinerja seorang guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran atau pembimbingan.

Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan


dengan fungsi sekolah/madrasah, data dan informasi dapat
diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti yang
teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masing‐masing
kriteria penilaian. Bukti‐bukti ini dapat diperoleh melalui
pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan
pendidikan (guru, komite sekolah, peserta didik, dunia usaha dan
dunia industri mitra).

3) Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan


pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan, atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek
tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua
hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi per
kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian
kinerja. Pertemuan dilakukan di ruang khusus dan hanya
dihadiri oleh penilai dan guru yang dinilai. Untuk penilaian
kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format
Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja.

c. Tahap Penilaian
1) Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap
kompetensi dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum
pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan
skor 0, 1, atau 2 pada masing‐masing indikator untuk
setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan
kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta
bukti‐bukti berupa dokumen lain yang dikumpulkan selama

50
proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap kompetensi
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

a) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing‐masing


indikator setiap kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara memban-
dingkan rangkuman catatan hasil pengamatan dan
pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi
per kompetensi dengan indikator kinerja masing‐masing
kompetensi
b) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam
format hasil penilaian kinerja guru untuk mendapatkan
nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, nilai untuk setiap kompetensi
direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi penilaian
kinerja untuk mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini
selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai sesuai
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009.
c) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam
skala nilai sesuai dengan Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan
sebutan dan persentase angka kreditnya sebagaimana
tercantum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru


ke persentase Angka Kredit

Persentase
Nilai Hasil PK Sebutan Angka kredit
91 – 100 Amat baik 125%
76 – 90 B 100%
61 – 75 ai
Cukup 75%
51 – 60 Sedang 50%
≤ 50 Kurang 25%

d) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib


memberitahukan kepada guru yang dinilai tentang nilai
hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk
setiap kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai

51
melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya
untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode
berikutnya.
e) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan
hasil penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani
format laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut.
Format ini juga ditandatangani oleh kepala sekolah.
f) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah
atau lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka
penilaian dilakukan di sekolah/madrasah induk.
Meskipun demikian, penilai dapat melakukan
pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi
dari sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau
membimbing.

2). Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian


Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang
dinilai dapat mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian
tersebut. Keberatan disampaikan kepada Kepala Sekolah
dan/atau Dinas Pendidikan, yang selanjutnya akan
menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak sebagai
moderator. Dalam hal ini moderator dapat mengulang
pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang tidak
disepakati atau mengulang penilaian kinerja secara
menyeluruh. Pengajuan usul penilaian ulang harus dicatat
dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai PK Guru dari
moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian
ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator hanya
bekerja untuk kasus penilaian tersebut.

d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai
wajib melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk
menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK Guru formatif
dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan
untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif
dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi,
atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru
sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota,
provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka
kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1)
laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK

52
Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya.

Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi


sekolah/madrasah dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka,
dinilai dengan menggunakan dua instrumen, yaitu: (i) instrumen PK
Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut
akan digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau
pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang
berlaku.

7. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit


Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai
menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini
selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan
persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional
guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka
kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru.
Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai
dokumen (Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap
Hasil PK Guru, catatan hasil pengamatan, studi dokumen,
wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format Laporan dan
Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang
disampaikan oleh sekolah untuk pengusulan penetapan angka kredit.
Jika diperlukan dan dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru
dapat mencakup kunjungan ke sekolah/madrasah oleh tim penilai
tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.

Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim


Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat
dilakukan di tingkat sekolah, tetapi hanya untuk keperluan estimasi
perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil
perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya dicatat
dalam format penghitungan angka kredit yang ditanda‐tangani oleh
penilai, guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala sekolah.
Bersama‐sama dengan angka angka kredit dari unsur utama lainnya
(pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur
penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai
tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam daftar
usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka
kredit kenaikan jabatan fungsional guru.

53
a. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan


Tabel 3.4. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun
2009, perolehan angka kredit untuk pembelajaran atau
pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan
menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan
dipromosikan naik jenjang pangkat dan jabatan fungsionalnya
setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit
kumulatif minimal sebagai berikut.

Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan


Jabatan Fungsional Guru

Persyaratan Angka Kredit


Pangkat dan kenaikan pangkat dan
Jabatan Guru
Golongan Ruang Kumulatif jabatan
Kebutuhan Per
minimal jenjang
Guru Pertama Penata Muda, III/a 100 50
Penata Muda Tingkat I, III/b 150 50
Guru Muda Penata, III/c 200 100
Penata Tingkat I, III/d 300 100
Guru Madya Pembina, IV/a 400 150
Pembina Tingkat I, IV/b 550 150
Pembinaan Utama Muda, IV/c 700 150
Guru Utama Pembina Utama Madya, IV/d 850 200
Pembina Utama, IV/e 1.050 -

Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3


adalah jumlah angka kredit minimal yang dimiliki untuk
masing‐masing jenjang jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit pada
kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi.

b. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan

54
dengan fungsi sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar
tatap muka guru.

Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan
sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka
diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru
pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan tersebut.

1) Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK


Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
perlu diubah terlebih dahulu ke skala 0 ‐ 100.
2) Masing‐masing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah, kemudian dikategorikan ke
dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%), Sedang
(50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg
PAN dan RB No. 16 Tahun 2009.
3) Angka kredit per tahun masing‐masing unsur pembelajaran/
pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung
menggunakan rumus tertentu.
4) Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka
kredit tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya
untuk memperoleh total angka kredit dengan perhitungan
sebagai berikut:
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total
angka kreditnya = 25% angka kredit
pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala
sekolah t otal angka kreditnya = 50% angka kredit
pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas
Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah.
c) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala
perpustakaan/laboratorium/bengkel, atau ketua program
keahlian; total angka kredit = 50% angka kredit
pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas
Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran.

55
c. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka guru

Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan


lain yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka, langsung
diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada
periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang
guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang
diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
1) Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi
wali kelas, tim kurikulum, pembimbing guru pemula, dan
sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka
Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit
Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer
yang diberikan selama setahun.
2) Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau
tugas‐tugas sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian
dan evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi
ilmiah dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka kredit
kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru
selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama
setahun.

8. Penilai PK Guru
a. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila
Kepala Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya
karena jumlah guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala
Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator
PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan
oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai
berikut.

1) Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan


jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai.
2) Memiliki Sertifikat Pendidik.
3) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan
menguasai bidang tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan
dinilai.
4) Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif

56
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
6) Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta
mampu untuk menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.

Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru


Pembina, dan Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang
studi yang berbeda dengan guru yang akan dinilai maka
penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru
Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau oleh Pengawas
Sekolah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dan memahami PK Guru.

b. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala
Sekolah atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja
penilai dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas
Pendidikan dengan memperhatikan prinsip‐prinsip penilaian
yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah khusus,
penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau
Guru Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh
seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun.

9. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan
terbukti melanggar prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga
menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara
melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas


sekolah.
b. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah
diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK Guru.
c. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah
diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan
mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.

10. Tugas dan Tanggung Jawab


Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab
tersebut sesuai dengan semangat otonomi daerah serta mengutamakan
prinsip‐prinsip efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Keterkaitan
tugas dan tanggung jawab pihak‐pihak yang terlibat dalam

57
pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah.
Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak‐
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi.
Tugas dan tanggung jawab masing‐masing pihak dirinci berikut ini.

a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


1) Menyusun dan mengembangkan rambu‐rambu pengembangan
kegiatan PK Guru.
2) Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
3) Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK
Guru.
4) Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK
Guru tingkat pusat.
5) Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
6) Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru
secara nasional.
7) Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK
Guru kepada Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik
untuk ditindak lanjuti.
8) Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakan‐kebijakan
terkait PK Guru.

b. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP


1) Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di
daerahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk
melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
3) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang
berada di bawah kewenangan provinsi dalam bentuk
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di
sekolah‐sekolah yang ada di bawah kewenangannya.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK
Guru yang ada di bawah kewenangannya.
6) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolah‐sekolah yang ada di bawah kewenangannya.
7) Dinas Pendidikan Provinsi bersama‐sama dengan LPMP
membuat la-poran hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK
Guru dan mengirimkannya kepada sekolah, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, dan/atau Kemdiknas, cq. unit yang menangani
Pendidik.

c. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota


1) Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah
yang ada di wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.

58
2) Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas
Pendidikan Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat
Kabupaten/Kota.
3) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru
di sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya.
5) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru
yang berada di bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan
Kepala Dinas.
6) Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru
yang diajukan sekolah.
7) Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik
dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang
ada di daerahnya.
8) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru
untuk menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil,
akuntabel, dan sebagainya.
9) Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK
Guru di sekolah‐ sekolah yang ada di wilayahnya dan
mengirimkannya kepada sekolah, dan/atau LPMP dengan
tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi masing‐masing.

d. UPTD Dinas Pendidikan


1) Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah
yang ada di kecamatan wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di
sekolah.
2) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di
wilayah kecamatannya.
3) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru
di wilayah kecamatannya.
4) Menetapkan dan mengesahkan penilai PK Guru dalam bentuk
Keputusan penetapan sebagai penilai.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan
kegiatan PK Guru yang ada di daerahnya.
6) Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan
kegiatan PK Guru di tingkat kecamatan untuk disampaikan
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

e. Satuan Pendidikan
1) Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
2) Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu‐Rambu
Penye-lenggaraan PK Guru dan prosedur operasional standar
penye-lenggaraan PK Guru.
3) Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas

59
Kabupaten/Kota.
4) Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah
disusun secara efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dsb.
5) Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan
tugas.
6) Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan
PK Guru.
7) Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi,
keuangan (jika ada) dan pelaksanaan program.
8) Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru
untuk tahun berikutnya.
9) Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat,
LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPTD Dinas
Pendidikan Kabupaten di Kecamatan, dan Pengawas Sekolah.
10) Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya
kepada Tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan angka
kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat
dan jabatan fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung
dan menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan
verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada
kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim
penilai dapat mengunjungi sekolah. Sekolah juga menyampaikan
laporan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dan/atau ke UPTD Pendidikan Kecamatan.
11) Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada
guru yang memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang d i
tetapkan.

Latihan dan Renungan


1. Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu?
2. Apa tujuan utama penilaian kinerja guru?
3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian
kinerja guru!
4. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja
guru!
5. Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru!
6. Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka
penilaian kinerja guru?

E. Pengembangan Karir
1. Ranah Pengembangan Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

60
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama
itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang
tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan
yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.

Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi


akademik minimum S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria
profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya
secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.

Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan


antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan
yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, seperti disajikan pada Gambar
4.1. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang
belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan
tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau
program pendidikan nonkependidikan.

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang


sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga
agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau
olah raga (PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan
kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan
pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan
perolehan angka kredit jabatan fungsional.

Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang


sudah memiliki sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan
kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian,
pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi ilmiah atas hasil
penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum
ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP,
publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi
pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi
sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

61
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan
pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir, seperti disajikan
pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.

Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2)


kenaikan pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan
pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan
fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di
dalam melaksanakan tugasnya.

Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk


meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan
proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus
sejalan dengan upaya memberikan penghargaan, peningkatan
kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi
bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan.

2. Ranah Pengembangan Karir


Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan
tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan
pendidikan, asosiasi profesi guru, serta guru secara pribadi. Secara umum
kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi, memelihara, dan
meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan dan pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu
hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan
pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi.

a. Penugasan
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka
melaksanakan tugasnya, guru melakukan kegiatan pokok yang
mencakup: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan

62
pokok sesuai dengan beban kerja guru.

Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat


dilakukan di satu sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan
dapat juga bersifat lintas sekolah. Baik bertugas pada satu sekolah
atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas pembelajaran yang
diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu:

1) Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat)


jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap
muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
2) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap
muka dalam 1 (satu) minggu dilaksanakan dengan ketentuan
paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
3) Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi
beban mengajar yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per
tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.
4) Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu
wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling
sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
5) Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk
memenuhi ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-
guru yang: bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus,
berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional.

Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan


tersebut secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru
berdasarkan jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan
dengan melibatkan individu dan/atau institusi dengan ketentuan
sebagai berikut.
1) Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru
dapat memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap
muka per minggu. Apabila pada satuan administrasi
pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut,
kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas
Pendidikan Provinsi/Kabu-paten/Kota atau Kantor

63
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

b) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama


mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban
mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke
satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.

c) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian


Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang
belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap
muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam
lingkungan kewenangannya.

d) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan


Nasional dan Kementerian Agama mengatur penugasan
guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24
jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang
ada dalam lingkungan kewenangannya.

e) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4)


belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan
masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan
guru pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun
swasta.

f) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada


butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing
memastikan bahwa setiap guru wajib memenuhi beban
mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan
administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada
sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk
dapat memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap
muka per minggu.

g) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib


memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus,
berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional apabila beban kerjanya
kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat diberi
tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi
tempat tugas guru yang bersangkutan setelah
mendapat persetujuan Menteri Pendidikan Nasional.

2) Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling

64
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap
guru bimbingan dan konseling dapat memenuhi beban
membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun.
Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak
dapat memenuhi beban membimbing tersebut, kepala
sekolah/madrasah melaporkan kepada dinas Pendidikan
Provinsi/ Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.

b) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama


mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang
belum memenuhi beban membimbing bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke
satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.

c) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian


Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru
bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban
membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke
satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.

d) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan


Nasional dan Kementerian Agama mengatur penugasan
guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi
beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per
tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.

e) Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan


konseling pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi
terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing
berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru bimbingan
dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri
maupun swasta.

f) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada


butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing
memastikan bahwa setiap guru bimbingan dan konseling
wajib memenuhi beban membimbing paling sedikit 40 peserta
didik pada satuan administrasi pangkal guru dan
menugaskan guru bimbingan dan konseling pada
sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk

65
dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150
peserta didik per tahun.

Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib


memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus,
berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban mengajarnya
kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru
bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150
peserta didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja
sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan
setelah mendapat persetujuan kementerian pendidikan. Hal
ini masih dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak
dan wajib mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai
dengan perkembangan IPTEKS. Kepala sekolah/madrasah wajib
memberi kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk
mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.

3. Guru dengan Tugas Tambahan


a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan
pendidikan wajib mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap
muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40 (empat
puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang
berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor.

b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan


pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80
(delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan
pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling
atau konselor.
c) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program
keahlian wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
d) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan
satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua
belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
e) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala
laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan
pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
f) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan,
pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata
pelajaran wajib melakukan tugas pembimbingan dan

66
pelatihan profesional guru dan pengawasan yang
ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
g) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan wajib melaksanakan tugas sebagai pendidik,
dengan ketentuan berpengalaman sebagai guru sekurang-
kurangnya delapan tahun atau kepala sekolah sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik
sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
memiliki Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas
pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas
pengawasan.

Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan


penugasan dalam aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008
disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud dapat
dilakukan setelah yang bersangkutan bertugas sebagai guru
paling singkat selama delapan tahun. Guru yang ditempatkan
pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan kembali sebagai guru
dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan


haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud
berupa tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan
sebesar tunjangan profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan
jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada
jabatan struktural.

b. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah
promosi. Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru
pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari
atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru.

Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan


bahw dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak
mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan
jenjang jabatan fungsional.

67
3. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan
fungsional guru dari yang terrendah sampai dengan yang tertinggi,
yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang
kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan
jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka


pengembangan karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur
utama dan penunjang ditetapkan sesuai dengan Permenneg PAN dan
BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang dapat dinilai
dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau
jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang.
Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam
kenaikan pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b)
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, dan (c) pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB).

a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit
dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas:

1) Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.


Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur
utama tugas guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:

a) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;


b) 150 untuk Ijazah S-2; atau
c) 200 untuk Ijazah S-3.

Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang


sesuai dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang
diampu, angka kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara
angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah
lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau
ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan
tinggi yang bersangkutan.

68
2) Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.

Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka


kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang
dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda tamat
pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh
kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik
keikutsertaan program induksi yang dijadikan dasar penilaian
adalah fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh
kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan.

b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan
pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,
bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru
Pertama dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang
IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau
pengembangan karya inovatif.

Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan


meliputi pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan
kolektif guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau gagasan
inovatif pada bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran,
buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif (menemukan
teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni;
membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti
pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya).

Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berke-
lanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai
berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit.
2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit.

69
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan
diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi
guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan
diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit.
Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1
(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di
jurnal yang ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan
diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya
mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 (empat belas) angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari
subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil
penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari
subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil
penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.

9) Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi
Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana
pada poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah.

c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang
tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini.
1. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan
bidang yang diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur

70
penunjang dengan angka kredit sebagai berikut.

a) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;


b) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
c) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.

Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah


yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau
ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan
tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin
belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi
pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendah-
rendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian
Agama, surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas
belajar tersebut berasal dari pejabat yang berwenang serendah-
rendahnya Eselon II.

2. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru


Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka
kreditnya harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi dengan
bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya:
a) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik
industri/ekstrakurikuler dan yang sejenisnya
b) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap
proses dan hasil belajar tingkat nasional.
c) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi
d) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya
e) Menjadi tim penilai angka kredit
f) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.

3. Memperoleh penghargaan/tanda jasa


Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang
diberikan oleh pemerintah atau negara asing atau organisasi
ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai seorang
guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di
bidang pendidikan. Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya
Satya adalah penghargaan yang diberikan kepada guru
berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu
tertentu. Penghargaan lain yang diperoleh guru karena prestasi
seseorang dalam pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan
negara di bidang pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan.
Prestasi kerja tersebut dicapai karena pengabdiannya secara
terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang relatif
lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru
berprestasi tingkat nasional, diberikan angka kredit tambahan

71
untuk kenaikan jabatan/pangkat.

Latihan dan Renungan

1. Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan


pengembangan karir guru?
2. Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan
fungsionalnya?
3. Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-
IV dan belum bersertifikat pendidik dengan yang sudah
memilikinya?
4. Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru!
5. Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis
lembaga dengan yang berbasis individu?

F. Perlindungan Dan Penghargaan


1. Pengantar
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan
potensi bagi mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia
secara nyaris tanpa batas akses geografis, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang menyebakan
sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis,
ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.

Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan


masyarakat terhadap guru belum begitu baik, serta perlindungan
hukum, perlindungan profesi, perlindungan kesejahteraan, dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum
optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa
perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah
berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini
membangkitkan kesadaran untuk terus mengupayakan agar guru
mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan
mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya Undang-Undang
(UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen merupakan langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat
guru, khususnya di bidang perlindungan hukum bagi mereka. Materi
perlindungan hukum terhadap guru mulai mengemuka dalam UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui
dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum
bagi guru itu pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38

72
Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan
hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.

Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008,


dimensi perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat.
Norma perlindungan hukum bagi guru tersebut di atas kemudian
diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya dengan
diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah
perlindungan terhadap guru meliputi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan
Intelektual atau HaKI.

Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi


perlindungan sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum
ada rumusan komprehensif mengenai standar operasi dan prosedurnya.
Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar yang memungkinkan
terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas
Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.

2. Definisi bagi Guru


a. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian
perlindungan hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI yang
diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS maupun
bukan PNS.

b. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan


perlindungan kepada guru dari tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlindungan hukum
atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua
peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.

c. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan


yang mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas.

73
d. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada
guru mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan
keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.

e. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual


sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara
melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

f. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat dan


disepakati bersama antara penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan dengan guru.

g. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang


dibuat dan disepakati bersama secara tripartit, yaitu
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, guru, dan Dinas
Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada wilayah
administratif tempat guru bertugas.

h. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara


cuma-cuma dalam bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra,
asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain kepada
guru.

i. Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam


rangka pemberian perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan
melalui kolaborasi beberapa lembaga, organisasi, atau asosiasi
yang memiliki kepedulian dan semangat kebersamaan untuk
mencapai suatu tujuan.

j. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa guru


berdasarkan perundingan yang melibatkan guru LKBH mitra,
asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain sebagai
mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk
membantu mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang bersengketa. Mediator tidak mempunyai
kewenangan membuat keputusan selama perundingan.

3. Perlindungan Atas Hak-hak Guru


Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat

74
kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai
dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan
memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab
untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat,
kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan.

Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak


dasar yang secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal
dan langgeng. Oleh karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa Indonesia
sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban
tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang
ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya
mengenai HAM yang telah diterima oleh Indonesia. Di samping hak asasi
manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia yang meliputi: (1)
kepatuhan terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya
pembelaan negara, (3) wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral,
etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan reformasi (demokrasi, desentralisasi,
dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD 1945.

Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam


melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang
Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti
berikut ini.
a) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,
dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan
terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
b) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum,
perlindungan profesi dan perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja.
c) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif,
intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.

d) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang


tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian

75
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian
pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.
e) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.

Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah
perlindungan hukum bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang
dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan
upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.

a. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau
tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi
menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul
akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa:
1) tindak kekerasan,
2) ancaman, baik fisik maupun psikologis
3) perlakuan diskriminatif,
4) intimidasi, dan
5) perlakuan tidak adil

b. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap
profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat
guru dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah
perlindungan profesi dijelaskan berikut ini.

1) Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan


bidang keahlian, minat, dan bakatnya.
2) Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dilakukan dengan
mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan Guru
Indonesia.
3) Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja

76
atau kesepakatan kerja bersama.
4) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru
harus mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama.
5) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib
melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak
wajar.
6) Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk
menyampaikan pan-dangan.
7) Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
 mengungkapkan ekspresi,
 mengembangkan kreatifitas, dan
 melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi
dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
8) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas
profesinya dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
9) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari
pelbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.
10) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik,
meliputi:
 substansi,
 prosedur,
 instrumen penilaian, dan
 keputusan akhir dalam penilaian.
11) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
 penetapan taraf penguasaan kompetensi,
 standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
 menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus.
12) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi:
 mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik,
 memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau
asosiasi profesi guru, dan
 bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
13) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan formal, meliputi:
 akses terhadap sumber informasi kebijakan,
 partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan formal, dan
 memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada

77
tingkat yang lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari
lapangan.

c. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlin-
dungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait dengan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman
bagi guru dalam bertugas, yaitu:

1) Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam


melaksanakan tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola
satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.

2) Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari


ancaman psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali
peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat
luas.

3) Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan


terhadap:
 resiko gangguan keamanan kerja,
 resiko kecelakaan kerja,
 resiko kebakaran pada waktu kerja,
 resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
 resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan.

4) Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari


peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi,
atau pihak lain.

5) Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang


ditimbulkan akibat:
 kecelakaan kerja,
 kebakaran pada waktu kerja,
 bencana alam,
 kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
 resiko lain.

6) Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap


kesehatan kerja, akibat:
 bahaya yang potensial,
 kecelakaan akibat bahan kerja,

78
 keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
 frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
 resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
 resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat
kerja.

d. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual


Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan
perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-
Undang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari
dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak
Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas
Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:

1) hak cipta atas penulisan buku,


2) hak cipta atas makalah,
3) hak cipta atas karangan ilmiah,
4) hak cipta atas hasil penelitian,
5) hak cipta atas hasil penciptaan,
6) hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan;
7) hak paten atas hasil karya teknologi

Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka itu


seakan-akan menjadi seakan-akan makhluk tak bertuan, atau paling tidak
terdapat potensi untuk itu. Oleh karena itu, dimasa depan pemahaman
guru terhadap HaKI ini harus dipertajam.

4. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru


a. Konsultasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru
dapat berkonsultasi kepada pihak-pihak yang kompeten. Konsultasi itu
dapat dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum, atau pihak-
pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi
oleh guru tersebut.

Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara


suatu pihak tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang
merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien
untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Konsultan
hanya bersifat memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh
kliennya. Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan

79
diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan
juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk
penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang
bersengketa tersebut.

Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada


salah satu LKBH, penegak hukum, orang yang ahli, penasehat
hukum, dan sebagainya berkaitan dengan masalah pembayaran gaji
yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji, pemutusan hubungan
kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai pendapat
oleh guru ketika berkonsultasi tidak memiliki kewenangan untuk
menetapkan keputusan, melainkan sebatas memberi pendapat atau
saran, termasuk saran-saran atas bentuk-bentuk penyelesaian sengketa
atau perselisihan.

b. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru
dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak lain yang
dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya.

Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun


1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan
pendapat antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan dapat
diselesaikan melalui bantuan “seorang atau lebih penasehat ahli”
maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa
atau perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan
mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik.
Kesepakatan tertulis antara guru dengan penyelenggara/satuan
pendidikan wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan
wajib dilakasanakan dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak
pendaftaran. Mediator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1)
mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak, dan mediator
yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.

c. Negosiasi dan Perdamaian


Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara
guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang
negosiasi kepada guru atau kelompok guru.

80
Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999,
pada dasarya para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan
pendidikan dan guru, berhak untuk menyelesaikan sendiri sengket yang
timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut
selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak.
Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851
sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah
suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri
suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu
perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah
ancaman.

Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang


membedakan antara negosiasi dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan
tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari, dan penyelesaian
sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung
oleh dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah
bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian
dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun setelah
sidang peradilan dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam
atau di luar pengadilan.

d. Konsiliasi dan perdamaian


Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru
dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan
pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau perdamaian.

Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah


diuraikan di atas, konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam
Undang Undang Nomor 30 tahun 1999. Konsiliasi atau perdamaian
merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian
di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi, dalam
setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan,
dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah
diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

e. Advokasi Litigasi

81
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara
guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang
dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat
memberikan advokasi litigasi.

Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi


merupakan pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh
pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan
praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan
pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi.
Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli
dari organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum
semata.

Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak


sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit
karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu
dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara
hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate
dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan
menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to
promote), menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga
bisa diartikan melakukan ‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis.

f. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara
guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang
dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat
memberikan advokasi nonlitigasi.

Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal


alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut
nonlitigasi. Alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu
pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan cara
mengenyampingkan

82
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara
penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang
cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan
fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau
padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time),
biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive)
terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis
(formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1)
angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan
bahwa masyarakat dimungkinkan memakai alternatif lain dalam
melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat
dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.

5. Asas Pelaksanaan
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan
menggunakan asas-asas sebagai berikut:
a) Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis,
agama, latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial
ekonomi guru.
b) Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan
dapat berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.
c) Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi
guru memiliki manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat,
martabat, dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi
kemajuan pendidikan formal.
d) Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum
bagi guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah
komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
e) Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan
pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.
f) Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada
pokok persoalan.
g) Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi
guru dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal,
litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.

83
6. Penghargaan dan Kesejahteraan
Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan
kepada guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar
biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus.

Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan


pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
nasional, dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya,
seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat
istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural,
bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan
bahwa pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman
dan/atau biaya perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah
khusus. Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran di daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak
mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.

Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah,


baik berupa gaji maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak
atas gaji dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak yang diterima oleh
guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak
atas tunjangan yang melekat pada gaji.

Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang
diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian
yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja dan/atau
kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh
guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas
keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.

Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana


diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008,
serta peraturan lain yang menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka
tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan
dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan

84
fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.
Khusus berkaitan dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru
disajikan berikut ini.

a. Penghargaan Guru Berprestasi


Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui
proses pemilihan yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat
satuan pendidikan, kecamatan dan/atau kabupaten/kota, provinsi,
maupun nasional. Pemilihan guru berprestasi dimaksudkan antara
lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan
profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif
pada kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja tersebut akan
terlihat dari kualitas lulusan satuan pendidikan sebagai
SDM yang berkualitas, produktif, dan kompetitif.

Pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh


untuk memberdayakan guru, terutama bagi mereka yang
berprestasi. Seperti disebutkan di atas, Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 mengamanatkan bahwa ”Guru yang berprestasi,
berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak
memperoleh penghargaan”.

Secara historis pemilihan guru berprestasi adalah


pengembangan dari pemberian predikat keteladanan kepada guru
melalui pemilihan guru teladan yang berlangsung sejak tahun 1972
hingga tahun 1997. Selama kurun 1998-2001, pemilihan guru
teladan dilaksanakan hanya sampai tingkat provinsi. Setelah
dilakukan evaluasi dan mendapatkan masukan- masukan dari
berbagai kalangan, baik guru maupun pengelola pendidikan
tingkat kabupaten/kota/provinsi, maka pemilihan guru teladan
diusulkan untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru
berprestasi.

Frasa “guru berprestasi” bermakna “prestasi dan


keteladanan” guru. Sebutan guru berprestasi mengandung
makna sebagai guru unggul/mumpuni dilihat dari
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Guru berprestasi merupakan guru yang menghasilkan karya kreatif
atau inovatif antara lain melalui: pembaruan (inovasi) dalam
pembelajaran atau bimbingan; penemuan teknologi tepat guna
dalam bidang pendidikan; penulisan buku fiksi/nonfiksi di
bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra daerah;
penciptaan karya seni; atau karya atau prestasi di bidang
olahraga. Mereka juga merupakan guru yang secara langsung
membimbing peserta didik hingga mencapai prestasi di bidang

85
intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.

Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada


tahun 2002. Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi
dilakukan secara bertingkat, dimulai dari tingkat satuan
pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat
nasional. Secara umum pelaksanaan pemilihan guru berprestasi
berjalan dengan lancar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Melalui pemilihan guru berprestasi ini telah terpilih guru terbaik
untuk jenjang Taman-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, atau yang sederajat.

Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru


berprestasi dilakukan secara ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes
kepribadian, presentasi karya akademik, wawancara, dan
penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai prestasi terbaik
melalui beberapa jenis teknik penilaian inilah yang akan
memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat nasional.

b. Penghargaan bagi Guru SD Berdedikasi di Daerah


Khusus/Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun
terakhir ini, pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan
secara rutin baik pada peringatan Hari Pendidikan Nasional
maupun pada peringatan lainnya.

Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat


harkat dan martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian
profesionalitasnya sebagai pendidik bangsa dihormati dan dihargai
oleh masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk
meningkatkan prestasi, pengabdian, loyalitas dan dedikasi serta
darma baktinya pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan
kompetensinya secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing.

Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam


melaksanakan pekerjaan/jabatannya sebagai sebuah profesi,
meskipun bekerja di daerah yang terpencil atau terbelakang;
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah
perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami bencana
alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan
darurat lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara
prihatin.

86
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di
Daerah Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan
yang bersifat seremoni belaka. Penghargaan ini secara selektif
dan kompetitif diberikan kepada d u a orang guru sekolah dasar
(SD) Daerah Khusus dari seluruh provinsi di Indonesia.

Masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi diminta dan


diharuskan menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah
khusus, terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang
berdedikasi tinggi untuk diberi penghargaan, baik yang berstatus
sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun guru bukan
PNS. Untuk dapat menerima penghargaan, guru SD berdedikasi
yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil harus memenuhi
kriteria umum dan khusus. Kriteria umum dimaksud antara lain
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; setia dan
taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
memiliki moralitas,kepribadian dan kelakuan yang terpuji; dapat
dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan masyarakat
sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya.

Kriteria khusus bagi guru SD Daerah Khusus untuk


memperoleh penghargaan antara lain, pertama, dalam
melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta
mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi-
fungsi profesionalnya dengan segala keterbatasan yang ada di
daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas
sebagai guru di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya
selama lima tahun secara terus menerus atau selama delapan
tahun secara terputus-putus.

Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah


menerima penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima,
responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam
masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu
dalam memecahkan masalah sosial sehingga usahanya berupa
sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-masalah
tersebut.
Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta
integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam
masyarakat. Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan
keahlian yang dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan hasil

87
nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.

c. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi


Penghargaan bagi guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan
Khusus (PLB/PK) berdedikasi dilakukan sejak tahun 2004.
Penghargaan ini diberikan kepada guru dengan maksud untuk
mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru
PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja
dan prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang
memiliki dedikasi dan kinerja melampaui target yang
ditetapkan satuan Pendidikan Khusus mencakup kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan/atau
menghasilkan karya kreatif atau inovatif yang diakui baik pada
tingkat daerah, nasional dan/atau internasional; dan/atau secara
langsung membimbing peserta didik yang berkebutuhan khusus
sehingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau
ekstrakurikuler.

Seleksi pemilihan guru berdedikasi tingkat n a s i o n a l d i l a k


s a n a k a n di Jakarta. Mereka berasal dari seluruh provinsi di
Indonesia. Pemilihan guru PLB/PK berdedikasi ini dilaksana-
kan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Pemberian
penghargaan ini diharapkan dapat mendorong guru PLB/PK
dalam meningkatkan kemampuan profesional yang diperlukan
untuk membantu mempersiapkan SDM yang memiliki “kelainan”
tertentu untuk siap menghadapi tantangan kehidupan masa
depannya.

Dalam penetapan calon guru PLB/BK yang berdedikasi dan


prestasi yang menonjol bersifat kualitatif. Kriteria tersebut dapat
dijadikan acuan atau pertimbangan dasar, sehingga guru PLB/PK
berdedikasi yang terpilih untuk menerima penghargaan benar-
benar layak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.

Kriteria dedikasi dan prestasi dimaksud meliputi


pelaksanaan tugas, hasil pelaksanaan tugas, dan sifat terpuji.
Dimensi pelaksanaan tugas mencakup, pertama, konsisten dalam
membuat persiapan mengajar yang standar bagi anak
berkebutuhan khusus. Kedua, kecakapan dalam melaksanakan
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Ketiga, keterampilan
mengelola kelas sehingga tercipta suasana tertib. Keempat,
kemampuan melaksanakan komunikasi yang efektif di kelas.
Kelima, konsisten dalam melaksanakan evaluasi dan analisis

88
hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus. Keenam,
objektivitas dalam memberikan nilai kepada peserta didik
berkebutuhan khusus.

Dimensi kemampuan menunjukkan hasil pelaksanaan tugas


secara baik mencakup, pertama, penemuan metode/pendekatan yang
inovatif, pengembangan/pengayaan materi dan/atau alat peraga
baru dalam khusus. Kedua, dampak sosial/budaya/ekonomi/
lingkungan terhadap proses belajar mengajar yang dirasakan atas
penemuan metode/pendekatan yang inovatif,
pengembangan/pengayaan materi dan/atau alat peraga baru dalam
pembelajaranb agi anak berkebutuhan khusus. Ketiga, kemampuan
memprakarsai suatu kegiatan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus. Keempat, memiliki sifat inovatif dan kreatif dalam
memanfaatkan sumber/alat peraga yang ada di lingkungan
setempat untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar bagi
anak berkebutuhan khusus. Kelima, mampu menghasilkan
peserta didik yang terampil sesuai dengan tingkat kemampuan
menurut jenis kebutuhan peserta didik.

Dimensi memiliki sifat terpuji antara lain mencakup


kemampuan menyampaikan pendapat, secara lisan atau
tertulis; kesediaan untuk mendengar/menghargai pendapat
orang lain; sopan santun dan susila; disiplin kerja; tanggung
jawab dan komitmen terhadap tugas; kerjasama; dan stabilitas
emosi. Dimensi memiliki jiwa pendidik mencakup beberapa hal.
Pertama, menyayangi dan mengayomi peserta didik berkebutuhan
khusus. Kedua, memberikan bimbingan secara optimal kepada
peserta didik berkebutuhan khusus. Ketiga, mampu mendeteksi
kelemahan belajar peserta didik berkebutuhan khusus.

Pemilihan guru berprestasi serta pemberian penghargaan


kepada guru SD di Daerah Khusus dan guru PLB/PK berdedikasi
seperti disebutkan di atas merupakan agenda tahunan. Namun
demikian, meski sifatnya kegiatan tahunan, program ini bukanlah
sebuah kegiatan yang bersifat seremonial belaka. Pelembagaan
program ini merupakan salah satu bukti kuatnya perhatian
pemerintah dan masyarakat terhadap profesi guru. Tentu saja,
di masa datang, kualitas dan kuantitas pemberian penghargaan
kepada guru berprestasi dan berdedikasi senantiasa perlu
ditingkatkan.

d. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan


Sejalan dengan disahkannya Undang–Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi

89
memiliki hak atas penghargaan sesuai dengan prestasi dan
dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada guru pada
satuan pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga,
berjasa pada negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa.

Kriteria guru yang berhak menerima penghargaan


Satyalancana Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan
khusus. Persyaratan umum antara lain warga negara Indonesia;
berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta mempunyai nilai dalam
DP3 amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya
bernilai baik untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi,
pertama, diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di tempat
terpencil atau tertinggal sekurang-kurangnya selama lima tahun
terus menerus atau selama delapan tahun terputus-putus. Kedua,
diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di daerah perbatasan,
konflik, dan bencana sekurang- kurangnya selama 3 tahun terus
menerus atau selama 6 tahun terputus-putus. Ketiga, diutamakan yang
bertugas selain di daerah khusus sekurang-kurangnya selama 8 tahun
terus menerus dan bagi kepala sekolah sekurang- kurangnya
bertugas 2 tahun. Keempat, berprestasi dan/atau berdedikasi luar
biasa dalam melaksanakan tugas sekurang-kurangnya mendapat
penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan
organisasi/asosiasi profesi guru, kegiatan kemasyarakatan dan
pembangunan di berbagai sektor. Keenam, tidak pernah memiliki
catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat menurut
peraturan perundang-undangan.

e. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran


Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba
sejenis dapat memotivasi guru untuk lebih meningkatkan
profesionalismenya, khususnya dalam kemampuan perancangan,
penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau proses
bimbingan kepada siswa; dan meningkatkan kebiasaan guru
dalam mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan profesinya
secara baik dan benar. Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran
atau sejenisnya dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Pertama,
sosialisasi melalui berbagai media, antara lain penyusunan dan
penyebaran poster dan leaflet. Kedua, penerimaan naskah. Ketiga,
melakukan seleksi, baik seleksi administrasi maupun seleksi
terhadap materi yang ditulis.

Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan


dewan juri yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Sejalan
dengan itu, aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
penyusunan pedoman lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran

90
atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian naskah lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran a t a u s e j e n i s n y a tingkat
nasional; penilaian penentuan nominasi pemenang lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat
nasional; penentuan pemenang lomba keberhasilan guru dalam
pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan pemberian
penghargaan pemenang lomba tingkat nasional.

Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya


berbagai pengalaman guru dalam merancang, menyajikan, dan menilai
pembelajaran atau bimbingan dan konseling yang secara nyata
mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh rekan guru yang memerlukan dicetak dalam
bentuk buku yang berisi model-model keberbasilan dalam pembelajaran
sebagai publikasi.

f. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade


Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap
berkompetisi, baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional.
Sejalan dengan itu, guru-guru bidang studi yang termasuk dalam skema
Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan salah satu diterminan utama
peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan OSN
untuk Guru (ONS Guru) merupakan salah satu wahana untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran yang
tercakup dalam kerangka OSN.

Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana


bagi guru menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan
meningkatkan kompetensi profesional atau akademik untuk memotivasi
peningkatan kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan
luaran pendidikan. Tujuannya adalah (1) menumbuhkan budaya
kompetitif yang sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan wawasan
pengetahuan, motivasi, kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras
untuk mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan
kesadaran ilmiah untu mempersiapkan generasi muda dalam
menghadapi masa kini dan yang akan datang; (4) mengangkat status
guru sebagai penyandang profesi yang terhormat, mulia, bermartabat,
dan terlindungi; dan (5) membangun komitmen mutu guru dan
peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata.

Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di


tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat
nasional. Hadiah dan penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru
sebagai motivasi untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dan
kegiatan pendidikan lainnya. Hadiah bagi para pemenang tingkat

91
kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya diserahkan
sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Kepada pemenang di tingkat nasional diberi hadiah
dan penghargaan dari kementerian pendidikan.

g. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru


Berdedikasi
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam
membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan
kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak
pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya
memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki
kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi
siswa, keluarga maupun masyarakat.

Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan


pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan
nasional, kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi era global. Untuk itu, kemampuan profesional guru harus
terus menerus ditingkatkan.

Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi


perlu terus dijaga dan dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru
lainnya. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan
pemilihan guru berprestasi, perlu dilaksanakan pembinaan dan
pemberdayaannya agar pengetahuan dan wawasan mereka selalu
berkembang sesuai dengan kemajuan ipteks.

Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara


Asia, dalam hal ini dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan
kelanjutan program-program yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Program kerjasama ini dilaksanakan untuk memberikan penghargaan
kepada guru berprestasi dengan memberikan pengalaman dan
wawasan tentang penyelenggaraan pendidikan dan budaya di negara
maju seperti Jepang untuk dijadikan bahan pembanding dan
diimplementasikan di tempat tugas mereka.Kontinuitas pelaksanaan
program kerjasama ini sangat penting, karena sangat bermanfaat
bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuannya dalam melak-
sanakan tugas profesionalnya.

h. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama
pendidikan antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi.
Kerjasama antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di

92
kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya.

Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi


kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau
teknologi pembelajaran, studi kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya.
Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara Asean,
Jepang, Australia, dan lain-lain.

Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah


Anugerah Konstitusi tingkat nasional bagi guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan jenjang. Penerima
penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara
berjenjang mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, sampai
ke tingkat nasional.

7. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru
berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan
hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat
pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.

Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas


pertimbangan prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan
demikian, penghasilan dimaksud merupakan hak yang diterima oleh
guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas
keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru


dan Dosen merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan
kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul lahirnya UU ini,
pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan gur u selain
gaji pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan
lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan
khusus.

a. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi
akademik tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik,

93
kepribadian, sosial, dan profesional atau akademik. Sertifikasi guru
merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada mereka.
Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat
keprofesionalan guru.

Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah


memberikan tunjangan profesi k e p a d a g u r u . Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
menamanatkan bahwa “Pemerintah memberikan tunjangan profesi
kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh
penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat”.

Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu


mendorong dan memotivasi guru untuk terus meningkatkan
kompetensi dan kinerja profesionalnya dalam melaksanakan tugas di
sekolah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan
penilai peserta didiknya.

Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja,
dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah bersertifikat akan
menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan
mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap
muka per minggu dan persyaratan lainnya.

Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang


bersangkutan berumur 60 tahun. Usia ini adalah batas p e n s i u n bagi
P N S g u r u . Setelah berusia 60 tahun guru tetap berhak mengajar di
manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap yayasan
untuk sekolah swasta, dan menyandang predikat guru
bersertifikat, namun tidak berhak lagi atas tunjangan profesi.
Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi pendidik, mereka
hanya berhak atas “satu” tunjangan profesi.

Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah


memiliki sertifikat pendidik dan syarat lainnya, dengan cara
pembayaran tertentu. Hal ini bermakna, bahwa guru bukan PNS pun
akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS dengan
kualifikasi akademik, masa kerja, serta kompetensi yang setara atau
ekuivalen. Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi akan dibayarkan
setelah yang bersangkutan disesuaikan jenjang jabatan dan
kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi tersebut
dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)

94
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

b. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
17 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi
tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di
sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam
pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan
fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat
(3).

Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru


PNS seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang
dimiliki. Namun saat ini baru diberikan tunjangan tenaga kependidikan
berdasarkan pada golongan/ruang kepangkatan/jabatannya. Khusus
mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya
memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya.

c. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen
Pemerintah untuk terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan
guru dan dosen, di samping peningkatan profesionalismenya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang
diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di
di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan
setara dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.

Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan


kepada guru di Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru
yang bertugas di daerah khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan
Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang,
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana
alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan

95
darurat lain.

1) Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor


geografis yang relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh
di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir,
dan pulau-pulau terpencil; dan daerah dengan faktor
geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau oleh jaringan
transportasi maupun media komunikasi, dan tidak memiliki
sumberdaya alam.

2) Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah


daerah yang mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan yang relatif rendah serta tidak dilibatkan dalam
kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan
pembangunan yang mengakibatkan daerah belum berkembang.

3) Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah


negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah
Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara
di darat maupun di laut kawasan perbatasan berada di
kecamatan; dan pulau kecil terluar dengan luas area kurang
atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghu-
bungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum
Internasional dan Nasional.

4) Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang


terletak di wilayah yang terkena bencana alam (gempa, longsor,
gunung api, banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.

5) Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik


sosial dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan
sosial dan ekonomi yang membahayakan guru dalam
melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu
tertentu.

6) Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah


daerah dalam keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-
sangka mengalami bahaya, kelaparan dan sebagainya yang
memerlukan penanggulangan dengan segera.

Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan

96
kualifikasi yang sama.

Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif


adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun 2007, pemerintah
memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah
Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai
tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp 1.350.000 per bulan.

Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini


adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi
daerah yang ditempati sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap
mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain, pemberian tunjangan ini
bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar di
Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah
terpencil diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif
tunjangan khusus ini.

d. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam
rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan
penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh
pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau
bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang


diperoleh guru dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah
dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan
bagi guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk:
(1) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan
keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2)memberikan
penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap
pengabdiannya dalam dunia pendidikan; dan (3) memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dan bermutu
kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi. Dengan
demikian, pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i)
mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru; (2) memberikan
rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru; (3)

97
merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten
terhadap profesi guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya
motivasi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
tenaga profesional.

Latihan dan Renungan

1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan


berikan contohnya?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan
berikan contohnya?
3. Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan
contohnya?
4. Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan
berikan contohnya?
5. Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
6. Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
7. Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan
penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja?
8. Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di
Daerah Khusus/Terpencil perlu diberi tunjangan khusus?

G. Etika Profesi
1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia
dipersepsi oleh masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Idealnya,
pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah “panggilan jiwa” untuk
memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik,
mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses
belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada
siswa agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya,
menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa,
tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan
khusus.

Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan


Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah
jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang
diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau
memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji
dalam jumlah tertentu.

98
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat,
tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan
sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan
melakukan profesionalisasi secara terus-menerus, memotivasi-diri,
mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri,
mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru
profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik
dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional
bercirikan seperti berikut ini.

a. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemam-


puannya itu.
b. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain
yang “seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa
menghilangkan makna etika kerja dan tata santun berhubunngan
dengan atasannya.
d. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan
kompetensi, dan gemar melibatkan diri secara individual atau
kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan diri.
e. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak
dalam rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran,
termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan.
f. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan
mendisiplinkan dirinya.
g. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memoti-
vasi dan mengatur dirinya.
h. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik
demi perbaikan-diri.
i. Memiliki empati yang kuat.
j. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas
sekolah, dan masyarakat.
k. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
m. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna
tersebut mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
n. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan
lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.

Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi


mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan
pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi dapat disebut
profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian
integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil

99
studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik
profesi seperti berikut ini.

a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan.


Pendidikan dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk
dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan
dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.

b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi


adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu.
Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru yang sesungguhnya
memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan
metodologi pembelajaran.

c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh


orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari
atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis
seseorang, makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan
makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter umum,
misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman
praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya
berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan
dosen atau tenaga akademik biasa.

d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable.


Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam
makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta
didik.

e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau


self-organization. Istilah mandiri di sini berarti kewenangan
akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan
dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti
menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.

f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus


siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan
itu diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di
luar sekolah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap
memberikan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi,
maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun.

g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang


mengikat guru dalam bekerja.

100
h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi
“malpraktik”, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana,
sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja,
guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama
anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam
bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.

i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini


adalah standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula
diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar
oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.

j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan


simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi
lain.

2. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi
profesi guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan
Kehormatan Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh
karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan.

a. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang


berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru atau
penyandang profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas
anggotanya.

b. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan


legal yang dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode
etik guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi
guru, dan memajukan pendidikan nasional.

c. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan
perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik,
anggota masyarakat, dan warga negara.

d. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan


organisasi atau asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk
menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat,
pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin

101
organisasi dan etika profesi guru.

e. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang


membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan
tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.

f. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang


dilakukan secara sistematis untuk menciptakan kondisi agar
guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan
menghindari norma-norma yang dilarang dalam proses pendidikan
dan pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di
masyarakat.

3. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi


Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi
dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, bahwa guru wajib:
a. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik
Guru dan Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau
asosiasinya masing-masing.
c. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta
peraturan-peraturan dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi
atau asosiasinya masing-masing.
d. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara
aktif.
e. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau
asosiasi profesi guru dimana dia terdaftar sebagai anggota.
f. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana
dia terdaftar sebagai anggota.
g. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi
dimana dia terdaftar sebagai anggota.
h. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi
profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota.
i. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi
guru harus memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang
pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

102
4. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi
Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu
profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu,
ketika bekerja mereka harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka
mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa,
dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan
beradab.

Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas


utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh
peserta didik. Dalam melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh
pada prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani”. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya
tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan
negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju,
baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari


sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI)
sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam
bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan
nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara
beretika.

Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab


atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku
guru. Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban
mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru,

103
Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak.

Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja


dipandu oleh Kode Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan
disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Kode Etik
dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi guru.
Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa “Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat
independen.” Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian
kepada masyarakat.

Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa
untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi
guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan
etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesian.

5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia


Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus
menyadari sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru
Indonesia (KEGI), atau nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh
organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa
jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat,
terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus
mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode
Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani
kehidupan di masyarakat.

Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka


berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan
menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang
ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan
tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan
anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam
melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional,

104
bermartabat, dan beretika akan terwujud. Dampak ikutannya adalah,
proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif
berjalan secara efektif dan efisien di sekolah.

Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat
Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus
II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada
Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di
Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap
orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi
referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk
merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan


Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan) bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik
Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan
publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa “semua guru
di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam
KEGI ini.” Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang
ditetapkan oleh PGRI sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa
organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI telah memuat rumusan
Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Kalau memang demikian, itu pun
selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian.

a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan
tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya
sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
3) Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki
karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak
atas layanan pembelajaran.
4) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-
menerus harus berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai
lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

105
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang
dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah
setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan
negatif bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha
profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengem-
bangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampu-
annya untuk berkarya.
9) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-
kali merendahkan martabat peserta didiknya.
10) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didik-
nya secara adil.
11) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung
tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun
dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan
peserta didiknya.
13) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi
peserta didiknya dari kondisi- kondisi yang menghambat proses
belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
14) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya
untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan
kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
15) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang
melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
16) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi.

b. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa


1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan
efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses
pendidikan.
2) Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara
jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada
orang lain yang bukan orangtua/walinya.
4) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi
dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan
kualitas pendidikan.
5) Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa
mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses

106
kependidikan pada umumnya.
6) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk
berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan,
kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-
keuntungan pribadi.

c. Hubungan Guru dengan Masyarakat


1) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis,
efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan
mengembangkan pendidikan.
2) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran.
3) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.
4) Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk
meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
5) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama
dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan
meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
6) Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung
tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam
berhubungan dengan masyarakat.
7) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta
didiknya kepada masyarakat.
8) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam
kehidupan bermasyarakat.

d. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat


1) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan
reputasi sekolah.
2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan proses pendidikan.
3) Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar
sekolah. e. Guru menghormati rekan sejawat.
5) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
6) Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan
hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan
profesional.
7) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan
juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis
pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.

107
8) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk
mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan
dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
9) Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan
sejawat.
10) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan
sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan
pembelajaran.
11) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang
dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesi-onalnya.
12) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru
berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau
calon sejawat.
13) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang akan merendahkan marabat pribadi dan
profesional sejawatnya.
14) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional
sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
15) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat
kecuali untuk pertimbangan- pertimbangan yang dapat
dilegalkan secara hukum.
16) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang
langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik
dengan sejawat.

e. Hubungan Guru dengan Profesi


1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pen-didikan dan bidang studi yang diajarkan.
3) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4) Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi
dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung
jawab atas konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung
jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-
tindakan profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.
7) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan
profesionalnya.

108
8) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul
akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

f. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi


1) Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan
serta secara aktif dalam melaksanakan program-program
organisasi bagi kepentingan kependidikan.
2) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru
yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi
pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan
guru dan masyarakat.
4) Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi
dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan
bertanggungjawab atas konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu
bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam
tindakan-tindakan profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi
organisasi profesinya.
7) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu
untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi
profesinya.
8) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan
sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

g. Hubungan Guru dengan Pemerintah


1) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan
program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana
ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya.
2) Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan yang berbudaya.
3) Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan
oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan
pendidikan dan pembelajaran.
5) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan
yang berakibat pada kerugian negara.

109
6. Pelanggaran dan Sanksi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan
pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-
undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi sebagai seperangkat
prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan
profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi atau
asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu, Kode Eik
Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber
utamanya, yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan
martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah.
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan
dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau
asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi
norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesian.

Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak


melaksanakana KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang
berkaitan dengan profesi guru. Guru yang melanggar KEGI dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada
organisasi profesi atau menurut aturan negara.

Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena


tudingan melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu
berdasarkan atas rekomendasi objektif. Pemberian rekomendasi sanksi
terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap KEGI merupakan
wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian
sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan
tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta
peraturan perundang-undangan.

Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi


guru. Tentu saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud
merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran
dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain itu,
siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor

110
kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri
dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat
hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI.

Latihan dan Renungan

1. Apa esensi etika profesi guru?


2. Sebutkan karakteristik utama profesi guru!
3. Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik?
4. Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota
organisasi profesi?
5. Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi
guru?
6. Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru?

Refleksi akhir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam


kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang
merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta
menjadi insan agamais.

Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi
di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana
peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat
minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran
guru yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan
di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi
yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi
pembangunan masa depan bangsa.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan

111
kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari
sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi
guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan
itu sendiri. Frasa “tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik secara
akademik maupun regulasi.

Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu


pendidik dan tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK) merupakan dua jenis “profesi” atau pekerjaan yang saling mengisi.
Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat profesionalitas tingkat
tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan
tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional
sekali pun tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau
guru yang profesional sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas,
termasuk di laboratoium sekolah.

Karenanya, ketika berbicara mengenai “profesi kependidikan”,


semua orang akan melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri.
Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di
dalamnya termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam “rumpun pendidik”, kini
telah memiliki definisi tersendiri.

Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di


sini adalah sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi
sumber belajar, dan penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas
pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan
terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan
pendidikan luar sekolah. Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan
adalah pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas
pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jika mau
diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga
administratif bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai
subjek yang menjalankan fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan.

Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat

112
dibedakan menjadi empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik,
terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga
fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga
teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4)
tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah,
direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah;
dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalah- masalah manajerial atau
administratif kependidikan.

Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru,


telah muncul beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru
melalui Sensus Data Guru sangat diperlukan untuk
merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan
kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil
perhitungan dan rencana pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu
diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku yang dipublikasikan
minimal setiap tiga tahun.

Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan


kebutuhan ( supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan
guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kelebihan guru dan rasio guru:murid dapat di pertahankan secara
efektif dan optimal. Pada kondisi riil di sekolah sebenarnya terjadi
kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah
merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus.

Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di


semua satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.
Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang
Pemindahan Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian
telah terbit, maka berangsur-angsur akan terjadi pemerataan guru.
Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke
kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung
dengan tepat dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait
dengan agenda kesejahteraan guru yaitu pemberian tunjangan profesi
guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain.

Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan


Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas
pengembangan karir guru pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja
guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan keprofesian
guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru.
Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk

113
melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan
dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji
kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan
karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru
di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa
depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan
perhatian dan priotitas utama.

1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi


guru.
2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen
guru secara komprehensif berkaitan dengan:
a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan
mempertimbangkan kebutuhan satuan pendidikan.
b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan
standar kompetensi yang telah ditetapkan.
c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan
kualifikasi akademik dan bidang keahlian yang dimilikinya
sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.
d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan
penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan
bidang pendidikan.
e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas
obyektifitas, transparan dan akuntabel.
f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru
dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan
akuntabel
g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara
berkelanjutan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan
prestasi dan dedikasinya dan memberikan perlindungan
hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan
intektual.
i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan
daerah.
j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan
karir guru.

3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan


daerah/peraturan gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota

114
Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan
perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru
sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan,
rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan
dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus
yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.

Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru


sebagaimana dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi catatan
khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru. Standar
dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat,
ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh
institusi penyedia calon guru dan/atau difilter melalui seleksi calon
peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke depan
hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit
sebagai calon guru.

Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan


komprehensif, sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang
keahlian, dan sebaran sekolah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen
calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang
tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan
keprofesian dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi
baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan
lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya.

Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru


Indonesia bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk
mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua
bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu, guru
Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan
KEGI sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah
dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putera-puteri bangsa.

Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru


membentuk Dewan kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme
kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru. Dewan
Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian
sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan
kehormatan profesi guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak

115
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan
perundang-undangan.

===00===

116
BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

A. Teori Belajar
1. Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbe-
lakangan tersebut disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk
kepentingan penyelenggara bukan untuk peserta didik; (2) pembelajaran
yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas
pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran
menjadi rendah karena yang diukur hanya daya serap sesaat yang
dungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial. Pengajaran
tidak diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya
dapat melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif
cenderung terabaikan; (4) diskriminasi penguasaan wawasan yang terjadi
akibat anggapan bahwa yang di pusat mengetahui segalanya
dibandingkan dengan yang di daerah, yang di daerah merasa mengetahui
semuanya dibandingkan dengan yang di cabang, yang di cabang merasa
lebih tahu di bandingkan dengan yang di ranting, begitu seterusnya. Jadi,
diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjek—
objek; dan (5) pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan
tidak salah melangkah. Teks atau buku acuan dianggap segalanya jika
telah menyampaikan isi buku acuan berhasillah dia.

Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama


ini ibarat sebuah bank. Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak
mendatangkan hasil yang berlipat-lipat. Peserta didik lantas diperlakukan
sebagai bejana kosong yang akan diisi, sebagai sarana tabungan. Guru
atau pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah subjek pasif yang
penurut dan diperlakukan tidak berbeda. Pendidikan akhirnya bersifat
negatif dengan guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh
peserta didik yang wajib diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis
pendidikan gaya bank yang sangat magis dan naif.
a) guru mengajar murid belajar
b) guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
c) guru berpikir murid dipikirkan
d) guru bicara murid mendengarkan
e) guru mengatur murid diatur
f) guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti
g) guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak
sesuai dengan tindakan guru
h) guru memilih apa yang diajarkan murid menyesuaikan diri

117
i) guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan
wewenang profesionalismenya dan mempertentangkannya
dengan kebebasan murid
j) guru adalah subjek proses belajar murid objeknya.

Oleh karena guru atau pelatih menjadi pusat segalanya. Karenanya


menjadi hal yang wajar jika murid mengidentifikasikan diri seperti
gurunya sebagai prototipe manusia ideal yang harus ditiru dan digugu
serta diteladani dalam segala hal. Implikasinya, kelak murid-murid itu
sebagai duplikasi guru mereka dulu. Pada saat itu, akan lahir generasi
baru yang penindas. Jadi, penindasan bisa jadi diawali dari dunia
pendidikan.

Berdasar beragam kesenjangan dan kelemahan praktik pendidikan,


khususnya pembelajaran tersebut, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi dan kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi
akademik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Bahkan, untuk
memenadu impelementasi kompetensi pedagogis di kelas, diterbitkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses yang mengatur aktivitas guru menyusun perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pengevaluasiannya. Tiap
guru dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif, dan
adaptif dalam situasi yang cepat berubah.

Sistem transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap di


sekolah dikembangkan agar sesuai dengan karakteristik siswa. Sistem
transformasi itu dikembangkan melalui model-model pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model
PAIKEM merupakan model pembelajaran yang dipayungi oleh teori
psikologi mutakhir, antara lain kognitif, konstruktivistik, dan humanistik
yang menekankan pada belajar untuk menjadi tahu (learning to know),
belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be),
dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).

Tuntutan profesi mengharuskan guru mampu mengaplikasikan


model PAIKEM. Kebutuhan guru untuk dapat mengimplementasikan
model-model tersebut dalam pembelajaran sesuai karakteristik mata
pelajaran merupakan pondasi bagi penulisan modul ini.

Pernahkah Anda mendengar kata PAIKEM (Pembelajaran Aktif,


Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam dunia pendidikan?
Pasti, Anda pernah mendengarnya; bahkan, mendapatkan informasinya
melalui berbagai pelatihan. Nah, dalam modul ini, dikupas tentang

118
PAIKEM beserta teori belajar yang melatarinya dan model
pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu saat ini tentang pergeseran
paradigma mengajar dari guru sentris ke siswa sentris. Isu tersebut sejalan
dengan perkembangan zaman, yakni proses transformasi pendidikan
menuju pada learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together.

Pada modul ini, Anda akan mengenali konsep dasar PAIKEM,


selayang pandang teori belajar, model-model pembelajaran, dan contoh
pembelajaran PAIKEM. Setelah itu, Anda dapat menguatkan pemahaman
melalui rangkuman dan evaluasi yang terdapat pada modul ini. Selamat
belajar modul ini. Salam PAIKEM!

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:


a) mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
b) mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-
model PAIKEM;
c) mengidentifikasi model- model pembelajaran berbasis PAIKEM
sehingga dapat membedakan model pembelajaran yang satu dengan
model pembelajaran yang lain;
d) mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis
PAIKEM.

Sebelum mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami teori


belajar dan karakteristik peserta didik agar lebih menguatkan pemahaman
Anda tentang PAIKEM. Agar isi modul dapat melekat dalam pengalaman
belajar Anda, cara penggunaan modul ini perlu Anda cermati dengan
seksama. Berikut ini cara menggunakan modul tersebut.
a) Lakukanlah orientasi modul terdahulu dengan membaca sekilas dari
awal sampai akhir modul.
b) Bacalah daftar isi untuk memberikan pemahaman awal tentang isi
modul.
c) Cermati dengan seksama tujuan, prasyarat, dan cara menggunakan
modul untuk membekali arah yang akan dituju dalam mempelajari
modul ini.
d) Bacalah secara cermat dari pengantar sampai pada rangkuman.
e) Contoh pembelajaran berbasis PAIKEM pada modul ini hanya sebatas
ilustrasi sebagian, Anda dapat mengembangkan dan menerapkan
dengan contoh-contoh lainnya di kelas masing-masing.
f) Silahkan menguji diri melalui mengerjakan evaluasi dengan cara
menjawab pertanyaan yang ada pada evaluasi.
g) Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk
memperdalam kemampuan Anda di bidang PAIKEM.

119
Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM

TUJUAN MATA DIKLAT

Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model


pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang
sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.

Peserta diklat mampu menerapkan Peserta diklat mampu menerapkan


konsep dan implikasi teori belajar teori konstruktivistik dalam model
sosial (humanistik) dalam model pembelajaran berbasis PAIKEM yang
pembelajaran berbasis PAIKEM yang relevan
relevan

Mahasiswa mampu Peserta diklat mampu


menerapkan konsep menerapkan teori belajar
Mahasiswa mampu belajar behavioristik dalam kognitif dalam model
mendeskripsikan konsep pembelajaran pembelajaran PAIKEM yang
belajar relevan

2. Konsep Belajar dari Pandangan Teori Belajar


Sebenarnya siapa siswa itu? Semua yang terlibat dalam pendidikan
harus sadar bahwa (1) setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu,
proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan
tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat
lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir
anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus
dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. Yang terjadi justru
sebaliknya, pendidik memberikan materi pelajaran lewat ceramah seperti

120
yang mereka peroleh dari bangku sekolah yang pernah diikuti; (3) dunia
anak adalah dunia bermain tetapi materi pelajaran banyak yang tidak disajikan
lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh pemberian materi
pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang mengandung
nuansa filsafat pendidikan; (4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif
dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan tidak memberikan
kesempatan bagi kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia belajar aktif.
Banyak guru yang tidak mampu mengaktifkan belajar siswa karena
menganggap siswa sebagai objek yang tidak dapat bertindak, berpikir,
dan berlaku seperti yang diharapkan guru.

Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai teori


belajar yang lain, misalnya Gagne (1985) yang menekankan pada behavior
development atau perkembangan perilaku sebagai produk dari cumulative
effects of learning atau efek komulatif. Menurut Gagne bahwa belajar
adalah proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan. Learning is a change in human
disposition of capability that persists over a period of time and is not simply
ascribable to processes of growth. Pendapat Gagne telah mempengaruhi
pandangan tentang bagaimana menata lingkungan belajar.

Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari


pandangan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar
konstruktivistik dan teori belajar humanistik. Selesai belajar modul ini,
diharapkan Anda dapat menerapkan dalam pembelajaran. Tujuan khusus
yang dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda dapat :
a) Menjelakan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif,
teori belajar Konstruktivistik, dan teori belajar Humanistik
b) Memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

a. Teori Belajar Behavioristik


Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan tidak serta merta dapat dilakukan jika siswa belum
memiliki stock of knowledge atau prior knowledge dari hal yang sedang
dipelajarinya. Pemberian pengalaman belajar sebagai previous experience
sangat dibutuhkan. Teori Behavioristik memiliki andil besar terhadap hal
tersebut. Proposisi-proposisi Behavioristik menjadi landasan logika
pengorganisasian pembelajaran yang beraksentuasi pada terbentuknya
prior knowledge.

Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan


perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Proses
interaksi tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan respon (R).

121
Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan. Watson mengemukakan
ada dua prinsip dalam pembentukan kebiasaan yaitu kekerapan dan
kebaruan. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu
bertindak balas terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli
itu maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan respon
yang sama terhadap stimuli tersebut.

Edwin Guthrie berdasarkan konsep contiguity menyatakan bahwa


suatu kombinasi stimuli yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan
diikuti oleh gerakan yang sama apabila stimuli tersebut muncul kembali.
Pergerakan ini diperoleh melalui latihan. Guthrie juga mengemukakan
prinsip tentang pembinaan dan perubahan kebiasaan. Pada dasarnya
pembinaan dan perubahaan kebiasaan dapat dilakukan melalui threshold
method (metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan the
incompatible response method (metode rangsangan tidak serasi).

Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan


pembinaan hubungan antara stimuli tertentu dengan respon tertentu.
Semua proses belajar dilakukan dengan coba-salah (trial and error). Ada
tiga hukum dalam hal tersebut yaitu (1) hukum hasil (law of effect), (2)
hukum latihan (law of exercise), (3) hukum kesiapan (law of readiness).
Skinner menyatakan bahwa peneguhan (reinforcement) memegang peran
penting dalam mewujudkan tindak balas baru. Peneguhan diartikan
sebagai suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.

Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip


Behavioristik merupakan kegiatan belajar figuratif. Belajar seperti ini
hanya menekankan perolehan informasi dan penambahan informasi.
Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif. Belajar
bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses mekanik.
Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.

b. Teori Belajar Kognitif


Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral
tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku siswa
bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang lebih
penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah
proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.

Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan


kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning
oleh Jerome Bruner, reception learning oleh Ausubel. Perkembangan
kognitif menurut Jean Peaget dapat digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.

122
Tabel 1.1 Perkembangan Kognitif Anak menurut Jean Piaget
Tahap Umur Ciri Pokok Pengembangan
SENSORIMOTORIK 0-2 Tahun Berdasarkan tindakan langkah
demi langkah
PRAOPERASIONAL 2 – 7 Tahun Penggunaan symbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
OPERASI 8 – 11 Tahun Pakai aturan jelas/logis
KONKRET reversibel dan kekelan
OPERASI FORMAL 11 Tahun ke Hipotesis
atas abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas

Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Peaget merupakan


proses adaptasi intelektual. Proses adaptasi tampak pada asimilasi,
akomodasi, dan equilibration. Asimilasi ialah proses perubahan apa yang
dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada
sebelumnya. Pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi adalah proses penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi. Equilibration adalah pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi. Dengan demikian proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-
tahap tersebut.

Menurut Bruner, kognitif berkembang melalui tiga tahap yaitu,


enaktif (melakukan aktivitas memahami lingkungan), ikonik
(memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal), dan simbolik
(memiliki ide abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan
berlogika).

Jika Jean Peaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat


berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang, Bruner
menyatakan perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap
perkembangan kognitif. Dalam memahami dunia sekitarnya orang belajar
melalui simbol bahasa, logika, matematika. Komunikasinya dilakukan
dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang
dalam proses berpikirnya semakin dominan sistem simbolnya.

Meskipun teori belajar sosial dari Albert Bandura menekankan


pada perubahan perilaku melalui peniruan, banyak pakar tidak

123
memasukkan teori ini sebagai bagian dari teori belajar behavioristik.
Sebab, Albert Bandura menekankan pada peran penting proses kognitif
dalam pembelajaran sebagai proses membuat keputusan yaitu bagaimana
membuat keputusan perilaku yang ditirunya menjadi perilaku miliknya.

c. Teori Belajar Konstruktivistik


Belajar menurut perspektif Konstruktivistik adalah pemaknaan
pengetahuan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan
bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka. Pengetahuan merupakan
konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Pikiran berfungsi sebagai
alat menginterpretasi, sehingga muncul makna yang unik. Teori
Konstruktivistik memandang bahwa ilmu pengetahuan harus dibangun
oleh siswa di dalam benak sendiri melalui pengembangan proses
mentalnya. Dalam hal ini iswalah yang membangun dan menciptakan
makna pengetahuannya (Nur, 2000).

Konstruktivistik menekankan pada belajar sebagai pemaknaan


pengetahuan struktural, bukan pengetahuan deklaratif sebagaimana
pandangan behavioristik. Pengetahuan dibentuk oleh individu secara
personal dan sosial. Pemikiran Konstruktivisme Personal dikemukakan
oleh Jean Peaget dan Konstruktivisme Sosial dikemukakan oleh Vygotsky.

Belajar berdasarkan Konstruktivistik menekankan pada proses


perubahan konseptuall (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri
siswa ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi
dunia nyata. Dalam proses ini siswa melakukan analisis, sintesis,
berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik kesimpulan
sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan
bersifat viabilitas, artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser
oleh konsep lain yang lebih dapat diterima. Degeng (2000) memaparkan
hasil ananlisis komparatif pandangan Behavioristik-konstruktivistik
tentang belajar dikemukakan dalam tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Perbandingan Pandangan Behavioristik-Konstruktivik


tentang Belajar

Behavioristik Konstruktivistik
Pengetahuan adalah objektif, Pengetahuan adalah non-objective,
pasti, dan tetap, tidak berubah. tempo- rer, selalu berubah, dan tidak
Pengetahuan telah terstruktur menentu
dengan rapi.

Belajar adalah perolehan Belajar adalah penyusunan


pengetahuan, sedang mengajar pengetahuan dari pengalaman

124
adalah memindah konkret, aktivitas kolaboratif, dan
pengetahuan ke orang yang refleksi serta interpretasi. Mengajar
belajar. adalah menata lingkungan agar siswa
termotivasi dalam menggali makna
dan menghargai ketidakmampuan

Siswa akan memiliki pemahaman


Siswa diharapkan memiliki yang berbeda terhadap pengetahuan
pemahaman yang sama tergantung pada pengalamannya, dan
terhadap pengetahuan yang perspektif yang dipakai dalam
diajarkan. Artinya, apa yang menginterpretasikannya.
dipahami oleh pengajar itulah
yang harus dipahami oleh
siswa. Mind berfungsi sebagai alat untuk
menginterpretasi peristiwa, objek, atau
Fungsi mind adalah menjiplak perspektif yang ada dalam dunia nyata
struktur penge-tahuan melalui sehingga makna yang dihasilkan
proses berpikir yang dapat bersifat unik dan individualistik.
dianalisis dan dipilah
sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir
ditentukan oleh
karakteristik struktur
pengetahuan.

Berikutnya, bagaimana implikasi proposisi-proposisi tersebut dalam


kegiatan belajar mengajar ? Silakan Anda refleksikan bagaimana Anda
mengajar selama ini! Demikian juga, refleksikan cara mengajar Anda
selama ini dengan teknik pengaorganisasian pembelajaran
Konstuktivistik? Bandingkan hasil refleksi Anda dengan rumusan-
rumusan di bawah ini. Secara hirarki Driver dan Oldham memberikan
strategi pembelajaran konstruktivistik sebagai berikut.

125
ORIENTATION

ELICITATION OF IDEAS
RESTRUCTURING OF
IDEAS

Clarification and Exchange

COMPARISON
WITH PREVIOUS Exposure to conflict
IDEAS situation

Construction of new ideas

Evaluation

APPLICATION OF IDEAS

REVIEW CHANGE IN
IDEAS

1) Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa


memperhatian dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi
pembelajaran.
2) Elicitasi merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide
yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide
mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh
siswa.
3) Restrukturisasi ide dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide
dengan cara mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau
teman melalui diskusi. Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang
dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya, kalau tidak
cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasannya cocok.
Membangun ide baru hal ini terjadi jika dalam diskusi idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-temannya.
Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Jika dimungkinkan,
sebaiknya gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu
percobaan atau persoalan yang baru.

126
4) Aplikasi ide dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi
yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih
lengkap bahkan lebih rinci.
5) Review dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi
gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara
mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review kemudian
dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki maka
akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa.

d. Teori Belajar Sosial (Humanistik)


Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert
Bandura (1977--1986) yang menjelaskan tentang pengaruh penguatan
dari luar diri atau lingkungan seorang siswa. Aktivitas kognitif dalam diri
siswa (kemampuan) belajar iswa dilaului dengan cara “modelling” atau
mencontoh perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan pribadi,
kreativitas, dan aktualisasi dari setiap individu yang belajar.

Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar


dalam menerapkan teori belajar Humanistik, yaitu (1) menyatakan
perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami
simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4)
kemampuan untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang
lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri dan (6) kemampuan untuk
berefleksi.

1) Faktor-faktor yang Saling Menentukan


Dalam hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a)
perilaku, (b) berbagai faktor yang ada pada pribadi seseorang dan (c)
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan diri orang tersebut.
Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama saling bertindak sebagai
penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lain.

2) Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang


Bandura berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini
secara simbolis melalui gambar-gambar kognitif (cognitive representation).
Oleh karena itu seseorang termasuk Anda lebih cepat bereaksi terhadap
gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri.
Artinya Anda memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa
sebagai alat untuk berpikir yang kemudian tersimpan dalam ngatan dan
hal-hal yang akan datang dapat pula diuji coba secara simbolis dalam
pikiran. Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran kognitif

127
dari masa lalu maupun masa depan yang dapat memengaruhi atau
menyebabkan munculnya perilaku tertentu.

3) Kemampuan Berpikir ke Depan


Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan
untuk merencanakan masa depan. Anda dapat menduga bagaimana
orang lain akan bereaksi terhadap Anda berkaitan dengan tujuan yang
ingin dicapai, merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk
mencapai tujuan tersebut. Kondisi inilah yang disebut berpikir ke depan,
dan cenderung tindaakan diawali oleh pikiran.

4) Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang


Dialami Orang Lain
Anak-anak maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara
memperhatikan perilaku orang lain dan memperhatikan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Keadaan inilah yang disebut belajar berdasarkan apa
yang dialami orang lain. Selain itu seseorang belajar dengan melakukan
sendiri dalam berbagai hal dan terjadi konsekuensi dari
perbuatan/perilakunya. Cara belajar dari pengalaman orang lain
merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan sesuatu yang
dipikirkan.

5) Kemampuan Mengatur Diri Sendiri


Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan
perilaku diri sendiri. Anda telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya
kapan harus memeriksa kesehatan secara rutin, berapa jam harus tidur,
jam berapa harus berangkat mengajar, kapan harus menyiapkan
perangkat pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap mata pelajaran,
kapan Anda mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas
sebagai guru secara optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya
masih banyak kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin,
maupun skala prioritas. Perilaku-perilaku ini Anda kerjakan selain untuk
melaksanakan kewajiban sebagai guru, juga berdasarkan standard an
motivasi yang telah anda tetapkan sendiri.

6) Kemampuan untuk Berefleksi


Prinsip ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung
melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan tentang
kemampuan pribadi masing-masing. Mereka umumnya mampu
memantau ide-ide, dan kepantasan menilai ide tersebut serta menilai
dirinya dengan memperhatikan konsekuensi dari perilakunya.
Berdasarkan semua penilaian dirinya itu, yang paling penting adalah
penilaian terhadap tingkat kompetensi atau kemampuan mereka dapat
mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri
disebut keyakinan akan kemampuan diri (self efficacy) yang ternyata

128
memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
besarnya usaha yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas
tersebut, besarnya tantangan saat menghadapi kesulitan, dan
kemungkinan muncul rasa khawatir menghadapi suatu tugas, bahkan ada
rasa takut ataupun kurang percaya diri.
e. Rangkuman
1. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi
tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan respon (R).
Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan.

2. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa


behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih
nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar adalah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, danmenggunakan
pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.

3. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa


ilmu pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benaknya
sendiri melalui pengembangan proses mentalnya, dan siswalah yang
membangun dan menciptakan makna pengetahuannya.

4. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu


proses di mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas
dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dikatakan
bahwa siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam
diri pribadinya.

5. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam


menerapkan teori belajar humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2)
kemampuan membuat atau memahami simbol/tanda/lambang, (3)
kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah
mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan
mengatur diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi.

f. Pelatihan
1. Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam
hal
a. Belajar
b. Mengajar
c. Kedudukan peserta didik
d. Pengetahuan
e. Fungsi Mind

129
2. Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik
berdasarkan prespektif sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda
ketahui!
3. Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut
Piaget!
4. Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut
pandangan teori belajar behavioristik dan konstruktivistik secara
aplikatif yang selama ini telah Anda lakukan!
5. Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori
belajar humanistik yang dikemukan oleh Bandura!

B. Model-Model Pembelajaran Paikem


Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia cenderung
berorientasi pada input dan output, kurang memperhatikan aspek proses.
Padahal, proses akan sangat menentukan hasil. Salah satu upaya
meningkatkan kualitas proses belajar itu ialah melalui PAIKEM. Apa yang
dimaksud dengan PAIKEM? Mengapa harus PAIKEM? Apa ciri-ciri
PAIKEM? Apa yang harus dipersiapkan dalam PAIKEM? Model-model
pembelajaran apa saja yang menggunakan pendekatan PAIKEM?
Anda dapat menjawab semua pertanyaan tersebut dengan
memelajari dan menelaah penjelasan yang disajikan berikut.

1. Konsep dan Ciri-ciri PAIKEM


Sebenarnya, guru termasuk orang yang kreatif. Berarti, guru
mempunyai sikap kreatif. Sikap kreatif ditandai dengan (a) keterbukaan
terhadap pengalaman baru, (b) kelenturan dalam berpikir, (c) kebebasan
dalam ungkapan diri, (d) menghargai fantasi, (e) minat terhadap kegiatan
kreatif, (f) kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan (g) kemandirian
dalam memberikan pertimbangan sendiri.

Sebagai modal melaksanakan PAIKEM, tentunya guru mempunyai


ciri-ciri:
a) rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,
b) sering mengajukan pertanyaan yang baik,
c) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,
d) bebas dalam menyatakan pendapat,
e) mempunyai rasa keindahan yang mendalam,
f) menonjol dalam salah satu seni,
g) mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang,
h) mempunyai rasa humor yang luas,
i) mempunyai daya imajinasi, dan
j) orisinal dalam gagasan dan pemecahan masalah.

130
Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap
apatis tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun,
kondisi tempat mengajar yang tidak mendukung, teman-teman lain yang
juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak menuntut apa-apa dari guru.
Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa bersusah payah,
kan sebentar lagi pensiun", jawabnya dengan enteng ketika ditanya
tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar dijalaninya seperti
biasanya. Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi,
gaya mengajar saat ini sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu.
Padahal, rentang tahun yang begitu panjang amat baik jika diisi dengan
perubahan positif gaya mengajar.

Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya


tidak sedikit pun mencerminkan perubahan karena teman guru di
sekolahnya tidak aktif dan tidak berprestasi. "Maunya sih kreatif dan
kepingin berprestasi, tapi teman lain juga biasa-biasa saja. Saya ya ngikut
aja", ujarnya tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut tampaknya juga
dilakukan oleh guru-guru yang lainnya.Budi (lagi-lagi nama samaran)
sangat jengah karena kreativitas yang pernah dimunculkannya suatu
waktu tidak mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya. Sejak
kejadian itu, Budi pasif dan apatis. Tidak ada satu pun pembaharuan
dilakukannya.

Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat


berkomunitas teramat kuat. Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan,
pengaruh diri sendiri tenggelam jauh di lubuk hati. Untuk itu, agar dapat
kreatif, Anda harus berani menutup kran pengaruh dari luar. Guru kreatif
menggunakan kata jangan berikut.
a) Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui
kegagalan sebelum Anda mencoba beberapa kali.
b) Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
c) Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
d) Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu
yang banyak.
e) Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif
dibutuhkan pemikiran yang mendalam.
f) Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang
tertentu.
g) Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
h) Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
i) Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
j) Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan
mudah mengatakan gagal.

131
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends
(dalam Kardi dan Nur, 2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil
memerlukan sifat-sifat sebagai berikut.
a) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang
memungkinkan ia mengembangkan hubungan kemanusiaan yang
tulus dengan siswa, orang tua, dan kolega-koleganya.
b) Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu
pengetahuan. Mereka menguasai dasar-dasar pengetahuan
tentang belajar dan mengajar; menguasai pengetahuan tentang
perkembangan manusia dan cara belajar; dan menguasai
pengajaran dan pengelolaan kelas.
c) Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar
yang telah dikenal di dunia pendidikan untuk mendorong
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar.
d) Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang
mendorong siswa untuk berpikir reflektif dan mampu
memecahkan masalah. Mereka memahami bahwa belajar
pengelolaan pembelajaran yang baik merupakan proses yang
amat panjang sama halnya dengan profesi lain, yang memerlukan
belajar dan interaksi secara berkelanjutan dengan kolega seprofesi.

Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada


guru agar menggunakan enam kiat mengajar dengan efektif apabila
mengharapkan hasil belajar siswa secara maksimal. Keenam kiat mengajar
dengan efektif di kelas sebagai berikut.
a. Ciptakan kondisi yang benar
1) Orkestrakan lingkungan;
2) Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;
3) Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
4) Tentukan hasil dan sasaran; AMBAK—Apa Manfaatnya Bagiku?
5) Visualisasikan tujuan Anda;
6) Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik;
7) Pasanglah poster di sekeliling dinding.

b. Presentasikan dengan benar


1) Dapatkan gambar menyeluruh dahulu, termasuk perjalanan
lapangan;
2) Gunakan semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan;
3) Gambarlah, buatlah pemetaan pikiran, dan visualisasikan;
4) Gunakan konser musik aktif dan pasif.

c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritis—konseptual, analitis, dan reflektif;

132
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan
informasi secara permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.

d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwara—untuk
melayani semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.

e. Praktikkan
1) Gunakan di luar sekolah;
2) Lakukan;
3) Ubahlah murid menjadi guru;
4) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.

f. Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan


1) Sadarilah apa yang Anda ketahui;
2) Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
3) Lakukan evaluasi berkelanjutan.

Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah


pendekatan PAIKEM. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk
menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran ini
dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi
dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana
menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim
disebut pembelajaran CTL.

Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses


pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
peserta didik aktif bertanya, menanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima
kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka.

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas


dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar
dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.
Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat.
Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip: (1)
pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan

133
intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan
monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran
induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar
dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif. Dalam
menangani siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan
karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter menyatakan,
“bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia
mereka”.

Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan


kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan peserta didik, siswa dapat menjadi kreatif dalam proses
pembelajarannya. Artinya, siswa kretaif dalam memahami masalah,
menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang
lebih mudah diterima, dan menemukan kesenjangan yang harus diisi
untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata


pembelajaran yang menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan
sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara
guru dan peserta didik dalam suasana yang sama sekali tidak ada
tekanan, baik fisik maupun psikologis. Jika pembelajaran berada dalam
kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan
kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim
pembelajaran (learning climate) yang kondusif.

Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM?


Dapatkah Anda menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan
pemahaman Anda tentang PAIKEM dengan uraian berikut. PAIKEM
mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara
untuk membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ dan memajang hasil
karya siswa.
4. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan
interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri
dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,

134
dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.

Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan


berbagai kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat
yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu
dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel
beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru yang
berkesesuaian.

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam


Pembelajaran
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan • Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik
mengelola pembelajaran berperan aktif dalam kegiatan yang beragam,
yang mendorong peserta misalnya:
didik untuk berperan aktif • Percobaan
dalam pembelajaran. • Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan • Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
media pembelajaran dan - media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
sumber belajar yang - gambar
beragam. - studi kasus
- nara sumber
- lingkungan
3. Guru memberi Peserta didik:
kesempatan kepada • melakukan percobaan, pengamatan, atau
peserta didik untuk wawancara
mengembangkan • mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
keterampilan. sendiri
• menarik kesimpulan
• memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
• menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
4. Guru memberi Melalui:
kesempatan kepada • diskusi
peserta didik untuk • pertanyaan terbuka
mengungkapkan • hasil karya yang merupakan pemikiran peserta
gagasannya sendiri didik sendiri
secara lisan atau tulisan.
5. Guru menyesuaikan • Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan
bahan dan kegiatan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

135
belajar dengan kemam- • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
puan peserta didik. kelompok tersebut.
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan • Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan
pembelajaran dengan pengalamannya sendiri.
pengalaman peserta didik • Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam
sehari-hari. kegiatan sehari-hari
7. Menilai proses • Guru memantau kerja peserta didik
pembelajaran dan • Guru memberikan umpan balik
kemajuan belajar peserta
didik secara terus
menerus.

Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori, model


pembelajaran PAIKEM , dan CTL dapat digambarkan sebagai berikut.

2. Model-model PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan
bermacam-macam pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
yang diuraikan di dalam modul ini didasarkan pada konsep model
pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh Bruce dan
koleganya (Joyce, Weil, dan Showers, 1992) dan diberi nama model
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut
adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai. Berikut ini disajikan model-model
pembelajaran.

a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey
dan Herbert Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan
cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan
prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara
berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang
mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan
hasil lebih baik. Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran
kooperatif haruslah diciptakan setting kelas dan proses pengajaran yang
mensyaratkan adanya kontak langsung, berperan serta dalam kerja
kelompok dan adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok.

136
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khususnya. Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model
pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap sintaks.

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Fase Perilaku Guru

Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran


Menyampaikan tujuan dan memotivasi yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasi siswa ke dalam cara membentuk kelompok belajar dan
kelompok-kelompok belajar membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok bekerja dan pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
belajar
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe


STAD (Student Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi
kelompok dan pendekatan struktural.

1) Student Teams-Achievement Division (STAD)


Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok
haruslah heterogen, terdiri atas laki dan perempuan, berasal dari berbagai
suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota
kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. Siswa dalam
kelompok kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakuan diskusi. Setiap
periode waktu tertentu, misalnya dua minggu siswa diberi kuis. Kuis
tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.

137
2) Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok
dengan 5 atau 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang
diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah
hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang
populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar
tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari
kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan
berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu,
setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampai-
kan apa yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada teman-
temannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal
(lihat gambar 112)

1 2 1 2 1 2 1 2 Kelompok
asal
3 3 3 3

Kelompok
1 1 2 2 3 3
ahli
1 1 2 2 3 3

Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal

3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Untuk beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
dan diteruskan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

138
Tabel 2.3 Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
kognitif akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi & ketr. sederhana
inkuiri
Tujuan Kerja kelompok Kerja kelompok Kerjasama Keterampilan
sosial dan kerja sama dan kerja sama dalam kelompok kelompok an
kompleks keterampilan
sosial
Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,
tim heterogen belajar belajar dengan berdua, bertiga,
dengan 4-5 heterogen 5-6 anggota kelompok
orang anggota dengan 5-6 heterogen dengan 4-6
orang anggota anngota.
menggunakan
pola kelompok
”asal” dan
kelompok ”ahli”
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
topik
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
Utama menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan materi dalam inkuiri kompleks tugas-tugas
dan saling kelompok” ahli” yang diberikan
membantu untuk kemudian sosial dan
menuntaskan membantu kognitif
materi anggota
belajarnya kelompok asal
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes proyek dan
mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes essay
Pengaku- Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
an pengetahuan pengetahuan
dan publikasi dan publikasi
lain lain

b. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan


Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja
para ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar
melalui penemuan ini antara lain adalah Bruner, yang merupakan pelopor

139
pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu
model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya
siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan
bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan
pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan
suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri.

Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan


langkah-langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam
menemukan sesuatu yang dapat dicermati dalam tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4 Sintaks Model Belajar melalui Penemuan


Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-kejadian atau


Observasi menemukan masalah fenomena yang memungkinkan siswa
menemukan masalah.
Tahap 2 Guru membimbing siswa merumuskan
Merumuskan masalah masalah penelitian berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikannya.
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk mengajukan
Mengajukan hipotesis hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskannya.
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk
Merencanakan pemecahan merencanakan pemecahan masalah,
masalah (melalui eksperimen atau membantu menyiapkan alat dan bahan yang
cara lain) diperlukan dan menyusun prosedur kerja
yang tepat.
Tahap 5 Selama siswa bekerja guru membimbing dan
Melaksanakan eksperimen (atau memfasilitasi.
cara pemecahan masalah yang
lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan
Melakukan pengamatan dan pengamatan tentang hal-hal yang penting
pengumpulan data dan membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data
Analisis data supaya menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil
Penarikan kesimpulan atau kesimpulan berdasarkan data dan
penemuan menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.

140
c. Pembelajaran berdasarkan Masalah
Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks
dibandingkan dua model yang telah diuraikan sebelumnya. Model
pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum, yaitu
menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna
yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus
yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada
keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan
produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya kerja
sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat
memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya
dapat memenuhi permintaan pasar” Apabila pemecahan terhadap
masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara
ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas
cahanyanya berbeda” merupakan masalah akademis yang apabila
ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara
langsung.

Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan


masalah adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas
demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu
pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun
tampilan dala otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati,
Vygotsky yang merupakan tokoh dalam pengembangan konsep
konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model
pengajaran berdasarkan masalah.

Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks


tertentu yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 2.5 berikut ini
adalah sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku
guru pada setiap tahap sintaks.

Tabel 2.5 Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah


Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik


Orientasi siswa kepada yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat
masalah pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya.
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa untuk mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
belajar dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

141
Tahap Tingkah Laku Guru

Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan


individual maupun kelompok eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
menyajikan hasil karya video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
mengevaluasi proses proses-proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah

d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang
juga sering disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends
menyebutnya sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang
menyumbang dasar pengembangan model pengajaran langsung John
Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang mempercayai bahwa
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain.

Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah


bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan
menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal
penting yang harus diingat dalam menerapkan model pengajaran
langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu
kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6
berikut ini akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran
yang dijalankan oleh guru pada tiap-tiap sintaks.

Tabel 2.6 Sintaks Model Pengajaran Langsung


Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi
mempersiapkan siswa. latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
keterampilan (pengetahuan benar, atau menyajikan informasi tahap demi
prosedural) atau tahap.
mempresentasikan
pengetahuan (deklaratif)
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil

142
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik.
5. Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan dan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari.

e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.
Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi
kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan,
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa
bidang studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau
dengan bidang studi lainnya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi


lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara
langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan
membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan,
guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.

Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar


yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar
justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan.
Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus
diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan
konseptual.

Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan


perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan
religiusitas mereka menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema disajikan
secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di
lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara
kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan

143
logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa
berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep.

Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat


menentukan dalam mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia diharapkan sebagai
berikut.
• Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir.
Keterampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan
berpikir siswa.
• Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam
kreativitas berbahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
• Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh
karena itu minat, keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan
perhatian.
• Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan.
Guru tidak perlu monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik
pembelajaran bahasa Indonesia.
• Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa
sebelum memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.

g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching)
dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum
Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan
pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum
diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning
(Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic Programming
(Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective
Instruction (Hunter).

Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar,


fasilitasi, dan konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya
bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha
pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan. QL
menutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang
memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri
atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan
belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.

144
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek
metode kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2)
segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui
setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks
dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum.
Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap
sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang
luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.

Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular


dengan istilah TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan

Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan


belajar. Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan
dengan siswa adalah:
• perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
• ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan
mereka;
• bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan
mengenai diri sendiri;
• ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal
yang benar-benar mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah
ke siswa;
• berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat
mereka mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
• bersenang-senanglah bersama mereka.

h. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan
siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar.
Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif,
siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai
pemandu atau fasilitator.

145
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori
beranggapan bahwa
(1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan
penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus
diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;
(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak
selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus
dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;
(3) dunia anak adalah dunia bermain;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.

Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku


sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga
aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan
dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh
dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks
siswa menjadi tumpuan utama.

Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan


memiliki watak sebagai berikut.
a) Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya
menunjukkan persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
b) Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika
kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa
merugikan partisipan.
c) Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat
membangkitkan partisipan selama proses berlangsung.
d) Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
e) Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha
memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya.
f) Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
g) Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar
partisipan.
h) Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.

Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:


a) belajar dari realitas atau pengalaman,
b) tidak menggurui, dan
c) dialogis.

Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar


dari pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning
cycle). Proses tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi
tuntutan pendidikan partisipatori.

146
Berikut rincian proses tersebut.
a) Rangkai-Ulang
b) Ungkapan
c) Kaji-Urai
d) Kesimpulan
e) Tindakan

Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya


adalah siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola
induktif kemudian tahapannya sebagai berikut.
a) Persepsi
b) Identifikasi diri
c) Aplikasi diri
d) Penguatan diri
e) Pengukuhan diri
f) Refleksi diri

Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan


dicapai, bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang
akan disajikan, media atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran
fasilitator/pemandu.

i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada
di bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan
suasana alam dan masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat
untuk mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual.
Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan
barang baru. John Dewey sudah mengemukakan pembelajaran
kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey &
Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran
bukanlah sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).

Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang


membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran
kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah
mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual
mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak
faset yang berlangsung jauh melampaui drill oriented dan metode Stimulus
and Response. Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual memungkinkan
siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam

147
sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-
masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai


strategi yang dikembangkan oleh berbagai institusi. University of
Washington (2001) mengembangkan metode kontekstual dengan strategi
(1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3)
pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.

Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode


kontekstual dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi
dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri sehingga menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-
beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar
bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.

Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry,


questioning, constructivism, metodeling, learning, community, authentic
assesment, dan reflection. Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan
dalam keseluruhan proses pembelajaran.

1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan
keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi
berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan. Tentunya,
pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat
menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan

2) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang
berawal dari sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar,

148
biasanya muncul pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang
membuka buku, bertanya, dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan
berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa.
Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek
informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan
penemuan yang dilakukannya.

3) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan
begitu, siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan
pemikirannya sendiri. Konstruktivistik merupakan landasan berpikir
(filosofis) metode kontekstual, yaitu bahwa pengetahauan dibangun
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak seketika. Manusia harus mengkonstruksikan
pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman tidak melalui
ingtana dan hafalan saja.

4) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada
siswa agar siswa tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu
seperti suara dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah melakukan
pemodelan. Pemodelan adalah pemberian model agar siswa dapat belajar
dari model tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya tulis, model
paragraf, model kalimat, dan seterusnya. Dari model itu, siswa
mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang ditunjukkan.
Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat
diambil dari mana saja.

5) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman
belajar bagi siswa. Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya
setelah berdiskusi dengan temannya. Masyarakat belajar menyarankan
bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh dari bertukar pendapat dengan temannya,
denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang
kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun. Dalam kelas
yang kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran
dalam kelompok belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-
anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah.
Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap
berada satu kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan
dapat selalu bervariasi dari segi apapun.

149
6) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam
kontekstual, perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui
pengumpulan data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di kelas.
Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga
di saat siswa aktif belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada
komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak banyak omong di
kelas ternyata nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat,
berbicara, dan bercerita mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian
tulis bernilai rendah.

7) Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah
dilakukan, aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja
diterima. Dengan merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari.
Refleksi tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di
akhir bab/tema, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat
berupa pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu,
lagu, puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas,
diskusi, dan yang lain-lainnya.

Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan


pembelajaran menulis. Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di
tembok dengan spidol besar. Tulisan yang muncul adalah aha saya bisa,
gampang, logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa
menulis puisi yang isinya tenatang pembelajaran yang baru saja
dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/ seperti makan pisang/ kita
tidak perlu bimbang/ karena hati senang.

j. Rangkuman
1) PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan
kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana
menyenangkan.
2) Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di
masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan
prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai
fasilitator bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan
objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi
bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi

150
bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa
partisipatif bukan pasif .
3) Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah
(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah
laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
4) Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran
kooperatif, (b) pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran
melalui penemuan, (d) pembelajaran langsung, (e) pembelajaran
komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h) kuantum, (i) partisipatori,
dan (j) kontekstual.
5) Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a)
tipe STAD, (b) tipe Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe
Pendekatan Struktural.
6) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Selain
keterampilan akademik, model pembelajaran kooperatif menekankan
pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya bekerjasama dan
menghargai pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa diberi ruang yang sangat luas untuk berinteraksi dengan siswa
lain, guru, dan sumber belajar. Guru diharapkan selalu memberikan
penghargaan kepada kelompok kooperatif yang paling kinerjanya
bagus.
7) Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada pemecahan
masalah autentik, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan nyata, yang dirasakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
8) Belajar melalui penemuan (inkuiri) memberikan pengalaman kepada
siswa sebagaimana ilmuwan membangun pengetahuan. Secara garis
besar tahapannya meliputi: menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan
eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data hasil
eksperimen, dan menarik kesimpulan.
9) Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu.
10) Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan
keterampilan prosedural terutama yang mengandung resiko
(berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang penalaran tingkat
tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.

151
k. Pelatihan
1) Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM
dan CTL!
2) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan tipe Jigsaw!
3) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dan model pembelajaran melalui penemuan!
4) Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
5) Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda),
kemudian deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model
Jigsaw!
6) Siswa ingin memcahkan masalah “Bagaimanakah hubungan jumlah
baterai terhadap nyala lampu?” Untuk memecahkan masalah tersebut
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau model
pembelajaran problem based instruction yang tepat untuk dipilih,
berikan argumentasi Anda!
7) Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang
boleh menjawab dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head
together, padahal sebelum menjawab semua anggota kelompok telah
berdiskusi dulu!
8) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model
kooperatif tipe think-pair-share!
9) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan
melalui model pembelajaran problem based instruction?
10) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran
langsung.
11) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui
model pembelajaran langsung.
12) Jelaskan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
meningkatkan proses pembelajaran!
13) Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terkait dengan persiapan proses pembelajaran?
14) Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dalam proses pelaksanaan pembelajaran!
15) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dengan pembelajaran CTL!
16) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dengan pembelajaran PAIKEM!

152
C. Media Pembelajaran
1. Pengantar
Modul ini mengkaji tentang pengertian media pembelajaran,
landasan pentingnya penggunan media dalam pembelajaran, fungsi
media pembelajaran, jenis dan klasifkasi media pembelajaran, pemilihan
media pembelajaran, pengembangan dan penggunaan media
pembelajaran.

Isi yang terkandung dalam modul ini merupakan uraian tentang


konsep dan prinsip secara umum tentang media pembelajaran yang dapat
dijadikan referensi bagi guru peserta PLPG dari semua bidang studi.
Untuk mengimplementasikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan penggunaannya dalam kegiatan pembelajaran (real teaching)
para guru perlu membaca media pembelajaran pada modul media
pembelajaran bidang studi. Modul media pembelajaran bidang studi
disajikan dalam bentuk suplemen. Misalnya suplemen modul media
pembelajaran mata bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial, suplemen
modul media pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam, dan
sebagainya. Kedua modul media pembelajaran ini penting, mengingat
setiap bidang studi memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan
bidang studi lainnya. Implikasinya setiap kompetensi yang ada pada
setiap bidang studi itu menuntut digunakannya media tertentu yang
relevan untuk mencapai kompetensi tersebut.

Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan optimal,


disarankan Anda sudah menguasai sejumlah pengetahuan antara lain, (1)
teori belajar dan pembelajaran, (2) model-model pembelajaran inovatif, (3)
berbagai metode pembelajaran, (4) karakteristik peserta didik, dan (5)
analisis materi pembelajaran.

Untuk mempelajari modul ini ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu
kegiatan belajar tatap muka dengan instruktur pelatihan melalui tatap
muka dan kegiatan belajar dilakukan tanpa kehadiran instruktur
(kegiatan terstruktur dan belajar mandiri). Anda dapat melakukan
kegiatan terstruktur tersebut secara mandiri (sendiri atau dalam
kelompok). Walaupun instruktur tidak hadir secara fisik bersama-sama
peserta pelatihan untuk melakukan kegiatan pelatihan.

Agar hasil belajar yang Anda peroleh dengan media modul ini
optimal, Anda disarankan membaca referensi lain yang relevan, membaca
berbagai artikel baik dari jurnal cetak maupun dari internet, melakukan
diskusi dengan teman sejawat atau instruktur, dan mengerjakan tugas-
tugas atau latihan-latihan yang disediakan dalam naskah modul ini.
Jangan segan-segan bertanya kepada teman atau kolega Anda yang telah
berpengalaman dalam merancang, mengembangkan, dan mengim-

153
plementasikan media pembelajaran. Biasanya belajar dari pengalaman
orang lain akan jauh lebih bermakna.
Modul ini menghendaki Anda untuk memraktekkan pengetahuan
yang telah Anda pelajari melalui workshop pengembangan perangkat
pembelajaran ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan Pelaksanaan Pembelajaran (peer teaching).

2. Pengertian, Rasional, dan Fungsi Media Pembelajaran


a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium”
yang berarti “di antara”, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu
yang membawa informasi antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993).
Martin dan Briggs (1986) menyatakan bahwa media pembelajaran
mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi
dengan siswa, dapat berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi,
projektor, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-
perangkat keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin dan
Briggs, guru atau pengajar juga termasuk media pembelajaran (Degeng,
Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa)
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber,
dilihat dari pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam
Dictionary of Education dikemukakan bahwa instructional media is devices
and other materials which present a complete body of information and are largely
self-supporting rather than supplementary in the teaching-learning process.
Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk
informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar.
Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi
sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk.
(1977) membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang
mencakup sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk
belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for
learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player,
televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana
pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang,
ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio,
gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel,
papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang
diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-
lain.

154
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa
pengertian materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi
rambu-rambu pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan untuk
memperjelas perbedaan konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda
ajarkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam
kategori materi pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran itu
Anda dapatkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan
dalam kategori sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat
bantu apa Anda mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan
ini dapat Anda masukkan dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti
contoh uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi
dasar membaca cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan
tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan.
Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda ini adalah materi
pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari
buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat
kabar Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan
sumber bahan atau sumber materi. Dengan alat apa Anda mengajarkan
materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin
jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang
berisi nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini,
arloji, stopwatch, handphone, dan tabel isian tersebut dapat Anda
kategorikan sebagai media pembelajaran.

b. Rasional Penggunaan Media


1) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses
pembelajaran pada dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu
proses beralihnya pesan dari suatu sumber, menggunakan saluran,
kepada penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan akibat atau hasil
(Gafur, 1986, p.16). Model komunikasi terebut dikenal dengan nama
model: Source – Message – Channel – Reciever – Effect. Dalam proses
pembelajaran, pesan itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh
pendidik, saluran berupa media, penerima adalah siswa, sedangkan hasil
berupa bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi


Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap
kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima
informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan
informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan
mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi
terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus

155
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam
kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran,
penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke
kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut , maka media yang banyak
digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual
(gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media
dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep
multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari
pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses
komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah
dalam proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa:
Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan,
gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima
pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dan sebagainya;
b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan
menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan
sebagainya; dan c) Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaikan,
misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil,
abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.

3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman


(Cone of Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan
secara langsung, maka diperlukan media. Dengan menggunakan media,
diharapkan masalah-masalah komunikasi dan masalah pembelajaran
dapat diatasi. Kerucut Pengalaman Edgar Dale sebagaimana pada
Gambar 1 menggambarkan semakin ke atas semakin abstrak, semakin ke
bawah semakin konkret. Dalam proses pembelajaran, manakala pendidik
dapat memberikan pengalaman langsung, nyata, dan konkret kepada
peserta didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan berturut-
turut pengalaman tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman
lapangan, pameran, gambar bergerak, gambar mati, rekaman
radio/audio, lambang visual, dan lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale.
Berdasar kerucut pengalaman tersebut, dalam pembelajaran mula
pertama kita mengajak siswa terlibat dalam pengalaman nyata atau
pengalaman langsung. Jika tidak memungkinkan, kita mengajak siswa
untuk mengamati peristiwa yang dimediakan (peristiwa yang disajikan

156
dengan menggunakan media), dan akhirnya kita mengajak siswa
mengamati lambang atau simbul yang merupakan representasi kejadian.
a. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki
keistimewaan, antara lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki
kemampuan untuk menangkap, menyimpan, kemudian menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu
objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam
kemudian disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan
lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif,
artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan
berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya,
penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah ukurannya,
kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c)
Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau
kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya
dengan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai
fungsi yang jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan
komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis besar, fungsi
media menurut (Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni
(1) menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan
minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa, (4) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

3. Jenis, Klasifikasi, Dan Pemilihan Media Pembelajaran


a. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4
klasifikasi, yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual,
dan (d) multi media.
1). Media visual
Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis,
media cetak, dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga
menarik dan mudah diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian
data berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2)
diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk
memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui
garis-garis simbol, (3) bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan

157
simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau
hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu gambar yang sederhana
atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk
gambar, (5) poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan
menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat, (6)
papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan
gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7)
bulletin board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar
atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan
menggunakan lem atau alat penempel lainnya.

158
Lambang

verbal
Lambang

Visual
Rekaman radio/

audio
Gambar mati

Gambar bergerak

Pameran

Pengalaman lapangan

Demonstrasi

Dramatisasi

Tiruan pengalaman (simulasi)

Pengalaman langsung

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui
proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan
pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih
memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku
tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk
memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan

159
pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan
(sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu; b)
Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.
Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran
kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes,
dan kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket
program pengajaran individual, hampir sama dengan modul.
Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun
dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai
biasanya berisi informasi yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan
balikan/respons dari pertanyaan bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang
diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead
Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran
8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a)
Write on film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat
ditulisi atau digambari secara langsung dengan menggunakan spidol; b)
PPC transparancy film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi
yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin
fotokopi; dan c) Infrared transparancy film, yaitu jenis transparansi yang
dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk
memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar.
Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP
yang dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu
kelas atau ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat
dibandingkan dengan OHP jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP
yang dirancang agar mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya lebih kecil
dan bobot beratnya lebih ringan.
2). Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya
dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa
kata-kata, musik, dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah
media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran
gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan
(penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau
informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan
dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan
penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari

160
pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di
ruang-ruang kelas.

3). Media Audio Visual


Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian
pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera
penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam
atau sedikit memiliki unsur gerak. Salah satu jenis media itu adalah
televisi. Televisi adalah media yang dapat menempilkan pesan secara
audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi di
antaranya: televisi terbuka (open boardcast television), televisi siaran
terbatas/TVST (Cole Circuit Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder
(VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan
kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum,
kelebihan media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media
televisi. Selain itu, media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu
programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah
jangkauannya terbatas.
4). Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau
lebih media yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan
animasi secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia
linier yaitu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol
apapun yang dapat dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan). Contoh multimedia linier: film dan TV;
dan b) Multimedia interaktif yaitu suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasionalkan oleh pengguna
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses
selanjutnya. Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa
tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga
dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya
ada tiga macam interaksi. Interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan
siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa diminta
mengisi blangko pada bahan belajar terprogram. Bentuk interaksi yang
kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin
pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi
di antaranya yang berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah
mengatur interaksi antarsiswa secara teratur tapi tidak terprogram;
sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau
simulasi yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang
mengharuskan mereka untuk membalas serangan lawan atau kerjasama
dengan teman seregu dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa

161
harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul karena tidak
ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang benar. Jadi permainan
pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada masalah memiliki
potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat
dan realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a)
Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya media yang
menggabungkan unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki
kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat
mandiri, member kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa
sehingga pengguna bisa menggunakan media tanpa bimbingan orang
lain.
d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang
dimanfaatkan guru dalam rangka mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan
beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran.

1) Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional


Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan
dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini
dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan
kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip
seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman
konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan
tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda
pertimbangkan dalam memilih dan menentukan penggunaan media
pembelajaran adalah kefungsionalan media tersebut. Media pembelajaran
yang baik adalah media pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam
arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk
menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang
Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses pembelajaran,
tetapi benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan
berlatih.

2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media
pembelajaran adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda
perlukan dalam pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya,
ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi

162
tertentu dan Anda memutuskan untuk menggunakan media
pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape recorder, kaset
rekaman berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya
tidak tersedia, kaset rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda
upayakan sehingga pada saat Anda perlukan media itu tersedia. Ternyata,
di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat
pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian, kaset
rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda
gunakan saat itu.

3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa
tidak harus yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di
lingkungan siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat
Anda gunakan untuk media pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu
Anda membeli surat kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan,
ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat Anda
gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman
atau pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon
besar di sekolah Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media
pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata pelajaran
yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media
pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena membicarakan
tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam proses
komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media
pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat Anda dapatkan di
sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan, slogan di
sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media
pembelajaran.

4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan
dan penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya,
media pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda
adalah media yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk
terlibat dalam proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat
memilih dan menentukan media pembelajaran yang menarik, setidaknya
Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan
kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia
siswa, (3) baru, (4) menantang, dan (5) variatif.

5) Guru Terampil Menggunakannya


Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru
harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di

163
laboratorium, peralatan multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru
belum mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media antara lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang
paling praktis untuk dipilih; c) Ketersediaan perlengkapan yang
diperlukan; dan d) Harus sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik
ditinjau dari budaya, usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat dan
perhatian siswa; e) Seberapa jauh media tersebut mampu membawa
peserta didik mencapai sasaran belajarnya; dan f) Apakah media yang
dipilih guru cukup memadai dengan hasil yang akan dicapai, termasuk
dana yang diperlukan, waktu yang dipergunakan dan kegiatan yang
harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah “sejauh mana
proses encoding dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu
mengefektifkan dan mengefisienkan proses pencapaian tujuan”. Peranan
perangkat akal (brain ware) sangat menentukan dalam menganalisis
hubungan fungsional antara karakteristik materi pelajaran dengan
karakteristik metode transmisi, perangkat media, dan karakteristik
penerima pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi “barier” atau
“noices” yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan
dapat berbentuk hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat,
kepercayaan, intelegensia, pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit,
keterbatasan daya indera), serta hambatan kultural seperti perbedaan
adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan. Juga dapat terjadi hambatan pada
lingkungan. Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu
mengatasi hambatan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran
antara lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan
media dan perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang
mudah out of date akibat kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak
memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan
karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya kemampuan,
pengetahuan, keterampilan dalam memilih, mengembangkan,
mengopersionalkan media dalam pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir
terhadap konsep media pembelajaran yang selalu berorientasi pada media
perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara
lain: a) Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media
pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah
sesuai dengan karakteristik media tertentu khususnya media perangkat
lunak; c) Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan
dilakukan sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana
yang ada; d) Dalam membicarakan media pembelajaran, kita harus

164
mengacu pada konsep pengertian media pada media perangkat keras dan
media perangkat lunak; e) Pengembangan media perangkat lunak akan
memiliki peranan yang lenih fungsional dibandingkan pengembangan
media perangkat keras; dan f) Pengembangan media perangkat keras
harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas,
sarana dan dana yang ada.

4. Pembuatan Media Pembelajaran


a. Pembuatan Media Visual
Media visual yang sering digunakan dalam pembelajaran antara
lain benda aslinya, prototipe alat atau alat peraga, dan grafis. Alat-alat di
laboratorium, benda-benda yang ada di sekitar kita merupakan
merupakan media pembelajaran. Benda-benda tersebut dapat dibawa ke
kelas untuk memperjelas konsep yang diajarkan. Jika media tersebut
tidak memungkinkan di bawa ke kelas, guru dapat mengajak siswa ke
tempat media tersebut berada, misalnya ke kebun, ke pasar.
Ketika benda aslinya sulit diperoleh dengan alasan tertentu
misalnya harga terlalu mahal, ketersediaan terbatas, terlalu rumit, benda
tersebut dapat digantikan dengan prototipe. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam membuat prototipe suatu alat adalah: a) Jika prototipe
dari suatu alat ukur , maka prinsip kerja harus sesuai dengan benda
aslinya; b) Jika prototipe suatu alat untuk menjelaskan komponen-
komponen alat tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus
terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket,
maka perbandingan ukuran benda asli dan prototipe harus mengacu pada
skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi
dengan garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1. Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan
dibatasi pada hal hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan
jelas, tulisan jelas, sederhana dan mudah dibaca.
2. Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada
dalam kesatuan fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini
dapat dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling menunjang.
Kesatuan dapat ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, misalnya
dengan garis, anak panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3. Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal,
yang dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan,
dan diperlukan penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk
memusatkan perhatian. Penekanan dapat ditunjukkan melalui
penggunaan ukuran tertentu, warna tertentu, dan sebagainya.
4. Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal,
ditunjukkan dengan pembagian secara simetris, sedang

165
keseimbangan informal , yang ditunjukkan dengan pembagian yang
asimetris.
Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang
dengan unsur-unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1. Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur
bersama dan akan membimbing pemirsa untuk mempelajari media
tersebut dalam suatu urutan tertentu.
2. Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian
khusus pada suatu yang divisualkan.
3. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan
mencegah rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu
digunakan dengan cermat, maka unsur-unsur yang dirancang menjadi
efektif.
4. Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti
sentuhan rasa tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti
warna, memberikan penekanan, pemisahan atau untuk meningkatkan
kesatuan.
5. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam
media visual, tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk
memperoleh pengaruh terbaik. Digunakan pada unsur-unsur visual
untuk memberikan penekanan, pemisahan atau meningkatkan
kesatuan. Dipilih warna yang merupakan kesatuan harmonis, dan
jangan terlalu banyak macam warna akan mengganggu pandangan
dan dapat menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : warna
(merah, biru, dan lain-lain.), nilai warna (gelap, terang), kekuatan
warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-
out atau susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan
menyusun beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan.
Prinsip umum dan pembuatan lay-out digunakan sebagai pedoman
berbagai media grafis yang tidak diproyeksikan, misalnya: gambar,
ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, transparansi, dan lain-lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis
dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat
digunakan adalah powerpoint, adobe photoshop, frehand, dan lain-lain.
Sumber gambar dapat diperoleh dengan cara scaner gambar, kamera,
download dari internet, dan lain-lain.

b. Pembuatan Media Audio


1) Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah
audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang
akan digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan

166
dengan bisdang studi tertentu, maka harus memperhatikan materi
yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan
program maka dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang
terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan
melakukan penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-
bahan baik yang tertulis dari suatu kepustakaan atau sumber lain,
atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang
diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi
sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program
audio berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan
: tujuan , bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti,
kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam,
setiap jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada
dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan
merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau
suara efek (sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan
oleh penyiar (announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah
ANN yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara
atau program akan disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator,
yang di dalam penulisan naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama
dengan penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki
program. Yang akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan,
tujuan, dan sebagainya. Untuk membedakan pembaca narasi laki-laki atau
perempuan , pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi
untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau
situasi yang dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi
pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain,
sehingga mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan
yang sedang dirangsang.

167
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah
bunyi benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan
sesuatu, yang dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis
efek suara, yaitu: pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua
adalah bunyi barang, gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara
ada yang sudah tersedia dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek
suara yang dibuat di luar studio dan dibuat di dalam studio secara hidup
dengan alat-alat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu,
orang berjalan mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.

3) Format Program Audio


Format program berkaitan dengan bentuk pengajaran yang
pemilihannya berdasarkan pada: tujuan, sasaran, kemampuan menyusun
naskah, dan fasilitas yang tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio,
antara lain:
a) Format Uraian: sering disebut “talk” atau “single voicing”. Program
audio tanpa adanya uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena
uraian di perlukan untuk memberi penjelasan agar masalah mudah
dimengerti. Agar format uraian menghasilkan naskah yang baik, perlu
diperhatikan beberapa penjelasan hal, yaitu: uraian yang bentuknya
sederhana, singkat, bersikap akrab, dan hendaknya menggunakan
narasi yang bervariasi. Sebagai cara untuk mengutarakan informasi
secara langsung, maka uraian tidak memerlukan persiapan yang
terlalu rumit, dan tidak menuntut hiasan musik atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan
dua pihak mengenai satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang
yang berbeda. Jika penyajian program disampaikan dengan naskah
yang lengkap, biasa disebut percakapan, dan apabila disampaikan
dengan naskah yang tidak lengkap atau garis besarnya, biasa disebut
obrolan. Agar dialog menjadi hidup, perlu diperhatikan beberapa hal,
yaitu: harus dibawakan oleh pelaku yang baik, lincah, hidup, sehingga
seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain itu hendaknya
pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda, dan naskah
menunjukkan kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak
yang berbeda kedudukannya. Yang satu berperan sebagai
pewawancara yang bertugas untuk menggali informasi sebanyak-
banyaknya, dan yang satu sebagai yang diwawancarai. Jika
wawancara dlakukan di luar studio, maka diperlukan peralatan untuk
merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana

168
masing-masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang
suatu masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk
tertentu. Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan format
diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio
adalah tape recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak
dilakukan dengan bantuan komputer. Dengan bantuan komputer proses
editing dapat dilakukan lebih mudah.

c. Pembuatan Media Audio-Visual


Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam
perencanaannya, yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan
selama produksi. Misalnya saja untuk pembuatan slide – suara, seperti
pada pembuatan media audio sebelum memproduksi diperlukan
penyusunan naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai
berikut :
1. Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus
diolah sehingga mudah dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat
dengan urutan kronologis, flash back, membandingkan, menguraikan
dari keseluruhan menjadi bagian-bagiannya atau sebaliknya.
2. Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar.
Dalam hal ini dapat disajikan bentuk aslinya (non dramatis), atau
dramatis di mana objek tersebut mampu menyajikan ilusi arti
tersendiri.
3. Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara
berutan mulai dari awal akhir program). Atau babak demi babak
dimana setiap babak (sequence) terdiri dari beberapa adegan (scene),
dan setiap adegan memerlukan satu atau lebih satu pemotretan (shoot).
Dengan demikian dapat diketahui jumlah pemotretan dalam satu
progam.
4. Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat
untuk mendukung penampilan slide. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun narasi adalah: jangan terlalu
panjang/pendek, gunakan kat-kata yang mudah dimengerti, kata-
kata/kalimatnya jangan diulang-ulang, kalimat ditujukan kepada
pendengar. Perlu pula diingat bahwa narasi bukan sekedar kometar
slide, tetapi merupakan penjelasan slide.
5. Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi
pengarahan kepada juru potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6. Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide
suara agak berbeda dengan progam audio. Di sini musik biasanya
dipakai pada awal dan akhir progam, sedang di tengah digunakan
sebagai selingan atau untuk mengiringi gambar/grafis yang disajikan
tanpa narasi. Efek suara (FX) yang digunakan pada progam audio

169
tidak begitu banyak digunakan.
7. Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah
kasar yang telah selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide.
Hasil pemotretan ditandai dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal
dari objek sesungguhnya), caption (berasal dari tulisan yang dibuat
pada kertas karton), grafis (berasal dari gambar yang dibuat dengan
tangan atau komputer).

d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial,
latihan tes, simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan
Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dengan menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket
program tutorial ini mula-mula menyajikan materi pelajaran tertentu,
adakalanya komputer memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab
oleh siswa. Bila siswa menjawab degan benar maka komputer akan
menyajikan materi berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak
menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa
agar mendapat jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui
papan ketik agar dapat memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam
komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah
dipelajari dan merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam
menyelesaikan soal-soal dari yang seerhana sampai kompleks. Setelah
siswa selesai menjawab melalui papan ketik, komputer segera memberi
umpan balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab benar atau
dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing siswa untuk
menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan
informasi yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran,
sehingga dapat segera dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan
atau langsung melanjutkan ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan
latihan adalah pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa,
tidak peduli jawaban siswa benar atau salah, pertanyaan berikutnya
segera muncul setelah pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian
tes yang biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai
saat ini pemeriksaan jawaban soal-soal esai dengan komputer masih
belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses
atau sistem dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan
untuk memperagakan untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan
secara langsung seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan,
mengukur ledakan laut, mengukur tinggi menara atau menentukan
proses suatu tempat pada pola bumi.

170
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa
dapat belajar sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa
sehingga mengandung unsur-unsur tantangan, rasa ingin tahu,
menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket
program ini dapat mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa
dapat belajar berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan
permasalahan secara aktif. Paket program ini bervariasi dari yang
sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung pada rumitnya
permasalahan dan kecanggihan respon komputer terhadap respon siswa.
Misalnya; persoalan pemacahan terhadap pencemaran lingkungan.
Bentuk penyajian materi, digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan
materi pelajaran setahap demi setahap meliputi materi, contoh soal
latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya
menuangkan teks atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu
dilakukan maka akan mengkasilkan “buku elektronik” yang manfaatnya
tidak jauh berbeda dengan membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik
diperlukan kerjasama yang baik antara guru, desainer, analis, image
supplier, programer, dan maintenance, dengan tugas masing-masing: a)
Guru: sebagai orang yang menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b)
Desainer: sebagai penerjemah ide guru ke dalam skenario atau skrip
media; c) Analis: melakukan analisis skenario/skrip media dalam hal:
kelengkapan komponen skenario, struktur skenario, dan dapat tidaknya
skenario dipahami oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok
gambar ( foto, ilustrasi, grafik) dan audio; e) Programer: merupakan
pekerjaan inti dalam membuat media berbasis komputer, yang bertugas
menuangkan skenario/skrip media ke dalam komputer dengan bahasa
pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga
keberlangsungan program yang dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk
menghasilkan media yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh
karena itu perlu diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi agar
pemrograman dapat dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali
orang yang mempunyai salah satu keahlian dengan keahlian yang lain.
Membekali seorang programer dengan materi-materi bidang studi dan
teori belajar tentu sangat tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin
adalah membekali seorang guru bidang studi tertentu dengan
pengetahuan pembuatan skrip media dan bahasa pemrograman
sederhana atau guru didampingi seorang programer yang sekaligus
dapat memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih
sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru
(khususnya untuk pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran

171
berbasis komputer adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk
menghasilkan media yang lebih baik, diperlukan software lain sesuai
keperluan, antara lain yakni (1) Macromedia Flash, Gif Animator untuk
membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand, Photoshop,
UnleadPhotoImpac, untuk mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk
mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe premier, VCD Cutter, sebagai
program mengolah movie, dan (5) Program Sound Forge, untuk mengolah
suara. Untuk keperluan praktis, gambar, animasi, efek suara dapat
diperoleh di toko-toko penjual software komputer.

5. Penggunaan Media Pembelajaran


Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2)
belajar secara klasikal, dan (3) belajar secara kelompok. Ketiga format
pembelajaran itu berpenggaruh terhadap penggunaan media
pembelajaran. Berikut diuraikan penggunaan media berdasarkan format
pembelajarannya.

a. Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.


Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh
peranan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan
proses pembelajaran adalah pada siswa, sedang guru berperan sebagai
fasilitator. Dengan demikian maka peranan media sangat penting karena
dapat membantu menentukan keberhasilan belajar siswa. Penggunaan
media dalam belajar secara individual disajikan pada Gambar 1 sebagai
berikut :

Media Siswa

Keterangan :
Guru
: komunikasi utam
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual

Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa,


sehingga dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar
prestasi belajarnya tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan

172
atau cra belajar individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain
adalah belajar jarak jauh.

b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal


Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung
antara guru dan siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas
guru, karena guru merupakan media utama. Media lain seolah-olah tidak
ada perannya karena frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari
waktu yang tersedia. Bentuk komunikasinya dapat disajikan pada
Gambar 2 sebagai berikut:

Guru Siswa

Keterangan : Media Lain


: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu
saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal

c. Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok


Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar
kelompok dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap
anggota kelompok. Untuk menjamin mutu dalam belajar kelompok maka
perlu ditentukan besar kecilnya kelompok sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok
seperti pada Gambar 3 sebagai berikut.
G • Pada pola a) guru mengontrol
kegiatan diskusi siswa. Pola
dasarnya adalah serangkaian
dialog antara guru dan setiap
individu, dengan cara seperti
S S ini maka interaksi antara siswa
S S
S yang satu dan siswa yang lain
relatif lebih kecil dibandingkan
dengan pola b).
• Pada pola b) dapat disebut
G sebagai pola multi komunikasi,
S S karena komunikasi dapat
dilakukan dari dan ke berbagai
arah.

173
S S
S
• Pengendalian diri dan kontrol
dilakukan oleh anggota
masing-masing dengan cara
menahan diri dan memberi
kesempatan kepada anggota
lain.

Keterangan: Gambar 3:
G : Guru Penggunaan
S : Siswa Media dalam Belajar
: Kelompok
Arus interaksi

d. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran


Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi
pembelajaran, masing-masing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran tertentu pada pembelajaran dengan karakteristik tertentu.

1) Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media


dipergunakan oleh guru untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang
digunakan (kebanyakan bersifat by design) terutama untuk membantu
guru dalam proses mengajarnya, strategi yang dikembangkan oleh Ivor K.
Davies ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:

a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1)
pembukaan pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3)
menarik perhatian siswa ke arah materi baru yang akan disajikan dengan
cara memberikan bahan pengait. Media yang dapat digunakan pada
tahapan ini, misalnya media cetak, medis grafis, media audio, media
audio-visual, atau pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga
dimensi.

b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru
tersebut dibagi dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian
materi, diadakan tanya jawab (review) untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa atas materi yang baru disajikan. Dengan demikian
kesalahpahaman atau kekurangjelasan materi dapat segera diatasi. Pada
tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan berbagai media seperti
halnya pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik
tujuan pembelajaran, materi dan siswa.

c) Tahap konsolidasi

174
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran
yang hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan
seluruh materi yang telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3)
pemberian umpan balik atas tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa,
dan (4) pemberian pekerjaan rumah jika diperlukan. Pada tahap ini dapat
digunakan media, media cetak (bagan), OHP atau papan tulis dan
beberapa media yang lain.

2) Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau yang


memerlukan banyak berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi
kepada kegiatan belajar mandiri oleh siswa, strategi yang disarankan ialah
strategi yang dikembangkan berdasarkan teori Galperin yaitu Pendekatan
Terapan, meliputi:

a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan
beberapa peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian
disusul dengan penyajian materi baru terutama ditinjau dari aspek
teoretiknya. Atau dengan kata lain, landasan teoretik yang merupakan
rasional serta akan menjadi acuan dalam pengerjaan tugas/latihan,
disajikan pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga prosedur kerja
serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan
tugas/pelatihan.

b) Tahap berlatih/pengerjaan tugas


Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas/pelatihan yang diberikan
guru. Pengerjaan bisa di laboratorium, bengkel, lingkungan sekolah. Di
dalam kelas, perpustakaan, ruang audio visual atau di mana saja. Semua
media dan peralatan yang diperlukan oleh siswa untuk memfasilitasi
belajar mereka hendaknya sudah disiapkan sebelumnya. Selama siswa
mengerjakan tugas/pelatihan, guru hendaknya berkeliling melihat
apakah siswa telah melakukan prosedur kerja yang benar.

c) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa


Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu
mendapat informasi tentang hasil belajarnya atau sekurang-kurangnya,
kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan. Dengan demikian siswa
mendapat umpan balik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
hasil belajar mereka.

d) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan
siswa atas materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah

175
memilih keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan
dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.

3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada media tertentu


Jika penyaji materi dalam suatu pembelajaran bukan guru tetapi
media tertentu seperti TV, Film atau Slide, maka strategi yang disarankan
untuk digunakan adalah strategi pembelajaran bermedia, yang meliputi
empat tahap, yaitu:
a) Tahap persiapan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah:
Media yang akan digunakan yang meliputi baik bahan (software) dan
peralatan (hardware) yang akan digunakan. Perlu diteliti apakah media
dalam kondisi baik dan siap untuk dioperasikan.
1). Kelas, apakah memenuhi syarat untuk pembelajaran bermedia.
Misalnya, sarana dan prasarananya memungkinkan. Juga perlu
sebelumnya dipikirkan, di mana tempat duduk siswa akan diatur
sehingga siswa akan dapat melihat tayangan media dengan jelas.
2). Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman
belajar dengan media. Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu
sekitar beberapa menit untuk memperkenalkan siswa dengan media
yang akan digunakan. Dengan demikian kemungkinan bahwa siswa
akan lebih tertarik pada medianya daripada materinya dapat
dihindarkan.
3). Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran
bermedia. Persiapan meliputi, misalnya, belajar mengoperasikan
media yang akan digunakan, mempelajari bahan (materi) yang akan
ditayangkan, mengantisipasi kegiatan yang akan dilakukan siswa
setelah penayangan, dan lain-lain yang terkait.

b) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan
pelaksanaan pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian
isi/pengembangan, umpan balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan
pada pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak memberitahukan garis
besar isi tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang
perlu diberitahukan kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang
benar, kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah menonton, dan apa
yang perlu disiapkan siswa untuk menonton.

1). Tahap tindak lanjut


Pembelajaran bermedia akan lebih bermakna jika setelah menonton, siswa
melakukan kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan materi
tontonan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, berupa membuat
laporan, melakukan pengamatan di lapangan, dan sebagainya.

176
2). Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa
yang berpusat pada pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan,
dievaluasi. Jadi tidak hanya meliputi penguasaan siswa akan materi
tontonan saja, tetapi juga hasil kegiatan tindak lanjut. Dengan demikian
apa yang diperoleh siswa akan benar-benar bermakna.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio
visual, maupun media grafis) secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni
(1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) tindak lanjut. Keempat
kegiatan itu disajikan dalam Gambar 4 sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan

1. Guru mempersiapakan diri dalam penguasaan materi


pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran

Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media

Kegiatan Evaluasi

1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan


siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan
media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas

Kegiatan Tindak Lanjut

Guru mengadakan evaluasi kegiatan yang mengarahkan kepada


pemhaman lebih luas dan mendalam terhadap materi pembelajaran

Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran

177
B. LEMBAR LATIHAN
1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini,
selanjutnya, jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda
secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media
ini. Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media
pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara
media audio untuk pembelajaran.

D. LEMBAR KUNCI JAWABAN


a. Lembar Kunci Jawaban Latihan
1. Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang
berarti “di antara”, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang
membawa informasi antara sumber dan penerima.
2. Untuk membuat klasifikasi media pembelajaran yang lengkap perlu
diperhatikan sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan
untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities
for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video
player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain.
Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang,
ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio,
gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel,
papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang
diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-
lain.
3. Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran yaitu: sesuai tujuan dan fungsi, tersedia,
murah, menarik, dan guru terampil menggunakannya.
4. Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah media
audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang
akan digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan
dengan bisdang studi tertentu, maka harus memperhatikan materi yang
telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan
program maka dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang
terdapat dalam kurikulum .

178
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan
melakukan penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-
bahan baik yang tertulis dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau
saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang
diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi
sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program
audio berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan :
tujuan , bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan
peyusun program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam,
setiap jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada
dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan
merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

4. Asesmen
a. Hakikat dan Metode Asesmen
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu
dengan dua istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi
(evaluation). Padahal ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda,
walaupun memang saling berkaitan.

Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki


makna yang hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix
(1991) memberikan gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara
pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga
kegiatan tersebut merupakan suatu hierarki. Pengukuran adalah kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran;
asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-
bukti hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil
keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson
(2002) menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi tanpa
melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dulu.

Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,


pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -
baik formal maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk
mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut

179
semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif
(Johnson & Johnson, 2002; Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003). Asesmen
yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai asesmen
proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses
dibedakan menjadi asesmen proses informal dan asesmen proses formal.

Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang


diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta
didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau
beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau
temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan komentar
terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan
asesmen informal terhadap performansi peserta didik-peserta didik
tersebut.

Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik


pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan
merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan
asesmen proses informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan
yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk
membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.

Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes.


Metode tes dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan
benar atau salah (Djemari, 2008). Bila respons yang dikumpulkan tidak
dapat dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes.

Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper
and pencil) atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan
dengan cara memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya
soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang
meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response),
misalnya soal berbentuk esai, baik esai isian singkat maupun esai bebas.

Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance,


yang meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas
tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis
paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan
suatu alat tertentu; dan extended performance, yang menghendaki peserta
untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi,
misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta
membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji
hipotesis tersebut.

180
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response
memiliki cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply
response dan performance assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada
selected response: (a) alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada
umumnya hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan
dengan bekal pengetahuan dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas
direspons secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada
penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan penilaian kinerja
menuntut respons yang murni dan aktual dari peserta, juga
membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara
mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu,
penilaian kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected response baik
dari segi cakupan tugasnya maupun cara atau struktur mengasesnya.

Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi


memiliki keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-
response, apalagi jika dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena
respons peserta pada selected response hanyalah berdasar pilihan-pilihan
yang telah disediakan, maka skor yang diberikan menjadi lebih pasti,
lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif bebas dari bias atau
subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian
kinerja meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat
melakukan penskoran, tetapi masalah krusial yang selalu muncul adalah
rendahnya kekonsistenan antar penilai (interater reliability) ketika
kemampuan yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai. Metode selected
response juga memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang
dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya
relatif mudah dilakukan, maka waktu penskoran dan pengolahannya juga
menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam hal penskoran dan waktu
itulah yang menyebabkan metode selected response utamanya bentuk
pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-penilaian dalam
skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian sekolah,
seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional (Dittendik, 2003;
Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).

Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat,


atau motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur
ranah afektif dan lazimnya menggunakan instrumen angket atau
kuisioner. Respons yang dikumpulkan melalui angket atau kuisioner
tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori benar atau salah.

Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki


keunggulan dan keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang

181
selalu cocok untuk semua keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan
karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk
melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat sebaiknya
dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan
tujuannya.

Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang
menunjukkan kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai
metode?

b. Karakteristik dan Teknik Asesmen


1. Karakeristik Asesmen dalam KBK/KTSP
a) Belajar Tuntas (mastery learning)
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan
dalam mastery learning adalah peserta didik dapat belajar apapun,
hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang
belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama,
dibandingkan peserta didik pada umumnya.
b) Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen
otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia
sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik
(kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap). Asesmen otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui
oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang
dapat dilakukan oleh peserta didik.
c) Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk
Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir
Semester, atau Ulangan Kenaikan Kelas.
d) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap
kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang
ditetapkan, misalnya KKM (kriteria ketuntasan minimal)
e) Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi

182
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

2. Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik
dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses
maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada
prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap
pencapaian kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-
indikator pencapaian hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :

a. Penilaian Unjuk Kerja


1) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti:
praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain
peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi
dll. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak,
sehingga semua dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.

2) Teknik Penilaian Unjuk Kerja


Untuk menilai unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan
daftar cek (check-list) dan skala penilaian (rating scale).
a) Daftar Cek (Check-list)
Dafatar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana,
sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan
menjadi dua kategorikan saja, ya atau tidak. Berikut contoh
penilaian unjuk kerja dengan check-list.
Penilaian Kedisiplinan

Nama peserta didik: ________ Kelas: _____


No. Aspek yang dinilai Ya Tidak

183
1. Datang tepat waktu
2. Pakaian sesuai aturan
3. Bertanggungjawab pada
tugas
4. Pulang tepat waktu
Nilai
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit
atau merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua
kategori, ya atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Karena
itu dapat dipilih skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1,
2, dan 3. Tetapi setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya
sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan
mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor
kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan
rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik.
Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi
seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu
deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh
penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.

Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum

Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan

Rubriknya
Penilaian
Aspek yang dinilai
1 2 3
Rangkaian alat
Rangkaian alat
benar, tetapi tidak
Rangkaian alat benar, rapi, dan
Merangkai alat rapi atau tidak
tidak benar memperhatikan
memperhatikan
keselamatan kerja
keselamatan kerja
Pengamatan cermat, Pengamatan
Pengamatan
Pengamatan tetapi mengandung cermat dan bebas
tidak cermat
interpretasi interpretasi
Data lengkap, tetapi Data lengkap,
Data tidak tidak terorganisir, terorganisir, dan
Data yang diperoleh
lengkap atau ada yang salah ditulis dengan
tulis benar

184
Tidak benar Sebagian kesimpulan
Semua benar atau
Kesimpulan atau tidak ada yang salah atau
sesuai tujuan
sesuai tujuan tidak sesuai tujuan

2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek.
Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup
yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni:
afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah
perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri
peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan
lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap
materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap
positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang
diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap
negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu
memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan
dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan
hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki
sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap
kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan
lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif
terhadap program perlindungan satwa liar.

185
b. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku,
pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut
secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum
kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang
kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi
terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian
berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
2) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan
di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek
sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga
dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina
peserta didik.
3) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi
pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta
menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang
terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta
didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik


Hormat pada orang
Ketekunan belajar

Tanggung jawab
Ramah dengan
Tenggang rasa

Menepati janji
Keterbukaan

Kedisiplinan

SIKAP
Kepedulian
Kerjasama

Kejujuran
Kerajinan

teman

N
tua

NAMA

186
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.

3. Tes Tertulis
a. Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.

b. Teknik Tes Tertulis


Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup:
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup:
isian atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas
dan tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan
soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas

187
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi
dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian
juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek

Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :

Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul

188
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses


pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu
memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan
cheklist

5. Penilaian Produk
a. Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan
logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian
kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk
yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua
tahap proses pengembangan.

189
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :

No. Tahapan Skor ( 1 – 5 )*


1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR

Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan
ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta
didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh
guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi,
surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu
sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang
dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut
merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.

190
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa
saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga
terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta
didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada
pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak
negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas
portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang
dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan
kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti
yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih
meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai
dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses
belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik.
8) Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan
dan kekurangan peserta didik.

b. Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak
hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang
digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh
peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik
dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja
yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan
yang lain bisa sama bisa berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu
map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di
sekolah.

191
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya
dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas
karya para peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai
dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan
karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun,
antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau
perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu
karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika
perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan
tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat
membantu dan memotivasi anaknya.

Berikut Ini Contoh Penilaian Portofolio

Sekolah :
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
KRITERIA
No. SK / KD / PI Waktu Speaking Grammar Vocab Pronoun- Ket
ciation
16/07/07
24/07/07
1 Introduction
17/08/07
Dst....
12/09/07
2 Writing 22/09/07
15/10/07
Memorize 15/11/07
3
Vocab 12/12/07

Catatan : PI = Pencapaian Indikator

Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file


sebagai bukti pekerjaan sesuai dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam

192
portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio
menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi
oleh guru untuk menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil
kerja tersebut.

7. Penilaian Diri (self assessment)


a. Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik
penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas,
misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari
suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif,
misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang
memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan
dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah
dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan
penilaian diri di kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena
mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya,
karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan
introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan
objektif dalam melakukan penilaian.

b. Teknik Penilaian Diri


Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan
objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas
perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

193
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk
mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian
diri secara cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan
hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara
acak.

Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik


Nama sekolah :
Mata Ajar :
Nama :
Kelas :
Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat
2 ridho-Nya dalam belajar
3 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
4 Saya optimis bisa meraih prestasi
5 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di
6 sekolah dan masyarakat
Saya suka membahas masalah politik, hukum
7 dan pemerintahan
8 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang
9 berlaku
Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
10 Saya rela berkorban demi kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara
Saya berusaha menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab
JUMLAH SKOR

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik


dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta
didik. Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA
maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria
penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0 – 5 dikategorikan tidak
positif; 6 – 10 kurang positif; 11 – 15 positif dan 16 – 20 sangat positif.

194
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!

Pemanfaatan Dan Pelaporan Hasil Asesmen


Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi
peserta didik yang dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial)
bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan, (2)
pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih
cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses
pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas.
A. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau
oleh guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan
dan mengetahui kekurangan peserta didik. Remedial diberikan
kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan
belajar. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi
kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian
dengan cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman
pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data. Waktu
remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara peserta didik
dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam efektif.
Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki
penguasaan lebih cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau
peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian
besar peserta didik yang lain belum. Peserta didik yang berprestasi
baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan
potensi secara optimal.
3. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat
mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan
bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang
telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang
pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan
memperbaiki program pembelajarannya.

4. Bagi Kepala Sekolah


Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai
kinerja guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.

B. Pelaporan Hasil Penilain Kelas

195
1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali
peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait
lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja
sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat
baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan
sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
a. Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang
bermanfaat bagi pengembangan peserta didik
b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
c. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya
bilamana anaknya bermasalah dalam belajar

2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam
data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam
angka (skor), misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada
mata pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu
kurang dipahami peserta didik maupun orangtua karena terlalu
umum. Hal ini membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah
anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri,
statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif
dan komprehensif agar “profil” atau tingkat kemajuan belajar
peserta didik mudah terbaca dan dipahami). Dengan demikian
orangtua/wali lebih mudah mengidentifikasi kompetensi yang
belum dimiliki peserta didik, sehingga dapat menentukan jenis
bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak anak, ia dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana
yang perlu ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari
pertanyaan sebagai berikut;
• Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara
akademik, fisik, sosial dan emosional?
• Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
• Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai
dengan baik?
• Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?

196
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan
kepada orang tua hendaknya;
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
• Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran
anak.
• Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam
kurikulum.
• Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.

3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik,
yang berisi informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik
untuk setiap KD, dalam kurun waktu 1 semester. Rekap nilai
diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan
hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik
memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap
aspek penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif,
tes sumatif, hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung, nilai tugas perseorangan maupun kelompok. Rata-
rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian
kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.
4. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam
kurun waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi
informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Untuk model rapor,
masing-masing sekolah boleh menetapkan sendiri model rapor
yang dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian
kompetensi peserta didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh
dari ketuntasan kompetensi dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta
didik, karena itu kedudukan atau bobot nilai harian tidak lebih
kecil dari bobot nilai sumatif. Kompetensi yang diuji pada
penilaian sumatif berasal dari SK, KD dan indikator semester
bersangkutan. Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, hasil
penilaian oleh pendidik dan satuan pendidika disampaikan dalam
bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai
dengan deskripsi kemajuan belajar.

f. Penentuan Kenaikan Kelas


Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh
nilai kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama

197
dan akhlak mulia 2) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau
lebih KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok
mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun ajaran, dan 3) Jika
karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi
atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik
kelas diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD,
dan indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK,
KD, dan indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan
keperluannya mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada
anak yang tidak naik kelas (automatic promotion). Automatic promotion
apabila semua indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar
kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya,
maka peserta didik dianggap layak naik ke kelas berikutnya.

Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan
Permendiknas No 20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?

E. Pengembangan Silabus dan RPP


1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan
dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di
daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut
menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem
yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

198
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis
guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika,
bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang
tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa
mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu
didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian,
sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian
besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional
Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus
menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP,
kalender pendidikan, dan silabus dengan cara melakukan penjabaran dan
penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 22
Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:
1. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan
untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs,
MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
2. Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki
ruang gerak yang luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan

199
variasi-variasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan,
potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di
atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata
pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan.

2. Pengertian, Prinsip, Pengembang, Komponen, dan Langkah-langkah


Silabus
a. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya
berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.
Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-
permasalahan sebagai berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan
dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh
guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-
sumber belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KD dan SK.
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi
berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan
aspek yang akan dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
g. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai
Standar Isi tertentu.

b. Prinsip Pengembangan Silabus


1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara
keilmuan.
2) Relevan

200
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapain kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi
peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi
di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar
ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah
masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta
didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).

c. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata
pelajaran secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah
(MGMPS) atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Propinsi.

1) Sekolah dan Komite Sekolah


Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah.
Untuk menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama
komite sekolah dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan
tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.
2) Kelompok Sekolah

201
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal
belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara
mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk
membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk
mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah
tersebut
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan
dapat bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini
dimungkinkankarena sekolah dan komite sekolah karena sesuatu
hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok
sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan
tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas
dalam menyusun silabus.
4) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan
silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para
guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam
pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau
dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari
perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di
Departemen Pendidikan Nasional.

d. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen
berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya
dapat disajikan dalam contoh format silabus secara horisontal
atau vertikal sebagai berikut.

e. Langkah-langkah Pengembangan Silabus


1. Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan
semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.

2. Menuliskan Standar Kompetensi

202
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar
Kompetensi diambil dari Standar Isi Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan
Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan
KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.

3. Menuliskan Kompetensi Dasar


Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang
harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran
tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih
dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
dalam mata pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata
pelajaran.

4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran


Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus
dipertimbangkan:
a. potensi peserta didik
b. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual
d. peserta didik;
e. kebermanfaatan bagi peserta didik;
f. struktur keilmuan;
g. kedalaman dan keluasan materi;
h. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
i. alokasi waktu.

Selain itu harus diperhatikan:


a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran
dan
b. kesahihannya;

203
c. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
e. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari
aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar
dan kondisi setempat;
f. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.

5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu
dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai
berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan
bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat
bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan
kompetensi dasar secara utuh.
c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru
harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa
memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap
(termasuk karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai
dengan KD.
f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang
harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan
hierarki konsep mata pelajaran.
h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembeljaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.

204
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
b. mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata
pelajaran;
c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana
yang tersedia;
d. bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-
ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa
yang bersangkutan.

6. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).
Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan
intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi,
analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah menjadi
indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa
keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot.
Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal
emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan
sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena,
tanggapan terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan internalisasi
atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter merupakan
bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih
dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan
indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari
dua)
b. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
dan/atau diobservasi
c. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan
kata kerja dalam KD maupun SK

205
d. Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan
(Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan
Kontekstual
e. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda,
perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang
merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsisten.
f. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life
skills).
i. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara
utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
j. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l. Menggunakan kata kerja operasional.

7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga
ranah (kognitif, psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta
didik dapat dilihat pada saat melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam
kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a)
teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.

a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar
dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang
akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.

206
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa
yang bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi
dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan siswa.
5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada
bagian indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan
remidi.
6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek
pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotor dengan
menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun
nonformal secara berkesinambungan.
7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat,
dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi
dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta
kemajuan hasil belajar siswa.
9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan
memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian
kompetensi.
10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan
dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang
utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa,
baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring
(nurturant effect) dari proses pembelajaran.
11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses
(keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.

b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik
penilaiannya. Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk
instrumen yang dapat digunakan.

207
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya

Teknik Bentuk Instrumen


• Tes tulis • Tes isian
• Tes uraian
• Tes pilihan ganda
• Tes menjodohkan
• Dll.
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes unjuk kerja • Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Uji petik kerja produk
• Uji petik kerja prosedur
• Uji petik kerja prosedur dan produ
• Penugasan • Tugas proyek
• Tugas rumah
• Observasi • Lembar observasi
• Wawancara • Pedoman wawancara
• Portofolio • Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
siswa
• Penilaian diri • Lembar penilaian diri

c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat
contohnya. Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks
silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan
karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh
instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran.

8. Menentukan Alokasi Waktu


Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

9. Menentukan Sumber Belajar

208
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media
elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

g. Contoh Format Silabus.


Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus
dan komponen-komponen yang terdapat dalam silabus, berikut ini
diberikan beberapa contoh format silabus.

Format 1: Horizontal

SILABUS
Nama Sekolah : ........
Mata Pelajaran : .........
Kelas / Semester : .........
Standar Kompetensi : 1. ........

Kompe- Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber


tensi pokok/ Pembela- Teknik Bentuk Contoh Waktu Belajar
Dasar Pembela- Jaran Instrumen Instrumen
jaran

Format 2: Vertikal
SILABUS
Nama Sekolah : ...............
Mata Pelajaran : ...............
Kelas / semester : ...............
1. Standar Kompetensi : ..............
2. Kompetensi Dasar : ..............
3. Materi Pokok/Pembelajaran : ..............
4. Kegiatan Pembelajaran : ..............
5. Indikator : ..............
6. Penilaian : ..............
7. Alokasi Waktu : ..............
8. Sumber Belajar : ..............

Catatan:

209
• Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang
dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD
• Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi
dengan pembelajaran
• Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber,
atau lainnya.

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


a. Latar Belakang
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang
sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun sebuah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan pegangan
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, di
laboratorium, dan/atau di lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Oleh
karena itu, RPP harus memuat hal-hal yang langsung berkait erat dengan
aktivitas pembelajaran dalam upaya penguasaan satu Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 Pasal 20, yang berbunyi:
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar,
dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian, dalam menyusun RPP guru
harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi
Dasar dan indikator ketercapaian KD. Secara terinci RPP minimal harus
memuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.

b. Pengertian dan Prinsip Pengembangan RPP


1. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling
luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau
beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD
untuk setiap mata pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik,
guru harus mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat
dalam setiap mata pelajaran yang dianggap relevan.

2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP


Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

210
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar,
bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik


Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
e. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan
antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.

c. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya
adalah sejumlah guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah.
Jadi, jika terdapat empat guru matematika dalam satu sekolah maka yang
bertanggung jawab menyusun silabus adalah keempat guru tersebut.
Selanjutnya, yang bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru
mata pelajaran tertentu secara individu, di bawah koordinasi Kepala
Sekolah atau MGMP. Oleh karena itu, setiap guru secara individu dituntut
untuk memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menyusun atau
mengembangkan RPP.

d. Komponen/Sistematika dan Langkah-langkah Pengembangan RPP


1. Komponen/Sistematika RPP
RPP memuat komponen yang terdiri atas:
Identitas, terdiri atas:
Sekolah :

211
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan /
mengeksplisitkan bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam
setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau
rambu-rambu jawaban
3. Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif
digunakan lembar observasi/lembar pengamatan)
2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator, Alokasi Waktu.

b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran


Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang
bersifat operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan

212
pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang
terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang
operasional. Dengan demikian, jumlah rumusan tujuan
pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran?
dalam hal ini terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka
dapat melakukan pemilihan materi, metode, media, dan urutan
kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan
lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu
mereka dalam menjamin evaluasi yang benar. Guru tidak akan
tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru
itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A),
behavior (B), condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta
didik yang menjadi subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior
(B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan
audience setelah pembelajaran. Kata kerja ini merupakan jantung
dari rumusan tujuan pembelajaran dan HARUS terukur. Condition
(C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan.
Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh audience
sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat
mengidentifikasikan paling sedikit lima unsur cerita dengan benar.
Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B:
mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita
rakyat, D: lima unsur cerita (dari enam unsur) dengan benar.
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Yang harus diketahui adalah
bahwa materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi
pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi
pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci
bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku
Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat
pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran.
Penetapan ini diambil bergantung pada karakteristik pendekatan
dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan
metode/pendekatan bergantung pada jenis materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu metode
pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.

e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

213
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan
langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya,
langkah-langkah kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai
alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam
seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model
yang dipilih, menggunakan sintaks yang sesuai dengan modelnya.
Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali
pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan pertemuan
ke-2 atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).

f. Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar


Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat
dalam silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan
disiapkan media, alat/bahan, dan sumber belajar. Apabila ketiga
aspek ini dipenuhi maka penyusun harus mengeksplisitkan secara
jelas: a) media, b) alat/bahan, dan c) sumber belajar yang
digunakan. Oleh karena itu, guru harus memahami secara benar
pengertian media, alat, bahan, dan sumber belajar (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).

g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen,
dan instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
indikator dan tujuan pembelajaran. dalam sajiannya dapat
dituangkan dalam bentuk matriks horisontal maupun vertikal.
Dalam penilaian hendaknya dicantumkan: teknik/jenis, bentuk
instrumen dan insrumen, kunci jawaban/rambu-rambu jawaban dan
pedoman penskorannya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).

e. Contoh Format RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Pelajaran : …………
Kelas / Semester : …………
Pertemuan ke- : ...............
Alokasi Waktu : ...............

214
Standar Kompetensi : ...............
Kompetensi Dasar : ...............
Indikator : ...............
I. Tujuan Pembelajaran : ...............
II. Materi Ajar : ...............
III. Metode Pembelajaran : ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal : ..........
B. Kegiatan Inti : ..........
C. Kegiatan Akhir : ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
VI. Penilaian : .............

215
LAMPIRAN NILAI-NILAI KARAKTER

216
217
Lampiran: Standar Proses

STANDAR PROSES
Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan
prinsip-prinsip pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan
Kebudayaan mengaturnya dalam kebijakan Standar Proses
(Permendiknas 41/2007 Tanggal 23 November 2007). Dalam standar
tersebut diatur bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran.
Diatur pula bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
A. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).

1) Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata


pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta
panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan
oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/
madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD
dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar


peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Berikutnya, informasi detail tentang kebijakan
penyusunan silabus dan RPP terdapat pada modul ”Pengembangan Silabus
Dan RPP”

218
D. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

11) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
• SD/MI : 28 peserta didik
• SMP/MTs : 32 peserta didik
• SMA/MA : 32 peserta did 1k
• SMK/MAK : 32 peserta didik

b. Beban kerja minimal guru


1) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan;
2) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas
adalah se kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.

c. Buku teks pelajaran


1) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah
dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite
sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran yang ditetapkan
oleh Menteri;
2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata
pelajaran;
3) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan
guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar
lainnya;
4) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan
sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

d. Pengelolaan kelas
1) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran
yang akan dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran
harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, kesela-
matan, dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan

219
proses pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
10) yang diampunya; dan
11) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.

C. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti
dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan
sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

220
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can
kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
6) rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja
individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta
didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan

221
pengecekan hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

222
BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas


1. Tujuan
Setelah selesai mempelajari Bab I ini, peserta dapat
a. menjelaskan dasar hukum pelaksanaan PTK oleh guru
b. menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas
c. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
d. membedakan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas
e. menjelaskan manfaat penelitian tindakan kelas
f. menjelaskan keterbatasan dan persyaratan penelitian tindakan
kelas.

2. Strategi Kegiatan
a. Mendiskusikan tentang guru sebagai tenaga profesional menurut
UU Nomor 14 Tahun 2005, sehingga peserta dapat
menyimpulkan bahwa salah satu cirri profesionalisme adalah
selalu mengembangkan diri secara berkelanjutan.
b. Mendiskusikan pentingnya PTK sebagai wujud profesionalisme
guru
c. Menayangkan power point untuk mendiskusikan materi konsep
dasar penelitian tindakan kelas yang meliputi: pengertian,
prinsip, karakteristik, perbedaan penelitian kelas dengan PTK,
dan manfaat PTK.
d. Mendiskusikan masalah yang terdapat pada latihan secara
berkelompok.
e. Membahas hasil diskusi kelompok, secara strategi untuk
memperkuat retensi peserta tentang PTK.

3. Materi
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru
yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari
kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan
refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan
serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan
belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara
berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas
bagi guru. Kemajuan dan perkembangan IPTEKS yang demikian pesat
harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru yang memiliki
kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses
pembelajarannya.

223
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian
tindakan kelas sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis
depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu
pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang
merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan
masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera
diterapkan untuk melakukan perbaikan.

a. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan
Nur (2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research
(CAR) didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru)
bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah,
melainkan juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah
penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang
dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan
peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan.
PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam
pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih
memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun
pada situasi di mana mereka bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi
guru karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang
pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan,
sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar
siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah
menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan,
(2) melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari
hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu
proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya.

b. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam
situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu
mengubah situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di
dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat digunakan secara
langsung oleh guru tersebut.

224
2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena
menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu
ingin melakukan perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai
pengajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga
hal. Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam mencobakan
sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada
kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan selaras dengan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari
segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam
Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus
tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang
ditargetkan pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK
bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh peneliti,
melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang
dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi
alasan dilaksanakan PTK tadi.
4) PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang
dilakukan dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan
kelemahan (W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal
(dari luar) yaitu peluang atau kesempatan yang dapat diraih (
O=Opprtunity), maupun ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut
bisa dipandang dari sudut guru yang melaksanakan maupun
siswa yang dikenai tindakan.
5) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut
waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang
mengganggu proses pembelajaran. PTK sejauh mungkin
menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat
menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
6) Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga
memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan
hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi
yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh
data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya
memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar
tetap harus dipertahankan.
7) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukannya. Pendorong utama

225
pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk
memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
8) Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap
konsisten, memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika
yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan
karena selain melibatkan anak-anak manusia, PTK juga hadir
dalam suatu konteks organisasional, sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan
berorganisasi.
9) Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang
guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus
digunakan classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan
tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran
tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara
keseluruhan.

2. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
a) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena
dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk
melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri,
misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut.
1) Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
2) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
3) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada
siswa?
4) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
5) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
6) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat
memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan
mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses
dan hasil pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola
siklusnya adalah: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-
revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaan-pelaksanaan-
observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya secara
berulang.

3. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas


Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas
(classroom research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena
penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas adalah
penelitian yang dilakukan di dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK,

226
tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas,
misalnya penelitian tentang bentuk interaksi siswa atau penelitian yang
meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat pembelajaran
berlangsung. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan
sebagai obyek penelitian. Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang
mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi
tugasnya. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas
ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula perbedaan PTK
dengan penelitian formal atau penelitian pada umumnya yang biasa
dilakukan oleh peneliti.

Tabel 1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas


No. Aspek Penelitian Tindakan Penelitian Kelas
Kelas
1 Peneliti Guru Orang luar
2 Rencana Oleh guru (mungkin Oleh peneliti
penelitian dibantu orang luar)
3 Munculnya Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh
masalah orang luar/peneliti
4 Ciri utama Ada tindakan untuk Belum tentu ada
perbaikan yang tindakan perbaikan
berulang
5 Peran guru Sebagai guru dan Sebagai guru
peneliti (subyek penelitian)
6 Tempat Kelas Kelas
penelitian
7 Proses Oleh guru sendiri Oleh peneliti
pengumpulan atau bantuan orang
data lain
8 Hasil penelitian Langsung Menjadi milik
dimanfaatkan oleh peneliti, belum tentu
guru, dan dampaknya dimanfaatkan oleh
dapat dirasakan oleh guru
siswa

Tabel 2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal


No. Dimensi Penelitian Tindakan Penelitian Formal
Kelas
1 Motivasi Perbaikan Tindakan Kebenaran
2 Sumber Diagnosis status Induktif-deduktif
masalah
3 Tujuan Memperbaiki atau Mengembangkan,
menyelesaikan masalah menguji teori,

227
lokal menghasilkan
pengetahuan
4 Peneliti Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang
yang memerlukan sedikit berminat, memerlukan
terlibat pelatihan untuk dapat pelatihan yang intensif
melakukan untuk dapat melakukan
5 Sampel Kasus khusus Sampel yang
representatif
6 Metode Longgar tetapi berusaha Baku dengan
obyektif-jujur-tidak obyektivitas dan
memihak (impartiality) ketidakberpihakan yang
terintegrasi (build in
objectivity and
impartiality))
7 Penafsiran Untuk memahami pendeskripsian,
hasil praktek melalui refleksi mengabstraksi,
Penelitian oleh praktisi penyimpulan dan
pembentukan teori oleh
ilmuwan.
8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik Pengetahuan, prosedur
(proses dan produk) atau materi yang teruji
9. Generalisasi Terbatas atau tidak Dilakukan secara luas
dilakukan pada populasi

Sumber : Fraenkel, 2011,p.595

4. Manfaat dan Keterbatasan PTK


Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik
bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru
antara lain sebagai berikut. a) PTK dapat dijadikan masukan untuk
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang
secara profesional, karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai
dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui PTK; c) PTK
meningkatkan rasa percaya diri guru; d) PTK memungkinkan guru secara
aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Manfaat bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, di samping guru yang
melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam
bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu
sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada
diri guru dan proses pendidikan di sekolah tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak
mungkin melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari
guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan

228
berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga.
Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia sekolah, iklim
yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk
berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara
personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa.
Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.

5. Pelatihan
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda
kerjakan latihan berikut bersama teman-teman Anda!
a) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata
Anda sendiri!
b) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam
mengelola pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda,
bagaimana cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut,
kemudian lakukan analisis apakah cara yang Anda temukan
tersebut dapat disebut sebagai penelitian tindakan kelas? Berikan
argumentasi, mengapa kelompok Anda berpendapat seperti itu?
c) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman
yang sudah Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa
yang sudah terjadi. Menurut Anda, apa gunanya seorang guru
melakukan refleksi?
d) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan
belajar ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang
benar-benar membedakannya dengan penelitian formal? Berikan
alasan atas Jawaban Anda.

B. Perencanaan Dan Pelaksanaan Ptk


1. Tujuan
a. Peserta dapat menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah
b. Peserta dapat merinci langkah-langkah untuk merencanakan
perbaikan
c. Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah melaksanakan PTK
d. Peserta mendeskripsikan teknik untuk merekam dan menganalisis
data
e. Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah merencanakan tindak
lanjut
f. Peserta dapat membuat proposal penelitian tindakan kelas

2. Strategi Kegiatan
a. Mendiskusikan langkah-langkah PTK dengan bantuan tayangan
power point.
b. Peserta diminta mengidentifikasi masalah pembelajaran yang
dirasakan di sekolah.

229
c. Berdasarkan diskusi hasil latihan nomor 2, peserta diminta
membuat perencanaan dan pelaksanaan PTK
d. Mendiskusikan hasil diskusi kelompok tentang membuat
perencanan PTK
e. Workshop penyusunan proposal PTK.
f. Tugas mandiri

3. Materi
a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri
atas 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi (Gambar 1). Hasil refleksi terhadap tindakan yang
dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana, jika
ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki
praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi
kerisauan guru.

Perencanaan

Refleksi dan Pelaksanaan


revisi Tindakan

Pengamatan

Gambar 1. Tahap-tahap dalam Pelaksanaan PTK


Setelah menetapkan focus penelitian, selanjutnya dilakukan
perencanaan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan untuk
perbaikan. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan
tindakan. Pelaksanaan tindakan adalah merupakan realisasi dari
rencana yang telah dibuat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan
angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar
tindakan yang dilakukan dapat diketahui kualitas dan
keberhasilannya perlu dilakukan pengamatan. Berdasarkan
pengamatan ini akan dapat ditentukan hal-hal yang harus segera
diperbaiki agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Langkah
berikutnya adalah refleksi, yang dilakukan setelah tindakan berakhir.
Pada tahap refleksi, peneliti: (1) merenungkan kembali apa yang
telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa, (2)
merenungkan alasan melakukan suatu tindakan dikaitkan dengan
dampaknya,dan (3) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang dilakukan.

230
b. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang
dirasakan atau disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang
tidak beres di dalam kelasnya, yang jika tidak segera diatasi akan
berdampak bagi proses dan hasil belajar siswa. Masalah yang
dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur, sehingga guru
perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut
menjadi semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh
melalui proses identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis
terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi
penyelesaiannya. Dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan
yang sangat mendesak untuk diatasi, atau yang dapat ditunda
penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian yang besar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK adalah
sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul dirasakan penting
oleh guru sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan
kemampuan dan/atau kekuatan guru untuk mengatasinya, (3)
permasalahan memiliki skala yang cukup kecil dan terbatas, (4)
permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan prioritas-prioritas yang
ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah
seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat
pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari
pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran guru dapat
mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut
atau memperbaiki situasi yang ada?
Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada
kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang
tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah
berikutnya adalah menganalisis dan merumuskan masalah.

c. Menganalisis dan Merumuskan Masalah


Setelah masalah teridentifikasi, guru perlu melakukan analisis
sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Analisis dapat
dilakukan dengan refleksi yaitu mengajukan pertanyaan kepada diri
sendiri, mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa,
daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran
yang telah disiapkan. Semua ini tergantung pada jenis masalah yang
teridentifikasi.

231
Sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan atau
dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Contoh rumusan
masalah: Apakah pendekatan konseptual dapat meminimalisasi
miskonsepsi siswa pada mata pelajaran IPA SD Klampis?
Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional
agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Sebagai misal untuk
masalah: Tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat
meningkatkan motivasi siswa? dapat dijabarkan menjadi sejumlah
pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan
motivasi siswa?;
2) Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?;
3) Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?;
4) Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang
diberikan?;
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda
sudah mulai dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.

d. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu
membuat rencana tindakan atau yang sering disebut dengan rencana
perbaikan. Langkah-langkah dalam menyusun rencana perbaikan
adalah sebagai berikut.
1) Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk
hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik
untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat
berdasarkan kajian dari berbagai teori, kajian hasil penelitian yang
pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan
teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri
sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun
berbagai alternatif tindakan. Contoh hipotesis tindakan:
Penggunaan concept mapping dan penekanan operasi dasar dapat
meningkatkan pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas VI
SDN Ketintang.
2) Analisis kelayakan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini
masih perlu dikaji kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan
pelaksanaannya. Kelayakan hipotesis tindakan didasarkan pada
hal-hal berikut.
1) Kemampuan dan komitmen guru sebagai pelaksana. Guru harus
bertanya pada diri sendiri apakah ia cukup mampu
melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah ia cukup
tangguh untuk menyelesaikannya?

232
2) Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan
tersebut; Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap
minggu, apakah siswa cukup mampu menyelesaikannya.
3) Ketersediaan prasarana atau fasilitas yang diperlukan. Apakah
sarana atau fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dapat
diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru sendiri.
4) Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Dalam hal ini, guru
perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya
akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain
di sekolah.

e. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan
sudah layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
perbaikan.
1) Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum
merealisasikan rencana tindakan kelas.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk
skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup
langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu
perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang
dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, media
pembelajaran, alat peraga, dan buku-buku yang relevan.
b) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan,
misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas,
atau sarana lain yang terkait.
c) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang
berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini
guru harus menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana
cara merekamnya dan kemudian bagaimana cara
menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus
menetapkan indikator keberhasilan. Jika indikator ini sudah
ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan
menganalisis data.
d) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu
mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru
dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi
dengan dosen LPTK.

2) Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan
tindakan dalam kelas yang sebenarnya.

233
a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar.
Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan
tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini
berarti, guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian
yang sedang dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai
peneliti harus disikapi sebagai tugas profesional yang
semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan pembelajaran
yang dikelolanya.
b) Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu
menyita waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK
memang harus disertai dengan observasi, pengumpulan data,
dan interpretasi yang dilakukan oleh guru.
c) Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal,
sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya.
d) Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan
kemampuan dan komitmen guru.
e) Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan
dan etika yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti
menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana
tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada
orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan
melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin.
f) PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat
sekolah.

