BAHASA INDONESIA
Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang
digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA
Penulis
Tim Instruktur Bahasa Indonesia
Penyunting
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.
Penulis
DAFTAR ISI
Media Pembelajaran
Berbicara
Membaca
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari
satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
artikel : n 1. karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar,dan sebagainya; 2. Huk bagian undang-
undang atau peraturan yang berupa ketentuan; pasal; 3. Ling unsur
yang dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina, misal
the dalam bahasa Inggris.
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan
dituliskan secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Menurut bentuknya, ada empatjenis kata ulang, yaitu perulangan
kata dasar atau perulangan murni, perulangan berubah bunyi,
perulangan berimbuhan, dan perulangan sebagian.
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit:
perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah);
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.
register : buku catatan atau daftar yang disusun secara bersistem dan
menurut abjad
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama
Menulis:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya
ficer (feature) : berita kisah; berita dalam bentuk cerita; artikel yang
sifatnya lebih deskriptif
fiktif : a bersifat fiksi; hanya terdapat di khayalan grafik : n lukisan pasang
surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun
naiknya hasil, statistik, dan sebagainya)
jurnal: merupakan majalah yang secara khusus memuat artikel dalam satu
bidang tertentu, misalnya jurnal seni, jurnal pertanian, jurnal
kedokteran, jurnal hukum, jurnal politik, dan lain-lain. Karena
jurnal pada umumnya hanya memuat artikel satu bidang ilmu,
sebagian jurnal menambahkan kata ilmu untuk menyebut namanya,
sehingga menjadi jurnal ilmu seni, jurnal ilmu pertanian, jurnal
ilmu kedokteran, jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-
lain. Artikel yang dimuat pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah),
sehingga sebagian orang menyebutnya sebagai artikel ilmiah.
Ketentuan baku bagi penulisan karya ilmiah merupakan hal yang
harus diketahui dan dikuasai oleh penyunting artikel ilmiah.
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala seperti surat kabar, majalah.
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit:
perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah);
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.
penerbit: (1) orang dan sebagainya yang menerbitkan; (2) perusahaan dan
sebagainya yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya)
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan
media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan
merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata
penyunting adalah di bawah ini.
teras berita (lead): bagian berita yang terletak pada paragraf pertama
(pertama dan kedua untuk beberapa surat kabar). Teras berita
merupakan bagian dari komposisi berita, yang ditulis setelah judul
berita dan sebelum tubuh berita. Jika judul berita adalah intisari,
teras berita adalah sari berita itu. Teras berita merupakan laporan
singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkan. Teras
berita disusun dengan rumus 5W + 1H (what, who, when, where, why,
dan how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang
biasanya berupa sederetan pertanyaan.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama
Berbicara Sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari
satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam
masyarakat tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita
tulis (sastra tulis) dalam masyarakat modern
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai
dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-
mena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat
dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah
EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi
tentu memiliki tujuan tertentu.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama
Membaca sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3)
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari
satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan
atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam
masyarakat tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita
tulis (sastra tulis) dalam masyarakat modern
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris)
yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama
Menulis Sastra:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak
berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan
khayalan atau pikiran
Horison: majalah sastra yang terbit tiap bulan (dari Jakarta) yang memuat
karya sastra para pengarang se Indonesia (sesekali penulis Asia dan
dunia), di dalamnya ada sisipan majalah untuk anak sekolah
Kakilangit,
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau
drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan
drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit:
perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah
yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah);
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2)
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan
media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan
merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata
penyunting adalah di bawah ini.
syair : bentuk puisi Melayu Lama yang tiap baitnya terdiri atas empat
larik dengan rima yang sama.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang
terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman
dan drama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II
memuat tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang
berupa model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian
tindakan kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa
Indonesia, serta asesmen dan lampiran.
B. Prasyarat
Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda
yang akan mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus
dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat
dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda.
Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing-
masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai
anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses
pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian
peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan
peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai
buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar,
mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat.
Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai
kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas
kepribadian seorang guru.
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan
yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya
sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat,
dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat
akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang
1
tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa
yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan
kompetensi sosial disajikan berikut ini. Kompetensi profesional yaitu
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan
pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan
pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi
pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan
dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Keempat kompetensi guru adalah prasyarat bagi guru yang akan
mengikuti PLPG sekaligus memelajari modulnya.
2
4) Selanjutnya, Anda diminta mencermati (dan membedah) kisi-kisi
ujian kompetensi awal (UKA). Melalui pencermatan kisi-kisi UKA,
dalam pikiran Anda sudah mulai menampakkan gambaran tentang
butir soal yang akan muncul. Ini adalah prediksi tentang butir soal.
5) Berkaitan dengan nomor 4, pengembangan butir soal pada bagian
Evaluasi modul ini merupakan tawaran (pilihan). Anda
dimungkinkan mengembangkan butir soal yang berbeda, yang
lebih variatif dan lebih baik. Kerjakan bagian ini, kemudian
cocokkan jawaban terhadap soal-soal evaluasi Anda dengan kunci
jawaban penilaian yang disediakan pada bagian akhir modul ini.
6) Bagian akhir modul ini adalah daftar pustaka. Bagian ini
menyiratkan perbendaharaan bacaan yang dijadikan rujukan
pengembangan modul ini. Anda dipersilakan untuk mengritisi
sajian daftar pustaka tersebut.
D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini (dan sekaligus
mengikuti PLPG dengan sungguh-sungguh) adalah meningkatnya
keempat kompetensi guru. Artinya, jika sebelumnya pemahaman dan
penguasaan terhadap keempat kompetensi guru kurang maksimal, maka
setelah proses mempelajari, memahami, dan mengikuti PLPG, maka
kompetensi guru akan meningkat cukup signifikan.
3
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru
bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi
proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan
pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus
meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-
undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan
bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.
Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU
No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk
mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak
diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam
jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.
4
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan
dengan jender, ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi
seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi,
suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan
penghargaan atas keragaman budaya komunitas.
2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang
menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang
diharapkan disajikan berikut ini.
5
dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
f. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru
dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.
4. Langkah-langkah Pembelajaran
6
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk
dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses
pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama
proses pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan
peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan
kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok.
Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.
7
penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model- model dan
proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan
transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil
mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta
karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa
yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang.
8
Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru
9
profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk
hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk
menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait.
10
oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus
dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
11
guru yang benar-benar profesional.
12
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi
yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
13
kukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan
profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan
pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas
prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting,
karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial,
jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
14
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan
upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan terhadap guru.
Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan
pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan
profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan
fungsional.
15
satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina,
guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru
terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan
tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta
evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh
penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.
16
guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru
bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru
dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi
kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.
17
profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.
18
pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta
memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini
sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.
19
5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk
penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu
wilayah provinsi.
20
3) Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antar-
satuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di
lingkungan Kementerian Agama.
21
masing-masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan
diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan
Menteri Keuangan.
22
kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Peningkatan Kompetensi
1. Esensi Peningkatan Kompetensi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi
ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang.
Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi
pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan,
metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu
guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya,
ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan
kompetensi dengan t u n t u t a n perkembangan lingkungan profesinya
justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan
pendidikan dan pembelajaran.
23
Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat
kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, maupun sosial.
24
langsung sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengem-
bangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran
serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.
b. Prinsip-prinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diseleng-
garakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi
guru sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara
kompetensi dan indikator.
5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan
indikator dapat mengikuti perkembangan Ipteks.
6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
7) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama
untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual
maupun institusional.
8) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan
karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang
dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari
kompetensi profesinya.
9) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan
karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang
bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka
membangun generasi yang memiliki pengetahuan,
kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri,
dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
10) Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan
untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara
berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional
dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
11) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai
profesionalitas.
25
12) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau
tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
13) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang
kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada
standar kompetensi.
14) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu
pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan
penyegaran kompetensi guru;
15) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan
kepada publik;
16) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi
dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat
oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih
lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
17) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi
dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan
sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
3. Jenis Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai
strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan
diklat, antara lain seperti berikut ini.
26
ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat
dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri
otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai
alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu
khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan
pengalaman nyata.
27
diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.
28
memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.
29
perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi
diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar
kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru
diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai
pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan.
Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai
standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan
kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan
masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan
kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran
yang berkualitas kepada peserta didik.
30
seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki
kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama
karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di
masa datang.
31
Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di
sekolah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama
dengan guru lain dalam satu sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan
sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam
kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui
jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan
industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi.
Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan
KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain,
dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari
sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi
profesi, atau dari instansi lain yang relevan.
32
dll);
3) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan
pembelajaran;
4) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan
profesi; dan
5) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
33
satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses
pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya.
34
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
f. Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas
tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB
tingkat sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak
mengurangi kualitas pembelajaran siswa.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui
kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif
guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas
utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas
utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas
tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.
35
dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan
ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi
panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif
lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan
36
kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap
peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
c. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan,
modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya
inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna,
penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni,
pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat
nasional maupun provinsi.
37
dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga
dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk
pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit
seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib
melakukan kegiatan PKB.
5. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji
kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru
menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan
menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari
standar kompetensi yang diujikan.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus
dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik
dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang
guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki
karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing-
masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus
mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:
38
fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
bidang pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu
perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk
mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa.
Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas
sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang
direncanakan agar semua berkembang melalui proses
pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi
ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan
berlaku dalam masyarakat.
39
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan
yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam
kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial
dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan
sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga
jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak
akan mendapat kesulitan.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut
mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan
diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi
melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru,
40
mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan
kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
41
dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji
kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan
kompetensi guru.
1. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan
bukti-bukti yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan
asli.
2. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat
menghasilkan kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan
pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda.
3. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang
disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji
kompetensi.
4. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap
guru, dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan
prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia
berasal.
5. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan
sumber daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji
kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji
kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau
dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.
42
Latihan dan Renungan
C. Penilaian Kinerja
1. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan
peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional
mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk
mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME,
unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur,
dan berkepribadian.
43
kinerja guru sebagai m a s u k a n dalam penyusunan program PKB. Hasil
PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru
dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan
dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita‐cita pemerintah untuk
menghasilkan ”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing
tinggi” lebih cepat direalisasikan.
2. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru
adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam
rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan
tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam
penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan,
sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
44
dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang
dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksana-
kan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang
ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji
kompetensi. Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah
mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru
yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan.
3. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan
praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar
mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah.
b. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat
kepercayaan tinggi jika proses yang dilakukan memberikan hasil
yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun
45
dan kapan pun.
c. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh
siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan
reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan
persyaratan tambahan.
4. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai
berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
46
memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat mencapai
hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus
selama seseorang menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang
berkepentingan.
47
sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program
keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala
perpustakaan; atau (5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit
produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi
dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya
menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan
sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun
(misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran,
penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).
6. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran
(penilaian formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif),
khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk
menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja
guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri,
sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru dengan PK
Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian
standar kompetensi tersebut.
48
PK Guru untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian
PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan
sebagaimana berikut.