3) Observasi dan Interpretasi


Pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung
simultan. Artinya, data yang diamati saat pelaksaanaan tindakan
tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Jika
guru memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya
jenis pujian yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang
mendapat pujian. Apa yang harus direkam dan bagaimana cara
merekamnya harus ditentukan secara cermat terlebih dahulu.
Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data
adalah dengan observasi atau pengamatan. Hopkins (1993)
menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci
observasi, yaitu:
a) Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama
antara pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini teman
sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang
akan mengajar. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk
membangun rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal
seperti fokus yang akan diamati, aturan yang akan diterapkan,

234
berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap
pengamat kepada siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
b) Fokus
Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang
sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat
bermanfaat begi perkembangan profesional guru.
c) Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria
keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati
sebelumnya.
d) Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan,
yaitu: (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat
memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2)
dapat menciptakan suasana yang memberi dukungan dan
menghindari terjadinya suasana yang menakutkan guru dan
siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan
peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta
alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di
dalam suatu observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau
deskripsi, bukan pendapat atau opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi
yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, pengamat tidak
menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong untuk merekam proses
pembelajaran yang diamati. Observasi terfokus secara khusus
ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Observasi terstruktur menggunakan instrumen
observasi yang terstruktur dengan baik dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek (V)
pada tempat yang disediakan. Observasi sistematik dilakukan
lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati.
e) Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis
dapat dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat.
Syarat balikan yang baik: (i) diberikan segera setelah
pengamatan, dalam berbagai bentuk misalnya diskusi; (ii)
menunjukkan secara spesifik bagian mana yang perlu
diperbaiki, bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan;
(iii) balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang
yang diberi balikan tersebut.

4) Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi

235
makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan
interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Analisis data
dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai diimplementasikan
secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk enam
kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah
pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap
pembelajaran akan diadakan interpretasi yang dimanfaatkan untuk
melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan
analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi
yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama,
data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu
tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data
diorganisaskan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian
yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah
terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam
bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan
paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam
bentuk pernyataan atau formula singkat.

5) Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba
merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan
mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat
menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai,
serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran
berikutnya.

6) Perencanaan Tindak Lanjut


Sebagaimana yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan
refleksi, hasil atau kesimpulan yang didapat pada analisis data,
setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana
tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil
menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil
analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali
tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus
PTK berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi,
suatu siklus dalam PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih
dahulu berapa banyaknya.

236
Perencanaan

Gagal

Refleksi Pelaksanaan

Berhasil

Pengamatan

Simpulan

(Kemmis dan Mc. Taggart dikutip Wardani dkk, 2004, p.4.9)


Gambar 2. Aspek Penelitian Tindakan Kelas (diadaptasi dari
Kemmis & Taggard, 1992 dan Fraenkel, 2011)

e) Cara Membuat Proposal


Proposal adalah suatu perencanaan yang sistematis untuk
melaksanakan penelitian termasuk PTK. Di dalam proposal terdapat
komponen dan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
PTK. Selain itu, proposal juga memiliki kegunaan sebagai usulan
untuk pengajuan dana kepada instansi atau sumber yang dapat
mendanai penelitian. Proposal terdiri dari dua bagian, bagian pertama
merupakan identitas proposal, sedangkan bagian kedua merupakan
perencanaan penelitian yang berisi tentang desain penelitian, dan
langkah-langkah pelaksanaan. Pembahasan proposal akan dibagi
menjadi 3 langkah, yaitu mengenai format proposal, cara membuat
proposal, dan cara menilai proposal (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999).
1) Format Proposal
Pada umumnya format proposal penelitian, baik penelitian formal
maupun PTK sudah baku. Salah satu format proposal yang ada
saat ini adalah yang dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM
sebagai berikut.
Halaman Judul (kulit luar)
Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal
itu dibuat.
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga
yang mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan
proposal penelitian adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.

237
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
4. Data Peneliti:
• Nama lengkap dan gelar
• Golongan/pangkat/NIP
• Jabatan fungsional
• Jurusan
• Institusi
5. Susunan Tim Peneliti
• Jumlah
• Anggota
6. Lokasi Penelitian
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana

2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti
selanjutnya adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK.
Rancangan tersebut adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan,
yaitu mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan
penyelesaian masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan,
mengapa Anda tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah
tersebut merupakan masalah riil yang Anda hadapi sehari-
hari? Apakah ada manfaatnya apabila diteliti dengan PTK?
Untuk ini perlu didukung oleh kajian literatur atau hasil-hasil
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik oleh Anda
sendiri maupun orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-
hari. Anda perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan
analisis, dan jika perlu menanyakan kepada para siswa Anda
tentang masalah tersebut. Setelah Anda yakin dengan masalah
tersebut, rumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas.
Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat
Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan
analisis dan pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti,

238
sehingga ditemukan cara pemecahannya. Untuk menemukan
cara pemecahan terhadap suatu masalah, Anda dapat
melakukannya dengan mengacu pada pengalaman Anda
selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku
literatur dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan
berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Cara
penyelesaian masalah yang Anda tentukan atau pilih harus
benar-benar “applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin
Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas
dan terarah, sesuai dengan latar belakang masalah dan
mengacu pada masalah dan cara penyelesaian masalah.
Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau
dampak langsung atau pengiring terhadap kemampuan siswa
Anda.
f) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau
memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan
masalah penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat
berguna untuk memperkaya Anda dengan variabel yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan
memperoleh masukan yang dapat membantu Anda dalam
melaksanakan PTK, terutama dalam merumuskan hipotesis.
g) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki,
rencana kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan
interpretasi, analisis, dan refleksi), data dan cara pengumpulan
data, dan teknik analisis data penelitian.
h) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan
penelitian dan rancangan waktu kapan dilaksanakan dan
dalam jangka berapa lama. Untuk membuat jadwal penelitian
Anda harus menginventarisasi jenis-jenis kegiatan yang akan
dilakukan dimulai dari awal perencanaan, penyusunan
proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan. Jadwal
PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar chart.
i) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda,
terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu.
Rencana biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Pada tiap-tiap tahapan

239
diuraikan jenis-jenis pengeluaran yang dilakukan serta berapa
banyak alokasi dana yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.

4. Pelatihan
Setelah mengkaji dengan cermat semua uraian untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut.
a. Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai
tujuan perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan
siklus tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus
tersebut dapat berakhir.
b. Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba
diskusikan dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus
dilakukan bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan
interpretasi.
c. Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan
aturan harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling
penting dan jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti.
d. Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan
yang mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
e. Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan
refleksi? Jelaskan jawaban Anda dengan contoh.

Tugas: Susunlah sebuah proposal PTK untuk menyelesaikan masalah


yang Anda hadapi di sekolah Anda masing-masing. Gunakan format
proposal PTK seperti yang sudah dijelaskan di dalam modul ini.

C. Penulisan Karya Ilmiah


1. Tujuan
a. Peserta dapat menjelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
b. Peserta dapat membedakan karya ilmiah penelitian dan
nonpenelitian.
c. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran,
peserta dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah
artikel.

2. Strategi Kegiatan
a. Ceramah singkat tentang penulisan karya ilmiah disertai penyajian
contoh-contoh karya tulis ilmiah.
b. Diskusi untuk menemukan perbedaan contoh antara artikel
penelitian dan nonpenelitian
c. Tugas mandiri

240
3. Materi
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri
dari dua macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan
penelitian tindakan kelas dan artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil
penelitian dan nonpenelitian.

a. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.


Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil
penelitian, atau hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang
dibuat oleh seseorang atau badan yang diperintahkan atau diharuskan
untuk melakukan hal itu. Ada beberapa jenis laporan misalnya rapor
sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes laboratorium. Sedangkan
laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi penyajiannya. Tujuan
menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat,
memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Dalam
penelitian, laporan merupakan laporan hasil penelitian yang berupa
temuan baru dalam bentuk teori, konsep, metode, dan prosedur, atau
permasalahan yang perlu dicarikan cara pemecahannya. Namun untuk
mengimplementasikannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil
penelitian formal dipublikasikan melalui seminar, pengkajian ulang,
analisis kebijakan, pendiseminasian dan sebagainya, yang memerlukan
waktu cukup lama, sehingga pada saat dilakukan implementasi, temuan
tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa
kepentingan antara lain sebagai berikut.
1) Sebagai dokumen penelitian, dan dapat dimanfaatkan oleh guru
atau dosen untuk diajukan sebagai bahan kenaikan
pangkat/pengembangan karir.
2) Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam
memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
3) Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan
kritik dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil
tindakan dalam menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar
dalam sebuah laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang
dapat memberikan arah penulisan, sehingga memudahkan anda dalam
menulis laporan. Sistematika atau struktur ini harus sudah anda
persiapkan sebelum penelitian dilakukan, yaitu pada saat anda menulis
proposal. Setelah PTK selesai dilakukan, anda mulai melihat kembali
struktur tersebut untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai
dengan pengalaman anda dalam melakukan PTK, serta data informasi
yang sudah dikumpulkan dan dianalisis.

241
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis
penelitian lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan
format tersendiri yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain.
Format yang ditetapkan oleh Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa
berbeda dari format yang digunakan oleh Ditjendikti atau Universitas
Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan memperoleh pendanaan dari
institusi tertentu, maka sistematika laporan juga perlu disesuaikan dengan
format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun
bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati
beberapa komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan.
Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:

Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-
rambu seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran, tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya
perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya
tidak lebih dari 15 kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi
terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen
ini merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan,
tujuan, prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan
pembahasan, serta simpulan dan saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi
masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan
penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi
masalah, analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk
diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)

Bab II Kajian Pustaka

242
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian
yang relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha
peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan
tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan
teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan atau
hipotesis. Urutan penyajian yang bisa digunakan adalah sebagai
berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan

Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata
pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian.
Selain itu, bab ini juga menyajikan gambaran tiap siklus:
rancangan, pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis
instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan
yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative.
Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa)
B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data/instrument, refleksi)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi
yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan
yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil
perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri,
motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.
Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara
sistematik dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan,
refleksi), keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus

Bab V Simpulan dan Saran


A. Simpulan
B. Saran

243
Daftar Pustaka
Lampiran

b. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil
penelitian maupun makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat
kaitannya dengan aktivitas ilmiah.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya
ilmiah dengan baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang
berkenaan dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan
notasi ilmiah. Di samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulis
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam
jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah
dengan mengikuti pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau
ditetapkan. Artikel ilmiah bisa diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil
pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi
sistematika penulisan dan isi suatu artikel dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian. Secara
umum, isi artikel hasil penelitian meliputi: judul artikel, nama penulis,
abstrak dan kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan. Sedangkan artikel
nonpenelitian berisi judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci,
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar rujukan.
Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:
1) Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi
yang terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata
sebaiknya dilakukan dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya
tarik judul bagi pembaca juga dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya
tidak lebih dari 15 kata.
2) Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun
gelar lainnya. Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di
bawah nama penulis, namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki
di halaman pertama. Apabila penulis lebih dari dua orang, maka nama
penulis utama saja yang dicantumkan di bawah judul, sedangkan nama
penulis lainnya dituliskan dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang
mencerminkan ide-ide atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk
artikel hasil penelitian, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif

244
termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil
penelitian, tekanan diberikan pada hasil penelitian. Sedangkan untuk
artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan isi artikel yang
dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari
penyunting. Panjang abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu
paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah
yang dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar
pemikiran gagasan dalam karangan asli berupa kata tunggal atau
gabungan kata. Jumlah kata kunci antara 3-5 kata. Perlu diingat bahwa
kata kunci tidak diambil dari kata-kata yang sudah ada di dalam judul
artikel. Kata kunci sangat bermanfaat bagi pihak lain yang
menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui jaringan internet
untuk menemukan karya seseorang yang sudah dipublikasikan secara
online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan
kata kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling
sedikit tiga gagasan: (a) latar belakang masalah atau rasional penelitian,
(b) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah, (c) rumusan
tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat
dijamin otoritas keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara
ringkas, padat dan mengarah tepat pada masalah yang diteliti. Aspek
yang dibahas dapat mencakup landasan teoretis, segi historis, atau segi
lainnya yang dianggap penting. Latar belakang atau rasional
hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga mengarahkan
pembaca ke rumusan penelitian yang dilengkapi dengan rencana
pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan
berisi uraian yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan
dibahas. Bagian ini menguraikan hal-hal yang mampu menarik
pembaca sehingga mereka tertarik untuk mengikuti bagian selanjutnya.
Selain itu, bagian ini juga diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal-
hal yang akan dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan
pembahasan. Pada bagian metode disajikan bagaimana penelitian
dilaksanakan. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa atau
dengan subbagian. Yang disajikan pada bagian ini hanyalah hal yang
pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa sumber datanya (subjek
atau populasi dan sampel), bagaimana data dikumpulkan (instrumen
dan rancangan penelitian), dan bagaimana data dianalisis (teknik
analisis data). Apabila di dalam pelaksanaan penelitian ada alat dan
bahan yang digunakan, maka spesifikasinya perlu disebutkan.

245
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek
penelitian dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian,
lokasi dan lama penelitian, serta uraian tentang pengecekan keabsahan
hasil penelitian (triangulasi) juga perlu dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan
hasil analisis data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil
analisis saja, sedangkan proses analisis data misalnya perhitungan
statistik, tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis, ternasuk
pembandingan antara koefisien hasil perhitungan statistik dengan
koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang dilaporkan hanyalah hasil
analisis dan hasil pengujian data. Hasil analisis dapat disajikan dalam
bentuk grafik atau tabel untuk memperjelas penyajian hasil secara
verbal, yang kemudian dibahas.
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan.
Dalam pembahasan disajikan: (a) jawaban masalah penelitian atau
bagaimana tujuan penelitian dicapai, (b) penafsiran temuan penelitian,
(c) pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian
yang telah mapan, dan (d) menyusun teori baru atau memodifikasi
teori yang telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah penelitian
hendaknya disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil
penelitian dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang
ada. Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan yang ada
dilakukan dengan membandingkan temuan itu dengan temuan
penelitian yang telah ada atau dengan teori yang ada, atau dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Pembandingan harus disertai
rujukan. Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang
lama dapat dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau seluruhnya.
Penolakan sebagian dari teori harus disertai dengan modifikasi teori,
dan penolakan terhadap seluruh teori harus disertai rumusan teori
yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide
peneliti, keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta
posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi
bergantung pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam
bagian ini adalah pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta,
konsep, prosedur, atau prinsip. Isi yang berbeda memerlukan penataan
dengan urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah
artikel nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang
sejenisnya. Namun apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil
pembahasan sebelumnya, maka istilah yang dipakai adalah
kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga ditambahkan saran atau
rekomendasi.

246
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan
saran yang memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada
bagian hasil dan pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk
uraian verbal, bukan numerikal. Saran disusun berdasarkan
kesimpulan yang telah dibuat. Saran dapat mengacu pada tindakan
praktis, atau pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan
artikel. Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam
batang tubuh artikel harus disajikan dalam daftar rujukan dengan
urutan alfabetis. Gaya selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa
bervariasi, bergantung pada disiplin ilmu yang menjadi payung artikel
ilmiah anda atau jurnal yang akan memuat artikel anda. Bidang
Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan format APA (American
Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah
menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa
dan Sastra menggunakan MLA (Modern Language Association). Apapun
gaya yang anda gunakan, pastikan bahwa gaya penulisan anda
konsisten dan sesuai dengan format yang ditetapkan oleh jurnal/media
yang akan menampung tulisan anda. Untuk itu, anda perlu mencermati
lebih dahulu format seperti apa yang harus anda ikuti sebelum mulai
menulis/menyunting artikel ilmiah anda. Secara umum, yang
dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah: nama pengarang,
tahun penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan nama
penerbitnya.

4. Latihan
a. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari
dimensi isi artikel.
b. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan.
Apa saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
c. Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah
ilmiah, apa sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
d. Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar
Pustaka?
e. Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
f. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran,
peserta dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah
artikel.

5. Suplemen
Contoh-contoh laporan PTK dan contoh artikel tiap program
studi/jurusan (jika ada dan diperlukan).

247
BAB V
MATERI BAHASA INDONESIA

A. Berbicara
1. Pengantar
Kompetensi inti atau standar kompetensi yang Anda pelajari pada
modul ini adalah mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra.
Kompetensi inti tersebut terdiri atas tiga kompetensi dasar (KD), yakni
menggunakan wacana lisan untuk wawancara, menggunakan wacana
lisan untuk presentasi laporan dan pidato, dan menggunakan wacana
lisan untuk diskusi. KD menggunakan wacana lisan untuk wawancara
terdiri atas dua indikator esensial, yakni menentukan jenis pertanyaan
yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus
disampaikan narasumber dengan benar. KD menggunakan wacana
lisan untuk presentasi laporan dan pidato terdiri atas tiga indikator
esensial, yakni memilih kalimat yang tidak sesuai dengan konteks
penggalan pidato, menentukan jenis komponen pidato yang sesuai
dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat pembuka/penutup
pidato. KD menggunakan wacana lisan untuk diskusi terdiri atas dua
indikator esensial, yakni menentukan pernyataan persetujuan atau
bukan persetujuan yang tepat dan memilih komponen diskusi.

Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator esensial tersebut


disajikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar. Per kegiatan belajar
terdiri atas tiga komponen, yakni kegiatan orientasi yang berisi tujuan
dan cara belajar, kegiatan inti yang berisi uraian materi, dan perlatihan
yang berisi penajaman kompetensi. Untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi, setelah kegiatan belajar disediakan soal-soal
evaluasi.

2. Materi Pembelajaran
a. Mengungkapkan secara Lisan Wacana Nonsastra
Wacana, seperti yang Anda pelajari selama ini, ialah satuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan
utuh. Sebagai karangan atau tuturan utuh, wacana terdiri atas
rangkaian kalimat berkaitan yang menghubungkan antarproposisi
sehingga terbentuk kesatuan (Alwi dkk., 2003:419). Dari segi isi,
wacana dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni wacana sastra
dan wacana nonsastra. Kedua jenis wacana tersebut dapat disampaikan
secara lisan atau nonlisan. Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini
dibahas kompetensi inti “mengungkapkan secara lisan wacana
nonsastra”. Bagian-bagian kompetensi inti yang dibahas adalah
“menggunakan wacana lisan untuk wawancara”, “menggunakan
wacana lisan untuk presentasi laporan dan pidato”, dan

248
“menggunakan wacana lisan untuk diskusi”. Tiap bagian diperinci
menjadi beberapa indikator esensial.

1) Menggunakan Wacana Lisan untuk Wawancara


Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan jenis
pertanyaan yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban
yang harus disampaikan narasumber dengan benar. Tujuan itu
dapat Anda capai dengan cara memahami materi yang disajikan,
melaksanakan perintah-perintah yang diintegrasikan dalam materi,
dan mengerjakan perlatihan yang disediakan.

Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering melihat wawancara.


Sebagian di antara Anda bahkan pernah melakukannya. Secara
umum, wawancara dapat diartikan kegiatan tanya jawab dengan
narasumber/informan untuk meminta kepastian informasi tentang
hal tertentu (Surya, 2012:1—10). Konsep “kepastian” penting untuk
membedakan wawancara dengan diskusi, dialog, dan percakapan
biasa. Dalam wawancara, kepastian informasi merupakan hal
penting yang dicari oleh pewawancara. Karena itu,
narasumber/informan sebagai pemberi kepastian informasi
berstatus figur penting. Ia dipilih oleh pewawancara karena status,
keahlian, pengetahuan, atau kerelevanannya dengan materi
wawancara.

Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang


wawancara, berikut disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam
tanda kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak
sependapat!
(1) Dalam wawancara terdapat narasumber/informan yang ahli
dalam bidang tertentu. (…)
(2) Wawancara melibatkan minimal dua narasumber/informan
dan masing-masing orang dapat mengemukakan pendapatnya
sehingga terdapat minimal dua arah komunikasi. (…)
(3) Narasumber/informan harus dapat menjawab dengan benar
semua yang ditanyakan kepadanya. (…)
(4) Narasumber/informan tidak boleh mengajukan pertanyaan
kepada pewawancara. (…)
(5) Informasi dari narasumber/informan harus disampaikan
secara tersurat (eksplisit). (…)
(6) Kegiatan utama dalam wawancara adalah tanya-jawab
eksploratif. (…)
(7) Wawancara bersifat formal. (…)
(8) Tujuan wawancara adalah memeroleh kejelasan informasi
tentang masalah tertentu. (…)

249
(9) Materi bahasan dalam wawancara pada umumnya penting.
(…)
(10) Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan harus
berdasar fakta. (…)
(11) Pertanyaan yang satu dengan yang lain yang diajukan kepada
narasumber/informan harus berkaitan. (…)
(12) Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber/informan tidak boleh lebih dari 10 buah. (…)
(13) Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber/informan harus diurutkan agar tampak kohesif
dan koheren. (…)
(14) Pewawancara tidak boleh mengulang pertanyaan yang sama.
(…)
(15) Sebagian atau semua materi wawancara dapat berupa rahasia
pribadi atau lembaga sehingga tidak boleh dipublikasikan
untuk kepentingan umum. (…)

Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat


Anda pada ruang berikut!

…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………….………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………………………….

Wawancara merupakan satu di antara beberapa bentuk komunikasi


lisan. Dengan mengacu pendapat Leech (2003:80) bahwa dalam
berkomunikasi lisan penutur dan petutur beretorika interpersonal, hal itu
mengisyaratkan bahwa dalam wawancara pewawancara dan
narasumber/informan juga beretorika interpersonal. Dalam retorika

250
interpersonal terdapat dua prinsip yang idealnya ditaati peserta
komunikasi agar tujuan komunikasi tercapai, yakni prinsip kerja sama
dan prinsip kesantunan. Substansi prinsip kerja sama adalah bahwa
sumbangan informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas yang
diperlukan petutur (Leech, 2003:80). Hal itu berarti bahwa dalam
wawancara, misalnya, informasi yang diberikan oleh
narasumber/informan idealnya sebatas yang diperlukan pewawancara.
Berbeda dengan prinsip kerja sama, substansi prinsip kesantunan adalah
bahwa tuturan penutur idealnya dapat menjaga keharmonisan sosial
(tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang disebut
dalam tuturan) (Leech, 2003:131).

Untuk mengetahui praktik wawancara, berikut disajikan teks hasil


wawancara. Tulislah komentar Anda pada ruang di bawah teks hasil
wawancara!

Penyiar radio : Beberapa waktu lalu, sanggar belajar yang Anda


kelola terpaksa digusur. Sebenarnya persoalannya
bagaimana?
Narasumber 1 : Sanggar belajar itu sudah cukup lama. Di sanggar
itu anak-anak sekitar biasanya belajar, berkreasi, dan
sebagainya. Saya tidak tahu setelah ini mereka
belajar di mana?
Penyiar radio: Apakah sebelumnya tidak ada perjuangan untuk
menggagalkan penggusuran itu?
Narasumber 1: Kami telah menempuh berbagai cara, misalnya
dialog dengan pihak pemkot (pemerintah kota),
tetapi pada akhirnya Anda dapat melihat sendiri.
Penyiar radio: Apakah Anda ingin mengatakan bahwa pemkot
tidak lagi peduli terhadap tempat pendidikan anak-
anak?
Narasumber 1: Kami tidak ingin mengatakan itu, tetapi kami kira
keputusan itu tidak menguntungkan masa depan
anak-anak.
Penyiar radio : Lalu, solusinya bagaimana?
Narasumber 1: Kami akan berusaha untuk mencari tempat lain.
Tetapi, itu tentu membutuhkan biaya. Saya tidak
tahu, pemkot mengerti atau tidak.
Penyiar radio : Kalau menurut Anda bagaimana?
Narasumber 2 : Ini keputusan yang sulit. Kami mengerti bahwa
sanggar belajar tersebut penting, tetapi penataan
kota sesuai dengan rencana awal juga perlu
diwujudkan.
Penyiar radio : Sekalipun harus ada yang dikorbankan?

251
Narasumber 2 : Saya kira akan ada jalan keluar, misalnya sanggar
belajar tersebut dicarikan lokasi lain.
Penyiar radio : Soal dananya bagaimana?
Narasumber 2 : Saya kira kami tidak tinggal diam. Tetapi, kalau
mereka bisa mandiri, saya kira itu jauh lebih baik.

…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………..………

a) Menentukan Jenis Pertanyaan yang Cocok dengan Kutipan


Anda memahami bahwa pertanyaan merupakan variabel utama
dalam wawancara. Pertanyaan berguna bukan hanya bagi pewawancara
dan narasumber/informan, melainkan juga pihak lain. Bagi
pewawancara, pertanyaan merupakan sarana atau bahkan “senjata”
untuk menggali informasi yang diingininya. Bagi narasumber/informan,
pertanyaan merupakan sarana untuk mengidentifikasi informasi yang
diingini pewawancara. Bagi pihak lain, pertanyaan merupakan sarana
untuk mengetahui informasi yang diingini pewawancara dan sarana
pengecek kesesuaian dan kedalaman jawaban narasumber/informan.

Pihak lain juga dapat menggunakan pertanyaan sebagai sarana


untuk mengidentifikasi jenis wawancara. Dalam hal ini, jenis wawancara
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Berdasarkan kesistematisan
pertanyaan-pertanyaan wawancara, terdapat wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Kalau pertanyaan-pertanyaan pewawancara ditata

252
secara sistematis, wawancaranya berjenis terstruktur. Kebalikannya,
kalau pertanyaan-pertanyaan pewawancara tidak sistematis,
wawancaranya berjenis tidak terstruktur. Berdasarkan peluang
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya, terdapat
wawancara terbuka dan tertutup. Kalau melalui pertanyaan-
pertanyaannya pewawancara memberikan peluang kepada
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara panjang
lebar, wawancaranya berjenis wawancara terbuka. Kebalikannya, kalau
melalui pertanyaan-pertanyaannya pewawancara tidak memberikan
peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya
secara panjang lebar, wawancaranya berjenis wawancara tertutup,
misalnya pewawancara menggunakan pertanyaan ya-tidak (yes-no
question). Berdasarkan kedalaman informasi yang disampaikan
narasumber/informan, terdapat wawancara mendalam (indepth
interview) dan wawancara dangkal (ordinary interview). Dalam
wawancara mendalam, pewawancara menggunakan pertanyaan-
pertanyaan eksploratif sehingga tampak bersifat “mengejar”
narasumber/informan. Wawancara dangkal bersifat kebalikannya
(Sukmadinata, 2007:216—218).

Pertanyaan pewawancara biasanya terdiri atas dua komponen,


yakni kata atau frasa tanya dan proposisi. Dalam pertanyaan “Seberapa
lama pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) itu?”, misalnya,
“berapa lama” merupakan frasa tanya yang berfungsi menanyakan
durasi, sedangkan “pelaksanaan PTK itu” merupakan proposisi. Dalam
pertanyaan “Di mana pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) itu?”,
misalnya, “di mana” merupakan kata tanya yang berfungsi menanyakan
tempat, sedangkan “pelaksanaan PTK itu” merupakan proposisi.

Sekarang, tulislah kata atau frasa tanya dan fungsinya yang dapat
digunakan dalam wawancara dengan menggunakan format berikut!

Nomor Kata/Frasa tanya Fungsi


1 di mana Tempat
2 seberapa lama Durasi
3 … …
4 … …
5 … …
6 … …
7 … …
8 … …
9 … …
10 … …
11 … …
12 … …

253
13 … …
14 … …
15 … …

Jawaban narasumber/informan dan jenis pertanyaan yang


digunakan pewawancara idealnya relevan. Kerelevanan itu tampak dari
kesejajaran kata atau frasa tanya dan fungsinya. Sebagai contoh, kalau
pewawancara menggunakan pertanyaan “di mana”, jawaban
narasumber/informan idealnya tempat tertentu. Hal itu mengisyaratkan
bahwa dari jawaban narasumber/informan dapat diprediksi kata tanya
yang cocok dan hal yang ditanyakan pewawancara. Kalau jawaban
narasumber/informan “tiga bulan”, dapat diiprediksi bahwa frasa tanya
yang digunakan pewawancara adalah “seberapa lama”, “berapa bulan”,
atau frasa tanya lain yang menunjukkan durasi.

b. Menentukan Jawaban yang harus Disampaikan Narasumber


Dari uraian sebelumnya dapat Anda pahami bahwa tiap kata atau
frasa memiliki fungsi yang spesifik. Kata tanya “siapa”, misalnya,
menanyakan orang atau entitas lain yang sifatnya sejenis dengan sifat
manusia. Hal itu berarti bahwa dari kata atau frasa tanya yang digunakan
pewawancara dapat diprediksi informasi yang diingini pewawancara dan
jawaban yang harus disampaikan oleh narasumber/informan.

Jawaban yang disampaikan narasumber/informan idealnya sesuai


dengan kebutuhan informasi pewawancara; benar—
narasumber/informan tidak berbohong; relevan; dan jelas, tidak taksa,
singkat, dan teratur. Di samping itu, jawaban narasumber/informan
idealnya juga santun agar hubungannya dengan pewawancara harmonis.
Sebagai contoh, kalau pewawancara menanyakan “berapa lama idealnya
kegiatan inti pembelajaran”, jawaban-narasumber yang tepat adalah “dua
belas sampai dengan empat belas kali durasi kegiatan awal” atau redaksi
dengan kemasan lain yang menunjukkan durasi.

Perlatihan
a. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!

Kepala sekolah : Apakah Saudari mengetahui teknik-teknik penilaian


kelas?
Calon guru : Saya pernah belajar tentang teknik-teknik tersebut
ketika berkuliah.
Kepala sekolah :…
Calon guru : Teknik penilaian yang cocok untuk menilai
kemampuan berpidato siswa adalah penilaian kinerja.

254
Tentukan jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian
yang rumpang pada teks wawancara tersebut!

b. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!

Kepala sekolah : Apakah Saudari sudah pernah menggunakan


teknik penilaian tertulis berjenis pilihan ganda?
Calon guru : Saya beberapa kali menggunakannya.
Kepala sekolah : Apa kelemahan utamanya?
Calon guru : ….

Tentukan jawaban calon guru yang tepat untuk mengisi bagian


yang rumpang pada teks wawancara tersebut!

b. Menggunakan Wacana Lisan untuk Presentasi Laporan dan Pidato


Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu memilih kalimat
yang tidak sesuai dengan konteks penggalan pidato, menentukan jenis
komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato, dan menentukan
kalimat pembuka/penutup pidato. Tujuan itu dapat Anda capai dengan
cara memahami materi yang disajikan, melaksanakan perintah-perintah
yang diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan perlatihan yang
disediakan.

Pidato, seperti yang sering Anda amati atau bahkan Anda lakukan,
ialah kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada
banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai
figur sentral. Pepidato berperan penting karena menjadi “narasumber”
(pemberi informasi) tunggal sekaligus “tokoh utama”. Ia seolah-olah
menjadi orang yang paling pandai karena berhak “menguliahi”,
mengelola, menertawakan, memancing reaksi, serta memengaruhi emosi
pendengar. Komunikasi yang pada umumnya satu arah, yakni dari
pepidato kepada pendengar, menyebabkan pepidato “aman” karena tidak
disanggah, didebat, atau ditanyai pendengar. Untuk meningkatkan daya
tarik pidatonya, pepidato biasanya menunjukkan keterampilan verbal
dan nonverbal. Keterampilan verbal merupakan kemampuan mengemas
dan menyampaikan pikiran melalui bahasa, sedangkan keterampilan
nonverbal merupakan kemampuan mengemas dan menyampaikan
pikiran melalui gerak tubuh (kinesik), misalnya gerak tangan dan ekspresi
wajah.

Pidato dapat disampaikan dengan empat metode, yakni impromptu


(serta-merta), penghafalan, naskah, ekstemporan (tanpa persiapan naskah),
(Keraf, 2004:360). Pada metode impromptu (serta-merta), pidato

255
disampaikan secara dadakan atau tanpa persiapan karena kebutuhan
sesaat (insidental). Pepidato menyampaikan pikiran sesaatnya
berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Pidato jenis ini biasanya
tidak bagus kecuali pepidatonya berpengetahuan luas dan mahir. Pada
metode penghafalan, pidato disampaikan dengan cara menghafal materi
pidato yang telah disiapkannya. Penyampaian pidato dengan metode
menghafal berisiko karena pepidato dapat lupa materi yang diingatnya.
Pada metode naskah, pidato disampaikan dengan cara membaca kata
demi kata pada naskah yang disiapkannya. Pidato jenis ini biasanya tidak
menarik. Pendengar biasanya bahkan mengatakan, “Gitu aja aku juga
bisa”. Pada metode ekstemporan, pidato disampaikan dengan
berpedoman pada garis besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
Pidato jenis terakhir ini menuntut pepidato mahir mengembangkan garis
besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.

Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang


pidato, berikut disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam tanda
kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak sependapat!
(1) Cara penyampaian tidak penting, yang terpenting adalah
materinya. (...)
(2) Cara memengaruhi dan meyakinkan pendengar
antarpepidato sama. (…)
(3) Cara mengurutkan materi antarpepidato berbeda meskipun
mereka dapat saling memengaruhi. (…)
(4) Cara membangun kontak dengan pendengar tidak penting
kalau pepidato sudah dikenal oleh pendengar. (…)
(5) Pepidato memiliki ciri khas dalam ekspresi vokal dan ekspresi
fisik. (…)
(6) Pepidato tidak perlu mengelola waktu karena pembawa acara
telah mengaturnya. (…)
(7) Kualitas pidato ditentukan oleh siapa yang berpidato. (…)
(8) Kemampuan berpidato bersifat genetis. (…)
(9) Materi atau bahan pidato dapat digali dari pengalaman
pribadi, hobi atau keterampilan, pendapat pribadi, dan
peristiwa aktual yang menjadi pembicaraan di masyarakat.
(…)
(10) Tujuan pidato terdiri atas tiga jenis: memberikan informasi
kepada pendengar (pidato informatif), memengaruhi dan
meyakinkan pendengar (pidato persuasif), dan menghibur
pendengar (pidato rekreatif). (…)
(11) Sebelum berpidato, pepidato tidak perlu mengidentifikasi
siapa mayoritas pendengarnya. (…)
(12) Kerangka atau garis besar naskah pidato terdiri atas tiga
bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. (…)

256
(13) Bagian pendahuluan atau bagian pembuka berfungsi
membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang
pembicaraan, dan menciptakan kesan baik tentang orator.
Bagian ini berisi di antaranya salam awal dan pengantar topik
yang dipidatokan. (…)
(14) Bagian isi berisi inti atau substansi gagasan dengan segala hal
yang menjadi bagiannya. (…)
(15) Bagian penutup berisi penegasan kembali, simpulan dan/atau
saran, kalimat-kalimat penutupan, dan salam akhir. (…)
(16) Bagian penutup dan juga bagian pendahuluan biasanya hanya
terdiri atas beberapa kalimat. (…)
(17) Kerangka naskah pidato dapat dibuat dengan sistematika
berikut.
1. Pendahuluan
1.1 Salam
1.2 …
1.3 dst.
2. Isi
2.1 …
2.1.1 …
2.1.2…
2.1.3 dst.
2.2…
2.3 dst.
3. Penutup
3.1…
3.2 dst.
3.3.1 salam (…)

(18) Pengembangan kerangka pada dasarnya merupakan


pengorganisasian pesan. (…)
(19) Pengorganisasian pesan dapat dilakukan dengan enam cara,
yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.
(…)
(20) Dalam cara deduktif, pesan pidato disampaikan dengan
menyatakan gagasan utama lebih dulu, setelah itu keterangan
penunjang. (…)
(21) Cara induktif merupakan kebalikan cara deuktif. (…)
(22) Dalam cara kronologis, pesan pidato disampaikan dengan
berdasar urutan waktu peristiwa. (…)
(23) Dalam cara logis, pesan pidato disusun berdasarkan sebab ke
akibat atau akibat ke sebab. (…)
(24) Dalam cara spasial, pesan pidato disampaikan berdasarkan
tempat. (…)

257
(25) Dalam cara topikal, pesan pidato disusun berdasarkan topik
pembicaraan: dari yang penting ke yang kurang penting, dari
yang dikenal ke yang asing, dan sebagainya. (…)
(26) Setelah pembuatan kerangka selesai, kegiatan berikutnya
adalah pengembangan kerangka. (…)
(27) Dalam tahap pengembangan, kata-kata kunci dalam kerangka
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat utama dan kalimat-
kalimat penjelas. (…)
(28) Pengembangan kerangka harus memerhatikan prinsip-prinsip
komposisi pidato, yaitu kesatuan, pertautan, dan titik berat.
(…)
(29) Dalam hal kesatuan, naskah pidato dapat diibaratkan suatu
tubuh. Antarbagian tidak bercerai berai. (…)
(30) Dalam hal pertautan atau koherensi, antarbagian harus
berurutan dan berkaitan. (…)
(31) Dalam hal titik berat, harus ada bagian tertentu yang menjadi
bagian terpenting. (…)
(32) Di samping harus menggunakan intonasi yang tepat, pepidato
juga harus menggunakan artikulasi dan volume yang jelas.
(…)
(33) Artikulasi terkait dengan sistem produksi bunyi oleh alat
ucap. Sebagai contoh, bunyi /e/ dan /a/ harus jelas
perbedaannya karena kedua bunyi tersebut keluar dari sistem
organ yang berbeda. (…)
(34) Volume suara juga harus keras agar pesan pidato mudah
ditangkap dan dipahami. (…)
(35) Agar artikulasi dan volume suara jelas, kecepatan bicara
harus diatur sedemikian rupa sehingga tampak adanya jeda
antarbunyi. (…)
(36) Isi atau pesan pidato perlu disampaikan dengan ungkapan-
ungkapan yang menarik, misalnya dengan menggunakan
berbagai bentuk peribahasa. (…)
(37) Penggunaan ungkapan-ungkapan yang menarik penting agar
pendengar tetap antusias dalam mendengarkan isi pidato. (…)
(38) Dengan pendengar yang tetap antusias, pepidato tidak merasa
digugupi untuk segera mengakhiri pidato. (…)
(39) Seperti halnya dalam komunikasi jenis lain, pepidato perlu
menaati prinsip kerja sama. (…)
(40) Dalam berpidato pepidato boleh sesekali mengabaikan
prinsip kesantunan. (…)

Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda


pada ruang berikut!

258
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………..

1) Memilih Kalimat yang tidak Sesuai dengan Konteks Pidato


Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan
yang utuh (Alwi, 2003:280). Pengertian itu mengisyaratkan bahwa satuan
bahasa yang lebih kecil daripada kalimat, misalnya kata dan frasa, belum
memiliki gagasan yang utuh.

Kalimat biasa digunakan dalam berbagai komunikasi, misalnya


pidato. Dalam pidato, pepidato menuangkan gagasan-gasasan utuhnya ke
dalam kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat tersebut disusun sebaik-baiknya
oleh pepidato agar bermakna, informatif, dan mudah dipahami. Untuk
kepentingan itu, pepidato juga mengupayakan kalimat-kalimatnya sesuai
dengan konteks pidato.

Meskipun pepidato telah mengupayakan kalimat-kalimat


pidatonya sesuai dengan konteks pidato, dalam praktik masih banyak
kalimat pidato yang tidak sesuai dengan konteks pidato. Apa
penyebabnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tulislah S dalam
tanda kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak
sependapat!
a) Pepidato mengalami disorientasi, misalnya karena kehilangan
konsentrasi sesaat. (…)
b) Pepidato kurang persiapan. (…)
c) Pepidato belum berpengalaman. (…)

259
d) Pepidato tidak menyadari urgensi kesesuaian kalimat dengan
konteks. (…)

Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda


pada ruang berikut!

…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………
………………………………………

Ketidaksesuaian kalimat dengan konteks pidato dapat diamati dari


indikator ketidaksejalanan isi kalimat dengan topik pidato. Perhatikan
contoh penggalan pidato berikut!

.……………………………………………………………………………………………
……………………………….
Saudara-saudara yang saya hormati,
Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Guru memegang peran
penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Di tangan guru yang baik,
pendidikan akan baik. Kebalikannya, pendidikan akan hancur kalau guru tidak
peduli.
Guru dan pendidikan memang tidak dapat dipisahkan. Makin banyak guru,
makin banyak orang yang membutuhkan pendidikan.
……………………………………………………………………………………………
………………………………..

260
Penggalan pidato tersebut terdiri atas enam kalimat. Kalimat
pertama sampai dengan kelima sesuai dengan konteks pidato, yakni
peran guru dalam pendidikan. Kalimat keenam tidak sesuai dengan
konteks pidato karena tidak sejalan (tidak menunjukkan peran guru
dalam pendidikan). Dari segi logika, kalimat keenam di samping tidak
sesuai dengan konteks juga tidak logis karena jumlah peminat pendidikan
tidak disebabkan oleh jumlah guru.

2) Menentukan Jenis Komponen Pidato yang Sesuai dengan Penggalan


Pidato
Pidato merupakan kegiatan prosedural yang terdiri atas tiga
komponen, yakni pembuka, isi dan penutup. Sebagai kegiatan prosedural,
ketiga komponen tersebut bersifat urut dan harus ada.

Sifat urut mengisyaratkan bahwa komponen pembuka merupakan


komponen pertama, komponen isi merupakan komponen kedua, dan
komponen penutup merupakan komponen ketiga. Ketiga komponen itu
bersifat sinergis dan sistemis sehingga tidak dapat diacak. Aneh suatu
pidato kalau ketiga komponen tersebut disajikan secara acak, misalnya
komponen penutup disampaikan sebelum komponen pembuka dan isi.

Sifat harus ada mengisyaratkan bahwa ketiga komponen itu harus


disajikan secara lengkap. Pidato akan janggal kalau bagian komponen
atau penutupnya ditanggalkan. Lebih aneh suatu pidato kalau komponen
isinya ditiadakan.

Komponen pembuka atau pendahuluan, sesuai dengan namanya,


disajikan pada bagian awal. Komponen pembuka berisi salam awal,
ucapan syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin,
dan pengantar pidato. Komponen ini berfungsi membangkitkan
perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan
kesan baik tentang pebicara.

Komponen isi disajikan pada bagian tengah. Komponen isi berisi


butir-butir inti materi pidato. Karena berisi butir-butir inti, sajian
komponen isi lebih banyak daripada komponen pembuka dan penutup.

Komponen penutup disajikan pada bagian akhir pidato. Komponen


penutup berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan,
ucapan terima kasih, dan salam akhir.

Berikut disajikan contoh teks pidato. Cermatilah komponen-


komponennya!

261
Assalammualaikum,
Bapak kepala sekolah dan Ibu/Bpk guru yang saya hormati,
Anak-anak yang saya sayangi,

Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah. Atas rahmat dan karunia-
Nya, pagi ini kita dapat berkumpul di aula sekolah ini untuk memeringati Hari
Pendidikan Nasional.

Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian. Pendidikan merupakan satu


program penting yang harus diperhatikan sebaik-baiknya oleh semua pihak. Kerja
sama antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan orang tua membantu
peningkatan kualitas dan pembentukan karakter anak-anak pada masa
mendatang.

Berikut saya sampaikan kutipan menarik yang ditulis Dorothy Law Nolte.

Kalau anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.


Kalau anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Kalau anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Kalau anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Kalau anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar dengki
Kalau anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Kalau anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Kalau anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Kalau anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Kalau anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pengakuan,ia belajar mengenali tujuan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Kalau anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran
dan keadilan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Kalau anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan.
Kalau anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.

Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,


Harus kita yakini bahwa kualitas akademik, mental, dan spiritual anak di
masa depan bergantung pada didikan yang diberikan di keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Karena itu, kerja sama semua pihak diperlukan. Sekolah tidak akan
mampu mendidik anak-anak menjadi pribadi yang sempurna tanpa dukungan
orang tua, pemerintah, dan warga masyarakat.
….

Marilah kita cukupi kebutuhan pengetahuan dan keterampilan anak-anak


dengan ilmu yang memadai. Kita didik mereka dengan kasih sayang. Kita ajari

262
mereka dengan teori dan contoh nyata. Mari kita selamatkan generasi muda
dengan mendidiknya sebaik-baiknya. Semoga Allah memberikan kemudahan
kepada kita untuk melakukan semua itu. Amin.
….

Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,


Saya sampaikan sekali lagi bahwa peningkatan kualitas dan
pembentukan karakter anak-anak pada masa mendatang sangat penting.
Marilah kita menunjukkan peran kita masing-masing untuk mewujudkan hal
tersebut. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian Ibu,
bapak, dan siswa-siswi sekalian. Saya mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Diadaptasi
dari teks “Sambutan Hari Pendidikan Nasional” dalam Lancar Berpidato dan MC
[Novia, 2011:150—152)

Dari contoh di depan Anda dapat menentukan bahwa bagian yang


bercetak miring merupakan komponen pembuka karena berisi salam,
ucapan syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin,
dan pengantar pidato. Bagian yang terletak di antara yang bercetak miring
dan yang bercetak tebal merupakan komponen isi karena berisi butir-butir
inti materi pidato. Bagian yang bercetak tebal merupakan bagian penutup
karena berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan,
ucapan terima kasih, dan salam akhir.

3) Menentukan Kalimat Pembuka/Penutup Pidato


Pada butir 2.2 telah Anda pelajari bahwa komponen pembuka
berisi salam awal, ucapan syukur kepada Tuhan, pernyataan
penghormatan kepada hadirin, dan pengantar pidato; sedangkan
komponen penutup berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat
penutupan, ucapan terima kasih, dan salam akhir. Karena isinya berbeda,
kalimat-kalimat yang menjadi “tempat” komponen pembuka berbeda
dengan kalimat-kalimat dalam komponen penutup. Kalimat-kalimat
dalam komponen pembuka bersifat mengawali uraian materi dengan
fungsi membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang
pembicaraan, dan menciptakan kesan baik tentang pebicara; sedangkan
kalimat-kalimat komponen penutup bersifat mengakhiri uraian materi
dengan fungsi menegaskan atau menggarisbawahi materi yang telah
disampaikan, memberikan saran, dan menjalin hubungan baik dengan
hadirin setelah pidato.

Dengan berdasar isi dan fungsinya, kalimat-kalimat dalam


komponen pembuka dan penutup dapat diidentifikasi dan disusun
setelah mengetahui konteks atau topik pidato. Sebagai contoh, seorang
pepidato akan menyampaikan topik “Peran Generasi Muda dalam
Pembangunan Bangsa”. Kalimat-kalimat pembukanya di antaranya

263
sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya hormati, selamat malam.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Atas rahmat dan karunia-Nya kita
dapat bertemu di tempat ini guna menyamakan pikiran dan pandangan
kita tentang peran penting generasi muda dalam pembangunan bangsa.
Berbeda dengan kalimat-kalimat pembuka, kalimat-kalimat penutupnya
di antaranya sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya hormati. Sekali
lagi saya ingin menggarisbawahi bahwa generasi muda memiliki peran
penting dalam pembangunan bangsa. Karena itu, sebagai generasi muda
kita harus turut berperan serta secara nyata dalam pembangunan bangsa.
Kiranya, demikianlah yang dapat saya sampaikan. Saya menyampaikan
terima kasih dan mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan. Selamat
malam.

Perlatihan
3) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.…
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang
bermanfaat dan bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku
dapat kita peroleh ilmu yang berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi
capai, mata lelah, dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan
kepala pusing juga dapat disebabkan oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.

Tentukan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan konteks


penggalan pidato!

4) Perhatikan penggalan pidato berikut!

.…
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang
bermanfaat dan bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku
dapat kita peroleh ilmu yang berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi
capai, mata lelah, dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala
pusing juga dapat disebabkan oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.…

Tentukan komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato


tersebut!

5) Perhatikan penggalan pidato berikut!

264
.……………………………………………………………
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang
bermanfaat dan bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku
dapat kita peroleh ilmu yang berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi
capai, mata lelah, dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan
kepala pusing juga dapat disebabkan oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.…

Tentukan kalimat penutup pidato yang sesuai dengan penggalan


pidato tersebut!

c. Menggunakan Wacana Lisan untuk Diskusi


Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan
pernyataan persetujuan atau bukan persetujuan yang tepat dan memilih
komponen diskusi. Tujuan itu dapat Anda capai dengan cara memahami
materi yang disajikan, melaksanakan perintah-perintah yang
diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan perlatihan yang
disediakan.

Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering berdiskusi. Diskusi pada


dasarnya merupakan kegiatan bertukar pikiran. Dalam konteks formal,
diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu
masalah. Dalam hal ini, yang bertukar pikiran adalah pebicara dan peserta
diskusi. Pebicara menyampaikan gagasan, pendapat, dan saran; peserta
menyimak dan meresponsnya. Agar mudah dipahami oleh peserta;
gagasan, pendapat, dan saran tersebut perlu disampaikan secara runtut
atau teratur. Hal itu berarti bahwa sebelumnya harus ada penataan ide
lebih dahulu.

Diskusi, khususnya yang bersifat formal, tidak sama dengan


dialog. Perbedaannya adalah bahwa peserta diskusi formal biasanya lebih
besar, komunikasinya bersifat tatap muka langsung, berorientasi tukar
pikiran, bukan permintaan informasi, tanpa narasumber, terdapat
minimal satu orang yang berposisi sebagai pebicara, dan melibatkan
pemandu diskusi (moderator) dan penulis diskusi (notulis).

1) Menentukan Pernyataan Persetujuan atau bukan Persetujuan


Dalam diskusi, pernyataan pebicara atau peserta diskusi
bermacam-macam sesuai dengan kepentingan, cara pandang, dan
pengetahuan masing. Dimungkinkan sebagian di antara mereka
mengemukakan pernyataan yang benar dengan dukungan data atau bukti
yang kuat, pernyataan yang benar dengan dukungan data atau bukti yang
kurang kuat, atau pernyataan yang salah. Kondisi pernyataan yang

265
bermacam-macam tersebut menyebabkan ada pernyataan yang disetujui
tanpa catatan atau bersyarat, disetujui dengan catatan, dan ditolak.

Pernyataan persetujuan tanpa catatan diberikan kalau pernyataan


yang ditanggapi benar-benar dapat diterima tanpa syarat, misalnya
karena isi dan redaksinya baik serta dukungan data/buktinya kuat.
Pernyataan persetujuan tersebut misalnya Saya menyetujui pernyataan
Saudara Agus karena… atau Saya rasa pernyataan Saudara Agus dapat diterima
karena…. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan
persetujuan tanpa syarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang
menunjukkan persetujuan dan alasan persetujuan yang sejalan atau
bahkan menguatkan alasan dalam pernyataan yang ditanggapi.

Pernyataan persetujuan bersyarat diberikan kalau pernyataan yang


ditanggapi memiliki kelemahan, misalnya karena isi dan redaksi baik,
tetapi dukungan data/buktinya kurang kuat. Pernyataan persetujuan
tersebut misalnya Saya menyetujui pernyataan Saudara Agus dengan catatan
bahwa … atau Secara umum pernyataan Saudara Agus dapat saya terima
asalkan…. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan
persetujuan bersyarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang
menunjukkan persetujuan dan syarat yang harus dipenuhi dalam
pernyataan yang ditanggapi.

Pernyataan penolakan (bukan persetujuan) diberikan kalau


pernyataan yang ditanggapi benar-benar tidak dapat diterima, misalnya
karena isi dan redaksinya tidak baik serta dukungan data/buktinya
lemah. Pernyataan bukan persetujuan bersifat bertentangan dengan
pernyataan orang lain sehingga harus ditata sebaik-baiknya agar tidak
menimbulkan konflik. Hal itu mengisyaratkan bahwa pernyataan bukan
persetujuan harus santun agar pemilik pernyataan yang ditanggapi tidak
kehilangan muka atau tersinggung. Terkait dengan hal itu, Leech
(2003:160) menyarankan penggunaan ketidaksetujuan sebagian, bukan
ketidaksetujuan mutlak. Pernyataan bukan persetujuan atau
ketidaksetujuan sebagian tersebut misalnya Secara umum pada pernyataan
Saudara Agus terdapat beberapa hal yang benar, tetapi rasanya kita tetap perlu
memertimbangkan kepentingan yang lebih besar karena... atau Dari sisi A, B,
dan C pendapat saya sejalan dengan pernyataan Saudara Agus, tetapi ada sedikit
perbedaan dalam hal…karena…. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam
pernyataan bukan persetujuan sebagian idealnya dieksplisitkan kata-kata
yang menunjukkan persetujuan dan pada bagian akhir dieksplisitkan
kata-kata yang menunjukkan ketidaksetujuan yang disertai dengan alasan
yang logis dan kuat. Pernyataan bukan persetujuan mutlak harus
dihindari karena dapat menciptakan ketidakharmonisan, bahkan konflik
personal. Contoh pernyataan bukan persetujuan mutlak adalah Saya kira
sudah jelas bahwa pernyataan Saudara Agus salah sehingga sama sekali tidak ada

266
alasan untuk menyetujuinya atau Saya rasa jelas bahwa pernyataan Saudara
Agus tidak hanya jelas, tetapi juga berbahaya. Pernyataan demikian
menurunkan martabat orang yang ditanggapi sehingga harus dihindari
agar keharmonisan tetap terjaga.

2) Memilih Komponen Diskusi


Pernyataan persetujuan dan bukan persetujuan yang diuraikan
pada butir 2.1 di depan dapat disampaikan oleh peserta kepada pebicara,
peserta kepada peserta, dan pebicara kepada peserta. Pebicara dan peserta
tersebut merupakan dua di antara empat komponen diskusi. Dua
komponen yang lain adalah moderator dan notulis.

Diskusi yang bersifat formal (resmi) dengan banyak peserta


biasanya dilakukan oleh minimal empat komponen, yaitu pebicara,
pemimpin atau pemandu diskusi (moderator), sekretaris atau penulis
diskusi, dan peserta diskusi. Tiap komponen memunyai tugas khusus.
Pebicara, misalnya, memunyai tugas menyajikan pokok-pokok
permasalahan yang akan didiskusikan.

Pebicara melaksanakan tugas tersebut setelah ia diberi kesempatan


oleh pemandu diskusi untuk berbicara. Biasanya, pokok-pokok
permasalahan disampaikan setelah pebicara mengucapkan salam dan
berbasa-basi sebentar, sebelum berbicara panjang lebar untuk
mengembangkan pokok-pokok permasalahan.

Pokok-pokok permasalahan merupakan garis besar diskusi yang


dikembangkan berdasarkan topik. Secara sederhana, dalam menyajikan
pokok-pokok permasalahan pebicara dapat mengatakan, misalnya, “Pada
kesempatan ini saya akan menyampaikan beberapa hal. Pertama, …..;
kedua…..; dan seterusnya”.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya


pebicara lupa terhadap pokok permasalahan tertentu atau
ketidakruntutan pokok-pokok permasalahan, pebicara dapat membuat
catatan lebih dahulu tentang pokok-pokok permasalahan yang akan
disajikan. Catatan tersebut harus dikuasai lebih dahulu dan sebaiknya
memang tidak dibaca pada saat penyajian karena hal tersebut dapat
menurunkan kredibilitas pebicara.

Sekarang cermatilah pernyataan-pernyataan berikut! Tulislah S


dalam tanda kurung kalau Anda setuju dan TS kalau tidak setuju!

a) Pebicara yang baik adalah pembicara yang berpikir lebih


dahulu sebelum mengutarakan ide-idenya. (…)

267
b) Dengan cara tersebut, ide-ide yang diutarakan sudah dalam
keadaan matang dan tertata. (…)
c) Ide-ide juga perlu disampaikan secara jelas dalam kata-kata
terpilih yang mudah dipahami dan dalam kalimat-kalimat
yang tertata secara baik. (…)
d) Dalam menyampaikan hal tersebut, pebicara sebaiknya tidak
berbicara tergesa-gesa. (…)

Lalu, bagaimana cara meruntutkan gagasan, pendapat, dan saran?


Pebicara biasanya menggunakan cara berikut. Ketika akan menyampaikan
suatu hal, pebicara mengacu hal yang disampaikan sebelumnya. Pada saat
akan membuat kalimat kedua, misalnya, pebicara merujuk inti kalimat
pertama; pada saat akan membuat kalimat ketiga, pebicara merujuk inti
kalimat kedua; dan seterusnya. Dengan cara itu, kalimat-kalimat pebicara
koheren (maknanya berhubungan). Koherensi tersebut merupakan
landasan terciptanya gagasan, pendapat, dan saran yang runtut.

Di samping itu, pebicara juga dapat menggunakan cara lain, yaitu


menempatkan kata-kata kunci (kata-kata penting) atau penggantinya
pada kalimat berikutnya. Misalnya kalau kalimat pertama pebicara adalah
Perhatian terhadap anak perlu dioptimalkan, kalimat keduanya adalah
Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk memfasilitasi pendidikannya
sebaik-baiknya atau Caranya adalah memfasilitasi pendidikannya sebaik-baiknya.
Perhatikanlah penggunaan kata perhatian dan akhiran –nya dalam kalimat
kedua! Dengan cara itu, kalimat-kalimat pebicara kohesif (unsur-unsur
bahasanya, misalnya kata-kata yang digunakan pebicara, saling
berhubungan).

Agar hasilnya baik, diskusi juga harus berjalan dengan baik. Untuk
itu, keberadaan pemandu diskusi yang terampil penting. Apa tugas
pemandu diskusi? Cobalah Anda cermati pernyataan-pernyataan berikut
dan tulislah S dalam tanda kurung kalau sependapat dan TS kalau tidak
sependapat!
Pemandu diskusi memunyai tugas sebagai berikut:
a) menyampaikan topik diskusi (…)
b) menyampaikan tujuan diskusi (…)
c) mengenalkan pebicara (…)
d) menyampaikan aturan-main diskusi (…)
e) mengatur proses diskusi (…)
f) menyimpulkan hasil diskusi. (…)

Hal yang penting untuk Anda perhatikan terkait dengan tugas


pemandu diskusi adalah bahwa aturan-main atau tata cara diskusi harus
ditaati. Sering terjadi diskusi menjadi kacau karena aturan-mainnya tidak
ditaati.

268
Bagaimana aturan-main diskusi? Aturan-main diskusi bersifat
fleksibel, dalam arti bahwa aturan-main dalam diskusi yang satu tidak
harus sama dengan aturan-main dalam diskusi yang lain. Yang penting
adalah bahwa aturan-mainnya harus jelas, misalnya diskusi akan
berlangsung sekian menit, diskusi dibagi menjadi sekian sesi, tiap
pebicara akan menyajikan materi sekian menit, penanya hanya boleh
mengajukan sekian pertanyaan, dan per sesi sekian penanya.

Hal yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa


pemandu diskusi harus tegas. Sering terjadi diskusi menjadi kacau karena
pemandu tidak tegas. Misalnya pemandu membiarkan pebicara berbicara
melebihi durasi waktu yang ditentukan dan pemandu membiarkan
penanya menanyakan hal-hal di luar konteks diskusi.

Di samping harus tegas, dalam mengatur diskusi pemandu juga


harus dapat menghargai pendapat orang lain, objektif, adil dalam
memberikan kesempatan bicara, tidak berburuk sangka, dan sebagainya.
Sifat-sifat itu harus ditampakkan ketika diskusi berlangsung agar tidak
ada pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan.

Hal lain yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa
penyimpulan hasil diskusi harus sesuai dengan yang didiskusikan dan
tidak bertele-tele. Simpulan yang baik adalah simpulan yang tepat yang
dikemas dalam kalimat-kalimat yang singkat, lugas, dan mudah
dipahami.

Selain pebicara dan moderator, peserta diskusi juga perlu


meruntutkan gagasan, pendapat, dan sarannya. Hal itu penting karena
keruntutan merupakan dasar gagasan, pendapat, dan saran mudah
dipahami.

Di samping dapat mengemukakan gagasan, pendapat, dan saran;


peserta diskusi juga dapat mengajukan pertanyaan kalau menurutnya ada
hal yang kurang jelas, kurang tepat, dan sebagainya. Pertanyaan yang
diajukan dalam diskusi adalah pertanyaan untuk memeroleh informasi.
Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengetes pebicara tidak seharusnya
ditanyakan karena tidak etis.

Pertanyaan yang diajukan juga harus dipertimbangkan bobotnya.


Pertanyaan yang tidak berbobot sebaiknya tidak diajukan agar tidak
mengganggu dan memakan waktu. Di samping itu, pertanyaan yang
diajukan juga harus dilihat relevansinya. Pertanyaan yang tidak relevan
sebaiknya juga tidak diajukan. Hal lain yang juga penting untuk

269
diperhatikan adalah bahwa pertanyaan harus dikemas dalam kalimat-
kalimat yang santun, tidak menjatuhkan, dan tidak berkesan menggurui.

Dalam mengajukan pertanyaan, peserta diskusi tidak harus


menggunakan kata-kata tanya seperti apa, kapan, di mana, siapa, mengapa
dan bagaimana. Pertanyaan dengan redaksi yang lain juga dapat diajukan,
misalnya, Mohon dijelaskan sekali lagi hal yang Anda maksudkan dengan….

Perlatihan
6) Perhatikan penggalan diskusi antarguru berikut!

Guru 1: Kalau menurut saya, semua kompetensi dasar harus diajarkan


meskipun yang di-UN-kan hanya kompetensi dasar pada keterampilan
membaca dan menulis.
Guru 2: …

Tentukan pernyataan persetujuan yang tepat untuk disampaikan


oleh guru 2 sesuai dengan penggalan diskusi tersebut!

7) Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengundang seorang pakar


bahasa Indonesia untuk menjelaskan isu-isu mutakhir
kebahasaindonesiaan. Seratus guru bahasa Indonesia juga
diundang dalam forum itu. Tentukan komponen diskusi yang
seharusnya ada!

B. Membaca
Standar kompetensi modul membaca ini adalah memahami wacana
nonsastra. Modul ini membahas (1) memahami berbagai teks, yang
meliputi kalimat topik, kalimat penjelas, ide pokok, dan makna tersirat
dalam penggalan teks; (2) menyimpulkan dan merangkum isi suatu teks;
(3) membedakan fakta dengan opini dalam teks; (4) mengubah sajian
grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian.

1. Materi Pembelajaran
a. Memahami Berbagai Teks
Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan teks? Teks merupakan salah
satu bentuk wacana. Sebuah teks, utamanya teks karya ilmiah, terdiri atas
paragraf-paragraf yang kohesif dan koherensif. Paragraf yang kohesif
adalah paragraf yang hanya mengandung sebuah ide pokok atau kalimat
topik. Selanjutnya, paragraf yang koherensif adalah paragraf yang
dibangun atas kalimat-kalimat yang padu.

Sebagaimana Anda pahami, sebuah paragraf terdiri atas beberapa


kalimat. Kalimat-kalimat tersebut dapat dibedakan menjadi kalimat
pokok dan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat pokok adalah kalimat yang

270
dikembangkan dalam paragraf. Adapun kalimat penjelas adalah kalimat-
kalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Untuk itu, pada uraian berikut
ini, Anda akan mempelajari bagaimana cara menemukan kalimat pokok
atau ide pokok dalam paragraf, menemukan kalimat penjelas yang tidak
mendukung isi paragraf, dan menemukan makna kalimat yang selaras
dengan teks (secara tersirat)

Menemukan kalimat pokok atau ide pokok dalam paragraf


Berdasarkan letak kalimat pokoknya, terdapat empat macam
paragraf, yakni (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf
kombinatif, dan (4) paragraf tanpa kalimat pokok (Akhadiah, S. dkk.,
1997). Berdasarkan letak kalimat pokoknya, paragraf deduktif adalah
paragraf yang kalimat pokoknya terletak di awal paragraf, sedangkan
paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak di akhir
paragraf. Bila kalimat pokok terletak di awal dan akhir paragraf, paragraf
tersebut disebut paragraf kombinatif atau campuran. Selanjutnya,
paragraf yang tidak berkalimat pokok adalah paragraf yang beride pokok.
Artinya, dari kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut,
ternyata tidak ada yang merupakan kalimat pokok. Namun, dalam
paragraf semacam ini terdapat sebuah ide pokok.

Perlu Anda garis bawahi bahwa kalimat pokok bersinonim dengan


kalimat utama atau kalimat topik, yaitu kalimat yang mengandung ide
pokok atau ide utama. Bila ide pokok atau ide utama tidak disusun dalam
berarti dalam paragraf tersebut tidak terdapat kalimat pokok atau kalimat
utama.

Perhatikan empat paragraf yang penulis susun berikut ini,


kemudian identifikasi macam paragraf dan temukan kalimat pokok/ide
pokoknya! Diskusikan dengan teman sejawat Anda!

Macam Kalimat/ide
No. Contoh Paragraf
paragraf pokok
1. Untuk meraih sukses, tidak semudah
membalik telapak tangan. Diperlukan kedisiplinan,
kerajinan, dan keuletan. Seorang atlet yang
berprestasi dapat dipastikan memiliki jadwal
berlatih yang ketat. Dia juga dituntut berlatih
dengan rajin, bukan sekadar berlatih. Saat
menghadapi kegagalan, dia dituntut bersikap
sportif, ulet, dan tidak berputus asa.
2. Umat Islam merayakan Idul Fitri dan Idul
Adha. Umat Kristen dan Katolik merayakan Natal
dan Paskah. Selanjutnya, umat Budha merayakan
Waisak dan Kuningan, sedangkan umat Hindu
merayakan Galungan dan Nyepi. Dari pernyataan-

271
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap agama memiliki hari besar yang dirayakan
umatnya.
3. Jadilah pribadi yang ulet dan kokoh. Jangan
pernah menyerah ketika sedang menghadapi
masalah. Anda harus berjuang sekuat tenaga dan
berdoa dengan tekun pada saat-saat sulit.
Singkirkan kata “putus asa” dari kamus kehidupan
Anda. Tanamkan dalam sanubari Anda bahwa
“aku bisa”. Itulah pribadi yang ulet dan pantang
menyerah.
4. Alquran adalah kitab suci umat muslim. Alkitab
adalah kitab suci umat Kristen dan Katolik. Adapun
kitab suci umat Hindu adalah Weda. Selanjutnya,
Tripitaka adalah kitab suci umat Budha.

Dari hasil diskusi terhadap keempat contoh paragraf tersebut, yang


manakah jawaban Anda dari dua pilihan berikut ini?

No. Pilihan A Pilihan B


1. Kalimat pokok pada awal paragraf= Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif paragraf deduktif
2. Kalimat pokok pada akhir paragraf= Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf induktif paragraf induktif
3. Kalimat pokok pada awal dan akhir Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran campuran
4. Tidak berkalimat pokok Tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok.

Dari latihan tersebut, bisakah Anda membedakan apa yang


dimaksud dengan kalimat pokok dan apakah yang dimaksud dengan ide
pokok? Ya, kalimat pokok adalah kalimat yang mengandung ide pokok,
sedangkan ide pokok adalah ide utama yang dikembangkan dalam
sebuah paragraf. Untuk memperdalam pemahaman tentang ide pokok
dalam sebuah paragraf, perhatikan contoh paragraf yang penulis susun
berikut ini!

Paragraf 5:
Udara di tempat ini bersih dan segar. Angin berhembus membelai wajahku.
Desiran ombak menyentuh gendang pendengaranku dengan lembut. Kepak camar
bagaikan tarian gadis-gadis lincah. Sesekali camar-camar itu menukikkan paruhnya
untuk menyambar mangsa.

Paragraf tersebut dibangun atas empat kalimat. Bila diperhatikan,


tidak ada satu pun kalimat yang merupakan kalimat pokok. Namun,

272
kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut membahas sebuah
ide pokok, yakni keadaan di pantai.

Langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide pokok


Berikut ini, langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau
ide pokok. Langkah pertama, baca kalimat awal paragraf dan kalimat akhir
paragraf. Langkah ini digunakan untuk menemukan kalimat pokok
paragraf deduktif, induktif, atau kombinatif. Langkah kedua, jika dengan
langkah tersebut, Anda tidak menemukan kalimat pokok, bacalah seluruh
kalimat yang membangun paragraf tersebut! Langkah ini digunakan
untuk menemukan ide pokok dalam paragraf tanpa kalimat topik.
Praktikkan kedua langkah tersebut untuk membaca paragraf berikut ini!

Paragraf 6:
Pertama, siapkan bahan berupa 10 buah pisang kepok, ¼ tepung terigu,
garam, dan gula secukupnya, keju parut, dan minyak goreng. Kedua, kupas
pisang dan belah dua secara memanjang. Ketiga, masukkan tepung terigu,
sedikit garam dan gula, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk
hingga menjadi adonan. Keempat, panaskan minyak di wajan. Kelima, masukkan
potongan pisang ke adonan. Keenam, goreng pisang yang terbalur adonan, balik-
balik sampai berwarna kekuningan. Ketujuh, angkat pisang goreng tersebut dan
letakkan di piring serta taburkan keju parut di atasnya.

Untuk mempraktikkan langkah-langkah tersebut, jawab


pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

No. Pertanyaan atau perintah Jawaban


1. Terdiri atas berapa kalimatkah paragraf Paragraf tersebut terdiri atas tujuh
kedua tersebut? kalimat
2. Cermati kalimat pertama dan/atau Tidak ada yang berupa kalimat topik.
kalimat terakhir paragraf tersebut dan
adakah yang merupakan kalimat topik
dalam paragraf tersebut?
3. Baca kalimat-kalimat dalam seluruh Ide pokok paragraf tersebut adalah
paragraf dan tuliskan ide pokoknya! langkah-langkah membuat pisang
goreng.

Menemukan kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sebuah paragraf terdiri
atas kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Dalam bagian ini,
dibahas kalimat penjelas. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang
berfungsi menjabarkan kalimat pokok. Kalimat penjelas, dari segi makna,
tidak bisa berdiri sendiri. Artinya, kalimat tersebut ada keterkaitannya
dengan kalimat sebelum atau sesudahnya. Hal ini berbeda dengan kalimat
pokok. Kalimat pokok memerlukan penjelasan atau pengembangan. Dari
segi makna, kalimat pokok mampu berdiri sendiri. Perhatikan dua contoh

273
kalimat berikut ini! Manakah yang merupakan kalimat pokok dan
manakah yang merupakan kalimat penjelas?
Contoh kalimat:
1. Kalimat dalam bahasa Indonesia minimal terdiri atas subjek dan
predikat.
2. Sebagai contoh, jeruk dan nanas merupakan buah yang mengandung
vitamin C.
3. Hiv aids merupakan penyakit menular dan sulit disembuhkan.
4. Demokrasi berasal dari kata “demos” dan ”kratos”.
5. Untuk menjaga stamina tubuh, konsumsilah buah-buah yang
mengandung vitamin C.
6. Kedua kata itu berasal dari bahasa Latin.

Tulis jawaban Anda pada kolom berikut ini!

No. Kalimat pokok Kalimat penjelas


1.
2.
3.
4.
5.

Guna meningkatkan pemahaman Anda tentang kalimat penjelas,


perhatikan contoh berikut ini! Kalimat penjelas bernomor berapakah yang
tidak mendukung isi paragraf?

Paragraf 7:
(1) Deteksi dini penyakit epilepsi masih sulit dilakukan. (2) Alat pendeteksi epilepsi
belum dijual di pasar bebas. (3) Sebab, masih ditemukan banyak pasien baru berobat
setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun menderita epilepsi. (4) Dr. dr. Kurnia
menyatakan, ”Mungkin, banyak masyarakat tidak paham gejala epilepsi. Epilepsi masih
dianggap penyakit biasa.”
Sumber: Jawa Pos, 6 Mei 2012, hlm. 44 (modifikasi)

Menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks (secara tersirat)


Untuk menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks, Anda
hendaknya membaca penggalan teks, misalnya sebuah paragraf dengan
cermat. Hal ini dilakukan karena makna tersebut diungkapkan secara
tersirat. Agar memahami dengan baik, perhatikan contoh berikut ini!
Diskusikan jawaban Anda dengan teman!

Paragraf 8:
Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh perokok. Salah satunya
adalah hipertensi. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu lima
tahun.
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012, hlm.29 (dengan moodifikasi)

274
Kalimat berikut ini yang tidak selaras dengan maksud paragraf tersebut
adalah ...
A. Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh
perokok
B. Salah satunya adalah hipertensi.
C. Hipertensi disebut juga darah tinggi.
D. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu
lima tahun.

Perlatihan
1. Cari contoh paragraf, kemudian tentukan kalimat pokok paragraf
tersebut!
2. Tulis sebuah paragraf yang di dalamnya terdapat sebuah kalimat
penjelas yang tidak mendukung isi paragraf tersebut!
3. Cari contoh paragraf yang tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok!
4. Dari contoh paragraf pada soal nomor 3, susun pertanyaan pilihan
ganda untuk mengukur makna kalimat yang selaras dengan isi
paragraf (makna tersirat)!

b. Menyimpulkan dan Merangkum Isi Suatu Teks


Masih ingatkah Anda tentang macam paragraf berdasarkan letak
kalimat utamanya? Ya, ada empat macam paragraf, yakni paragraf
deduktif, induktif, kombinatif (campuran), dan paragraf tanpa kalimat
utama. Berikut ini, Anda akan mempelajari macam teks dan paragraf
berdasarkan tujuannya.

Berdasarkan tujuannya, teks bisa berupa narasi, deskripsi,


eksposisi, argumentasi, dan persuasi (Keraf, 1984; Keraf, 1985; Finoza,
1998). Narasi adalah teks yang bertujuan menceritakan suatu peristiwa
secara kronologis. Adapun deskripsi adalah teks yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu atau seseorang secara rinci sehingga pembaca
dapat membayangkan atau seolah-olah merasakan apa atau siapa yang
dideskripsikan. Selanjutnya, eksposisi adalah teks yang berdasarkan fakta
dan/atau data serta bertujuan menambah atau memperluas pengetahuan
pembaca sesuai dengan isi paparan. Guna memperjelas keterangan atau
data/dan atau fakta yang dikemukakannya, penulis dapat
menampilkannya dalam bentuk tabel, diagram, gambar, foto, dan
sebagainya. Kemudian, argumentasi adalah teks yang berisikan fakta
dan/atau data disertai dengan argumen-argumen yang logis disertai
dengan bukti-bukti yang akurat. Persuasi adalah teks yang bertujuan
mempersuasi atau membujuk pembaca sehingga melakukan sebagaimana
yang dikehendaki penulis.

275
Sebuah teks terdiri atas paragraf-paragraf. Berdasarkan pernyataan
tersebut, penggalan teks narasi bisa berupa paragraf-paragraf naratif.
Berikutnya, penggalan teks deskripsi bisa berupa paragraf-paragraf
deskriptif. Demikian pula, ada paragraf ekspositoris, paragraf
argumentatif, dan paragraf persuasif.

Pada saat membaca teks atau penggalan teks, Anda sebaiknya


menentukan lebih dulu tujuan membaca yang akan dicapai. Apakah dia
bertujuan memahami isi teks, menemukan ide pokok, atau bermaksud
menyimpulkan dan merangkum isi teks. Dalam bagian ini dibahas
membaca dengan tujuan menyimpulkan dan merangkum isi teks.

Apakah yang dimaksud dengan simpulan? Dalam Kamus Besar


Bahasa Indonesia (2008:1310), simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan
atau hasil menyimpulkan. Menyimpulkan adalah menyarikan pendapat
berdasarkan apa-apa yang diuraikan dalam karangan. Untuk
menyimpulkan isi penggalan teks, pembaca hendaknya membaca
penggalan teks tersebut secara intensif. Dengan membaca intensif,
pembaca diharapkan memahami isi penggalan teks tersebut. Dengan
pemahaman yang tepat, pembaca akan dapat menyimpulkan isi
penggalan teks yang dibacanya. Perhatikan contoh berikut ini!

Penggalan teks 1
Kesadaran masyarakat akan pentingnya alat tukar yang tidak bersifat fisik,
baik kertas maupun logam, mulai tumbuh sejak 2005. Bank Indonesia pada 206
kemudian mencanangkan gerakan mengurangi uang tunai untuk menuju
masayarakat dengan alat tukar elektronik.
Pada 2007, mulai bermunculan produk uang elektronik (uang-e, emoney)
sebagai terjemahan teknis atas cita-cita itu. Sebut saja kartu Flazz dari Bank BCA
atau e-Toll dari Bank Mandiri. Kemudian, operator telepon seluler pun ikut ambil
bagian, yakni dengan munculnya Tcash dari telkomsel.
Sumber: Kompas, 2012:33

Untuk menyimpulkan isi teks tersebut, temukan kalimat pokok


atau ide pokok tiap paragraf. Selanjutnya, bila dianggap perlu, temukan
kalimat penjelas atau ide penjelas yang mayor yang menjelaskan kalimat
pokok atau ide pokok tiap paragraf. Nah, untuk menyimpulkan isi
penggalan teks tersebut, berikut ini hasilnya.

Paragraf ke- Kalimat pokok Simpulan isi penggalan teks


1 Kesadaran masyarakat akan Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik tumbuh pentingnya alat tukar nonfisik
sejak 2005. tumbuh sejak 2005 dan pada
2 Pada 2007, mulai bermunculan 2007, mulai bermunculan produk
produk uang elektronik. uang elektronik.

276
Guna meningkatkan kemampuan Anda, baca penggalan teks
berikut ini! Kemudian, rumuskan simpulan isi penggalan teks tersebut!

Penggalan teks 2
Anyer dan Carita boleh jadi akan langsung disebut manakala orang membicarakan
keindahan pantai barat Banten. Namun, selain kedua pantai tersohor di pesisir Selat
Sunda tersebut, Banten juga memiliki jajaran pantai lain yang tak kalah elok di sisi selatan
yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Pantai yang membentang di pesisir selatan Banten itu nyaris masih perawan.
Panorama pantai dapat dilihat hampir dari berbagai penjuru karena masih sedikitnya
bangunan yang berdiri di sekitar pantai.
Berwisata ke pesisir selatan Banten, mata pelancong akan termanjakan oleh debur
gelora ombak biru Samudra Hindia memecah karang-karang yang berdiri angkuh di
perairan. Hamparan pasir halus di pantai yang tersambung dengan areal ladang, rimbun
semak, perdu, dan pepohonan pun semakin menggenapi keasrian alam.
Sumber: Kompas, 2012:26

Tuliskan hasil kerja Anda pada tempat yang disediakan.

Paragraf ke- Kalimat pokok/ide pokok Rangkuman isi penggalan teks


1
2
3

Selanjutnya, tujuan membaca yang akan diuraikan berikut ini


adalah untuk merangkum isi teks. Apakah yang dimaksud dengan
rangkuman? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1142),
rangkuman adalah ringkasan; ikhtisar dari sebuah uraian. Merangkum
adalah meringkas teks dalam bentuk-bentuk pokok saja. Agar dapat
merangkum teks yang dibacanya, pembaca hendaknya membaca intensif
teks, memahami isi teks, dan mampu menyarikan isi teks. Perhatikan
contoh berikut ini!

Penggalan teks 3
Kemiskinan bukan untuk dihadapi dengan pasrah, melainkan memicu semangat
seseorang untuk mengubah nasibnya agar menjadi lebih baik. Dasar pemikiran yang
demikianlah yang menjadi pendorong bagi Tamrin untuk bekerja lebih keras, guna
“menaklukkan” kesulitan hidup.
Tamrin, warga Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat, memilih menekuni kerajinan perak. Tekad itu disambut teman
sekampung Tamrin, yang lalu mengajak dia bekerja pada sentra kerajinan perak di
Singapadu, Sukowati, Gianyar, Bali pada 1995. Tamrin menjadi pekerja magang pada
sentra kerajinan perak di desa tersebut.
Rangkuman: Kemiskinan harus ditaklukkan oleh Tamrin dengan menekuni kerajinan
perak.

277
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Cari penggalan teks minimal dua paragraf! Kemudian, simpulkan
isi penggalan teks tersebut!
2. Cari penggala teks minimal tiga paragraf! Tulis rangkuman dari
penggalan teks tersebut!

c. Membedakan antara Fakta dan Opini dalam Teks


Di dalam materi sebelumnya dalam modul ini telah dijelaskan
bahwa berdasarkan sifatnya, ada lima bentuk tulisan, yakni (1) narasi, (2)
deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Di dalam tulisan
eksposisi dan argumentasi, penulis menyajikan data dan fakta. Pada
tulisan eksposisi, data dan fakta untuk memperjelas isi tulisan tersebut
sehingga mudah dipahami pembaca, sedangkan dalam tulisan
argumentasi, data dan fakta dimanfaatkan penulis sebagai bukti guna
memperkuat pendapatnya sehingga pembaca dapat diyakinkan penulis.
Selain fakta dan data, dalam sebuah tulisan, terdapat pula opini atau
pendapat penulis atau pihak lain yang pendapatnya dikutip penulis. Dari
penjelasan tersebut, apakah yang dimaksud dengan fakta dan pakah yang
dimaksud dengan opini?

Sebuah fakta didukung oleh bukti. Fakta bersifat objektif, tidak


mengandung penilaian pribadi. Objektivitas fakta bisa berupa data
historis, data penelitian ilmiah, atau data statistik (Kirn dan Hartmann,
2007:22). Guna memperjelas pengertian fakta, perhatikan contoh berikut
ini!

Paragraf 9
Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun
2012 menjadi 120.000 kursi. Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi. Penambahan kuota
karena ada perguruan tinggi negeri baru dan beberapa program studi baru PTN.
Fakta: (1) Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
tahun 2012 menjadi 120.000 kursi. (2) Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi.

Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan opini? Menurut Kirn


dan Hartmann (2007:22), opini didasarkan atas pendapat, keyakinan, atau
perasaan individul. Opini adalah kesimpulan atau keputusan personal
dan subjektif. Agar jelas pemahaman Anda tentang opini, perhatikan
contoh berikut ini!

Paragraf 10
Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan
air tawar. Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-

278
pulau terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. Tak jarang, rebutan air tawar lalu
memicu pertengkaran. (Sumber: Kompas, 2012:1)
Opini: (1) Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya
mendapatkan air tawar. (2) Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi
penduduk di pulau-pulau terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. (3) Tak jarang,
rebutan air tawar lalu memicu pertengkaran.

Dari kedua contoh tersebut, apakah yang dapat Anda simpulkan


tentang fakta dan opini dalam sebuah paragraf? Ya, dalam sebuah
paragraf bisa terdapat fakta saja atau opini saja. Namun, dalam sebuah
paragraf bisa terdapat fakta dan opini.

Perlatihan
1. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta saja!
2. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung opini saja!
3. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta dan opini!

d. Mengubah Sajian Grafik, Tabel, atau Bagan Menjadi Uraian


Pada materi sebelumnya dalam modul ini telah disampaikan
bahwa dalam tulisan eksposisi dan argumentasi, penulis bisa menyajikan
grafik, tabel, atau bagan. Ketiga bentuk penyajian visual tersebut
dimaksudkan sebagai penunjang penjelasan bagi tulisan eksposisi dan
sebagai pembuktian dalam tulisan argumentasi.

Pada materi selanjutnya dalam modul ini, dibahas bagaimana


pembaca mengubah sajian grafik, tabel, dan bagan menjadi uraian.
Sebelumnya, akan diuraikan lebih dulu apakah yang dimaksud dengan
grafik, tabel, dan bagan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), grafik adalah lukisan


pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun
naiknya hasil, statistik, dan seterusnya). Perhatikan contoh grafik berikut
ini!

279
6

4
Siswa PAUDNI
3
Siswa SD/SMP/SMA
Mahasiswa
2

0
McDogel KECE FC AW Lah MrDoel

Grafik 1 Konsumen Makanan Siap Saji di Surabaya

Adapun tabel didefinisikan sebagai daftar berisi ikhtisar sejumlah


(besar) data informasi yang biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang
tersusun secara bersistem urut ke bawah di lajur dan deret tertentu
dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak.
Perhatikan contoh tabel berikut ini!