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh
penilai maupun guru yang akan dinilai, yaitu:
1) memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang
diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan profesi guru;
2) memahami pernyataan kompetensi guru yang telah
dijabarkan dalam bentuk indikator kinerja;
3) memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara
penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua
hasil pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan
dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil
penilaian; dan
4) memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru
yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal
pelaksanaannya.
b. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai
sebelum menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, yaitu:
1) Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan
guru yang dinilai sebelum dilakukan pengamatan dilaksana-
kan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada perte-
muan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan
melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak mungkin
dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib
dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi
sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dapat
dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada format khusus yang
disediakan untuk proses pencatatan ini.
2) Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di
luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing‐masing
penilaian kinerja. Untuk menilai guru yang melaksanakan proses
pembelajaran atau pembimbingan, penilai menggunakan
49
instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan.
c. Tahap Penilaian
1) Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap
kompetensi dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum
pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan
skor 0, 1, atau 2 pada masing‐masing indikator untuk
setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan
kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta
bukti‐bukti berupa dokumen lain yang dikumpulkan selama
50
proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap kompetensi
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
Persentase
Nilai Hasil PK Sebutan Angka kredit
91 – 100 Amat baik 125%
76 – 90 B 100%
61 – 75 ai
Cukup 75%
51 – 60 Sedang 50%
≤ 50 Kurang 25%
51
melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya
untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode
berikutnya.
e) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan
hasil penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani
format laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut.
Format ini juga ditandatangani oleh kepala sekolah.
f) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah
atau lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka
penilaian dilakukan di sekolah/madrasah induk.
Meskipun demikian, penilai dapat melakukan
pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi
dari sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau
membimbing.
d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai
wajib melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk
menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK Guru formatif
dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan
untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif
dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi,
atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru
sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota,
provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka
kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1)
laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK
52
Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya.
53
a. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
54
dengan fungsi sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar
tatap muka guru.
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan
sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka
diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru
pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan tersebut.
55
c. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka guru
8. Penilai PK Guru
a. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila
Kepala Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya
karena jumlah guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala
Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator
PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan
oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai
berikut.
56
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
6) Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta
mampu untuk menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
b. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala
Sekolah atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja
penilai dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas
Pendidikan dengan memperhatikan prinsip‐prinsip penilaian
yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah khusus,
penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau
Guru Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh
seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun.
9. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan
terbukti melanggar prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga
menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara
melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut.
57
pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah.
Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak‐
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi.
Tugas dan tanggung jawab masing‐masing pihak dirinci berikut ini.
58
2) Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas
Pendidikan Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat
Kabupaten/Kota.
3) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru
di sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya.
5) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru
yang berada di bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan
Kepala Dinas.
6) Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru
yang diajukan sekolah.
7) Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik
dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang
ada di daerahnya.
8) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru
untuk menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil,
akuntabel, dan sebagainya.
9) Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK
Guru di sekolah‐ sekolah yang ada di wilayahnya dan
mengirimkannya kepada sekolah, dan/atau LPMP dengan
tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi masing‐masing.
e. Satuan Pendidikan
1) Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
2) Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu‐Rambu
Penye-lenggaraan PK Guru dan prosedur operasional standar
penye-lenggaraan PK Guru.
3) Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas
59
Kabupaten/Kota.
4) Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah
disusun secara efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dsb.
5) Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan
tugas.
6) Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan
PK Guru.
7) Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi,
keuangan (jika ada) dan pelaksanaan program.
8) Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru
untuk tahun berikutnya.
9) Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat,
LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPTD Dinas
Pendidikan Kabupaten di Kecamatan, dan Pengawas Sekolah.
10) Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya
kepada Tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan angka
kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat
dan jabatan fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung
dan menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan
verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada
kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim
penilai dapat mengunjungi sekolah. Sekolah juga menyampaikan
laporan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dan/atau ke UPTD Pendidikan Kecamatan.
11) Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada
guru yang memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang d i
tetapkan.
E. Pengembangan Karir
1. Ranah Pengembangan Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
60
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama
itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang
tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan
yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.
61
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan
pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir, seperti disajikan
pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
a. Penugasan
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka
melaksanakan tugasnya, guru melakukan kegiatan pokok yang
mencakup: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
62
pokok sesuai dengan beban kerja guru.
63
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
64
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap
guru bimbingan dan konseling dapat memenuhi beban
membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun.
Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak
dapat memenuhi beban membimbing tersebut, kepala
sekolah/madrasah melaporkan kepada dinas Pendidikan
Provinsi/ Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
65
dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150
peserta didik per tahun.
66
pelatihan profesional guru dan pengawasan yang
ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
g) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan wajib melaksanakan tugas sebagai pendidik,
dengan ketentuan berpengalaman sebagai guru sekurang-
kurangnya delapan tahun atau kepala sekolah sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik
sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
memiliki Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas
pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas
pengawasan.
b. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah
promosi. Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru
pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari
atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru.
67
3. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan
fungsional guru dari yang terrendah sampai dengan yang tertinggi,
yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang
kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan
jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit
dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas:
68
2) Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan
pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,
bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru
Pertama dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang
IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau
pengembangan karya inovatif.
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berke-
lanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai
berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit.
2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit.
69
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan
diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi
guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan
diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit.
Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1
(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di
jurnal yang ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan
diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya
mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 (empat belas) angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari
subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil
penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengem-
bangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka
kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari
subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil
penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
9) Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi
Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana
pada poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah.
c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang
tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini.
1. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan
bidang yang diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur
70
penunjang dengan angka kredit sebagai berikut.
71
untuk kenaikan jabatan/pangkat.
72
Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan
hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
73
d. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada
guru mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan
keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
74
kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai
dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan
memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab
untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat,
kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan.
75
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian
pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.
e) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
a. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau
tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi
menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul
akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa:
1) tindak kekerasan,
2) ancaman, baik fisik maupun psikologis
3) perlakuan diskriminatif,
4) intimidasi, dan
5) perlakuan tidak adil
b. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap
profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat
guru dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah
perlindungan profesi dijelaskan berikut ini.
76
atau kesepakatan kerja bersama.
4) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru
harus mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama.
5) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib
melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak
wajar.
6) Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk
menyampaikan pan-dangan.
7) Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreatifitas, dan
melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi
dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
8) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas
profesinya dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
9) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari
pelbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.
10) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik,
meliputi:
substansi,
prosedur,
instrumen penilaian, dan
keputusan akhir dalam penilaian.
11) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
penetapan taraf penguasaan kompetensi,
standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus.
12) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi:
mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik,
memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau
asosiasi profesi guru, dan
bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
13) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan formal, meliputi:
akses terhadap sumber informasi kebijakan,
partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan formal, dan
memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada
77
tingkat yang lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari
lapangan.
78
keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat
kerja.
79
diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan
juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk
penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang
bersengketa tersebut.
b. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru
dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak lain yang
dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya.
80
Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999,
pada dasarya para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan
pendidikan dan guru, berhak untuk menyelesaikan sendiri sengket yang
timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut
selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak.
Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851
sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah
suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri
suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu
perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah
ancaman.
e. Advokasi Litigasi
81
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara
guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang
dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat
memberikan advokasi litigasi.
f. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara
guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang
dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat
memberikan advokasi nonlitigasi.
82
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara
penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang
cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan
fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau
padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time),
biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive)
terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis
(formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1)
angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan
bahwa masyarakat dimungkinkan memakai alternatif lain dalam
melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat
dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
5. Asas Pelaksanaan
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan
menggunakan asas-asas sebagai berikut:
a) Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis,
agama, latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial
ekonomi guru.
b) Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan
dapat berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.
c) Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi
guru memiliki manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat,
martabat, dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi
kemajuan pendidikan formal.
d) Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum
bagi guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah
komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
e) Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan
pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.
f) Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada
pokok persoalan.
g) Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi
guru dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal,
litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.
83
6. Penghargaan dan Kesejahteraan
Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan
kepada guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar
biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang
diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian
yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja dan/atau
kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh
guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas
keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
84
fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.
Khusus berkaitan dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru
disajikan berikut ini.
85
intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
86
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di
Daerah Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan
yang bersifat seremoni belaka. Penghargaan ini secara selektif
dan kompetitif diberikan kepada d u a orang guru sekolah dasar
(SD) Daerah Khusus dari seluruh provinsi di Indonesia.
87
nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.
88
hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus. Keenam,
objektivitas dalam memberikan nilai kepada peserta didik
berkebutuhan khusus.
89
memiliki hak atas penghargaan sesuai dengan prestasi dan
dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada guru pada
satuan pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga,
berjasa pada negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa.
90
atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian naskah lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran a t a u s e j e n i s n y a tingkat
nasional; penilaian penentuan nominasi pemenang lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat
nasional; penentuan pemenang lomba keberhasilan guru dalam
pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan pemberian
penghargaan pemenang lomba tingkat nasional.
91
kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya diserahkan
sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Kepada pemenang di tingkat nasional diberi hadiah
dan penghargaan dari kementerian pendidikan.
h. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama
pendidikan antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi.
Kerjasama antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di
92
kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya.
7. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru
berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan
hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat
pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
a. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi
akademik tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik,
93
kepribadian, sosial, dan profesional atau akademik. Sertifikasi guru
merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada mereka.
Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat
keprofesionalan guru.
Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja,
dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah bersertifikat akan
menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan
mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap
muka per minggu dan persyaratan lainnya.
94
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
b. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
17 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi
tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di
sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam
pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan
fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat
(3).
c. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen
Pemerintah untuk terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan
guru dan dosen, di samping peningkatan profesionalismenya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang
diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di
di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan
setara dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.
95
darurat lain.
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
96
kualifikasi yang sama.
d. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam
rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan
penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh
pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau
bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
97
merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten
terhadap profesi guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya
motivasi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
tenaga profesional.
G. Etika Profesi
1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia
dipersepsi oleh masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Idealnya,
pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah “panggilan jiwa” untuk
memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik,
mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses
belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada
siswa agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya,
menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa,
tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan
khusus.
98
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat,
tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan
sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan
melakukan profesionalisasi secara terus-menerus, memotivasi-diri,
mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri,
mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru
profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik
dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional
bercirikan seperti berikut ini.
99
studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik
profesi seperti berikut ini.
100
h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi
“malpraktik”, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana,
sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja,
guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama
anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam
bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
2. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi
profesi guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan
Kehormatan Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh
karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan.
c. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan
perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik,
anggota masyarakat, dan warga negara.
101
organisasi dan etika profesi guru.
102
4. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi
Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu
profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu,
ketika bekerja mereka harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka
mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa,
dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan
beradab.
103
Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak.
Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa
untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi
guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan
etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesian.
104
bermartabat, dan beretika akan terwujud. Dampak ikutannya adalah,
proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif
berjalan secara efektif dan efisien di sekolah.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat
Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus
II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada
Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di
Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap
orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi
referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk
merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
105
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang
dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah
setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan
negatif bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha
profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengem-
bangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampu-
annya untuk berkarya.
9) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-
kali merendahkan martabat peserta didiknya.
10) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didik-
nya secara adil.
11) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung
tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun
dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan
peserta didiknya.
13) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi
peserta didiknya dari kondisi- kondisi yang menghambat proses
belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
14) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya
untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan
kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
15) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang
melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
16) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan
profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi.
106
kependidikan pada umumnya.
6) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk
berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan,
kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-
keuntungan pribadi.
107
8) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk
mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan
dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
9) Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan
sejawat.
10) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan
sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan
pembelajaran.
11) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang
dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesi-onalnya.
12) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru
berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau
calon sejawat.
13) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang akan merendahkan marabat pribadi dan
profesional sejawatnya.
14) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional
sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
15) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat
kecuali untuk pertimbangan- pertimbangan yang dapat
dilegalkan secara hukum.
16) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang
langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik
dengan sejawat.
108
8) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul
akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
109
6. Pelanggaran dan Sanksi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan
pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-
undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi sebagai seperangkat
prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan
profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi atau
asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu, Kode Eik
Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber
utamanya, yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan
martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah.
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan
dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau
asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi
norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesian.
110
kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri
dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat
hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI.
Refleksi akhir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi
di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana
peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat
minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran
guru yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan
di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi
yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi
pembangunan masa depan bangsa.
111
kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari
sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi
guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan
itu sendiri. Frasa “tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik secara
akademik maupun regulasi.
112
dibedakan menjadi empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik,
terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga
fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga
teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4)
tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah,
direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah;
dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalah- masalah manajerial atau
administratif kependidikan.
113
melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan
dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji
kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan
karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru
di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa
depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan
perhatian dan priotitas utama.
114
Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan
perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru
sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan,
rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan
dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus
yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.
115
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan
perundang-undangan.
===00===
116
BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Teori Belajar
1. Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbe-
lakangan tersebut disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk
kepentingan penyelenggara bukan untuk peserta didik; (2) pembelajaran
yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas
pengajar hanya sebagai penyampai pokok bahasan. Mutu pengajaran
menjadi rendah karena yang diukur hanya daya serap sesaat yang
dungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial. Pengajaran
tidak diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya
dapat melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif
cenderung terabaikan; (4) diskriminasi penguasaan wawasan yang terjadi
akibat anggapan bahwa yang di pusat mengetahui segalanya
dibandingkan dengan yang di daerah, yang di daerah merasa mengetahui
semuanya dibandingkan dengan yang di cabang, yang di cabang merasa
lebih tahu di bandingkan dengan yang di ranting, begitu seterusnya. Jadi,
diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjek—
objek; dan (5) pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan
tidak salah melangkah. Teks atau buku acuan dianggap segalanya jika
telah menyampaikan isi buku acuan berhasillah dia.
117
i) guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan
wewenang profesionalismenya dan mempertentangkannya
dengan kebebasan murid
j) guru adalah subjek proses belajar murid objeknya.
118
PAIKEM beserta teori belajar yang melatarinya dan model
pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu saat ini tentang pergeseran
paradigma mengajar dari guru sentris ke siswa sentris. Isu tersebut sejalan
dengan perkembangan zaman, yakni proses transformasi pendidikan
menuju pada learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together.
119
Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM
120
yang mereka peroleh dari bangku sekolah yang pernah diikuti; (3) dunia
anak adalah dunia bermain tetapi materi pelajaran banyak yang tidak disajikan
lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh pemberian materi
pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang mengandung
nuansa filsafat pendidikan; (4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif
dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan tidak memberikan
kesempatan bagi kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia belajar aktif.
Banyak guru yang tidak mampu mengaktifkan belajar siswa karena
menganggap siswa sebagai objek yang tidak dapat bertindak, berpikir,
dan berlaku seperti yang diharapkan guru.
121
Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan. Watson mengemukakan
ada dua prinsip dalam pembentukan kebiasaan yaitu kekerapan dan
kebaruan. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu
bertindak balas terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli
itu maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan respon
yang sama terhadap stimuli tersebut.
122
Tabel 1.1 Perkembangan Kognitif Anak menurut Jean Piaget
Tahap Umur Ciri Pokok Pengembangan
SENSORIMOTORIK 0-2 Tahun Berdasarkan tindakan langkah
demi langkah
PRAOPERASIONAL 2 – 7 Tahun Penggunaan symbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
OPERASI 8 – 11 Tahun Pakai aturan jelas/logis
KONKRET reversibel dan kekelan
OPERASI FORMAL 11 Tahun ke Hipotesis
atas abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas
123
memasukkan teori ini sebagai bagian dari teori belajar behavioristik.
Sebab, Albert Bandura menekankan pada peran penting proses kognitif
dalam pembelajaran sebagai proses membuat keputusan yaitu bagaimana
membuat keputusan perilaku yang ditirunya menjadi perilaku miliknya.
Behavioristik Konstruktivistik
Pengetahuan adalah objektif, Pengetahuan adalah non-objective,
pasti, dan tetap, tidak berubah. tempo- rer, selalu berubah, dan tidak
Pengetahuan telah terstruktur menentu
dengan rapi.
124
adalah memindah konkret, aktivitas kolaboratif, dan
pengetahuan ke orang yang refleksi serta interpretasi. Mengajar
belajar. adalah menata lingkungan agar siswa
termotivasi dalam menggali makna
dan menghargai ketidakmampuan
125
ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS
RESTRUCTURING OF
IDEAS
COMPARISON
WITH PREVIOUS Exposure to conflict
IDEAS situation
Evaluation
APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS
126
4) Aplikasi ide dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi
yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih
lengkap bahkan lebih rinci.
5) Review dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi
gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara
mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review kemudian
dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki maka
akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa.
127
dari masa lalu maupun masa depan yang dapat memengaruhi atau
menyebabkan munculnya perilaku tertentu.
128
memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
besarnya usaha yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas
tersebut, besarnya tantangan saat menghadapi kesulitan, dan
kemungkinan muncul rasa khawatir menghadapi suatu tugas, bahkan ada
rasa takut ataupun kurang percaya diri.
e. Rangkuman
1. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi
tersebut merupakan hubungan antara stimuli (S) dan respon (R).
Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan.
f. Pelatihan
1. Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam
hal
a. Belajar
b. Mengajar
c. Kedudukan peserta didik
d. Pengetahuan
e. Fungsi Mind
129
2. Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik
berdasarkan prespektif sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda
ketahui!
3. Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut
Piaget!
4. Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut
pandangan teori belajar behavioristik dan konstruktivistik secara
aplikatif yang selama ini telah Anda lakukan!
5. Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori
belajar humanistik yang dikemukan oleh Bandura!
130
Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap
apatis tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun,
kondisi tempat mengajar yang tidak mendukung, teman-teman lain yang
juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak menuntut apa-apa dari guru.
Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa bersusah payah,
kan sebentar lagi pensiun", jawabnya dengan enteng ketika ditanya
tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar dijalaninya seperti
biasanya. Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi,
gaya mengajar saat ini sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu.
Padahal, rentang tahun yang begitu panjang amat baik jika diisi dengan
perubahan positif gaya mengajar.
131
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends
(dalam Kardi dan Nur, 2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil
memerlukan sifat-sifat sebagai berikut.
a) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang
memungkinkan ia mengembangkan hubungan kemanusiaan yang
tulus dengan siswa, orang tua, dan kolega-koleganya.
b) Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu
pengetahuan. Mereka menguasai dasar-dasar pengetahuan
tentang belajar dan mengajar; menguasai pengetahuan tentang
perkembangan manusia dan cara belajar; dan menguasai
pengajaran dan pengelolaan kelas.
c) Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar
yang telah dikenal di dunia pendidikan untuk mendorong
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar.
d) Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang
mendorong siswa untuk berpikir reflektif dan mampu
memecahkan masalah. Mereka memahami bahwa belajar
pengelolaan pembelajaran yang baik merupakan proses yang
amat panjang sama halnya dengan profesi lain, yang memerlukan
belajar dan interaksi secara berkelanjutan dengan kolega seprofesi.
c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritis—konseptual, analitis, dan reflektif;
132
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan
informasi secara permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwara—untuk
melayani semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.
e. Praktikkan
1) Gunakan di luar sekolah;
2) Lakukan;
3) Ubahlah murid menjadi guru;
4) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
133
intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan
monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran
induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar
dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif. Dalam
menangani siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan
karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter menyatakan,
“bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia
mereka”.
134
dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.
135
belajar dengan kemam- • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
puan peserta didik. kelompok tersebut.
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan • Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan
pembelajaran dengan pengalamannya sendiri.
pengalaman peserta didik • Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam
sehari-hari. kegiatan sehari-hari
7. Menilai proses • Guru memantau kerja peserta didik
pembelajaran dan • Guru memberikan umpan balik
kemajuan belajar peserta
didik secara terus
menerus.
2. Model-model PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan
bermacam-macam pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
yang diuraikan di dalam modul ini didasarkan pada konsep model
pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh Bruce dan
koleganya (Joyce, Weil, dan Showers, 1992) dan diberi nama model
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut
adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai. Berikut ini disajikan model-model
pembelajaran.
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey
dan Herbert Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan
cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan
prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara
berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang
mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan
hasil lebih baik. Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran
kooperatif haruslah diciptakan setting kelas dan proses pengajaran yang
mensyaratkan adanya kontak langsung, berperan serta dalam kerja
kelompok dan adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok.
136
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khususnya. Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model
pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap sintaks.
137
2) Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok
dengan 5 atau 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang
diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah
hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang
populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar
tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari
kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan
berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.
Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu,
setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampai-
kan apa yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada teman-
temannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal
(lihat gambar 112)
1 2 1 2 1 2 1 2 Kelompok
asal
3 3 3 3
Kelompok
1 1 2 2 3 3
ahli
1 1 2 2 3 3
Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal
3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Untuk beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
dan diteruskan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
138
Tabel 2.3 Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
kognitif akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi & ketr. sederhana
inkuiri
Tujuan Kerja kelompok Kerja kelompok Kerjasama Keterampilan
sosial dan kerja sama dan kerja sama dalam kelompok kelompok an
kompleks keterampilan
sosial
Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,
tim heterogen belajar belajar dengan berdua, bertiga,
dengan 4-5 heterogen 5-6 anggota kelompok
orang anggota dengan 5-6 heterogen dengan 4-6
orang anggota anngota.
menggunakan
pola kelompok
”asal” dan
kelompok ”ahli”
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
topik
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
Utama menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan materi dalam inkuiri kompleks tugas-tugas
dan saling kelompok” ahli” yang diberikan
membantu untuk kemudian sosial dan
menuntaskan membantu kognitif
materi anggota
belajarnya kelompok asal
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes proyek dan
mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes essay
Pengaku- Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
an pengetahuan pengetahuan
dan publikasi dan publikasi
lain lain
139
pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu
model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya
siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan
bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan
pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan
suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri.
140
c. Pembelajaran berdasarkan Masalah
Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks
dibandingkan dua model yang telah diuraikan sebelumnya. Model
pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum, yaitu
menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna
yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus
yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada
keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan
produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya kerja
sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat
memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya
dapat memenuhi permintaan pasar” Apabila pemecahan terhadap
masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara
ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas
cahanyanya berbeda” merupakan masalah akademis yang apabila
ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara
langsung.
141
Tahap Tingkah Laku Guru
d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang
juga sering disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends
menyebutnya sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang
menyumbang dasar pengembangan model pengajaran langsung John
Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang mempercayai bahwa
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain.
142
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik.
5. Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan dan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari.
e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.
Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi
kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan,
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa
bidang studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau
dengan bidang studi lainnya.
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan.
Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus
diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan
konseptual.
143
logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa
berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep.
g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching)
dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum
Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan
pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum
diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning
(Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic Programming
(Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective
Instruction (Hunter).
144
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek
metode kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2)
segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui
setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks
dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum.
Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap
sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang
luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
h. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan
siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar.
Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif,
siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai
pemandu atau fasilitator.
145
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori
beranggapan bahwa
(1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan
penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus
diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;
(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak
selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus
dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;
(3) dunia anak adalah dunia bermain;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
146
Berikut rincian proses tersebut.
a) Rangkai-Ulang
b) Ungkapan
c) Kaji-Urai
d) Kesimpulan
e) Tindakan
i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada
di bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan
suasana alam dan masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat
untuk mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual.
Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan
barang baru. John Dewey sudah mengemukakan pembelajaran
kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey &
Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran
bukanlah sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).
147
sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-
masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan
keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi
berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan. Tentunya,
pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat
menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan
2) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang
berawal dari sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar,
148
biasanya muncul pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang
membuka buku, bertanya, dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan
berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa.
Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek
informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan
penemuan yang dilakukannya.
3) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan
begitu, siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan
pemikirannya sendiri. Konstruktivistik merupakan landasan berpikir
(filosofis) metode kontekstual, yaitu bahwa pengetahauan dibangun
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak seketika. Manusia harus mengkonstruksikan
pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman tidak melalui
ingtana dan hafalan saja.
4) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada
siswa agar siswa tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu
seperti suara dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah melakukan
pemodelan. Pemodelan adalah pemberian model agar siswa dapat belajar
dari model tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya tulis, model
paragraf, model kalimat, dan seterusnya. Dari model itu, siswa
mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang ditunjukkan.
Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat
diambil dari mana saja.
5) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman
belajar bagi siswa. Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya
setelah berdiskusi dengan temannya. Masyarakat belajar menyarankan
bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh dari bertukar pendapat dengan temannya,
denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang
kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun. Dalam kelas
yang kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran
dalam kelompok belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-
anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah.
Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap
berada satu kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan
dapat selalu bervariasi dari segi apapun.
149
6) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam
kontekstual, perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui
pengumpulan data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di kelas.
Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga
di saat siswa aktif belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada
komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak banyak omong di
kelas ternyata nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat,
berbicara, dan bercerita mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian
tulis bernilai rendah.
7) Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah
dilakukan, aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja
diterima. Dengan merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari.
Refleksi tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di
akhir bab/tema, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat
berupa pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu,
lagu, puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas,
diskusi, dan yang lain-lainnya.
j. Rangkuman
1) PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar
mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan
kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana
menyenangkan.
2) Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di
masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan
prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai
fasilitator bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan
objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi
bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi
150
bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa
partisipatif bukan pasif .
3) Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah
(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah
laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
4) Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran
kooperatif, (b) pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran
melalui penemuan, (d) pembelajaran langsung, (e) pembelajaran
komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h) kuantum, (i) partisipatori,
dan (j) kontekstual.
5) Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a)
tipe STAD, (b) tipe Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe
Pendekatan Struktural.
6) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Selain
keterampilan akademik, model pembelajaran kooperatif menekankan
pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya bekerjasama dan
menghargai pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa diberi ruang yang sangat luas untuk berinteraksi dengan siswa
lain, guru, dan sumber belajar. Guru diharapkan selalu memberikan
penghargaan kepada kelompok kooperatif yang paling kinerjanya
bagus.
7) Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada pemecahan
masalah autentik, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan nyata, yang dirasakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
8) Belajar melalui penemuan (inkuiri) memberikan pengalaman kepada
siswa sebagaimana ilmuwan membangun pengetahuan. Secara garis
besar tahapannya meliputi: menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan
eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data hasil
eksperimen, dan menarik kesimpulan.
9) Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu.
10) Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan
keterampilan prosedural terutama yang mengandung resiko
(berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang penalaran tingkat
tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.
151
k. Pelatihan
1) Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM
dan CTL!
2) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan tipe Jigsaw!
3) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dan model pembelajaran melalui penemuan!
4) Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
5) Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda),
kemudian deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model
Jigsaw!
6) Siswa ingin memcahkan masalah “Bagaimanakah hubungan jumlah
baterai terhadap nyala lampu?” Untuk memecahkan masalah tersebut
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau model
pembelajaran problem based instruction yang tepat untuk dipilih,
berikan argumentasi Anda!
7) Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang
boleh menjawab dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head
together, padahal sebelum menjawab semua anggota kelompok telah
berdiskusi dulu!
8) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model
kooperatif tipe think-pair-share!
9) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan
melalui model pembelajaran problem based instruction?
10) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran
langsung.
11) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui
model pembelajaran langsung.
12) Jelaskan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
meningkatkan proses pembelajaran!
13) Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terkait dengan persiapan proses pembelajaran?
14) Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dalam proses pelaksanaan pembelajaran!
15) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dengan pembelajaran CTL!
16) Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dengan pembelajaran PAIKEM!
152
C. Media Pembelajaran
1. Pengantar
Modul ini mengkaji tentang pengertian media pembelajaran,
landasan pentingnya penggunan media dalam pembelajaran, fungsi
media pembelajaran, jenis dan klasifkasi media pembelajaran, pemilihan
media pembelajaran, pengembangan dan penggunaan media
pembelajaran.
Untuk mempelajari modul ini ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu
kegiatan belajar tatap muka dengan instruktur pelatihan melalui tatap
muka dan kegiatan belajar dilakukan tanpa kehadiran instruktur
(kegiatan terstruktur dan belajar mandiri). Anda dapat melakukan
kegiatan terstruktur tersebut secara mandiri (sendiri atau dalam
kelompok). Walaupun instruktur tidak hadir secara fisik bersama-sama
peserta pelatihan untuk melakukan kegiatan pelatihan.
Agar hasil belajar yang Anda peroleh dengan media modul ini
optimal, Anda disarankan membaca referensi lain yang relevan, membaca
berbagai artikel baik dari jurnal cetak maupun dari internet, melakukan
diskusi dengan teman sejawat atau instruktur, dan mengerjakan tugas-
tugas atau latihan-latihan yang disediakan dalam naskah modul ini.
Jangan segan-segan bertanya kepada teman atau kolega Anda yang telah
berpengalaman dalam merancang, mengembangkan, dan mengim-
153
plementasikan media pembelajaran. Biasanya belajar dari pengalaman
orang lain akan jauh lebih bermakna.
Modul ini menghendaki Anda untuk memraktekkan pengetahuan
yang telah Anda pelajari melalui workshop pengembangan perangkat
pembelajaran ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan Pelaksanaan Pembelajaran (peer teaching).
154
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa
pengertian materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi
rambu-rambu pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan untuk
memperjelas perbedaan konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda
ajarkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam
kategori materi pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran itu
Anda dapatkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan
dalam kategori sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat
bantu apa Anda mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan
ini dapat Anda masukkan dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti
contoh uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi
dasar membaca cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan
tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan.
Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda ini adalah materi
pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari
buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat
kabar Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan
sumber bahan atau sumber materi. Dengan alat apa Anda mengajarkan
materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin
jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang
berisi nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini,
arloji, stopwatch, handphone, dan tabel isian tersebut dapat Anda
kategorikan sebagai media pembelajaran.
155
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam
kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran,
penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke
kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut , maka media yang banyak
digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual
(gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media
dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep
multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari
pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses
komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah
dalam proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa:
Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan,
gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima
pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dan sebagainya;
b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan
menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan
sebagainya; dan c) Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaikan,
misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil,
abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.
156
dengan menggunakan media), dan akhirnya kita mengajak siswa
mengamati lambang atau simbul yang merupakan representasi kejadian.
a. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki
keistimewaan, antara lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki
kemampuan untuk menangkap, menyimpan, kemudian menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu
objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam
kemudian disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan
lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif,
artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan
berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya,
penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah ukurannya,
kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c)
Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau
kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya
dengan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai
fungsi yang jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan
komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis besar, fungsi
media menurut (Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni
(1) menghindari terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan
minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa, (4) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
157
simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau
hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu gambar yang sederhana
atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk
gambar, (5) poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan
menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat, (6)
papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan
gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7)
bulletin board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar
atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan
menggunakan lem atau alat penempel lainnya.
158
Lambang
verbal
Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati
Gambar bergerak
Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Pengalaman langsung
b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui
proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan
pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih
memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku
tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk
memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan
159
pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan
(sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu; b)
Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.
Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran
kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes,
dan kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket
program pengajaran individual, hampir sama dengan modul.
Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun
dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai
biasanya berisi informasi yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan
balikan/respons dari pertanyaan bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang
diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead
Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran
8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a)
Write on film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat
ditulisi atau digambari secara langsung dengan menggunakan spidol; b)
PPC transparancy film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi
yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin
fotokopi; dan c) Infrared transparancy film, yaitu jenis transparansi yang
dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk
memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar.
Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP
yang dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu
kelas atau ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat
dibandingkan dengan OHP jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP
yang dirancang agar mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya lebih kecil
dan bobot beratnya lebih ringan.
2). Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya
dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa
kata-kata, musik, dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah
media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran
gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan
(penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau
informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan
dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan
penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari
160
pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di
ruang-ruang kelas.
161
harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul karena tidak
ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang benar. Jadi permainan
pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada masalah memiliki
potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat
dan realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a)
Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya media yang
menggabungkan unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki
kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat
mandiri, member kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa
sehingga pengguna bisa menggunakan media tanpa bimbingan orang
lain.
d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang
dimanfaatkan guru dalam rangka mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan
beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran.
2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media
pembelajaran adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda
perlukan dalam pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya,
ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi
162
tertentu dan Anda memutuskan untuk menggunakan media
pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape recorder, kaset
rekaman berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya
tidak tersedia, kaset rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda
upayakan sehingga pada saat Anda perlukan media itu tersedia. Ternyata,
di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat
pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian, kaset
rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda
gunakan saat itu.
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa
tidak harus yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di
lingkungan siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat
Anda gunakan untuk media pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu
Anda membeli surat kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan,
ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat Anda
gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman
atau pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon
besar di sekolah Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media
pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata pelajaran
yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media
pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena membicarakan
tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam proses
komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media
pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat Anda dapatkan di
sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan, slogan di
sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media
pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan
dan penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya,
media pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda
adalah media yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk
terlibat dalam proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat
memilih dan menentukan media pembelajaran yang menarik, setidaknya
Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan
kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia
siswa, (3) baru, (4) menantang, dan (5) variatif.