Tabel 1 Ragam Bahasa

Dasar penggolongan Ragam Bahasa


Pokok pembicaraan 1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
Media pembicaraan 1. Ragam lisan:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Hubungan antarpembicara bahasa 1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai

280
Tabel tersebut dibuat berdasarkan wacana berikut ini.
Wacana 1: Ragam Bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara:
1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa

Selanjutnya, yang dimaksud dengan bagan adalah gambar


rancangan, skema, alat peraga grafik untuk menyajikan data agar
mempermudah penafsiran. Agar jelas bagi Anda, perhatikan contoh
bagan berikut ini!

faktor penentu
keberhasilan
menyimak

penyimak pembicara

situasi pembicaraan

Bagan 1: Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak

281
Pertanyaan yang diajukan sekarang adalah bagaimanakah
membahasakan bagan tersebut? Jika diperhatikan, bagan tersebut berjalan
searah dengan jarum jam. Karena itu, pembaca hendaknya mencermati
kotak paling atas yang berbunyi, “Faktor penentu keberhasilan
menyimak.” Selanjutnya, faktor-fakor apa sajakah yang berpengaruh
terhadap keberhasilan menyimak seseorang. Berdasarkan bagan tersebut,
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan menyimak searah dengan
jarum jam adalah (1 pembicara, (2) pembicaraan, (3) situasi, dan (4)
penyimak.

Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Baca dengan cermat tabel berikut ini!

Tabel 2 Dampak Kenaikan Harga BBM


No. Bahan pokok Harga lama per kilo Harga baru per kilo
1. Gula Rp 11.000,00 Rp 12.000,00
2. Telur Rp 13.500,00 Rp 14.500,00
3. Beras C4 Rp 7.200,00 Rp 7.500,00
4. Kacang tanah Rp 14.500,00 Rp 16.000,00

Tulis sebuah paragraf eksposisi tentang isi tabel tersebut!

2. Buat tabel susunan acara televisi berdasarkan data sebagai


berikut.
RCTI pada pukul 04.30 menayangkan Seputar Indonesia,
kemudian, pada pukul 06.00, Go Spot. Film keluarga berjudul
“Barbie and The Magic of Pegasus” ditayangkan pukul 07.00.
Acara berikutnya adalah Dahsyat (09.00, live), Indonesian Idol
2012 Spektakuler Show 2.

C. Menulis
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun
ini. Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis. Di
bawah ini disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengungkapkan
wacana tulis nonsastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi
dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD yang dimaksudkan adalah di
bawah ini.
a) Menulis pesan singkat dan surat,
b) Menulis teks berita,

282
c) Menulis slogan, poster, dan iklan baris,
d) Menulis karya ilmiah,
e) Menulis paragraf,
f) Menulis kalimat dan penggunaan ejaan.

2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pesan Singkat (Memo)
Memo merupakan pesan singkat tentang pokok persoalan yang
disampaikan seseorang kepada orang lain. Pesan singkat tersebut
biasanya disampaikan atasan kepada bawahan, antarteman sejawat. Pesan
singkat juga dapat disampaikan antarteman dalam satu sekolah. Dalam
institusi tertentu, misalnya kantor, biasanya disiapkan papan tulis untuk
menuliskan pesan singkat (memo) ini. Namun juga dapat ditulis pada
selembar kertas. Memo disampaikan kepada orang lain biasanya karena
alasan waktu yang mendesak dan tidak mungkin dapat bertemu.

Memo ditulis seseorang kepada orang lain dengan harapan pesan


yang ingin disampaikan segera tersampaikan kepada sasaran. Karena
alasan cepat itulah, maka memo harus ditulis dengan bahasa yang singkat
dan mudah dipahami oleh orang lain, terutama penerima pesan tersebut.
Bentuk penulisan memo juga sederhana. Perhatikan contoh format
bentuk memo di bawah ini. Jika diperhatikan, unsur yang harus ada
dalam memo adalah judul, tanggal penulisan, dari (pembuat memo),
kepada (orang yang dituju), isi memo, nama terang pembuat memo.
Perhatikan format memo di bawah ini.

Kepala Memo

MEMO

7 Oktober 2012

Dari : Kepala
Kepada :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Kepala,

Nama Terang

Perhatikan dua pesan singkat (memo) di bawah ini. Memo seperti ini
sering dijumpai di ruang redaksi majalah sekolah, tertulis di selembar
kertas yang ditempelkan di papan pengumuman.

283
MEMO

To: Wulan

1 Februari 2007
Wulan, cepat diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci mejaku.
Sore hari, pukul 16.00 Wib kita ketemu.

Ttd.

Novi

MEMO
Dari: Pimred
Kepada: Wulan

1 Februari 2007
Wulan, tolong diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci meja
saya. Sore hari, pukul 16.00 Wib kita bertemu di ruang redaksi.Terima kasih.

Ttd.

Novi

Dari kedua pesan singkat (memo) di atas, dapat diketahui dengan


mudah mana memo yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang
sopan (santun) dan mana yang kurang sopan.

b. Menulis Surat
1). Menulis Surat Pribadi
Komunikasi antarmanusia dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Telepon adalah salah satu cara yang dipilih untuk berkomunikasi.
Namun, jauh sebelum telepon ditemukan, orang berkomunikasi dengan
orang lain yang jaraknya jauh menggunakan surat.
Setiap orang pasti pernah menulis surat pribadi kepada siapa pun,
misalnya kepada orang tua, paman-bibi, atau sahabat. Surat pribadi dapat

284
berisi apa saja. Panjang-pendeknya juga tidak ditentukan. Dalam hal ini,
yang harus diperhatikan adalah terbangunnya komunikasi.
Di bawah ini disajikan bagian-bagian kosong (format) dalam surat
pribadi.

(1) ……………………

(2) ……………………

(3) …………………..

(4)……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

(5)……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

(6)……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

(7)…………………………………………………………………………………………………

(8) …………………….

…………………….

Keterangan:
1. Tulislah tempat dan tanggal penulisan
Misalnya: Surabaya, 17 September 2012
2. Alamat surat yang dituju.
Misalnya: Yang tersayang Rina
di Banjarmasin

Yang tercinta Ayah dan Ibu


di Manado
3. Salam pembuka
Anda dapat menulis salam apa saja, misalnya salam hormat, selamat
pagi, salam rindu selalu, assalamu alaikum, atau salam manis
4. Biasanya berupa kabar dan kondisi. Penulis surat akan
menyampaikan kabar dirinya dan sekaligus dapat menanyakan
kabar penerima surat.
5. Berita

285
Pada bagian ini ditulis dan disampaikan berita penting atau isi
surat ini. Misalnya, jika Anda menulis surat kepada Ibu atau Bapak
yang kebetulan tidak sekota, pada bagian ini tertulis maksud
pengirim surat, apakah mau minta uang untuk beli buku, atau
permintaan izin untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
6. Berita lain atau cerita lain
Jika ingin menyampaikan hal-hal lain, sampaikan sesudah maksud
utama sudah disampaikan pada bagian ini, misalnya bercerita
tentang sahabat yang lucu, atau cerita-cerita lain.
7. Penutup surat
8. Salam penutup, tanda tangan, dan nama terang pengirim

2). Menulis Surat Resmi


Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai anggota masyarakat Anda
tentu pernah menerima surat dari sekolah, tempat kerja, pengurus RT,
atau instansi lain. Surat-surat tersebut tergolong surat resmi karena
dikirim oleh instansi, lembaga, atau organisasi. Jadi, tidak dikirim oleh
individu atau perseorangan. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini!

SMP NEGERI .......


Jalan ...............................................................

Nomor : 100/SMP/II/2012 26 Maret 2012


Lampiran : Tidak ada
Hal : Ucapan terima kasih

Yth. Budi Darmawan


Pemimpin Redaksi Harian ....
Jalan ....
Surabaya

Dengan hormat,
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas perkenan dan sambutan
Bapak dalam menerima siswa-siswi kami untuk mengetahui lebih dekat proses
penerbitan surat kabar di Harian ........ pada tanggal 22 Maret 2012. Pengalaman dan
pengetahuan itu sangat bermanfaat bagi siwa-siswi kami sebagai bekal hidup di
masyarakat kelak. Kami berharap kerjasama ini dapat lestari.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Salam takzim,
Kepala SMP Negeri ....,

Drs. Danur Widodo, M.Pd.


NIP 19.....

286
Contoh surat di atas menggunakan format lama (setengah lurus).
Agar lebih jelas pemahaman Anda terhadap format tersebut, perhatikan
format surat model lama yang dikenal dengan sebutan format lama
(setengah lurus) berikut ini.

Kepala Surat

Nomor : .......Tanggal
Lampiran :
Hal :

Yth. …………….
…………………. Alamat

Salam Pembuka,
……………………………….………………............................. Paragraf
………………………………………………………. ................................ pembuka
………………………………………………………..
……………………………………………….............................. Paragraf
………………………………………………………… .............................. isi surat
………………………………………………………..
…………………………………………………........................... Paragraf
…………………………………………………………............................... penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)

Tembusan:

Sekarang coba Anda perhatikan dua contoh di bawah ini yang


sama-sama menggunakan format baru, tetapi yang satu menggunakan
format setengah lurus dan satunya lagi menggunakan format lurus.

287
SMP NEGERI .................
Jalan ..................................Surabaya
Nomor : 60/052/SLTP/2012 18 April 2012
Lampiran : Tidak ada
Hal : Undangan

Yth. Bapak Sumarwoto Dirjo


di Surabaya

Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana pembentukan Komite Sekolah, kami mengundang Bapak
selaku tokoh masyarakat di .............. Surabaya untuk menghadiri rapat pembentukan Komite
SMP .... Surabaya. Rapat tersebut akan diselenggarakan pada:
hari, tanggal : Selasa, 20 April 2012
pukul : 08.00 s.d. selesai
tempat : Aula SMP .... Surabaya
Mengingat pentingnya acara tersebut, kehadiran Bapak sangat kami harapkan.
Demikian undangan ini, atas kehadiran Bapak kami ucapkan terima kasih.

Kepala,

Drs. M. Yasin Salam, M.Pd.


NIP 19 …

Contoh surat resmi di atas jika dilihat dari segi formatnya akan
terlihat seperti di bawah ini, yang biasa disebut format baru (setengah
lurus).

288
Kepala Surat

Nomor : Tanggal
Lampiran :
Hal :

Yth. …………….
…………………. Alamat

Salam Pembuka,
……………………………….……………….. ................................. Paragraf
………………………………………………………. ...................................... pembuka
………………………………………………………..
………………………………………………... ................................. Paragraf
………………………………………………………… .................................... isi surat
………………………………………………………..
……………………………………………….................................… Paragraf
………………………………………………….....................................……… penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)

Perhatikan lagi contoh berikut.

289
ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)
SMP NEGERI 2 PANGKAJENE
Jalan Andi Mauraga No. 82 Labakkang-Pangkep-Sulawesi Selatan

Nomor : 031/OSIS/SMP 2/2012 1 Desember 2012


Lamp. : Tidak ada
Hal : Permohonan izin

Yth. Gading Darma


Kepala Desa Harapan Jaya
Kecamatan Labakkang
Kabupaten Pangkep

Dengan hormat,

Sehubungan dengan akan diselenggrakannya kemah bakti siswa-siswi SMP Negeri


2 Labakkang di wilayah Bapak, kami mengajukan permohonan izin menggunakan Lapangan
Desa Harapan Jaya dan lingkungan sekitarnya.
Adapun waktu pelaksanaannya:
hari : Sabtu s.d. Minggu
tanggal : 15 – 16 Desemser 2012.
Kami berharap Bapak berkenan memberikan izin pada kami untuk menggunakan
sarana-sarana tersebut. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami mengucapkan terima
kasih.

Mengetahui
Pembina OSIS, Ketua OSIS,

Drs. Muhammad Reza Verry Laude


NIP 19 ….

Tembusan:
1. Kepala SMP Negeri 2 Labakkang
2. Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Labakkang

Jika diformatkan contoh di atas akan tampak seperti format di


bawah ini.

290
Kepala Surat

Nomor : Tanggal
Lampiran :
Hal :

Yth. …………….
…………………. Alamat

Salam Pembuka,
……………………………….………………................................ Paragraf
………………………………………………………................................... . pembuka
………………………………………………………..
……………………………………………..............................…... Paragraf
……………………………………………………….................................… isi surat
………………………………………………………..
………………………………………………..............................… Paragraf
……………………………………………………….................................… penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)

Tembusan

Setelah Anda memperhatikan ketiga contoh surat resmi di atas


yang menggunakan model surat atau format surat berbeda, Anda tentu
dapat menyimpulkan bagaimana cara menuliskan atau mengisi bagian-
bagian surat resmi, sekaligus mengetahui ciri surat resmi tersebut, yang
secara terperinci terlihat berikut ini.
(1) Dalam surat resmi kertas yang dipakai selalu kertas yang ber-kop
atau berkepala surat. Unsur-unsur yang terdapat dalam kepala surat
adalah: logo, nama, alamat, nomor kotak pos (PO BOX) dan kode
pos, serta nomor telepon dan faksimil (jika ada).

291
(2) Tanggal surat yang ditulis adalah tanggal, bulan, dan tahun. Hal ini
berbeda dengan surat pribadi yang selalu mencantumkan nama kota
pengirim. Mengapa nama tidak dicantumkan? Tentu karena sudah
ada dalam kop surat.
(3) Nomor surat mutlak harus ada dalam surat resmi. Jika Anda
perhatikan ketiga contoh surat resmi di atas, minimal yang ada
dalam nomor surat adalah nomor urut surat, identitas
lembaga/instansi, dan tahun surat.
(4) Lampiran bisa ada bisa juga tidak ada. Hal ini sesuai dengan
keperluan surat tersebut.
(5) Hal atau perihal surat perlu dicantumkan, yaitu berisi isi singkat
maksud surat yang dikirimkan.
(6) Alamat surat tidak perlu diawali dengan Kepada tetapi cukup
dituliskan Yth. atau Yang terhormat…. Jika surat itu ditujukan kepada
organisasi atau perusahaan, maka penulisan Yth. atau Yang terhormat
tidak diperlukan.
(7) Salam pembuka seperti halnya salam penutup, tidaklah wajib. Salam
pembuka merupakan sapaan hormat penulis surat sebelum ia
mengemukakan persoalannya. Ungkapan yang bisa dipergunakan
untuk salam pembuka, di antaranya adalah: Dengan hormat, Bapak
... yang terhormat, Salam pramuka, Salam sejahtera, atau
Assalamualaikum wr. wb.
(8) Isi surat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, inti surat, dan
penutup.
(9) Salam penutup sifatnya tidak wajib. Banyak surat dinas pemerintah
yang tidak menggunakannya. Salam penutup berguna untuk
menunjukkan keakraban atau rasa hormat penulisnya. Kata-kata
yang biasa digunakan adalah: Wassalam, Salam takzim, Salam
hormat, atau Hormat kami.
(10) Jabatan, Tanda Tangan, Cap, Nama Terang, dan NIP bagi Surat
Resmi Pemerintah dicantumkan dengan jelas.
(11) Tembusan boleh ada, boleh tidak.

3. Perlatihan
a) Anda adalah anak pindahan dari sekolah lain. Setelah sebulan di
sekolah yang baru, Anda ingin menulis surat kepada sahabat Anda
di sekolah lama. Anda ingin menulis tentang banyak hal yang baru
yang Anda jumpai di sekolah baru. Buatlah sebuah surat pribadi
kepada sahabat Anda tersebut!
b) Anda adalah pengurus OSIS sekolah. Pada bulan Oktober ini sekolah
Anda akan mengadakan kegiatan bulan bahasa. Anda akan
mengundang pengurus OSIS untuk rapat persiapan pembentukan
panitia bulan bahasa tersebut. Buatlah undangan rapat tersebut.

292
c. Menulis Teks Berita
Setiap orang adalah wartawan. Setiap orang berpeluang menjadi
penyampai berita. Tetapi, tidak setiap orang memiliki media yang dapat
digunakan sebagai media untuk menyampaikan beritanya.

Di bawah ini disajikan sebuah teks berita, sebuah berita yang


ditulis oleh seorang wartawan dan dimuat pada sebuah media (baca: Jawa
Pos). Perhatikan kutipan berita di bawah ini.

Guru Protes Syarat Kenaikan Pangkat

Jakarta – Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Permen PAN) Nomor 16


Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya akan diberlakukan.
Tetapi, sebagian isi permen tersebut kini disoal oleh para guru yang tergabung dalam
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Yang menjadi keberatan mereka, dalam permen
itu disebutkan, setiap naik golongan kepangkatan, guru wajib membuat artikel yang dimuat
di media massa.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi FSGI Ujang Subiatun menjelaskan, aturan
yang diwajibkan para guru membuat artikel dan dimuat di media massa itu memberatkan
guru. “Apalagi selama ini di kuliah tidak diajarkan menulis karya ilmiah popular,” ujarnya di
Jakarta kemarin (4/10). Ujang menjelaskan, kompetensi guru meliputi, antara lain,
pedagogis, (kepribadian, red-penulis) sosial, dan profesional.
Ujang lantas menjelaskan ketentuan kenaikan pangkat guru yang diatur dalam
permen PAN itu. Guru dengan golongan kepangkatan III-a yang ingin naik menjadi III-b
wajib membuat tiga makalah yang berkaitan dengan bidang ajarnya. Selanjutnya, untuk
kenaikan dari III-b ke III-c, guru wajib menulis artikel dan dimuat di koran atau majalah
yang resmi, baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti itu juga berlaku untuk usul
kenaikan golongan kepangkatan dari III-c ke III-d. Khusus untuk kenaikan dari III-d ke IV-a,
guru wajib membuat penelitian dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN
(International Standard Serial Number) keluaran LIPI. Menurut Ujang, aturan penulisan
artikel popular di koran dan majalah harus didahului dengan pemberian bekal. (wan/c6/nw)
Dikutip dari Jawa Pos, Rabu, 5 Oktober 2011

Berita amat akrab dengan kehidupan kita semua. Tidak ada hari
tanpa berita. Tidak ada seorang pun yang vakum dari berita. Kita tidak
dapat menghindar dari berita. Dengan demikian, berita adalah bagian
integral dari kehidupan manusia.

Berita atau warta secara leksikal berarti ‘kabar’. Menulis berita


berarti menulis kabar. Pernyataan ini tentunya dilandasi oleh pemikiran
bahwa manusia adalah makhluk sosial, dan lebih spesifik lagi makhluk
komunikasi. Ia secara naluriah akan selalu ingin menginformasikan kabar
tertentu kepada orang lain.

293
Apa berita itu? Setiap hari kita mendengarkan berita. Setiap hari
Anda menikmati berita. Melalui televisi, radio, surat kabar, majalah,
informasi langsung, serta menyaksikan langsung kita bersentuhan dengan
berita, bahkan terkungkung dalam dunia berita.

Ada definisi yang bersumber pada aspek “kemenarikan perhatian”.


Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik
perhatian pembaca.

Ada definisi yang bersumber pada aspek “kecepatan kejadian”.


Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang
faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca serta
menyangkut kepentingan mereka itu.

Dari mana kita mendapatkan berita? Secara leksikal, sumber berarti


‘asal’. Sumber berita mengandung arti ‘asal dari keterangan mengenai
peristiwa atau isi pernyataan manusia’. Jawaban terhadap pertanyaan
“dari mana Anda menda-patkan berita” adalah jawaban terhadap
“sumber berita” ini.

Ada dua sumber berita: (1) peristiwa dan (2) manusia. Sumber yang
pertama adalah kejadian-kejadian, seperti: gempa, pertandingan olahraga,
banjir, sidang kabinet, tabrakan, pameran, seminar, dan se-bagainya.
Sumber kedua adalah pendapat manusia yang dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, pendapat manusia mengenai suatu peristiwa yang
disaksikannya. Kedua, pendapat manusia mengenai peristiwa yang tidak
disaksikannya.

Terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita


yang layak muat, yakni cepat, nyata, penting, dan menarik.

Unsur kecepatan berkaitan dengan ke-aktualan dan ketepatan


waktu. Ini sesuai dengan makna harafiah news sebagai “sesuatu yang baru
(new). Berita yang sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya tidaklah
memiliki nilai layak muat bagi sebuah penerbitan tertentu.

Unsur kenyataan berkaitan dengan kefaktualan sebuah berita. Hal


ini berkaitan dengan informasi sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau
karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri atas (i) kejadian nyata (real
event), (ii) pendapat (opinion), dan (iii) pernyataan (statement) dari sumber
berita.

Unsur “kepentingan” berkenaan dengan sebuah berita yang


menyangkut kepentingan orang banyak. Ada berita yang amat penting

294
sampai yang biasa-biasa saja. Berita yang menyangkut kepentingan
banyak orang akan bernilai tinggi. Sebaliknya, berita yang tidak
menyangkut kepentingan banyak orang tidak akan bernilai tinggi.

Aspek kemenarikan dari sebuah berita akan mengundang orang


untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang aktual (nilai pertama),
faktual (nilai kedua), menyangkut kepentingan orang banyak (nilai ketiga)
akan menarik perhatian pembaca. Selain ketiga itu, berita dapat menarik
apabila mengandung keganjilan/keanehan, bersifat menghibur, atau
berita human interest (menyentuh emosi, atau menggugah perasaan).

Unsur-unsur sebuah berita, dalam banyak literatur adalah rumus


5W+1H. Sebuah berita seharusnya berisi what, who, where, when, why dan
how. Menurut Soehoet (2003) berita tidak selalu mencantumkan keenam
unsur tersebut. Jika tidak enam unsur, berita dapat juga berisi empat
unsur, yakni apa, siapa, di mana, dan kapan. Keempat unsur itulah yang
paling ingin diketahui pembaca.

Teras berita (lead) adalah bagian berita yang terletak pada alinea
pertama. Teras berita merupakan bagian dari komposisi atau susunan
berita, yakni terletak setelah judul berita (head) dan sebelum badan berita
(news body). Teras berita mempunyai kedudukan yang amat penting
setelah judul berita berkenaan dengan daya kemenarikan sebuah berita.
Umumnya pembaca mencari penjelasan dari judul berita melalui teras
berita. Berita yang baik akan mencantumkan maksud utama judul dalam
teras berita. Sebaliknya, berita yang baik tidak mencantumkan penjelasan
judul pada teras beritanya.

Berkaitan dengan teras berita, terdapat sepuluh rambu-rambu yang


dikeluarkan oleh PWI:
1) Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan
pokok terpenting berita. Alinea pertama dapat terdiri atas lebih dari
satu kalimat, tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi tiga kalimat.
2) Teras berita jangan mengandung lebih dari 30—45 kata.
3) Teras berita harus ditulis sebaik-baiknya, sehingga mudah ditangkap
dan cepat dipahami, kalimatnya singkat, sederhana, susunan
bahasanya memenuhi prinsip ekonomi bahasa, menjauhkan kata
mubazir, satu gagasan dalam satu kalimat, dibolehkan memuat lebih
dari satu unsur 5W+1H.
4) Hal yang tidak begitu mendesak, berfungsi sebagai pelengkap,
hendaknya dimuat dalam badan berita.
5) Teras berita lebih baik mengutamakan unsur “apa” (what).
6) Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur “siapa” (who), tetapi bila
unsur siapa itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat dalam badan
berita.

295
7) Teras berita jarang menonjolkan unsur “kapan” (when), kecuali bila
unsur itu punya makna khusus dalam berita itu.
8) Bila harus memilih dari dua unsur, yakni unsur tempat (where) dan
waktu (when), maka pilihlah unsur tempat dulu, baru waktu.
9) Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan
berita, tidak dalam teras berita.
10) Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation
lead) asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea
berikutnya, tulis nama orang itu, tempat, serta waktu dia membuat
pernyataan itu.
(Dalam Romli, 2003:15—16)

Selain teras, tubuh berita (body), dan penutup merupakan


kelengkapan konstruksi berita. Konstruksi berita yang paling banyak
dipakai adalah piramida terbalik. Unsur yang penting yang berupa teras
berita (lantai piramida) ditempatkan pada awal, kemudian diikuti bagian
yang kurang penting, yakni tubuh berita (dinding piramida), demikian
seterusnya.

Perlatihan
Tulislah sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar Anda menjadi sebuah
berita. Perhatikan unsur-unsur berita yang harus ada dalam tulisan Anda!
Selamat mencoba!

d. Menulis Slogan, Poster, dan Iklan Baris


1) Menulis Slogan
Kamus (elektronik) mendefinisikan slogan adalah 1) perkataan
atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat
untuk memberitahukan atau mengiklankan sesuatu, seperti Solo Berseri
(bersih, sehat, indah, rapi); 2) perkalian atau kalimat pendek yg menarik,
mencolok, dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi
golongan, organisasi, partai politik, dan sebagainya.

Slogan juga didefinisikan sebagai perkataan atau kalimat pendek


yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan
tujuan suatu ideologi, golongan, organisasi, partai, instansi atau lembaga,
dan sebagainya.

Media massa cetak maupun elektronik memiliki slogan.


Kota/kabupaten di Indonesia memiliki slogan. Partai politik memiliki
slogan. Lembaga swadaya masyarakat memiliki slogan. Beberapa sekolah
memiliki slogan. Organisasi kemasyarakatan pun memiliki slogan. Slogan
seolah-olah berada di mana-mana, dan mudah ditemukan dalam
keseharian kita.

296
Ciri-ciri slogan ialah isinya singkat, padat , memikat, dan mudah
diingat. Ada beberapa contoh kalimat slogan:
(1) Selalu Ada yang Baru
(2) TVRI menjalin Persatuan dan Kesatuan.
(3) Jombang Kota Beriman
(4) Sekali gabung kepuasan melambung.
(5) Sekali merdeka terap merdeka.
(6) Muda menabung; tua beruntung

2) Menulis Poster
Anda tentu sering melihat poster. Di majalah-majalah, koran, atau
bahkan papan-papan reklame yang banyak berdiri di pinggir-pinggir
jalan, pastilah sering Anda jumpai poster-poster, mulai dari yang
bentuknya mewah sampai yang paling sederhana.

Secara umum jenis poster dibedakan menjadi poster pengumuman


dan poster iklan Untuk mengetahui perbedaan keduanya, gunakan
lembar pengamatan seperti berikut ini.

Contoh Lembar Pengamatan


NO UNSUR CONTOH (1) CONTOH (2)
1 Apakah tulisan yang digunakan sangat
ditonjolkan?

2 Apakah gambar yang digunakan


sangat ditonjolkan?

3 Apakah poster tersebut bertujuan


untuk memberitahukan sesuatu?

4 Apakah poster tersebut bertujuan


untuk menawarkan sesuatu?

5 Apakah informasi yang disampaikan


lengkap?

297
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memperli-
hatkan perbedaan antara poster pengumuman dan poster iklan. Dengan
demikian akan semakin jelas perbedaan antara kedua jenis poster
tersebut. Untuk lebih memperlihatkan perbedaan tersebut, manfaatkan
kolom berikut.

NO UNSUR POSTER PENGUMUMAN POSTER IKLAN


1 Tulisan
2 Gambar
3 Tujuan
4 Kelengkapan
5 Isi

Oleh karena antara poster pengumuman dan poster iklan pada


dasarnya berbeda, langkah-langkah pembuatannya pun juga berbeda.
Untuk melihat perbedaan langkah tersebut sekaligus untuk berlatih
menulis poster, cobalah Anda buat contoh lain untuk kedua jenis poster
tersebut. Untuk memudahkan pembuatan contoh tersebut, ikutilah
langkah-langkah berikut. Langkah pertama dalam bahan pelatihan ini
adalah langkah pembuatan poster pengumuman.
(1) Tentukan kegiatan yang akan Anda umumkan. Kegiatan tersebut
dapat berupa seminar, lomba, atau pertunjukan.
(2) Tentukan unsur-unsur yang akan Anda umumkan. Perbedaan
kegiatan akan membedakan usnsur-unsur yang dimaksud.
Perhatikan perbedaan unsur-unsur tersebut seperti yang tertera di
bawah ini.

NO KEGIATAN UNSUR
1 Seminar 1. Tema
2. Pembicara
3. Tempat dan waktu
4. Undangan
2 Lomba 1. Jenis Lomba
2. Syarat peserta
3. Pendaftaran
4. Tempat dan Waktu
5. Hadiah
3 Pementasan 1. Jenis pementasan
2. Waktu dan Tempat
3. Tiket
4. Pihak pelaksana

298
(3) Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan memperhatikan letak dan
settingan (jenis dan ukuran huruf, tata letak).
(4) Lengkapi poster Anda dengan gambar. Gambar di sini tidak harus
buatan sendiri, tetapi dapat diambilkan dari gamabar yang sudah
jadi untuk ditempelkan. Syaratnya tentu saja gambar tersebut harus
sesuai dengan pengumuman yang disampaikan.

Untuk membuat poster pengumuman, ikuti langkah-langkah


pembuatan poster pengumuman, yaitu:
(1) Tentukan barang atau jasa yang aka diiklankan. Barang tersebuat
dapat berupa apa saja, seperti kendaraan, obat, atau makanan;
sedangkan jasa, antara lain, dapat berupa jasakesehatan, pengobatan,
atau perbaikan.
(2) Pilihlah kata-kata sesingkat mungkin untuk menawarkan barang
atau jasa yang dimaksud. Jika Anda menggunakan kata-kata yang
cukup banyak—hal ini juga dimungkinkan—maka porsi gambar
harus dikurangi. Untuk mencari kata-kata yang indah dan mudah
dikenal oleh masyarakat, Anda dapat menggunakan slogan.
(3) Carilah gambar atau buatlah gambar untuk mendukung poster Anda
tersebut.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan syarat-syarat yang harus


dipenuhi dalam pembuatan poster, yaitu:
(1)Bersifat persuasif
Tidak ada teknik persuasi yang berlaku di mana saja, kapan saja,
dan untuk apa saja. Waktu, situasi, dan khalayak sangat menentukan
pemilihan teknik persusai. Dengan berdasar pada pertimbangan tersebut,
beberapa saran agar tulisan Anda bersifat persuasif adalah (1) pakailah
ilustrasi faktual, kutipan yang tepat, atau dengan beberapa fakta dan
angka yang mengejutkan, (2) tunjukkan efek yang secara langsung akan
timbul, (3) gunakan ungkapan yang hidup. Yang terpenting, untuk
mewujudkan sifat persuasif ini semua unsur yang ada dalam poster harus
mampu menyentuh rasa pembaca.

(2) Jelas
Dalam poster pengumuman, kejelasan dapat ditempuh dengan
cara menyajikan informasi selengkap-lengkapnya. Apa saja yang
dibutuhkan pembaca sedapat mungkin disediakan oleh pembuat poster.
Hal ini tentu saja bergantung kepada jenis kegiatan yang diumumkan.
Masing-masing jenis kegiatan memiliki tingkat kejelasan dan kelengkapan
yang berbeda-beda. Syarat jelas di sini dapat juga disebut dengan syarat
lengkap, dalam pengertian informasi yang disampaikan harus mencakupi
seluruh komponen yang dibutuhkan pembaca. Dalam poster iklan,

299
kejelasan dapat ditempuh dengan pemilihan kata-kata, ungkapan-
ungkapan, atau slogan-slogan, kaitannya dengan produk yang diiklankan.

(3) Menarik
Untuk menambah daya tarik poster, ada dua hal yan sangat
menentukan, yaitu pilihan kata-kata, pilihan gambar, dan penataan
tulisan dan gambar tersebut. Masing-masing poster sebenarnya sudah
mencerminkan unsur penonjolannya, apakah berupa tulisan atau gambar.
Ada poster yang lebih menarik jika menggunakan banyak tulisan, ada
pula yang lebih menarik jika lebih banyak unsur gambarnya. Oleh karena
itu, sebelum membuat poster, Anda terlebih dahulu harus mengenali
karakter poster yang akan Anda buat tersebut.

3) Menulis Iklan Baris


Hampir seluruh surat kabar yang ada di negeri ini menyediakan
ruang untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan sampai berlebihan
iklan baris tersebut. Namun begitu setiap hari ada saja orang yang
memasang iklan dengan berbagai kepentingan. Itu menandakan bahwa
iklan baris di surat kabar cukup digemari masyarakat untuk menawarkan
barang atau jasanya, atau juga untuk kepentingan-kepentingan yang lain.
Dengan demikian, hampir setiap hari juga Anda membaca iklan baris.
Coba Anda perhatikan contoh-contohnya sebagai berikut.

(1) Cari calon guru Bhs. Inggris Llsn SMU/D3/S1 syrt:ikut


Test & training dulu; Adi-5864874 Gatot Subroto 56

(2) Rmh 10x21 Tkt Renov 6Kt 3Km Jl.Pulo Mas Barat
No.45 Hub:4720050 / 0818.171599

(3) Blazer DOHC New LT ’01 Biru Met Tgn 1 Trwt Km. 53 Rb
Komplit 127,5 Jt Nego Hub:0856-8516524

Jika dilihat dari tujuannya yang lebih spesifik ada perbedaan di


antara ketiga contoh tersebut. Perbedaan tersebut tampak seperti di
bawah ini.

NO. IKLAN TUJUAN KATEGORI


1 Contoh (1) Mencari guru Bahasa Lowongan
Inggris
2 Contoh (2) Menjual rumah Penjualan
3 Contoh (3) Menjual mobil Penjualan

300
Dari perbedaan tersebut Anda tentu dapat menyimpulkan bahwa
jenis iklan baris itu ada dua macam, yaitu jenis iklan lowongan dan jenis
iklan jual beli. Iklan lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga
atau ahli-ahli untuk dipekerjakan di kantor pemasang iklan. Iklan jual beli
biasanya menawarkan barang atau jasa.

Cobalah ketiga contoh iklan di atas Anda bahasakan secara


lengkap, tanpa singkatan dan disertai tempat yang jelas. Sebagai informasi
awal, ketiga contoh tersebut diambil dari Harian Kompas tanggal 26
Februari 2004. Contoh iklan (1) berisi pencarian calon guru bahasa Inggris,
iklan (2) berisi penawaran rumah, dan iklan (3) berisi penawaran mobil
Opel Blazrer.

Apa yang harus Anda perhatikan sebelum Anda membahasakan


secara lengkap iklan-iklan tersebut? Tentu terlebih dahulu Anda harus
memahami istilah-istilah yang berhubungan dengan sesuatu yang
diiklankan dan tempat pemasangan iklan. Di bawah ini contoh
membahasakan salah satu iklan baris di atas. Contoh iklan baris lain dapat
Anda bahasakan sendiri sebagai perlatihan!

Dicari calon guru Bahasa Inggris. Syarat calon: lulusan SMU/D3/S1 dan
harus bersedia mengikuti tes dan training terlebih dahulu. Yang berminat
dapat menghubungi Adi di Jln. Gatot Subroto 56 Jakarta, telepon 021-
5864874.

Dari contoh-contoh yang sudah Anda bedakan di atas, tentu Anda


sudah memahami benar unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam iklan
baris. Nah, sekarang cobalah Anda membuat contoh iklan.

Imam memiliki kendaraan roda dua yang bermerk Honda, yang dilihat
dari bentuknya tampak sudah cukup tua usianya. Umurnya memang baru
setengah umur Amir, yang tahun 2002 lalu merayakan ulang tahun ke 16.
Kendaraan itu catnya sudah mengelupas, namun mesinnya masih bagus.
Paling tidak, selama Imam memakainya, kendaraan tersebut ternyata belum
pernah masuk bengkel secara serius. Kata orang, suara mesinnya juga tidak
pernah mengganggu tetangganya seperti yang terjadi pada motor tua yang
lain. Kendaraan itu semula memang milik kakaknya yang berada di Jakarta.
Namun sekarang sudah diubah nomornya menjadi nomor Semarang. Kata
orang, kendaraan semacam itu hanya laku enam juta rupiah. Namun Imam
yakin tidak ada orang berani menawar di atas lima juta kecuali orang yang
memiliki maksud khusus. Meskipun demikian ia bertekad untuk tetap
menjualnya agar kendaraan tersebut tidak terpasang lagi di rumahnya, Jln.
Mahoni 40 Semarang. Dengan demikian, rumahnya yang asri itu akan
semakin tambah asri dan cantik.

301
Untuk memudahkan pembuatan iklan, informasi di atas harus
Anda masukkan ke dalam lembar pengamatan yang pada prinsipnya
akan mencatat hal-hal pokok yang akan masuk surat kabar. Jawaban-
jawaban yang tertera pada lembar pengamatan inilah yang nantinya akan
Anda gunakan sebagai data penulisan iklan baris.

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Jenis apakah kendaraan yang Honda
dimaksud?
2 Tahun berapa kendaraan tersebut? 1995
3 Berapa harganya? 4,5 juta
4 Bagaimana kondisi kendaraan Mesin baik, body tua
tersebut?
5 Di mana peminat dapat melihat Jln. Mahoni 40 Semarang
kendaraannya?

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun secara


berurutan akan muncul data sebagai berikut.

Honda – 1995 – 4,5 juta – mesin baik, body tua – Amir Jln. Mahoni 40
Semarang

Dari data tersebut kurang lebih dapat disusun iklan baris seperti
berikut ini.

Dijual: Honda ’95, mesin bagus, Hp 4,5 Jt. Hub. Jln. Mahoni 40 Semarang

Rumusan iklan tersebut tentu saja tidak sama persis dengan data
yang sudah terkumpul. Dalam deskripsi ada data kondisi tuanya
kendaraan tersebut, namun demikian tidak masuk karena akan
mengurangi minat calon pembeli. Ini bukan sebuah kebohongan tetapi
sebuah strategi. Jika Anda mengatakan hal yang sebaliknya, misalnya
body mulus, itu baru kebohongan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan


iklan Anda dapat menghadirkan kata-kata tertentu yang berfungsi untuk
lebih memudahkan calon pembeli dalam membaca iklan.

Anda diperbolehkan menambah pertanyaan pada contoh lembar


pengamatan tersebut. Setelah jawaban terkumpul, susunlah menjadi iklan
baris dengan memperhatikan kehematan kata. Jika sudah tersusun iklan,
buatlah contoh iklan baris satu lagi dengan mengikuti langkah-langkah
berikut.

302
(1) Tentukan jenis iklan yang akan Anda tulis, yaitu dapat berupa iklan
lowongan atau iklan jual beli.
(2) Jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang
dibutuhkan, jika iklan jual beli yang Anda pilih, tentukan barang
atau jasa yang akan ditawarkan.
(3) Tuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam pembuatan
iklan tersebut. Unsur-unsur atau butir-butir tersebut akan sangat
bergantung kepada pilihan jenis iklan yang akan digunakan.
(4) Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan bahasa yang jelas dan singkat.

Dari contoh iklan di atas tentu Anda dapat mengambil simpulan,


iklan seperti apa yang seharusnya Anda buat. Beberapa kriteria yang
akan muncul dalam pemikiran Anda paling tidak seperti di bawah ini.
a. Bersifat komunikatif
Komunikatif berarti maksud yang terkandung dalam iklan tersebut
langsung bisa ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak merasa
kebingungan atau tidak paham terhadap istilah atau kata atau
singkatan yang ada dalam iklan tersebut.
b. Singkat
Syarat singkat dalam penulisan iklan baris di surat kabar terutama
berkaitan dengan penghematan biaya. Untuk mewujudkan
penulisan iklan yang singkat dapat ditempuh dengan dua cara,
yaitu dengan hanya menggunakan kata-kata yang memang amat
penting saja dan dengan menggunakan singkatan.
c. Lengkap
Pengertian lengkap di sini mencakupi tersedianya informasi yang
dibutuhkan oleh pembaca iklan.

Penerapan ketiga syarat tersebut harus terjadi secara terintegrasi,


dalam pengertian syarat yang satu tidak boleh bertumpang tindih dengan
syarat yang lain. Dalam kenyataannya, untuk memenuhi sebuah syarat,
Anda justru harus mempertimbangkan syarat yang lain. Sebab bisa jadi
pengutamaan salah satu syarat justru akan mengorbankan syarat lain.

Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam


penulisan iklan baris jenis lowongan pekerjaan adalah:
(1) jenis lowongan,
(2) kriteria sumber daya manusia yang dibutuhkan,
(3) alamat pemasang iklan,
(4) batas waktu pelamaran, serta
(5) hak yang akan diperoleh pelamar yang diterima.

Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam


penulisan iklan baris jenis jual beli atau penawaran barang/jasa adalah:
(1) barang atau jasa yang ditawarkan,

303
(2) kondisi barang,
(3) alamat, serta
(4) harga barang.

Perlatihan
(1) Tulislah slogan yang menarik dan bermanfaat untuk
membangkitkan minat belajar anak.
(2) Tulis slogan singkat, jelas, dan menarik tentang pentingnya hidup
sehat.
(3) Tentukan sebuah kegiatan yang akan Anda posterkan. Tentukan
unsur-unsur yang akan Anda posterkan. Buatlah poster untuk
kegiatan tersebut!

e. Menulis Karya Ilmiah


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis karya ilmiah. Dalam kegiatan belajar ini hanya terdiri atas satu
subtopik saja, yakni menulis karya ilmiah.

Cakupan tentang topik menulis karya ilmiah luas. Keluasan itu


dapat dibuktikan dengan tersedianya beragam buku (utuh, satu buku)
tentang menulis karya ilmiah (atau Penulisan Karya Ilmiah). Dalam
modul ini (subtopik menulis karya ilmiah) hanya sebatas dijelaskan hal-
hal yang bersifat umum dari bahasan yang seharusnya panjang lebar
tentang menulis karya ilmiah. Untuk memperkaya pemahaman Anda
tentang menulis karya ilmiah, Anda disarankan untuk melacak buku
rujukan tentang menulis karya ilmiah yang terdapat dalam daftar
pustaaka. Atau Anda mencari rujukan lain (buku, artikel, atau contoh
laporan penelitian) tentang menulis karya ilmiah. Kemudahan mencari
rujukan tentang menulis karya ilmiah membuktikan bahwa subtopik ini
(atau topik, sebutan yang digunakan selain pada modul ini) dikenal luas
oleh banyak orang dari berbagai profesi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam karya ilmiah adalah


pemilihan topik, penggunaan bahasa, dan sistematika penulisan.
Ketentuan-ketentuan yang lebih detil dapat dibaca pada buku yang ditulis
Panuti Sudjiman dan Dendy Sugono yang berjudul Petunjuk Penulisan
Karya Ilmiah, tahun 1996.

Jika penyusunan karya ilmiah ini berkaitan dengan tugas, harus


diperhatikan ruang lingkup topik yang ditentukan oleh pemberi tugas
serta dipertimbangkan waktu yang tersedia. Banyak orang menganggap
topik sama dengan judul. Sesungguhnya tidak demikian; topik adalah
pokok yang akan diperikan atau masalah yang hendak dikemukakan di
dalam karya ilmiah, sedang judul adalah nama karya ilmiah. Topik

304
ditentukan sebelum seseorang mulai menulis, judul dapat dilakukan dan
dipikirkan sesudah tulisan itu selesai. Topik sebaiknya sesuai dengan
masalah yang dikuasai, karena gagasan yang cemerlang tidak menjamin
menjadi tulisan yang baik.

Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah ragam tulis, bukan
ragam lisan. Ragam tulis di dalam karya ilmiah, menurut Sudjiman dan
Dendy Sugono, hendaknya jelas, lugas, dan komunikatif. Jelas artinya
memperhatikan secara jelas unsur-unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
dan keterangan). Lugas artinya bahasa yang digunakan tidak
menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat
hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai
dengan maksud penulisnya. Hindari penggunaan sinonim, paralelisme,
pleonasme, dan metafora.

Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana


yang disajikan sama dengan yang dimaksud penulisnya.Wacana dapat
menjadi komunikatif jika disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan
itu terlihat pada hubungan antarbagian di dalam kalimat, antarkalimat di
dalam paragraf, dan antarparagraf di dalam wacana, yaitu
memperhatikan hubungan yang masuk akal; misalnya hubungan sebab-
akibat, urutan peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti uraian yang
disajikan menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang
teratur.

Sistematika penulisan karya ilmiah adalah judul, kata pengantar,


pendahuluan, isi, penutup, dan daftar rujukan. Karya yang agak panjang
(lebih dari sepuluh halaman) dilengkapi dengan daftar isi yang
ditempatkan di antara kata pengantar dan pendahuluan. Hal lain yang
dianggap perlu disertakan (dilampirkan) adalah korpus data, alat
pengumpul data (kuesioner, tes), dan peta.

Judul hendaknya memberikan gambaran yang jelas tentang materi


dan ancangan atau ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Judul
harus menarik perhatian dan menggelitik rasa ingin tahu pembaca. Kata
pengantar sekurang-kurangnya berisi (1) penjelasan mengenai tugas
pembuatan/penyusunan karya ilmiah, (2) penjelasan mengenai
pelaksanaan pembuatan karya ilmiah, (3) informasi tentang bimbingan
atau arahan dan bantuan yang diperoleh selama mengerjakan karya
imiah, (4) ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan
memungkinkan terwujudnya karya ilmiah, (5) serta penyebutan tempat
(kota), tanggal, bulan, tahun pembuatan karya ilmiah, dan nama penulis.

Daftar isi memberikan gambaran menyeluruh tentang isi dan


urutan bagian-bagian karya ilmiah. Untuk tulisan yang lebih panjang, bab

305
dan anak bab lebih banyak sehingga derajat penomoran anak-anak bab
lebih banyak pula. Derajat penomoran itu dibatasi sampai empat angka.

Pendahuluan hendaklah dapat merangsang dan memudahkan


pembaca memahami seluruh karya ilmiah itu. Bagian ini terdiri atas (1)
latar belakang masalah, (2) tujuan penulisan/pembahasan, (3) ruang
lingkup atau pembatasan masalah, (4) teori yang dipergunakan, (5)
sumber data, (6) metode dan teknik yang digunakan, serta (6) sistematika
penulisan. Di dalam makalah, bagian pendahuluan cukup berisi tiga butir
yang pertama.

Latar belakang masalah mengemukakan penalaran pentingnya


pembahasan masalah atau alasan yang mendorong pemilihan topik,
telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas, manfaat praktis hasil
pembahasan, serta perumusan masalah pokok yang akan dibahas secara
jelas dan eksplisit.

Tujuan pembahasan mengungkapkan rumusan upaya pokok yang


akan dikerjakan dan garis besar hasil yang hendak dicapai. Ruang lingkup
atau pembatasan masalah menjelaskan pembatasan masalah yang
dibahas, perincian masalah yang dibahas, dan perumusan istilah secara
tepat (selanjutnya penggunaan istilah harus taat asas).

Teori mengungkapkan prinsip-prinsip teori yang dapat


menggambarkan langkah dan arah analisis serta alasan pemilihan teori
yang dipakai. Sumber data menjelaskan kriteria penentuan jumlah data,
kriteria penentuan mutu data, serta kesesuaian data dengan sifat dan
tujuan pembahasan.

Metode dan teknik mengungkapkan (1) metode yang digunakan;


misalnya deskriptif, komparatif, atau eksperimental, dan (2) teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data; misalnya wawancara, observasi,
kuesioner, atau tes. Sistematika penyajian (jika ada) mengemukakan (1)
penjelasan kode data (kalau ada) serta (2) urutan hal-hal yang dimuat di
dalam karya ilmiah, mulai dari pendahuluan sampai dengan daftar
pustaka, kalau perlu, lampiran dan indeks.

Isi merupakan inti kaya ilmiah yang memaparkan uraian pokok


masalah yang dibahas. Bagian ini harus menunjukkan kelengkapan,
ketaatasasan, keeksplisitan analisis, dan simpulan materi yang dibahas.
Jika perlu, bagian ini dapat dijadikan lebih dari satu bab. Bagian isi ini
mengungkapkan (1) uraian masalah yang dibahas, (2) analisis dan
interpretasi, (3) ilustrasi atau contoh-contoh, serta (4) tabel, bagan, dan
gambar (kalau ada).

306
Penutup berisi simpulan dan saran (kalau ada). Simpulan
merupakan jawaban permasalahan yang dikemukakan dalam
pendahuluan. Simpulan bukan rangkuman atau ikhtisar. Pernyataannya
dapat berupa uraian (esei) atau berupa butir-butir yang bernomor. Jika
perlu, saran boleh disampaikan kepada pembaca berkaitan dengan topik
pembahasan. Daftar rujukan adalah daftar buku, majalah, artikel di dalam
majalah atau koran, atau artikel di dalam kumpulan karangan (antologi)
yang digunakan sebagai acuan di dalam pengumpulan data,
analisis/pembahasan, atau penyusunan karya ilmiah. Daftar rujukan
merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Daftar rujukan juga membantu
pembaca untuk menemukan sumber acuan yang digunakan.

Perlatihan
Pilih sebuah topik. Topik itu akan Anda kembangkan menjadi
karya tulis ilmiah (penelitian). Anda akan membuat latar belakang karya
tulis Anda. Buatlah latar belakang yang dimaksud, sekurang-kurangnya
tiga paragraf.

f. Menulis Paragraf
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis
paragraf. Dalam kegiatan belajar ini dibagi menjadi tiga subtopik, yakni
menulis paragraf deskripsi, menulis paragraf narasi (cerita), serta menulis
paragraf eksposisi.
Ketiga subtopik disajikan dengan pola yang sama, yakni pengertian
paragraf, contoh pola pengembangan ketiga paragraf, dan di bagian akhir
disediakan perlatihan. Dengan pola sajian yang sama, diharapkan Anda
lebih mudah memahami dan selanjutnya mempraktikkan menulis sesuai
contoh pola yang ditawarkan.

1. Menulis Paragraf Deskripsi


Deskripsi adalah penggambaran, pelukisan, pemerian, atau
pendeskripsian dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau
keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui
tulisannya, dapat ‘melihat’ apa yang dilihatnya, dapat ‘mendengar’ apa
yang didengarnya, dapat ‘mencium’ apa yang diciumnya, dapat
‘mencicipi’ apa yang dimakannya, dapat ‘merasakan’ apa yang
dirasakannya, sehingga sampai pada ‘simpulan’ yang sama dengannya.
Dengan demikian, deskripsi merupakan hasil observasi melalui
pancaindra yang disampaikan melalui bahasa (kata, frasa, dan kalimat).
Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk, yakni
deskripsi ekspositori dan impresionistis. Deskripsi ekspositori pada
umumnya penyajiannya sangat logis, yang berupa daftar rincian secara
lengkap, atau yang menurut penulisnya dianggap sebagai hal-hal yang
penting, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan logis objek yang

307
diamati. Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai logika
urut-urutan sendiri. Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian
kereta api, maka urut-urutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan,
yakni lokomotifnya, lalu bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor
lokomotif tersebut.
Deskripsi impresionistis yang juga disebut deskripsi stimulatif
adalah deskripsi yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan
menstimulasi pembacanya. Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi
atau kesan penulis ketika melakukan observasi terhadap suatu objek atau
benda atau suasana tertentu. Urut-urutannya adalah subjektif. Misalnya,
penulis dapat mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok, berangsur-
angsur ke hal-hal yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula
seorang penulis memulai tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga
yang tidak memiliki kesan sama sekali.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.

Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak
terpelihara. Di lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu.
Para penumpang selalu berjubel, dan mereka biasanya meludah seenaknya di
lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam bus, dan mereka tidak pilih
bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet. Biasanya ada
pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga
murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang lalu.

Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua
orang tukang copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti
mahasiswa, karena membawa buku dan map-map. Ketika saya melewati mereka,
mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita
yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet. Kedua
‘mahasiswa’ itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di
terminal.
Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat
panas karena penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk
di dekat jendela, tapi orang tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan
meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.
Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui
jendela bus ada orang yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima
ratus rupiah. Orang tua yang batuk-batuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai
bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, “Sialan! Terbitan tiga tahun yang lalu!”

Penulis pertama mendeskripsikan hal-hal yang benar, yang dapat


dengan mudah dibuktikan kebenarannya. Tanpa dibuktikan pun ada

308
banyak orang yang percaya bahwa memang demikianlah keadaan bus-
bus kota di Jakarta pada umumnya. Data-data dalam tulisan ini adalah
realita, bukan fakta.

Penulis kedua, hanya mendeskripsikan apa-apa yang benar-benar


dilihatnya, atau yang diakuinya dilihatnya, pada suatu tempat atau waktu
tertentu. Pembaca harus percaya saja, tidak berhak membantah, selama
yang dideskripsikan itu masih masuk akal, masih sesuai dengan realita.

Dalam penulisan deskripsi, yang dideskripsikan adalah fakta, bukan


realita, dan bukan pula yang aneh tapi nyata. Perhatikan contoh di bawah ini.

Deskripsi Ruangan
Pola Observasi Menurut Pengembangan Spasi

Kantor Lab Bahasa FSUI


oleh Endah Widyawati

Begitu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat
pendingin ruangan, suara menderu bising dari alat yang sama, serta bau asap
tembakau yang menyesakkan dada menyambutku. Ruangan ini sebenarnya
cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi, tetapi sudut sebelah kanan
dinding di seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan ukuran empat
kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah
meter. Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang
sempit ini tidak pula diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang
ditaruh sekenanya saja di sana-sini, dan ini mengingatkanku pada gudang di
rumahku.
Di atas ruangan bergantungan beberapa lampu neon model kuno yang
membuat ruangan ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat
meter, diapit dua pasang lampu neon, ada sebuah exhaust fan, kipas pengisap,
yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau yang kurang sedap di
dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, di balik sebuah meja kerja
terlihat sesosok tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak
dengan barang-barang elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku
dan map yang ada di depannya, lelaki berkaca mata itu tampak terpukau dengan
bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa coklat tua di mulutnya, segera
aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya exhaust fan di langit-
langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah
sangat ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang
pendek di kiri, di seberang meja oval yang ditutupi alas meja yang dulunya
tentulah berwarna coklat indah. Jok kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat yang
indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang perabot untuk diganti
kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di atas meja berserakan

309
majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian
dalamnya sudah kehitam-hitaman.
Dua lemari besi abu-abu menempel di dinding di sebelah kiriku. Di
sebelahnya sebuah kulkas kecil, tua, model satu pintu. Dulu warna kulkas itu
tentulah putih, sekarang sudah lebih banyak coklatnya. Pada pegangan pintunya
tergantung sehelai kertas merah bertuliskan “Teh Botol Rp 200 saja.” Rak kayu
yang tinggi merapat ke dinding di samping kulkas, hanya menambah penuh
ruangan saja karena tidak ada isinya kecuali setumpuk map merah jambu dan
kuning serta sebuah bulu ayam. Di sisi rak, sudah di sudut ruangan, sebuah meja
beroda dengan sebuah monitor televisi di atasnya dan sebuah pesawat video
pada rak di bawahnya.
Jendela-jendela besar di dinding yang berseberangan dengan pintu
masuk ini ditutup tirai hijau tua. Di bawah salah satu jendela inilah lelaki berpipa itu
duduk. Di atas meja depannya tergeletak sebuah tas kulit kemerahan, dalam
keadaan terbuka, di samping tas ada asbak, gelas berisi air putih dan setumpuk
map serta kertas. Di samping kanan mejanya, di sebelah kiri dari tempat aku
memandang, ada meja rendah tempat mesin tik dan rak surat. Menempel ke
dinding di samping kanan orang itu ada dua buah filing cabinet, pada sebuah
sisinya yang menghadap ke arahku tergantung sebuah penanggalan. Sebuah
layar yang besar dari besi dengan kaki kokoh beroda, tegak di samping kiri orang
itu. Tulisan “SONY” jelas terpampang pada kain hitam penutup layar itu. Seingatku
layar proyeksi video ini dulu sering dipinjam senat mahasiswa untuk memutar film
video, hampir setiap Sabtu.
Layar itu tegak rapat dengan bupet kayu yang panjang, ujungnya yang di
sebelah sana hampir menyentuh dinding yang berseberangan dengan pintu,
sedangkan ujung sebelah sini menyisakan tempat untuk lewat saja, sekitar satu
meter. Di atas bupet kayu yang merupakan pembatas sebelah kanan ruangan ini
terlihat beberapa cangkir tertelungkup di atas sebuah baki, segulungan kertas tisu,
sebuah stoples tempat gula dan sebuah termos.
Di belakang bupet panjang itu, menempel pada dinding studio yang kedap
suara, berdiri beberapa rak besi, dan di situ berserakan beberapa speaker, tape
recorder, serta berbagai-bagai barang elektronik lainnya. Beberapa buah benda
aneh seperti cerobong bergantungan di atas, berasal dari sebuah alat pendingin
ruangan, langsung ke atas studio: mengalirkan udara dingin ke studio agar orang-
orang yang sedang merekam tidak kepanasan.
Sisa ruangan di sebelah kanan membentuk sebuah gang, dinding kiri
gang itu adalah dinding depan studio, dan di situ tertempel kertas karton warna-
warni: jadwal penggunaan ruang-ruang laboratorium bahasa. Di bawah jadwal ada
beberapa meja dan kursi, dan di sana tertumpuk mesin tik dan beberapa alat
elektronik lagi. Di dinding kanan gang, yaitu dinding ruangan besar ini, berbaris
sebuah whiteboard, dua lemari kaca, dan tiga buah lemari besi. Dan di ujung gang
itulah, di sebelah kiri, pintu masuk ke studio.
Bau asap tembakau terasa makin menyesakkan. Kulayangkan
pandanganku ke penghuni ruangan, kami bertemu pandang. Baru kali ini
kuperhatikan orang yang dikatakan sebagai kepala laboratorium yang baru:
rambutnya acak-acakan, kacamata tebal menempel di depan matanya, bibirnya
sinis mengepulkan asap tembakau, dan di bawahnya dagu ditumbuhi jenggot yang
tidak dirawat. Aku merasa serba salah. Sejak kapan dia berhenti membaca dan

310
mulai memperhatikanku? Cepat-cepat aku mundur, menutup pintu dan segera
berangkat dari situ. Lega rasanya terlepas dari ruangan dengan bau yang
menyesakkan, serta pandangan yang sinis itu.

Contoh di atas merupakan deskripsi sebuah ruangan. Dari tulisan


tersebut dapat diketahui bahwa penulisnya masuk ke dalam ruangan itu,
berdiri di pintu, di sebelah dalam ruangan, dan mendeskripsikan apa-apa
yang diobservasinya di ruangan itu, dari tempatnya berdiri. Penulisnya
mencoba melakukan observasi secara teliti dengan menggunakan alat
penginderaan yang dimilikinya: mata, hidung, telinga, dan kulitnya.
Deskripsi di atas dapat dibuatkan ragangan, kerangka, atau outline seperti
di bawah ini.

No. Alenia Ide Yang Dikembangkan


1 1, 2, 3, 4 Kesan pertama
2 5 Dinding sebelah kiri
3 6, (7) Dinding yang berseberangan dengan pintu
4 7, 8 Dinding sebelah kanan
5 9 Sisi ruangan di pojok kanan
6 10 Akhir

Di bawah ini disajikan sebuah deskripsi sebuah ruangan yang lain.

Deskripsi Sebuah Ruangan


Pengembangan Observasi Menurut Spasi (Ruang)

Kamar Sebuah Asrama


oleh Ni Made Tuti Marhaeni

Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari;
tanda pengenalnya di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu
itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan
pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your
Message! Pada note book itu kubaca pesan untukku, “Masuk saja, Rat, kunci
dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Sesuai dengan pesan, kurogoh kunci di dalam kotak. Agak kesal juga,
ternyata pintunya susah dibuka. Beberapa kali aku memutar anak kunci dan
menggerak-gerakkan pegangan pintu, tapi gagal. Hampir saja aku pergi dengan
perasaan dongkol, kalau saja seorang penghuni di ujung gang tidak keluar dan
berteriak, “Dorong, Mbak!” Benar saja. Setelah aku dorong agak kuat, pintu
terkuak. Huh!
Tapi amboi, tidak pernah kuduga si tomboy ini punya kamar yang begini
indah dan feminin. Dinding dicat warna merah jambu lembut. Di lantai tergelar tikar
agak tebal, anyamannya besar-besar, khas Bali.
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin
yang bertuliskan “Anda manis, Nona.” Di bawahnya merapat sebuah meja belajar

311
yang diberi alas kertas berbunga-bunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan
plastik bening. Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik,
jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan buku-buku dalam
keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
Di balik pintu bergelantungan sebuah celana panjang, tas berbentuk
ransel kecil, dan ikat pinggang.
Di dinding sebelah kanan tergantung sebuah rak buku yang seluruhnya
juga dilapisi dengan kertas yang sama dengan alas meja. Rak itu penuh buku,
teratur rapi, dan di atas rak ada beberapa map. Di bawah rak terpampang sebuah
lukisan wayang yang besar di atas kain warna merah, dilukis dengan tinta warna
emas. Di bawahnya sebuah dipan, sama panjangnya dengan lukisan itu, ditutup
bad cover merah dengan motif primitif tenunan Bali.
Di ujung dipan, sebuah lemari built-in berpintu dua dibuat agak menonjol
ke luar dinding. Di atasnya ada setumpuk koran tua, gulungan karton, dan
beberapa botol kosong bekas kosmetik. Daun pintu dilapisi kertas yang sama
dengan alas meja, dan di sebeleh built-in ini, di dinding seberang, sebuah rak
buku dari rotan warna hitam, penuh dengan buku. Di atas rak terlihat vas pinang
kuning dengan jambangan botol bekas brem Bali, cat air, crayon, dan beberapa
kaset. Di sebelah rak ini tegak sebuah rak sepatu, di atasnya yang dialasi kertas
merah jambu juga, ada termos air, teko plastik, dua gelas kosong, kaleng kopi,
susu, gula, teh, dan sekaleng kecil permen merek Fox.
Bagian belakang ruangan berpintu lipat model kuno, terdiri atas empat
daun pintu dengan pegangan di tengah-tengah. Ketika kubuka pintu ini, dua daun
pintu terkuak ke kiri dan dua ke kanan. Di balik pintu kutemukan sebuah teras kecil
dan beberapa pot bunga berjajar rapi. Kepalaku menyentuh sebuah lonceng kayu
berbentuk kepala manusia dengan mulut sumbing. Lonceng itu tergantung di
sana, persis di tempat orang akan lewat.
Lama aku termangu di tembok teras menikmati hembusan angin melalui
cemara di taman. Aku tersentak ketika tiba-tiba kudengar sapaan dari belakang,
“Hei, Non, jangan bengong di situ, jatoh aja, tau rasa, lo.”
Rupanya tanpa kusadari, Mira sudah datang, dan kami pun segera terlibat
percakapan yang mengundang gelak tawa.

2. Menulis Paragraf Narasi (Cerita)


Narasi adalah cerita. Cerita yang dimaksud didasarkan pada urut-
urutan (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian atau
peristiwa tersebut ada tokoh, dan tokoh tersebut mengalami atau
menghadapi serangkaian konflik. Kejadian atau peristiwa, tokoh, dan
konflik merupakan unsur-unsur pokok yang ada dalam narasi. Kesatuan
dari ketiganya disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah
cerita berdasarkan alur.
Beberapa hal yang berkaitan dengan narasi adalah:
a) unsur paling penting dalam narasi adalah perbuatan dan tindakan
b) narasi tidak hanya menyampaikan kejadian atau peristiwa (karena
deskripsi juga demikian)
c) unsur lain yg harus diperhatikan adalah waktu

312
d) Narasi adalah suatu bentuk wacana yg sasaran utamanya adalah tindak-
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang
terjadi dalam satu kesatuan waktu.
e) Atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
f) Narasi berusaha menjawab pertanyaan: “Apa yang telah terjadi?”
g) Narasi yg bertujuan untuk memberi informasi agar pengetahuan
pembaca lebih luas disebut narasi ekspositoris.
h) Narasi yang disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu
menimbulkan daya khayal serta berusaha menyampaikan sebuah
makna melalui daya khayal yang dimilikinya disebut narasi
sugestif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam narasi ekspositoris
adalah sebagai berikut.
a) untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yg
dikisahkan,
b) sasaran utamanya adalah rasio (perluasan pengetahuan setelah
menbaca kisah ini),
c) misalnya, menyampaikan informasi berlangsungnya suatu
peristiwa (pemogokan buruh menuntut kenaikan gaji)
d) sebagai bentuk narasi, narasi ini mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian perbuatan
e) dapat bersifat khusus (khas) maupun generalisasi
f) secara khusus: berusaha menceritakan suatu peristiwa khas, yang
hanya terjadi satu kali (pengalaman pertama kali masuk perguruan
tinggi, pengalaman pertama mengarungi samudera, pengalaman
pertama gadis yang menerima curahan kasih, dan lain-lain).
Narasi sugestif umumnya bertalian dengan tindakan atau
perbuatan yang dirangkai dalam satu peristiwa atau kejadian. Hal-hal lain
yang berkaitan dengan narasi jenis ini adalah:
a) seluruh rangkaian kejadian berlangsung dalam satu kesatuan
waktu,
b) sasaran utama bukan memperluas pengetahuan, tetapi memberi
makna atas kejadian sebagai suatu pengalaman,
c) sasarannya adalah makna kejadian, dan melibatkan daya khayal,
d) rangkaian peristiwa disajikan merangsang daya khayal,
e) pembaca menarik makna baru,
f) tidak bercerita atau memberi komentar, tetapi mengisahkan cerita,
g) menyediakan kematangan mental.

Secara umum perbedaan keduanya dapat dilihat seperti di bawah


ini.

313
No. Ekspositoris Sugestif
1 Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau
amanat yg tersirat
2 Menyampaikan informasi mengenai Menimbulkan daya khayal
suatu kejadian
3 Didasarkan pada penalaran untuk Penalaran hanya berfungsi sbg alat
mencapai kesepakatan rasional menyampaikan makna
4 Bahasanya cenderung informatif, titik Bahasanya cenderung figuratif, titik
beratnya kata-kata denotatif beratnya kata-kata konotatif

Beberapa bentuk khusus narasi, di antaranya adalah (1)


autobiografi dan biografi, (2) anekdot dan insiden, (3) sketsa, serta (4)
profil.

Di samping alur dan latar, penulis narasi perlu membuat kisi-kisi


waktu (kerangka waktu). Artinya, diperlukan logika waktu yang terjaga
dan masuk akal. Untuk itu, perhatikan contoh kuitpan di bawah ini.

Asisten dosen Yusril beruntung mendapat tugas belajar ke Amerika


Serikat. Dia membujuk tunangannya, Niar, agar mereka menikah dulu sebelum
berpisah. Tapi keluarga Niar keberatan karena gadis itu sedang menghadapi ujian
SIPENMARU. Malam sebelum keberangkatannya meninggalkan kota Padang,
suatu malam bulan Agustus yang cerah, Yusril mengajak Niar berjalan-jalan ke
Pantai Padang yang terkenal indah itu. Malam itu kebetulan malam Minggu.
Berduaan mereka duduk di pantai, memandangi bulan purnama dan
pantulannya di air laut yang tenang. Hampir tengah malam baru mereka beranjak
pulang, bergandengan tangan, segan berpisah. Di depan rumah Niar mereka
berjanji setia sambil memandang bulan purnama yang hampir tenggelam di ufuk
barat. “Bulan itulah saksi sumpah setia kita malam ini,” kata Yusril. Niar
mengangguk sambil air matanya bercucuran. Selama lima tahun berpacaran, baru
kali inilah Yusril melihat Niar menangis. Hatinya bangga.
Tujuh tahun lamanya Yusril di luar negeri, dan ternyata Niar tidak setia.
Pada tahun kelima, datang suratnya yang mengatakan dia akan dikawinkan orang
tuanya dengan pemuda pilihan mereka.
Sepulang dari luar negeri dengan ijazah Ph.D. di sakunya, Yusril
berusaha untuk tidak bertemu dengan Niar. Tetapi secara kebetulan mereka
bertemu di Pantai Padang pada suatu senja. Niar bersama suaminya, dan dua
orang anak mereka, seorang gadis berusia tiga tahun dan seorang bayi yang
masih digendong.

3. Menulis Paragraf Eksposisi


Eksposisi adalah menyingkapkan. Dan hal yang disingkapkan
adalah sesuatu yang selama ini tertutup, terlindung, atau tersembunyi.
Yang disingkapkan adalah ide atau buah pikiran, isi hati, pendapat
penulisnya, untuk diketahui orang lain. Dalam eksposisi, sesuatu yang

314
akan diungkapkan ini disebut tesis (dalam narasi biasanya disebut tema).
Tesis adalah inti sebuah eksposisi. Tesis dapat disampaikan secara
tersurat maupun tersirat dalam tulisan.

Tesis adalah keseluruhan eksposisi. Artinya, seluruh wacana


eksposisi harus sejalan dan mendukung tesis. Sebuah eksposisi terdiri
atas sebuah tesis, diikuti uraian yang membuktikan bahwa tesis itu benar.
Uraian yang mendukung atau membuktikan kebenaran tesis biasanya
disebut kelas-kelas. Eksposisi yang baik biasanya terdiri atas beberapa
kelas. Jumlah kelas sangat ditentukan jumlah pembuktian. Jika dalam
tulisan tersebut penulis ingin menyampaikan tiga pembuktian, maka
eksposisi itu akan terdiri atas tiga kelas.
Cobalah simak contoh ragangan atau outline di bawah ini sekaligus
pengembangannya sehingga menjadi wacana eksposisi yang baik. Wacana
eksposisi ini berjudul “Pasta Gigi Ketinggalan Zaman”.
Ragangan atau Kerangka (outline)
A. Tesis
B. 1. Kelas l (pembuktian pertama)
2. Kelas ll (pembuktian kedua)
3. Kelas lll (pembuktian ketiga)
C. Simpulan

Ragangan di atas dikembangkan dalam tulisan di bawah ini.


Simaklah wacana eksposisi di bawah ini.

Eksposisi l
Pasta Gigi Ketinggalan Zaman
Diterjemahkan dan disadur dari tulisan
Jo Stralen

Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat
gigi. Tetapi agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas
menyikat gigi pagi hari begitu bangun tidur itu sangat menyengsarakan. Semua
kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi pagi-pagi guna menghalangi
kerusakan gigi. Namun rasanya ada yang tidak maju-maju pada alat pencegah
kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada
kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara
promosinya, dan yang tak kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta itu
sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal
oleh kakek bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara
kerjanya berlawanan dengan tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun di dunia
ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta yang dikemas di dalam tube itu.
Ketika Anda menganggapnya pastanya sudah habis, dan tube itu Anda buang, di
dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah

315
ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang
Anda peroleh akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang
sesudah dua tiga kali pakai, sehingga pasta di dekat lubang tube itu mengeras.
Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus memijit tube lebih keras
dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori lantai
dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube
itu masih akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah
terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita
menggunakan pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita menyikat gigi
dua puluh empat jam sehari semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang
tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih. Kemudian perhatikan senyum model
yang dipakai di dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan semua gigi
bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin
dilakukan sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya:
bagimana pun tampak indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan
benar jika kita memegang sikat gigi itu hanya dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya adalah pasta. Hijau, putih
bergaris merah atau hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru
kelihatan lebih kuning karena kontras), tetap saja pasta itu benda asing di mulut
kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa yang ditambahkan kepada
pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat gigi, bukanlah
jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa
enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita,
terutama anak-anak kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping
rasanya yang tajam itu, tekstur pasta gigi sering menimbulkan campuran kental
yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras akan menghasilkan busa,
yang menyebabkan mulut (te)rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa mau
muntah.
Agaknya jelas bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang
sekarang ini sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang
sebenarnya sudah sejak dahulu kala harus dilakukan oleh para produser pasta
gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan zaman, dia sudah ada sejak permulaan
abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang sejak permulaan abad
ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar. Promosinya
juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur
dan rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan
dan dicari alat pencegah kerusakan gigi yang, selain enak dan wangi, juga dapat
ditelan seperti permen coklat? Dengan sendirnya ‘alat’ seperti ini dapat pula
dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi kita sehat dan kuat. Kalau ini
bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan senang hati
memasukkan sepotong ‘alat’ ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu
menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang
itu akan benar-benar merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari
itu.

316
Contoh di atas adalah sebuah eksposisi. Bentuknya telah dirancang
oleh Aristoteles. Bentuk inilah yang sering dipakai orang dalam menulis
skripsi maupun disertasi. Bentuk ini pula yang sering dipakai dalam
mengembangkan tulisan yang berbentuk (berupa) makalah untuk
seminar. Dan sekarang, bentuk (atau pola) di atas akan dicoba
dipolemikkan. Contoh tulisan di bawah ini menunjukkan penulisnya
‘berlawanan’ dengan apa yang dikatakan Jo Stralen. Tesisnya berlawanan,
semua kelasnya pun berlawanan. Simaklah dengan cermat!

Eksposisi ll: Polemik


Pasta Gigi Segala Zaman
Muridan Satrio W.

Setiap orang menggosok gigi. Ada yang pagi sore setiap mandai, ada
yang setiap selesai makan. Ini bergantung pada keyakinan masing-masing
mengenai bagaimana merawat gigi dengan baik. Warna pasta yang digunakan
pun bermacam-macam, ada yang putih polos, putih bergaris merah atau hijau atau
lainnya. Tetapi bila diperhatikan, ada yang tidak berubah pada alat perawatan gigi
tersebut. Ternyata alat perawatan gigi seperti yang kinal selama ini memang
sudah diyakini sebagai yang terbaik sampai saat ini, dan tidak perlu diubah. Ini
terlihat dari kenyataan bahwa kemasan yang berbentuk tube itu adalah yang
paling tepat untuk pasta gigi, lalu rasa dan tekstur pasta di dalam tube itu pun
cukup membuat orang senang menyikat gigi, dan semua ini didukung pula oleh
cara promosi yang memang meyakinkan.
Sejak puluhan, bahkan mungkin lebih seratus tahun yang lalu, kemasan
pasta gigi yang selalu hadir di kamar mandi kita adalah tube. Kemasan itu
berbentuk lonjong, pangkalnya gepeng, badannya berbentuk silinder, dan ada
tutup di ujungnya. Kita tinggal membuka tutupnya, memijit tube, dan keluarlah
pasta gigi yang siap untuk dipakai. Dalam kemasan seperti ini pasta gigi tidak
mudah kering, asal kita tidak lupa menutupnya kembali. Kebersihannya pun
terjamin, dan gampang pula menyimpannya, atau membawanya untuk bepergian.
Coba bandingkan ini dengan kemasan lain yang pernah dicoba untuk
dipasarkan: sachet plastik seperti untuk shampoo, dan kaleng seperti tempat
semir sepatu. Bila kita ingin menggunakan pasta yang dikemas dalam sachet
plastik, kita harus merobek sudut kemasan itu, lalu memijitnya agar pastanya
keluar secukupnya. Setelah dipakai kemasan harus diletakkan berdiri agar isinya
tidak tumpah, dan jangan sampai jatuh ke lantai agar tidak kemasukan air yang
barangkali kotor. Pastanya juga cepat kering dan rasa serta aromanya cepat
hilang. Menghadapi kemasan seperti kaleng semir sepatu, kita memang tinggal
membuka tutupnya, basahi sikat gigi kita dan goreskan pada pasta sesuai
keperluan. Masalahnya, berapa banyak sikat gigi milik orang lain yang masuk ke
kaleng itu?
Rasa dan tekstur pasta gigi bermacam-macam, bergantung pada merek
dan kegunaanya. Warna yang indah, rasa yang manis dan aroma yang enak
semuanya dibuat agar kita merasa nyaman dan senang menggosok gigi. Dan kita
semua tahu betul, bahkan anak-anak kecil pun tahu betul, bahwa pasta gigi itu
bukan untuk ditelan. Bisa dibayangkan bila warna pasta gigi hitam atau ungu,

317
aromanya seperti comberan, dan rasanya seperti obat malaria, pasti lebih banyak
orang yang rela giginya cepat rusak daripada harus menggosok gigi dengan pasta
seperti itu.
Promosi pasta gigi secara tidak langsung merangsang orang agar mau
merawat gigi serta menggosok gigi secara teratur. Di dalam iklan terdapat senyum
yang menawan dengan sebaris gigi yang putih dan rapi. Setidaknya ini memotivasi
orang agar merawat gigi dengan baik, agar gigi bisa bersih dan putih seperti di
dalam iklan. Namun kalau pada dasarnya seseorang memiliki gigi yang tidak putih,
dia tidak akan berhenti menggosok gigi, hanya karena giginya tidak kunjung
menjadi putih. Pengetahuan umum sekadarnya, ditambah bacaan dari media
massa, memungkinkan kita mengerti mengenai persoalan gigi yang memang tidak
bisa menjadi putih itu.
Mengapa para produser pasta gigi tidak melakukan perubahan mendasar
terhadap alat perawatan gigi yang sudah berumur lanjut itu? Pertanyaan ini
membawa kita kepada kenyataan bahwa alat ini memang masih sangat pantas
dipertahankan. Sesuatu alat yang sudah digunakan sejak lama tidak selalu berarti
keinggalan zaman dan harus diubah. Tidak ada salahnya mempertahankannya
bila memang masih mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Pikiran untuk
mencoba menghasilkan pasta gigi yang berasa enak dan bisa ditelan, kok,
rasanya berlebihan. Bukankah menggosok gigi bertujuan membersihkan kotoran
yang menempel pada gigi? Maukah kita menelan kotoran yang seharusnya
dibuang?

Perlatihan
a) Setelah Anda membaca deskripsi yang berjudul “Kamar Sebuah
Asrama”, cobalah buat ragangan atau kerangkanya. Setelah Anda
menemukan ragangan atau kerangkanya, cobalah Anda membuat
deskripsi sebuah ruangan dengan pengembangan observasi menurut spasi
(ruang) dengan ragangan tersebut!
b) Kisah cinta Yusril tersebut sangat bagus dan dapat dikembangkan
menjadi sebuah novel yang menarik. Tetapi, jika dibuatkan kisi-
kisinya akan tampak hal-hal yang salah waktu, yang anakronistis.
Anda dapat menemukan salah waktu dan anakronistis tersebut
dengan mudah. Cobalah lakukan!
c) Pilih topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi wacana
eksposisi. Buatlah kerangka (outline) tulisan. Selanjutnya,
kembangkan menjadi wacana eksposisi yang menarik! Selamat
mencoba!

g. Menulis Kalimat dan Penggunaan Ejaan


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis kalimat dan menerapkan penggunaan ejaan dalam kalimat
tersebut. Dalam kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni
menulis kalimat dan menggunakan ejaan yang benar dalam menulis.

318
Pemahaman kedua subtopik ini diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi Anda adalah guru bahasa Indonesia, yang setiap saat
dimintai jawaban atas ‘kekurangjelasan’ menulis kalimat dengan
menggunakan ejaan yang benar yang terjadi di masyarakat (dan atau di
sekolah).

1. Menulis Kalimat
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri baku dan efektif. Kebakuan
mengacu pada kesesuaian kalimat dengan kaidah tata kalimat bahasa
Indonesia. Sumowidjoyo (1994) mendeskripsikan ciri kalimat baku:
garmatikal, masuk akal, bebas dari munsur yang mubazir (redundance),
bebas dari kerancuan (kontaminasi), bebas dari pengaruh bahasa daerah
atau asing (interferensi), sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku, jika dilisankan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia standar.

Keefektifan kalimat ilmiah diukur dari dua sisi, yakni dari sisi (a)
penulis, dan (b) pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika
kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan ilmiah penulis
secara tepat dan akurat. Dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama
persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu, jika
pembaca masih mengalami kebingungan, kesulitan yang mengakibatkan
salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat
diketegorikan efektif. Kalimat efektif berciri gramatikal, logis, lengkap,
sejajar, hemat, dan ada penekanan.

Dengan mengacu pada ciri baku dan efektif tersebut, kalimat dalam
bahasa Indonesia ilmiah berciri (a) gramatikal, (b) logis, (c) lengkap, (d)
hemat (bebas dari unsur mubazir), (e) bebas dari kontaminasi, (f) bebas
dari interferensi, (g) sejajar, dan (h) ada penekanan.

a). Gramatikal
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri gramatikal. Artinya,
kalimat ilmiah sesuai dengan tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi),
tata morfem (morfologi), dan tata fonem (fonologi) bahasa Indonesia.
Untuk memperjelas kegramatikalan bahasa Indonesia ilmiah, berikut ini
disajikan beberapa contoh kalimat.

(1) Tentang metode penelitian dibahas pada bab 3.


(2) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan,
tidak mengherankan.
(3) Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya.

Kalimat (1) s.d. (3) tersebut tidak gramatikal karena fungsi subjek
dihilangkan (dibiarkan kosong). Perbaikan kalimat (1) dapat dilakukan

319
dengan menghilangkan kata depan yang mengawali subjek, tentang. Kata
depan tersebut telah mengaburkan fungsi frase metode penelitian. Frase
tersebut berada di antara dua fungsi sebagai subjek dan sebagai
keterangan. Perbaiikan kaliamt (2) dan (3) dapat dilakukan dengan
menambahkan subjek yang kosong. Ketiga kalimat tersebut menjadi lebih
gramatikal jika diubah menjadi (1a) s.d. (3a) berikut.

(1a) Metode penelitian dibahas pada bab 3.


(2a) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan,
berita itu tidak mengherankan.
(3a) Keterampilan ini diperlukan agar mahasiswa dapat membaca
buku secara cepat dan dapat memahaminya.

Ketidakgramatikalan sebuah kalimat dapat disebabkan oleh


hadirnya subjek ganda sebagaimana kalimat (4) berikut.

(4) Penyusunan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan


bimbingan dari dosen pembimbing.

Pada kaliamat (4) terdapat subjek ganda, yaitu penyusunan laporan


ini sebagai subjek pertama dan penulis sebagai subjek kedua. Kalimat
tersebut dapat diperbaiki dengan menjadikan salah satu subjeknya
menjadi keterangan, sebagaimana (4a) berikut ini.
(4a) Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis
mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing.

Ketidakgramatikalan kalimat juga bisa disebabkan oleh


pemenggalan suku kalimat menjadi satu kalimat yang berdiri sendiri
sebagaimana (5) dan (6) berikut.

(5) Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu.
Sehingga, pebicaraan tentang kecerdasan bukan lagi
mmenjadi hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan
awam.

(6) Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan


bahkan spiritual. Sedangkan ukuran kecerdasan intelligence
quotient (IQ) merupakan perbandingan antara umur mental
dan umur kronologis.

Suku sehingga, pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi menjadi hak


kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan awam pada (5) dan suku sedangkan
ukuran kecerdasan intelligence quotient (IQ) merupakan perbandingan antara
umur mental dan umur kronologis pada (6) merupakan bagian kalimat
sebelumnya, sehingga tidak perlu berdiri sendiri sebagai kalimat baru.

320
Kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal jika disunting menjadi (5a) dan
(6a) berikut.

(5a) Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan


itu, sehingga pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi
mmenjadi hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan
awam.

(6a) Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan


bahkan spiritual, sedangkan ukuran kecerdasan intelligence
quotient (IQ) merupakan perbandingan antara umur mental
dan umur kronologis.

b). Logis
Kalimat logis jika mengandung makna yang masuk akal. Kalimat
(7) s.d. (8) berikut kurang masuk akal karena pikiran atau gagasan ilmiah
yang dinyatakan dalam kalimat tidak dapat diterima kebenarannya oleh
akal sehat pembaca.

(7) Para penumpang diharapkan segera turun setelah bus berhenti.


(8) Masalah perencanaan karangan mau dijelaskan oleh ketua tim
lomba karya tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.

Ketidaklogisan kalimat (7) adalah dalam hal tidak masuk akal


penumpang diharap turun setelah bus berhenti. Demikian pula, pada kalimat
(8) terdapat ketidaklogisan dalam hal masalah perencanaan karangan mau
dijelaskan, seolah-olah masalah perencanaan karangan makhluk bernyawa.
Kedua kalimat dapat disusun lebih logis menjadi (7a), (7b), (8a), dan (8b)
berikut.

(7a) Para penumpang diharapkan segera turun ketika bus berhenti.


(7b) Ketika bus berhenti, para penumpang diharapkan segera
turun.
(8a) Masalah perencanaan karangan akan dijelaskan oleh ketua tim
lomba karya tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
(8b) Ketua tim lomba karya tulis ilmiah akan menjelaskan masalah
perencanaan karangan pada pertemuan yang akan datang.

c). Lengkap
Kalimat ilmiah mewajibakn kehadiran fungtor inti: subjek,
predikat, objek, dan pelengkap secara fungsional. Pada kalimat verbal,
penentu kehadiran fungtor adalah verba yang menduduki fungsi predikat
pada kalimat terebut. Jika predikatnya terdiri atas verba taktransitif,
fungtor wajib hanya subjek dan predikat. Akan tetapi jika predikatnya
terdiri atas verba transitif ada dua kemungkinan variasi. Pertama, jika

321
predikatnya diisi oleh verba ekatransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan objek. Kedua, jika predikat diisi oleh verba dwitransitif,
fungtor wajib adalah subjek, predikat, dan objek. Jika verba pengisi
predikat terdiri atas verba semitransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan pelengkap.