163
laboratorium, peralatan multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru
belum mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media antara lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang
paling praktis untuk dipilih; c) Ketersediaan perlengkapan yang
diperlukan; dan d) Harus sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik
ditinjau dari budaya, usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat dan
perhatian siswa; e) Seberapa jauh media tersebut mampu membawa
peserta didik mencapai sasaran belajarnya; dan f) Apakah media yang
dipilih guru cukup memadai dengan hasil yang akan dicapai, termasuk
dana yang diperlukan, waktu yang dipergunakan dan kegiatan yang
harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah “sejauh mana
proses encoding dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu
mengefektifkan dan mengefisienkan proses pencapaian tujuan”. Peranan
perangkat akal (brain ware) sangat menentukan dalam menganalisis
hubungan fungsional antara karakteristik materi pelajaran dengan
karakteristik metode transmisi, perangkat media, dan karakteristik
penerima pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi “barier” atau
“noices” yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan
dapat berbentuk hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat,
kepercayaan, intelegensia, pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit,
keterbatasan daya indera), serta hambatan kultural seperti perbedaan
adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan. Juga dapat terjadi hambatan pada
lingkungan. Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu
mengatasi hambatan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran
antara lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan
media dan perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang
mudah out of date akibat kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak
memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan
karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya kemampuan,
pengetahuan, keterampilan dalam memilih, mengembangkan,
mengopersionalkan media dalam pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir
terhadap konsep media pembelajaran yang selalu berorientasi pada media
perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara
lain: a) Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media
pembelajaran yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah
sesuai dengan karakteristik media tertentu khususnya media perangkat
lunak; c) Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan
dilakukan sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana
yang ada; d) Dalam membicarakan media pembelajaran, kita harus
164
mengacu pada konsep pengertian media pada media perangkat keras dan
media perangkat lunak; e) Pengembangan media perangkat lunak akan
memiliki peranan yang lenih fungsional dibandingkan pengembangan
media perangkat keras; dan f) Pengembangan media perangkat keras
harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas,
sarana dan dana yang ada.
165
keseimbangan informal , yang ditunjukkan dengan pembagian yang
asimetris.
Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang
dengan unsur-unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1. Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur
bersama dan akan membimbing pemirsa untuk mempelajari media
tersebut dalam suatu urutan tertentu.
2. Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian
khusus pada suatu yang divisualkan.
3. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan
mencegah rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu
digunakan dengan cermat, maka unsur-unsur yang dirancang menjadi
efektif.
4. Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti
sentuhan rasa tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti
warna, memberikan penekanan, pemisahan atau untuk meningkatkan
kesatuan.
5. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam
media visual, tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk
memperoleh pengaruh terbaik. Digunakan pada unsur-unsur visual
untuk memberikan penekanan, pemisahan atau meningkatkan
kesatuan. Dipilih warna yang merupakan kesatuan harmonis, dan
jangan terlalu banyak macam warna akan mengganggu pandangan
dan dapat menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : warna
(merah, biru, dan lain-lain.), nilai warna (gelap, terang), kekuatan
warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-
out atau susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan
menyusun beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan.
Prinsip umum dan pembuatan lay-out digunakan sebagai pedoman
berbagai media grafis yang tidak diproyeksikan, misalnya: gambar,
ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, transparansi, dan lain-lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis
dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat
digunakan adalah powerpoint, adobe photoshop, frehand, dan lain-lain.
Sumber gambar dapat diperoleh dengan cara scaner gambar, kamera,
download dari internet, dan lain-lain.
166
dengan bisdang studi tertentu, maka harus memperhatikan materi
yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan
program maka dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang
terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan
melakukan penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-
bahan baik yang tertulis dari suatu kepustakaan atau sumber lain,
atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang
diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi
sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program
audio berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan
: tujuan , bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti,
kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam,
setiap jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada
dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan
merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.
2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau
suara efek (sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan
oleh penyiar (announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah
ANN yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara
atau program akan disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator,
yang di dalam penulisan naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama
dengan penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki
program. Yang akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan,
tujuan, dan sebagainya. Untuk membedakan pembaca narasi laki-laki atau
perempuan , pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi
untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau
situasi yang dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi
pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain,
sehingga mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan
yang sedang dirangsang.
167
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah
bunyi benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan
sesuatu, yang dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis
efek suara, yaitu: pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua
adalah bunyi barang, gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara
ada yang sudah tersedia dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek
suara yang dibuat di luar studio dan dibuat di dalam studio secara hidup
dengan alat-alat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu,
orang berjalan mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.
168
masing-masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang
suatu masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk
tertentu. Agar dapat dibedakan antara format wawancara dan format
diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio
adalah tape recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak
dilakukan dengan bantuan komputer. Dengan bantuan komputer proses
editing dapat dilakukan lebih mudah.
169
tidak begitu banyak digunakan.
7. Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah
kasar yang telah selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide.
Hasil pemotretan ditandai dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal
dari objek sesungguhnya), caption (berasal dari tulisan yang dibuat
pada kertas karton), grafis (berasal dari gambar yang dibuat dengan
tangan atau komputer).
d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial,
latihan tes, simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan
Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dengan menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket
program tutorial ini mula-mula menyajikan materi pelajaran tertentu,
adakalanya komputer memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab
oleh siswa. Bila siswa menjawab degan benar maka komputer akan
menyajikan materi berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak
menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa
agar mendapat jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui
papan ketik agar dapat memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam
komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah
dipelajari dan merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam
menyelesaikan soal-soal dari yang seerhana sampai kompleks. Setelah
siswa selesai menjawab melalui papan ketik, komputer segera memberi
umpan balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab benar atau
dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing siswa untuk
menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan
informasi yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran,
sehingga dapat segera dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan
atau langsung melanjutkan ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan
latihan adalah pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa,
tidak peduli jawaban siswa benar atau salah, pertanyaan berikutnya
segera muncul setelah pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian
tes yang biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai
saat ini pemeriksaan jawaban soal-soal esai dengan komputer masih
belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses
atau sistem dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan
untuk memperagakan untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan
secara langsung seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan,
mengukur ledakan laut, mengukur tinggi menara atau menentukan
proses suatu tempat pada pola bumi.
170
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa
dapat belajar sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa
sehingga mengandung unsur-unsur tantangan, rasa ingin tahu,
menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket
program ini dapat mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa
dapat belajar berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan
permasalahan secara aktif. Paket program ini bervariasi dari yang
sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung pada rumitnya
permasalahan dan kecanggihan respon komputer terhadap respon siswa.
Misalnya; persoalan pemacahan terhadap pencemaran lingkungan.
Bentuk penyajian materi, digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan
materi pelajaran setahap demi setahap meliputi materi, contoh soal
latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya
menuangkan teks atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu
dilakukan maka akan mengkasilkan “buku elektronik” yang manfaatnya
tidak jauh berbeda dengan membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik
diperlukan kerjasama yang baik antara guru, desainer, analis, image
supplier, programer, dan maintenance, dengan tugas masing-masing: a)
Guru: sebagai orang yang menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b)
Desainer: sebagai penerjemah ide guru ke dalam skenario atau skrip
media; c) Analis: melakukan analisis skenario/skrip media dalam hal:
kelengkapan komponen skenario, struktur skenario, dan dapat tidaknya
skenario dipahami oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok
gambar ( foto, ilustrasi, grafik) dan audio; e) Programer: merupakan
pekerjaan inti dalam membuat media berbasis komputer, yang bertugas
menuangkan skenario/skrip media ke dalam komputer dengan bahasa
pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga
keberlangsungan program yang dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk
menghasilkan media yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh
karena itu perlu diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi agar
pemrograman dapat dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali
orang yang mempunyai salah satu keahlian dengan keahlian yang lain.
Membekali seorang programer dengan materi-materi bidang studi dan
teori belajar tentu sangat tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin
adalah membekali seorang guru bidang studi tertentu dengan
pengetahuan pembuatan skrip media dan bahasa pemrograman
sederhana atau guru didampingi seorang programer yang sekaligus
dapat memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih
sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru
(khususnya untuk pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran
171
berbasis komputer adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk
menghasilkan media yang lebih baik, diperlukan software lain sesuai
keperluan, antara lain yakni (1) Macromedia Flash, Gif Animator untuk
membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand, Photoshop,
UnleadPhotoImpac, untuk mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk
mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe premier, VCD Cutter, sebagai
program mengolah movie, dan (5) Program Sound Forge, untuk mengolah
suara. Untuk keperluan praktis, gambar, animasi, efek suara dapat
diperoleh di toko-toko penjual software komputer.
Media Siswa
Keterangan :
Guru
: komunikasi utam
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual
172
atau cra belajar individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain
adalah belajar jarak jauh.
Guru Siswa
173
S S
S
• Pengendalian diri dan kontrol
dilakukan oleh anggota
masing-masing dengan cara
menahan diri dan memberi
kesempatan kepada anggota
lain.
•
Keterangan: Gambar 3:
G : Guru Penggunaan
S : Siswa Media dalam Belajar
: Kelompok
Arus interaksi
a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1)
pembukaan pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3)
menarik perhatian siswa ke arah materi baru yang akan disajikan dengan
cara memberikan bahan pengait. Media yang dapat digunakan pada
tahapan ini, misalnya media cetak, medis grafis, media audio, media
audio-visual, atau pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga
dimensi.
b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru
tersebut dibagi dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian
materi, diadakan tanya jawab (review) untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa atas materi yang baru disajikan. Dengan demikian
kesalahpahaman atau kekurangjelasan materi dapat segera diatasi. Pada
tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan berbagai media seperti
halnya pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik
tujuan pembelajaran, materi dan siswa.
c) Tahap konsolidasi
174
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran
yang hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan
seluruh materi yang telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3)
pemberian umpan balik atas tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa,
dan (4) pemberian pekerjaan rumah jika diperlukan. Pada tahap ini dapat
digunakan media, media cetak (bagan), OHP atau papan tulis dan
beberapa media yang lain.
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan
beberapa peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian
disusul dengan penyajian materi baru terutama ditinjau dari aspek
teoretiknya. Atau dengan kata lain, landasan teoretik yang merupakan
rasional serta akan menjadi acuan dalam pengerjaan tugas/latihan,
disajikan pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga prosedur kerja
serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan
tugas/pelatihan.
d) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan
siswa atas materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah
175
memilih keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan
dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.
b) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan
pelaksanaan pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian
isi/pengembangan, umpan balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan
pada pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak memberitahukan garis
besar isi tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang
perlu diberitahukan kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang
benar, kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah menonton, dan apa
yang perlu disiapkan siswa untuk menonton.
176
2). Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa
yang berpusat pada pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan,
dievaluasi. Jadi tidak hanya meliputi penguasaan siswa akan materi
tontonan saja, tetapi juga hasil kegiatan tindak lanjut. Dengan demikian
apa yang diperoleh siswa akan benar-benar bermakna.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio
visual, maupun media grafis) secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni
(1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) tindak lanjut. Keempat
kegiatan itu disajikan dalam Gambar 4 sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan
Kegiatan Evaluasi
Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
177
B. LEMBAR LATIHAN
1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini,
selanjutnya, jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda
secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media
ini. Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media
pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara
media audio untuk pembelajaran.
178
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan
melakukan penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-
bahan baik yang tertulis dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau
saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang
diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi
sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program
audio berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan :
tujuan , bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan
peyusun program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam,
setiap jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada
dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan
merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.
4. Asesmen
a. Hakikat dan Metode Asesmen
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu
dengan dua istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi
(evaluation). Padahal ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda,
walaupun memang saling berkaitan.