Kalimat pada (9) merupakan kalimat yang lengkap, meskipun


hanya terdiri atas subjek dan predikat. Akan tetapi, meski tampak lebih
panjang, kalimat (10) merupakan kalimat yang belum lengkap.

(9) Pengamatan terhadap peristiwa itu sudah selesai.


(10) Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim
peneliti yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap
dan sempat mengunandang perhatian warga desa Mulung,
kecamatan Driyorejo, kabupaten Gresik.

Kalimat (10) belum lengkap karena belum memiliki predikat. Bagian


kalimat yang panjang semuanya merupakan perluaran subjek. Perluasan
subjek secara tidak disadari ini terjadi karena penulis kurang tepat dalam
menggunakan konjungsi, khususnya yang. Kalimat tersebut menjadi
lengkap jika disunting menjadi (10a) atau (10b) berikut.

(10a) Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota


tim peneliti yang menggunakan peralatan dan instrumen
lengkap dan sempat mengunandang perhatian warga desa
Mulung, kecamatan Driyorejo, kabupaten Gresik itu sudah
selesai.
(10b) Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota
tim peneliti yang menggunakan peralatan dan instrumen
lengkap dan sempat mengunandang perhatian warga desa
Mulung, kecamatan Driyorejo, kabupaten Gresik itu sedang
berlangsung.

Kalimat yang belum lengkap lain dapat diperhatikan pada (11) s.d.
(13) berikut.

(11) Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi


diharapkan akan memperoleh masukan yang lebih sesuai
dengan aspirasi.
(12) Setelah instrumen uji coba disusun, maka diusahakan agar
memenuhi syarat dari segi validitas dan reliabilitas.
(13) Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan , tetapi
KBK itu memang rumit.

322
Kalimat (11) s.d. (13) tersebut merupakan contoh kalimat yang
tidak memiliki unsur fungsi yang lengkap. Karena kesalahan memilih
bentuk yang seharusnya pasif ditulis aktif, kalimat (11) dan (12) menjadi
tidak lengkap karena tidak bersubjek. Kalimat (13) juga tidak lengkap
karena tidak mengandung objek, padahal predikat dalam kalimat tersebut
merupakan verba transitif, menerapkan.

Kalimat-kalimat tersebut dapat disunting menjadi lengkap pada


(11a), (12a), dan (13a) berikut ini.

(11a) Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi


diharapkan akan diperoleh masukan yang lebih sesuai
dengan aspirasi.
(12a) Setelah instrumen uji coba disusun, diusahakan agar
terpenuhi syarat dari segi validitas dan reliabilitas.
(13a) Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan KBK
dalam proses pembelajaran, tetapi itu memang rumit.

d). Hemat (bebas dari unsur mubazir)


Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah harus hemat. Kehematan
tersebut meliputi kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau unsur
kalimat lainnya. Unsur yang digunakan hanyalah unsur yang
mendukung gagasan keilmuan penulisnya. Penggunaan kata, istilah, dan
frasa secara mubazir, boros, atau berlebihan dihindari.

(14) Mahasiswa segera menulis proposal KAM dan mengirimkan


proposal itu ke Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat di
kampus Ketintang.

Kalimat (14) kurang hemat karena pengulangan bagian kalimat


tertentu yang menduduki fungsi sama dalam kalimat majemuk.
Pengulangan kata proposal dalam kalimat tersebut tidak memperjelas
gagasan yang disampaikan. Akan lebih hemat, jika kalimat tersebut
disusun menjadi (14a) berikut.

(14a) Mahasiswa segera menulis proposal KAM dan


mengirimkannya ke Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
di kampus Ketintang.

Kekuranghematan kalimat juga bisa terjadi adanya kehadiran


bagian-bagian kalimat yang kehadirannya tidak memperjelas gagasan.
Sebagaimana kalimat (15), (16), dan (17) berikut, kata-kata yang bercetak
miring, yakni untuk, bagi, saja, tentang, para, pembelajaran, daripada
merupakan bagian kalimat yang lebih baik dihilangkan agar kalimat lebih
hemat.

323
(15) Wawasan Nusantara tidak hanya bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia saja, tetapi
juga ikut serta dalam mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh
umat manusia.
(16) Pembelajaran tentang sains saat ini perlu mendapatkan
penanganan khusus karena banyak para siswa yang
mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran tersebut.

(17) Maksud daripada dicantumkannya subtopik latihan pada setiap


modul adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman
mahasiswa terhadap materi.

Meski demikian, pencantuman bahwa pada kalimat (17a) berikut


merupakan sesuatu keharusan. Jika dihilangkan kalimat majemuk yang
disusun menjadi tidak gramatikal.

(17a) Bahwa dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul


adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi.

Penghematan juga dapat dilakukan dengan mengganti frase yang


panjang dengan padanannya yang lebih pendek. Kalimat (18) dan (19)
berikut menggunakan frase diberi tafsiran, diberi makna, memberikan
penjelasan yang memiliki bentuk lebih panjang, dan kalimat (18a) dan
(19a) menggunakan padanan yang lebih pendek, yaitu ditafsirkan,
dimaknai, dan menjelaskan.

(18) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda


jasa, suatu predikat yang harus diberi tafsiran dan diberi makna
sedalam-dalamnya.
(18a) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda
jasa, suatu predikat yang harus ditafsirkan dan dimaknai
sedalam-dalamnya.
(19) Presiden memberikan penjelasan tentang isi kesepakatan damai
antara pemerintah dengan GAM yang ditandatangani pada
15 Agustus 2005 di Helsinky.
(19a) Presiden menjelaskan isi kesepakatan damai antara pemerintah
dengan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di
Helsinky.

e). Bebas dari kontaminasi


Kalimat bahasa Indonesia ilmiah bebas dari kontaminasi. Artinya,
kalimat ilmiah bebas dari kerancuan atau pencampuradukan dua makna,

324
dua unsur, atau dua struktur. Kalimat (20) dan (21) berikut merupakan
contoh kalimat yang mengandung kontaminasi.

(20) Pak guru tidak pernah menghapus papan tulis.


(21) Seminar sehari itu membicarakan tentang restrukturisasi
kurikulum menyongsong pembelajaran berorientasi pada
kecakapan hidup.

Karena mengandung kontaminasi makna, kalimat (20) dapat


disunting menjadi (20a) dan (20b). Demikian pula kalimat (21). Karena
mengandung kontaminasi struktur, kalimat (21) dapat disunting menjadi
(21a) dan (21b) berikut.

(20a) Pak guru tidak pernah membersihkan papan tulis.


(20b) Pak guru tidak pernah menghapus tulisan di papan tulis.
(21a) Seminar sehari itu membicarakan restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan
hidup.
(21b) Seminar sehari itu berbicara tentang restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan
hidup.

f). Bebas dari interferensi


Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh
bahasa daerah dan bahasa asing. Pengaruh itu ada yang bersifat
memperkaya dan ada yang memiskinkan Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia ilmiah harus terbebas dari gangguan unsur yang memiskinkan
tersebut. Kalimat (22) s.d. (24) berikut merupakan contoh kalimat yang
mengandung interferensi.

(22) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing,


penulis menghaturkan terima kasih.
(23) Selama empat minggu, mahaiswa latihan vokal dan pernafasan
di sanggar sastra Jubahsantri di kampus Lidah Wetan.
(24) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan
Menteri Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku ajar
di sekolah dasar dan menengah yang mana mengatur
pemberlakuan buku ajar selama lima tahun.

Kata menghaturkan pada (22), latihan pada (23), dan frase yang mana
pada (24) merupakan hasil interferensi. Kata menghaturkan dan latihan
merupakan interferensi dari bahasa Jawa, ngaturaken dan latihan,
sedangkan frase yang mana merupakan interferensi dari kata tugas bahasa
Inggris, where. Karena itu ketiga kalimat tersebut dapat dibebaskan dari
unsur kontaminasi menjadi (22a), (23a), dan (24a) berikut.

325
(22a) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing,
penulis menyampaikan terima kasih.
(23a) Selama empat minggu, mahaiswa berlatih vokal dan
pernafasan di sanggar sastra Jubahsantri di kampus Lidah
Wetan.
(24a) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan
Menteri Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku
ajar di sekolah dasar dan menengah yang mengatur
pemberlakuan buku ajar selama lima tahun.

g). Sejajar
Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah berciri sejajar atau paralel.
Dalam penyebutan suatu rentetan atau daftar dengan pengurutan butir-
butirnya satu per satu, misalnya, “A, B, dan C” butir-butir yang
diurutkan itu harus diungkapkan secara sejajar. Apabila A berupa verba,
begitu pula seharusnya B dan C. Apabila A berupa nomina dengan
imuhan peN-an, seyogianya B dan C pun menggunakan nomina dengan
imbuhan peN-an. Kalimat (25) berikut merupakan contoh kalimat yang
paralel, karena gagasan yang berurutan telah disampaikan dalam bentuk
yang sama, yaitu membuat, membeli, dan memakainya.

(25) Seorang sarjana teknik berhasil membuat alat penguat pancaran


air dari pompa dengan caranya sendiri, masyarakat petani
tembakau tinggal membeli dan memakainya.

Akan tetapi, kalimat (26) berikut masih kurang paralel karena


gagasan yang sejajar diungkapkan dengan bentuk yang tidak sama, yaitu
peningkatan, menggalakkan, dan terciptanya. Kalimat itu menjadi lebih
paralel setelah disunting menjadi (26a) dengan menyamakan bentuk
untuk tiga gagasan yang sejajar, yaitu peningkatan, penggalakan, dan
penciptaan atau manjadi (26b) dengan meningkatkan, menggalakkan, dan
menciptakan.

(26) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah peningkatan


mobilisasi tabungan dalam negeri, menggalakkan investasi dan
ekspor, serta terciptanya efisiensi ekonomi yang tinggi.

(26a) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah peningkatan


mobilisasi tabungan dalam negeri, penggalakan investasi dan
ekspor, serta penciptaan efisiensi ekonomi yang tinggi.

(26b) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah


meningkatkan mobilisasi tabungan dalam negeri, menggalakkan

326
investasi dan ekspor, serta menciptakan efisiensi ekonomi yang
tinggi

h). Ada penekanan (empasis)


Setiap kalimat mewakili gagasan penulisnya. Gagasan/informasi
ilmiah yang dipentingkan penulis perlu diberi penekanan atau empasis
memperoleh perhatian lebih dari pembaca. Penekanan unsur kalimat
dilakukan dengan cara meletakkannya pada posisi tertentu (umumnya di
awal kalimat), menggunakan urutan logis, dan menggunakan repetisi.

(27) Pembangunan akan berjalan dengan lancar jika semua anggota


masyarakat berperan aktif di dalamnya.

Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang memiliki urutan normal S-


P-O. Kalimat (27) merupakan kalimat dengan urutan normal tersebut
sehingga di dalamnya tidak ada bagian informasi yang dipentingkan. Hal
yang berbeda terjadi pada kalimat (27a) dan (27b) berikut. Pada kalimat
(27a) yang ditekakkan adalah informasi tentang keterangan syarat, jika
semua anggota masyarakat berperan aktif. Secara ilokusi, kalimat ini
mengandung ajakan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam
pembangunan. Penekanan pada bagian kalimat yang berbeda lagi terjadi
pada kalimat (27b) yang menekankan pada jaminan akan lancarnya
pembangunan, jika syarat dipenuhi.

(27a) Jika semua anggota masyarakat berperan aktif di dalamnya,


pembangunan akan berjalan lancar.

(27b) Akan berjalan dengan lancar pembangunan ini jika semua


anggota masyarakat berperan aktif di dalamnya.

Penekanan pada (27a) dan (27b) dilakukan dengan cara menempatkan


bagian yang ditekankan pada awal kalimat.

Penekanan juga dapat dilakukan dengan menyusun urutan logis.


Urutan logis dapat dilakukan secara kronologis (28) atau kronologis
terbalik (28a) berikut.

(28) Enam bulan yang lalu sakitnya dikira batuk biasa, tetapi
beberapa waktu kemudian diduga paru-paru, bahkan siang
tadi tim dokter RSUD Dokter Soetomo memvonisnya leukimia.

(28a) Siang tadi, dia divonis leukimia oleh tim dokter RSUD Dokter
Soetomo setelah sebelumnya diduga paru-paru dan bahkan
enam bulan yang lalu dikira batuk biasa.

327
Pengurutan secara logis juga dapat dilakukan dengan klimaks atau
antiklimaks. Kalimat (28) di muka di samping menggunakan urutan
kronologis juga menggunakan urutan klimaks. Sebaliknya, pada (28a), di
samping digunakan urutan kronologis terbalik, juga digunakan
antiklimaks.

2. Menggunakan Ejaan yang Benar dalam Menulis


Di bawah ini dikutipkan ketentuan penulisan, khususnya
penggunaan huruf kapital dan huruf miring, dari Pedoman Umum Ejaan
yang Disempurnakan.

a). Huruf Kapital (atau Huruf Besar)


1). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengangguk.
Apa maksudnya?
Saya harus bekerja keras.

2). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hati, Nak!”
“Besok kita pulang,” kata Ibu.

3). Huruf kapital dipakai sebagai pertama dalam ungkapan yang


berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakasih, Yang Maha Pengasih, Yang Maha
Esa, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-
Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri
rahmat.

4). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Ahmad Dahlan,
Imam Syafii, Nabi Isa.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.

328
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.

5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Budiono, Perdana Menteri Nehru, Profesor
Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara,
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian
Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor
jenderal.

6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Emha Ainun Nadjib, Abdullah Gymnastiar, Wage Rudolf
Supratman, Budi Saktiawan, Halim Perdanakusumah,
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau nama ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Jepang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, kejawa-jawaan, keinggris-
inggrisan.

8). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:

329
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan November, bulan
Februari, bulan Maulid, hari Jumat, hari raya Galungan, hari
raya Lebaran, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.

9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Ngarai Sianok,
Dataran Tinggi Dieng, Teluk Benggala, Jalan Diponegoro,
Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem, Pegunungan
Jayawijaya, Selat Lombok, Selat Bali, Danau Toba, Gunung
Semeru, Teluk Tomini, Terusan Panama, Tanjung Harapan,
Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi
yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi
ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris, pisang ambon, gula jawa, kacang bogor

10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama
dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik
Indonesia, Nomor ..., Tahun2012
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerjasama
antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang
yang berlaku.

330
11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Yayasan Ilmu-Ilmu Sastra, Rancangan
Undang-Undang Kepegawaian.

12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
Ia menyelesaikan makalah “Politik dan Bahasa”.

13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. Doctor (doktor)
M.A. master of arts (Magister Agama,
Antropologi, dst.)
Prof. profesor
Sdr. saudara

14). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk


hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yang dipakai dalam peyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya saya.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Hermansyah.
Besuk Paman akan dating.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hakim.

15). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

331
b). Huruf Miring (Italic)

1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama/judul


buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Gatra, buku Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad
Tohari, surat kabar Kompas

2). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu. (Dia bukan ditipu, tetapi
menipu.)
Buatlah kalimat dengan tipu muslihat.

3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangistana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi
‘pandangan dunia’.

Perlatihan
Suntinglah ejaan kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!

(1) siapa yang akan mengikuti seminar minggu depan


(2) kasihan bu kata ani dia belum makan seharian
(3) quran injil dan weda adalah kitab suci agama islam kristen dan hindu
(4) bimbinglah hambamu ya tuhan ke jalan yang engkau beri rahmat
(5) sejak tahun lalu sultan hasanuddin tidak lagi bergelar sultan
(6) presiden susilo bambang yudoyono mengundang seluruh gubernur di
indonesia termasuk gubernur jawa timur
(7) wage rudolf supratman adalah pencipta lagu indonesia raya
(8) meskipun pernah menetap lama di inggris ami sujarwo tidaklah
kehilangan keindonesiaannya
(9) senin depan bertepatan dengan peringatan hari raya idul fitri bagi
pemeluk agama islam
(10) pegunungan jayawijaya, kali brantas, teluk jakarta, ngarai sianok,
dan danau toba adalah sebagian kecil nama-nama geografi yang
terdapat di wilayah indonesia

332
(11) garam inggris, gula jawa, kacang bogor, maupun pisang ambon
merupakan contoh nama jenis
(12) dia telah selesai membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma
karangan Idrus sejak hari minggu lalu
(13) buku harmonium ditulis oleh prof dr (doktor) budi darma ma

(14) bukankah bapak ikut menyaksikan peristiwa itu, tanya bapak andi
nurdin nasution
(15) siapa yang sudah menghubungi anda

D. Berbicara Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia
pemahaman teks sastra. Ini adalah bahan bagi Anda agar memiliki
penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari
materi kesastraan tentang Membacakan dan Membawakan Karya Sastra.
Bagian ini berisi tiga kompetensi utama, yaitu: Membacakan prosa fiksi
(cerpen atau novel), membacakan puisi, dan membawakan drama.
Melalui pelatihan ini Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga
hal tersebut dan pada gilirannya Anda juga diharapkan trampil
mengajarkan kompetensi membacakan dan membawakan karya sastra
kepada siswa.

Tujuan pelatihan ini adalah Anda diharapkan dapat memiliki


kemampuan dalam membaca dan membawakan karya sastra. Kompetensi
ini akan sangat relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah.
Setelah memelajari materi ini Anda diharapkan
1) mampu membacakan prosa fiksi, cerpen atau novel, dan
menerapkannya dalam pembelajaran,
2) mampu membacakan puisi dan menerapkannya dalam
pembelajaran,
3) mampu membawakan dan memerankan drama serta
menerapkannya dalam pembelajaran.

Membacakan dan membawakan karya sastra adalah kompetensi


yang harus menjadi bagian dari kompetensi guru bahasa dan sastra
Indonesia. Guru adalah model bagi siswa-siswanya. Bayangkan apa yang
terjadi di kelas bila guru tidak kuasa melakukan hal ini? Memang sudah
banyak beredar media yang dapat menggantikan semua ini, namun
efektivitas pembelajaran dengan usaha dan upaya guru itu sendiri adalah
lebih penting.

333
Ada beberapa syarat agar guru kompeten dalam hal ini. Anda tidak
khawatir sebab syarat-syarat tersebut dapat dipelajari dan dilatih.
Percayalah bahwa Anda bisa! Beberapa syarat minimal bagi orang yang
ingin berkompeten dalam membacakan dan membawakan karya sastra
ialah dapat memahami karya sastra itu dengan baik dan memiliki strategi
untuk membacakan dan membawakan. Syarat pemahaman atas karya
sastra itu mengarah pada bahwa mengenal dengan baik ragam karya
sastra dan unsur-unsurnya akan sangat berpengaruh pada pembacaan
dan pembawaan karya sastra tersebut. Syarat strategi pembacaan dan
pembawaan karya sastra mengarah pada beberapa keterampilan teknis
tertentu, misalnya olah vokal, intonasi, ekspresi dan lakuan. Bagaimana?
Hal yang mungkin bukan?

2. Materi Pembelajaran
a. Membacakan Prosa Fiksi (Cerita Pendek atau Novel)
Bacalah cerpen berikut ini!

Tanah Masa Depan


Cerpen Tengsoe Tjahjono
Barong tak lagi seperti dulu. Semenjak semburan lumpur mengubur
wilayah itu, wajah-wajah kuyu dan muram menghiasi sudut-sudut kota. Jika Anda
naik kendaraan dari kota provinsi menuju daerah timur, Anda pasti akan melalui
kota Barong, sebab satu-satunya akses ya hanya kota itu. Dulu sebelum jalan tol
digenangi lumpur, kendaraan roda empat pasti akan memilih jalan tol. Sekarang
nggak ada pilihan lain. Harus rela antre dan berdesak-desakan di nadi kota
Barong. Berjam-jam. Bersabar-sabar. Kuyu dan muram.
Dari atas bus, jika Anda kebetulan naik bus dari arah utara ke selatan,
sebelum sampai ke pasar Barong, tengoklah ke kiri. Di sana akan terlihat
berderet bekas kios-kios pedagang buah. Di belakangnya berdiri dengan gagah
dan angkuh tanggul-tanggul penangkal luberan lumpur. Tingginya bukan main.
Setinggi pohon kelapa. Kios-kios itu kosong ditinggalkan pemiliknya begitu saja,
menyisakan dinding-dinding yang berlubang, atap-atap robek sana-sini, lantainya
becek tergenang air. Sisa-sisa tulisan “mangga gadung masak pohon”, “ 3000
rp”, “rambutan asli Binjai”, dan sebagainya masih tergantung di bagian dinding-
dinding kios itu. Muram dan pucat.
Di ujung selatan deretan kios itu Anda pasti akan melihat sesosok lelaki
kurus duduk dengan kaki ditekuk di atas bangku panjang. Rambutnya tergerai
tak terurus. Tampak sudah cukup lama tidak bersentuhan dengan sisir.
Wajahnya cokelat berkilat, namun matanya kosong menatap tumpukan
kendaraan yang melata di depannya.
“Sumi, tabunganku kurasa cukup untuk membeli tanah Wak Kamdi.
Memang agak jauh dari pasar. Tapi, nggak apa, yang penting setelah nikah kita
sudah punya tabungan berupa tanah,” kata Wagimun kepada kekasihnya. Sumi
tersenyum. Dadanya dipenuhi oleh rasa bangga akan calon suaminya itu.
Sebagai lelaki Wagimun memang tidak cukup tampan. Tapi bagi Sumi apa arti
ketampanan bila lelaki itu justru tidak mampu membuatnya nyaman, tenang, dan
damai?

334
“Ya, Kang aku setuju. Tanah itu kan dilewati angkutan kota. Untuk ke
pasar kurasa nggak bakal ada hambatan,” Sumi berusaha membuat Wagimun
bangga. Kebanggaan itu tentu akan membuat calon suaminya percaya diri.
Dengan kepercayaan dirinya, Wagimun pasti akan lebih mencintainya dan makin
lebih semangat bekerja. Ini penting karena hidup tanpa semangat kerja, apa
jadinya.
Dia kenal Wagimun serba nggak terduga. Ketika itu Sumi disuruh majikan
putrinya membeli mangga muda. Sang majikan memang lagi hamil muda saat
itu. Hamil anak pertamanya. Tentu bukan tugas mudah mencari mangga muda di
kala bukan musim mangga. Dengan semangat untung-untungan Sumi menuju ke
kios buah di kotanya itu. Anda pasti bisa membayangkan bagaimana sulitnya
Sumi mencari mangga. Puluhan kios dikunjunginya, tak satu pun yang menjual
mangga muda.
“Waduh, sulit, Mbak. Bukan musimnya, sih,” kata salah seorang pedagang
buah. “Wah, ngidamnya mbok yang lain. Salak kan anggap apa-apa,” komentar
yang lain. “Gimana jika ngidam sama bakulnya ini saja?” komentar yang lainnya
lagi. Sumi sewot menghadapi pedagang-pedagang itu. Tidak memberi jalan
keluar, malah komentar nggak karuan.
Tanpa menoleh Sumi beranjak meninggalkan kios-kios itu. Dengan putus
asa yang tak terukur ia berniat pulang. Bilang saja sama Nyonya jika mangga
mudanya nggak ada, begitu niatnya. Ia pun yakin sang majikan pasti akan
marah-marah tanpa ujung-pangkal kepadanya. Tapi mau apa lagi?
“Lho, mbak cari apa?” tiba-tiba seorang pria menegurnya ketika Sumi
hampir mendekati ujung selatan deretan kios itu. Ini lagi, pasti akan
mempermainkan aku, gumam Sumi dalam hati. Maka nggak dijawabnya sapaan
itu. “Cari mangga, Mun!” seru pedagang yang tadi berkomentar nggak karuan.
Lelaki yang dipanggil Mun itu tiba-tiba berdiri di depannya, dengan posisi
menghadang. Sumi pun mau tak mau harus berhenti. “Wah, Mbak, kalau
mangga muda aku ada. Kebetulan kakakku sedang hamil. Ia juga ngidam
mangga muda. Kemarin aku berburu mangga di desa. Kalau Mbak percaya
padaku, tunggu di sini sebentar. Aku akan ambilkan dulu.”
Belum sempat Sumi mengatakan ya atau tidak, lelaki itu sudah melesat
membelah jalan di depannya. Menyusup di antara kendaraan yang lalu lalang.
Sumi terhenyak nggak bisa berkata. Ia pun bersandar di dinding kios yang
ditinggal pemiliknya melesat membelah lalu-lalang itu. Laki-laki yang aneh,
bisiknya.
Dalam tempo singkat lelaki itu sudah kembali berada di depannya, dengan
dua mangga muda di tangannya. “Mbak, ambil aja mangga ini. Gratis. Hitung-
hitung sebagai tanda perkenalan. Berikan kepada majikan Mbak segera, agar
Mbak tidak dimarahi. Siapa tahu malah dipuji dan dinaikkan gaji,” kata lelaki yang
dipanggil Mun itu tertawa. Sumi pun ikut tertawa. Sejak saat itu Sumi sering pergi
ke kios buah itu. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa lelaki itu bernama Wagimun.
Sejak saat itu Sumi tahu bahwa Wagimun itu lelaki yang penuh perhatian, ceria,
humoris, juga sangat bertanggung jawab. Maka, ia yakin bahwa keputusannya
tidak akan salah ketika ia mengangguk saat Wagimun meminang ia untuk
menjadi istrinya.
Maka dipintalnya impian masa depan berdua bersama Wagimun.
Walaupun ia hanyalah seorang pembantu rumah tangga dan Wagimun hanyalah

335
seorang penjual buah, cita-cita tetap harus ada. Cita-cita itulah yang
membedakan Sumi-Wagimun dengan kucing atau kambing, juga menunjukkan
bahwa Sumi-Wagimun adalah pribadi yang hidup, bukan pribadi yang mati.
“Kapan kalian nikah?,” tanya majikan putrinya suatu ketika. Sumi hanya senyam-
senyum tidak menjawab, “Kamu nanti akan aku kado sebuah ranjang lengkap
beserta almari pakaiannya. Kamu mau nggak?” Sekali lagi Sumi hanya senyam-
senyum. Siapa yang menolak, jawabnya dalam hati.
“Mun, jangan lama-lama pacaran. Bisa-bisa Sumi digondol tukang bakso
yang sering lewat di depan rumah majikannya itu, “seloroh kawan-kawan
Wagimun sesama pedagang buah. Sumi hanya senyam-senyum juga
mendengar gurauan mereka. “Gila! Kalian pikir menikah itu cukup bermodalkan
celana kolor!” teriak Wagimun. Teman-temannya hanya tertawa melihat gaya
Wagimun dalam menjawab seloroh mereka. Sumi pura-pura tidak mendengar.
Dia sendiri agak curiga melihat perilaku tukang bakso itu. Masak lewat di depan
rumah majikan Sumi sehari bisa sepuluh kali. Pasti ada maunya. Yang jelas
sejak saat itu Wagimun semakin rajin bekerja. Tabungannya di koperasi semakin
banyak.
Sampai pada suatu waktu sebuah berita buruk melanda wilayahnya. Titik
pengeboran minyak di sebuah usaha kilang minyak yang berada di wilayah itu
menyemburkan lumpur. Semula semburan lumpur itu dianggap hal yang tidak
terlalu mencemaskan. Paling-paling akan mampet dengan sendirinya. Tetapi,
dugaan masyarakat di sana ternyata salah. Semburan lumpur itu tidak pernah
berhenti. Sehari beribu-ribu kubik material bumi dimuntahkan. Lumpur, air, dan
gas mengganas tidak terkendali. Dalam tempo tidak sampai tiga bulan, 4
kecamatan, 12 desa, 10 sekolah, 9 pabrik, ratusan hektar sawah, jalan tol, jalur
kereta api tenggelam. Peradaban pun luluh lantak oleh amuk lumpur.
Di atas tanggul penahan lumpur Sumi dan Wagimun menatap kosong
tanahnya yang tak lagi ketahuan petanya. Hanya atap rumah, menara mesjid,
atau pucuk pohon kelapa yang cokelat mengering yang masih tersisa bagai
perahu mengapung di lautan lumpur. “Di utara menara mesjid itu, Sum, tanah
kita...” kata Wagimun perlahan. Nyaris tidak terdengar, seperti ditujukan pada
dirinya sendiri. Sumi tidak menyahut. Ditariknya tangan kekasihnya menjauh dari
tanggul itu. Ingin rasanya ia menangis, tetapi dia tahu air mata hanya akan
membuat Wagimun tambah menjadi sedih.
“Sum, kita sudah nggak punya apa-apa lagi,” keluh Wagimun yang sudah
hampir tiga bulan tidak berjualan buah lagi. Kios-kios buah yang terletak di sisi
barat tanggul penanggulangan lumpur itu sudah sepi ditinggalkan pemiliknya.
Sumi hanya diam. Tak berani mengangguk atau menggeleng. Wagimun sudah
seminggu ini tak mau pulang ke pondokannya. Katanya ia ingin menunggui
tanahnya. Maka, tiap hari ia duduk selonjor di bangku panjang bekas kiosnya.
Menatap kosong ke arah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat mereka. Sumi kaget bukan
kepalang. Bapak, emak, dan kedua pamannya bergegas menemuinya. “Sum,
Bapak mencari-cari kamu, ternyata kamu di sini,” tegur Bapaknya. Emaknya
membeku di samping bapaknya. Matanya berkaca-kaca. “Emakmu amat was-
was akan kamu, Sum. Beberapa hari ini nggak mau makan mendengar kamu
seminggu nggak pulang ke rumah majikanmu,” kata Bapaknya kemudian. Mata
Sumi mulai mengembang air mata. Ditatapnya Wagimun yang tetap selonjor

336
dengan pandangan teramat kosong. Ia tak habis pikir kenapa lelaki yang ceria
dan humoris itu bisa berubah 180 derajat: diam dan mati. Mungkinkah musibah
semburan lumpur ini membuat akar pohon raksasa itu bisa membusuk dan
kering? Segalanya berubah begitu cepat.
“Begini, Sum,” kata Lik Jatmiko, adik emaknya,” Kita semua tahu bahwa
kamu mencintai Dik Wagimun. Tapi hidup kan bukan hanya demi cinta. Kamu
punya hidupmu sendiri. Kamu juga harus menata masa depanmu. Dengan
keadaan Dik Wagimun seperti sekarang ini, apa kamu yakin akan masa
depanmu?” Lik Jatmiko pandai menyusun kata. Tak ada paksaan dari keluarga
agar Sumi meninggalkan Wagimun. Sumi dibenturkan pada sebuah dilema:
antara cinta dan realita; antara Wagimun dan masa depan hidupnya sendiri.
“Mencintai memang tidak harus memiliki, Sum,” kata-kata klise muncul
dari bibir Lik Sugik, adik Lik Jatmiko. Tapi kata-kata klise itu berusaha
direnungkan kebenarannya oleh Sumi, “Kamu bisa mencintai Dik Wagimun
dengan cara lain. Tidak harus dengan menjadi istrinya. Dengan selalu
mengenang kebaikan-kebaikannya, dengan selalu mendoakan, bahkan mungkin
dengan selalu merindukannya, kamu sudah mencintai Dik Wagimun, Sum.” Sumi
seperti dibangunkan dari pingsan panjangnya. Seminggu dia mendampingi
Wagimun di tanggul itu. Nyaris tidak tidur hanya karena cintanya yang begitu
kental kepada Wagimun. Benarkah cinta itu tidak mengenal logika? Atau justru
cinta itu memiliki logikanya sendiri.
“Kang, kita nggak bisa terus-terusan begini. Kang Gimun harus sadar,
tanah kita memang sudah hilang. Tak mungkin kembali. Kakang harus ikhlas.
Kita mulai lagi dari nol, Kang. Jika dulu Kakang bisa, sekarang pasti akan jauh
lebih mudah, “Sumi berusaha menyadarkan Wagimun. Wagimun hanya diam.
Tanpa ekspresi. Bahkan, terlihat dia tidak mengenali lagi Sumi. Air mata
menyungai di pipi Sumi. Wagimun sudah tidak mampu membaca lagi makna air
mata itu. Matanya terbuka, tetapi dia tidak mampu melihat sekitarnya. Mata
hatinya tertutup bayangan gelap masa depannya.
Ketika Emaknya menggandeng tangannya menuju ke angkot, Sumi
pasrah. Dia sadar bertahan di tanggul mendampingi Wagimun, bukanlah pilihan
yang masuk akal. Dia tahu bahwa dia sangat mencintai Wagimun, tetapi
menjalani hidup secara benar dan mengisinya secara baik jauh lebih masuk akal.
Dipandangnya sekali lagi lelaki itu, sebelum angkot membawanya pergi
menelusup di keriuhan lalu lintas di Jalan Raya Barong. Wagimun tetap tak
berkedip. Kosong menatap lurus arah di depannya.
Lima tahun telah berlalu. Tanggul penangkis lumpur itu semakin lama
semakin tinggi. Usaha manusia untuk menghentikan semburan lumpur itu tidak
kunjung menunjukkan hasilnya. Jika Anda naik bus dari arah kota Provinsi
menuju ke selatan, dan menengok ke kiri sebelum memasuki Pasar Barong,
Anda masih akan mendapati lelaki kurus dengan kaki ditekuk duduk di atas
bangku panjang. Tatapannya masih kosong. Anda jangan terlalu heran jika suatu
ketika Anda mendapati sepasang suami istri dan dua anaknya tampak
menunggui lelaki kurus itu. Si suami terlihat berupaya mengganti pakaian lelaki
kurus itu dengan baju yang bersih, sedangkan sang istri menyiapkan sepiring
nasi yang diambil dari rantang yang dibawanya. Perempuan itu adalah Sumi,
yang masih terus mencintai Wagimun dengan caranya yang terkesan amat
sederhana.

337
Akhir Tahun 2007

Terbayangkankah jika cerpen ini dibacakan secara ekspresif di depan


orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari
bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam
membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya
kembali dalam bentuk tuturan lisan. Dalam konteks ini Anda harap
berhati-hati dan harus dapat membedakan antara membaca sastra dan
membacakan sastra. Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan
membacakan sastra bersifat ekspresif.

1) Memahami Prosa Fiksi


Bagaimana memahami prosa fiksi? Ada beberapa hal yang mesti
dicermati saat Anda hendak menafsirkan maksud prosa fiksi. Berikut ini
adalah hal-hal yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum
membacakannya.

a) Memahami Tema Prosa Fiksi


Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting,
karena semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan
mengacu dan menunjang tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau
makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi.
Pendapat ini selaras dengan pendapat Aminuddin yang menyatakan
bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan
juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi
yang diciptakannya (1987:66).

Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam


memilih bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak
bergerak, berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan
antara satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan,
semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.

b) Memahami Tokoh dan Watak Prosa Fiksi


Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah
tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa
sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara
pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu,
penokohan merupakan unsur cerita yang tdak dapat ditiadakan, dengan
adanya penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan hidup.
Melalui penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas

338
menangkap wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya
sedang diceritakan pengarangnya.

Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat


dengan konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang
memiliki kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung
sebagai pendamai.

Pembicaraan perihal tokoh tidak dapat dilepaskan dari watak atau


karakter. Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan
watak tokoh adalah aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik
tokoh umumnya digambarkan melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis
kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan keadaan tubuh. Aspek
sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial, pekerjaan,
pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial,
keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang
kejiwaan umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral,
tempramen, cita-cita, tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.

Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk


mengambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung
(analitik), cara tidak langsung (dramatic), dan campuran. Gambaran tokoh
secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan atau
menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila pengarang
memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung.

c) Memahami Latar Prosa Fiksi


Sebuah cerita pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas
kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang
tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal
tersebut dapat dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar cerita atau setting.

Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan
waktu cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah
geografis, merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam
cerita.

Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana


sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-
nilai yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal

339
(neutral) dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-
benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain.
Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca,
maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.

d) Memahami Alur Prosa Fiksi


Alur dalam prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal, yang biasanya disebut
sebagai bagian perkenalan, berisi informasi penting yang berkait dengan
hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-
informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh,
penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah
mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita selanjutnya.
Bagian awal ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah
kegagalan dan keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat
pembacanya sangat ditentukan oleh bagian ini.

Dalam sebuah prosa fiksi, bagian awal selain sebagai


eksposisi/paparan juga mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi
tidak stabil yang dijadikan sebagai perangkai bagian-bagian berikutnya.

Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan.


Konflik bisa terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri)
dan bisa juga terjadi secara eksternal (terjadi karena pertentangan antar
tokoh). Konflik internal dikenal dengan istilah konflik batin, sedangkan
konflik eksternal disebut sebagai konflik sosial.

Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita,


sebab bagian terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh,
peristiwa, konflik, tema, makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada
bagian ini pula semua persoalan yang muncul pada bagian sebelumnya
jelas dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca dapat dikatakan telah
memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas membacanya.

Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita.


Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita
terlihat alternative penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan.
Ada yang memunculkan kemungkinan menyenangkan (happy ending)
maupun menyedihkan (sad ending). Kemungkinan lain yang muncul ialah
penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka. Sebuah cerita beralur
tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau penyelesaiannya
secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua persoalan
tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.

340
e) Memahami Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran
kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.

2) Membacakan Prosa Fiksi


Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca
sastra secara umum memang dapat dipelajari tetapi dalam
penampilannya hendaknya warna pribadi si pembaca tetap dominan.

Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu


masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal.
Ketiga hal tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi hadir secara integral
pada saat pembacaan sastra itu berlangsung.

Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca


sastra naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan,
gugup, takut-takut dan malu? Pendek kata seorang pembaca sastra
haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung
pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi
lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam
jiwanya.

Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan


volume suara. Kejelasan artikulasi harus jelas terdengar, demikian pula
bunyi-bunyi konsonan. Untuk itulah seorang pembaca prosa harus
mengenali betul alat-alat ucap dan bunyi yang dihasilkannya.

Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras


lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; karena marah, bunyi menjerit karena
sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung
kepada ketepatan penafsiran atas karya yang dibaca.

Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian,


dan komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan

341
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.

Ada beberapa alternatif pembacaan prosa fiksi: pembacaan secara


individual, secara kelompok, dan dramatisasi pu. Pembacaan individual
bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca secara
individual akan membacakan prosa fiksi. Pembacaan secara kelompok
berarti pembacaan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa orang.
Prosa fiksi yang dipilih pun haruslah memiliki peluang untuk dibaca
bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat paralelisme, repetisi,
tautologi, bunyi-bunyi, dan sebagainya.

Perlatihan

Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!

Kutipan cerpen 1:
Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
“Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.”
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya
memberengut, sambil melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak
bisa berbicara tentang cinta kurang dari 15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau
wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30 menit. Apalagi sudah ada
beberapa orang berdatangan ke telepon umum itu, sambil sengaja mengecrek-
ngecrekkan koin di tangannya.
“Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?”
( “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta” karya Seno Gumira Ajidarma)

Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di
antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah
aku; yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering
wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi di awan, dengan
seutas benang yang menghubungkannya; sementara itu langkahku melentur-
lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang
kedatanganku senantiasa ditandai dengan gemerisiknya angin di antara
pepohonan atau padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)

Kutipan cerpen manakah yang dapat dibacakan secara individual?


Tentunya jawabannya adalah kutipan cerpen 2. Sekarang ayo dicoba
membacakan kutipan cerpen 2 secara individual. Pastikan unsur-unsur

342
yang terpahami sudah berada dalam diri Anda. Langkah berikutnya ialah
meletakkan notasi ujaran dalam teks cerpen. Notasi atau tanda ujaran
tersebut dapat berupa jedah (/), Intonasi naik, dan yang lain.

Akulah Jibril,(/) malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di
antara pepohonan,(/) jika angin mendesir (/ naik): itulah aku; jika pohon bergoyang
(/ mendatar): itulah aku (/ turun); yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan
Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang, sampai
jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang
kedatanganku senantiasa ditandai dengan gemerisiknya angin di antara
pepohonan atau padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)

Dengan memerhatikan tanda-tanda di atas, jelas bahwa


membacakan cerpen bukan seperti membaca cerpen secara reseptif. Yang
terpenting adalah bagaimana menciptakan pembacaan yang ekspresif
sebagai bentuk tontonan yang menarik dengan mengembangkan peluang
yang terdapat dalam teks itu. Peluang yang terdapat pada umumnya
hanya akan terlihat oleh pembaca puisi yang peka dan kreatif penuh
imajinatif. Pembaca pada hakikatnya juga seorang kreator, bahkan juga
sutradara.

b. Membacakan Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia
simbol. Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan
puisi, pembaca harus menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi
itu dianggap sebagai dunia interpretatif dan sekaligus dunia alternatif.
Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai kemungkinan makna.
Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.

Ada beberapa hal yang mesti dicermati saat Anda hendak


membacakan sebuah puisi. Pamilah puisi tersebut dan rancanglah bentuk
pembacaan atas puisi tersebut. Sebelum Anda mempelajari hal-hal itu
bacalah terlebih dahulu puisi berikut ini.

Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi

Apa kau telah dapat ganti rugi


Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?

Materai dan kertas berhuruf kanji

343
Tak seindah bunga bakung di tepi kali
Meterai dan kertas yang digores belati
Tak seindah jerami menoreh pasir di bumi

Telah ditebang pohon kedondong dan maoni


Telah ditebang pohon-pohon hijau trembesi
Telah ditebang pohon-pohon pakisaji
Telah ditebang jiwamu yang tak ditopang beton bersigi

Aku sebagai saksi


Aku semut yang bersarang di daun pakisaji
Aku ulat yang merayap di kelopak kulit trembesi
Aku burung pelatuk yang berumah di pohon maoni

Apa kau telah dapat ganti rugi


Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?

Aku sebagai saksi

(Suripan Sadi Hutomo, 27 Mei 1990)

Terbayangkankah jika puisi ini dibacakan secara ekspresif di depan


orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari
bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam
membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah memahami atau
menangkap maksud penulis dalam karyanya dan mengutarakannya
kembali dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah! Anda harus dapat
membedakan antara membaca sastra dan membacakan sastra. Membaca
sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.

1) Memahami Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia
simbol. Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan
puisi, pembaca harus menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi
itu dianggap sebagai dunia interpretatif dan sekaligus dunia alternatif.
Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai kemungkinan makna.
Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.

a) Memahami judul
Sebuah puisi pada umumnya memiliki judul. Dalam sebuah puisi
judul bukan sekedar tanda, tetapi gerbang untuk menuju ke kedalaman
puisi tersebut. Judul menjadi semacam lorong yang mengarahkan
pembaca kepada pusat makna.

344
Memahami judul menjadi sangat penting karena dengan
memahami judul Anda memasuki wilayah wacana dengan lebih terbatas,
lebih memusat, tidak begitu menyebar atau tidak begitu membias.

Puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berjudul Apa Kau Telah Dapat
Ganti Rugi. Apa yang dapat Anda pahami dari judul puisi itu? Dengan
membaca judul itu, persoalan apa yang akan diungkapkan penyair?
Diskusikan persoalan ini dengan kelompok Anda.

b) Memahami latar
Latar ialah piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat,
waktu, keadaan sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah dan
sebagainya yang menempatkan puisi ke dalam matra tertentu. Puisi
sebagai perwujudan kepekaan penyair dalam membaca lingkungan
sekitarnya tak dapat dilepaskan dari matra ruang, waktu, zaman, sejarah,
dan sebagainya.

Kerjakan Kegiatan Mengidentifikasi Latar dalam Puisi. Laporkan


pula hasil identifikasi dalam bentuk paparan, utamanya menyangkut
tafsiran terhadap makna latar dan hubungan latar dengan makna
keseluruhan puisi.
Kegiatan : Mengidentifikasi Latar dalam Puisi
Lakukanlah kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah berdua dalam kelompok.
b) Identifikasikan jenis latar terhadap data puisi yang tersedia.
c) Diskusikan makna latar tersebut dalam hubungannya dengan makna
puisi.

Latar:
No. Data Tempat/Waktu/Sosial/Lain- Tafsiran
lain
1. pabrik jerami
2. meterai dan kertas
berhuruf kanji
3. bunga bakung di
4. tepi kali
pohon kedondong
5. dan mahoni
6. pohon-pohon hijau
7. trembesi
pohon-pohon
pakisaji
beton bersigi

345
Berdasarkan identifikasi dan tafsiran terhadap latar puisi Apa Kau
telah Dapat Ganti Rugi dapat disimpulkan makna latar puisi itu.

c) Memahami kata ganti


Kata ganti atau pronomina ialah kata yang menggantikan nomina
atau frase nominal. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal pronomina
demonstratif yaitu kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai
secara khusus orang, benda atau peristiwa, misalnya ini atau itu. Di
samping itu dikenal pula pronomina persona yaitu kata yang
menggantikan kategori deiksis yang berhubungan dengan partisipan
dalam sebuah situasi bahasa, misalnya saya, ia, mereka, dan sebagainya.

Untuk memahami kata ganti lakukanlah Kegiatan Mengidentifikasi


Kata Ganti dalam Puisi. Bacalah puisi itu berulang-ulang agar Anda
mampu secara tepat menemukan referensi kata ganti yang terdapat di
dalamnya.
Kegiatan: Mengidentifikasi Kata Ganti dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah secara kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan
dua orang.
b) Daftarlah kata ganti yang terdapat dalam puisi itu.
c) Tuliskan beberapa kemungkinan rujukan kata ganti itu.

No. Kata Ganti Baris ke ... Rujukan


1. kau judul
2. kau baris 1
3. -mu baris 2
4. kau baris 3
5. dst.

d) Berdasarkan hasil identifikasi itu diskusikan dalam kelompok Anda


hubungan kata ganti itu dengan totalitas makna puisi.

d) Memahami Majas
Majas dapat diartikan sebagai kekayaan bahasa seseorang (awam
maupun sastrawan) yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi (lisan
maupun tulisan) untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik
maupun efek estetik.

Menganalisis majas dalam puisi berarti Anda akan menanyakan:


(1) jenis majas apa saja yang terdapat dalam puisi; (2) alasan penyair
memilih majas tersebut; dan (3) efek semantik dan estetik yang
disebabkan pemilihan majas itu.

346
Dalam Kegiatan berikut ini Anda akan mengidentifikasi majas
yang terdapat dalam puisi Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi dan mengkaji
dampak makna pemilihan majas itu.

Kegiatan : Mengidentifikasi Majas dalam Puisi


Lakukan kegiatan berikut ini.
1) Bekerjalah dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang.
2) Identifikasikan majas yang terdapat dalam puisi itu.
3) Diskusikan dampak pemilihan majas itu terhadap makna puisi.

No. Data Baris Jenis Tafsiran


ke.... Majas Makna
1. Apa kau telah dapat ganti 1 Retoris
2. rugi 9-12 Paralelisme
Telah ditebang pohon anafora
kedondong dan maoni
Telah ditebang pohon-pohon
hijau trembesi
Telah ditebang pohon-pohon
3. pakisaji
Telah ditebang jiwamu yang
tak ditopang beton bersigi
Dst.

e) Memahami Baris dan Bait


Baris merupakan ciri visual puisi, sedangkan bait merupakan
perwujudan kesatuan makna dalam puisi. Fungsi bait mirip fungsi
paragraf dalam karangan paparan. Setiap bait mengandung satu pokok
pikiran.

Bait pertama puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berisi sebuah


pertanyaan apakah tanah milik rakyat yang dijual demi pembangunan itu
telah mendapatkan ganti rugi secara layak atau justru tidak
mendapatkannya sama sekali.

Bait kedua mengandung gagasan bahwa persekutuan kita dengan


orang-orang asing yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan
ekonomi kelompok tertentu justru hanya akan menyengsarakan rakyat.

Diskusikan dengan teman sebangku Anda, gagasan apa yang


terkandung dalam bait ketiga, keempat, kelima, dan keenam puisi itu.

f) Memahami Tipografi dan Enjambemen

347
Tipografi ialah ukiran bentuk, artinya ialah bagaimana puisi itu
diungkapkan secara grafis oleh penyairnya. Pemakaian huruf kapital dan
tanda baca juga merupakan bagian dari ikhwal tipografi.

Baris-baris puisi Suripan Sadi Hutomo itu selalu dimulai dengan


huruf kapital dan tanpa titik pada setiap akhir baris, kecuali tanda tanya
pada akhir baris Apakah kau hanya dibohongi? Puisi tersebut juga dikemas
dengan pola kwatren (puisi empat seuntai)

Mengapa Suripan menulis grafis puisinya semacam itu?


Diskusikan dengan kelompok Anda!

Enjambemen merupakan pemenggalan secara cermat yang


dilakukan penyair terhadap baris-baris puisi, dan hubungan antarbaris
dalam puisi itu.

Suripan Sadi Hutomo dalam puisinya di atas memang tidak


melakukan pemenggalan yang tak berdasarkan kaidah bahasa.
Pemenggalan yang terdapat pada baris Apa kau telah dapat ganti rugi/ Dari
tanahmu yang dibuat pabrik jerami merupakan pemenggalan secara
fraselogis. Keliaran tidak terdapat dalam puisi Suripan Sadi Hutomo itu
karena, sekali lagi, Suripan dalam konteks masyarakat tradisional dalam
puisi di atas ingin menunjukkan bahwa masyarakat itu pada umumnya
amatlah patuh dan taat pada aturan yang telah disepakati bersama, pada
konvensi yang berlaku.

g) Memahami totalitas makna dan amanat puisi


Berdasarkan analisis kita terhadap judul, latar, kata ganti, majas,
baris dan bait, serta tipografi dan enjambemen barulah Anda dapat
menyimpulkan makna dan amanat puisi.

Puisi Apa Kau Telah Dapat Ganti Rugi di atas menempatkan si aku
lirik (bisa penyair atau pribadi lain yang peduli terhadap lingkungan
masyarakat tertindas) bersama dengan alam menjadi saksi atas korban
pembangunan. Penebangan kemanusiaan sangat memprihatinkan, tetapi
anehnya terus berlangsung tanpa putus-putusnya.

2. Membacakan Puisi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca
sastra secara umum memang dapat dipelajari tetapi dalam
penampilannya hendaknya warna pribadi si pembaca tetap dominan.

348
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu
masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal.
Ketiga hal tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi hadir secara
integral pada saat pembacaan sastra itu berlangsung.

Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca


sastra naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan,
gugup, takut-takut dan malu? Pendek kata seorang pembaca sastra
haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung
pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi
lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam
jiwanya.

Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan


volume suara. Kejelasan artikulasi dalam seni baca puisi sangat
dibutuhkan. Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan
sebagainya harus jelas terdengar, demikian pula bunyi-bunyi konsonan.
Untuk itulah seorang pembaca puisi harus mengenali betul alat-alat ucap
dan bunyi yang dihasilkannya.

Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras


lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; karena marah, bunyi menjerit karena
sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung
kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibaca.

Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian,


dan komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.

Perlatihan
Ada beberapa alternatif pembacaan puisi: pembacaan secara
individual, secara kelompok, dan dramatisasi puisi. Pembacaan individual
bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca puisi
secara individual akan membacakan sebuah puisi. Pembacaan puisi secara
kelompok berarti pembacaan puisi yang dilakukan bersama-sama oleh
beberapa orang. Puisi yang dipilih pun haruslah puisi yang memiliki
peluang untuk dibaca bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat pada
puisi yang memiliki paralelisme, repetisi, tautologi, bunyi-bunyi, dan

349
sebagainya. Dengan kata lain tidak setiap puisi dibacakan secara
kelompok. Perhatikan puisi berikut ini :

Hom Pim Pa
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
siang orang sufi malam berkostum pencuri
topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya
maka berubahlah setiap saat
biar perut terganjal, panjang usia dipersempit limitnya

mencuri, mereka bilang terpaksa


nodong, mereka bilang terpaksa
nipu, mereka bilang terpaksa
sajak inipun mereka bilang terpaksa:

hom-pi-pa
hom-pi-pa

kalah menang teka-teki


yang pasti
sumbang

apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa


gaungnya membikin rimba
sekolah jadi rimba, kantor jadi rimba, pergaulan
jadi rimba, perempuan jadi rimba, jiwa jadi rimba
ide jadi rimba, aku jadi rimba, putih jadi rimba
hukum jadi rimba
ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya

jangan jambret, toh bukan kau


jangan mabok, toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat:

hom-pi-pa
hom-pi-pa

tangan tengadah belum tentu menang


tangan telungkup belum tentu kalah
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan

hom-pi-pa
hom-

350
pi-
pa!
(Tengsoe Tjahjono, 1983)

Puisi tersebut pernah dibawakan secara kelompok. Kelompok


tersebut terdiri atas seorang pembaca utama dan beberapa orang pembaca
latar. Alternatif pembacaannya dapat dijabarkan ke dalam naskah
pembacaan berikut.

Naskah puisi : Hom Pim Pa


Karya : Tengsoe Tjahjono
Panggung : Layar hitam di belakang. Para pembaca
duduk di
atas level berukuran kubus. Posisi tapal
kuda.

Pembaca Verbal
N Hom Pim Pa
L mengucapkan hom-pi-pa terus menerus
dari rendah menuju puncak kemudian rendah
lagi, akhirnya lembut, tetapi tidak berhenti
N membaca bait pertama, akhir baris "panjang usia
dipersempit limitnya" diucapkan dengan tekanan
dinamik keras
L suara hom-pi-pa ikut bergemuruh dan keras,
setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
L1 Mencuri
N mereka bilang terpaksa
L2 Nodong
N mereka bilang terpaksa
L3 Nipu
N mereka bilang terpajsa/sajak ini pun mereka bilang
terpaksa (kata terpaksa diucapkan dengan tempo
lambat tetapi dengan tekanan dinamik keras)
L mengucapkan hom-pi-pa bersahutan keras dan
akhirnya kembali lembut walaupun tidak pernah
Berhenti
N membaca bait keempat dilanjutkan dengan
"apa katanya bila hidup itu hom-pi-pa"/
gaungnya membikin rimba
L1 sekolah jadi rimba
L2 kantor jadi rimba

351
L3 pergaulan jadi rimba
L4 perempuan jadi rimba
L1 jiwa jadi rimba
L2 ide jadi rimba
L3 aku jadi rimba
L4 putih jadi rimba
L1 hukum jadi rimba
N ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
L1 jangan jambret
N toh bukan kau
L2 jangan mabok
N toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat
L suara hom-pi-pa pun iku bergemuruh dan keras,
setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
L1& L2 tangan tengadah belum tentu menang
L3 & L4 tangan telungkup belum tentu kalah
N apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
L gemuruh suara hom-pi-pa dan berakhir dalam
tempo lambat, tetapi dengan tekanan dinamik keras

Catatan: N = Narator, L = Latar

Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membaca puisi


secara kelompok bukan sekadar membacakan puisi secara bergantian
setiap bait. Yang terpenting adalah bagaimana menciptakan bentuk
tontonan yang menarik dengan mengembangkan peluang yang terdapat
dalam teks puisi itu. Peluang yang terdapat dalam puisi pada umumnya
hanya akan terlihat oleh pembaca puisi yang peka dan kreatif penuh
imajinatif. Pembaca puisi pada hakikatnya juga seorang kreator, bahkan
juga sutradara.

c. Membawakan atau Memerankan Drama


Kali ini Anda akan belajar tentang teks teks drama. Ada beberapa hal
yang membedakan teks drama dengan karya fiksi lainnya --cerpen,
novelet, atau novel-- adalah dialog, pembabakan, petunjuk pementasan,
serta prolog dan epilog. Dialog menjadi bagian awal yang langsung

352
terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog inilah yang secara
spesifik membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut. Artinya, teks
drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks fiksi lainnya.

Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh


pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu
ada, teks drama sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini
biasanya didasari pertimbangan kebutuhan nyata dalam pementasan.
Pembabakan sangat membantu perubahan setting atau tempat terjadinya
peristiwa ketika teks drama tersebut dipentaskan.

Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda)


dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi
menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain).
Prolog dan epilog memang tidak selalu hadir dalam setiap teks drama.
Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya memberikan penjelasan
awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang ditampilkan,
pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula
sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca
atau penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog
merupakan bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita,
pesan atau amanat yang disampaikan pengarang, dan atau renungan.
Bacalah teks drama berikut ini dengan cermat!.

TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana

Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.


01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan
komposisi yang sedap dipandang.

02. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan
sebentar tangismu?

03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.

04. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua
temanku ini? Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama
sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena
itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan

353
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan
kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan
mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan
tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana.
Keduanya meneruskan tangisannya.

06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng
kepala, kemudian ikut menangis pula.

07. Inu: (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu
lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan
menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,
bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali
mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi
kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad
perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak
pergi)

08. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

09. Inu: (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-
geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-
temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)

10. Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?

11. Inu: Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu: Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?

15. Inu: Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati: Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

354
18. Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya,
Inu!

19. Inu: Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati: (Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya)


“Maaf, kami sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!?
Trim’s!” Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!

21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.

Selesai.

Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah
unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama
dapat ditemukan.

Terbayangkankah jika teks drama tersebut dibawakan secara


ekspresif di depan orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini
akan kita pelajari bersama. Sama halnya dengan jika Anda membaca teks
nonsastra, dalam membaca teks sastra pun tujuan utamanya adalah
memahami atau menangkap maksud penulis dalam karyanya dan
mengutarakannya kembali dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah!
Anda harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan
sastra. Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra
bersifat ekspresif.

1) Memahami Drama
Ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama
dengan karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama adalah
untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita
atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipahami sebelum
mengekspresikan drama.

a) Memahami Tokoh dan Watak Tokoh Drama


Suatu peristiwa dalam drama selalu didukung oleh sejumlah tokoh
atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga
mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan

355
merupakan unsur yang tidak dapat ditiadakan, dengan adanya
penokohan, sebuah drama menjadi lebih nyata dan hidup.

Tokoh dalam drama memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh


yang memiliki peran penting disebut tokoh sentral, tokoh inti, atau tokoh
utama. Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi melengkapi, melayani,
atau mendukung tokoh sentral disebut sebagai tokoh peripheral (tokoh
tambahan, tokoh pembantu, atau tokoh bawahan). Penentuan kedua
tokoh tersebut didasarkan atas beberapa hal berikut.
(1)Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan
selalu muncul dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan
kecil sekali tingkat kemunculannya
(2)Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul.

Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh


protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang
berwatak baik, sehingga disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa
yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).

Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan


tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan
utama, frekuensi kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat
pencitraan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung
tokoh utama yang membuat cerita lebih hidup (Sudjiman, 1988).

Dalam drama, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat


dengan konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang
memiliki kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung
sebagai pendamai. Tokoh yang membawa ide prinsipil atau gagasan
pokok disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang selalu melawan ide
prinsipil disebut sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh yang
berfungsi sebagai pendamai atau perantara antara protagonist dan
antagonis disebut tokoh tritagonis.

Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak


atau karakter. Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam
membicarakan watak tokoh adalah aspek fisik, aspek social, dan aspek
psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan melalui usia (tingkat
kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan keadaan
tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan , pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas
sosial, keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar
belakang kejiwaan umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang

356
moral, tempramen, cita-cita, tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang
lain.

Dalam drama terdapat kecenderungan, dalam penggarapan


perwatakan tokohnya. Beberapa ciri utama tentang watak tersaji di bawah
ini.

a. kejadian-kejadian berpusat pada konflik watak tokoh


utamanya
Tentang b. mutu drama bergantung pada kepandaian penulis dalam
Karakter menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam drama cenderung sama dalam pribadi
keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada


beberapa hal yang perlu Anda perhatikan!

a. m melalui apa yang diperbuatnya


b. m melalui ucapan-ucapannya
Mengenali
c. m melalui penggambaran fisik tokoh
Karakter
d. m melalui pikiran-pikirannya
e. m melalui penerangan langsung

b) Memahami Alur Drama


Alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur
fiksi. Kekhususan itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang
memang unik. Kekhususan alur drama adalah sebagai berikut (Semi,
1988). Alur drama haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain
drama di muka public penonton.

Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara
garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan
kepada penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta
peran yang dibawakan mereka, serta member pengenalan
terhadap permulaan problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok.
DI sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut
juga rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan
pertentangan saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa
kebenaran ke pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis
demi krisis. Setiap krisis berkecenderungan melampaui yang lain,

357
namun satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan oleh yang
lain. Itulah sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument ). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih
bisa juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).

c) Memahami Pesan Drama


Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah
yang disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua,
yaitu pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-
ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.

d) Memahami Tema Drama


Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting.
Semua elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut
sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa
cerita dalam karya fiksi.

Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih


bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak,
berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan antara satu
dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan, semuanya
menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.

e) Memahami Latar Drama


Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu
waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat
dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya
dalam drama amat penting.

Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu
cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar
sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.

Latar drama bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan di mana


sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-
nilai yang diungkapkan pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal

358
(neutral) dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-
benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain.
Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca,
maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.

2. Membawakan Drama
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Warna
pribadi si pembaca hendaknya tetap menonjol.

Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu


masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal.
Ketiga hal tersebut hadir secara integral pada saat pembacaan sastra itu
berlangsung.

Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca


sastra naik ke atas panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan,
gugup, takut-takut dan malu? Dengan kata lain seorang pembaca sastra
haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam suasana panggung
pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan konsentrasi
lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam
jiwanya.

Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan


volume suara. Kejelasan artikulasi sangat dibutuhkan. Bunyi vokal harus
jelas terdengar, demikian pula bunyi-bunyi konsonan.

Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras


lembutnya suara, tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan
nada yang menyangkut tinggi-rendahnya suara; serta modulasi yang
meliputi perubahan bunyi suara; bunyi mengeras karena marah, bunyi
menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan pemahaman atas drama yang dibaca.

Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian,


dan komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik
merupakan gerak anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Dalam membawakan drama semua ini terdapat pada seni dasar akting.

359
Ada beberapa tahapan sebelum naskah drama dibawakan.
Beberapa hal tersebut ialah tahap pemahaman naskah, tahap baca, tahap
baca dengan ekspresi, tahap ekspresi adegan, dan tahap sinkronisasi
properti, musik, kostum, serta tata wajah (meke up). Tahap yang terakhir
dapat tidak dilakukan bila pemenuhannya hanya untuk belajar.

1. Perlatihan
Perhatikan cuplikan naskah drama berikut. Pilih teman yang akan
membawakan tokoh-tokoh yang ada. Pelajari dan pahami dengan
saksama hal-hal yang berkait erat dengan pementasan. Jangan lupa
pikirkan pula kemungkinan kostum dan musik latar yang dapat
mendukung.

Sebelum Sembahyang

Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa.
Terdengar suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I : Apa? Suara orang edan?
Copet II : Adzan, goblok!
Copet I : Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I : Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I : Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
……………………………………………………………………………………..
(Kecuk Ismadi CR)

Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah


pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apa maksud naskah drama tersebut?
2. Bagaimana suasana naskah drama tersebut?
Rancanglah bentuk pemeranan atas naskah drama tersebut dengan
mengisi tabel berikut ini.

Pertanyaan Tokoh 1 Tokoh 2 Tokoh 3 Tokoh 4

360
Bagaimana kostum
yang sesuai
Bagaimana
karakter tokoh-
tokohnya
Bagaimana bentuk
lakuan tokoh yang
sesuai

Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membawakan


drama memerlukan persiapan. Yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menciptakan bentuk tontonan yang menarik dengan
mengembangkan peluang yang terdapat dalam teks drama itu. Peluang
yang terdapat dalam drama pada umumnya hanya akan terlihat oleh
pembaca yang peka dan kreatif penuh imajinatif. Mereka pada hakikatnya
juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.

E. Membaca Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia
pemahaman teks sastra. Ini adalah bahan bagi Anda untuk memiliki
penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari
materi kesastraan tentang Memahami Ragam Teks Sastra. Bagian ini berisi
tiga kompetensi utama, yaitu: Memahami unsur-unsur puisi (lama dan
baru), memahami unsur-unsur prosa fiksi (cerpen dan novel), dan
memahami unsur-unsur drama. Melalui pelatihan ini Anda diharapkan
terampil dalam memahami ketiga hal tersebut dan pada gilirannya Anda
juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi bersastra kepada siswa,
terutama pemahaman atas unsur-unsur karya sastra.. Modul ini ditulis
berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Guru
Mata Pelajaran.

Tujuan perlatihan ini adalah Anda mampu mengarahkan siswa pada


penguasaan kompetensi tentang hakikat unsur-unsur karya sastra.
Kompetensi ini akan sangat relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra
di sekolah. Setelah memelajari materi ini Anda diharapkan
4) mampu memahami unsur-unsur Puisi dan bagaimana
implementasinya pada pembelajaran apresiasi puisi,
5) mampu memahami unsur-unsur Prosa fiksi dan bagaimana
implementasinya pada pembelajaran apresiasi prosa fiksi,
6) mampu memahami unsur-unsur drama dan bagaimana
implementasinya pada pembelajaran apresiasi drama.

361
Teks sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga macam, yaitu puisi,
prosa fiksi, dan drama. Pembagian ragam tersebut semata-mata
didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja dan bukan pada
substansinya. Sebenarnya, substansi karya sastra, apa pun ragamnya,
adalah sama. Karya sastra ialah pengalaman kemanusiaan dalam segala
wujud dan dimensinya. Meskipun demikian, pengenalan ciri setiap ragam
teks sastra sangatlah penting sebab semua itu akan menentukan strategi
dan memengaruhi proses pemahaman makna terhadapnya. Proses
memahami puisi memiliki perbedaan dengan proses memahami prosa
fiksi. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh padatnya bahasa puisi.
Bahasa prosa cenderung lebih terurai. Demikian pula dengan proses
memahami drama tentulah cukup berbeda dengan proses memahami
puisi dan prosa fiksi, sebab komponen atau unsur pembangun drama
berbeda dengan unsur pembangun puisi maupun unsur pembangun
prosa fiksi. Itulah sebabnya mengapa bahasan unsur-unsur teks sastra
menjadi sangat penting.

2. Materi Pembelajaran
a. Memahami Unsur-Unsur Puisi
Untuk mengenali karakteristik teks sastra yang berbentuk puisi,
amatilah beberapa bentuk puisi berikut ini.

Contoh 1
Pantun

Air dalam bertambah


Hujan di hulu belum lagi teduh
Hasti dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Contoh 2
Syair

Wajah yang manis pucat berseri


Laksana bulan kesiangan hari
Berjalan tunduk memikirkan diri
Tiada memandang ke kanan dan ke kiri

Contoh 3
Gurindam

Kurang pikir kurang siasat


Tentu dirimu kelak tersesat
Silang selisih jangan dicari
Jika bersua janganlah lari

362
Contoh 4
BERI DAKU SUMBA
Oleh Taufik Ismail
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
Aneh, aku jadi ingat pada umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Dimana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilama peluh dan tenaga tanpa dihitung harga

Tanah rumput, topi rumput, dan jerami bekas rumput


Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas mulai dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossanova, dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku tanah tanpa pagar, luas tak berkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda


Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka


Di mana matahari membusur api,cuaca kering, dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh

Contoh 5
ASMARADANA
Karya Gunawan Mohammad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun
Karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit bersih menampakkan bimasakti yang jauh. Tapi di antara
mereka berdua, tidak ada yang berjata-kata
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta
Nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tidak semuanya disebutkan
Lalu ia tahu, perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi
Pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara.
Ia takkan mencatat yang telah lewat dan akan tiba
Karena ia takkan berani lagi
Anjasmara, adikku, tinggallah seperti dulu
Bulanpun lamban dalam angin, abai dalam waktu
Lewat remang dan kunang-kunang, kau lupakan wajahku

363
Kulupakan wajahmu

Contoh 1 dikenal sebagai pantun. Salah satu jenis puisi lama yang
tiap bait terdiri atas empat baris dengan pola irama a-b-a-b. Baris pertama
dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi
pantun. Contoh 2 dikenal sebagai syair. Salah satu bentuk puisi lama
pengaruh Islam, yang terdiri atas 4 baris dengan pola irama a-a-a-a.

Contoh 3 dikenal dengan nama gurindam. Salah satu bentuk puisi


lama yang terdiri atas dua baris yang bersajak, baris pertama merupakan
sampiran dan baris kedua adalah isinya, yang biasanya mengandung
nasihatdan pendidikan moral. Pola iramanya a-a-b-b.

Contoh 4 dan 5 adalah puisi baru. Puisi baru biasanya tidak


mengikuti aturan irama, rima, baris dan bait secara ketat dan konsisten.

1) Unsur-unsur Puisi
a) Amanat/Pesan Puisi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran
kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada
pembaca melalui puisi yang ditulisnya.

Dalam puisi “Beri Daku Sumba” pesan atau amanat yang ingin
disampaikan penyair dapat diinterpretasikan sebagai pesan untuk selalu
cinta tanah air, di manapun kita berada dan pesan untuk lebih mencintai
tanah kelahirannya seburuk apapun tanah kelahirannya tersebut.

b) Tema Puisi
Setiap puisi ditulis dengan maksud tertentu. Hal tersebut dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan, pandangan penyair tentang benda,
dan dorongan terhadap moral atau ajaran akan kebenaran yang bersifat
spiritual dan rohaniah. Sebuah puisi pastilah dibangun atas dasar emosi.
Pengarang tidak langsung membeberkan pandangannya terhadap
pembaca, tetapi pembaca diberi kesempatan menarik simpulan sendiri.
Jka seseorang telah menemukan sesuatu yang pasti, teguh dan bulat serta
dapat mentransfer pengalaman tersebut pada diri sendiri dan pada
peristiwa lain maka penyair telah bekerja dengan baik dan pembaca telah
berhasil menikmati, menghayati puisi yang dibacanya tersebut
(Situmorang, 1983).

364
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Tema puisi tentulah merupakan kombinasi atau sintesis dari
beragam pengalaman, cita-cita, ide dan beragam hal yang ada dalam
pikiran penulis.
Perhatikan beberapa puisi di bawah ini dan terkalah tema yang
terdapat pada puisi tersebut.

Lukisan Emas
Gubug-gubug karton ialah perdu sepanjang kali itu
dikirimkannya iga ke dalam kanvas lukisanmu
amis dan lembab

Nyanyian yang lahir dari cakrawala coreng-moreng


justru melahirkan senyap dalam jiwa
dan pedih yang sempurna

: jutaan ulat meraja


keruh air, kersik sampah dan rumputan
potretmu mengalir di sana

Puisi ini bertema kenyataan kehidupan masyarakat kumuh dengan


beragam kondisi dan kepahitan kehidupannya.

Berikut ini akan kita telusuri bagaimana tema cinta terlihat jelas pada
puisi salah seorang penyair. Pengalaman Rendra bersama kekasihnya di
halaman rumah kekasihnya itu melahirkan puisi yang romantis. Bacalah
puisi berikut ini.

Episode
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
“Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
(Rendra)

365
Puisi Episode karya Rendra ini berangkat dari pengalaman Rendra
sendiri saat bersama kekasihnya. Rendra ingin melukiskan apa yang
dialaminya bersama kekasihnya. Pesona puisi itu terletak pada
kepiawaian menangkap detil peristiwa. Mereka berdua duduk di bangku
halaman rumah. Mata mereka memandang lebat buah jambu di halaman
itu. Kekasihnya menanyakan kenapa kancing baju aku lirik lepas terbuka.
Dengan penuh cinta disematkan peniti, dan dijawab oleh aku lirik dengan
cara membersihkan guguran bunga jambu dari rambut sang kekasih.
Peristiwa yang diungkapkan dengan cara sederhana dan apa adanya itu
justru melahirkan nuansa romantis.
Perhatikan puisi berikut ini.

Monumen Yogya Kembali

Duduk di lantai pualam


kubayangkan desingan peluru
menyambar di kanan kiri tubuhku.

“Akulah pejuang sejati dalam pertempuran


yang berkobar dalam jati diri,” kataku
sambil merunduk karena tiba-tiba
sebuah granat meledak di sisiku.

Dengan mata menyala


kubidik sasaran dan kutembak kepalanya
tapi meleset, ia tidak mati

Dengan menyimpan dendam


musuhku ganti menyerang
ditembak dadaku
hingga jantungku copot
dan tubuhku jatuh menggelinding
persis menimpa prasasti bertulisan:
“Pahlawan Tak Dikenal”
(Bambang Widiatmoko, 1989)

Puisi Bambang Widiatmoko ini lahir dari perjumpaan penyair


dengan objek Monumen Yogya Kembali. Dalam puisi tersebut penyair
tidak mendeskripsikan apa yang secara faktual ia amati, tetapi ia
menuliskan apa yang sedang ia bayangkan sehubungan dengan objek itu.
Jadi objek itu hanya hadir sebagai pemicu lahirnya sebuah gagasan lain.
Perhatikan puisi berikut ini.

366
Di Bosnia

di Bosnia
Natal berwarna merah
tubuh-tubuh hancur
jadi monumen suci
di tengah puising

di atas truk pengungsian


ratap kanak-kanak
seperti “silent night”
yang tertikam

sementara lelaki
basah dadanya diterjang peluru
terkapar dalam
irama yang terhenti
Natal, pelan-pelan berlalu
(Medy Lukito, 1993)

Puisi Di Bosnia ditulis Medy Lukito berdasarkan peristiwa perang


saudara di Bosnia. Latar tentang situasi perang itu digambarkan secara
sepintas oleh penyair: tubuh-tubuh hancur, ratap kanak-kanak, lelaki basah
dadanya diterjang peluru. Latar itu dipakai penyair untuk mendukung
gagasannya mengenai dampak peperangan terhadap kehidupan manusia.
Baca puisi berikut ini.

Tikar

Mungkin kita ini tikar


Di sana orang duduk,
di situ orang jongkok,
di sini orang sujut,
di sana orang tidur,
di situ orang tengkurab,
Mungkin kita ini tikar,
bisa digulung tiba-tiba
tanpa alasan bernalar;
hanya, ah, bosan, misalnya.

Kita mungkin memang tikar.


Seorang bayi pipis di atasnya,
segelas teh tumpah menindihnya,
kartu judi dibanting mewarnanya,
nasib terguling tak dinyana.
Kita siap dibakar
dan tidak tercatat dalam sejarah
(Bakdi Soemanto, 1984)

367
Puisi Bakdi Soemanto ini diawali dengan pengalaman penyair
melihat dan mengamati tikar. Tikar menjadi metafora hidup manusia
dalam pandangan penyair. Penyair peka menangkap ciri-ciri tikar yang
mirip dengan kelompok manusia tertentu.
Perhatikan lagi puisi berikut ini.

Sangkuriang

Adalah kutuk tercecah jadi darah


sumbang suara ibunda
merah fajar di telaga
ditolaknya pinta bersaksi bulan tua
biduk dan kayuh menebas dosa

malam-malam dititi bintang


mabuk gelita kepahyang

Telah datang lelaki itu


ditempuhnya padang duka
patah atas maunya
mengapa dewa begitu murka
ditangkup biduk menghentak garba malam

enyah ibunda
berdarah belantara
telah menyerah lelaki durhaka
(Nyoman Tusthi Eddy)

Puisi juga dapat mengambil tema yang bersumber pada legenda


maupun kisah-kisah epos. Legenda-legenda maupun kisah-kisah epos itu
dapat hadir sebagai sumber ilham bagi penyair. Contohnya puisi
Sangkuriang karya Nyoman Tusthi Eddy. Kisah Sangkuriang yang ingin
menikahi Dayang Sumbi, ibunya, telah menggugah kesadaran kreatif
Nyoman Tuthi Eddy. Untuk memahami puisi tersebut pembaca harus
mengetahui kisah dalam legenda itu.

c) Rima dan Irama Puisi


Pembeda bahasa biasa dengan bahasa puisi ialah irama. Irama juga
menjadi ciri bahasa puisi. Irama disebut pula sebagai musikalitas. Ia
terbentuk dari perulangan bunyi yang sama atau sedaerah artikulasi
(homorgan). Perhatikan kutipan di bawah ini.

Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senag kemudian

368
Cuplikan pantun, salah satu contoh puisi lama, menunjukkan betapa
pentingnya persoalan irama. Pada bagian akhir baris pertama dan ketiga
terdapat unsur bunyi yang sama yaitu lu. Demikian pula dengan baris
kedua dan keempat, terdapat bunyi an pada tepian dan kemudian.
Perulangan yang ada di dalam pantun tersebut membangun irama dan
musikalitas dalam puisi. Dalam puisi lama irama atau perulangan bunyi
ini sangat terpola. Pola persamaan bunyi akhir ini disebut rima dalam
puisi lama. Rima ialah persamaan bunyi yang berulang-ulang ditemukan
pada akhir baris atau pada kata-kata tertentu pada setiap baris.

Bagaimanakah kedudukan irama dalam puisi modern? Dalam puisi


lama irama atau perulangan bunyi seperti itu diatur dalam kaidah,
sedangkan dalam puisi modern tidak. Irama atau musikalitas yang
ditunjukan dengan adanya bunyi-bunyi yang diulang tersebut letaknya
boleh di mana saja. Selain itu dalam bunyi puisi modern penggunaannya
cenderung tampak pada pemakaian bunyi-bunyi yang homorgan.
Perhatikan kutipan-kutipan berikut.

Mawar di taman kupetik semalam


Tatkala hujan bersama rinduku
Tengsoe Tjahjomo

Secangkir teh di meja


Tak bisa membantuku mengeja huruf demi huruf
Dalam buku
Tengsoe Tjahjono

Pada puisi pertama tersebut terdapat bunyi-bunyi yang homorgan,


/n/ dan /m/ dalam kata taman dan semalam. Selain itu terdapat pula
pengulangan bunyi /u/ pada kata lalu dan rinduku.
Pada puisi kedua irama dibangun dengan perulangan bunyi nasal
/ng/, /m/, dan /n/ dalam kata secangkir, meja, membantuku, mengeja,
demi, dan dalam . Berbagai perulangan tersebut menimbulkan musikalitas
yang bagus. Irama puisi amat penting, namum hal lain yang tidak boleh
dilupakan yaitu kebermaknaan.

d) Diksi/Pilihan Kata Puisi


Pada umumnya puisi menyatakan sesuatu secara lebih singkat ,
padat, dan ekspresif. Puisi dapat dikatakan sebagai sebuah informasi yang
dipadatkan, yang mengungkapkan sebanyak mungkin dengan sedikit
kata (Luxemburg, dkk, 1989)
Oleh karena itu, ketika membaca puisi aspek yang menonjoil ialah
pilihan kata yang begitu padat dan terkadang memesona. Penulis puisi
sangat terikat dengan kata-kata yang dipakainya jika hendak

369
mengemukakan sesuatu. Ia sangat terikat dengan arti kata dan kesan
apakah yang ditimbulkannya. Sebuah kata cenderung memiliki dua jenis
arti, yaitu tersurat atau denotatif dan tersirat atau konotatif. Kata konotatif
ini sangat imajinatif, bahkan emosional. Kata seperti ini berbeda dengan
kata pada karya nonfiksi.
Diksi disamping menyuarakan perasaan penulis, ia juga memiliki
ketepatan tertentu. Tjahjono (1999) menjelaskan bahwa pilihan kata
adalah subjektivitas penyair dan bersifat konotatif. Perhatikan contoh
berikut.

Selembar daun jatuh


Selemar daun gugur
Selembar daun luruh
Selembar daun melayang

Perhatikan kata-kata yang bercetak tebal tersebut. Walaupun kata-


kata tersebut memiliki makna yang tidak jauh berbeda, ia memiliki
nuansa makna yang berbeda. Kata-kata tersebut dapat dipilih sesuai
dengan perasaan bagaimanakah yang ingin disampaikan. Kata jatuh
menunjukkan suasana atau perasaan sakit. Kata gugur memberi suasana
pengorbanan bagi seseorang. Kata luruh bermakna kelembutan, dan kata
melayang bersuasana sebuah kejadian yang terjadi dengan amat pelan.
Sekilas mkna kata-kata tersebut hampir sama, namun suasana dan
perasaan yang ditimbulkannya amat berbeda.

e) Makna Puisi
Makna puisi dapat dicari melalui pengamatan atas bagian-bagian
puisi tersebut. Unsur pertama yang dapat dilihat ketika membaca puisi
adalah judul puisi. Judul puisi mengemukakan gagasan tentang sesuatu.
Gagasan tersebut bisa tentang sesuatu yang terjadi, nama orang, nama
tempat, benda, dan waktu atau masa (Situmorang, 1983).
Secara visual puisi terbangun larik dan bait. Satu bait dalam puisi
umumnya berisi pokok pikiran. Dengan demikian fungsi bait dalam puisi
mirip dengan fungsi paragraf dalam karya paparan. Dalam puisi, satu bait
dan larik harus benar-benar diperhatikan termasuk pula pemenggalan
larik yang biasanya dikenal dengan enjambemen. Perhatikan puisi di
bawah ini.

Layang-Layang
Tengsoe Tjahjono

Sebuah layang-layang, layang-layang siapa


Melintas mega
Namun tiada merdeka
Benang panjang membelitnya dalam udara terbuka

370
Ingin ia terbang makin tinggi
Tapi cuman mimpi

Sebuah layang-layang, laying-layang siapa


Terjepit di ranting trembesi
Tinggal rangka kini

layang-layang siapa

Puisi layang-layang tersebut terdiri atas empat bait. Bait pertama


terdiri atas empat larik, bait kedua terdiri atas dua larik, bait ketiga terdiri
atas tiga larik, sedangkan bait terakhir terdiri atas satu larik. Pemikiran
yang menunjukkan setiap bait berisi satu pokok bahasan terdapat dalam
puisi tersebut. Bait bersama berisi pokok pikiran layang-layang yang tidak
merdeka. Bait kedua berisi kehendak layang-layang yang menginginkan
kebebasan. Pokok pikiran yang menunjukkan penderitaan layang-layang
terdapat pada bait ketiga. Bait keempat menunjukkan siapa pemilik
layang-layang tersebut.
Pembicaraan puisi dalam urutan bait dan larik selain membentuk
posisi puisi yang baik juga menunjukkan alur berpikir yang logis dan
masuk akal dalam karya kreatif. Bukankah karya sastra selain sebagai
ekspresi perasaan juga sebagai ekspresi pikiran? Inilah beberapa hal yang
dapat membantu kita merebut makna puisi.

f) Majas Puisi
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan memunculkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:28). Majas menjadikan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan
banyak makna atau kaya makna (Waluyo, 1987:83). Perrine dalam Waluyo
(1987:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif atau majas dipandang lebih
aktif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1) mampu
menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) mampu menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi, (3) digunakan untuk menambah intensitas
perasaan penyair dan menyampaikan sikap penyair, (4) digunakan untuk
mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan penyair dan cara
menyampaikan sesuatu yang luas dan banyak dengan bahasa yang
singkat dan padat.
Majas juga memiliki peran yang sangat penting dalam kebutuhan
bahasa puisi. Beberapa majas dan penggunaannya dalam puisi tampak
pada beberapa contoh di bawah ini.
Majas personifikasi adalah majas yang produktif dalam bahasa puisi.
Majas ini menggambarkan benda yang berperilaku seperti manusia.
Penulis, dalam penggunaan majas personifikasi, dituntut untuk mampu
membayangkan bagaimna seandainya benda-benda dapat berkomunikasi
dan hidup seperti manusia. Perhatikan contoh di bawah ini

371
Matahari menyapaku dengan belaian
Selamat pagi
Embunpun menyambutku dengan senyuman

Dalam contoh tersebut matahari dan embun dianggap berperilaku


seperti manusia. Matahari bagai sahabat dapat menyapa dan embun bisa
tersenyum seperti menyampaikan keramahan.
Dalam contoh berikut termuat majas perumpamaan. Umumnya
majas ini di awali dengan kata laksana, seperi, bagaikan, dan yang lain.

Laksana rinduku pada ibu


Menyejukkan setiap waktu

Pada contoh tersebut kerinduan diibaratkan air yang selalu


menyejukkan diri, terutama ketika terik. Penulis puisi harus benar-benar
mengenai karakteristik air dan membandingkannya dengan nuansa
kerinduan yang sedang mendominasi dirinya, yang dibayangkannya dan
yang dialaminya.
Majas lain yang sering digunakan dalam puisi ialah majas-majas
paraletisme, atau perulangan sejajar. Dalam majas ini ada kata-kata yang
mengalami perulangan dengan suasana yang sama. Perhatikan contoh di
bawah ini.

Yang ia bawa cuma luka


Yang ia cecap cuman luka
Yang ia catat cuman luka
Sejarah hidupnya hanya luka

Kesejajaran bentuk yang ia, Cuma, dan luka memberikan kesan dan
penekanan makna yang kuat. Majas paralelisme semakin menguatkan
kata luka yang lebih bermakna luka yang menyayat-nyayat
Betapa penting kedudukan majas sebagai salah satu potensi
kebahasaan puisi jelas terlihat dari paparan di atas. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa majas sangat akomodatif bagi puisi.

g) Pencitraan Puisi
Citraann atau pengimajian dalam penulisan puisi dimaksudkan
untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan terbagi
menjadi beberapa kelompok, yakni:

1) Citraan pengelihatan (visual imagery)


Citraan pengelihatan merupakan citraan yang timbul karena daya
pengelihatan. Citraan ini cenderung membawa imaji pembaca seakan-
akan melihat objek. Citraan pengelihatan adalah citraan yang ditimbulkan

372
oleh indera pengelihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh
penyair. Citraan penglihatan mampu member rangsangan kepada indera
penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah
terlihat.

Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau petik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)

2) Citraan pendengaran (auditory imagery)


Penggunaan citraan pendengaran dalam puisi biasanya digunakan
oleh untuk merangsang indera pendengaran pembaca. Citraan
pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau
menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi,
tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran
berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga).
Contoh:
Sapi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)

3) Citraan penciuman (smell imagery)


Citraan penciuman biasanya digunakan untuk menciptakan daya
imaji melalui indra penciuman. Seorang penulis dapat memanfaatkan
indera penciuman dalam melahirkan puisi. Citraan penciuman adalah
citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan
oleh indra penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau
mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)

4) Citraan rasaan (taste imagery)


Citraan rasaan digunakan penyair dengan mengetengahkan atau
memilih kata-kata untuk membangkitkan emosi pembaca. Kekuatan puisi
yang menekankan pada citraan rasaan adalah bagaimana penulis mampu
menyugestikan dan mempengaruhi emosi pembaca. Citraan rasa juga
ingin disebut citraan pengecapan adalah citraan yang berhubungan

373
dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indra pengecap.
Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu,
pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:

Dan kini ia lari bini bau melati


Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)

5) Citraan rabaan (tactile imagery)


Citraan rabaan berkaitan dengan pemberdayaan pengecapan
indera kulit. Citraan rabaan ini dapat dicontohkan dengan baris atau kata
“lengan tersayat sembilu” atau ungkapan lama “bagai hati tertusuk
sembilu”. Citraan rabaan mengambarkan suasana mencekam, kesedihan,
dan sebagainya. Citraan rabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh
indra peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-
larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit,
misalnya dingin, panas, lembut, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaran
(WS Rendra, Ada Telegram Tiba Senja)

6) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)


Citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan
gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam seolah-olah bergerak.
Citraan gerak adalah gambara tentang sesuatu yang seolah-olah dapat
bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
Pohon-pohon cemara
Menyerbu kampung-kampung
Bulan di atasnya
Menceburkan dirinya ke kolam
Membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)

Perlatihan
Perhatikan Puisi berikut ini.

Kekaguman

Ibu

374
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya

Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim – Ujung Pandang

Temukan beragam unsur puisi yang bisa ditemukan pada puisi


tersebut!

b. Memahami Unsur-Unsur Prosa Fiksi


Untuk memahami pengertian dan karakteristik prosa fiksi, bacalah
cerpen berikut ini terlebih dahulu !

SEPENUHNYA KARENA IA ANAKKU


Darmanto Jatman

Saya memang sudah tidak bisa percaya pada laki-laki yang tampan, naik
skuter dan bertitel sarjana. Sebagian besar diantara mereka tidak punya hati yang
tulus. Dan saya pasti benar akan hal ini. Buktinya si Nana, anak Tuan Misbach yang
kaya raya itu, telah dihamili oleh pacarnya. Juga anak Pak Arja, anak dusun yang
baik hati itu akhirnya tidak dikawin secara resmi, sekalipun masih selalu dijenguk
suaminya. Bukti lain itu, si Ida yang cantik, akhirnya toh hanya menjadi istri kedua.
Malahan anak tetangga kamu di kampung dulu telah menjadi pelacur setelah
dipermainkan pacarnya.
Semua karena satu sebab saja. Mereka terlalu percaya pada laki-laki yang
tampan, naik skuter dan lebih-lebih bertitel sarjana.
Hal ini sama sekali lain dari kami, orang-orang tua yang sederhana.
Sekalipun mungkin kami kaya, mungkin kami naik mobil, mungkin kami juga bahkan
professor namun setidak-tidaknya karena ketuaan kamu maka semuanya jadi
berubah. Saya bisa melihat gadis-gadis yang sintal memelukkan tanggannya ke
pinggang pacarnya tatkala naik skuter, tanpa perasaan ini. Saya bisa melihat
perbuatan Tuan Mirsa pada babunya yang cantik itu tanpa keinginan untuk berbuat
serupa. Karena saya lebih percaya pada seorang tua yang sederhana.
Itulah sebabnya kenapa saya merasa sangat marah dan ngeri melihat anak
perempuan saya berpacaran dengan Ernest. Ernest, apa Zitijes, saya kurang
terang. Namanya saja sudah kebarat-baratan, belum lagi mobilnya, belum lagi title
sarjananya. Orang bilang ia insinyur bangunan air.

375
Setiap kali laki-laki itu datang dan mengajak Nini naik mobilnya, setiap kali
terbayang pada saya perbuatan semena-mena yang telah berlaku pada anak-anak
perempuan tetangga itu. Saya bayangkan bagaimana mobil itu nanti akan berhenti
di tepi jalan yang sunyi, dan Nini diremas-remas dalam pelukan yang kotor dan
mesum. Dan saya tidak pernah membayangkan bisa tentram setiap kali mereka
pergi.
Saya sungguh-sungguh tidak bisa mengerti kalau ada saja tetangga yang
memuji-muji saya, karena saya pintar cari menantu. Malahan Pak Imran bilang,
insinyur itu sesungguhnya mau dijadikan menantunya. Tapi saya sama sekali tidak
bisa bangga dengan itu. Hati saya semakin was-was dan gelisah saja setiap kali
mereka bepergian. Apalagi sesudah kedatangan Pak Imran. Sedangkan Ririk, anak
Pak Imran yang cantik itu, tak lagi dia gubris apalagilah anak saya besok. Saya
sungguh-sungguh prihatin akan nasib anak kami. Anak istriku, Millia, yang tercinta.
Sampai kemudian, ketika saya pulang dari dinas luar pagi hari, saya
mendapati mobil insinyur itu di luar. Marah saya meluap-luap. Rasanya ingin sekali
saya menendang keluar maling itu, Tapi kemudian rasa ingin tahu saya menang.
Sebab itu saya mengendap-endap masuk lewat samping rumah.
Pintu-pintu muka memang terbuka, tapi pintu samping dan jendela-jendela
ditutupi. Kecurigaan saya menyala-nyala hebat. Rasanya ingin saya mendobrak
pintu itu keras-keras. Tapi saya toh tetap seorang tua yang sabar dan bisa
memperhitungkan untung rugi. Sebab itu pelan-pelan saya mendekati pintu. Saya
dengar si insinyur mengobrol panjang lebar. Saya coba untuk mendengarkan
obrolan itu. Dan saya sungguh-sungguh terkejut dan merasa sangat terhina,
mendengar obrolan yang tak karuan, yang cabul, dan menjijikkan itu. Ia mengobrol
bagaimana ia dulu berdansa dengan Nyonya Rani di sebuah teras.
Perempuan itu memang tidak tahu malu, obrol si insinyur. Ia mendekapku
erat-erat.
Saya bayangkan bagaimana anakku. Saya pingin ia marah dan menampar
laki-laki itu. Tapi saya tidak mendengar apa-apa. Hanya suara ular laki-laki itu
membujuk. Tapi tidak terdengar apa-apa. “Bajingan! Bukan kau yang didekap. Tapi
kau yang mendekap!” batin saya
Nini. Kau ingat gadis yang memanggil-manggil aku waktu kita duduk-duduk di
teras rumahku itu ?
Saya makin terkejut. Nini sudah diajaknya pula kerumah si ular itu.
Kami pernah jalan-jalan, nonton bioskop, dan sebagainya, Tapi saya tidak
pernah mau diajaknya ke Kaiiurang, coba kau piker. Sepi, apalagi kedinginan. Saya
tidak mau dikalahkan hanya karena kesempatan.
Saya kepingin menampar mulut laki-laki yang menghina derajat wanita itu.
Yang menghina derajat istri saya, anak perempuan saya. Tapi saya diam saja.
Beberapa saat sunyi . Saya gemetar. Saya mengintip lewat lubang pintu. Dan saya
lihat Nini memijat laki-laki itu.
Kaki saya yang kiri, Nini. Lelah sekali.
Saya lihat Nini menurut, memijat kaki-kaki yag kotor itu. Saya muak melihat
kelemahan anak saya. Tapi saya tidak bisa apa=apa. Di zaman dulu Millia juga
selalu memijiti kaki saya, kalau saya lelah.
Sudah! Kata laki-laki itu. Dan saya lihat Nini tersenyum sambil berkata
“Upahnya?”

376
Laki-laki itu berdiri lalu memeluk dan mencium Nini. Dan anakku Nini
membiarkan tangan laki-laki yang panas itu merabai tubuhnya.
Amarah saya tidak bisa ditahan lagi. Saya dobrak pintu itu kuat-kuat.
Sebelum saya sempat memukul laku-laki itu dua telah lari dengan celana yang tidak
karuan. Saya coba mengejarnya, tapi Nini menangis dan memegangi tangan saya.
Laki-laki itu kabur sudah.
Peristiwa inilah, yang telah mengusik tidurku setiap malam. Saya tidak rela
lagi membiarkan anak saya tinggal sendiri di rumah kalau saya pergi ke kantor.
Saya tidak rela lagi membiarkan diri saya tertidur pulas malam-malam. Saya
tidak rela lagi membiarkan anak saya …. Takut kalau-kalau ular itu datang.
Akhirnya, pada suatu sore, setelah kegelisahan itu tak tertahankkan saya pun
memanggil anak saya itu.
Nini. Selama ini kita saling mengerti dan saling percaya-mempercayai.
Kami saling berpandangan. Sementara saya lihat ia mulai siap untuk
menangis.
Dulu, ibumu selalu berpesan, supaya Bapak bisa menjagamu baik-baik.
Sebab itu baiklah kita berterus terang dengan tindakan-tindakan kita. Bagaimana
sebenarnya yang kau kehendaki Nini ?
Tentang apa Pak ?
Saya terkejut. Mestinya ia telah tau semua ini berkisar tentang apa, tapi
agaknya bisa ular itu telah meracuni dia.
Tentang ular itu ?
Kami bertatapan pandang dan sama-sama terkejut. Dan sayapun tiba-tiba
menyesal.
Kau tahu kan, maksud saya, Nak ?
Nini mengangguk
Nah. Semua terserah pada kebijaksanaanmu. Saya memang pingin kau
segera kawin. Saya pinging, segera setelah saya begitu tua, saya bsa menimang
cucu-cucu saya. Dan kau mengeri, Nak, siapa yang saya pingin menjadi bapak dari
cucu-cucu saya?
Dan….. ya ! Semua berjalan biasa saja. Hari-hari makin menjadi jernih. Ular
itu sudah tidak datang lagi dan Nini sudah banyak mencurahkan perhatiannya pada
sahabat-sahabat saya, yang tua-tua dan bijak-bijak. Dan saya bahagia dengan
kehidupan ini.
Namun demikian laporan demi laporan masuk tentang insinyur itu.
Pak Karpo cerita bahwa insinyur itu makin ngawur kalau bekerja. Ia sering
menjadi kebingungan justru pada saat-saat yang paling kritis. Dan saya merasa ada
suatu penyesalan dalam batin saya.
Kemudian laporan lain masuk dari Pak Dipo. Katanya si insinyur suka ngebut
di jalan-jalan kompleks pembangunan waduk itu. Bahkan sekali mobilnya terperosok
ke jurang kecil. Saya merasa makin menyesal. Namun toh saya sampai berkata.
Untung tidak sekalian mampus.
Kemudian laporan dari Pak Pardjo mengatakan bahwa Tuan insinyur
sekarang suka mabuk-maukan. Dan berteriak sepanjang jalanan, kalau malam. Dan
saya biang pada Nini
Kau dengar, Untung, belum lagi terlanjur kau ….
Sekalipun dalam batin saya muncul kecemasan-kecemasan yang asung. Dan
kemudian datang laporan dari Bu Sriti bahwa Tuan insinyur sekarang suka main-

377
main sama wanita-wanita pelacur. Kadang –kadang bahkan semalam saja dengan
dua perempuan. Kejijikan saya muncul. Sebab itu saya panggil Nini.
Dengar. Kelihatan ularnya kan sekarang !
Tapi terasa ada suatu kegetiran yang sangat pahit dalam batin saya.
Serta kemudian Nini mengatakan bahwa ia akan kawin dengan Padri,
sahabat saya yang tua dan baik hati itu, sebuah laporan mengejutkan datang dari
Pak Dirjo
Ernest telah bunuh diri !
Saya merasa sangat pusing. Dan pusing. Dan tiba-tiba saya jatuh tak
sadarkan diri.
Ketika saya membuka mata saya, saya melihat Nini menangis di muka saya.
Dan tiba-tiba saya melihat betapa kurusnya, dia ! Millia, Millia kecilku! Yang sudah
terlalu banyak, menderita oleh karena tingkah laku saya.
Tak ada lagi yang bisa saya katakana kecuali ini. Bahwa saya merasa tidak
bijak sama sekali. Maafkan kiranya saya ini
Yogyakarta. 1967

Kita tahu bahwa teks yang baru saja kita baca adalah salah satu
bentuk prosa fiksi. Prosa fiksi atau fiksi berasal dari bahasa inggris fiction,
yang berarti cerita khayal. Dalam American Heritage Dictionary of the
English Langguage dinyatakan bahwa fiction adalah “a literary work whose
content by imagination and is not necessarily based on fact” (karya seni yang
isinya dihasilkan dari imajinasi pengarang dan tidak selalu didasarkan
atas fakta yang nyata. )

Aminuddin (1987) menyatakan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau


kisahan yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,
latar, tahapan, serta rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarang, sehingga menjalin suatu cerita.

Cerpen yang berjudul Sepenuhnya Karena Ia Anakku adalah


sebuah realitas yang bisa dialami dan mungkin telah dialami oleh siapa
saja dalam kehidupan ini. Kekhawatira seorang ayah terhadap anak
gadisnya khususnya berkaitan dengan jodohnya, adalah sebuah realitas
dalam cerita tersebut. Realitas yang mungkin saja dialami oleh pengarang,
pembaca, atau hanya imajinasi dari pengarang. Realitas ini diolah oleh
pengarang dengan segenap kreativitasnya, kekuatan imajinasinya,
kepekaannya, ketajaman pikiran dan perasaannya, sehingga menjadi
sajian cerita yang menarik, mengesankan, enak dibaca, dan banyak
hikmah yang dapat dipetik dari cerita tersebut

1) Karakteristik Prosa Fiksi


Fiksi, seperti halnya esai, drama, sajak, khotbah, atau uraian yang
bersifat filosofis, adalah penyajian cara seorang pengarang memandang
hidup ini. Penulis memiliki pandangan-pandangan tertentu tentang
hidup. Penulis fiksi akan mengutarakan pendapat-pendapat dan

378
perasaanya tentang hidup ini dalam bentuk penyajian aksion (berasal
dari: action), bukan dalam pernyataan yang bersifat umum. Tujuan
penulis fiksi ialah membuat pembaca melihat dan ikut serta merasakan
cuplikan-cuplikan tertentu pengalaman manusia yang terpilih dan
terarah, sehingga ia dapat ikut merasakan pendapat serta perasaan yang
ada pada penulis tentang hidup ini pada umumnya, yaitu ikut merasakan
apa yang dinamakan “vision” dari penulis itu.

Kita telah mengatakan bahwa fiksi, seperti halnya genre sastra yang
lain, timbul dari keinginan penulis untuk memberikan bentuk kepada
pikiran-pikiran dan perasaannya sendiri tentang hidup ini sebagaimana ia
memandang atau mengalaminya. Dapat ditambahkan bahwa dorongan
yang mendororng orang untuk membaca fiksi itu pada hakikatnya sama
dengan dorongan yang mendorong diciptakaannya bentuk sastra ini.
Dengan kata lain, pembaca ingin memahami pikiran-pikiran ini dan ikut
merasakan perasaannya yang di sampaikan oleh pengarang. Para penulis
fiksi itu tidak selalu harus mengutarakan pendapat-pendapatnya secara
langsung dan selalu menyajikannya dalam bentuk action .

Dalam khasanah sastra Indonesia, prosa fiksi memiliki beragam


bentuk, antara lain: novel, roman, novelet, dan cerpen. Pembagian ini
berdasarkan atas, lamanya waktu cerita berlangsung. Di dalam cerpen,
cerita berlangsung tidak lama, hanya sebentar. Di dalam novel, waktu
cerita agak panjang. Sedangkan di dalam roman waktunya lama sekali.
Bahkan di dalam roman, sang tokoh diceritakan semenjak ia kecil sampai
dengan remaja, dewasa, bahkan tua dan meninggal. Meskipun terdapat
perbedaan yang nyata tentang waktu cerita berlangsung, terdapat pula
persamaannya, semuanya mengungkap kehidupan manusia dengan
segala permasalahannya dalam bentuk cerita.

Dewasa ini perbedaan antara novel dan roman sudah tidak lagi
dipersoalkan, karena keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu lukisan
kehidupan manusia. Kedua istilah itu disatukan saja dengan istilah novel.
Kedua istilah itu novel dan roman, sebenarnya satu pengertian hanya
berbeda pemakaiannya. Novel dipergunakan dalam kesusastraan Inggris
dan Amerika yang berarti cerita. Sedangkan roman berasal dari
kesusastraan Perancis dan Belanda yang juga berarti cerita.

Cerita Pendek (Cerpen)


Cerita pendek adalah salah satu bentk karya fiksi. Cerita pendek,
sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik
perisitwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata
yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa
yang lain, misalnya novel.

379
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya
berkaitan dengan jumlah kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat. Menurut Staton (1965:37), cerpen biasanya
menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman. Sedangkan Nugroho
Notosusanto menyatakan bahwa jumlah kata yang digunakan dalam
cerpen sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap
(Zufahnur, 1985).

Cerita pendek, selain kependekaannya ditunjukkan oleh jumlah


kata yang digunakan, ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga
sangat pendek. Peristiwa yang disajikan memang singkat, tetapi
mengandung kesan yang dalam. Isi cerita memang pendek karena
mengutamakan kepadatan ide. Oleh karena itu peristiwa dan isi cerita
dalam cerpen singkat, maka pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih
sedikit jika dibandingkan dengan roman/novel.

Berdasar atas uraian tersebut dapat dikatakan bahwa cerpen adalah


cerita yang panjangnya kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap, isinya
padat, lengkap, memiliki kesatuan dan mengandung efek kesan yang
mendalam. Sedangkan unsur-unsur pengembangnya pada dasarnya sama
dengan novel.

Beberapa ciri berikut mungkin dapat sedikit memperjelas apa yang


dimaksud dengan cerpen. Sebuah cerpen umumnya memiliki alur
tunggal, jumlah pelaku yang terbatas (berjumlah kecil, dan mencakup
peristiwa yang terbatas pula). Kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang
dikembangkan secara penuh. Watak tokoh cenderung dibatasi.
Umumnya, tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan karakternya,
maksudnya ialah karakter tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan oleh
pengarangnya melalui narasi, deskripsi, komentar. Ciri lainnya ialah
rentang waktu cerita yang terbatas, misalnya semalam, sehari, seminggu,
sebulan, dan yang lain.

Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus
dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa
Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra
yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan
drama.

Hakikat novel diungkapkan oleh beberapa pengamat sastra antara


lain sebagai berikut.
1) Novel ialah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang dan
meninjau kehidupan sehari-hari ( Ensiklopedi Americana)

380
2) Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup
panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap
kehidupan manusia yang bersifat imajinatif (The Advanced
Learner of Current English, 1960:853)
3) Novel adalah suatu cerita dalam bentuk prosa yang agak
panjang. Panjangnya tidak kurang dari 50000 kata. Mengenai
jumlah kata dalam novel adalah relatif.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada


hakikatnya novel adalah cerita, karena fungsi novel adalah bercerita.
Aspek penting bagi novel adalah menyampaikan cerita.

Novel memberi kemungkinan kepada pembaca untuk menangkap


perkembangan kejiwaan tokoh secara lebih menyeluruh. Novel juga
sangat memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai
persoalan manusia. Itulah sebabnya, persoalan-persoalan yang diangkat
sebagai tema sebuah novel cenderung kompleks dan rumit bila
dibandingkan dengan cerpen. Persoalan hidup manusia yang kompleks
tersebut dapat memuat hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan masyarakat,
dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Peranan manusia yang
digambarkan dalam novel tidaklah statis, melainkan selalu bergerak
dalam perjalanan waktu. Novel memungkinkan untuk merekam seluruh
perkembangan itu secara utuh dan menyeluruh. Selain itu, novel lebih
leluasa mengeksplorasi detil-detil peristiwa, suasana, dan karakter tokoh
untuk menghidupkan cerita. Keutuhan sebuah novel tidak ditopang oleh
kepadatan cerita seperti cerpen, namun ditopang oleh tema karyanya.

2) Tema Prosa Fiksi


Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting,
karena semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan
mengacu dan menunjang tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau
makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi.
Pendapat ini selaras dengan pendapat Aminuddin (1987:66) yang
menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga
berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya
fiksi yang diciptakannya.

Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam


memilih bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak
bergerak, berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan
antara satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan,
semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.
Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai berikut.

381
bukan sekedar mau bercerita
bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
Tentang tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran
tema moral
bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap
kehidupan
pesan tidak selalu definitive

3) Tokoh dan Watak Tokoh Prosa Fiksi


Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah
tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa
sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara
pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu,
penokohan merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan, dengan
adanya penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan hidup.
Melalui penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas
menangkap wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya
sedang diceritakan pengarangnya.

Tokoh dalam prosa fiksi memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh


yang memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut tokoh sentral,
tokoh inti, atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi
melengkapi, melayani, atau mendukung tokoh sentral disebut sebagai
tokoh peripheral (tokoh tambahan, tokoh pembantu, atau tokoh
bawahan). Penentuan kedua tokoh tersebut didasarkan atas beberapa hal
berikut.
(a) Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan
selalu muncul dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan
kecil sekali tingkat kemunculannya dalam cerita
(b) Komentar pengarang, tokoh utamanya umumnya adalah tokoh
yang sering dikomentari dan dibacakan sekadarnya saja
(c) Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul
cerita.

Tokoh bedasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


tokoh fisik dan tokoh imajiner. Tokoh fisik adalah tokoh yang ditampilkan
pengarang sebagai manusia yang hidup dalam alam “nyata”. Dalam
karya fiksi, tokoh fisik ini dapat anda temukan pada karya-karya
konvensional (Suyitno, 1986). Sedangkan tokoh imajiner adalah tokoh
yang ditampilkan pengarang sebagai manusia yang hidup dalam fantasi.
Dari tokoh imajiner ini Anda tidak akan menemukan gambaran sifat-sifat
manusia secara wajar. Biasanya tokohnya adalah manusia yang serba

382
super, tokoh tidak memiliki watak, sifat, dan perangai layaknya manusia
biasa.

Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh


protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang
berwatak baik, sehingga disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa
yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).

Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan


tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan
utama, frekuensi kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat
pencitraan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung
tokoh utama yang membuat cerita lebih hidup (Sudjiman, 1988).

Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh


dibedakan atas tokoh simpel (Simple character), yaitu tokoh yang tidak
menunjukkan kompleksitas masalah. Tokoh kompleks (Complex
Character), yaitu tokoh yang banyak dibebani masalah. Sedangkan
berdasarkan perkembangan watak yang dimiliki tokoh, tokoh dibedakan
atas tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang
wataknya tidak mengalami perubahan sejak awal sampai dengan akhir
cerita. Dan tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami perkembangan
dan perubahan watak.

Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat


dengan konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang
memiliki kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung
sebagai pendamai. Tokoh yang membawa ide prinsipil atau gagasan
pokok disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang selalu melawan ide
prinsipil disebut sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh yang
berfungsi sebagai pendamai atau perantara antara protagonist dan
antagonis disebut tokoh tritagonis.

Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak


atau karakter. Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam
membicarakan watak tokoh adalah aspek fisik, aspek social, dan aspek
psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan melalui usia (tingkat
kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan keadaan
tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan , pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas
sosial, keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar
belakang kejiwaan umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang
moral, tempramen, cita-cita, tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang
lain.

383
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk
mengambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung
(analitik), cara tidak langsung (dramatik), dan campuran. Gambaran
tokoh secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan
atau menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila pengarang
memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung. Beberapa ciri yang dapat menggambarkan
pelukisan tokoh secara tidak langsung ialah.
1) Dengan melukiskan keadaan tempat tinggal, cara berpakaian,
gaya berbicara, dan yang lain
2) Dengan melukiskan sikap dan perilaku tokoh dalam
menanggapi kejadian atau peristiwa.
3) Dengan melukiskan pengakuan dan keluhan diri sendiri
4) Dengan melukiskan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh
tersebut
5) Dengan melukiskan tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh
lain
6) Dengan melukiskan perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh
lain

Pada kenyataannya, kedua cara tersebut biasanya dipakai oleh


pengarang secara berganti-ganti. Dengan kata lain, dalam prosa fiksi,
jarang dijumpai pelukisan tokoh secara langsung saja atau secara tidak
langsung saja.

Perwatakan adalah cara pengarang menampilkan watak para


tokoh. Lebih lanjut Soedjijono (1984:67) menyatakan bahwa perwatakan
bertugas menyiapkan atau menyediakan alasan bagi tindakan-tindakan
tertentu.

Uraian lebih lengkap terhadap pelukisan watak tokoh


dikemukakan oleh Sukada, yang menyatakan bahwa pelukisan watak
tokoh dapat dicapai dengan cara sebagai berikut: melukiskan bentuk lahir
dari pelaku, melukiskan alam pikiran pelaku, reaksi pelaku terhadap
suatu peristiwa, analisis watak pelaku secara langsung oleh pengarang,
melukiskan keadaan sekitar pelaku, reaksi pelaku lain terhadap pelaku
utama, dan komentar pelaku lain terhadap pelaku utama (Retnaningsih,
1987:64).

Prosa fiksi modern memiliki kecenderungan, dalam


penggarapannya, menekankan pada unsur perwatakan tokohnya.
Beberapa ciri utama tentang karakter tersaji di bawah ini.

Tentang a. kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik watak tokoh


Karakter utamanya

384
b. mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis (cerpenis)
dalam menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada


beberapa hal yang perlu Anda perhatikan!

a. m melalui apa yang diperbuatnya


b. m melalui ucapan-ucapannya
Mengenali
c. m melalui penggambaran fisik tokoh
Karakter
d. m melalui pikiran-pikirannya
e. m melalui penerangan langsung

4) Latar Prosa Fiksi


Sebuah cerita pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas
kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang
tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal
tersebut dapat dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar cerita atau setting.

Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan
waktu cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah
geografis, merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam
cerita.

Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana


sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-
nilai yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal
(neutral) dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-
benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain.
Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca,
maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.

Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak
emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis

385
dapat berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau
tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa
yang tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsiran.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh

Berdasar atas fungsinya, latar cerita terbagi menjadi tiga hal, yaitu
sebagai metafora, sebagai penciptaan atmosfer, dan sebagai pengedepan.
Latar yang berfungsi sebagai metafora ialah latar yang berfungsi sebagai
proyeksi atau objektivikasi dan kondisi internal tokohnya atau nilai-nilai
tertentu. Dalam hal demikian, latar befungsi sebagai ungkapan metaforik.
Latar yang berfungsi sebagai penciptaan atmosfer ialah latar yang dapat
membangun suasana atau melukiskan keadaan tertentu, misalnya rumah
terpencil, udara dingin menusuk tulang, dan yang lain. Latar demikian
dapat membangkitkan getaran emosi tertentu dalam diri pembaca. Latar
yang berfungsi sebagai pengedepan (foregrounding) ialah latar yang
menonjolkan atau mengedepankan latar waktu dan latar tempat saja.
Dalam beberapa prosa fiksi, waktu terjadinya peristiwa menduduki posisi
penting. Dalam kaitan ini ada tiga kemungkinan penunjukan, yaitu difus,
fragmentaris, dan kalenderis. Difus adalah penunjukan waktu kata-kata:
dulu, selama perjalanan. ,menjelang pagi, dan yang lain. Fragmentaris
merupakan penyajian bagian-bagian waktu, seperti 12 tahun yang lalu,
pada masa mudanya, dan yang lain. Sedangkan kalenderis adalah
penunjukan waktu secara tepat, misalnya 30 september 1965, januari yang
lalu, dan yang lain.

Berikut ini contoh wacana deskripsi yang terdapat dalam novel


Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Rangkuti berusaha
melukiskan suasana hiruk-pikuk lalu lintas di sebuah perempatan jalan
yang ber-traffict lihgt.

Ketika lampu berwarna merah, mobil-mobil di ujung jalan itu


berhenti membiarkan mobil-mobil dari jurusan yang berlainan melintas di
tengah-tengah perempatan itu. Debu tidak nampak beterbangan di udara
yang panas di atas jalan aspal yang licin itu. Deru mobil-mobil yang
melintas itu membisingkan. Asap hitam disemburkan lubang-lubang
knalpot, sehingga dari balik kaca para sopir udara tampak menjadi hitam.
Mobil-mobil itu melintas cepat menepiskan angin dan menggoyang
pohon hias di sepanjang tepi jalan..
Cermati beberapa hal yang terkait dengan latar di bawah ini.
1) bukan hanya sekedar background,
2) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
3) Cerpen modern: menjadi sangat penting, erat dengan karakter,
tema, suasana cerita,

386
4) latar harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
5) latar terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
6) latar dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.

Untuk menilai apakah suatu latar integral dalam prosa fiksi, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) dapatkah latar diganti dengan tempat lain tanpa mengubah
karakter dan isi?
2) sampai sejauh mana latar menentukan tema dan jalan cerita?
3) sampai sejauh mana latar membentuk watak dan mengapa
daerah lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
4) apakah latar akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen
kalau dihilangkan atau diabaikan?

5) Sudut Pandang Prosa Fiksi


Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih
sudut pandang tertentu. Pengarang dapat memilih salah satu atau leih
narrator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa-peristiwa
dalam prosa fiksi. Secara garis besar pengarang dapat memilih pencerita
AKUAN atau pencerita DIAAN.

Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila


pencerita tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang
pertama: aku atau saya. Pencerita akuan dapan menjadi salah sorang
pelaku atau disebut narator acting. Sebagai narator acting yag demikian ini
biasanya bertindak sebagai pelaku utama yang serba tahu.

Tidak semua narator acting bertindak sebagai pencerita yang serba


tahu. Terdapat kemungkinan narator acting inihanya mengetahui gerak
fisik dari para pelaku. Dalam cerita, narator actingyang demikian ini
biasanya bertindak sebagai pelaku bawahan.

Di samping bertindak sebagai pencerita yang terlibat atau narator


acting, seorang pencerita juga bisa bertindak sebagai pengamat. Pencerita
semacam ini biasanya disebut pencerita DIAAN. Pencerita Diaan dalam
bercerita biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. Adapun
penunjuk kebahasaan yang digunakan biasanya dia, ia, atau mereka.

Narator pengamat ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:


narator pengamat yang serba tahu dan narator pengamat terbatas atau
objektif. Narator pengamat serba tahu merupakan suatu teknik penceritan
dengan pencerita menuturkan ceritanya melalui satu atau lebih tokoh-
tokohnya. Pengarang dengan menggunakan teknik ini menceritakan
segala hal yang dipikirkan, dirasakan oleh berbagai tokoh cerita. Dengan

387
sudut pandang ini, pencerita dapa berada dimana-mana dalam satu
waktu.

Sedangkan narator pengamat terbatas adalah pengarang


menuturkan ceritanya melalui kesan-kesan atau impresi dari satu tokoh.
Pengetahuan pencerita tentang apa yang terjadi daam cerita terbatas apa
yang akan dilihat, didengar melalui gerak fisik saja.

AKUAN DIAAN
Kata ganti orang I Kata ganti orang ke III
Narator acting serba tahu Observer serba tahu
Naratoracting terbatas (objektif) Observer terbatas ( objektif )

Beberapa pertanyaan berikut berkait erat dengan masalah sudut


pandang yang terdapat pada prosa fiksi:
1) Bagaimana kisah tersebut diceritakan?
2) Dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu penting, yang
terpenting adalah bagaimana?
3) Pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan
yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita
4) berbeda dengan pandangan pengarang sebagai pribadi ---
karena dalam cerpen sebenarnya adalah pandangan pengarang
terhadap kehidupan
5) pribadi pengarang yang masuk disebut gaya pengarang.

Ada 4 (empat) macam sudut pandang:


1) Omniscient point of view ‘sudut penglihatan yang berkuasa’
sebagai pencipta, serba tahu, dan bisa menceritakan apa saja:
perasaan, kelakuan, pikiran, termasuk komentar kelakuan
pelakunya). Ciri: sejarah, edukatif, humor.
2) Objective point of view, sama dengan a hanya tanpa komentar;
pembaca disuguhi pandangan mata; pembaca bebas
menafsirkan.
3) Point of view orang pertama, pembaca diajak ke pusat kejadian;
seolah membaca otobiografi; bahayanya pribadi masuk dalam
tokoh.
4) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau
teknik orang ketiga.

6) Alur Prosa Fiksi


Sebuah cerpen atau novel menyajikan sebuah cerita kepada
pembacanya. Sebuah cerita adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar
atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat
terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab
akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus

388
maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh,
padu dan bulat dala suatu prosa fiksi disebut alur.

Susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal, yang
biasanya disebut sebagai bagian perkenalan, berisi informasi penting yang
berkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya.
Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan
tokoh, penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah
mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita selanjutnya.
Bagian awal ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah
kegagalan dan keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat
pembacanya sangat ditentukan oleh bagian ini.

Dalam sebuah prosa fiksi, bagian awal selain sebagai


eksposisi/paparan juga mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi
tidak stabil yang dijadikan sebagai perangkai bagian-bagian berikutnya.

Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan.


Konflik bisa terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri)
dan bisa juga terjadi secara eksternal (terjadi karena pertentangan antar
tokoh). Konflik internal dikenal dengan istilah konflik batin, sedangkan
konflik eksternal disebut sebagai konflik sosial.

Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita,


sebab bagian terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh,
peristiwa, konflik, tema, makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada
bagian ini pula semua persoalan yang muncul pada bagian sebelumnya
jelas dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca dapat dikatakan telah
memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas membacanya.

Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita.


Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita
terlihat alternative penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan.
Ada yang memunculkan kemungkinan menyenangkan (happy ending)
maupun menyedihkan (sad ending). Kemungkinan lain yang muncul ialah
penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka. Sebuah cerita beralur
tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau penyelesaiannya
secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua persoalan
tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.

Secara lebih khusus, berdasar atas pembagian secara garis besar


seperti yang terpaparkan sebelumnya, Najid (2003:20) tahapan alur dalam
prosa fiksi terbagi sebagai berikut:

389
1) Paparan (exposition), tahap cerita tempat pengarang mulai
melukiskan sebuah keadaan sebagai awal cerita.
2) Rangsangan (inciting moment), munculnya peristiwa atau
kejadian sebagai titik awal munculnya gawatan.
3) Gawatan (rising action), tahapan cerita yang melukiskan tokoh-
tokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Dalam tahap
ini konflik secara bertahap mulai terasa. Konflik dapat bersifat
pribadi atau social.
4) Tikaian (conflict), munculnya perselisihan antar tokoh karena
adanya kepentingan yang berbenturan namun tidak
terselesaikan.
5) Rumitan (complication), tahapan cerita yang menggambarkan
konflik-konflik yang muncul mulai memuncak.
6) Klimaks (climax), tahapan cerita yang melukiskan suatu
peristiwa yang mencapai titik puncak. Bagian ini dapat berupa
bertemunya dua tokoh yang sebelumnya saling mencari, atau
terjadinya pertikaian antara dua tokoh yang saling
bermusushan.
7) Leraian (falling action), bagian cerita tempat pengarang
memberikan pemecahan dan semua peristiwa yang telah terjadi
pada bagian sebelumnya.
8) Selesaian (denouement), tahap akhir cerita yang merupakan
penyelesaian persoalan.

Dalam menyusun alur, seorang pengarang, umumnya, secara sadar


atau tidak telah menggunakan beberapa kaidah yang ada dalam fiksi.
Beberapa kaidah tersebut iaah kemasuk-akalan (plausibility), kejutan
(surprise), tegangan (suspense), keutuhan (untiy), dan kebetulan (deux ex
machine).

Sebuah cerita harus tercerna oleh akal meskipun kemasuk-akalan


dalam cerita tidak dapat disamakan dengan realitas kehidupan. Untuk
dapat membangun hubungan dengan pembaca, sebuah cerita harus
mengacu pada sebuah realitas, namun sebuah cerita tidak mungkin
kongruen atau sama dan sebangun dengan kenyataan. Jadi, yang
dimaksud dengan aspek masuk akal dalam bahasan ini ialah kebenaran
yang dimiliki oleh cerita itu sendiri.

Sebuah cerita harus menarik. Agar sebuah cerita menarik perhatian


pembacanya, ia harus menampilkan kejutan atau surprise. Kejutan, dalam
sebuah cerita, cenderung berfungsi untuk memperlambat tercapainya
klimaks, mempercepat tercapainya klimaks, atau untuk menimbulkan
tegangan-tegangan psikologis pada pembaca.

390
Alur cerita yang baik harus mengandung tegangan, suspense yaitu
ketidak-menentuan harapan terhadap hasil akhir pembacaan cerita.
Suspense melibatkan kesadaran pembaca terhadap berbagai
kemungkinan yang ditawaran dalam cerita. Sarana untuk menciptakan
suspense adalah padahan (for shadowing) yaitu detil pemaparan yang
mengisyaratkan suatu kejadian atau peristiwa yang akan datang.

Sebuah prosa fiksi selain harus mengikuti berbagai kaidah tersebut,


juga harus tetap menganut kaidah kesatuan. Seketat apapun sebuah cerita
dalam mengikuti kaidah masuk akal, kejutan, dan suspense aspek
kesatuan tidaklah dapat ditinggalkan. Kesatuan atau kepaduan sebuah
prosa fiksi dapat dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan dan kegagalan
prosa fiksi tersebut.

Hal lain yang juga patut untuk dipertimbangkan dalam bahasan ini
ialah kaidah kebetulan. Aspek kebetulan dalam prosa fiksi dapat
berwujud orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan jalan
keluar atas kesulitan yang muncul.

Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita


dapat dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback).
Sebuah cerita disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari
awal kejadian dan diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya secara
linier. Apabila peristiwa dalam cerita tidak bergerak linear, cerita
demikian disebut belaur sorot balik. Selain kedua hal tersebut juga
terdapat cerita yang memadukan konsep alur seperti ini. Bahkan juga
terdapat cerita berbungkai. Cerita berbingkai ini ditunjukkan dengan
adanya bingkai cerita yang berlapis-lapis. Meskipun memiliki banyak
lapis cerita, sebuah prosa fiksi harus menunjukkan keutuhan cerita.

Berdasar atas tingkat kepaduan alur sebuah cerita, muncul alur


rapat dan alur renggang. Suatu prosa fiksi disebut rapat jika dalam suatu
cerita hanya terdapat pekembangan cerita yang berpusat pada tokoh
tertentu saja. Apabila dalam cerita tersebut terdapat perkembangan cerita
yang berpusat pada tokoh utama dan tokoh-tokoh lain, maka alur cerita
seperti ini dikategorikan sebagai alur renggang.

7) Pesan Prosa Fiksi


Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang
ingin dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan
amanat. Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat
bawahan. Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan,
saran, atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran
kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.

391
Perlatihan:
Bacalah cuplikan cerpen berikut ini!

Jakarta
Oleh Totilawati Tjitrawasita

Ketika penjaga menyodorkan buku tamu, hatinya tersentil. Alangkah anehnya,


mngunjungi adik sendiri harus mendaftar, padahal singatnya dia bukan dokter. Sambil
memegangi buku itu dipandangnya penjaga itu dengan hati-hati, kemudian pelan dia
bertanya,”Semua harus mengisi buku ini ?Sekali saudara atau ayah, umpamanya ?”
Yang ditanya hanya mengangguk, menyodorkan bolpin, “Silahkan tulis: nama,
alamat dan keperluan,” katanya.
Tiba-tiba timbul keinginannya untuk berolok-olok. Sambil menahan ketawa
ditulisnya disitu: nama Soeharto ( bukan presiden ). Keperluan:Untuk urusan keluarga
“Cukup?” katanya sambil menunjukkan apa yang ditulisnya kepada penjaga.
“Lelucon, lelucon,” katanya berulang-ulang sambil menepuk-nepuk punggung penjaga
yang terlongok-longok heran. “Dia tahu, siapa saya.” Ujarnya menjelaskan.
“Tanda tangannya belum, tuan. Dan alamatnya ?”.
Betul juga, ada gunanya juga menjelaskan identitasnya agar tuan rumah tahu dan
member sambutan yang hangat atas kedatangannya. Maka ditulisnya di bawah tanda
tangannya, lengkap : Waluyo ANOTOBOTO. Nama keluarganya sengaja dibikin capital
semua, diber garis teba di bawahnya. Sekali lagi dia tersenyum, ras bangga terukir I
wajahnya.
“Begini ?” tanyanya seperti meminta pertimbangan penjaga.
Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka pintu, lalu menyerbunya
dengan segala rasa rindu, sambil melemparkan macam-macam pertanyaan kepadanya.,
“Bagaimana Embok, Bapak, Tinah, anaknya sudah berapa ?”

Temukan beragam unsur prosa fiksi yang terdapat pada cuplikan


cerpen tersebut! Lengkapilah temuan Anda dengan kutipan-kutipan
cerpen yang sesuai!

3. Memahami Unsur-Unsur Drama


Kali ini Anda akan belajar tentang teks percakapan (atau teks
drama). Beberapa hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan
teks (karya) fiksi lainnya (cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog,
pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog
menjadi bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan teks fiksi
lainnya. Dialog inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi
lainnya tersebut. Artinya, teks drama lebih dominan unsur dialognya
dibanding teks fiksi lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks
drama bukan diadakan oleh pengarang drama tanpa pertimbangan apa-
apa. Meskipun tidak selalu ada, teks drama sering terbagi atas beberapa
babak. Pembabakan ini biasanya didasari pertimbangan kebutuhan nyata

392
dalam pementasan. Pembabakan sangat membantu perubahan setting atau
tempat terjadinya peristiwa ketika teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau
berbeda) dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini
dapat dibagi menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor
(tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu hadir dalam
setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan
yang ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya)
atau dapat pula sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai
pembantu pembaca atau penonton untuk memahami cerita tersebut.
Sedangkan epilog merupakan bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa
simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan pengarang, dan
atau renungan.
Simak teks drama di bawah ini.
TANGIS
P. Hariyanto

Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana

Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.


01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan
komposisi yang sedap dipandang.

02. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan
sebentar tangismu?

03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.

04. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua
temanku ini? Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama
sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena
itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan
kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan
mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan
tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana.
Keduanya meneruskan tangisannya.

393
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng
kepala, kemudian ikut menangis pula.

07. Inu: (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu
lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan
menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,
bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali
mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi
kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad
perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak
pergi)

08. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

09. Inu: (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-
geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-
temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)

10. Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?

11. Inu: Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu: Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?

15. Inu: Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati: Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya,
Inu!

19. Inu: Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

394
20. Jati: (Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya)
“Maaf, kami sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!?
Trim’s!” Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!

21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.

---selesai---

Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah
unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama
dapat ditemukan.
Drama sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya fiksi yang lain.
Kesamaan itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di
dalamnya. Namun ada perbedaan esensial yang membedakan antara
karya drama dengan karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah
drama adalah untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama
adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Jika Anda cermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek
esensial, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan
dengan seni lakon atau teater. Apabila dirinci lebih dalam lagi,
sebenarnya drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra, gerakan, dan
ujaran. Oleh karena itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca
seperti novel atau cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah
drama sudah dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Mengingat penciptaan drama disusun dengan maksud untuk
dipentaskan maka dalam setiap naskah selalu ditemukakn narasi, dalog
dan arahan tentang petunjuk lakuan.

Dalam sebuah naskah drama terdapat hal-hal penting yang harus


diketahui bila kita ingin memehaminya. Hal ini bisa disebut sebagai
unsur-unsur drama. Secara lebih rinci bagian berikut akan membahasnya.

a. Alur Drama
Alur dalam sebuah pertunjukanatau drama sama dengan alur
novel atau cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai
akhir. Namun alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan
alur fiksi. Kekhususan itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang
memang unik. Kekhususan alur drama adalah sebagai berikut (Semi,
1988). Alur drama haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain
drama di muka public penonton.

395
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton.
Secara garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan
kepada penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta
peran yang dibawakan mereka, serta member pengenalan
terhadap permulaan problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem
pokok. DI sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau
disebut juga rising action. Beberapa watak mulai
memperlihatkan pertentangan saling mempengaruhi, dan
berkeinginan membawa kebenaran ke pihak masing-masing
sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis
berkecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis
lahir disebabkan atau diakibatkan oleh yang lain. Itulah
sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih
bisa juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).

b. Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah
yang disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua,
yaitu pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-
ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.

c. Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting.
Semua elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut
sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa
cerita dalam karya fiksi.

Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam


memilih bahan-bahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak
bergerak, berpikir dan merasa, serta cara watak-watak bertentangan
antara satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu diselesaikan,
semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh pengarangnya.

d. Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian
yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada

396
suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut
dapat dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam drama amat penting.

Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu
cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar
sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.

Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana


sebuah cerita terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-
nilai yang diungkapkan pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal
(neutral) dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-
benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain.
Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca,
maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.

Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak
emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis
dapat berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau
tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa
yang tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsira.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh

Perlatihan

Simak teks drama di bawah ini.


Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa.
Terdengar suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I : Apa? Suara orang edan?

397
Copet II : Adzan, goblok!
Copet I : Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I : Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I : Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
……………………………………………………………………(Kecuk Ismadi CR)

Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah


pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(a) Siapa saja tokoh dalam penggalan teks drama di atas?
(b) Di manakah latar ceritanya?
(c) Apa masalah yang sedang mereka bicarakan?
(d) Apakah konflik sudah tampak dalam penggalan teks drama di
atas? Jika sudah ada, sebutkan konflik yang dimaksud!

F. Menulis Sastra
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun
ini. Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis Sastra.
Di bawah ini disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui karya sastra. Berdasar SK
tersebut diturunkan kompetensi dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD
yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
1) Menulis pantun sesuai dengan syarat pantun,
2) Menulis dongeng,
3) Menulis puisi bebas,
4) Menulis drama,
5) Menulis cerpen,
6) Menulis kritik dan esai.

2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pantun Sesuai dengan Syarat Pantun
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis pantun.
Artinya, setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda terbantu
bagaimana menulis pantun.

398
Dalam sajiannya, kegiatan belajar ini terbagi atas dua subtopik,
yakni syarat pantun dan menulis pantun sesuai syarat tersebut. Sesuai
syarat, melalui contoh-contoh pantun serta variasi bentuk perlatihan
penulisan pantun yang disajikan, Anda diharapkan dapat dengan mudah
memulai mencoba menulis pantun dengan lebih mudah.

1) Syarat-syarat Pantun
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terkenal, di samping
mantra, syair, talibun, gurindam, pepatah, dan teka-teki. Pantun,
sebagaimana puisi lama lainnya memiliki aturan. Aturan penulisan
pantun, antara lain:
a) jumlah suku kata dalam setiap baris
b) jumlah baris setiap bait
c) jumlah bait
d) aturan rima dan ritma.
Secara umum, pantun terdiri atas empat baris, bersajak (rima) abab
atau disebut rima silang, dua baris pertama berupa sampiran dan dua
baris akhir berupa isi.
Jenis-jenis pantun adalah (1) pantun sukacita atau pantun
jenaka/riang, (2) pantun muda, (3) pantun dagang, (4) pantun nasihat
atau pantun tua, (5) pantun agama, dan (6) pantun adat.
Di bawah ini adalah contoh pantun.

(1) Pantun sukacita


Elok rupanya kumbang janti
dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
melihat ibu sudah datang

Dibawa itik pulang petang


dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
hati cemas menjadi hilang

(2) Pantun muda


Anak padang ke Kurai Taji
batang manggis bercabang lima
adik sayang usahlah pergi
pahit manis tanggung bersama

Tanam melati dirama-rama


ubur-ubur sampingan dua
sehidup semati kita bersama
satu kubur kelak berdua

399
(3) Pantun dagang atau pantun nasib
Dari Gresik ke Surabaya
pagar siapa saya sesarkan
Wahai nasib apakan daya
pada siapa saya sesalkan

Apa digulai orang di ladang


pucuk kacang sela-bersela
Apakah untung anak dagang
hari petang, tangga berhela

(4) Pantun nasihat


Anak ayam turun sepuluh
mati satu tinggal sembilan
Tuntut ilmu bersungguh-sungguh
suatu jangan ketinggalan

Anak ayam turunlah enam


mati satu tinggallah lima
Supaya kita jangan jahanam
baik tuntut pada ulama

(5) Pantun agama


Kemumu di dalam semak
jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
tidak sembahyang apa gunanya

Asam kandis asam gelugur


ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
teringat badan tidak sembahyang

(6) Pantun adat


Berek-berek turun ke semak
dari semak turun ke padi
Dari nenek turun ke mamak
dari mamak turun ke kami

Dahulu rebab yang bertangkai


kini kopi yang berbunga
Dahulu adat yang berpakai
kini rodi yang berguna.

Setelah Anda membaca pantun di atas, tuliskan isi pantun tersebut!

Jenis Pantun Isi

400
Pantun Sukacita

Pantun Muda

Pantun Dagang

Pantun Nasihat

Pantun Agama

Pantun Adat

2) Menulis Pantun dengan Pilihan Kata Yang Sesuai


Setelah memperhatikan contoh-contoh pantun di atas, kali ini Anda
akan belajar menulis pantun. Banyak hal yang dapat ditulis menjadi
pantun. Seorang anak yang sedang menunggu ibunya datang, dapat
diungkapkan melalui pantun. Seorang pemuda yang sedang jatuh hati
pada seorang pemudi dapat diungkapkan melalui pantun. Aktivitas di
sekolah, pengalaman jalan-jalan, pengalaman keagamaan, dan segala hal
yang mencakup kehidupan sehari-hari dapat diiungkapkan menjadi
sebuah pantun. Hal-hal yang lucu pun dapat diungkapkan melalui
pantun.

Perlatihan
Di bawah ini Anda diminta melengkapi pantun. Jika ada bagian-bagian
yang kurang jelas, cobalah berdiskusi dengan teman!

(1) Lengkapilah isi pantun di bawah ini!


Awan putih gulung-gemulung
menutup bukit jauh di sana
………………………………….
………………………………….

Angin berhenbus amat sejuknya


ketika hujan titik perlahan
…………………………………….
…………………………………….

(2) Lengkapilah sampiran pantun di bawah ini!


……………………………………
……………………………………
Surat adinda tiba kemarin
Tidurku gelisah, makan tak karuan

401
……………………………………….
……………………………………….
Aku suka keroncong, kamu dangdut
Aku suka gudeg, kamu rending

(3) Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan sampiran yang sama, cobalah membuat pantun
dengan isi yang berbeda!
(4) Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan isi yang sama, cobalah membuat pantun dengan
sampiran yang berbeda!
(5) Selanjutnya, cobalah Anda membuat lima buah pantun dengan
topik bebas! Misalnya tentang mata pelajaran, teman yang lucu,
lingkungan sekolah, atau alam sekitar. Tukarkan pekerjaan tersebut
dengan pekerjaan teman Anda. Berilah komentar terhadap
pekerjaan teman Anda!

b. Menulis Dongeng
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan mampu
menulis dongeng. Dalam kegiatan belajar ini disajikan dua subtopik,
yakni (1) dongeng dan jenisnya dan (2) membaca dan menulis ulang
dongeng.

Kedua subtopik di atas muncul dari anggapan bahwa pemahaman


tentang jenis dongeng perlu dikuasai sebelum menulis (ulang) dongeng.
Setelah memahami jenis dongeng (termasuk yang masih berkembang di
masyarakat), Anda diharapkan dapat menulis (ulang) dongeng.
Dikatakan menulis (ulang) dongeng didasari alasan bahwa dongeng
sudah ada dan tersedia di masyarakat. Yang diperlukan adalah membaca
ulang (mencari narasumber, dan seterusnya), dan selanjutkan menuliskan
secara ulang dongeng yang dimaksud. Sebagian besar dongeng masih
tersimpan dengan baik dalam diri pencerita (narasumber, secara lisan).
Yang diperlukan adalah menuliskan ulang dongeng yang dimaksudkan.
Dengan argumen itu, subtopik kedua dimunculkan, yakni membaca dan
menulis ulang dongeng.

1) Dongeng dan Jenisnya


Menurut Danandjaja (1997:83-84) dongeng adalah cerita pendek
kolektif kesusastraan lisan. Dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang
tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk
hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, ajaran
moral, ataupun sindiran.

402
Kebanyakan orang beranggapan bahwa dongeng sebagai cerita
mengenai peri. Kenyataannya, banyak dongeng yang tidak menceritakan
kehidupan para peri, melainkan isi cerita atau plotnya mengenai sesuatu
yang wajar. Dongeng dapat berupa cerita peri, cerita kanak-kanak, atau
cerita ajaib.

Antti Aarne dan Stith Thompson membagi jenis dongeng ke dalam


empat golongan besar, yakni:
a. dongeng binatang (animal tales)
b. dongeng biasa (ordinary folktales)
c. lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)
d. dongeng berumus (formula tales)
Dongeng binatang merupakan dongeng yang ditokohi binatang
peliharaan dan binatang liar. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini
dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Binatang-binatang itu
biasanya terbatas pada jenis tertentu. Di Eropa binatang itu adalah rubah
(fox), di Amerika kelinci, di Indian Amerika sejenis anjing hutan (coyote),
rubah, burung gagak, dan laba-laba, serta di Filipina adalah kera. Di
Indonesia binatang itu adalah pelanduk (kancil) dengan nama Sang
Kancil. Binatang-binatang itu semuanya mempunyai sifat yang cerdik,
licik, dan jenaka. Lawan binatang cerdik adalah pandir, yang selalu
menjadi bulan-bulanan tipu muslihat binatang cerdik itu. Di Amerika ada
beruang, di Filipina buaya, dan di Indonesia adalah harimau.

Di dalam dongeng binatang di Indonesia, tokoh yang paling


populer adalah sang kancil. Tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu
folklor dan antropologi disebut dengan istilah the trickster atau tokoh
penipu.

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan


biasanya adalah kisah suka-duka seseorang. Di Indonesia, dongeng biasa
yang populer bertipe “Cinderella”. Dongeng bertipe ini ada banyak. Di
Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat dongeng “Ande-ande Lumut” dan
“Si Melati dan Si Kecubung”, di Jakarta terdapat dongeng “Bawang Putih
dan Bawang Merah”, dan di Bali ada “I Kesuna lan I Bawang”.

Lelucon dan Anekdot merupakan dongeng-dongeng yang dapat


menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi
yang mendengar maupun yang menceritakan. Anekdot menyangkut
kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-
benar ada, sedangkan lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu
kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras. Misalnya, kisah
pendek lucu Albert Einstein disebut anekdot, sementara kisah pendek
lucu orang Batak disebut lelucon.

403
Dongeng-dongeng berumus merupakan dongeng yang oleh Antti
Aarne dan Stith Thompson disebut formula tales, dan strukturnya terdiri
atas pengulangan-pengulangan. Subbentuk dari dongeng berumus
adalah: dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan
orang, dan dongeng yang tidak mempunyai akhir.

Dongeng bertimbun banyak (disebut pula dongeng berantai)


adalah dongeng yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih
terinci pada setiap pengulangan inti cerita. Di Indonesia berkembang
lelucon yang bersifat penghinaan suku bangsa lain. Simak contoh di
bawah ini.

Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya lari terbirit-
birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil. Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan
karena diburu seekor kucing. Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu
seekor anjing. Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak. Si
orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi. Dan si polisi lari
terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.

Dongeng untuk mempermainkan orang merupakan cerita fiktif


yang diceritakan khusus untuk memperdayai orang karena akan
menyebabkan pendengarnya mengeluarkan pendapat yang bodoh.

Dongeng yang tidak ada akhirnya (endless tales) adalah dongeng


yang jika diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir. Perhatikan
contoh di bawah ini.

Pada suatu kali ada seekor semut yang berniat hendak memindahkan sebukit
pasir dari Jakarta Kota ke Tangerang. Pada hari pertama ia menggotong sebutir pasir.
Dengan lambat sekali, ia melalui Jalan Hayam Wuruk, terus ke Jalan Kemakmuran,...
Setelah satu bulan, ia baru berhasil membawa sebutir pasir itu ke Tangerang. Untuk
kembali ke Jakarta Kota, diperlukan waktu satu bulan lagi. Baru pada bulan ketiga ia
dapat mulai mengangkat butir pasir kedua. Demikianlah dengan susah payah butir pasir
itu diangkatnya ke punggungnya dan mulailah ia berjalan melalui Jalan Hayam Wuruk,
terus ke Jalan Kemakmuran ...

2) Membaca dan Menulis Ulang Dongeng


Di perpustakaan sekolah, dongeng dan cerita rakyat dapat dengan
mudah ditemukan. Mengapa sangat mudah ditemukan dan jumlahnya
banyak? Karena, hampir setiap daerah mempunyai dongeng dan cerita

404
rakyat yang bermacam-macam. Bahkan, karena terlalu banyak dongeng
itulah, sebagian terbesar dongeng-dongeng di seluruh wilayah Indonesia
ini belum terbukukan. Sebagian masih berupa cerita lisan. Tentu saja, jika
tidak segera dibukukan, cerita-cerita yang lisan tadi suatu saat akan
hilang dan dilupakan.

Pertanyaannya kini, berapa dongeng yang telah kita baca? Di


antara yang sudah kita baca, berapa yang dapat kita sampaikan (menulis
ulang) kepada orang lain. Nah, kali ini, Anda akan belajar menulis ulang
dongeng, baik yang disampaiakn secara lisan maupun tertulis.

Di seluruh dunia, hingga saat ini, dongeng masih bertahan hidup.


Di Indonesia, dongeng juga masih banyak dijumpai dan digemari. Anak-
anak hingga orang tua gemar mendengarkan dongeng. Di bawah ini
dikutip salah satu dongeng yang sangat terkenal.

Si Tanduk Panjang

Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu
terdiri atas seorang ayah, ibu, dan anak perempuannya.
Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya.
Namun, kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang
anak laki-laki.
Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang
anak laki-laki sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu,
mereka tetap berdoa. Akhirnya, sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia.
Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi laki-laki. Namun, kegembiraan itu hanya
berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh tanduk. Perasaan
gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek para
tetangga.
Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu
dimasukkan ke dalam sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti
itu lalu dihanyutkan ke sungai.
Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia
sangat sedih. Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang
membawa adiknya hanyut di sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian
terdengar adiknya menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata,
“Adikku sayang, si tanduk panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar,
makanlah sebutir beras agar kau kenyang!” Tak berapa lama kemudian tangis adiknya
berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis, sang kakak segera
meneriakkan kata-kata yang sama.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti
tempat adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang
dibekalkan kepada adiknya telah menetas.
Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu
menghiburnya dengan kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal

405
lelah demi kecintaannya kepada adiknya. Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai
ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba meraihnya.
Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa
terkejutnya ketika peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan.
Tak lagi terlihat ada tanduk di kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai.
Betapa gembira si kakak melihat kenyataan itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah
menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.
Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu
gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk
masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika
menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan dijadikan budak. Namun jika tidak
berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah
ditentukan ayam mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata
ayam si tanduk panjang menang. Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk
desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat serta dihadiahi harta kekayaan. Tak
lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan desa itu.
Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni
harus menyabung ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak-beradik
itu selalu menang sehingga mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah
harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa harta kekayaannya, mereka membawa
beberapa pengikut.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk
menanyai asal-usul mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk
mengetahui siapa sebenarnya mereka.
Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang
dan kakak perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua
mereka pun mendengar, lalu datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang
telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu menolaknya.
“Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih
sayang dan perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.”
Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru
menyadari akan kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan
akhirnya meninggal dunia.

Perlatihan
a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah
empat orang. Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas.
Apakah keempat jenis dongeng di atas ada dan berkembang di
Indonesia?
b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(1) Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas!
(2) Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!
(3) Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!
(4) Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda
sendiri sehingga menjadi sebuah dongeng yang utuh!

406
(5) Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap
dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng
binatang (animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3)
lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes), serta (4) dongeng
berumus (formula tales), lakukan tahapan di bawah ini
a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda
berdasar keempat golongan besar di atas.
b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda
identifikasikan tersebut.
c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan
Anda dalam mengembangkan alur dongeng.
d) Kembangkan kerangka dongeng tersebut menjadi sebuah
dongeng yang utuh.

c. Menulis Puisi Bebas


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis puisi bebas. Kegiatan belajar ini terdiri atas subtopik, yakni (1)
menulis puisi yang berisi gagasan sendiri, (2) menampilkan pilihan kata
dan rima yang menarik, dan (3) serta menulis puisi secara kreatif.

Jika dibandingkan dengan menulis prosa, menulis puisi memiliki


keunikan tersendiri. Salah satu keunikan menulis puisi adalah kelebihan
dan kekurangannya. Artinya, hampir lebih banyak orang yang pada
mulanya menulis puisi dibandingkan dengan menulis prosa. Inilah
kelebihannya. Sementara itu, kualitas yang dihadirkan karena kuantitas
tersebut sering menjadi bumerang, bahwa produk puisi “cenderung”
kurang bermutu dibandingkan dengan prosa. Melihat kecenderungan ini,
yang diperlukan adalah bagaimana meyakinkan kepada penulis puisi
bahwa setiap tulisan (dalam hal ini puisi) memiliki sejarah tersendiri
(baca: kualitas).

Berkaitan dengan hal itu, kegiatan belajar menulis puisi ini


ditekankan pada kemauan ‘berani mencoba dan berkeyakinan baik’ . Yang
diperlukan adaalah mengeksplorasi sebanyak-banyaknya topik, lalu
mengembangkan menjadi puisi.

1) Menulis Puisi Yang Berisi Gagasan Sendiri


Barangkali, setiap ada pertanyaan kepada penyair tentang
bagaimana menulis puisi, maka sang penyair akan menjawab, “Tulis saja!
Semua tulisan yang dimaksudkan sebagai puisi, maka ia disebut puisi.”
Memang benar bahwa menulis puisi tidak ada rumus atau resepnya,
seperti halnya matematika atau memasak. Yang diperlukan dalam
menulis puisi adalah keberanian menulis. Jika demikian, semua orang
tentu dapat menulis puisi.

407
Setiap orang memiliki ide atau gagasan, tetapi tidak semua orang
ingin mengungkapkannya dalam bentuk puisi. Mengapa demikian?
Jawabannya bisa beragam. Tetapi dari semua jawaban, persoalan
utamanya adalah karena tidak berani mencoba menuliskan dalam bentuk
puisi. Keberanian mencoba adalah jawaban dari kesulitan menulis puisi.

Di bawah ini disajikan beberapa puisi. Puisi-puisi tersebut bukan


karya penyair terkenal, tetapi merupakan karya para remaja yang dimuat
di majalah Gadis. Cermatilah bagaimana penulis menuangkan gagasannya
dalam bentuk puisi.

Ucapan Syukur

Terimakasih Tuhan
untuk burung yang berkicau di pepohonan
memuji kebesaranMu
untuk bunga yang merekah
dan untuk embun yang bersinar di atasnya
untuk matahari yang cerah
udara yang sejuk
untuk semua karunia cipMu
terlalu indah bagi umatMu
Terimakasih Tuhan
untuk kehidupan ini
Yohana Elizabeth H. – Jakarta

KAMU

Lama aku termenung


menyapa hati yang disaruk hitam
aku tancapkan
tiang-tiang
kokoh
di pekarangan hati
agar kamu tak datang lagi
Andik H. - Kediri

RINDU 1

Rindu yang pernah kuberikan padamu


tolong kembalikan,
jika kamu tak memerlukannya lagi
Ugi Maranatha – Jakarta

408
MEREKA DAN AKU

Mereka iya, aku tidak


mereka boleh, aku jangan
mereka senang, aku benci
mereka sayang, aku jalang
mereka tak waras, aku malah rajanya

Lho, ini apa-apaan sih


makin lama kok makin ruwet

B. Febriantono – Malang

Setelah membaca dan mencermati puisi-puisi di atas, apakah masih


ada kesulitan dalam menulis puisi? Tentu jawabannya masih sama, bahwa
menulis puisi memang bukan hal yang mudah. Namun demikian, melalui
contoh-contoh di atas, menunjukkan bahwa apa pun (topik dan gagasan)
dapat ditulis dalam bentuk puisi. Sekali lagi topik apa pun dapat
dituangkan dalam bentuk puisi. Tak ada kata sulit kalau dicoba!
Kuncinya: (a) menemukan dan memilih ide/topik dan gagasan, (b)
mengembangkan ide/topik dan gagasan dalam bentuk baris-baris
kalimat, (c) mempergunakan bahasa yang dikuasai dan dipahami
sehingga pembaca akan mudah pula menguasai dan memahami.

Jika ketiga hal di atas adalah langkah, maka para penulis di atas
telah menerapkan dengan baik. Nah, sekarang Anda yang akan memulai.

2) Menampilkan Pilihan Kata dan Rima Yang Menarik


Pilihan kata yang tepat adalah kata-kata yang mampu mewakili
ekspresi penulisnya. Dengan kata lain, penulis memilih kata sesuai
dengan ungkapan perasaannya. Ketika kata itu sudah dapat mewakili
ekspresi penulisnya, maka kata tersebut sudah tepat.

Rima terkait dengan pengulangan bunyi. Ketika seorang penulis


puisi memilih kata, rima juga harus dipertimbangkan. Rima yang menarik
akan membuat puisi jadi lebih merdu ketika dibacakan.

Perhatikan puisi-puisi di bawah ini. Puisi-puisi ini juga bukan


karya para penyair terkenal. Puisi-puisi ini adalah hasil karya para remaja.

409
UNTUKMU

Ukirlah sendumu di sudut rindu,


kalau jiwamu tak ragu.
Gapailah anganmu,
bila kau sebut namaku.

Robi H. – Mojokerto

ASA

Ada asa di hari lalu


kau tabur rapi di danau hati
ada kisah manis di hari lalu
yang ternyata tak seabadi matahari

Emy – Jayapura

3) Menulis Puisi secara Kreatif


Di antara genre sastra yang berkembang, puisi adalah yang paling
populer di kalangan masyarakat. Dengan demikian, menulis puisi lebih
banyak dilakukan oleh orang dibandingkan dengan menulis genre karya
sastra lain.

Menulis puisi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kiat. Di


bawah ini disampaikan beberapa kiat menulis puisi. Setiap kiat tidak
selalu sesuai dengan seseorang. Namun demikian, setidaknya dengan kiat
di bawah ini ada bahan banding bagi yang ingin memulai menulis puisi.
a. Menulis dengan mengurai nama diri
b. Menulis berdasar tokoh (sejarah atau idola)
c. Menulis berdasarkan pengalaman
d. Menulis orang-orang dekat
e. Menulis alam sekitar
f. Menulis berdasar atas rangsangan indra
g. Menulis berdasar pengalaman sahabat
h. Menulis ulang dari puisi yang sudah ada
i. Menulis untuk berdoa pada Tuhan
j. Menulis ajakan melakukan sesuatu
k. Menulis untuk kekasih
l. Menulis untuk mengisahkan sesuatu (peristiwa atau tokoh)
m. Menulis kepada pemimpin yang berkuasa.
n. Menulis atas respon musik yang didengarkan
o. Menulis melalui pola puisi yang telah ada
p. Menulis atas respon indra manusia
q. Dll.

410
Perlatihan
a). Setiap orang pasti mempunyai ide/topik atau gagasan. Kali ini,
ide/topik atau gagasan tersebut cobalah Anda tulis dalam bentuk puisi!
Pada saat menulis jangan berpikir apakah puisi tersebut akan menjadi
baik atau tidak. Karena jika berpikir demikian, maka puisi tidak sempat
ditulis! Ingat, penulis hanya menulis puisi! Yang mengatakan baik atau
tidak baik adalah orang lain. Mari, cobalah Anda menulis!
b). Tentukan topik yang akan Anda kembangkan menjadi puisi. Topik itu
tentang tentang orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, bapak-ibu,
nenek, sahabat, guru, mertua, anak, tetangga, penjual sayur, penjual mi
atau bakso, atau kakak-adik. Mulai pilih kata-kata yang tepat untuk
mengungkapkan tokoh tersebut. Tulis baris-baris kalimatnya. Setelah
kalimat tersususn atas baris-baris, suntinglah dengan
mempertimbangkan pilihan kata dan rima. Sekadar perbandingan, di
bawah ini disajikan puisi tentang ayah-ibu dan sahabat!

Kekaguman

Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya

Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok

Yusri Halim – Ujung Pandang

Wahyu

Apakah yang nampak di luar pintu. Debu ataukah


Gemerincing batu
Isyarat yang terpatah ataukah kedua matamu yang
Mengukir sendu?

Era Milyarni – Tegal (Kalilangit, Horison)

411
d. Menulis Drama
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis drama. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni
(1) membaca teks drama, dan (2) menulis teks drama.

Kegiatan membaca eks drama diharapkan memberikan


pemahaman yang sama tentang teks drama, utamanya unsur apa saja
yang terdapat dalam (penulisan) teks drama. Pemahaman itu diperlukan
untuk membuka wawasan awal tentang unsur pembentuk teks drama.
Meskipun, contoh teks drama yang ditampilkan kurang mewakili
keberagaman teks drama, sekurang-kurangnya, secara konvensional,
contoh tersebut mewakili.
Setelah memahami teks drama, Anda diharapkan memilih topik
tertentu yang mmemungkinkan dikembangkan menjadi teks drama.

1) Membaca Teks Drama


Drama, begitu kata itu disebut, orang berpikir tentang dua hal,
yakni seni sastra dan seni pertunjukan. Artinya, drama sebagai teks
mewakili pikiran seni sastra, drama sebagai naskah pentas mewakili
pikiran seni pertunjukan atau pementasan. Drama sebagai teks, ia telah
memosisikan dirinya sebagai bagian (unsur) dari sebuah pementasan.
Dengan demikian, seorang penulis yang akan menulis drama, di dalam
dirinya telah terpikirkan bahwa naskah yang sedang ia tulis akan
dipentaskan.

Beberapa hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan


teks (karya) fiksi lainnya (cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog,
pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog
menjadi bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan teks fiksi
lainnya. Dialog inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi
lainnya tersebut. Artinya, teks drama lebih dominan unsur dialognya
dibanding teks fiksi lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks
drama bukan diadakan oleh pengarang drama tanpa pertimbangan apa-
apa. Meskipun tidak selalu ada, teks drama sering terbagi atas beberapa
babak. Pembabakan ini biasanya didasari pertimbangan kebutuhan nyata
dalam pementasan. Pembabakan sangat membantu perubahan setting atau
tempat terjadinya peristiwa ketika teks drama tersebut dipentaskan.

Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau


berbeda) dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini
dapat dibagi menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor

412
(tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu hadir dalam
setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan
yang ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya)
atau dapat pula sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai
pembantu pembaca atau penonton untuk memahami cerita tersebut.
Sedangkan epilog merupakan bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa
simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan pengarang, dan
atau renungan.

Simak teks drama berikut ini.

TANGIS
P. Hariyanto

Para Pelaku: Fani, Inu, Gina, Jati, Hana

Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.


01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan
komposisi yang sedap dipandang.

02. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan
sebentar tangismu?

03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.

04. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua
temanku ini? Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama
sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena
itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan
kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan
mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan
tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana.
Keduanya meneruskan tangisannya.

06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng
kepala, kemudian ikut menangis pula.

413
07. Inu: (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu
lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan
menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,
bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali
mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi
kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad
perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak
pergi)

08. Hana: (Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

09. Inu: (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-
geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-
temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)

10. Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?

11. Inu: Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu: Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?

15. Inu: Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati: Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya,
Inu!

19. Inu: Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati: (Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya)


“Maaf, kami sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!?
Trim’s!” Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!

21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.

414
---selesai---

Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Salah satunya, secara fisik, teks drama
didominasi oleh unsur dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian
besar) hanya terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat
dalam teks drama itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra
berbentuk teks drama dapat ditemukan.

2) Menulis Naskah Drama


Selain dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan
epilog yang menjadi ciri drama di atas, Bachmid (1990:1-16) mengutip
pendapat Patrice Pavis mengatakan bahwa drama memiliki konvensi dan
kaidah umum, yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar.
Yang pertama berkaitan dengan kaidah bentuk, seperti alur dan
pengaluran, latar ruang dan waktu, dan perlengkapan. Yang kedua
berkaitan dengan konvensi stilistika atau bahasa dramatik. Di bawah ini
akan dijelaskan secara singkat kedua hal tersebut, sebelum kita berlatih
menulis drama.
a. Alur dan Pengaluran
Yang menyangkut kaidah alur adalah pola dasar cerita, konflik,
gerak alur, dan penyajiannya. Sejak zaman Aristoteles dinyatakan
bahwa alur drama mesti tunduk pada pola dasar cerita yang
menuntut adanya konflik yang berawal, berkembang, dan
kemudian terselesaikan. Yang disebut konflik adalah terjadinya
tarik-menarik antara kepentingan-kepentingan yang berbeda, yang
memungkinkan lakon berkembang dalam suatu gerak alur yang
dinamis. Dengan demikian, gerak alur terbentuk dari tiga bagian
utama, yaitu situasi awal (pemaparan), konflik, dan
penyelesaiannya.
Lalu, penyajian pola dasar tersebut dilakukan dengan membaginya
ke dalam bagian-bagian yang disebut adegan dan babak. Kekhasan
sebuah drama akan tampak melalui penyajian cerita dalam
susunan babak dan adegan. Dalam menyusun babak dan adegan,
penulis drama akan selalu menjaga kepaduan serta keterjalinan
bagian-bagian alur maupun keterjalinan semua unsur bentuk.
Inilah yang disebut kohenrensi cerita.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam drama memiliki ciri-ciri, seperti nama diri, watak,
serta lingkungan sosial yang jelas. Tokoh atau karakter yang baik
harus memiliki ciri atau sifat yang tiga dimensional, yaitu memiliki
dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Harymawan (1988:
25-26) menyebutkan bahwa rincian dimensi fisiologis terdiri atas

415
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka; dimensi
sosiologis terdiri atas status sosial, pekerjaan (jabatan dan peranan
di dalam masyarakat), pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan
hidup (kepercayaan, agama, dan ideologi), aktivitas
sosial/organisasi, hobi dan kegemaran, bangsa (suku dan
keturunan); dimensi psikologis meliputi mentalitas dan moralitas,
temperamen, dan intelegensi (tingkat kecerdasan, kecakapan, dan
keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu).
Umumnya, tokoh-tokoh utama muncul di awal cerita, yaitu pada
tahap pemaparan. Hal itu dimaksudkan agar pembaca dan
penonton dapat mengenali mereka. Sepanjang cerita, tokoh-tokoh
akan mempertahankan ciri-ciri mereka. Kemudian, konflik tercipta
akibat perbedaan yang terdapat di antara tokoh-tokoh, yang
berupaya mewujudkan keinginan mereka. Perbedaan itulah yang
semakin lama semakin meningkatkan konflik dan berpuncak
sebagai klimaks.

c. Latar: Ruang dan Waktu


Seperti alur dan tokoh, unsur ruang dan waktu juga mengikuti
konvensi umum yang didasari pada peniruan realitas kehidupan.
Ruang dapat disisipi penulis dengan petunjuk pementasan
(kramagung, waramimbar, atau teks samping) dan dialog, cakapan,
atau wawancang. Ruang yang merupakan pijakan tempat peristiwa
terjadi umumnya jelas, menunjang lakuan drama, dan sesuai
lingkup cerita.
Konvensi waktu juga tunduk pada prinsip kepaduan dan kejelasan.
Dalam drama, waktu lakuan atau saat tokoh-tokoh bertindak
adalah waktu kini, sedangkan waktu cerita atau waktu waktu yang
digunakan oleh para tokoh dalam dialog mereka dapat berupa
waktu lampau maupun waktu yang akan datang. Waktu lampau
terjadi, misalnya untuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang
mereka alami, sementara waktu yang akan datang dapat
digunakan untuk menyampaikan rencana atau ramalan peristiwa
yang akan terjadi.

d. Perlengkapan
Perlengkapan merupakaan unsur khas drama, yang dapat berupa
objek atau benda-benda yang diperlukan sebagai pelengkap cerita,
seperti perlengkapan tokoh, kostum, dan perlengkapan panggung.
Perlengkapan (dalam kramagung dan wawancang) selalu sesuai
dengan keperluan cerita.
e. Bahasa
Bahasa dalam drama konvensional tunduk pada konvensi stilistika.
Misalnya, para tokoh melakukan dialog dengan menggunakan

416
ragam bahasa yang sesuai dengan lingkungan sosial mereka serta
watak mereka. Selain itu, seorang tokoh berkomunikasi dengan
tokoh lainnya untuk menyampaikan suatu amanat. Kemudian di
antara mereka diharapkan terjadi dialog yang bermakna yang akan
menyebabkan cerita berkembang.
Setiap penulis naskah drama, misal Arifin C. Noer, Rendra, Putu
Wijaya, Motinggo Boesye, Wisran Hadi, Nano Riantiarno, Akhudiat,
Afrizal Malna, memiliki cara tersendiri yang berbeda dengan penulis lain
dalam menghasilkan naskah drama. Dan cara yang mereka miliki telah
terbukti bahwa karya-karya mereka diterima oleh masyarakat Indonesia.
Di bawah ini disampaikan cara menulis naskah drama yang disampaikan
oleh Japi Tambayong (yang dikenal dengan nama Remy Silado). Tulisan
tentang hal ini pernah dimuat dalam harian Pikiran Rakyat, 10 September
1996, dengan judul “Menulis Naskah Drama dan Permasalahan
Sekitarnya”. Dalam tulisan itu dikemukakan bahwa terdapat empat segi
kualifikasi ketika menulis drama, yaitu (1) isi dramatik, (2) bahasa
dramatik, (3) bentuk dramatik, dan (4) struktur dramatik.

a. Isi dramatik
Premis dan tema menjadi unsur yang harus ada dalam penulisan
naskah drama. Dalam drama hendaknya berisi premis dan tema.
Premis merupakan permasalahan utama yang akan diangkat dalam
cerita, tema merupakan perwujudan premis, yaitu dengan
memberikan jawaban atau pemecahan yang bersifat
menyimpulkan. Misal, premis “takut pada wanita”, temanya dapat
berupa pernyataan “seorang lelaki yang takut pada istri langsung
mencelakakan orang lain”. Berdasarkan premis dan tema di atas, isi
dramatik dapat dikembangkan. Dengan kata lain, kini saatnya
mengembangkan premis dan tema di atas ke dalam sebuah
paragraf yang bagus.
b. Bahasa dramatik
Bahasa drama yang digunakan dapat prosaik, puitik, atau
sosiologik. Jika dialog disusun dengan kalimat-kalimat seperti
layaknya karya sastra bergenre prosa dan dengan melihat
keseimbangan linguistik dan artistik, maka bahasa itu prosaik. Jika
dialog ditulis dengan berfokus pada versifikasi, seperti penataan
bait, larik, rima, dan irama, maka bahasa drama itu bersifat puitik.
Jika dialog disesuaikan dengan konteks, sehingga memungkinkan
munculnya ragam dan dialek bahasa Indonesia, maka bahasa
drama itu bersifat sosiologik.

c. Bentuk dramatik
Yang menyangkut bentuk dramatik ialah ragam ekspresi, gaya
ekspresi, dan plot literer. Dalam drama konvensional, dikenal

417
ragam ekspresi yang baku , misalnya tragedi, komedi, tragikomedi,
melodrama, dan farce (banyolan).
Gaya ekspresi menyangkut visi dan pandangan penulis, yang
penuangannya umumnya sesuai dengan paham atau aliran yang
dianutnya, apakah realisme, ekspresionisme, eksistensialisme, atau
absurdisme. Penulis dapat memilih ragam ekspresi yang sesuai
dengan pandangannya, meskipun tidak tertutup kemungkinan
pandangannya itu justru memberontaki dari gaya ekspresi yang
ada dan tersedia.
Plot literer adalah plot yang terdapat dalam naskah drama. Plot
yang ditulis bukan plot yang diwujudkan oleh gerak eksternal
maupun internal yang dilakukan aktor di atas panggung. Jika
penulis membuat plot secara kait-mengait dalam rangkaian
episodenya, maka disebut plot episodik. Jika cerita berjalan secara
kronologis dan kaausal dari A menuju Z, maka disebut plot
sirkuler. Jika plot itu tidak berujung, melingkar dari A menuju A
kembali atau X menuju ke “entah”, disebut pula plot sirkuler.
d. Struktur dramatik
Struktur dramatik berkaitan dengan perkembangan dan kaitan
antarkonflik yang muncul, memuncak, dan berakhir. Dalam drama
konvensional, struktur dramatik seperti konvensi klasik plot
menurut Aristoteles atau dapat juga yang dikembangkan Gustav
Freitag (Harymawan, 1988:18-20) yaitu eksposisi, komplikasi,
resolusi, klimaks, dan konklusi. Konklusi dalam tragedi disebut
katastrof (berakhir dengan kesedihan), sementara dalam komedi
disebut denumen (berkahir dengan kebahagiaan).

Perlatihan
a) Anda pasti sudah beberapa kali membaca cerpen (mungkin juga
novel). Pilih salah satu karya tersebut yang memiliki kemungkinan
dipentaskan dengan mempertimbangkan unsur-unsur drama.
Ubahlah cerita yang sudah Anda baca itu dalam bentuk dialog-
dialog (drama)! Berilah beberapa keterangan pementasan. Selamat
mencoba!
b) Anda pernah membaca cerita rakyat atau dongeng, bukan? Pilih
salah satu cerita rakyat atau dongeng yang paling Anda sukai dan
memungkinkan dipentaskan. Buatlah naskah dramanya
berdasarkan cerita rakyat atau dongeng tersebut. Selamat mencoba!

e. Menulis Cerpen (Cerita Pendek)


Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis cerita
pendek. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1)
tentang cerita pendek, dan (2) menulis cerita pendek.

418
Subtopik tentang cerita pendek diharapkan memberikan
pemahaman yang utuh tentang unsur-unsur pembentuk cerita pendek.
Unsur-unsur pembentuk cerita pendek (utama) diharapkan akan mampu
menjadi dasar bagi penulisan cerita pendek.

Contoh teks cerpen yang disajikan dimaksudkan sebagai pembuka


tafsir bagi pengembangan topik tertentu menjadi sebuah cerita pendek.