179
semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif
(Johnson & Johnson, 2002; Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003). Asesmen
yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai asesmen
proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses
dibedakan menjadi asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper
and pencil) atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan
dengan cara memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya
soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang
meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response),
misalnya soal berbentuk esai, baik esai isian singkat maupun esai bebas.
180
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response
memiliki cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply
response dan performance assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada
selected response: (a) alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada
umumnya hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan
dengan bekal pengetahuan dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas
direspons secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada
penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan penilaian kinerja
menuntut respons yang murni dan aktual dari peserta, juga
membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara
mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu,
penilaian kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected response baik
dari segi cakupan tugasnya maupun cara atau struktur mengasesnya.
181
selalu cocok untuk semua keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan
karakteristik kemampuan yang hendak diukur. Karena itu, untuk
melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat sebaiknya
dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan
tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang
menunjukkan kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai
metode?
182
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
2. Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik
dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses
maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada
prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap
pencapaian kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-
indikator pencapaian hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :
183
1. Datang tepat waktu
2. Pakaian sesuai aturan
3. Bertanggungjawab pada
tugas
4. Pulang tepat waktu
Nilai
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit
atau merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua
kategori, ya atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Karena
itu dapat dipilih skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1,
2, dan 3. Tetapi setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya
sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan
mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor
kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan
rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik.
Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi
seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu
deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh
penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.
Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan
Rubriknya
Penilaian
Aspek yang dinilai
1 2 3
Rangkaian alat
Rangkaian alat
benar, tetapi tidak
Rangkaian alat benar, rapi, dan
Merangkai alat rapi atau tidak
tidak benar memperhatikan
memperhatikan
keselamatan kerja
keselamatan kerja
Pengamatan cermat, Pengamatan
Pengamatan
Pengamatan tetapi mengandung cermat dan bebas
tidak cermat
interpretasi interpretasi
Data lengkap, tetapi Data lengkap,
Data tidak tidak terorganisir, terorganisir, dan
Data yang diperoleh
lengkap atau ada yang salah ditulis dengan
tulis benar
184
Tidak benar Sebagian kesimpulan
Semua benar atau
Kesimpulan atau tidak ada yang salah atau
sesuai tujuan
sesuai tujuan tidak sesuai tujuan
2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek.
Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup
yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni:
afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah
perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri
peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan
lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap
materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap
positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang
diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap
negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu
memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan
dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan
hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki
sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap
kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan
lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif
terhadap program perlindungan satwa liar.
185
b. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku,
pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut
secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum
kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang
kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi
terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian
berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
2) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan
di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek
sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga
dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina
peserta didik.
3) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi
pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta
menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang
terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta
didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.
Tanggung jawab
Ramah dengan
Tenggang rasa
Menepati janji
Keterbukaan
Kedisiplinan
SIKAP
Kepedulian
Kerjasama
Kejujuran
Kerajinan
teman
N
tua
NAMA
186
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
3. Tes Tertulis
a. Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
187
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi
dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian
juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
188
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
5. Penilaian Produk
a. Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan
logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian
kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk
yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua
tahap proses pengembangan.
189
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan
ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta
didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh
guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi,
surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu
sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang
dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut
merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
190
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa
saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga
terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta
didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada
pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak
negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas
portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang
dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan
kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti
yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih
meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai
dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses
belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik.
8) Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan
dan kekurangan peserta didik.
191
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya
dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas
karya para peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai
dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan
karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun,
antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau
perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu
karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika
perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan
tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat
membantu dan memotivasi anaknya.
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
KRITERIA
No. SK / KD / PI Waktu Speaking Grammar Vocab Pronoun- Ket
ciation
16/07/07
24/07/07
1 Introduction
17/08/07
Dst....
12/09/07
2 Writing 22/09/07
15/10/07
Memorize 15/11/07
3
Vocab 12/12/07
192
portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio
menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi
oleh guru untuk menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil
kerja tersebut.
193
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk
mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian
diri secara cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan
hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara
acak.
194
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!
195
1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali
peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait
lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja
sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat
baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan
sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
a. Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang
bermanfaat bagi pengembangan peserta didik
b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
c. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya
bilamana anaknya bermasalah dalam belajar
2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam
data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam
angka (skor), misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada
mata pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu
kurang dipahami peserta didik maupun orangtua karena terlalu
umum. Hal ini membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah
anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri,
statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif
dan komprehensif agar “profil” atau tingkat kemajuan belajar
peserta didik mudah terbaca dan dipahami). Dengan demikian
orangtua/wali lebih mudah mengidentifikasi kompetensi yang
belum dimiliki peserta didik, sehingga dapat menentukan jenis
bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak anak, ia dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana
yang perlu ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari
pertanyaan sebagai berikut;
• Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara
akademik, fisik, sosial dan emosional?
• Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
• Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai
dengan baik?
• Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?
196
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan
kepada orang tua hendaknya;
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
• Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran
anak.
• Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam
kurikulum.
• Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik,
yang berisi informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik
untuk setiap KD, dalam kurun waktu 1 semester. Rekap nilai
diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan
hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik
memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap
aspek penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif,
tes sumatif, hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung, nilai tugas perseorangan maupun kelompok. Rata-
rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian
kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.
4. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam
kurun waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi
informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Untuk model rapor,
masing-masing sekolah boleh menetapkan sendiri model rapor
yang dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian
kompetensi peserta didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh
dari ketuntasan kompetensi dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta
didik, karena itu kedudukan atau bobot nilai harian tidak lebih
kecil dari bobot nilai sumatif. Kompetensi yang diuji pada
penilaian sumatif berasal dari SK, KD dan indikator semester
bersangkutan. Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, hasil
penilaian oleh pendidik dan satuan pendidika disampaikan dalam
bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai
dengan deskripsi kemajuan belajar.
197
dan akhlak mulia 2) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau
lebih KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok
mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun ajaran, dan 3) Jika
karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi
atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik
kelas diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD,
dan indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK,
KD, dan indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan
keperluannya mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada
anak yang tidak naik kelas (automatic promotion). Automatic promotion
apabila semua indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar
kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya,
maka peserta didik dianggap layak naik ke kelas berikutnya.
Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan
Permendiknas No 20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?
198
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis
guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika,
bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang
tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa
mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu
didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian,
sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian
besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional
Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus
menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP,
kalender pendidikan, dan silabus dengan cara melakukan penjabaran dan
penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 22
Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:
1. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan
untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs,
MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
2. Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki
ruang gerak yang luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan
199
variasi-variasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan,
potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di
atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata
pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan.
200
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapain kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi
peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi
di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar
ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah
masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta
didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).
c. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata
pelajaran secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah
(MGMPS) atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Propinsi.
201
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal
belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara
mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk
membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk
mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah
tersebut
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan
dapat bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini
dimungkinkankarena sekolah dan komite sekolah karena sesuatu
hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok
sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan
tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas
dalam menyusun silabus.
4) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan
silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para
guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam
pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau
dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari
perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di
Departemen Pendidikan Nasional.
d. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen
berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya
dapat disajikan dalam contoh format silabus secara horisontal
atau vertikal sebagai berikut.
202
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar
Kompetensi diambil dari Standar Isi Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan
Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan
KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
203
c. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
e. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari
aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar
dan kondisi setempat;
f. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.
204
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
b. mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata
pelajaran;
c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana
yang tersedia;
d. bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-
ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa
yang bersangkutan.
6. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).
Ranah kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan
intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi,
analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah menjadi
indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa
keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot.
Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal
emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan
sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena,
tanggapan terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan internalisasi
atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter merupakan
bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih
dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan
indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari
dua)
b. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
dan/atau diobservasi
c. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan
kata kerja dalam KD maupun SK
205
d. Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan
(Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan
Kontekstual
e. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda,
perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang
merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsisten.
f. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life
skills).
i. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara
utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
j. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l. Menggunakan kata kerja operasional.
7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga
ranah (kognitif, psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta
didik dapat dilihat pada saat melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam
kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a)
teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar
dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang
akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
206
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa
yang bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi
dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan siswa.
5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada
bagian indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan
remidi.
6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek
pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotor dengan
menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun
nonformal secara berkesinambungan.
7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat,
dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi
dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta
kemajuan hasil belajar siswa.
9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan
memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian
kompetensi.
10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan
dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang
utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa,
baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring
(nurturant effect) dari proses pembelajaran.
11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses
(keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.
b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik
penilaiannya. Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk
instrumen yang dapat digunakan.
207
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat
contohnya. Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks
silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan
karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh
instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran.
208
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media
elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
Format 1: Horizontal
SILABUS
Nama Sekolah : ........
Mata Pelajaran : .........
Kelas / Semester : .........
Standar Kompetensi : 1. ........
Format 2: Vertikal
SILABUS
Nama Sekolah : ...............
Mata Pelajaran : ...............
Kelas / semester : ...............
1. Standar Kompetensi : ..............
2. Kompetensi Dasar : ..............
3. Materi Pokok/Pembelajaran : ..............
4. Kegiatan Pembelajaran : ..............
5. Indikator : ..............
6. Penilaian : ..............
7. Alokasi Waktu : ..............
8. Sumber Belajar : ..............
Catatan:
209
• Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang
dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD
• Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi
dengan pembelajaran
• Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber,
atau lainnya.
210
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar,
bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
c. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya
adalah sejumlah guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah.
Jadi, jika terdapat empat guru matematika dalam satu sekolah maka yang
bertanggung jawab menyusun silabus adalah keempat guru tersebut.
Selanjutnya, yang bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru
mata pelajaran tertentu secara individu, di bawah koordinasi Kepala
Sekolah atau MGMP. Oleh karena itu, setiap guru secara individu dituntut
untuk memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menyusun atau
mengembangkan RPP.
211
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan /
mengeksplisitkan bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam
setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau
rambu-rambu jawaban
3. Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif
digunakan lembar observasi/lembar pengamatan)
2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator, Alokasi Waktu.
212
pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang
terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang
operasional. Dengan demikian, jumlah rumusan tujuan
pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran?
dalam hal ini terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka
dapat melakukan pemilihan materi, metode, media, dan urutan
kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan
lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu
mereka dalam menjamin evaluasi yang benar. Guru tidak akan
tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru
itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A),
behavior (B), condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta
didik yang menjadi subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior
(B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan
audience setelah pembelajaran. Kata kerja ini merupakan jantung
dari rumusan tujuan pembelajaran dan HARUS terukur. Condition
(C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan.
Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh audience
sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat
mengidentifikasikan paling sedikit lima unsur cerita dengan benar.
Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B:
mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita
rakyat, D: lima unsur cerita (dari enam unsur) dengan benar.
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Yang harus diketahui adalah
bahwa materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi
pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi
pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci
bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku
Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat
pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran.
Penetapan ini diambil bergantung pada karakteristik pendekatan
dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan
metode/pendekatan bergantung pada jenis materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu metode
pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.
213
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan
langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya,
langkah-langkah kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai
alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam
seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model
yang dipilih, menggunakan sintaks yang sesuai dengan modelnya.
Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih dari satu kali
pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan pertemuan
ke-2 atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen,
dan instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
indikator dan tujuan pembelajaran. dalam sajiannya dapat
dituangkan dalam bentuk matriks horisontal maupun vertikal.
Dalam penilaian hendaknya dicantumkan: teknik/jenis, bentuk
instrumen dan insrumen, kunci jawaban/rambu-rambu jawaban dan
pedoman penskorannya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
214
Standar Kompetensi : ...............
Kompetensi Dasar : ...............
Indikator : ...............
I. Tujuan Pembelajaran : ...............
II. Materi Ajar : ...............
III. Metode Pembelajaran : ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal : ..........
B. Kegiatan Inti : ..........
C. Kegiatan Akhir : ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
VI. Penilaian : .............
215
LAMPIRAN NILAI-NILAI KARAKTER
216
217
Lampiran: Standar Proses
STANDAR PROSES
Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan
prinsip-prinsip pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan
Kebudayaan mengaturnya dalam kebijakan Standar Proses
(Permendiknas 41/2007 Tanggal 23 November 2007). Dalam standar
tersebut diatur bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran.
Diatur pula bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
A. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
1) Silabus
218
D. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a. Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
• SD/MI : 28 peserta didik
• SMP/MTs : 32 peserta didik
• SMA/MA : 32 peserta did 1k
• SMK/MAK : 32 peserta didik
d. Pengelolaan kelas
1) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran
yang akan dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran
harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, kesela-
matan, dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan
219
proses pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
10) yang diampunya; dan
11) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
C. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti
dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan
sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
220
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can
kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
6) rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja
individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta
didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan
221
pengecekan hasil eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
222
BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
2. Strategi Kegiatan
a. Mendiskusikan tentang guru sebagai tenaga profesional menurut
UU Nomor 14 Tahun 2005, sehingga peserta dapat
menyimpulkan bahwa salah satu cirri profesionalisme adalah
selalu mengembangkan diri secara berkelanjutan.
b. Mendiskusikan pentingnya PTK sebagai wujud profesionalisme
guru
c. Menayangkan power point untuk mendiskusikan materi konsep
dasar penelitian tindakan kelas yang meliputi: pengertian,
prinsip, karakteristik, perbedaan penelitian kelas dengan PTK,
dan manfaat PTK.
d. Mendiskusikan masalah yang terdapat pada latihan secara
berkelompok.
e. Membahas hasil diskusi kelompok, secara strategi untuk
memperkuat retensi peserta tentang PTK.
3. Materi
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru
yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari
kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan
refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan
serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan
belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara
berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas
bagi guru. Kemajuan dan perkembangan IPTEKS yang demikian pesat
harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru yang memiliki
kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses
pembelajarannya.
223
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian
tindakan kelas sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis
depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu
pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang
merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan
masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera
diterapkan untuk melakukan perbaikan.
a. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan
Nur (2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research
(CAR) didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru)
bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah,
melainkan juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah
penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang
dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan
peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan.
PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam
pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih
memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun
pada situasi di mana mereka bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi
guru karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang
pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan,
sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar
siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah
menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan,
(2) melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari
hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu
proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya.
b. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam
situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu
mengubah situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di
dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat digunakan secara
langsung oleh guru tersebut.
224
2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena
menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu
ingin melakukan perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai
pengajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga
hal. Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam mencobakan
sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada
kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan selaras dengan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari
segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam
Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus
tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang
ditargetkan pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK
bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh peneliti,
melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang
dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi
alasan dilaksanakan PTK tadi.
4) PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang
dilakukan dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan
kelemahan (W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal
(dari luar) yaitu peluang atau kesempatan yang dapat diraih (
O=Opprtunity), maupun ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut
bisa dipandang dari sudut guru yang melaksanakan maupun
siswa yang dikenai tindakan.
5) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut
waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang
mengganggu proses pembelajaran. PTK sejauh mungkin
menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat
menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
6) Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga
memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan
hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi
yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh
data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya
memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar
tetap harus dipertahankan.
7) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukannya. Pendorong utama
225
pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk
memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
8) Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap
konsisten, memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika
yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan
karena selain melibatkan anak-anak manusia, PTK juga hadir
dalam suatu konteks organisasional, sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan
berorganisasi.
9) Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang
guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus
digunakan classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan
tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran
tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara
keseluruhan.
2. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
a) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena
dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk
melakukan refleksi, guru berusaha bertanya kepada diri sendiri,
misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut.
1) Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
2) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
3) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada
siswa?
4) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
5) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
6) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat
memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan
mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses
dan hasil pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola
siklusnya adalah: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-
revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaan-pelaksanaan-
observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya secara
berulang.
226
tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas,
misalnya penelitian tentang bentuk interaksi siswa atau penelitian yang
meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat pembelajaran
berlangsung. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan
sebagai obyek penelitian. Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang
mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi
tugasnya. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas
ditunjukkan pada Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula perbedaan PTK
dengan penelitian formal atau penelitian pada umumnya yang biasa
dilakukan oleh peneliti.
227
lokal menghasilkan
pengetahuan
4 Peneliti Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang
yang memerlukan sedikit berminat, memerlukan
terlibat pelatihan untuk dapat pelatihan yang intensif
melakukan untuk dapat melakukan
5 Sampel Kasus khusus Sampel yang
representatif
6 Metode Longgar tetapi berusaha Baku dengan
obyektif-jujur-tidak obyektivitas dan
memihak (impartiality) ketidakberpihakan yang
terintegrasi (build in
objectivity and
impartiality))
7 Penafsiran Untuk memahami pendeskripsian,
hasil praktek melalui refleksi mengabstraksi,
Penelitian oleh praktisi penyimpulan dan
pembentukan teori oleh
ilmuwan.
8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik Pengetahuan, prosedur
(proses dan produk) atau materi yang teruji
9. Generalisasi Terbatas atau tidak Dilakukan secara luas
dilakukan pada populasi
228
berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga.
Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia sekolah, iklim
yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk
berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara
personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa.
Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.
5. Pelatihan
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda
kerjakan latihan berikut bersama teman-teman Anda!
a) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata
Anda sendiri!
b) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam
mengelola pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda,
bagaimana cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut,
kemudian lakukan analisis apakah cara yang Anda temukan
tersebut dapat disebut sebagai penelitian tindakan kelas? Berikan
argumentasi, mengapa kelompok Anda berpendapat seperti itu?
c) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman
yang sudah Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa
yang sudah terjadi. Menurut Anda, apa gunanya seorang guru
melakukan refleksi?
d) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan
belajar ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang
benar-benar membedakannya dengan penelitian formal? Berikan
alasan atas Jawaban Anda.
2. Strategi Kegiatan
a. Mendiskusikan langkah-langkah PTK dengan bantuan tayangan
power point.
b. Peserta diminta mengidentifikasi masalah pembelajaran yang
dirasakan di sekolah.
229
c. Berdasarkan diskusi hasil latihan nomor 2, peserta diminta
membuat perencanaan dan pelaksanaan PTK
d. Mendiskusikan hasil diskusi kelompok tentang membuat
perencanan PTK
e. Workshop penyusunan proposal PTK.
f. Tugas mandiri
3. Materi
a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri
atas 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi (Gambar 1). Hasil refleksi terhadap tindakan yang
dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana, jika
ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki
praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi
kerisauan guru.
Perencanaan
Pengamatan
230
b. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang
dirasakan atau disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang
tidak beres di dalam kelasnya, yang jika tidak segera diatasi akan
berdampak bagi proses dan hasil belajar siswa. Masalah yang
dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur, sehingga guru
perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut
menjadi semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh
melalui proses identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis
terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi
penyelesaiannya. Dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan
yang sangat mendesak untuk diatasi, atau yang dapat ditunda
penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian yang besar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK adalah
sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul dirasakan penting
oleh guru sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan
kemampuan dan/atau kekuatan guru untuk mengatasinya, (3)
permasalahan memiliki skala yang cukup kecil dan terbatas, (4)
permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan prioritas-prioritas yang
ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah
seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat
pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari
pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran guru dapat
mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut
atau memperbaiki situasi yang ada?
Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada
kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang
tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah
berikutnya adalah menganalisis dan merumuskan masalah.
231
Sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan atau
dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Contoh rumusan
masalah: Apakah pendekatan konseptual dapat meminimalisasi
miskonsepsi siswa pada mata pelajaran IPA SD Klampis?
Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional
agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Sebagai misal untuk
masalah: Tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat
meningkatkan motivasi siswa? dapat dijabarkan menjadi sejumlah
pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan
motivasi siswa?;
2) Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?;
3) Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?;
4) Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang
diberikan?;
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda
sudah mulai dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.
d. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu
membuat rencana tindakan atau yang sering disebut dengan rencana
perbaikan. Langkah-langkah dalam menyusun rencana perbaikan
adalah sebagai berikut.
1) Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk
hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik
untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat
berdasarkan kajian dari berbagai teori, kajian hasil penelitian yang
pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan
teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri
sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun
berbagai alternatif tindakan. Contoh hipotesis tindakan:
Penggunaan concept mapping dan penekanan operasi dasar dapat
meningkatkan pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas VI
SDN Ketintang.
2) Analisis kelayakan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini
masih perlu dikaji kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan
pelaksanaannya. Kelayakan hipotesis tindakan didasarkan pada
hal-hal berikut.
1) Kemampuan dan komitmen guru sebagai pelaksana. Guru harus
bertanya pada diri sendiri apakah ia cukup mampu
melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah ia cukup
tangguh untuk menyelesaikannya?
232
2) Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan
tersebut; Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap
minggu, apakah siswa cukup mampu menyelesaikannya.
3) Ketersediaan prasarana atau fasilitas yang diperlukan. Apakah
sarana atau fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dapat
diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru sendiri.
4) Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Dalam hal ini, guru
perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya
akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain
di sekolah.
e. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan
sudah layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
perbaikan.
1) Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum
merealisasikan rencana tindakan kelas.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk
skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup
langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu
perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang
dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, media
pembelajaran, alat peraga, dan buku-buku yang relevan.
b) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan,
misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas,
atau sarana lain yang terkait.
c) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang
berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini
guru harus menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana
cara merekamnya dan kemudian bagaimana cara
menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus
menetapkan indikator keberhasilan. Jika indikator ini sudah
ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan
menganalisis data.
d) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu
mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru
dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi
dengan dosen LPTK.
2) Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan
tindakan dalam kelas yang sebenarnya.
233
a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar.
Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan
tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini
berarti, guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian
yang sedang dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai
peneliti harus disikapi sebagai tugas profesional yang
semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan pembelajaran
yang dikelolanya.
b) Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu
menyita waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK
memang harus disertai dengan observasi, pengumpulan data,
dan interpretasi yang dilakukan oleh guru.
c) Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal,
sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya.
d) Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan
kemampuan dan komitmen guru.
e) Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan
dan etika yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti
menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana
tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada
orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan
melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin.
f) PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat
sekolah.