1) Tentang Cerita Pendek


Cerpen adalah karya sastra yang popular di masyarakat di samping
puisi. Dibandingkan dengan novel, cerpen yang lebih pendek,
memungkinkan dibaca orang dalam sekali duduk, di antara kesibukan
keseharian. Bukti bahwa pernyataan ini benar adalah kehadiran cerpen
yang terbit pada hampir setiap harian atau surat kabar (umumnya dimuat
pada hari Minggu). Tabloid, majalah, newsletter, atau jurnal (bahkan jurnal
online) juga menyajikan cerpen dalam edisi tertentu. Dan, dibanding
puisi, secara umum, masyarakat lebih mudah memahami pesan yang
disampaikan penulisnya.

Sebelum mengenal seluk-beluk cerpen secara umum, simak dua


kutipan teks cerpen di bawah ini.
Kutipan cerpen 1:
Langit jadi merah. Seekor naga menukik, menyapu bintang-bintang dan
matahari. Pucuk-pucuk sayapnya memercik bara. Api bertebaran. Angin berputing.
Ketakutan disemprotkan ke udara seperti tinta gurita. Para satria berbaju zirah itu
bergelimpangan. Jerit putus asa menyesaki ruang. Makhluk itu marah luar biasa.
Rumah-rumah, pohon-pohon, pucuk gunung di kejauhan, jadi remuk tak jelas
bentuk. Rata tanah. Semua. Kecuali satu anak yang berdiri tegak tak bergerak.
Tangannya menggenggam busur yang selesai teregang. Waiahnya segelap batu,
namun matanya seterang kilat. Dari busurnyalah panah besar yang menghunjam
di dada sang naga.
(“Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan Radian” karya Avianti Armand)

Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka
berjalan di antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon
bergoyang: itulah aku; yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke
pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi
di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara itu
langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi
Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang
kedatanganku senantiasa ditandai dengan gemerisiknya angin di antara
pepohonan atau padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)

419
Secara umum cerpen adalah cerita atau narasi, bukan analisis
argumentatif, yang fiktif, tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja, serta relatif pendek. Ciri utama cerpen
adalah (1) cerita yang disampaikan relatif pendek, (2) fiction ‘sifatnya
rekaan’, dan (3) bersifat naratif/penceritaan.

Penceritaan (narasi) --- hemat dan ekonomis --- hanya ada dua/tiga
tokoh, satu peristiwa, satu efek bagi pembaca. Tapi satu kesatuan yang
utuh dan lengkap --- dapat dilihat dari segi-segi unsur yang
membentuknya.

peristiwa cerita (alur/plot)


tokoh cerita (karakter)
tema cerita
Unsur-unsur Yang Membentuk
suasana cerita (mood dan atmosfir)
sudut pandang pencerita (point of view)
gaya (style) pengarang

Dalam praktiknya, hanya satu saja yang dipentingkan cerpenis dalam


karyanya, misal alur atau plot cerita. Sebagai bahan pengayaan, silakan
Anda baca cerpen “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar
Kayam.

1). Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Misal, Raja mati =
jalan cerita. Raja mati karena sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik
jalan cerita.

Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian ada karena ada


sebabnya, ada alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut
adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Kejadian akan berkembang
= konflik.

pengenalan
timbulnya konflik
Plot konflik memuncak berpusat pada
konflik
klimaks
pemecahan soal

Timbulnya konflik/terbitnya plot sering berhubungan dengan unsur


watak atau tema, bahkan setting. Segi yang paling menarik dari cerpen
adalah plot ini. Sebagai bahan pengayaan Anda, silakan baca cerpen
“Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” karya Seno Gumira Adjidarma.

420
2). Tema
Ide sebuah cerita. Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai
berikut.

bukan sekedar mau bercerita


bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
tentang tema
tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran moral
bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap kehidupan
pesan tidak selalu definitif

Cerpen yang berhasil adalah yang menyajikan tema tersamar dalam


seluruh elemen-elemen. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah
mencari tema yang terkandung dalam cerpen tersebut. Tema disampaikan
secara tersembunyi. Tema cerpen besar, umumnya, universal dan berlaku
segala zaman. Sebagai bahan pengayaan Anda, simak cerpen “Nasihat
Untuk Anakku” karya Motinggo Busye.

3). Karakter
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada
cerpen-cerpen Budi Darma yang dimuat pada Horison. Beberapa ciri
utama tentang karakter tersaji di bawah ini.

g) kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik watak


tokoh utamanya
h) mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis
Tentang karakter
(cerpenis) dalam menghidupkan watak tokoh
i) pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada


beberapa hal yang perlu Anda perhatikan seperti di bawah ini.

a. melalui apa yang diperbuatnya


b. melalui ucapan-ucapannya
Mengenali karakter c. melalui penggambaran fisik tokoh
d. melalui pikiran-pikirannya
e. melalui penerangan langsung

Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen-cerpen Budi darma.

4). Setting
Setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan

421
(Abrams, 1981: 175). Cermati beberapa hal yang terkait dengan setting di
bawah ini.
7) bukan hanya sekedar background,
8) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
9) Cerpen modern: menjadi penting, erat dengan karakter, tema,
suasana cerita,
10) setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter
cerita,
11) setting terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
12) setting dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu setting integral dalam cerpen, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
5) dapatkah setting diganti dengan tempat lain tanpa
mengubah karakter dan isi cerpen?
6) sampai sejauh mana setting menentukan tema dan plot cerpen?
7) sampai sejauh mana setting membentuk watak dan mengapa
daerah lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
8) apakah setting akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen
kalau dihilangkan atau diabaikan?
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen “Lampor”
karya Joni Ariadinata.

5). Point of View


Point of view menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan
kisah ini. Beberapa hal yang menyangkut masalah point of view adalah:
6) Bagaimana kisah tersebut diceritakan?
7) Dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu penting, yang
terpenting adalah bagaimana?
8) Pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan
yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita
9) berbeda dengan pandangan pengarang sebagai pribadi ---
karena dalam cerpen sebenarnya adalah pandangan pengarang
terhadap kehidupan
10) pribadi pengarang yang masuk disebut gaya pengarang.
Ada 4 (empat) macam point of view:
5) Omniscient point of view ‘sudut penglihatan yang berkuasa’ sebagai
pencipta, serba tahu, dan bisa menceritakan apa saja: perasaan,
kelakuan, pikiran, termasuk komentar kelakuan pelakunya. Ciri:
sejarah, edukatif, humor.
6) Objective point of view, sama dengan a hanya tanpa komentar;
pembaca disuguhi pandangan mata; pembaca bebas menafsirkan.
7) Point of view orang pertama, pembaca diajak ke pusat kejadian;
seolah membaca otobiografi; bahayanya pribadi masuk dalam
tokoh.

422
8) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau teknik
orang ketiga.

6). Gaya
Simak beberapa simpulan yang terkait dengan gaya di bawah ini.
1) cara khas pengungkapan seseorang,
2) cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan,
meninjau persoalan dan menceritakan –nya dalam cerpen,
3) gaya bisa berubah kalau pengarangnya berubah,
4) dalam puisi, gaya Chairil Anwar banyak diepigoni penulis
muda,
5) juga gaya bahasa: penggunaan kalimat, penggunaan dialog,
penguasaan detil, cara memandang persoalan, dan lain-lain.
6) Ikranegara, Darmanto Djatman, Yulius, E. Subangun: kalimat
kompleks dan sulit (intelek),
7) Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, Idrus --- sederhana,
enak diikuti, tapi kaya dan padat dengan pengertian-
pengertian,
8) Penulis hiburan (Marga T., Ashadi Siregar, Remy Silado) ---
banyak dialog: encer, ringan, lincah, kontemporer,
9) Umar Kayam dalam cerpen New York: dialog bahasa sehari-
hari, sederhana (Hemingway).
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen dua cerpen, yakni
“Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar Kayam dan
“Lampor” karya Joni Ariadinata.

7). Suasana
Perhatikan beberapa kalimat kunci yang terkait dengan suasana di
bawah ini.
1) cerpen ditulis dengan maksud tertentu
2) suasana dalam cerpen membantu menegaskan maksud
pengarang
3) suasana merupakan daya pesona
4) suasana terbentuk jika pengarangnya mengarahkan ke sana ---:
kematian, misteri, ketakutan lukisan letak rumah,
keadaan sedemikan rupa, lalu karakter-karakter yang misterius
5) Riyono Pratikto: seram --- misteri supranatural
6) harus dibedakan antara gaya pengarang dengan suasana
7) gaya berhubungan dengan tema, suasana tak terpisahkan dari
tema
8) suasana milik khas sebuah cerita, gaya selalu kembali pada
cerita
9) membaca cerpen terasa berbagai nuansa suasana
10) suasana bisa memperkuat tema, ide, dan maksud
11) cara membangun lewat: karakter, setting, simbol tertentu

423
12) baca dengan cermat terkait dengan suasana yang dibangun
dalam cerpen “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya
Umar Kayam!

Selanjutnya, di bawah ini disajikan sebuah cerpen lengkap. Simak


cerpen yang berjudul “Perempuan Itu Bernama Surti” ini sebagai bahan
pengayaan.

Perempuan Itu Bernama Surti

Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang didongkolkan


Somad sore itu. Sesekali terdengar ia sedang berbicara dengan kalimat-kalimat
yang tidak jelas. Tangan kanannya memegang beberapa lembar kardus yang
masih tampak baru dan beberapa lembar tripleks bekas, sementara tangan kirinya
memegang tas. Ia berjalan menuju ke salah satu rumah petak di tepi kali. Ia
melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-paku pada kardus.
“Apa yang sedang kau lakukan!” tanya Tohir yang baru datang.
“Tidak ada.”
“Mau buat apa?”
“Nggak.”
“Ada apa dengan kamu Somad?” tanya Tohir dengan penuh keheranan.
“Tidak ada.”
“Ada.”
“Rumah ini kita bagi dua!”
“Hah!” kata Tohir agak kaget. “Memangnya kenapa?”
“Tidak ada.”
Tohir tidak bertanya lagi. Tohir segera membantu. Sambil membantu,
Tohir mencuri-curi untuk melihat ekpresi muka Somad. Selanjutnya tidak ada lagi
pembicaraan seperti biasanya.
Pertemuan dua orang itu memang tergolong unik. Dari rumah petaknya
yang sempit, setiap pagi Tohir menjumpai seorang lelaki muda yang tidur dekat
rumahnya. Tohir ingin menanyai lelaki itu, tetapi selalu tidak berhasil. Tohir harus
segera berangkat kerja pagi-pagi, dan lelaki itu masih nyenyak tidur. Atau, kalau
Tohir kesiangan, lelaki yang tidur di dekat rumahnya sudah tidak ada. Suatu hari
Tohir sengaja menunggui lelaki itu bangun dan akan menanyainya. Satu jam, dua
jam, hampir tiga, Tohir menunggu. Tohir berdiri, akan beranjak untuk
meninggalkan lelaki itu, tapi tiba-tiba lelaki itu menggeliat. Sebentar kemudian
lelaki itu mengucek-ngucek matanya. Matanya jelalatan ke sana ke sini. Lelaki
muda itu sedang mencari sesuatu. Segera tangannya meraih tas kain yang sudah
kusut. Ia kelihatan celingukan ketika sadar di depannya ada orang lain.
“Mencari apa?” tanya Tohir, mengagetkan lelaki itu.
“Tidak ada.”
“Masih ingin tidur. Tidur di dalam saja!”
“Tidak.”
“Kamu siapa?”
“Somad. Somad. Somad!”
“Kamu dari mana?”

424
Ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dengan terpatah-patah, lelaki yang
bernama Somad itu menjelaskan dari mana asalnya, pekerjaaannya, hingga
akhirnya tidur di dekat rumah Tohir.
“Kalau begitu, kamu tinggal saja bersamaku!”
Somad menatap lelaki kekar di depannya.
“Tasnya ditaruh di dalam sana!”
Somad bergerak mengambil tasnya lalu menaruhnya di dekat pintu
rumah. Somad keluar lagi. “Aku mau kerja. Kamu di sini saja dulu. Besok-besok
ikut aku. Kalau kamu mau, kamu bisa bekerja di tempatku.”
Tohir berjalan. Tidak lama, ia menoleh. “Kamu punya uang untuk beli
makan?”
“Ada.”
Itulah mulanya. Sebulan berlalu. Somad mulai beradaptasi. Ia bisa bekerja
apa saja. Di pasar, ia bisa membantu Tohir; jadi kuli pasar. Bulan berikutnya
berlalu. Gubuk kecil yang sempit sudah berubah agak besar. Lumayan rapi dan
kokoh. Somad mulai dikenal oleh penghuni-penghuni gubuk-gubuk di tepi kali itu.
Malam hari Somad pun tidak lagi selalu di rumah petak itu. Ia bisa keluar ke mana
saja.
“Kalau kamu punya uang lebih ditabung. Jangan menyimpan uang di
rumah kita. Titipkan saja pada Pak Tomo atau siapa. Siapa tahu, suatu saat kamu
ingin pulang kampung. Jangan disimpan di dompet. Akan habis,” kata Tohir pada
Somad, setelah sekian bulan mereka tinggal serumah.
“Saya titipkan Barda.”
“Bukan aku tidak percaya Barda. Masalahnya Barda sama dengan kita.
Suatu saat jika ada penertiban, Barda bisa saja berpisah dengan kita. Hidup kita
tidak menetap. Kamu mestinya menitipkan kepada orang yang menetap. Kalau
pun kita kena razia, uang itu suatu saat masih bisa kita ambil kembali.”
Somad mengangguk-angguk mengerti.
“Bagaimana cara minta ke Barda?”
“Kamu bisa alasan untuk apa gitu, tapi jangan semuanya. Sedikit-sedikit
saja, sampai akhirnya semuanya. Atau kamu bisa katakan untuk dikirim ke
kampung. Beres kan.”
Meskipun sudah tinggal serumah, Tohir belum sepenuhya mengenal
pribadi Somad. Somad cenderung diam, kalau tidak ditanya tidak mengatakan
sesuatu. Tohir sebenarnya kasihan melihat keadaan Somad.
“Kamu tidak ingin pulang kampung?”
“Tidak.”
“Tidak kangen dengan keluarga?”
“Tidak.”
Hampir setahun mereka tinggal serumah. Tidak ada yang perlu
dipertanyakan dalam kebersamaan mereka. Tohir sudah menganggap Somad
sebagai adiknya, begitu yang pernah dikatakan suatu ketika. Somad, yang secara
fisik kecil, merasa aman tinggal dengan Tohir di kawasan tepi kali itu. Selama
hampir setahun tidak ada pertengkaran yang berarti di antaranya, sampai suatu
ketika, sore hari, Tohir yang baru pulang dari pasar menjumpai Somad membawa
beberapa lembar kardus dan tripleks-tripleks bekas.
“Pintunya jadi satu saja, kan?”
“Dua.”

425
Tohir berdiri, berjalan ke rumah petak yang tak jauh. Sesaat ia sudah
muncul lagi dengan gergaji dan palu. “Pakai ini saja!” katanya pada Somad.
Somad menoleh, lalu menerima gergaji. Tohir memperhatikan Somad
yang menggergaji kayu melintang di salah satu dinding depan rumah petaknya.
Wajah Somad lebih banyak ditekuk. Tak ada keceriaan sama sekali. Wajahnya
kusut, sedang memendam perasaan tertentu. Tohir tampaknya tahu itu.
Terdengar suara adzan dari masjid terdekat. Somad mengemasi
pakaiannya, dimasukkan ke dalam kardus, lalu diusungnya. Tohir memperhatikan
saja. “Sudah tidak ada yang tertinggal?” tanya Tohir dengan suara tenang.
“Tidak.”
“Gergaji dan palunya sudah selesai?”
“Sudah.”
“Saya kembalikan, ya.”
Somad masuk ke rumah petak melalui pintu kiri. Tangannya cekatan
menata barang-barangnya. Tohir masih memperhatikan dengan duduk di atas
kardus. Tohir beranjak berdiri, di tangannya memegang gergaji dan palu.
Hari-hari berikutnya, kehidupan kembali seperti sediakala. Tal banyak
yang berubah pada mereka, hanya rumah mereka, terdapat dua pintu. Kalau ada
perubahan, itu justru lebih baik. Tohir melihat ada sedikit perubahan pada diri
lelaki tanggung yang sudah dianggap adiknya itu. Somad makin giat bekerja.
Beberapa pekerjaan tambahan yang biasanya ditolaknya, ia lakukan. Somad juga
makin sering berada di luar rumah kalau malam hari.
Suatu malam, Tohir sengaja ingin tahu apa yang sedang dilakukan lelaki
yang telah dianggap adiknya. Somad meninggalkan rumah terlebih dulu. Tohir
membuntuti. Somad berjalan agak cepat. Ia segera menuju jalan di tepian kali,
agak remang-remang. Beberapa wanita kelihatan berdiri di pinggir jalan. Warung-
warung kecil berjejer menyediakan makanan kecil. Beberapa becak mangkal. Di
atas becak, satu dua tampak perempuan dengan pakaian dan dandanan
mencolok.
Somad berjalan menuju ke salah satu rumah, tak jauh dari jalan remang-
remang pinggir kali itu. Di dalam rumah sepi, tentu perempuan-perempuan yang
menghuni sudah dan masih di jalanan. Somad masuk, lalu mengetuk salah satu
pintu kamar. Tak ada jawaban. Somad membukanya, ternyata pintu kamar tidak
dikunci. Tak lama kemudian beberapa laki-laki masuk ke dalam rumah. Terjadilah
semuanya.
“Somad, kenapa kamu tidak pernah bicara kepada kakakmu ini,” kata
Tohir ketika mengunjunginya di sel polsek setempat, pagi harinya. Somad
berkaca-kaca sambil sesekali mengatakan sesuatu yang tidak jelas. “Kalau kamu
ngomong sebelumnya bahwa kamu berhubungan dengan Surti, mungkin tidak
terjadi ini.”
“Saya tidak melakukannya. Mereka bohong!”
Semua lelaki yang pernah ke jalan di pinggir kali itu mengenal Surti.
Keinginan untuk memiliki Surti bagi lelaki yang pernah tidur dengannya adalah
kewajaran. Perempuan-perempuan lain, pada mulanya iri pada Surti. Kadang di
antara mereka ada yang mencoba melakukan hal-hal yang buruk untuk
mencelakai Surti. Tetapi jika diketahui oleh lelaki yang suka pada Surti, maka
perempuan yang usil itu justru akan celaka. Lelaki yang berlaku seperti itu banyak

426
jumlahnya. Tohir hanya salah satu di antaranya. Itulah alasannya mengapa lelaki
harus berpikir seribu kali jika ingin menikahi Surti.
“Aku bawakan makanan dan pakaian.”
Somad memandang laki-laki yang berada di depannya.
“Rumah itu juga karena Surti?” tanya Tohir.
“Surti tidak mau baju kita gantian.”
“Hanya karena itu?”
“Surti mau saya mulai mandiri.”
“Somad, mandiri tidak berarti kamu harus begitu. Rumah itu milik kita. Kita
saudara. Kamu tidak bergantung saya, itu mandiri. Kamu makan dengan uang
sendiri, itu mandiri.”
“Mereka membohongi saya.”
“Mudah-mudahan polisi segera menemukan pembunuh Surti.”
“Mereka bohong!”
“Saya tahu mereka bohong, tapi polisi tidak bisa menangkap mereka.
Kamu yang pertama datang ke rumah itu, mereka mencurigai kamu.”
“Mereka bohong!”
“Ini baru kecurigaan. Kalau kamu bisa membuktikan tidak bersalah, kamu
akan bebas.”
“Saya tidak tahu.”
“Percayalah, polisi sedang mengumpulkan keterangan lain.”
“Mereka tidak senang saya mau menikahi Surti.”
Tohir kaget juga mendengar jawaban Somad yang polos dan jujur. Tidak
disangka bahwa Somad telah melangkah sejauh itu dengan Surti. Surti masih
muda, mungkin sebaya Somad. Dia perempuan baik, setidak-tidaknya jika
dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain yang setiap malam berdiri di
jalan di pinggir kali itu. Dia juga cantik, setidak-tidaknya untuk ukuran para kuli
pasar, pemulung, dan pekerja kasar lainnya. “Sabar saja. Polisi masih terus
mencari.”
“Kenapa mereka membunuh Surti. Ia orang baik.”
“Mungkin mereka punya masalah dengan Surti.”
“Surti tidak pernah menyakiti orang.”
“Mereka iri pada Surti.”
“Surti, Surti,” kata Somad terbata-bata. Lelaki tanggung itu menangis.
Dikucek-kucek matanya. Tohir menarik napas.
“Sekarang yang terpenting, kamu harus bisa tenang. Kalau ditanya Pak
Polisi, jawab saja yang jujur. Kamu harus bantu Pak Polisi.”
“Terima kasih. Maafkan saya.”
Tohir mengangguk, lalu mencoba tersenyum.
“Kalau polisi tidak menemukan pembunuhnya?”
“Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.”
“Saya akan dihukum?”
“Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.”
Tohir memang harus menjawab begitu, karena tidak ada jawaban lain
yang lebih baik. Dilihatnya raut muka Somad seperti meminta sesuatu. Begitu lugu
dan polos. Tohir tidak sanggup menatap mata lelaki yang sudah dianggapnya adik
itu. Seorang petugas mendekati mereka.
“Saya akan sering ke sini.”

427
Tohir menepuk-nepuk pundak Somad, lalu berjalan meninggalkannya.

(Jack Parmin, harian Surya, Minggu, 13 Agustus 2000)

2) Menulis Cerita Pendek


Banyak cara untuk dapat menulis cerita pendek. Anda juga
memiliki cara atau kiat dalam menulis cerita pendek yang tidak perlu
dipaksakan untuk harus disamakan dengan orang lain. Menulis cerita
pendek adalah pengalaman individual. Jika membaca kiat orang lain
dalam menulis cerita pendek, Anda dapat menjadikannya sebagai bahan
pembanding.
a. Memilih topik cerita
Yang yang ada dalam memulai cerita adalah topik cerita. Topik
cerita dapat berasal dari mana saja, di antaranya (1) dari diri sendiri
(pengalaman), (2) dari pengalaman orang lain, (3) membaca bahan
bacaan yang bukan cerita pendek (bahan bacaan yang beragam), (4)
membaca cerita pendek yang ditulis orang lain, dan lain-lain.
Andalah yang memiliki kekayaan ini. Galilah dari mana saja. Yang
penting, topik cerita itu Anda kuasai.
b. Memulai menulis
Pada saat memulai menulis, yang diperlukan adalah memulai
dengan satu kata, atau memulai dengan satu frasa, atau satu
klausa, atau satu kalimat. Ada penulis yang memulai menulis cerita
pendek dengan cara:
1) Memulai dengan suspense (kejutan)
2) Memulai dengan konflik
3) Memulai dengan awal cerita/peristiwa
4) Memulai dengan deskripsi latar
5) Memulai dengan deskripsi tokoh
6) Memulai dengan simbol-simbol
7) Memulai dengan akhir cerita
c. Merangkai peristiwa
Cerita dibangun atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Peristiwa
yang satu dijalin dengan peristiwa yang lain untuk menjadi
kesatuan yang utuh, logis, dan koheren. Ada banyak cara
merangkai peristiwa agar cerita yang dibangun menjadi menarik.
d. Membangun konflik
Ketika peristiwa hadir bersambungan, kait-mengait, maka
peristiwa itu secara otomatis dibangun dengan prinsip kausalitas,
yakni hubungan sebab-akibat. Dengan demikian, konflik
merupakan konsekuensi dari hubungan sebab-akibat tersebut.

428
Meski demikian, tetap diperlukan ada upaya bahwa konflik itu
harus dibuat logis dan menarik untuk diikuti oleh pembaca.
e. Mengakhiri cerita
Akhiri cerita dengan mengesankan! Itu barangkali pesan yang
ingin dituangkan oleh setiap penulis cerpen. Ada penulis cerpen
yang akan menyusun kalimat paling akhir dalam cerpennya.
Kalimat itu dapat berupa simpulan atau “semacam” kalimat
mutiara yang disarikan dari cerpen yang dibangunnya. Ada pula
penulis yang membiarkan cerpennya dengan dialog yang
menggantung. Ada pula penulis yang mengakhiri cerpennya
dengan gaya penceritaan yang memberikan ruang renungan.

f. Menyunting
Ketika cerpen selesai ditulis, maka penulisnya akan menjadi orang
lain, yakni pembaca pertama cerpen tersebut. Maka menyunting
adalah pekerjaan pertama yang dilakukan penulis sesaat setelah
tulisannya berhasil diakhiri. Penyuntingan dapat dibedakan atas
penyuntingan isi dan bentuk. Isi terkait dengan topik yang
dikembangkan, bentuk terkait dengan cara mengungkapkan dan
penulisan.

Perlatihan
a) Pilih sebuah topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi
cerpen!
b) Buat kerangka cerpen (Anda dapat menuliskan peristiwa-peristiwa
utama atau alur cerita yang akan Anda bangun)!
c) Kembangkan peristiwa atau alur tersebut menjadi cerpen yang
utuh!
d) Baca ulang cerpen Anda (pada tahap ini, belajarlah untuk menjadi
pembaca yang kritis atau penyunting)!
e) Mintalah kepada teman untuk membaca cerpen Anda dan
memberikan masukan serta tanggapan!
f) Selamat mencoba!

e. Menulis Kritik dan Esai


Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis kritik
dan esai. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1)
membaca kritik dan esai, dan (2) menulis kritik dan esai.

Pada subtopik membaca kritik dan esai diharapkan memudahkan


penyamaan persepsi tentang jenis tulisan ini. Tulisan jenis ini banyak
ragam pengembangannya. Contoh yang hanya satu, tentu tidak cukup
mewakili keberagaman jenis tulisan ini. namun, setidaknya contoh tadi

429
dapat memberikan gambaran awal tentang unsur (atau bagian) apa saja
yang seyogyanya ada dalam tulisan jenis kritik dan esai.

Selanjutnya, Anda diharapkan membaca dan mencermati tahapan


menulis kritik dan esai dalam subtopik ini. Diskusikan dengan teman
sesame guru, jika ada bagian yang kurang dapat dipahami. Selamat
mencoba!

1) Membaca Kritik dan Esai


Dalam Kamus Elektronik, kritik (n) berarti kecaman, kadang-
kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya, pendapat, dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan kritik
sering disebut kritikus. Kritikus (n) adalah (1) orang yang ahli dalam
memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik-buruknya sesuatu;
(2) orang yang memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik
buruknya sesuatu.
Esai adalah karangan yang berisi analisis atau tafsiran, biasanya
dipandang secara pribadi atau terbatas. Orang yang melakukan esai
disebut esais, yaitu penulis esai.
Simak tulisan berikut ini.

Pulang Kembali ke Blora:


Mengenang Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo
(5 Februari 1940 – 23 Februari 2001)
oleh Jack Parmin

Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu

Begitulah kira-kira kalimat yang tepat mengiringi kepergian Sang Guru Besar
Sastra Lisan ini untuk selama-lamanya, menghadap Ilahi. Sepenggal sajak di atas diambil
dari sajak Amir Hamzah yang berjudul “Padamu Jua”. Begitulah pada akhirnya, semua
manusia akan kembali pulang, dan tak akan pernah kembali. Beristirahatlah Profesor, di
sana damai itu ada. Ke Blora, sebagai tanah lahirnya, Doktor Kentrung ini bersemayam,
sebagaimana pesan wasiat yang disampaikannya sebelum ajal itu menjemputnya.
Ada banyak yang patut dicatat dari perjalanan hidup ahli folklor humanistik ini.
Tulisan pendek ini hanya mengungkap secuil catatan tentang almarhum sebagai penyair.
Beberapa kumpulan sajak telah dihasilkan Suripan Sadi Hutomo, salah satunya adalah
kumpulan sajak Hartati yang diterbitkan oleh Dioma Malang tahun 1988. Kumpulan sajak
ini menjadi menarik sepeninggal penyairnya, karena pada halaman persembahan buku
tersebut tertulis: kepada blora dan jiwanya. Kecintaan penyair luruh penuh pada tanah
kelahirannya: Blora. Tak terhalangi oleh apa pun.

430
Diksi ‘Kampung’ Yang Khas
Membaca kumpulan sajak ini, melalui diksi, pembaca serasa diajak memasuki
wilayah perkampungan. Tiba-tiba, bagi pembaca yang lahir dari kampung (terutama Jawa),
serasa berada di rumahnya sendiri. Akrab dan tak berjarak. Simak sajak yang dijadikan
judul kumpulan ini!

Hartati

Hartati nama kidungku


Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri

Adas pulasari brambang


Ini bukan sekadar angan-angan
Sebab daun sambirata
Buat pengobat sakit jiwa

Hartati nama kidungku


Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri

Aduh, aduh
Hatiku sudah berlabuh

1976

Kali pertama membaca judul sajak ini, mungkin pikiran pembaca akan tertuju pada
seorang gadis manis. Bisa jadi jika tidak berhati-hati, maka pembaca akan/telah terjebak.
Hartati sesungguhnya merupakan kata yang dipakai untuk sasmita ‘manis’ dalam tembang
dhandhanggula. Dhandhanggula berwatak manis, luwes, dan memukau. Jenis tembang ini
sesuai untuk menggambarkan berbagai hal atau suasana. Dhandhanggula berasal dari
kata dhandhang dan gula. Dhandhang berarti: 1) burung gagak, 2) alat untuk menyungkal,
3) jelas sekali, dan 4) mengharap supaya... Dari keempat arti di atas yang paling tepat
adalah mengharap supaya...(ngajab). Gula berarti gula, mengisyaratkan makna manis,
menyenangkan (ngresepake) atau baik. Dengan demikian dhandhanggula berarti
mengharap supaya baik dan menyenangkan. Dhandhanggula sangat tepat untuk
melahirkan perasaan yang menyenangkan, untuk melahirkan ajaran-ajaran yang baik,
serta melahirkan rasa kasih.
Kumpulan sajak ini dimulai dengan sajak “Hartati”. Makna siratan dari sajak
pertama, yang secara langsung maupun tidak, adalah pengharapan akan sesuatu yang
baik. Pengharapan seorang Suripan Sadi Hutomo yang dibesarkan dari dan oleh kampung
(Jawa) tentang banyak hal, terutama kebaikan bagi kampung halaman. Maka sajak yang
mengambil judul sasmita tembang macapat itu menjadi ruh dari keseluruhan sajak-sajak
yang terkumpul di dalamnya.
Magnes-Soeseno mengatakan bahwa tolok-ukur pandangan dunia bagi orang
Jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu, yaitu

431
ketenangan, ketentraman, dan keseimbangan batin. Maka pandangan dunia akan
kelakuan dalam dunia tidak dapat dipisahkan seluruhnya. Keyakinan-keyakinan deskriptif
orang Jawa terasa benar sejauh membantu untuk mencapai keadaan batin di atas. Bagi
orang Jawa, suatu pandangan dunia dapat diterima jika semua unsur-unsurnya
mewujudkan suatu kesatuan pengalaman yang harmonis, jika unsur-unsur itu cocok satu
sama lain (sreg) dan kecocokan itu merupakan suatu kategori psikologis yang menyatakan
diri tidak adanya ketegangan dan gangguan batin.
Terasa sekali bahwa kebutuhan batin lebih dominan dibanding yang lain. Sedang
kebutuhan batin adalah ketentraman dan tanpa gangguan, maka jika hanya itu yang
dibutuhkan, tak ada yang lain. Tak juga ada materi yang berlebihan. Kesederhanaan
menjadi pilihan hidup. Demikianlah yang terjadi pada penyair ini.
Sebagai seorang seniman, kata Tengsoe Tjahjono, Suripan Sadi Hutomo sangat
sederhana sosoknya. Bahkan sebagai seorang doktor, ia juga masih sangat sederhana.
Tak ada perabot berlebihan di rumahnya. Berkunjung ke rumahnya, seseorang akan
langsung dihadapkan pada kekayaan ‘luar biasa’ yang dimiliki penyair berupa Pusat
Dokumentasi Sastra Suripan Sadi Hutomo. Kesederhanaan adalah pilihan hidupnya, itu
pula yang mewarnai kumpulan sajak ini.Tema yang diambil sederhana, dipadu dengan
bunyi yang akrab dan sederhana. Diksinya pun sederhana, menjadi begitu dekat dan
akrab dengan orang desa (kampung).
Secara keseluruhan, kumpulan sajak ini memuat sajak antara lain “Hartati”, “Si
Kikir”, “Ke Blora”, “Sebuah Sungai”, “Ki Ajisaka”, “Bukit”, “Tri”, “Curut”, “Hari Ini”,
“Rempuyang”, “Kita”, “Uwi”, “Terong Glatik”, “Gergaji”, “Kilang Minyak”, “Kesetiaan”,
“Sebentar”, “Kolang Kaling”, “Lalijiwa”, “Legundi”, dan “Kecipir”. Dari keseluruhan sajak
tersebut kemudian ditambah dengan lima sajak lainnya. Sebuah sajak yang berjudul
“Barangkali” muncul dalam tulisan D. Zawawi Imron “Suripan Sadi Hutomo Penyair Beras
Kencur” yang disertakan dalam kumpulan ini. Empat sajak yakni “Sepanjang Kanal”,
“Kuingat Jalan Batu”, “Stanza Blora”, “Bulan Tertikam Kali Lusi” muncul dalam tulisan
Setya Yuwono Sudikan “Kampungan, Sajak-Sajak Suripan Sadi Hutomo” yang juga
disertakan dalam kumpulan sajak ini.
Membaca sebagian besar judul sajak Suripan Sadi Hutomo, mengingatkan
seseorang akan kampung yang jauh dari kebisingan metropolis. Idiom serta simbol yang
dipakai penyair memberi nuansa kampung. Diksi daun kemangi, daun turi, adas pulasari,
brambang, lumbu, rambut jagung, sungai, dandang, blumbung, nagasari, air cebokan,
rempuyang, daun sente, duri bandotan, uwi, gembili, kecubung, grabah, kolang-kaling,
dawet, lalijiwa, legundi, dan kecipir adalah diksi yang akrab dengan kehidupan sehari-hari
di kampung. Kecenderungan Suripan Sadi Hutomo memilih diksi yang ‘ndesani’ tidak
terlepas dari keberadaan penyair yang akrab dengan kehidupan kampung (desa).
Keakrabannya dengan tanah kelahirannya membuat diksi yang dipilih tidak terkesan
dipaksakan untuk ada. Diksi tersebut hadir bersama ruhnya.

Rempuyang

Rempuyang cabe dalam bungkus daun sente


Pohon ganyong di kebun rumah kita
Dalam pagar tumbuhan pohon rawe
Kita mufakat untuk seia sekata

Demikian jika pohon kelor itu

432
Buat obat mata yang rebun tuju
Akan juga baik
Pohon meniran dan babakan pule

Batu padas gunung gamping


Akar ilalang dan daun remujung
Sembilan bulan dalam kandungan ibu
Dunia adalah sarang burung

Lekuk liku lekuk gerit pintuMu


Semua mengristal dalam daun jambu

1975

Diksi yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh karena penyair adalah orang
Jawa. Pemanfaatan diksi ini lebih lanjut adalah untuk memetaforkan sesuatu, kembali ke
alam dalam mengakrabi kehidupan yang bersumber dari air dan tanah. Salah satu ciri
manusia Jawa, menurut Tukiman Taruna dalam bukunya Ciri Budaya Manusia Jawa
(1987) adalah mudah memahami, dan dengan cepat memahami orang lain yang berbicara
dengan menggunakan metafor. Metafor yang pilih adalah yang berada di sekitar
kehidupan orang-orang kampung. Diksi itu memetaforkan tentang kehidupan itu sendiri.

Kembali ke Blora
Kumpulan sajak ini adalah persembahan penyair kepada tanah kelahirannya:
Blora. Blora menjadi pijakan awal dan sekaligus menjadi pemberhentian paling akhir, juga
bagi kehidupan penyairnya. Blora, dalam kumpulan ini diungkap dengan dua cara, secara
tak langsung dan secara langsung.
Ungkapan pertama, ungkapan secara tak langsung, tampak dalam setiap diksi
yang dipilih. Blora yang sudah menjadi darah-daging bagi penyair mengristalkan dan
memunculkan diksi khas kampung yang mula-mula dikenal penyair melalui Blora.
Meskipun diksi itu juga banyak dikenal di masyarakat di luar Blora, tetapi jelas
kemunculannya bermula dari Blora oleh seorang penyair yang bernama Suripan Sadi
Hutomo. Diksi itu memang milik semua orang kampung, tetapi diksi itu dimunculkan oleh
orang Blora. Sehingga diksi-diksi yang dimunculkan oleh penyair telah menyiratkan
tentang tanah Blora.
Ungkapan kedua, ungkapan secara langsung, terdapat dalam tiga sajak, yakni
“Stanza Blora”, “Kuingat Jalan Batu”, dan “Ke Blora”. Perhatikan kutipan di bawah ini!

Stanza Blora

Begitu napas tertumpuk di batu


Gelora jiwa memapah anganmu
Yang tegak di rel kereta tua
Sia-sia mencari, sia-sia menyapa

Manila, 1982

433
Sajak ini menjadi menarik karena ditulis di luar negeri. Penyair seolah ingin selalu
melihat dan mengingat tentang tanah kelahirannya, di mana pun berada. Suatu bentuk
kecintaan yang tak terperikan. Masa lalu dan masa kini hadir dalam satu cakrawala lewat
satu kata: Blora.
Sajak kedua juga ditulis di luar negeri, tepatnya di Tokio tahun 1982. Tahun
penulisannya sama. Napas sajak kedua ini masih sama dengan sajak “Stanza Blora”,
hanya saja pada sajak kedua ini diungkapkan lebih optimis.

Kuingat jalan batu


Antara Blora dan kota Cepu
Gadis-gadis pun senyum malu
Ketika kelelawar pulang berburu

Bukit kecil yang ramping


Di sisinya kali kecil menyumping
Larut dalam nyala udara
Menyambut hari depan yang gila

Kuingat itu semua


Karena aku adalah miliknya

Keindahan alam pedesaan (Blora) lewat jalan batu, gadis-gadis, dan bukitan dilukiskan
sebagai ungkapan seseorang yang merindu kampung halaman. Kerinduan itu begitu
pekat, sehingga penyair tidak hanya memiliki Blora tetapi juga dimiliki. Maka suatu saat
kelak ia harus kembali.
Sajak ketiga, “Ke Blora”, menjadi awal dan akhir dari seluruh perjalanan hidup
penyair. //Ke Blora ia akan pulang/Ke Blora ia akan memikul cendawan/. Dua baris
pertama sajak ini mengisyaratkan kabar akhir bahwa penyair memang harus pulang.
Penyair akan pulang menuju kali Lusi yang gersang yang dilingkupi kemiskinan, dan tanah
yang berbukit-bukit. Sajak ini ditutup dengan dua bait di bawah.

Ke Blora rindunya ranum


Bapa ibu mengulum senyum
- Anakku pergilah
Dunia tidak sepanjang galah

Sumber-sumber air yang dalam


Batu padas menikam-nikam
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?

Seolah ingin membuktikan bahwa dunia memang tidak sepanjang galah, maka
penyair pergi meninggalkan Blora, tanah lahir yang amat dicintainya. Ia tinggalkan
kenangan tentang bumi yang mewartakan damai, menuju tempat ramai yang barangkali
mengundang ribuan sunyi dan sepi. Dan, di antara kehidupan yang baru itu ditemukan
sekian kesibukan yang tak tercatatkan. Perhatian penyair ternyata sangat luas, mulai dari
sastra lisan klasik hingga sastra modern, juga sastra mancanegara. Bukunya banyak yang

434
sudah terbit. Kesetiaan dan kecintaannya terhadap sastra tak perlu diragukan.
Perpustakaan pribadi di rumahnya tak ubahnya seperti museum (ilmu) sastra. Di sela-sela
sibuk itu, toh ia masih seorang Blora, yang rindu kampung halaman yang mewartakan
damai dalam arti yang sebenar-benarnya. Betapa mencengkeram kerinduan itu, kerinduan
untuk kembali pulang.
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?

Ke Blora adalah jawaban pasti bagi kerinduan akan kampung halaman. Dan di
sana, ia tak mencari apa-apa, karena di sana penyair menemukan damai. “Sekali berarti,
sesudah itu mati” kata penyair Chairil Anwar. Ke Blora ia akan kembali. Dan, Jumat, 23
Februari 2001 Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo kembali ke haribaan Ilahi. Selamat menuju
damai, Profesor!

(Dalam GEMA, No. 141 Tahun XIX, Januari-April 2001, dimuat kembali dalam buku
Suripan Membangun Kerajaan Sastra Jawa. 2001. Disunting oleh Setya Yuwana.
Surabaya: Citra Wacana)

2) Menulis Kritik dan Esai


Bacalah cerpen “Perempuan Itu Bernama Surti” dengan cermat.
Buatlah kritik terhadap cerpen tersebut. Sebagai bahan pertimbangan, di
bawah ini disajikan tahap-tahap yang disampaikan oleh Chaedar
Alwasilah (dengan sedikit perubahan). Selengkapnya adalah di bawah ini.
a) “Karya sastra pada umumnya tidak pura-pura untuk
membuktikan sesuatu. Tema, perwatakan, alur cerita, gaya
bahasa, dan lain-lain bercampur menjadi suatu kebulatan.
Karya sastra yang baik juga tidak menggurui dan tidak
mengemukakan perumusan-perumusan. Dari mana alur cerita
dimulai, terserah keperluan penulisnya, tanpa menyimak
terlebih dahulu kaidah-kaidah menulis. Kritik sastra kreatif
juga demikian” (Darma, 1983: 33).
b) Karya sastra bersifat imajinatif, karena itu Anda tidak dapat
memvalidasi maknanya secara objektif dengan hanya melihat
detil-detil faktualnya saja.
c) Karya sastra adalah pengalaman pribadi. Karena itu, analisis
sastra harus berangkat dari respons pengalaman Anda. Untuk
menganalisis cerpen di atas, misalnya, Anda harus
menghidupkan pengalaman yang memiliki kemiripan dengan
kehidupan yang ada dalam cerpen, yakni orang-orang kalah,
yang hidup di kota-kota besar!
d) Membaca karya sastra seyogyanya tidak sekadar memahami
tetapi mengapresiasi. Yang disebut pertama merujuk pada
pemahaman isi dan makna, sedangkan yang disebut kedua
merujuk pada pengalaman batin, yakni member nilai sejujur-

435
jujurnya pada karya sastra. Jadi, pemahaman mendahului
apresiasi.
e) Pada garis besarnya analisis mencermati tiga komponen
terpenting, yakni makna, struktur, dan gaya penulisan atau
style. Berikut ini adalah contoh bagaimana ketiga komponen
tersebut dianalisis.

Panduan Menganalisis Fiksi


Tema/topik (makna)
1) Apakah pengarang memilih tema/topik tentang ambisi,
keberanian, kejujuran, rasa cemburu, kebahagiaan, kekalahan,
kerakusan, kegelandangan, penyesalan, ketidakberuntungan, atau
yang lain?
2) Apakah pemilihan tema/topik itu membawa pembaca mampu
merasakan apa yang terjadi, misalnya penyesalan, simpati, benci,
cemburu, dan sebagainya?
3) Apakah penulis membuat rujukan tertentu pada suatu kejadian
atau peristiwa?
Karakter
4) Bagaimana karakter utama berubah dari awal hingga akhir cerita?
5) Kekuatan atau suasana apa yang menyebabkan karakter itu
berbuat demikian? (Perhatikan setting, konflik, dan tindakan-
tindakannya).
6) Aspek apa yang paling membeberkan dari karakter-karakternya?
(Perhatikan pikirannya, kata-katanya, atau tindakannya).
7) Apakah tindakan para karakter itu dapat dipahami (mungkin
terjadi, atau masuk akal) dalam cerita itu?
Plot
8) Konflik apa (internal atau eksternal) yang sangat mempengaruhi
karakter utama?
9) Bagaimana suspensi dibangun dalam cerita itu?
10) Apa klimaks cerita itu?
11) Apakah plot mengikuti pola yang lazim dalam fiksi?
Setting
12) Apa pengaruh setting pada karakter dalam cerita itu?
13) Apakah setting memperluas pemahaman Anda tentang sebuah
tempat atau waktu?
14) Apakah setting itu baru dan menantang?
Gaya Penulisan
15) Apakah gaya penulisan (frase deskriptif, imaji-imaji, dan
sebagainya) membangun kesan dan nada keseluruhan cerita sesuai
dengan tema yang dipilih?
16) Apakah dialognya efektif? Beri contoh dengan kutipan.
17) Apakah ada simbol lain yang memberi nilai lebih pada cerita itu?

436
18) Apakah pemakaian gaya bahasa (metafora, simile, dan sebagainya)
efektif?

Panduan di atas hanya sebuah cara untuk memulai. Panduan itu


juga bukan kata kunci yang harus diikuti. Namun demikian, sekurang-
kurangnya Anda dapat memulai menulis dengan panduan tersebut.
Selamat mencoba.

Perlatihan
Setelah mencermati contoh tulisan di atas, Anda memasukkan tulisan di
atas ke dalam bentuk kritik atau esai? Beri argumentasi atas pilihan Anda
tersebut!

437
Bab V RPP 1. Mendengarkan
Bab V RPP 2. Berbicara
Bab V RPP 3. Membaca
Bab V RPP 4. Menulis
DAFTAR PUSTAKA

Bab II: Kebijakan Pengembangan Profesi Guru

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang


Guru.

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.

Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri,


Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011.

Produk Hukum yang Berkaitan dengan Penilaian Kinerja,


Pengembangan Keprofesian Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru,
dan Uji Kompetensi Guru.

Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung,


Alfabeta, Bandung, 2010.

Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke


Profesional Madani, Media Perhalindo, Jakarta, 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen.

Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982

BAB III: Model dan Perangkat Pembelajaran


A. Teori Belajar
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran,
Yogjakarta: AR-Ruzz Media.

Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall

Bell-Gredler (1986). Learning and Instruction. New York: Macmillan


Publishing.

Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard


University Press

Budiningsih, C Asri, (2004), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Degeng, I.N.S. (1998). Paradigma Baru dari Teori Belajar Keteraturan


Menuju Kesemrawutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknologi
Pembelajaran IKIP MALANG.

Degeng, I.N.S. (2000). Materi Penataran Applied Approach bagi Dosen


Kopertis Wilayah VII Malang 10 – 16 September 2000.

Degeng, Sudana, I Nyoman, (2005., Taksonomi Pembelajaran 1: Taksonomi


Variabel untuk Pengembangan Teori dan Penelitian, Malang: Universitas
Negeri Malang.

Depdiknas, (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah:


Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, Jakarta: Dikdasmen.

Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya

Suparno, Paul, (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogjakarta:


Kanisius.
____________, (2001), Teori Perkembangan Kognitif Peaget, Yogjakarta:
Kanisius

B. Model Pembelajaran

Ardiana, Leo Idra, 2001. Pembelajaran Kontekstual. Makalah.

Arends, Richard I, (1997), Classroom Instruction and Management, The


Mc.Graw-Hill Companies.

______________, (1998), Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.


Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall

B. Johnson, Elaine, (2006), Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu


Setiawan, Bandung:MLC.

Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. New


Jersey: Prentice-Hall.

Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard


University Press

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta:


Depdikbud.

De Porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

---------. 1999. Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.

Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom,


Washington DC: National Research Council.

Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II).
Bandung: Kaifa.

Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis.


Jogyakarta: Insist dan Read Book.

Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo).


Semarang: IKIP Semarang Press.

Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California:


Corwin Press, Inc.

Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya

Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).


Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang :
UM PRESS.

Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).


Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual


Teaching And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang :
UM PRESS.

Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.

Saekhan, Muchith, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail

Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung: Nusa Media.

Sindhunata (ed.). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari


Kurikulum Pendidikan Abad XXI. Jogyakarta: Kanisius.

Suyatno dan Subandiyah, Heny. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul


Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi.

C. Media Pembelajaran

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Davies, Ivor K. 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program


Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.

Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Pribadi, Benny Agus dan Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam
Pembelajaran. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sadiman, Arief S., dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,


dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional.
Jakarta: Intermedia.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.

D. Asesmen

Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of


teacher decision making. Marwah: Lawrence Erlbaum Associates,
Publishers.

Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning,


teaching, and assessing. New York:

Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New


York. The Free Press.

Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices.


White Plains, NY: Pearson Education, Inc.

Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education


(third edition). London: Routledge.

Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes.


Yogyakarta: Mitra Cendekia

Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston:


Allyn and Bacon.

Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York:


NewViewpoints.

Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction.
New York: Macmillan College Publishing Company.

National Research Council (2000). The assessment of science meets the science
of assessment. Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil
pada tanggal 27 September 2002 dari http://www.nap.edu

Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods.


Houston: Gulf Publishing Company.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen


Pendidikan Nasional, 2006. Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.

Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the
Reading-Writing Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.

Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of


Testing. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

_____. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.

E. Pengembangan Silabus dan RPP

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kerangka Dasara dan Struktur


Lurikulum

Depdikbud. 2006. Permen no. 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan


Dasar dan Menengah: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:BNSP.

Dworetzky. Johan, Piaget. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul


:West Publishing Company

Pusat Kurikulum. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No, 22 Tahun


2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Isi

_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23


Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL)

_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23


Tahun 2006 Tanggal 24 Mei 2006dan No. 6 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

_____ . Pengembangan Silabus, Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan

_____ . Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),


Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
_____ . Model Penilaian Berbasis Kelas Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMP/MTs, Pusat Kurikulum Balitbang.

Bab IV: Penelitian Tindakan Kelas

Arends, Richard I. 2002. Classroom Management. New York: McGrawhill


Book Co.

Fraenkel, Jack R and Norman E Wallen. 2011. How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: McGraw-Hill High Education.

Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research.


Buckingham: Open University.

Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.

Mettetal, Gwyn.”The What, Why, and How of Classroom Action Research,


JoSoTL Volume 2 Number 1, 2001. pp

Nur, Mochamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah


Teori Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri
Surabaya.

Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom


Action Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
Dikti. Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary
School Teacher Development Project) IBRD Loan No. 3979-Ind.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Wardani, I. G. A. K, Wilhardit, K. & Nasution, N. 2004. Penelitian Tindkaan


Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Bab V: Materi Bahasa Indonesia


A. Berbicara

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.


Leech, G. 2003. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M. D. D. Oka.
Jakarta: UI Press.

Novia, Asri. 2011. Lancar Pidato dan MC. Yogyakarta:Buku Pintar.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Surya, Sutan. 2009. Wawancara. Yogyakarta: Elmatera.

B. Membaca 1

Akhadiah, S. dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

“Lima Tahun Merokok, Kena Hipertensi” . Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober


2012, hlm.29

“Kutu Loncat Bukan Tidak Loyal”. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 44.

“Meredam Abrasi di Pesisir Merauke”. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 24.

“Sulit Deteksi Dini Epilepsi”. Jawa Pos. Minggu, 6 Mei 2012, hlm. 44.

“Transmigran Tagih Janji Lahan”. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 24.

B. Membaca 2

Anwar, Khaerul. 2012. “Kekuatan Desain Perajin Perak Desa Ungga”


dalam Kompas, Sabtu, 12 Mei, hlm. 16.

“Aturan Impor Buah dan Sayur Diterbitkan” dalam Kompas, Jumat, 11


Meri 2012, hlm 17.

Basuki, Orin. 2012. “Menuju Dunia Tanpa Uang Tunai” dalam Kompas,
Jumat, 11 Mei , hlm. 33.

Finoza, Lamuddin. 1998. Komposisi. Jakarta: Insan Cendekia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1984. Narasi dan Argumentasi. Ende: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1985. Deskripsi dan Eksposisi. Ende: Nusa Indah.


“Kanekes, Desa Tanpa Kriminalitas” dalam Kompas, Jumat, 11 Mei 2012,
hlm. 26.

Saptowalyono, C. Anto. 2012. “Menikmati Keelokan Pesisir Selatan


Banten” dalam Kompas, Sabtu, 12 Mei, hlm. 26

B. Membaca 3

Kirk, Elaine dan Pamela Hartmann. 2007. Interaction I: Reading. Silver


Edition. New York: McGraw-Hill.

“Kreativitas dalam Sehelai Oblong” dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012,


hlm.27.

Napitupulu, Ester Lince. 2012. “Kini Tak Berebut Air Tawar Lagi ...”
dalam Kompas, Kamis, 10 Mei, hlm. 1.

“Tahun Ini, 120.000 Kursi SNMPTN” dalam Kompas, Kamis, 10 Mei 2012,
hlm. 12.

Wisanggeni, Aryo dan Samuel Oktora. 2012. “Beginilah Tangan Petenun


...” dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012, hlm. 26.

B. Membaca 4

“Ragam Bahasa”. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa.


Diunduh pada Senin, 14 Mei 2012, pukul 13.45.

Kompas. 13 Mei 2012. Klasika. Hlm. 28

Kompas. 13 Mei 2012. halaman 9.

C. Menulis

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara


Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku
Utama.

Alwi, Hasan. (Editor). 2001. Paragraf: Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia.


Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

_____ . 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi.


Yogyakarta: Media Abadi.

Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario &


Laku. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia.

Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka


Prima.

Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman.


Bandung: Kaifa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.

Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan


Berita. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Doyin, Mukh. dan Ida Zuleha. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan
Petunjuk: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Depdiknas.

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan


Mulia.

_____ . 2003. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.

Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta:
Penerbit Ar-Ruzz Media.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat
untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit
MLC.

_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung:


Mizan Learning Center (MLC).

Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah:
Prinsip-prinsip Dasar, Langkah-langkah, dan Implementasinya. Surabaya:
Lembaga Penerbitan FBS Unesa.

Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit


Buku Kompas.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-


Flores: Penerbit Nusa Indah.

Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia.

_____ . 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik:


Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: Penerbitan UMM Malang.

Parmin, Jack2005. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Decentralized Basic Eduaction Project.

_____ . 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.

_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya:


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.

_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya:


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.

Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Edisi revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Sampurna, Adi. 2003. Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis


Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Santoso, Anang. 2004. Pengembangan Keterampilan Menulis: Bahan Pelatihan
Terintegrasi Guru SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Depdiknas.

Siregar, Ashadi, dkk. 2002. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerbitan Yogya (LP3Y) dan Kanisius.

Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soehoet, A.M.H. 2003. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Yayasan


Kampus Tercinta-IISIP.

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk,


dan Kode Etik. Bandung: penerbit Nuansa.

Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1996. Petunjuk Penulisan Karya


Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.

Suyatno, dkk. 2004. Belajar Jurnalistik dari Nol. Surabaya: UNESA


University Press.

Yulianto, Bambang. 2007. Mengembangkan Menulis Teknis. Surabaya:


Penerbit Unesa University Press.

D. Berbicara Sastra

Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar


Baru dan YA3 Malang.

Dee. 2001. Supernova. Jakarta.

Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University


Press.

Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.


Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-
Flores: Nusa Indah.

Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis


dalam Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT


Hanindita.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT


Gramedia.

E. Membaca Sastra

Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar


Baru dan YA3 Malang.

Dee. 2001. Supernova. Jakarta.

Ismail, Taufik. Beri Daku Sumba

Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University


Press.

Rangkuti, Hamsad. 2001. Ketika Lampu Berwarna Merah. Jakarta:


Gramedia.

Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-
Flores: Nusa Indah.

Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis


dalam Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT


Hanindita.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Yatman, Darmanto. 1968. Sepenuhnya Karena Ia Anakku. Horison. No 3


Th III, Maret 1968.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT


Gramedia.

F. Menulis Sastra

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara


Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku
Utama.

Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

_____. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Aspahani, Hasan. 2007. Menapak ke Puncak Sajak: Jangan Menulis Puisi


Sebelum Baca Buku Ini. Depok: Penerbit Koekoesan.

Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario &


Laku. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia.

Bachmid, Talha. 1990. “Semangat Derison dalam Drama Kapai


Kontemporer: Telaah Bandingan Dua Lakon Kapai Kapai Karya Arifin
C. Noer dan Badak Badak Karya Eugene Ionesco”. Disertasi pada
Program Pascasarjana UI. Tidak Diterbitkan.

Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman.


Bandung: Kaifa.

Chaniago, Darwin S.. 1997. Berbalas Pantun Remaja. Bandung: Pustaka


Setia.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-
lain. Jakarta: Grafiti.
Darma, Budi, 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen
Pendidikan Nasional.

Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta:
Penerbit Ar-Ruzz Media.

Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.

Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat


untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit
MLC.

_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung:


Mizan Learning Center (MLC).

Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif
Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media.

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Parmin, Jack. 2005a. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Decentralized Basic Eduaction Project.

_____. 2005b. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.

_____. 2007a. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya:


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.

_____. 2007b. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya:


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____. 2010. “Cerpen, Novel, dan Drama.” Dalam Modul Continuing
Education: Mapel Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Guru SMK.
Surabaya: JBSI FBS Unesa.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarya: Gajah Mada


University Press.

Redaksi Balai Pustaka. 1998. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.

Rumadi, A. 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo.

Sumardjo, Jakob. 2004. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama


Media.

_____. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.

Sylado, Remy. 1996. “Menulis Naskah Drama dan Permasalahan


Sekitarnya.” Dimuat dalam Harian Pikiran Rakyat, 10 September.

Tjahjono, Tengsoe. 2002. Menembus Kabut Puisi. Malang: Dioma.

_____. 2010. Mendaki Gunung Puisi: ke Arah Kegiatan Apresiasi. Malang:


Bayumedia Publishing.

Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Penerbit
Angkasa.

Toha-Sarumpaet, Riris K. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: Catatan Mengolah


Cinta. Jakarta: Grasindo.

Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi, Untuk Pelajar dan Mahasiswa.


Jakarta: Gramedia.
LEMBAR ASESMEN

A. Kisi-Kisi Ujian Kompetensi Awal Mapel Bahasa Indonesia


Kompetensi No.
Kompetensi Guru Mata
Inti Guru Soal
Pelajaran (Kompetensi Indikator Esensial
(Standar
Dasar)
Kompetensi)
1. Mengung- 1.1 Menggunakan 1 1.1.1 Disajikan penggalan teks wawancara, guru dapat
kapkan wacana lisan untuk menentukan jenis pertanyaan yang cocok dengan
secara lisan wawancara kutipan
wacana 2 1.1.2 Disajikan sebuah pertanyaan untuk wawancara,
nonsastra guru dapat menentukan jawaban yang harus
disampaikan narasumber dengan benar
1.2 Menggunakan 3 1.2.1 Disajikan penggalan pidato, guru dapat memilih
wacana lisan untuk kalimat yang tidak sesuai dengan konteksnya
presentasi laporan 4 1.2.2 Disajikan penggalan pidato, guru dapat
dan pidato menentukan jenis komponen pidato yang sesuai
dengan penggalan tersebut
5 1.2.3 Disajikan sebuah konteks berpidato, guru dapat
menentukan kalimat pembuka/penutup pidato
yang benar
1.3 Menggunakan 6 1.3.1 Disajikan pernyataan yang disampaikan dalam
wacana lisan untuk diskusi, guru dapat menentukan pernyataan
diskusi persetujuan atau tidak persetujuan yang tepat
7 1.3.2 Disajikan sebuah konteks diskusi, guru dapat
memilih komponen diskusi yang seharusnya ada
2. Mengung- 2.1 Menulis pesan 8 2.1.1 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan surat
kapkan singkat dan surat dinas, guru dapat menentukan pembuka surat
wacana yang tepat
tulis 9 2.1.2 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan surat
nonsastra dinas, guru dapat menentukan penutup surat
yang tepat
10 2.1.3 Disajikan konteks pembuatan surat pribadi, guru
dapat menentukan isi surat pribadi yang santun
11 2.1.4 Disajikan konteks kelembagaan pembuat surat,
guru dapat memilih penulisan kepala surat yang
tepat
12 2.1.5 Disajikan konteks kebutuhan menulis memo dari
seorang pejabat, guru dapat memilih kalimat isi
memo yang tepat
2.2 Menulis teks berita 13 2.2.1 Disajikan sebuah berita , guru dapat menentukan
kelemahan penulisan berita tersebut
2.3 Menulis slogan, 14 2.3.1 Disajikan sebuah slogan, guru dapat menentukan
poster, dan iklan kelemahan slogan tersebut
baris
2.4 Menulis karya ilmiah 14 2.4.1 Disajikan tema sebuah karangan, guru dapat
menentukan komponen isi karangan secara tepat
15 2.4.2 Disajikan sebuah kutipan dari buku yang disertai
dengan identitas buku, guru dapat menentukan
kutipan yang tepat
17 2.4.3 Disajikan identitas tiga buku, guru dapat
menuliskan daftar pustaka secara tepat
18 2.4.4 Disajikan sebuah konteks penulisan karya ilmiah,
guru dapat menentukan penulisan judul yang
tepat
19 2.4.5 Disajikan penggalan karya ilmiah, guru dapat
menentukan penggalan tersebut termasuk dalam
komponen apa
2.5 Menulis paragraf 20 2.5.1 Disajikan sebuah paragraf yang bagian awalnya
dirumpangkan, guru dapat memilih kalimat yang
tepat mengawali paragraf
21 2.5.2 Disajikan sebuah paragraf yang bagian akhirnya
dirumpangkan, guru dapat memilih kalimat yang
tepat mengawali paragraf
22 2.5.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat menentukan
paragraf lain yang pola pengembangannya sama
23 2.5.4 Disajikan sebuah paragraf yang penanda
hubung antarkalimatnya dihilangkan, guru
dapat memilih kata hubung yang paling tepat

2.6 Menulis kalimat dan 24 2.6.1 Disajikan sebuah kalimat yang salah beberapa
penggunaan ejaan ejaannya, guru dapat memilih kalimat yang
ejaannya benar
25 2.6.2 Disajikan kalimat yang tidak efektif, guru dapat
menentukan kalimat efektifnya
3. Memahami 3.1 Memahami berbagai 26 3.1.1 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih
wacana teks kalimat topik yang tepat
nonsastra 27 3.1.2 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih
kalimat penjelas yang tidak mendukung isi
paragraf
28 3.1.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih ide
pokok yang tepat
29 3.1.4 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan makna kalimat yang selaras dengan
teks (secara tersirat)
3.2 Menyimpulkan dan 30 3.2.1 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat memilih
merangkum isi simpulan yang cocok dengan isi teks
suatu teks 31 3.2.2 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan rangkuman yang relevan dengan isi
teks
3.3 Membedakan 32 3.3.1 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih fakta
antara fakta dan yang terdapat dalam teks secara benar
opini dalam teks 33 3.3.2 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih opini
yang terdapat dalam teks secara benar
3.4 Mengubah sajian 34 3.4.1 Disajikan sebuah tabel, guru dapat menentukan
grafik, tabel, atau simpulan isi tabel secara benar
bagan menjadi 35 3.4.2 Disajikan sebuah diagram, guru dapat menentukan
uraian simpulan isi tabel secara benar
4. Membaca- 4.1 Membacakan cerita 36 4.1.1 Berdasarkan kutipan cerpen dan novel, guru dapat
kan dan pendek atau novel menyimpulkan cara bercerita dengan
membawa- memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
kan karya 4.2 Membacakan puisi 37 4.2.1 Berdasarkan kutipan puisi, guru dapat
sastra menyimpulkan cara membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
4.3 Membawakan atau 38 4.3.1 Berdasarkan kutipan dialog drama, guru dapat
memerankan drama menyimpulkan cara memerankan drama dengan
memperhatikan lafal, intonasi, ekspresi, dan
lakuan
5. Memahami 5.1 Memahami unsur- 39 5.1.1 Guru dapat menyimpulkan pesan puisi dengan
ragam teks unsur puisi lama tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
sastra dan baru 40 5.1.2 Guru dapat menyimpulkan tema puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
41 5.1.3 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan rima berdasarkan kutipan
puisi yang dirumpangkan
42 5.1.4 Guru dapat melengkapi puisi dengan pilihan dan
makna kata yang tepat, berdasarkan kutipan puisi
yang dirumpangkan
43 5.1.5 Guru dapat menentukan makna puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
44 5.1.6 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan majas yang tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang dirumpangkan
45 5.1.7 Guru dapat menentukan pencitraan dengan tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
5.2 Memahami unsur- 46 5.2.1 Guru dapat menyimpulkan tema cerita pendek
unsur cerita pendek atau novel dengan tepat berdasarkan kutipan
atau novel yang disediakan
47 5.2.2 Guru dapat menganalisis watak tokoh dengan
tepat berdasarkan kutipan cerpen atau novel
yang disediakan
48 5.2.3 Guru dapat menentukan latar cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
49 5.2.4 Guru dapat menentukan sudut pandang cerita
pendek atau novel dengan tepat berdasarkan
kutipan yang disediakan
50 5.2.5 Guru dapat menentukan alur cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan kutipan
yang disediakan
51 5.2.6 Guru dapat menentukan pesan cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan

5.3 Memahami unsur- 52 5.3.1 Guru dapat menentukan alur drama, berdasarkan
unsur drama kutipan dialog drama yang disajikan
53 5.3.2 Guru dapat menentukan pesan drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
54 5.3.3 Guru dapat menentukan tema drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
55 5.3.4 Guru dapat menentukan latar drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
6. Mengeks- 6.1 Menulis pantun 56 6.1.1 Disajikan sebuah pantun, guru dapat memilih
presikan sesuai dengan dengan tepat pantun yang sejenis
pikiran, syarat pantun 57 6.1.2 Guru dapat melengkapi pantun dengan tepat
perasaan, berdasarkan isi atau sampiran pantun yang
dan disajikan
pengalaman 58 6.1.3 Guru dapat melengkapi pantun dengan rima yang
melalui tepat dari pantun yang dirumpangkan
karya sastra 6.2 Menulis dongeng 59 6.2.1 Guru dapat menyusun kembali dongeng dengan
urutan yang tepat berdasarkan kutipan dongeng
yang kalimat-kalimatnya diacak
60 6.2.2 Guru dapat melengkapi dongeng dengan latar
yang tepat berdasarkan kutipan dongeng yang
dirumpangkan
61 6.2.3 Guru dapat menentukan tokoh dongeng dengan
tepat berdasarkan dongeng yang dirumpangkan
6.3 Menulis puisi bebas 62 6.3.1 Guru mampu menyusun kembali puisi dengan isi
yang tepat berdasarkan kutipan puisi yang larik-
lariknya diacak
63 6.3.2 Guru mampu menyusun rima dan isi puisi yang
tepat berdasarkan kutipan puisi yang
dirumpangkan
6.4 Menulis drama 64 6.4.1 Guru menyusun dialog drama dengan tepat,
berdasarkan ilustrasi yang disajikan
65 6.4.2 Guru melengkapi keterangan keterangan lakuan
drama, berdasarkan dialog yang disajikan
6.5 Menulis cerpen 66 6.5.1 Guru dapat menyusun kembali alur cerpen dengan
urutan yang tepat, berdasarkan kutipan cerpen
yang kalimat-kalimatnya diacak
67 6.5.2 Guru dapat melengkapi cerpen dengan latar yang
tepat berdasarkan kutipan cerpen yang
dirumpangkan
68 6.5.3 Guru dapat menentukan tokoh cerpen dengan
tepat berdasarkan cerpen yang dirumpangkan
6.6 Menulis kritik dan 69 6.6.1 Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, guru dapat
esai menulis isi kritik
70 6.6.2 Guru bisa memilih tulisan kritik yang bahasanya
santun
7. Memiliki 7.1 Menyusun RPP, 71 7.1.1 Setelah disajikan sebuah KD “menyimak” guru
kompetensi melaksanakan, dan dapat memilih indikator yang tepat
pedagogis, mengevaluasi 72 7.1.2 Disajikan KD “menyimak” guru dapat memilih
pembelajara pembelajaran rancangan materi pembelajaran yang tepat
n Bahasa menyimak yang 73 7.1.3 Disajikan rancangan pembelajaran dengan KD
Indonesia mendidik “menyimak” guru dapat memilih media yang
tepat
74 7.1.4 Guru dapat memilih jenis evaluasi pembelajaran
menyimak dengan KD “menyimak”
75 7.1.5 Disajikan situasi penilaian pembelajaran menyimak
dengan KD “menyimak” guru dapat memilih
jenis pertanyaan yang sesuai dengan prinsip
pembelajaran BI yang mendidik
7.2 Menyusun RPP, 76 7.2.1 Guru dapat memilih materi yang sesuai dengan KD
melaksanakan, dan “berbicara”
mengevaluasi 77 7.2.2 Disajikan sebuah metode pelaksanaan
pembelajaran pembelajaran yang sesuai dengan KD “berbicara”
berbicara yang guru dapat memperbaiki langkah pembelajaran
mendidik yang kuat tepat
78 7.2.3 Setelah disajikan KD “berbicara” guru dapat
memilih jenis tes yang tepat
7.3 Menyusun RPP, 79 7.3.1 Disajikan sebuah KD “membaca” guru dapat
melaksanakan, dan memilih indicator yang sesuai dengan KD
mengevaluasi tersebut
pembelajaran 80 7.3.2 Disajikan KD “membaca” guru dapat memilih
membaca yang metode yang tepat
mendidik

81 7.3.3 Disajikan konteks pelaksanaan pembelajaran


membaca dengan KD “tertentu” guru dapat
memilih media yang tepat
7.4 Menyusun RPP, 82 7.4.1 Setelah disajikan KD “menulis” guru dapat
melaksanakan, dan memilih indikator yang tepat
mengevaluasi 83 7.4.2 Disajikan KD “menulis” guru dapat memilih materi
pembelajaran pembelajaran yang tepat
menulis yang 84 7.4.3 Disajikan sebuah konteks metode pembelajaran
mendidik menulis guru dapat menentukan KD yang sesuai
dengan rancangan media tersebut
85 7.4.4 Disajikan gambar-gambar media pembelajaran
menulis guru dapat menentukan KD yang sesuai
dengan rancangan media tersebut
86 7.4.5 Disajikan konteks pembelajaran menulis dengan
KD “tertentu” guru dapat memilih metode dan
merancang pelaksanaan pembelajaran yang benar
8. Memiliki 8.1 Menyusun RPP, 87 8.1.1 Disajikan KD “menyimak sastra” guru dapat
kompetensi melaksanakan, dan memilih materi yang tepat
pedagogis mengevaluasi 88 8.1.2 Disajikan KD “menyimak sastra” guru dapat
pembelajara pembelajaran menentukan teknik evaluasi yang tepat
n Sastra menyimak unsur 89 8.1.3 Disajikan KD “menyimak sastra” guru dapat
Indonesia dan nilai karya menentukan jenis penilaian yang tepat
(puisi, prosa sastra yang
fiksi, dan mendidik
drama) 8.2 Menyusun RPP, 90 8.2.1 Disajikan sebuah konteks pembelajaran berbicara
melaksanakan, dan sastra dengan KD “tertentu” guru dapat menilai
mengevaluasi materi yang tepat
pembelajaran 91 8.2.2 Disajikan sebuah konteks pembelajaran berbicara
berbicara unsur dan sastra dengan KD “tertentu” guru dapat
nilai karya sastra menganalisis rancangan pembelajaran yang sesuai
yang mendidik dengan KD tersebut
92 8.2.3 Disajikan KD “berbicara sastra” guru dapat
memilih media yang tepat
93 8.2.4 Disajikan sebuah kriteria penilaian “berbicara
sastra” guru dapat menilai ketepatan kriteria
tersebut
8.3 Menyusun RPP, 94 8.3.1 Disajikan sebuah KD “tertentu” guru dapat
melaksanakan, dan menentukan sumber belajar yang tepat
mengevaluasi 95 8.3.2 Disajikan KD “membaca sastra” guru dapat
pembelajaran memilih materi yang tepat (=)
membaca unsur dan 96 8.3.3 Disajikan KD “membaca sastra” guru dapat
nilai karya sastra memilih materi yang tepat (=)
yang mendidik
8.4 Menyusun RPP, 97 8.4.1 Disajikan indikator pembelajaran, guru dapat
melaksanakan, dan memilih KD “menulis sastra” yang tepat untuk
mengevaluasi indikator tersebut
pembelajaran 98 8.4.2 Disajikan KD “menulis sastra” guru dapat memilih
menulis unsur dan rancangan pembelajaran yang tepat
nilai karya sastra 99 8.4.3 Disajikan KD “menulis sastra” guru dapat memilih
yang mendidik media yang tepat
100 8.4.4 Disajikan tabel penilaian dengan KD “menulis
sastra” guru dapat menentukan alat penilaian
yang kurang tepat

B. Tes Tulis Berdasarkan Kisi-Kisi Uka

Tingkat Pendidikan : SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Perhatikan penggalan teks wawancara berikut!


Wartawan : ….
Kepala sekolah : Karena persiapan anak-anak pada tahun ini sangat
baik. Di samping itu, mereka merupakan generasi
emas sekolah ini.

Jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian yang rumpang


adalah…
A. Bagaimana strategi belajar anak-anak di sekolah ini hingga nilai
UN-nya tertinggi?
B. Apakah ada bimbingan belajar khusus di sekolah ini?
C. Mengapa Bapak mengatakan bahwa mereka generasi emas?
D. Mengapa pada tahun ini capaian UN anak-anak di sekolah ini
tertinggi di Indonesia?
E. Berapa rata-rata nilai UN anak-anak di sekolah ini?

2. Perhatikan penggalan teks wawancara berikut!


Wartawan : Seperti yang kita ketahui, prestasi sekolah bersifat
fluktuatif. Apa yang akan Bapak lakukan kalau nilai
UN siswa-siswi sekolah ini pada tahun depan jatuh?
Kepala sekolah : …

Jawaban kepala sekolah yang tepat adalah…


A. Itu dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya persiapan
belajar siswa tidak maksimal.
B. Saya akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk mengetahui akar
masalah dan solusi terbaiknya.
C. Di sekolah saya menanamkan kedisiplinan dan kerja keras agar
siswa-siswi di sekolah ini sukses.
D. Selama ini hal itu tidak pernah terjadi dan saya yakin prestasi siswa-
siswi di sekolah ini tidak akan jatuh
E. Saya akan menerima apa pun yang terjadi asalkan semua pihak
memahami bahwa selama ini kami telah bekerja keras.

3. Perhatikan penggalan pidato berikut!


…………………………………………………………………………………
Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat
mengukur semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya
dua keterampilan berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan
menulis. Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan
mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur. Kenyataan itu
seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN
adalah dunia lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para
siswa. Dunia lain berarti dunia maya dalam situs internet atau dunia
makhluk halus, seperti dalam acara “Uka-uka” di televisi.
…………………………………………………………………………………

Kalimat yang tidak sesuai dengan konteks pidato tersebut adalah…


A. Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan
mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur.
B. Dunia lain berarti dunia maya dalam situs internet atau dunia
makhluk halus, seperti dalam acara “Uka-uka” di televisi.
C. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan berbahasa yang
diujikan, yakni membaca dan menulis.
D. Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil
UN janganlah dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia
siswa.
E. Hasil UN adalah dunia lain yang harus dipisahkan dengan
kompetensi riil para siswa.

4. Perhatikan penggalan pidato berikut!


…………………………………………………………………………………
Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat
mengukur semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya
dua keterampilan berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan
menulis. Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan
mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur. Kenyataan itu
seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN
adalah dunia lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para
siswa. Dunia lain berarti dunia makhluk halus, seperti yang tersaji
dalam acara “uka-uka” di televisi.
…………………………………………………………………………………

Jenis komponen pidato yang sesuai dengan penggalan tersebut


adalah…
A. pengantar
B. pembuka
C. isi
D. penutup
E. epilog

5. Kepala sekolah menyampaikan pidato tentang keberhasilan siswa-


siswinya dalam UN pada forum pertemuan dengan orang tua siswa.
Hadir dalam acara tersebut para siswa dan para guru. Kalimat
pembuka pidato tersebut yang tepat adalah…
A. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati,
serta anak-anak yang saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur
kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada
forum terhormat ini. Kedua, sebagai kepala sekolah, saya
mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama ini. Anak-
anak belajar dengan baik, guru mengajar dengan penuh semangat,
dan para orang tua memberikan dukungan sepenuhnya. Walhasil,
anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
B. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati,
serta anak-anak yang saya sayangi. Sebagai kepala sekolah, saya
mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama ini.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
C. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak
yang saya sayangi. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Atas
pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini.
Suatu kebanggaan anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
D. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati.
Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya
kita dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua, sebagai kepala
sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama
ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru mengajar dengan penuh
semangat, dan para orang tua memberikan dukungan sepenuhnya.
Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
E. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak
yang saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan.
Atas pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini.
Kedua, sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas
kerja sama kita selama ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru
mengajar dengan penuh semangat, dan para orang tua memberikan
dukungan sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN
tahun ini. Selamat siang.

6. Dalam forum diskusi formal, pebicara menyatakan bahwa kegiatan


eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi harus tampak dalam kegiatan
pembelajaran. Kalimat persetujuan tanpa syarat yang tepat adalah…
A. Saya seratus persen sependapat dengan pendapat Saudara karena
idealnya guru memang harus melakukan tiga kegiatan itu dalam
kegiatan pembelajaran.
B. Saya sependapat dengan pernyataan Saudara asalkan urutannya
tidak selalu eksplorasi, elaborasi, kemudian konfirmasi.
C. Saya menyetujui pernyataan Saudara karena di samping sesuai
dengan aturan pemerintah, ketiga kegiatan itu penting dalam
kegiatan pembelajaran.
D. Meskipun saya dapat menyetujui pernyataan Saudara, saya merasa
bahwa dalam keadaan tertentu elaborasi tidak harus dilakukan oleh
guru.
E. Pendapat Saudara dapat saya setujui dan saya berharap semuanya
juga sepakat.

7. Guru-guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya mengadakan


diskusi formal tentang strategi peningkatan kualitas pembelajaran.
Komponen diskusi yang seharusnya ada adalah….
A. pebicara dan peserta
B. pebicara, pemandu, dan peserta
C. pebicara, notulis, dan peserta
D. pebicara, pemandu, notulis, dan peserta
E. para guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya

8. Perhatikan teks iklan lowongan pekerjaan yang dikutip dari harian Jawa
Pos, 13 Maret 2009 di bawah ini.

LOWONGAN KERJA
Dibutuhkan segera seorang tenaga teknisi Komputer
Minimal tamat SMA sederajat jurusan IPA
Lamaran dialamatkan ke PO BOX 008 Surabaya
Paling lambat 2 minggu setelah iklan ini diterbitkan
Kalimat pembuka yang tepat untuk surat lamaran pekerjaan
berdasarkan iklan di atas adalah ...
A. Memenuhi iklan yang Bapak muat pada harian Jawa Pos, saya
bermaksud mengisi lowongan kerja tersebut.
B. Sehubungan dengan iklan Bapak yang dimuat pada harian Jawa
Pos, 13 Maret 2009 dengan ini saya .....
C. Melalui surat ini saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk
memenuhi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.....
D. Berdasarkan iklan Bapak yang dimuat pada tanggal 13 Maret
2009 saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk .....
E. Saya telah membaca iklan yang Bapak pasang. Saya tertarik
dengan iklan tersebut, sehingga …

9. Cermati kalimat penutup surat lamaran pekerjaan yang tidak tepat


berikut.

Atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.

Perbaikan kalimat penutup surat lamaran pekerjaan tersebut adalah …


.
A. Terima kasih banyak atas perhatiannya
B. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
C. Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
D. Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih.
E. Diucapkan terima kasih atas perhatiannya.

10. Pada tubuh surat pribadi terdapat pembuka, isi, dan penutup surat.
Isi surat pribadi yang santun adalah … .
A. Akhir bulan ini aku tidak dapat pulang karena banyak tugas
yang harus diselesaikan. Untuk itu, aku minta Ibu dan Bapak
mengirimkan uang bulanannya.
B. Akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas
yang harus diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak
mengirimkan uang bulanan ananda.
C. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak
tugas yang harus diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan
Bapak mengirimkan uang bulanan ananda.
D. Pada akhir bulan ini aku gak dapat pulang, banyak tugas dan
kerjaan yang harus segera diselesaikan. Untuk itu, uang yang
biasanya dikirim saja ya.
E. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak
tugas yang harus diselesaikan. Untuk itu, ananda mohon Ibu dan
Bapak berkenan mengirimkan uang bulanan ananda.

11. Di bawah ini disajikan penulisan kepala surat tanpa logo institusi.
Penulisan kepala surat yang tepat adalah … .

A. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725

B. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telp. 0318280009, 0318287725

C. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725

D. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Sby 60231 Telepon 0318280009, 0318287725

E. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan


Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya

12. Kepala sebuah sekolah mengundang dewan guru untuk mengadakan


rapat rutin sekolah, tetapi tiba-tiba ada undangan rapat di dinas
pendidikan kota setempat dalam waktu yang bersamaan. Ia meminta
wakil kepala untuk memimpin rapat rutin sekolah.

Kalimat memo yang tepat untuk hal itu adalah di bawah ini.
A. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya
ada undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
B. Pak Andi tolong memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
C. Pak Andi tolong pimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
D. Pak Andi besuk wakili saya untuk rapat di sekolah ya. Masalahnya
saya harus datang di rapat lain, yakni rapat di dinas.
E. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah, besuk karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
13. Perhatikan kutipan berita di bawah ini.

Ribuan Rumah Tergenang

JOMBANG – Sembilan desa di Kecamatan Ploso, Ka-bupaten


Jombang, Kamis malam diterjang banjir. Akibatnya, lebih dari 1.000
rumah di Desa Jatigedong, Ploso, Jati-tunggal, Kedungdowo,
Jaditunggal, Kedungombo, Bawangan, dan Pandanblole, terendam.
Ratusan hektar sawah siap panen juga tergenang.
Informasi yang dihimpun JPPN menyebutkan, dua desa di
kanan kiri PT Samsung Cheil Jedang juga kebanjiran. Kondisi
paling parah terjadi di Desa Jatigedong. Di sini, ketinggian air
mencapai 1,2 meter. Hingga kemarin, lebih dari 700 rumah di desa
ini masih terendam. Seluruh jalan kampung juga tertutup air.
(Sumber: Jawa Pos, 13 Maret 2003)

Kelemahan yang teradapat dalam teks berita di atas adalah … .


A. Penyebutan kata ‘ratusan hektar sawah’ yang mengacu pada
jumlah yang tidak jelas.
B. Tidak dicantumkannya kepanjangan kata JPNN yang dapat
menyebabkan kebingungan pembaca.
C. Kata ‘diterjang banjir’ kurang tepat, seharusnya diganti dengan
kata ‘ditimpa musibah banjir’.
D. Penyebutan kata ‘sembilan desa’ kurang cermat, seharusnya
‘delapan desa’ sesuai jumlah desa yang disebutkan.
E. Penulisan PT seharusnya diberi titik (.), yakni P.T. karena harus
sesuai dengan kaidah yang berlaku.

14. Bunyi slogan seperti ini biasanya ditulis atau diletakkan di dekat
tempat sampah. Cermati slogan yang kurang efektif di bawah ini.

Lingkungan tempat kami ingin bersih, untuk itu bantulah kami


untuk menjadi lebih bersih!

Agar lebih efektif, slogan di atas dapat diubah seperti di bawah ini.
A. Lingkungan kami belum bersih, bantulah kami menjadi bersih.
B. Kami ingin bersih, bantulah kami menjadi bersih.
C. Lingkungan belum bersih, bantulah agar supaya bersih.
D. Kami ingin bersih, untuk itu bantulah kami agar bersih.
E. Lingkungan yang ingin bersih supaya dibantu.
15. Sebuah karangan dengan tema “pembelajaran aktif dan
menyenangkan membantu penguasaan kompetensi siswa”. Isi yang
akan dibahas dalam karangan tersebut adalah … .
A. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, model-model
pembelajaran aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan
penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
B. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, sejarah
perkembangan pembelajaran aktif, model-model pembelajaran
aktif, guru aktif bagi pembelajaran aktif.
C. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, guru sebagai
aktor utama di kelas, contoh rencana pembelajaran aktif dan
penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
D. Sejarah perkembangan pembelajaran aktif dan menyenangkan,
model pembelajaran aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan
penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
E. Tentang pembelajaran di sekolah, kebiasaan kurang baik dalam
pembelajaran di sekolah, siswa yang kurang aktif dan responsive
dalam pembelajaran teoretis.

16. Didik Kumaidi dalam bukunya yang berjudul Aku Bisa Menulis yang
terbit tahun 2008 halaman 44 mengutip pendapat Lukman Haqani
seperti di bawah ini.

Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari


seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya
(Haqani, 2004: 50).

Jika Anda mengutip pendapat Haqani dari teks di atas (buku Didik
Kumaidi) tanpa membaca buku aslinya, penulisan kutipan yang benar
adalah …
A. Kumaidi (dalam Haqani, 2004: 50) mengatakan bahwa mengutip
adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang
pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat
dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
B. Kumaidi (2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah
meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang
atau pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat dalam
buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya
sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
C. Haqani (2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam
kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau
pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat dalam buku,
surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
D. Haqani (dalam Kumaidi, 2008: 44) mengatakan bahwa mengutip
adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang
pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat
dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
E. Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari
seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik
yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat
penulisnya (Haqani, 2004: 50).

17. Sebuah buku berjudul Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di


Panggung Orde Baru. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Mizan
di Jalan Yodkali No. 16 Bandung pada Mei 1996. Editor buku tersebut
adalah Yudi Latif dan Idi Subandy Ibrahim. Pengarang buku tersebut
beramai-ramai, di antaranya Ariel Heryanto, Daniel Dhakidae, Dede
Oetomo, Ignas Kleden, Jalaluddin Rakhmat, serta Taufik Abdullah.

Penulisan daftar rujukan yang benar adalah … .


A. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana
di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
B. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. “Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana
di Panggung Orde Baru”. Bandung: Penerbit Mizan.
C. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan
Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung:
Penerbit Mizan.
D. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. “Bahasa dan
Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru”. Bandung:
Penerbit Mizan.
E. Latif, Yudi. (dkk.). 1996. “Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di
Panggung Orde Baru”. Bandung: Penerbit Mizan.

18. Anda akan menulis judul penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah
Anda adalah siswa kesulitan dalam menulis puisi. Dalam PTK
tersebut Anda menemukan pemecahan masalah yakni melalui Teknik
Respon Alam. Penelitian ini Anda lakukan di kelas VIII-B.
Judul penelitian yang benar adalah … .
A. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII
SMP … Tahun Pelajaran 2011-2012 dengan Menggunakan Teknik
Respon Alam.
B. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII
SMP … tahun pelajaran 2011-2012 dengan menggunakan teknik
respon alam.
C. UPAYA PENINGKATAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII
SMP … TAHUN PELAJARAN 2011-2012 DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
D. UPAYA MENINGKATKAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII
SMP … TAHUN PELAJARAN 2011-2012 DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
E. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP …
dengan menggunakan teknik respon alam pada tahun 2012.

19. Cermati penggalan karya ilmiah di bawah ini.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil pengamatan selama


penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan
teknik sumbang saran dilakukan dua kali secara berkelompok, yakni
kelompok kecil dan kelompok besar, dapat melatih siswa untuk
berani berbicara dan dapat menambah rasa percaya diri.

Penggalan karya ilmiah di atas termasuk komponen … .


A. Pendahuluan (latar belakang)
B. Metodologi penelitian dan kajian teori
C. Pembahasan dan analisis
D. Penutup (simpulan)
E. Kata Pengantar

20. Simak paragraf di bawah ini.

………………………………………………………………………………
………… Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3)
alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial, budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia, dan (4) alat penghubung antardaerah dan
antarbudaya. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan, (3) alat penghubung pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional
serta kepentingan pemerintahan, dan (4) alat pengembang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan
pada paragraf di atas adalah … .
A. Salah satu peran yang diemban oleh bahasa Indonesia adalah
sebagai bahasa nasional.
B. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan yang
menghindarkan perpecahan antarsuku.
C. Bahasa Indonesia merupakan wujud nyata semangat persatuan dan
kesatuan bangsa.
D. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tumbuh dari masyarakat
Minangkabau.
E. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara.

21. Simak paragraf di bawah ini.


Penulis karya ilmiah pada umumnya menyadari bahwa karya tulisnya
dibaca oleh orang lain. Karena itu, penulis biasanya berhati-hati
dalam menggunakan ejaan, memilih kata, menyusun kalimat,
merangkai antarkalimat, dan sebagainya. Keberhati-hatian itu
dimaksudkan agar gagasannya dapat dipahami dengan sebaik-
baiknya oleh orang lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa
kesalahan penggunaan bahasa sebagai media pengungkap gagasan
tetap terjadi sekalipun penulis berhati-hati.
…………………………………………………………………………………

Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan


pada paragraf di atas adalah … .
A. Dengan demikian penyuntingan penting dilakukan oleh penerbit
buku tersebut.
B. Hal itu mengisyaratkan bahwa penyuntingan karya tulis ilmiah
penting.
C. Jadi, penulis harus melakukan penyuntingan terhadap karyanya
sebelum orang lain.
D. Sehingga melakukan penyuntingan adalah tahapan terakhir
penulisan karya ilmiah.
E. Penulis karya ilmiah yang baik adalah juga seorang penyunting
yang handal dalam bidangnya.

22. Perhatikan contoh paragraf di bawah ini.


Kata-kata seperti duta, bukit, pesona, taman, hamparan, wisma,
dan sebagainya merupakan kata serapan yang sudah mewarga.
Berbeda dengan kata-kata seperti bulevar, kondominium, mal, estat,
plaza, dan sebagainya merupakan kata-kata yang masih terasa
keasingannya. Memang kosakata dari bahasa daerah dan asing ada
yang sudah lama diserap sehingga sudah bersifat mewarga, tetapi
ada pula yang penyerapannya baru dilakukan. Baik kata yang sudah
mewarga ataupun yang masih terasa keasingannya harus digunakan
dengan cermat makna dan ejaannya.

Paragraf lain yang pola pengembangannya sama terdapat pada … .


A. Namanya Arni. Gadis berwajah tirus ini memiliki rambut lurus. Ia
adalah anak seorang janda dari kampung Pandanaran. Sehari-hari
ia bekerja membantu ibunya berjualan sayuran di pasar. Jarak
antara pasar dengan rumahnya 4 kilometer. Sayur yang dijual
adalah hasil kebun di sebelah rumahnya. Dini hari, bersama
ibunya, ia sudah berada di kebunnya memilih dan memilah sayur
apa saja yang dapat dipanen dan dijual di pasar hari itu.
B. Jarno dikenal sebagai seorang pengusaha sukses yang menyukai
barang-barang antik. Di salah satu sudut rumahnya yang luas
tersimpan lampu, guci, piring, sendok, garpu,gelas, serta teko
kuno. Ada juga beberapa sepeda, jam dinding, pigura yang
semuanya berbau kuno. Di samping itu, ia juga mengumpulkan
uang logam kuno, bahkan beberapa uang logam tersebut dari luar
negeri. Koleksi-koleksi itu ditata sedemikian rupa sehingga
menyerupai sebuah museum kecil.
C. Kendati memiliki gambar air sebagai penanda keaslian uang kertas,
bahan uang kertas bernominal Rp1.000,00 ini terbuat dari kertas
buram. Uang ini juga hanya dicetak dalam satu warna serta tidak
bertekstur sebagaimana uang kertas pada umumnya. Lebih
meragukan lagi, dalam catatan resmi pemerintah, tidak terdapat
daftar bahwa Negara Republik Indonesia pernah menerbitkan
uang bergambar Presiden Soekarno dengan latar penari Srimpi.
D. Novel “pop” diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip objektivitas
terhadap pembaca massal. Penulis berusaha mencari
kecenderungan terbesar selera pembaca. Bahkan, penulis berusaha
menciptakan dan mempengaruhi selera pembaca itu dari tema,
gaya, dan latarnya. Sebagaimana yang dilakukan para pengarang
wanita yang dijuluki sebagai sastrawan “sastrawangi”, tema, gaya,
dan latar yang dikembangkan sudah amat berbeda dengan novel
pop tahun 1980-an. Penekanan yang paling penting dalam novel
pop pada plot ceritanya yang memikat dan memukau. Plot ini
berusaha menenggelamkan kesadaran individu pembaca dan
menyeretnya ke dalam konflik yang diciptakan.
E. Diperlukan kemampuan berbahasa yang lengkap untuk dapat
menjadi seorang penyunting yang handal. Penyunting adalah
profesi yang penuh tantangan karena ia berhadapan dengan teks,
dan teks itu harus dapat menjelaskan sesuatu (yang sama dengan
penulis) kepada pembaca dengan jelas dan tidak ambigu. Pembaca
harus mendapat mengambil simpulan yang sama dengan apa yang
diinginkan oleh penulis buku itu, dan penyunting berada di
antaranya.

23. Simak paragraf di bawah ini.

Jejak-jejak sepatu besar yang sepasang itu diikutinya. Lewat jalan


besar … membelok memasuki jalan setapak yang melintasi padang.
Julian berjalan tersaruk-saruk. Matanya terpaku … jejak sepatu.
Sekonyong-konyong ia berhenti … mendengar suara orang
berbicara. Di sisi kanan jalan itu ada semak yang agak besar. Suara
yang didengarnya datang … arah situ. Julian menghampiri semak
dengan berhati-hati. Sekarang dia bisa mendengar Pak Guru
berbicara sambil berbisik. Julian tidak bisa menagkap kata-katanya
(Serial Lima Sekawan, 2005:177).

Kata penghubung yang tepat untuk untuk melengkapi paragraf di atas


adalah … .
A. lalu, ke, karena, dari
B. dan, pada, ketika, dari
C. lalu, pada, ketika dari
D. dan, pada, karena, pada
E. lalu, karena, karena, dari

24. Penulisan ejaan yang benar kalimat di bawah ini adalah … .


A. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo M.A.
M.Sc. tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
B. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo, MA.,
MSc. tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
C. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo, M.A.,
M.Sc. tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
D. Meskipun pernah menetap lama di inggris, Dr. Ami Sujarwo, MA.,
MSC. tidaklah kehilangan keindonesiaannya.
E. Meskipun pernah menetap lama di Negara inggris, Dr. Ami
sujarwo, M.A M.Sc. tidak kehilangan keindonesiaannya.

25. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kegramatikalan. Kalimat di


bawah ini kurang ciri tersebut. Cermati kalimat di bawah ini.
Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya.

Perbaikan kalimat di atas adalah di bawah ini.


A. Keterampilan ini diperlukan agar supaya dapat membaca buku
secara cepat dan dapat memahaminya.
B. Keterampilan ini diperlukan agar senantiasa dapat membaca buku
secara cepat dan dapat memahaminya.
C. Keterampilan ini diperlukan agar siswa dapat membaca buku
secara cepat dan dapat memahaminya.
D. Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya dengan baik.
E. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya dengan baik.

26. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir sejak lama menjadi sumber
utama kerusakan kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua.
Belakangan, ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir
itu secara per;ahan bisa diredam. Ini semua berkat uapaya Pemda
Merauke yang mulai menyulap titik-titik penambangan menjadi
kolam ikan.

Kalimat pokok paragraf tersebut adalah ...


A. Gerusan abrasi sejak lama menjadi sumber utama kerusakan
kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua.
B. Penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan
kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua.
C. Ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara
per;ahan bisa diredam.
D. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir menjadi sumber utama
kerusakan kawasan pantai Merauke.
E. Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap
titik-titik penambangan menjadi kolam ikan.

27. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai
Rambutan, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir
mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan yang hingga kini
belum terealisasi. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka
telah bertransmigrasi selama 4—7 tahun. Warga berencana memasang
patok sendiri di lahan bermasalah tersebut. Ketiga desa itu adalah
Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri

Kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf adalah ...


A. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai
Rambutan mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan.
B. Penyelesaian masalah lahan hingga kini belum terealisasi padahal
sudah 4—7 tahun.
C. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah
bertransmigrasi selama 4—7 tahun.
D. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan
Desa Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
E. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan
Desa Transmigrasi Swakarsa Mandiri.

28. Desa Cikurai terletak di seberang Sungai Kurai. Desa ini berbatasan
dengan Desa Sindangpacul. Tiap pagi, simponi alam mengiringi
derap langkah anak ke sekolah dan para petani ke sawah. Seakan
tidak mengenal lelah, kicauan burung dan tiupan angin sawah
senantiasa memermaikan desa yang dihuni sebanyak 33 kepala
keluarga.

Ide pokok paragraf tersebut adalah ....


A. Desai Cikurai di seberang sungai
B. simponi alam pagi di Cikuarai
C. keadaan Desa Cikurai
D. tiupan angin di Desa Cikurai
E. kicauan burung di Desa Cikurai

29. “Kutu loncat” acap disematkan pada orang yang suka berpindah-
pindah tempat bekerja. Namun, tak selamanya cap itu berkonotasi
negatif. Selama si karyawan belum menemukan atmosfer yang tepat
untuk berkarier, sah-sah saja ia melakonkan diri sebagai “kutu
loncat”. Namun, jangan samakan “kutu loncat” itu dengan sikap yang
tak loyal pada pekerjaan.

Kalimat yang memiliki makna sesuai dengan isi paragraf tersebut


adalah ...
A. Kutu loncat adalah kutu yang suka meloncat-loncat.
B. “Kutu loncat” identik dengan orang yang suka berpindah tempat
bekerja.
C. “Kutu loncat” tidak selamanya bermakna konotasi.
D. “Kutu loncat” adalah karyawan yang belum menemukan tempat
bekerja.
E. “Kutu loncat” diidentikkan dengan sikap tidak loyal terhadap
pekerjaan.

30. Baca teks berikut dengan cermat!


Impor komoditas/produk hortikultura, seperti buah dan sayur, tidak
bisa lagi dilakukan secara bebas, tetapi harus memperhatikan
produksi dan konsumsi dalam negeri. Komoditas impor juga tidak
bisa disalurkan langsung kepada pengecer atau konsumen. Kebijakan
baru itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag)
Nomor 30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura
yang ditandatangani Menteri Perdagangan Gita Wirjawan pada 7 Mei
dan berlaku pada 15 Juni 2012.

Simpulan isi teks tersebut adalah ....


A. Impor komoditas hortikultura tidak bisa disalurkan langsung
kepada pengecer.
B. Impor komoditas hortikultura buah dan sayur tidak sebebas dulu.
C. Impor komoditas hortikultura diatur dalam Permendag Nomor 30
Tahun 2012.
D. Permendag No. 30 Tahun 2012 ditandatangani Menteri
Perdagangan pada 7 Mei 2012.
E. Permendag No. 30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk
Hortikultura berlaku 15 Juni 2012.

31. Baca penggalan teks berikut dengan cermat!


Hanya berjarak sekitar 150 kilometer dari Jakarta, Desa Kanekes di
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, masih
menyimpan kearifan warga Baduy. Mereka kukuh memegang adat
warisan leluhur. Ketaatan mereka berujung pada terciptanya suatu
komunitas adat yang nyaris tanpa pernah mengenal kekerasan,
pertikaian, ataupun aneka kejahatan yang selama ini jamak terdengar.

Rangkuman yang tepat untuk penggalan teks tersebut adalah ....


A. Desa Kanekes dihuni warga Baduy dan terletak hanya 150 km
dari Jakarta.
B. Desa Kanekes terletak di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak, Banten.
C. Warga Baduy kukuh memegang adat warisan leluhur dan
menyimpan kearifan lokal.
D. Kejahatan di Desa Kanekes nyaris tidak ada terdengar baik
kekerasan, pertikaian, dan kejahatan..
E. Desa Kanekes aman dan damai karena warganya kukuh pada
adat warisan leluhur.

32. Baca paragraf berikut ini dengan cermat!


Kuku-kuku jari Kristina menghitam karena ia baru saja merendam
benang dalam larutan daun tarum dicampur kapur. Di Pasar Geliting,
Desa Sikka, Kabupaten Sikka, Kristina sebenarnya berjualan pisang
dan labu. Namun, seperti perempuan Nusa Tenggara Timur (NTT)
pada umumnya, ia sehari-harinya menenun sarung untuk kebutuhan
sendiri. Dari tangan para penenun seperti itulah dilahirkan kain tenun
nan indah.

Yang bukan merupakan fakta dalam paragraf tersebut adalah ...


A. Kuku-kuku jari Kristina menghitam.
B. Ia baru saja merendam benang dalam larutan daun tarum dan
kapur.
C. Di Pasar Geliting, Kabupaten Sikka, Kristina berjualan pisang dan
labu.
D. Ia sehari-harinya menenun sarung untuk kebutuhan sendiri.
E. Dari tangan para penenun dilahirkan kain tenun nan indah.

33. Baca paragraf berikut ini dengan cermat!


Kaus oblong yang dikenal dengan sebutan “t-shirt” adalah produk
mode yang paling simpel. Ia tanpa kerah, berlengan pendek, dan leher
berpotongan bulat. Pada sepotong oblong, pemakai bisa menitipkan
ekspresi kreatif. Ekspresi kreatif tersebut bisa berupa gambar, kata-
kata, dan sebagainya.

Yang bukan merupakan opini dalam paragraf tersebut adalah ...


A. Kaus oblong dikenal dengan sebutan “t-shirt”.
B. Kaus oblong adalah produk mode yang paling simpel.
C. Ia tanpa kerah, berlengan pendek, dan leher berpotongan bulat.
D. Pada sepotong oblong, pemakai bisa menitipkan ekspresi kreatif.
E. Ekspresi kreatif tersebut bisa berupa gambar, kata-kata, dan
sebagainya.

34. Perhatikan bagan tentang persiapan mendongeng berikut ini!


Persiapan diri: pilih cerita yang baik; pahami isi
cerita tersebut; ajaklah penonton untuk
berinteraksi; gunakan bahasa tubuh dan
ekspresi wajah yang mendukung cerita.
Apa yang diceritakan? Pilihan cerita: cerita
rakyat, fabel, cerita sejarah, atau cerita komik.
Baca cerita yang dipilih beerulang-ulang
sampai paham; buat bagan atau gambar urutan
cerita.

Gunakan properti atau kostum yang mendukung cerita

Bagan 2 Persiapan Mendongeng

Simpulan yang sesuai dengan isi bagan 2 tersebut adalah ...


A. Mendongeng memerlukan properti dan kostum dan sumber
dongeng yang menarik.
B. Sebelum mendongeng, pilih cerita yang menarik dari berbagai
sumber dan gunakan properti atau kostum.
C. Baca dongeng terpilih sampai paham isi dongeng tersebut dan
gunakan properti atau kostum.
D. Pilih dan pahami isi cerita; ajaklah penonton berinteraksi; gunakan
bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
E. Untuk mendongeng, persiapkan diri; pilih dan pahami dongeng;
gunakan properti atau kostum.

35. Baca secara cermat tabel berikut ini!

Tabel 3 Buah dan Manfaatnya

Jenis Manfaat
Buah
Mangga • Meningkatkan memori dan menjaga sel-sel kulit
• Menyehatkan ibu hamil karena sarat dengan zat besi
• Membantu meringankan masalah gangguan
pencernaan
• Membersihkan pori-pori yang tersumbat yang
memicu jerawat

Jambu • Mengandung beta carotene sebagai antioksidan


biji • Mengandung vitamin C untuk mencegah sariawan,
gusi bengkak, gusi berdarah, dan membantu
penyembuhan luka
• Membantu mengurangi resiko terkenan penyakit
jantung
• Membantu menjaga kesehatan kulit karena
kandungan vitamin E

Simpulan yang sesuai dengan isi tabel tersebut adalah ...


A. Buah sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.
B. Aneka buah mengandung vitamin dan mineral.
C. Mangga dan jambu biji bermanfaat bagi kesehatan manusia.
D. Vitamin yang terdapat di dalam mangga dan jambu biji.
E. Manfaat buah sesuai dengan jenis buah tersebut.

36. Simak penggalan teks di bawah ini.


“Untung sudah sampai rumah.” Seruku, “Elly lapar.”
“Manis betul, kamu El, mau buru-buru pulang sebelum pesta
ulang tahun selesai, “sambut ibu ketika Elly pulang.
“Kan, pesan Mama jangan larut-larut pulang. Lalu papa
menjemput. Kasihan Papa kalau harus menunggu lama. Papa
capek ya, Pap?” aku merajuk.
“Mandi dulu, Pap! Air hangat sudah tersedia, “ kata ibu.
“Ya rasanya kotor benar badanku.”
Beberapa menit kemudian kami sudah berada di meja makan untuk
makan bersama.
“Lihat, Mah, anakmu!” kata ayah ketika kami sedang makan.
“Tadi, katanya tidak enak badan. Tapi, lihat lahapnya! Seperti kelaparan
dua hari saja.”
“Tadi siang Elly pusing, jadi aku makan hanya sedikit. Di rumah Wiwin
hanya makan lemper. Sekarang betul-betul lapar.”

Cara bercerita atas bagian yang tercetak miring yang tepat ialah.....
A. Dilantunkan dengan suara yang berbeda dan gerakan yang
berbeda pula.
B. Dilakukan dengan suara sama.
C. Dilakukan dengan gerakan duduk di atas kursi.
D. Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh ayah.
E. Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh Elly.

37. Simak puisi di bawah ini.


KARANGAN BUNGA
(Taufiq I small)

Tiga anak kecil.


Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak siang tadi."

Ragam pembacaan bait yang bercetak miring pada puisi di atas yang
tepat ialah ...
A. lafal jelas, intonasi pelan, dan ekspresi berduka
B. lafal kabur, intonasi pelan, dan ekspresi gembira
C. lafal menggumam, intonasi keras, dan ekspresi berduka
D. lafal jelas, intonasi keras, dan ekspresi senang
E. lafal mendesis, intonasi keras, dan ekspresi berduka

38. Simak penggalan teks drama di bawah ini.


Koswarah: Sejak aku pulang tadi malam tak sedikit pun engkau
gembira tampaknya.
Rini: Engkau dan aku tentu saja berbeda.
Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam sorga
kesenangan berjalan-jalan di bawah rembulan.
Koswarah: Sejak Nona Zahra di sini tak habis-habisnya engkau
menyindir aku.
Rini: Katakan saja ‘’pucuk di cinta ulam tiba’’ (tertawa sejenak).
Tidakkah engkau gembira bertemu lagi dengan Nona
yang manis itu? Dan sekali ini tidak disertai pula. Tentu
banyak yang kau curahkan kepadanya.
Koswarah: Kepalanku perempuan ada berapa orang dulu. Tidak
pernah engkau cemburu seberat itu.
Rini: Sikapmu pada yang lain itu berbeda.

Ekspresi dan lakuan Rini yang dapat dilakukan dalam adegan


penggalan drama tersebut adalah....
A. Tidak gembira sambil berjalan mondar mandir
B. Suka menyindir sambil memandang rendah koswara
C. Pencemburu sambil memalingkan muka
D. Mengejek sambil mengepalkan tangan
E. Marah sambil mengepalkan tangan
39. Simak teks puisi di bawah ini.

Gadis Peminta-minta
Toto Sudarto Bachtiar
………………………………………
Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral


Melintas-lintasi di atas air kotor
Tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa memagi dukaku

Pesan kutipan puisi tersebut adalah . . .


A. Hiasilah kehidupan ini dengan menara katedral
B. Hidup pengemis penuh liku-liku
C. Jangan iri terhadap kehidupan orang lain
D. Sudah selayaknya kita bermimpi
E. Pengemis itu perlu dikasihani

40. Perhatikan teks puisi di bawah ini.

Air Mata di Bibir Sunyi (Anjani)

Ku berkisah tentangmu, Anjani


Tentang kuncup yang mekar
Namun membuat semua bungkam
Dalam persandingan antara
Hidup dan sebuah sandiwara
Ataukah
Sandiwara itu tetap kekal olehmu
Ini kisah menghapus air matamu, Anjani

Tema puisi di atas ialah….


A. Perjuangan perempuan
B. kepalsuan hidup
C. kehidupan Anjani
D. percintaan
E. kasih sayang

41. Perhatikan pantun berikut ini!


(1) Jalan-jalan ke pasar lempuyang,
(2) ......................
(3) Jika ingin selalu disayang,
(4) ......................

Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut adalah...


A. (2)Jangan lupa bawa keranjang.
(4) Rajin mengaji dan sembahyang.
B. (2) Membeli kain barang sehelai.
(4) Shalat mengaji janganlah lalai.
C. (2) Jangan lupa membeli nanas.
(4) Shalat mengaji janganlah lalai.
D. (2) Jangan lupa bawa keranjang
(4) Shalat mengaji janganlah lalai
E. (2) Siapa sangka dia menyerang
(4) Shalat mengaji selalu lupa

42. Simak puisi di bawah ini.

Tanah Kelahiran 1
Ramadhan K.H.
Seruling di pasir tipis, merdu
antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang – Tangkubanprahu.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
kenakan kebaya ke pewayangan.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.

Makna kata lambang jamrut dalam puisi tersebut adalah ....


A. buah-buahan
B. embun pagi
C. keindahan
D. permata
E. perhiasan

43. Simak penggalan teks puisi di bawah ini.


…………………..
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asma-Mu
Bertahan di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisan-Mu
Taufiq Ismail
Makna kutipan puisi di atas ialah ....
A. permohonan untuk memakai namanya
B. permohonan ampun kepada Tuhan
C. kemudahan dalam menyebut nama Tuhan
D. kemudahan dalam menerima seseorang
E. kerelaan untuk menerima yang bersalah

44. Cermati teks puisi di bawah ini.

Dalam Kereta
Chairil Anwar
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo ... makin dekat saja
Menangkap senja
Menguak purnama
....
Menjengking kereta. Menjengking jiwa
Sayatan terus ke data

Larik bermajas personifikasi yang tepat untuk melengkapi puisi


tersebut adalah ...
A. Cahaya menyayat mulut dan mata
B. Engkau menahan rasa sakit
C. Tak kuasa diri menahan tangis
D. Sesak napas karena debu
E. Menatap wajahmu yang cantik

45. Simak penggalan teks puisi di bawah ini.

Gadis Peminta-minta
Toto S. Bachtiar
………………………………………………..
Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral


Melintas-lintasi di atas air kotor
Tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Citraan bait kedua kutipan puisi tersebut adalah . . . .


A. Pendengaran
B. Penciuman
C. Pengelihatan
D. Perasaan
E. Perabaan

46. Cermati penggalan cerpen di bawah ini.


Sebagai artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku.
Tapi ada seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar
sekarang ini. Tidak. Ia tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku
habis-habisan. Ini ia tunjukkan tidak hanya dengan hampir selalu hadir
dalam even-even di mana aku tampil; ia juga setia menungguiku shoting
film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila
berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya
untuk menyatakan kangen. Di antara mereka yang mengagumiku, lelaki
yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang
sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek kata,
akhirnya aku takluk di hadapan kegigihannya dan kesabarannya. Aku
berhasil dipersuntingnya. Tidak perlu aku ceritakan betapa meriah pesta
perkawinan kami ketika itu. Pers memberitakannya setiap hari hampir
dua minggu penuh. Tentu saja yang paling bahagia adalah kedua orang
tuaku yang memang sejak lama menghendaki aku segera mengakhiri
masa lajangku yang menurut mereka mengkhawatirkan.
“Sang Primadona” karya A. Mustofa Bisri

Tema kutipan cerpen tersebut adalah ....


A. Perempuan harus segera menikah bila usia sudah cukup dewasa
B. Artis cantik menjadi idola masyarakat.
C. Bila kita sudah terkenal hendaknya bisa menjaga jarak dengan
orang lain.
D. Kegigihan dan kesabaran modal dasar keberhasilan.
E. Janganlah sombong ketika kita mengalami kejayaan.

47. Cermati teks di bawah ini.


“Nama anda siapa tadi?” tanya Bidan.
“Bu Sally.”
“Nama kepanjangannya!” ulang Bidan.
Perempuan itu sekali lagi menghindari pandangan Bu
Bidan,menjawab lirih.
“Saliyem.”
“Oooo Allaaaah!” hanya itu diucapkan Bu Bidan.
“Dicarinya lagi kartunya! Namanya Saliyem!”
“Siapa nama suaminya?”
Dan sebelum pasien itu memberi jawaban, pembantu
perawat menambahkan.
“Nama lengkap! Nama aslinya.”
Bu Bidan merasa perlu menjelasksan lebih terang.
Nama desa,nama yang dibawa dari desa!
“Samijo,” suara pasien itu tetap perlahan.
“Sekarang siapa namanya? Nama kota?” Bu bidan bertanya.
Tanpa mengenali nada ejekan atau sindiran dari bu bidan,
perempuan yang berbaring di tempat pemeriksaan menyahut Pak
sammi.
“Mengapa mulutnya begitu rapat? Apa ibu tahu caranya
menulis? Dengan huruf em dua atau bagaimana?” Bidan itu
mendesak lagi.
“Saya tidak bisa menulis, bu tapi katanya memang pakai
huruf em dua.”
Bidan dan pembantu perawat saling memandang, masing-
masing mengulum senyum.
“Kalau begitu, sally itu el-nya juga dua?” Tanya perawat.
“Ya, Bu,” katanya begitu.
“Katanya,… katanya,... siapa to itu yang mengatakan
begitu?”
“Ya, anak-anak sekolah orang-orang pandai yang datang ke
warung saya, Bu.”
……………………………………………………………………………

Watak tokoh Bu Sally yang tergambar dalam penggalan cerpen di


atas adalah . . . .
A. lugu
B. lucu
C. bodoh
D. penurut
E. penyabar

48. Simak teks di bawah ini.

Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya
dan Con brenschutter. Kami bersepuluh sedang memandang
daerah partoli “ Tiger Brigade” dengan seksama dari puncak bukit
“panic”, pos kami terdepan yang kami namai begitu karena
rupanya dari jauh seperti panic terbalik. Con berjongkok di
samping kakaknya yang sedang meneropong semak-semak dari
kampong-kampung di bawah kami dengan teliti. Mereka sama
tinggi, hampir sama raut mukanya dan sama muda : 17 tahun
Jon melambai dan aku mendekat.
“Aku turun ke kampong di bawah itu.”
“Kenapa ndak semua?”
“Kalian jalannya berat seperti gajah dan mulut kalian
cerewet seperti bebek. Nggak, semua tinggal di sini, kamu ambil
pinjaman.”
………………………………………………………………………………
………………………………….
Latar tempat cerpen di atas adalah . . .
A. Daerah patroli
B. Puncak bukit
C. Kampung
D. Semak-semak belukar
E. Perbukitan

49. Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat!

Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio,


kami memulai percakapan penting itu. Kami tahu saatnya telah
tiba. Kami tidak bisa berbohong lagi, kalau tidak mau gila. Sudah
terlalu lama kejadiannya kami biarkan berlangsung. Menggila dan
memperbudak kami. Dengan kata-kata yang sederhana semuanya
harus diselesaikan.
“Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti
perubahan, perubahan pada diri kita?” tanyanya padaku.
“Aku mengerti dan aku sudah siap.”
“Seandainya kelak ada yang engkau sesalkan, apa yang akan
kau lakukan?”
“Aku tak akan menyesal, sayang. Walaupun yang kau
lepaskan ini bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh
para seniman, kaum cendikiawan, kaum muda dan …”
(Telegram, Putu Wijaya).

Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel tersebut adalah


sudut pandang .…
A. orang pertama sebagai pelaku utama
B. orang pertama sebagai pelaku sampingan
C. orang ketiga sebagai pelaku sampingan
D. orang ketiga sebagai pelaku utama
E. pengarang serba tahu

50. Simak kutipan di bawah ini.


Percakapan itu lancar, mengiringi gerak dan sentuhan bidan
yang pasti dan ahli memeriksa payudara pasien. Pernafasan, mata
tenggorokan. Kemudian mencuci tangan, mengenakan pelindung
dari akret.
“Anaknya berapa, Bu?”
“Lima”
“Wah, sudah banyak! Mengikuti ka-be atau tidak?”
Pasien itu tidak segera menyahut. Lalu berkata sambil
membuang pandang
“Suami saya tidak mau”
“Euh!” bidan mengeluarkan bunyi sesalan. “Ya, dia sih enak
saja! Ibu yang cape!”
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan
itu memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu
pengenalan. Ya, benar! Pasien itu sudah pernah diperiksanya.
Entah berapa kali. Barangkali setiap beranak!

Alur dalam penggalan cerita di atas adalah . . .


A. maju
B. mandur
C. flashback
D. maju-mundur
E. melompat

51. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan seksama!

Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin


sekali memberi hadiah untuk Tommy, tetapi ia tidak enak hati
meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu hanya diam ketika ia
menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy kemarin. Saat
itu, ibu sedang duduk-duduk di beranda sambil memandangi
matahari yang mulai tenggelam. Diamnya ibu, pertanda ibu belum
punya uang untuk membeli hadiah. Andi sadar, sejak ayahnya
meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus
hidup hemat.
”Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy
temanku?” gumam Andi seraya bangkit dari tempat tidur
pembaringan. Ia beranjak menuju meja belajarnya. Dimatikannya
lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia
mengambil secarik kertas, pensil, dan spidol warna-warni.
Tangannya mulai mencorat-coret. Kini, ada senyum menghiasi
bibirnya, “Besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Tommy.”

Pesan yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut, adalah.....


A. Kita harus menyesuaikan diri dimana pun berada
B. Pikir dulu sebelum bertindak, sesal kemudian tidak berguna
C. Tidak ada kata terlambat untuk memaafkan
D. Kita harus menghormati ibu yang telah melahirkan
E. Bersabarlah dengan siapapun!

52. Bacalah kutipan naskah drama berikut dengan saksama!

Pak Darmo membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan
memahaminya. Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi. Tiba-tiba bapak
kepala sekolah datang dan masuk kedalam kelas.
Kepala Sekolah : “Permisi Pak Darmo... Saya minta waktu sebentar.”
Pak Darmo : “Silahkan bapak kepala sekolah !!! Memang jam mengajar
saya juga sudah habis.”
Kepala Sekolah : “Anak-anak maaf bapak mengganggu kalian belajar.
Sebentar, bapak ke sini mau memanggil anak yang
bernama Lili. Yang bernama Lili acungkan tangan.”
Lili : (Mengancungkan Tangan) “SAYA PAK !”
Kepala Sekolah : “Ikut keruang bapak sebentar ada yang bapak mau
bicarakan !”
Lili : “Baik Pak.”
Sampainya diruang Bapak Kepala Sekolah, Lili duduk tegang di handapan bapak
kepala sekolah.
Lili : “Ada apa ya pak sampai saya dipanggil ke ruang bapak ?”
Kepala Sekolah : “Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan
?”
Lili : “Iya pak memang saya belum membayar uang SPP selama
3 bulan.”
Kepala Sekolah : “Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa
sebenarnya kamu di kasih uangnya sama orang tua kamu
cuma pakai ?”
Lili : “Tidak pak memang saya belum dikasih uangnnya sama
orang tua saya karna orang tua saya belum punya uang.”
Kepala Sekolah : “Ya sudah, kalau begitu.... bapak sarankan kekamu
secepatnya kamu lunasi karena sebentar lagi kamu akan
UAN.
Lili : “Baik pak. Secepatnya saya akan melunasinya.”
Kepala Sekolah : “Iya... Kembalilah kekelasmu!”
Lili : “Terima kasih pak. Permisi !”

(http://www.cokociki.com)
Alur yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. flashback.
B. melompat.
C. mundur
D. maju.
E. Maju-mundur.

53. Simak penggalan dialog di bawah ini.

Heru : Kegiatan dan aktivitasmu telah menodai makna reformasi,


tahu? Dengan berbendera perjuangan rakyat, atas nama
kepentingan kaum buruh, tetapi di dasar jiwamu kau
berkhianat.
Kosim :Ya, tuduhanmu memang benar. Sekarang sudah saatnya
aku menyerah. Hukumlah aku!

Penggalan naskah drama di atas mengandung pesan bahwa....


A. Hendaknya kita mengakui kesalahan secara jujur apa pun
akibatnya yang akan dialami dari kejujuran itu.
B. Reformasi banyak dinodai oleh para pengkhianat bangsa.
C. Orang yang berkhianat harus dihukum sesuai dengan kesalahan
yang dilakukannya.
D. Para aktivis reformasi tidak boleh mengatasnamakan rakyat kalau
memang ia tidak tulus dalam perjuangannya.
E. Pahlawan reformasi adalah pejuang yang gigih membela
perjuangan rakyat.

54. Simak penggalan teks drama di bawah ini.

Kardi : “Lho, sabar-sabar, sabaar!”


Anton : “Ayo, kau mesti ralat pernyataan itu!”
Kardi : “Begini, Ton, maksudku agar kau ....”
Anton : “Tidak, aku tidak butuh perlindunganmu. Aku mesti
digantung, bukan kau!”
Kardi : “Begini, Ton maksudku, bahwa aku telah ....”
Anton : “Sudah! Aku tahu, kau berlagak pahlawan agar orang-
orang menaruh perhatian kepadamu sehingga dengan
demikian kau ....”
Rini : “Anton, sabaaaar. Kau mau bunuh diri apa bagaimana?”
Anton : (membisu)
Kardi : (membisu)
Rini : (membisu)

Tema yang terdapat dalam penggalan drama di atas adalah ....


A. pengendalian kesabaran Anton
B. pencabutan pernyataan Rini dan Kardi
C. pertentangan tentang gawatnya masalah
D. kecemburuan atas sikap kepahlawanan seseorang
E. ketidakpuasan atas kerja yang dilakukan

55. Simak teks di bawah ini.

Harsono : (marah)Apa maksudmu membela kuli itu, dan


menyalahkan aku?
Citra : Bukankah dia sudah meminta maaf?
Harsono : Orang seperti itu musti dihajar, supaya menggunakan
matanya. Lihat bajuku kotor karena tali tadi.
Citra : (duduk kembali) Ah baju mas bisa dicuci lagi kapan saja!
(Citra: Usmar Ismail)

Latar penggalan drama di atas adalah....


A. di beranda rumah.
B. di sebuah rumah makan.
C. di kantor sebuah pabrik.
D. di kantor gubernur.
E. di jalan raya.

56. Perhatikan teks pantun di bawah ini.

Ayam kinantan terbang mengekas


hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat bunda pulang lekas
hatiku besar bukan kepalang

Pantun yang sejenis dengan pantun di atas terdapat pada … .


A. Suji-suji daun delima
disuji anak Sutan Bantan
Kalau sudi minta terima
diharap jangan lupakan tuan

B. Gelang emas di atas peti


ambil lampu padam pelita
Alangkah puas rasanya hati
jika dapat bertentangan mata

C. Hanyut batang berlilit kumpai


terdampat di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kami semua berbesar hati
D. Dari Gresik ke Surabaya
Kapal siapa layarkan saya
Sudahlah nasib apakan daya
Pada siapa saya sesalkan

E. Rusa banyak di dalam rimba


kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
segeralah kita minta ampun

57. Simak sampiran pantun di bawah ini.

Dari Jepang ke bandar Cina


Singgah berlabuh di Singapura
……………………………………………
……………………………………………
Berdasarkan sampiran di atas, isi yang tepat untuk melengkapi pantun
di atas adalah … .
A. Bunga yang kembang siapa punya
kami ingin memetiknya
B. Bunga itu kalau dipersunting
badan dan nyawa menanggungkan
C. Payahlah mata memandang bulan
bulan pabila akan jatuhnya?
D. Tuan sepantun langit tinggi
bolehkah berlindung di bawahnya?
E. Dari mata turun ke kata
Singgah kemudian dalam hati

58. Simak sampiran pantun di bawah ini.

Tanam lada di pohon temu


ambil benang di atas peti
……………………………………….
……………………………………….
Isi yang tepat dengan mempertimbangkan rima untuk melengkapi pantun
di atas adalah … .
A. Masa pabila kita bertemu
siang malam saya pikirkan
B. Kapan kita kan bertemu
untuk jaga cita kita
C. Jelang hari yang berlalu
dalam petang tak terlihat
D. Kalau sudah kita bertemu
rasanya senang dalam hati
E. Siapa bilang ia tak cantik
Wajahnya adalah rembulan seri

59. Cermati kalimat-kalimat yang disusun secara acak di bawah ini.


(1) Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang
Batak.
(2) Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor
anjing.
(3) Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor
kucing.
(4) Si orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang
polisi.
(5) Dan si polisi lari terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.
(6) Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya
lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil.

Susunan paragraf yang baik adalah ….


A. 6, 2, 3, 4, 5, 1
B. 6, 5, 4, 3, 2, 1
C. 6, 3, 2, 1, 4, 5
D. 6, 3, 2, 4, 1, 5
E. 6, 1, 5, 2, 3, 4

60. Cermati penggalan teks di bawah ini.

Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di


depan pintu gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk setempat.
Mereka memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus
mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan
mendapat harta, dan jika kalah akan dijadikan budak. Namun jika tidak
berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.

Kata yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang dirumpangkan


di atas adalah … .
A. kampung, gerbang kota, kampung, kampung
B. desa, gerbang desa, desa, desa
C. wilayah, gapura, wilayah, desa
D. wilayah, depan wilayah, wilayah, wilayah
E. kampung, gerbang desa, kampung, desa
61. Simak penggalan dongeng di bawah ini.

Pada suatu hari terdengar berita bahwa Raja Puan


menyelenggarakan sayembara. Siapa dapat membelah batu
besar yang menghadang arus air bendungan, akan mendapat
hadiah istimewa. Hadiahnya adalah puteri raja, Dewi Nawang
Wulan namanya. Dijelaskan pula, arus Sungai Sawur di
bendungan harus dialirkan ke alun-alun untuk mengairi pohon
pisang yang bertunas kain batik agar pohon itu tidak tidak
kering pada musim kemarau.
Mendengar sayembara itu, … memohon kepada Mbok
Rondho agar dia didaftarkan sebagai peserta. Dengan berat hati,
Mbok Rondho memenuhi permintaan … .

Tokoh yang tepat untuk melengkapi bagian dongeng yang dirumpangkan


adalah …
A. Joko Tole
B. Joko Waras
C. Joko Bodo
D. Joko Seger
E. Joko Budug

62. Simak larik-larik puisi yang disusun secara acak di bawah ini.

(1) kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu


(2) ladang bumimu, kupanjatkan syukur dan
(3) atas padi yang engkau tumbuhkan dari sawah
(4) sendiri berterima kasih kepadamu dan bersukaria

Susunan yang logis atas larik-larik puisi di atas adalah … .


A. 1, 2, 3, 4
B. 4, 3, 2, 1
C. 3, 2, 1, 4
D. 1, 4, 3, 2
E. 3, 1, 4, 2

63. Perhatikan rima yang terdapat pada kutipan puisi di bawah ini.

dedikasi, oh, dedikasi


di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi

baju dril si guru karni


dikayuhnya sepeda jengki
nafasnya bagimu negri

dedikasi, oh, dedikasi


rumahnya beratap …
radio transistor pengganti …
di senthong anaknya …

Kata yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang adalah .. .


A. jerami, tivi, bernyanyi
B. genting, tivi, mati
C. tanah, hiburan, gembira
D. tembaga, mata, bahagia
E. jerami, gembira, bersuara

64. Simak penggalan teks drama di bawah ini.

Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu)
Inu! Kauapakan mereka?
Inu: Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!
Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
Inu: Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)
Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu
menangis duka. Di mana perasaanmu, Inu?
Inu: …………………………………………………………………….
Jati: …………………………………………………………………….
Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata
menderita!
Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang
sesungguhnya, Inu!

Dialog yang tepat untuk melnegkapi bagian yang dirumpangkan adalah


... .
A. Inu : Jati, apakah setiap tangis itu duka?
Jati : Tetapi mereka jelas tampak menderita!
B. Inu : Perasaanku biasa-biasa saja.
Jati : Kamu memang tidak punya perasaan.
C. Inu : Karena aku ingin tertawa.
Jati : Kamu hanya ingin menertawakan orang menangis?
D. Inu : Ya nggak di mana mana?
Jati : Aku serius, Inu. Kamu tega!
E. Inu : Perasaan ada dalam hati, dong.
Jati : Siapa yang tidak tahu?

65. Simak teks drama di bawah ini.


Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa.
Terdengar suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara
adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I : Apa? Suara orang edan?
Copet I : Adzan, goblok!
Copet I : Apa? (……………………)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I : Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan
sembahyang. Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar
istilah itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I : Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu
sering kudengar. Waktu aku masih di asrama.
……………………………………………………………………………
(Kecuk Ismadi CR)
Lakuan yang tepat untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan
adalah … .
A. Mendongakkan kepala
B. Mengeleng-gelengkan kepala
C. Memiling-milingkan kepala
D. Mengangguk-anggukkan kepala
E. Menundukkan kepala

66. Simak kalimat-kalimat sebuah cerpen yang susunan diacak di bawah


ini.
(1) Tohir tampaknya tahu itu.
(2) Somad menoleh, lalu menerima gergaji.
(3) Wajahnya kusut, sedang memendam perasaan tertentu.
(4)Tohir memperhatikan Somad yang menggergaji kayu melintang
di salah satu dinding depan rumah petaknya.
(5) Tak ada keceriaan sama sekali.
(6) Wajah Somad lebih banyak ditekuk.
Susunan yang logis adalah … .
A. 1, 2, 3, 4, 5, 6
B. 2, 4, 6, 5, 3, 1
C. 2, 1, 4, 3, 6, 5
D. 1, 2, 5, 6, 3, 4
E. 6, 5, 4, 3, 2, 1

67. Simak penggalan cerpen di bawah ini.


Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang
didongkolkan Somad sore itu. Sesekali terdengar ia sedang
berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Tangan
kanannya memegang beberapa lembar kardus yang masih tampak
baru dan beberapa lembar tripleks bekas, sementara tangan kirinya
memegang tas. Ia berjalan menuju ke salah satu rumah petak di
………….. Ia melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-
paku pada kardus.

Latar yang tepat untuk melengkapi bagian teks yang dirumpangkan


adalah … .
A. kampung miskin
B. desa kecil
C. pinggir trotoar
D. dekat danau
E. tepi kali

68. Simak penggalan cerpen di bawah ini.


Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan
wajah gelisah.
“Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.”
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya
memberengut, sambil melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang
tidak bisa berbicara tentang cinta kurang dari 15 menit. Namun, sungguh
terlalu kalau wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30
menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan ke telepon umum
itu, sambil sengaja mengecrek-ngecrekkan koin di tangannya.
“Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?”
( “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta” karya Seno Gumira Ajidarma)

Karakter tokoh yang dibangun oleh penulis adalah … .


A. wanita yang gelisah dan kurang sabar
B. wanita yang sabar dan dapat mengerti orang lain
C. wanita muda yang cantik dan bijaksana
D. wanita yang selalu gelisah dan takut
E. wanita yang berani dan sangat tangguh

69. Bacalah dengan saksama isi kutipan novel berikut !

Matias dibawa dari hutan rimba Irian Jaya oleh seorang parasutis
yang jatuh tergantung di sebuah pohon yang tinggi. Dengan susah payah,
ia menyelamatkan diri. Ketika badannya sudah segar, ia pun berjalan kaki
mencari kawan-kawannya. Sebelum menemukan kawan-kawannya, ia
menemukan Matias, seorang laki-laki Irian Jaya yang sedang menderita
sakit. Matias ia obati sekadarnya dan syukurlah Matias sembuh. Celakanya
ia tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi Matias merupakan guide yang
sangat bisa dipercaya yang menyelamatkan parasutis itu dari marabahaya
dan menyebabkan ia dapat kembali dengan selamat ke Jakarta.
(Matias Akankari, Gerson Poyk)

Kalimat kritik sastra yang tepat dari penggalan cerita novel di atas
adalah…
A. Kata sapaan yang digunakan yakni ia sangat tepat dalam menjelaskan
tokoh-tokohnya. Istilah parasutis tidak tepat penggunaanya dalam
kalimat cerita dibangun di atas.
B. Jelasnya peran tokoh Matias dalam cerita tersebut sebagai guide yang
sangat bisa dipercaya. Hal itu membuat Matias memiliki posisi penting
dalam cerita yang dibangun dan disajikan.
C. Tokoh Matias sebagai orang pedalaman tahu betul cara meloloskan diri
dari hutan dan bisa mengantar sampai Jakarta. Ia memiliki kelebihan
untuk dapat melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi.
D. Tokoh Matias sangat tidak jelas. Ini adalah contoh karakter yang konyol
dalam sebuah cerita. Seharusnya penulis mempertimbangkan hal itu
agar ceritanya menjadi masuk akal dan baik.
E. Kurangnya penjelasan yang akurat dari peran tokoh Matias dalam
menyelamatkan parasutis dari marabahaya sehingga terkesan justru
parasutislah yang menyelamatkan Matias.

70. Bacalah dengan saksama isi kutipan cerpen berikut !

“Bagaimana Saudara-saudara?! Apakah kita siap memasuki


rumah rakyat ini?!” (1)
“Siaa..aap!! Pandangan Sandy beralih ke barisan polisi yang
setia mengawasi semua tingkah polah kami (2). Dengan sopan,
Sandy mengarahkan megaphone kea rah deretan bapak-bapak yang
berseragam coklat (3).
“Bagaimana, Bapak-bapak polisi? Apakah kami diizinkan
masuk ke gedung ini?” Tak ada jawaban (4). Hanya tatap mata
mereka yang tajam dari balik helm hitam mereka (5).
(“Bendera Setengah Tiang” karya Retno Wi)

Kalimat kritik yang santun atas peristiwa yang tidak masuk akal dalam
kutipan cerpen di atas adalah…
A. Kalimat pada nomor lima kurang logis dalam menggambarkan
tatapan para polisi.
B. Kalimat nomor satu yang dimaksud rumah rakyat tidak jelas
pengertiannya serta membingungkan.
C. Kesopanan Sandy dalam memberikan Megaphone tidak mewakili
semangat demonstrasi
D. Seharusnya pada nomor satu kata-kata Saudara-saudara diganti
Teman-teman seperjuangan.
E. Kalimat nomor empat sangat tidak jelas, dan hal itu memunculkan
keurangjelasan cerita yang dibangun.

Untuk mengerjakan soal no 71—74, bacalah KD 9.1!


KD 9.1 : Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang
tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara
71. Indikator yang tepat untuk KD tersebut adalah…
A. (1) Mampu menangkap pemikiran, pendapat, dan gagasan
yang dikemukakan narasumber; (2) Mampu menuliskan
pemikiran yang diperoleh dari narasumber ke dalam beberapa
kalimat singkat; (3) Mampu menyimpulkan pemikiran, pen-
dapat, dan gagasan narasumber.

B. (1) Mampu mendata pemikiran, pendapat, dan gagasan yang


dike-mukakan Narasumber; (2) Mampu menuliskan informasi
yang diperoleh dari wawancara yang didengarkan ke dalam
beberapa kalimat singkat; (3) Mampu menyimpulkan pemikiran,
pendapat, dan gagasan narasumber.

C. (1) Mampu menyimpulkan pendapat dan gagasan yang


dikemukakan narasumber; (2) Mampu menuliskan informasi
yang diperoleh dari wawancara yang didengarkan ke dalam
beberapa kalimat singkat.

D. (1) Mampu mendata beberapa pemikiran, pendapat, dan gagas-


an yang dikemukakan Narasumber: (2) Mampu menuliskan
informasi yang diperoleh dari wawancara yang didengarkan ke
dalam beberapa kalimat singkat.

E. (1) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh dari


wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat
singkat; (2) Mampu menyimpulkan pemikiran, pendapat, dan
gagasan narasumber.
72. Rancangan materi pembelajaran yang tepat untuk KD tersebut adalah
….
A. penyimpulan pikiran dalam wawancara
B. penyimpulan pendapat dalam wawancara
C. penyimpulan gagasan dalam wawancara.
D. pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wawancara
E. penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wa-
wancara.

73. KD: Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang


tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara.
Rancangan pembelajaran:
1) Mendengarkan wawancara narasumber atau rekaman
wawancara.
2) Mendata pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan
narasumber.
3) Mendiskusikan ketepatan data pikiran, pendapat, gagasan yang
dikemukakan narasumber.
4) Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang
tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara.

Media yang tepat untuk KD dan rancangan pembelajaran tersebut


adalah ….
A. foto narasumber dalam diskusi kelompok
B. profil para narasumber berdebat
C. rekaman suasana dialog santai antartokoh
D. rekaman audiovisual suasana wawancara
E. pamflet acara seminar tingkat nasional

74. Jenis evaluasi pembelajaran untuk KD tersebut adalah ….


A. tes tulis
B. portofolio
C. projek
D. produk
E. sikap

75. KD: 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan
ekspresi yang tepat.
Situasi penilaian : Penilaian dilakukan dengan uji petik kinerja.
Beberasa siswa bergantian bercerita
pengalamannya yang berkesan; siswa lain
mengamati, mencermati pilihan kata dan ekspresi
bercerita temannya yang sedang bercerita untuk
mengambil inspirasi dari cara bercerita kawan
tersebut. Siswa yang tidak bercerita tidak
memberikan penilaian atas cara bercerita
temannya. Penilaian diberikan oleh guru dengan
memperhatikan pilihan kata dan ekspresi cara
berceritanya.
Rumusan instruksi yang TIDAK sesuai dengan prinsip
pembelajaran BI yang mendidik untuk KD dan situasi penilaian
tersebut adalah ….
A. Identifikasikan pengalaman berolahraga kalian yang
mengesankan yang pernah kalian alami sendiri maupun
bersama teman menjadi sub-subtopik.
B. Pilih salah satu subtopik dengan cara menulis ulang subtopik
tersebut. Beri alasan mengapa kalian memilih subtopik tersebut!
C. Selanjutnya kembangkan sub-subtopik tersebut menjadi
kerangka cerita.
D. Selanjutnya, ceritakan secara lisan pengalaman tersebut
dengan menggunakan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.
E. Sebutkan dan jelaskan aspek apa saja yang perlu dinilai dalam
mengomentari seseorang yang sedang bercerita tentang
pengalaman berolahraga.

Untuk mengerjakan soal no 76—78, bacalah KD 10.1!


KD : 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan
pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan

76. Materi yang sesuai dengan KD tersebut adalah .…


A. penyampaian pendapat dalam diskusi
B. penyampaian persetujuan
C. etika sanggahan
D. cara santun menolak pendapat.
E. persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat.

77. KD: 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan


pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
Metode: Pembelajaran Kontestual (CTL)
Langkah pembelajaran:
(1) Mendengarkan model diskusi, kemudian membahas
mekanisme berdiskusi yang baik.
(2) Mendiskusikan etika menyampaikan persetujuan, sanggahan,
dan penolakan pendapat dalam diskusi.
(3) Praktik menyampaikan persetujuan dalam diskusi.
(4) Praktik menyampaikan sanggahan dalam diskusi disertai
dengan bukti atau alasan.
(5) Praktik menyampaikan penolakan pendapat dalam diskusi
disertai dengan bukti atau alasan.
Perbaikan terhadap langkah pembelajaran agar lebih sesuai dengan
KD dan metode tersebut adalah ….
A. Kata ”mendengarkan” pada langkah (1) diganti dengan
”mengamati”.
B. Kata “mendiskusikan” pada langkah (2) doiganti dengan
“praktik”
C. Kata ”praktik” pada langkah (3) diganti dengan ”bertanya
jawab”.
D. Kata ”praktik” pada langkah (4) diganti dengan ”membahas”.
E. Kata ”penyampaian” pada langkah (5) diganti ”belajar”.

78. Jenis tes yang sesuai dengan KD tersebut adalah ….


A. tes tulis
B. portofolio
C. performansi
D. produk
E. sikap

Untuk mengerjakan soal no 79—81, bacalah KD 11.1!


KD : 11. 1 Menemukan masalah utama dari berbagai berita yang ber-
topik sama melalui membaca ekstensif.

79. Indikator yang sesuai dengan KD tersebut adalah ….


A. menemukan sumber informasi, yaitu tokoh, tempat, dan waktu
B. membaca bersungguh-sunguh untuk menjawab pertanyaan
“adiksimba”
C. menemukan masalah utama dari tiap-tiap berita yang dibaca secara
sepintas
D. menemukan kesamaan informasi melalui membandingkan
beberapa berita
E. membaca bersuara untuk membantu pemahaman membaca
pemahaman

80. Metode yang TIDAK sesuai untuk membelajarkan KD tersebut


adalah …..
A. kooperatif
B. jigsaw
C. ceramah
D. demonstrasi
E. kuantum

81. Konteks pelaksanaan pembelajaran:


Pada tahap awal siswa diajak menonton rekaman audiovisual praktik
berdiskusi. Tiga aktivitas berdiskusi utama dipumpunkan, yaitu cara
menyetujuai, cara menyanggah, dan cara menolak pendapat. Setelah
itu, didiskusikan berbagai cara berpendapat tersebut di kelas dengan
dipandu guru. Berikutnya, siswa berlatih berpendapat. Diawali
berlatih menyetujui, kemudian berlatih menyanggah, dan berlatih
menolak pendapat.

Media yang tepat untuk KD tersebut adalah …


A. powerpoint jenis-jenis diskusi
B. powerpoint berpendapat dalam diskusi
C. slide berbagai teknik berdiskusi
D. media audio visual praktik berdiskusi
E. media audio praktik berdiskusi

82. Rumusan indikator yang baik untuk kompetensi dasar menulis adalah
A. Siswa mampu memahami surat lamaran
B. Menyusun kerangka karangan deskriptif
C. Melalui kegiatan bermain drama, siswa mampu menulis skenario
drama yang baik.
D. Kemampuan menyusun kalimat aktif-pasif
E. Siswa terampil menyusun kalimat menjadi sebuh paragraph yang
utuh.

83. Berikut ini, materi yang tidak relevan dengan kompetensi dasar
‘menulis’, adalah:
A. jenis-jenis karangan
B. Teknik memahami isi cerpen
C. Langkah-langkah menyusun paragraf
D. Menentukan kalimat topik
E. Rancangan skenario drama

84. Menulis pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi sehari


sebelumnya secara sistematis dan runtut, merupakan aktivitas siswa
yang cocok untuk menerapkan salah stu metode pembeljaran menulis.

Kompetensi dasar yang sesuai dengan metode pembelajaran di atas


adalah…
A. Menulis surat lamaran pekerjaan
B. Menulis Teks Berita
C. Penulisan catatan harian/pengalaman pribadi
D. Penulisan surat pribadi
E. Menulis Pesan Singkat

85. Jenis media visual yang cocok untuk pembelajaran menulis dengan
KD menulis surat lamaran adalah:
A. grafik,
B. diagram
C. chart
D. bagan
E. format (model)

86. Guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat.
Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan
pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa menjadi pendengar aktif
dan baik.

Metode pembelajaran yang cocok dengan konteks pembelajaran di


atas, adalah
A. Model pembelajaran langsung
B. Model pembelajaran Kuantum
C. Model pembelajaran Jigsaw
D. Model pembelajaran Kontekstual
E. Model pembelajaran Inkuiri

Untuk mengerjakan soal nomor 1—3 perhatikan kutipan KD 5.1 berikut!


KD : 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.

87. Materi yang tepat untuk KD tersebut adalah...


A. rekaman unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi,
kata bermajas
B. pembacaan langsung unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-
kata konotasi, kata bermajas
C. identitas unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi,
kata bermajas
D. pengidentifikasian unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata
konotasi, kata bermajas
E. perekaman unsur bentuk puisi atau pembacaan langsung
majas, irama, kata-kata konotasi, kata bermajas

88. Teknik evaluasi yang tepat untuk KD tersebut adalah …


A. tes tulis
B. kinerja
C. projek
D. produk
E. portofolio

89. Bentuk instrumen yang tepat untuk mengukur keberhasilan KD


tersebut adalah ….
A. pilihan ganda
B. menjodohkan
C. uraian singkat
D. daftar cek
E. inventori

Untuk mengerjakan soal nomor 4—7 bacalah KD 6.2!


KD: 6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan
diskusi

90. Materi untuk pembelajaran sastra dengan KD tersebut adalah …


A. penemuan nilai budaya, nilai moral, dan nilai agama dalam
cerpen
B. penemuan nilai-nilai sastra yang berkembang di masyarakat
C. nilai budaya, nilai moral, nilai agama, dan nilai politik
D. naskah cerpen yang sesuai dengan perkembangan siswa
E. naskah cerpen yang sesuai dengan nilai dan etika bangsa

91. Rancangan pembelajaran yang sesuai dengan KD tersebut adalah …


A. (1) membaca cerita pendek
(2) mendiskusikan bentukim cerita pendek
(3) menemukan nilai-nilai di dalamnya

B. 1) mendiskusikan unsur instrinsik cerita pendek


(2) mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi

C. 1) mendiskusikan unsur instrinsik cerita pendek


(2) mendiskusikan unsur ekstrinsik cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
D. (1) membaca ekstensif cerita pendek
(2) mendiskusikan unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi

E. 1) membaca intensif cerita pendek


(2) mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi

92. Media pembelajaran yang tepat untuk KD tersebut adalah ….


A. powerpoint yang berisi penokohan dan nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat
B. powerpoint yang berisi unsur latar waktu dan tempat serta unsur
ekstrinsik instrinsik cerpen
C. powerpoint yang berisi proses kreatif dan nilai yang dianut
pengarang serta nilai yang berkembang di masyarakat
D. powerpoint yang berisi unsur ekstrinsik dan nilai-nilai yang
berkembang di masyarakat
E. powerpoint yang berisi kutipan teks dalam cerpen yang
mengandung nilai yang berkembang di masyarakat

93. Berikut disajikan kriteria penilaian untuk mengukur keberhasilan


siswa dalam mengidentifikasi nilai budaya, moral, agama, dan politik.

No Aspek Kriteria
3 2 1
1 nilai Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
budaya tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
2 nilai moral Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
3 nilai Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
agama tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
4 nailai Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
politik tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar

Bagaimanakah ketepatan kriteria penilaian tersebut?


A. Kriteria terlalu kuantitatif, kurang memperhatikan kualitas
pengidentifikasian aspek nilai budaya oleh siswa.
B. Kriteria sudah cukup memperhatikan kualitas
pengidentifikasian nilai budaya siswa dan cukup praktis.
C. Lebih baik jika pada aspek dan kriteria disajikan ketepatan
pengutipan nilai tertentu.
D. Lebih baik jika pada kriteria disajikan “ketepatan menemukan
teks yang mengandung nilai tertentu”.
E. Lebih baik jika pada aspek disajikan “ketepatan menemukan
teks yang mengandung nilai tertentu”.

Untuk mengerjakan soal nomor 8—10, bacalah KD 15.1.


KD: 15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, kinestik sesuai dengan isi puisi.

94. Sumber belajar yang tepat untuk KD tersebut, KECUALI …


A. puisi-puisi indah
B. buku-buku kumpulan puisi
C. rekaman audio cara membaca puisi
D. rekaman audiovisual cara membaca puisi
E. teori-teori membaca puisi
95. Materi yang tepat untuk KD tersebut adalah …
A. kumpulan puisi indah
B. puisi remaja
C. puisi dewasa
D. teori puisi
E. pembacaan indah puisi

96. KD 15.2 : Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam


buku cerita anak baik asli maupun terjemahan
Materi yang tepat untuk KD di atas adalah … .
A. Realitas kehidupan guru
B. Realitas kehidupan anak
C. Buku cerita anak
D. Dongeng yang dilisankan guru
E. Buku pegangan anak

97. Indikator:
• Mampu menentukan pokok-pokok dongeng.
• Mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok do-
ngeng.

Indikator tersebut merupakan rincian dari KD berikut.


A. Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah
dibaca atau didengar.
B. Menulis kembali dengan bahasa sendiri cerita yang pernah
didengar
C. Menulis dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca
atau didengar.
D. Menulis dengan bahasa sendiri cerita lama yang pernah dibaca
atau didengar.
E. Menulis kreatif cerita rakyat yang didengar dengan
mengutamakan keaslian ide.
F. Menulis kreatif dengan bahasa sendiri kisah yang pernah
dibaca.

Untuk mengerjakan soal nomor 11—13, bacalah KD 8.1!


KD: 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun.

Langkah pokok:
(1) Berdiskusi untuk menentukan syarat-syarat pantun-2
(2) Membaca contoh-contoh pantun -1
(3) Menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun4
(4) Menyunting pantun sendiri sesuai dengan syarat-syarat pantun 5
(5) Menulis materi/bahan konteks pantun-3

98. Urutan rancangan pembelajaran yang logis untuk KD tersebut adalah


….
A. (1), (2), (4), (5), dan (3)
B. (2), (1), (5), (3), dan (4)
C. (3), (2), (4), (1), dan (5)
D. (4), (3), (5), (1), dan (2)
E. (5), (1), (3), (2), dan (4)

99. Media yang tepat untuk KD tersebut adalah …


A. Powerpoint yang berisi materi pantun dan syarat-syaratnya
B. Powerpoint yang berisi perkembangan puisi lama
C. Powerpoint yang berisi syarat pantun dan bagaimana
menulisnya
D. Buku materi yang berisi tentang sejarah perkembangan pantun
E. Buku materi yang berisi tentang contoh-contoh pantun

100. Disajikan tabel penilaian dengan KD “menulis sastra”


Alat penilaian yang kurang tepat untuk KD tersebut adalah ….
A. Uraian
B. Isian singkat
C. Daftar cek
D. Skala penilaian
E. Pilihan ganda

===TIM===
KUNCI JAWABAN TES TULIS BAHASA INDONESIA

No. Kunci No. Kunci No. Kunci No. Kunci


1 D 26 D 51 D 76 A
2 B 27 E 52 D 77 A
3 B 28 C 53 A 78 C
4 C 29 B 54 A 79 D
5 A 30 C 55 C 80 C
6 C 31 E 56 C 81 D
7 D 32 E 57 A 82 B
8 B 33 C 58 D 83 B
9 C 34 E 59 C 84 C
10 E 35 C 60 B 85 E
11 C 36 A 61 E 86 A
12 E 37 A 62 C 87 D
13 D 38 B 63 A 88 B
14 B 39 B 64 A 89 D
15 A 40 C 65 C 90 A
16 D 41 B 66 B 91 E
17 C 42 C 67 E 92 E
18 A 43 B 68 A 93 D
19 D 44 A 69 E 94 A
20 E 45 C 70 A 95 E
21 B 46 D 71 B 96 C
22 B 47 A 72 E 97 A
23 A 48 B 73 D 98 B
24 C 49 E 74 A 99 C
25 C 50 A 75 E 100 E
Lampiran:
Klasifikasi Kata Kerja Operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)

1. Menjelaskan (describe) 5. Mendefinisikan (define)


2. Memanggil kembali (recall) 6. Menghitung (count)
3. Menyelesaikan/ menyempurnakan 7. Mengidentifikasi (identify)
(complete) 8. Menceritakan (recite)
4. Mendaftarkan (list) 9. Menamakan (name)

Memproses (processing):

1. Mengsintesisikan (synthesize) 8. Mengkategorisasikan (categorize)


2. Mengelompokkan (group) 9. Menganalisis (analyze)
3. Menjelaskan (explain) 10. Membandingkan (compare)
4. Mengorganisasikan (organize) 11. Mengklasifikasi (classify)
5. Meneliti/melakukan eksperimen 12. Menghubungkan (relate)
(experiment) 13. Membedakan (distinguish)
6. Membuat analog (make analogies) 14. Menyatakan sebab-sebab (state
7. Mengurutkan (sequence) causality)

Menerapkan dan Mengevaluasi


1. Menerapkan suatu prinsip (applying a 9. Menggeneralisasikan (generalizing)
principle) 10. Mempertimbangkan /memikirkan
2. Membuat model (model building) kemungkinan-
3. Mengevaluasi (evaluating) kemungkinan(speculating)
4. Merencanakan (planning) 11. Membayangkan /mengkhayalkan
5. Memperhitungkan / meramalkan (Imagining)
kemungkinan (extrapolating) 12. Merancang (designing)
6. Meramalkan (predicting) 13. Menciptakan (creating)
7. Menduga / Mengemukan pendapat / 14. Menduga /membuat
mengambil kesimpulan (inferring) dugaan/kesimpulan awal (hypothezing)
8. Meramalkan kejadian alam /sesuatu
(forecasting)
Kata Kerja Operasional sesuai dengan Karakteristik Obyek
(Matapelajaran)
1. Perilaku yang Kreatif
a. Mengubah (alter) m. Mengelompokkan kembali (regroup)
b. Menanyakan (ask) n. Menamakan kembali (rename)
c. Mengubah (change) o. Menyusun kembali (reorder)
d. Merancang (design) p. Mengorganisasikan kembali
e. Menggeneralisasikan (generalize) (reorganize)
f. Memodifikasi (modify) q. Mengungkapkan kembali (rephrase)
g. Menguraikan dengan kata-kata r. Menyatakan kembali (restate)
sendiri (paraphrase) s. Menyusun kembali (restructure)
h. Meramalkan (predict) t. Menceritakan kembali (retell)
i. Menanyakan (question) u. Menuliskan kembali (rewrite)
j. Menyusun kembali (rearrange) v. Menyederhanakan (simplify)
k. Mengkombinasikan kembali w. Mengsintesis (synthesize)
(recombine) x. Mengsistematiskan (systematize)
l. Mengkonstruk kembali (reconstruct)

2. Perilaku-perilaku Kompleks, Masuk Akal, dan bisa mengambil /pertimbangan /keputusan


(complex, logical, judgmental behaviors)
a. Menganalisis (analyze) m. Mencari /menjelajah (discover)
b. Menghargai (appraise) n. Mengevaluasi (evaluate)
c. Menilai (assess) o. Merumuskan (formulate)
d. Mengkombinasikan (combine) p. Membangkitkan/menghasilkan
e. Membandingkan (compare) /menyebabkan (generate)
f. Menyimpulkan (conclude) q. Membujuk/menyebabkan (induce)
g. Mengkontraskan (contrast) r. Menduga/Mengemukan
h. Mengkritik (critize) pendapat/mengambil kesimpulan
i. Menarik kesimpulan (deduce) (infer)
j. Membela/mempertahankan s. Merencanakan (plan)
(defend) t. Menyusun (structure)
k. Menunjukkan / menandakan u. Menggantikan (substitute)
(designate) v. Menyarankan (suggest)
l. Menentukan (determine)
3. Perilaku-perilaku yang Membedakan-bedakan secara umum (General Discrimination
behaviors)
a. Memilih (choose) j. Mengindikasi (indicate)
b. Mengumpulkan (collect) k. Mengisolasi (isolate)
c. Mendefinisikan (define) l. Mendaftarkan (list)
d. Menjelaskan sesuatu (describe) m. Memadukan (match)
e. Mendeteksi (detect) n. Meniadakan (omit)
f. Membedakan antara 2 macam o. Mengurutkan (order)
(differentiate) p. Mengambil (pick)
g. Membedakan/Memilih-milih q. Menempatkan (place)
(discriminate) r. Menunjuk (point)
h. Membedakan sesuatu (distinguish) s. Memilih (select)
t. Memisahkan (separate)
i. Mengidentifikasi (identify)

4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept) p. Memaafkan (forgive)
b. Mengakui/menerima sesuatu q. Menyambut/ menyalami (greet)
(admit) r. Menolong/membantu (help)
c. Menyetujui (agree) s. Berinteraksi/melakukan interaksi
d. Membantu (aid) (interact)
e. Membolehkan/menyediakan/ t. Mengundang (invite)
memberikan (allow) u. Menggabung (joint)
f. Menjawab (answer) v. Menertawakan (laugh)
g. Menjawab/mengemukakan w. Menemukan (meet)
pendapat dengan alasan-alasan x. Berperanserta (participate)
(argue) y. Mengizinkan/membolehkan (permit)
h. Mengkomunikasikan (communicate) z. Memuji-muji (praise)
i. Memberi pujian/ mengucapkan aa. Bereaksi (react)
selamat (compliment) ab. Menjawab/menyahut (reply)
j. Menyumbang (contribute) ac. Tersenyum (smile)
k. Bekerjasama (cooperate) ad. Berbicara (talk)
l. Berdansa (dance) ae. Berterimakasih (thank)
m. Menolak /menidaksetujui (disagree) af. Berkunjung (visit)
n. Mendiskusikan (discuss) ag. Bersukarela (volunteer)
o. Memaafkan (excuse)
5. Perilaku-perilaku berbahasa
a. Menyingkat/memendekkan l. Mengucapkan/melafalkan/
(abbreviate) menyatakan (pronounce)
b. Memberi tekanan pada sesuatu m. Memberi atau membubuhkan tanda
/menekankan (accent) baca (punctuate)
c. Mengabjad/menyusun menurut n. Membaca (read)
abjad (alphabetize) o. Mendeklamasikan/
d. Mengartikulasikan/ mengucapkan membawakan/menceritakan (recite)
kata-kata dengan jelas (articulate) p. Mengatakan (say)
e. Memanggil (call) q. Menandakan (sign)
f. Menulis dengan huruf besar r. Berbicara (speak)
(capitalize) s. Mengeja (spell)
g. Menyunting (edit) t. Menyatakan (state)
h. Menghubungkan dengan garis u. Menyimpulkan (summarize)
penghubung (hyphenate) v. Membagi atas suku-suku kata
i. Memasukkan (beberapa spasi) (syllabicate)
/melekukkan (indent) w. Menceritakan (tell)
j. Menguraikan / memperlihatkan x. Menerjemahkan (translate)
garis bentuk/ menggambar denah y. Mengungkapkan dengan kata-kata
atau peta (outline) (verbalize)
k. Mencetak (print) z. Membisikkan (whisper)
aa. Menulis (write)

6. Perilaku-perilaku Musik
a. Meniup (blow) h. Membisu (mute)
b. Menundukkan kepala (bow) i. Memainkan (play)
c. Bertepuk (clap) j. Memetik (misal gitar) (pluck)
d. Menggubah /menyusun (compose) k. Mempraktikkan (practice)
e. Menyentuh (finger) l. Menyanyi (sing)
f. Memadankan/berpadanan m. Memetik/mengetuk-ngetuk (strum)
(harmonize) n. Mengetuk (tap)
g. Menyanyi kecil/bersenandung (hum) o. Bersiul (whistle)
7. Perilaku-perilaku Fisik
a. Melengkungkan (arch) r. Mengangkat/mencabut (lift)
b. Memukul (bat) s. Berbaris (march)
c. Menekuk/melipat/ membengkokkan t. Melempar/memasangkan/
(bend) memancangkan/menggantungkan
d. Mengangkat/membawa (carry) (pitch)
e. Menangkap (catch) u. Menarik (pull)
f. Mengejar/memburu (chase) v. Mendorong (push)
g. Memanjat (climb) w. Berlari (run)
h. Menghadap (face) x. Mengocok (shake)
i. Mengapung (float) y. Bermain ski (ski)
j. Merebut/menangkap/ mengambil z. Meloncat (skip)
(grab) aa. Berjungkirbalik (somersault)
k. Merenggut/memegang/ ab. Berdiri (stand)
menyambar/merebut (grasp) ac. Melangkah (step)
l. Memegang erat-erat (grip) ad.Melonggarkan/merentangkan
m. Memukul/menabrak (hit) (stretch)
n. Melompat/meloncat (hop) ae. Berenang (swim)
o. Melompat (jump) af. Melempar (throw)
p. Menendang (kick) ag. Melambungkan/melontarkan (toss)
q. Mengetuk (knock) ah.Berjalan (walk)

8. Perilaku-perilaku Seni
a. Memasang (assemble) m. Melipat (fold)
b. Mencampur (blend) n. Membentuk (form)
c. Menyisir/menyikat (brush) o. Menggetarkan/memasang (frame)
d. Membangun (build) p. Memalu (hammer)
e. Mengukir (carve) q. Menangani (handle)
f. Mewarnai (color) r. Menggambarkan (illustrate)
g. Mengkonstruk/ s. Mencair (melt)
membangun(construct) t. Mencampur (mix)
h. Memotong (cut) u. Memaku (nail)
i. Mengoles (dab) v. Mengecat (paint)
j. Menerangkan(dot) w. Melekatkan/menempelkan/
k. Menggambar (draw) merekatkan (paste)
l. Mengulang-ulang/melatih (drill) x. Menepuk (pat)
y. Menggosok (polish) ai. Menghaluskan (smooth)
z. Menuangkan (pour) aj. Mengecap/menunjukkan (stamp)
aa. Menekan (press) ak. Melengketkan (stick)
ab. Menggulung (roll) al. Mengaduk (stir)
ac.Menggosok/ menyeka(rub) am.Meniru/menjiplak (trace)
ad.Menggergaji (saw) an. Menghias/memangkas (trim)
ae. Memahat (sculpt) ao. Merengas/memvernis (varnish)
af. Menyampaikan/melempar (send) ap. Menyeka/menghapuskan/
ag. Mengocok (shake) membersihkan (wipe)
ah. Membuat sketsa (sketch) aq. Membungkus (wrap)

9. Perilaku-perilaku Drama
a. Berakting/berperilaku (act) m. Berpantomim/Meniru gerak tanpa
b. Menjabat/mendekap/ menggengam suara (pantomime)
(clasp) n. Menyampaikan/menyuguhkan/
c. Menyeberang/melintasi/ berselisih mengulurkan/melewati(pass)
(cross) o. Memainkan/melakukan (perform)
d. Menunjukkan/mengatur/ p. Meneruskan/memulai/beralih
menyutradarai (direct) (proceed)
e. Memajangkan (display) q. Menanggapi/menjawab/ menyahut
f. Memancarkan (emit) (respond)
g. Memasukkan (enter) r. Memperlihatkan/Menunjukkan
h. Mengeluarkan (exit) (show)
i. Mengekspresikan (express) s. Mendudukkan (sit)
j. Meniru (imitate) t. Membalik/memutar/
k. Meninggalkan (leave) mengarahkan/mengubah/
l. Menggerakkan (move) membelokkan (turn)

10. Perilaku-perilaku Matematika


a. Menambah (add) f. Menghitung/mengkomputasi
b. Membagi dua (bisect) (compute)
c. Menghitung/mengkalkulasi g. Menghitung (count)
(calculate) h. Memperbanyak (cumulate)
d. Mencek/meneliti (check) i. Mengambil dari (derive)
e. Membatasi (circumscribe) j. Membagi (divide)
k. Memperkirakan (estimate)
l. Menyarikan/menyimpulkan t. Menomorkan (number)
(extract) u. Membuat peta (plot)
m. Memperhitungkan (extrapolate) v. Membuktikan (prove)
n. Membuat grafik (graph) w. Mengurangi (reduce)
o. Mengelompokkan (group) x. Memecahkan (solve)
p.Memadukan/mengintegrasikan y. Mengkuadratkan(square)
(integrate) z. Mengurangi (substract)
q. Menyisipkan/menambah aa. Menjumlahkan (sum)
(interpolate) ab. Mentabulasi (tabulate)
r. Mengukur (measure) ac. Mentally (tally)
s. Mengalikan/memperbanyak ad. Memverifikasi (verify)
(multiply)

11. Perilaku-perilaku Sains


a. Menjajarkan (align) p. Menyimpan (keep)
b. Menerapkan (apply) q. Memanjangkan (lenghthen)
c. Melampirkan (attach) r. Membatasi (limit)
d. Menyeimbangkan (balance) s. Memanipulasi (manipulate)
e. Mengkalibrasi (calibrate) t. Mengoperasikan (operate)
f. Melaksanakan (conduct) u. Menanamkan (plant)
g. Menghubungkan (connect) v. Menyiapkan (prepare)
h. Mengganti (convert) w. Menghilangkan (remove)
i. Mengurangi (decrease) x. Menempatkan (replace)
j. Mempertunjukkan/ memperlihatkan y. Melaporkan (report)
(demonstrate) z. Mengatur ulang (reset)
k. Membedah (dissect) aa. Mengatur (set)
l. Memberi makan (feed) ab. Menentukan/menetapkan (specify)
m. Menumbuhkan (grow) ac. Meluruskan (straighten)
n. Menambahkan/meningkatkan ad. Mengukur waktu (time)
(increase) ae. Mentransfer (transfer)
o. Memasukkan/menyelipkan (insert) af. Membebani/memberati (weight)
12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan Keamanan
a. Mengancingi (button) n. Melintas/berjalan (go)
b. Membersihkan (clean) o. Mengikat tali/menyusuri (lace)
c. Menjelaskan (clear) p. Menumpuk/menimbun (stack)
d. Menutup (close) q. Berhenti (stop)
e. Menyikat/menyisir(comb) r. Merasakan (taste)
f. Mencakup (cover) s. Mengikat/membebat (tie)
g. Mengenakan/menyarungi (dress) t. Tidak mengancingi (unbutton)
h. Minum (drink) u. Membuka/menanggalkan (uncover)
i. Makan (eat) v. Menyatukan (unite)
j. Menghapus (eliminate) w. Membuka(unzip)
k. Mengosongkan (empty) x. Menunggu (wait)
l. Mengetatkan/melekatkan (fasten) y. Mencuci (wash)
m. Mengisi/memenuhi/melayani z. Memakai (wear)
/membuat (fill) aa. Menutup (zip)

13. Perilaku-perilaku Lainnya


a. Bertujuan (aim) t. Menyesuaikan/ memadankan(fit)
b. Mencoba (attempt) u. Memperbaiki (fix)
c. Memulai (begin ) v. Mengibas/melambungkan/
d. Membawakan (bring ) menjentik (flip)
e. Mendatangi (come ) w. Mendapatkan (get)
f. Menyelesaikanmemenuhi x. Memberikan (give)
(complete) y. Menggiling/ memipis/ mengasah
g. Mengkoreksi/membenarkan (grind)
(correct) z. Membimbing /memandu (guide)
h. Melipat (crease) aa. Memberikan menyampaikan (hand)
i. Memeras buah/ menghancurkan ab. Menggantung (hang)
(crush) ac. Menggenggam/ memegang(hold)
j. Mengembangkan (develop) ad. Mengail/memancing/menjerat
k. Mendistribusikan (distribute) /mengait (hook)
l. Melakukan (do) ae. Memburu (hunt)
m. Menjatuhkan (drop) af. Memasukkan/melibatkan (include)
n. Mengakhiri (end) ag. Memberitahu (inform)
o. Menghapus (erase) ai. Meletakkan/memasang (lay)
p. Memperluas (expand) aj. Memimpin (lead)
q. Memperpanjang (extend) ak. Meminjam (lend)
r. Merasakan (feel) al. Membiarkan/memperkirakan (let)
s. Menyelesaikan (finish) am.Menyalakan/menerangi (light)
an. Membuat (make) bx.Membentangkan / menyebarkan
ao. Memperbaiki/menambal (mend) (spread)
ap. Tidak mengena/ tidak paham (miss) by. Memancangkan/ mempertaruhkan
aq. Menawarkan (offer) (stake)
ar. Membuka (open) bz. Memulai (start)
as. Membungkus/mengepak (pack) ca.Menyimpan (store)
at. Membayar (pay) cb.Memukul/menabrak/ menyerang
au. Mengupas/menguliti (peel) (strike)
av. Menyematkan/menjepit/ cc.Memasok (supply)
menggantungkan (pin) cd. Mendukung (support)
aw.Menempatkan/mengatur posisi ce. Mengganti (switch)
(position) cf. Mengambil (take)
ax. Menyajikan/memperkenalkan cg. Merobek/mengoyak (tear)
(present) ch. Menyentuh (touch)
ay. Menghasilkan (produce) ci. Mencoba (try)
az. Mengusulkan (propose) cj. Memintal/memilin/menjalin (twist)
ba. Menyediakan (provide) ck. Mengetik (type)
bb. Meletakkan (put) cl. Menggunakan (use)
bc. Mengangkat/membangkitkan (raise ) cm.Memilihmemberi suara (vote)
bd. Menghubungkan (relate) cn.Memperhatikan/menonton (watch)
be. Memperbaiki (repair) co. Menenun/menganyam/
bf. Mengulang (repeat) merangkai/menyelip (weave)
bg. Mengembalikan (return) cp. Mengerjakan (work)
bh. Mengendarai (ride)
bi. Menyobek/mengoyakkan (rip)
bj. Menyelamatkan (save)
bk. Menggaruk/menggores (scratch)
bl. Mengirim (send)
bm.Melayani/memberikan (serve)
bn. Menjahit (sew)
bo. Membagi (share)
bp. Menajamkan (sharpen)
bq. Menembak (shoot)
br. Memperpendek (shorten)
bs. Menyekop/menyodok (shovel)
bt. Menutup/membuang (shut)
bu.Menandakan/mengartikan /
memberitahu (signify)
bv.Meluncur (slide)
bw.Menyelipkan (kertas) (slip)

Anda mungkin juga menyukai