234
berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap
pengamat kepada siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
b) Fokus
Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang
sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat
bermanfaat begi perkembangan profesional guru.
c) Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria
keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati
sebelumnya.
d) Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan,
yaitu: (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat
memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2)
dapat menciptakan suasana yang memberi dukungan dan
menghindari terjadinya suasana yang menakutkan guru dan
siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan
peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta
alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di
dalam suatu observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau
deskripsi, bukan pendapat atau opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi
yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, pengamat tidak
menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong untuk merekam proses
pembelajaran yang diamati. Observasi terfokus secara khusus
ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Observasi terstruktur menggunakan instrumen
observasi yang terstruktur dengan baik dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek (V)
pada tempat yang disediakan. Observasi sistematik dilakukan
lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati.
e) Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis
dapat dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat.
Syarat balikan yang baik: (i) diberikan segera setelah
pengamatan, dalam berbagai bentuk misalnya diskusi; (ii)
menunjukkan secara spesifik bagian mana yang perlu
diperbaiki, bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan;
(iii) balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang
yang diberi balikan tersebut.
4) Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi
235
makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan
interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Analisis data
dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai diimplementasikan
secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk enam
kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah
pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap
pembelajaran akan diadakan interpretasi yang dimanfaatkan untuk
melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan
analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi
yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama,
data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu
tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data
diorganisaskan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian
yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah
terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam
bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan
paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam
bentuk pernyataan atau formula singkat.
5) Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba
merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan
mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat
menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai,
serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran
berikutnya.
236
Perencanaan
Gagal
Refleksi Pelaksanaan
Berhasil
Pengamatan
Simpulan
237
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
4. Data Peneliti:
• Nama lengkap dan gelar
• Golongan/pangkat/NIP
• Jabatan fungsional
• Jurusan
• Institusi
5. Susunan Tim Peneliti
• Jumlah
• Anggota
6. Lokasi Penelitian
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana
2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti
selanjutnya adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK.
Rancangan tersebut adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan,
yaitu mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan
penyelesaian masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan,
mengapa Anda tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah
tersebut merupakan masalah riil yang Anda hadapi sehari-
hari? Apakah ada manfaatnya apabila diteliti dengan PTK?
Untuk ini perlu didukung oleh kajian literatur atau hasil-hasil
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik oleh Anda
sendiri maupun orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-
hari. Anda perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan
analisis, dan jika perlu menanyakan kepada para siswa Anda
tentang masalah tersebut. Setelah Anda yakin dengan masalah
tersebut, rumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas.
Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat
Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan
analisis dan pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti,
238
sehingga ditemukan cara pemecahannya. Untuk menemukan
cara pemecahan terhadap suatu masalah, Anda dapat
melakukannya dengan mengacu pada pengalaman Anda
selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku
literatur dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan
berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Cara
penyelesaian masalah yang Anda tentukan atau pilih harus
benar-benar “applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin
Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas
dan terarah, sesuai dengan latar belakang masalah dan
mengacu pada masalah dan cara penyelesaian masalah.
Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau
dampak langsung atau pengiring terhadap kemampuan siswa
Anda.
f) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau
memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan
masalah penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat
berguna untuk memperkaya Anda dengan variabel yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan
memperoleh masukan yang dapat membantu Anda dalam
melaksanakan PTK, terutama dalam merumuskan hipotesis.
g) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki,
rencana kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan
interpretasi, analisis, dan refleksi), data dan cara pengumpulan
data, dan teknik analisis data penelitian.
h) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan
penelitian dan rancangan waktu kapan dilaksanakan dan
dalam jangka berapa lama. Untuk membuat jadwal penelitian
Anda harus menginventarisasi jenis-jenis kegiatan yang akan
dilakukan dimulai dari awal perencanaan, penyusunan
proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan. Jadwal
PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar chart.
i) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda,
terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu.
Rencana biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Pada tiap-tiap tahapan
239
diuraikan jenis-jenis pengeluaran yang dilakukan serta berapa
banyak alokasi dana yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.
4. Pelatihan
Setelah mengkaji dengan cermat semua uraian untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut.
a. Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai
tujuan perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan
siklus tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus
tersebut dapat berakhir.
b. Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba
diskusikan dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus
dilakukan bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan
interpretasi.
c. Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan
aturan harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling
penting dan jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti.
d. Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan
yang mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
e. Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan
refleksi? Jelaskan jawaban Anda dengan contoh.
2. Strategi Kegiatan
a. Ceramah singkat tentang penulisan karya ilmiah disertai penyajian
contoh-contoh karya tulis ilmiah.
b. Diskusi untuk menemukan perbedaan contoh antara artikel
penelitian dan nonpenelitian
c. Tugas mandiri
240
3. Materi
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri
dari dua macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan
penelitian tindakan kelas dan artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil
penelitian dan nonpenelitian.
241
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis
penelitian lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan
format tersendiri yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain.
Format yang ditetapkan oleh Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa
berbeda dari format yang digunakan oleh Ditjendikti atau Universitas
Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan memperoleh pendanaan dari
institusi tertentu, maka sistematika laporan juga perlu disesuaikan dengan
format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun
bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati
beberapa komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan.
Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:
Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-
rambu seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan
pembelajaran, tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya
perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya
tidak lebih dari 15 kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi
terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen
ini merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan,
tujuan, prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan
pembahasan, serta simpulan dan saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi
masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan
penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi
masalah, analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk
diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
242
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian
yang relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha
peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan
tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan
teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan atau
hipotesis. Urutan penyajian yang bisa digunakan adalah sebagai
berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
243
Daftar Pustaka
Lampiran
b. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil
penelitian maupun makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat
kaitannya dengan aktivitas ilmiah.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya
ilmiah dengan baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang
berkenaan dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan
notasi ilmiah. Di samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulis
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam
jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah
dengan mengikuti pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau
ditetapkan. Artikel ilmiah bisa diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil
pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi
sistematika penulisan dan isi suatu artikel dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian. Secara
umum, isi artikel hasil penelitian meliputi: judul artikel, nama penulis,
abstrak dan kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan. Sedangkan artikel
nonpenelitian berisi judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci,
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar rujukan.
Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:
1) Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi
yang terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata
sebaiknya dilakukan dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya
tarik judul bagi pembaca juga dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya
tidak lebih dari 15 kata.
2) Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun
gelar lainnya. Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di
bawah nama penulis, namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki
di halaman pertama. Apabila penulis lebih dari dua orang, maka nama
penulis utama saja yang dicantumkan di bawah judul, sedangkan nama
penulis lainnya dituliskan dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang
mencerminkan ide-ide atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk
artikel hasil penelitian, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif
244
termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil
penelitian, tekanan diberikan pada hasil penelitian. Sedangkan untuk
artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan isi artikel yang
dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari
penyunting. Panjang abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu
paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah
yang dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar
pemikiran gagasan dalam karangan asli berupa kata tunggal atau
gabungan kata. Jumlah kata kunci antara 3-5 kata. Perlu diingat bahwa
kata kunci tidak diambil dari kata-kata yang sudah ada di dalam judul
artikel. Kata kunci sangat bermanfaat bagi pihak lain yang
menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui jaringan internet
untuk menemukan karya seseorang yang sudah dipublikasikan secara
online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan
kata kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling
sedikit tiga gagasan: (a) latar belakang masalah atau rasional penelitian,
(b) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah, (c) rumusan
tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat
dijamin otoritas keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara
ringkas, padat dan mengarah tepat pada masalah yang diteliti. Aspek
yang dibahas dapat mencakup landasan teoretis, segi historis, atau segi
lainnya yang dianggap penting. Latar belakang atau rasional
hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga mengarahkan
pembaca ke rumusan penelitian yang dilengkapi dengan rencana
pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan
berisi uraian yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan
dibahas. Bagian ini menguraikan hal-hal yang mampu menarik
pembaca sehingga mereka tertarik untuk mengikuti bagian selanjutnya.
Selain itu, bagian ini juga diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal-
hal yang akan dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan
pembahasan. Pada bagian metode disajikan bagaimana penelitian
dilaksanakan. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa atau
dengan subbagian. Yang disajikan pada bagian ini hanyalah hal yang
pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa sumber datanya (subjek
atau populasi dan sampel), bagaimana data dikumpulkan (instrumen
dan rancangan penelitian), dan bagaimana data dianalisis (teknik
analisis data). Apabila di dalam pelaksanaan penelitian ada alat dan
bahan yang digunakan, maka spesifikasinya perlu disebutkan.
245
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek
penelitian dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian,
lokasi dan lama penelitian, serta uraian tentang pengecekan keabsahan
hasil penelitian (triangulasi) juga perlu dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan
hasil analisis data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil
analisis saja, sedangkan proses analisis data misalnya perhitungan
statistik, tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis, ternasuk
pembandingan antara koefisien hasil perhitungan statistik dengan
koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang dilaporkan hanyalah hasil
analisis dan hasil pengujian data. Hasil analisis dapat disajikan dalam
bentuk grafik atau tabel untuk memperjelas penyajian hasil secara
verbal, yang kemudian dibahas.
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan.
Dalam pembahasan disajikan: (a) jawaban masalah penelitian atau
bagaimana tujuan penelitian dicapai, (b) penafsiran temuan penelitian,
(c) pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian
yang telah mapan, dan (d) menyusun teori baru atau memodifikasi
teori yang telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah penelitian
hendaknya disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil
penelitian dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang
ada. Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan yang ada
dilakukan dengan membandingkan temuan itu dengan temuan
penelitian yang telah ada atau dengan teori yang ada, atau dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Pembandingan harus disertai
rujukan. Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang
lama dapat dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau seluruhnya.
Penolakan sebagian dari teori harus disertai dengan modifikasi teori,
dan penolakan terhadap seluruh teori harus disertai rumusan teori
yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide
peneliti, keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta
posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi
bergantung pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam
bagian ini adalah pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta,
konsep, prosedur, atau prinsip. Isi yang berbeda memerlukan penataan
dengan urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah
artikel nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang
sejenisnya. Namun apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil
pembahasan sebelumnya, maka istilah yang dipakai adalah
kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga ditambahkan saran atau
rekomendasi.
246
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan
saran yang memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada
bagian hasil dan pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk
uraian verbal, bukan numerikal. Saran disusun berdasarkan
kesimpulan yang telah dibuat. Saran dapat mengacu pada tindakan
praktis, atau pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan
artikel. Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam
batang tubuh artikel harus disajikan dalam daftar rujukan dengan
urutan alfabetis. Gaya selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa
bervariasi, bergantung pada disiplin ilmu yang menjadi payung artikel
ilmiah anda atau jurnal yang akan memuat artikel anda. Bidang
Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan format APA (American
Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah
menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa
dan Sastra menggunakan MLA (Modern Language Association). Apapun
gaya yang anda gunakan, pastikan bahwa gaya penulisan anda
konsisten dan sesuai dengan format yang ditetapkan oleh jurnal/media
yang akan menampung tulisan anda. Untuk itu, anda perlu mencermati
lebih dahulu format seperti apa yang harus anda ikuti sebelum mulai
menulis/menyunting artikel ilmiah anda. Secara umum, yang
dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah: nama pengarang,
tahun penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan nama
penerbitnya.
4. Latihan
a. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari
dimensi isi artikel.
b. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan.
Apa saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
c. Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah
ilmiah, apa sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
d. Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar
Pustaka?
e. Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
f. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran,
peserta dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah
artikel.
5. Suplemen
Contoh-contoh laporan PTK dan contoh artikel tiap program
studi/jurusan (jika ada dan diperlukan).
247
BAB V
MATERI BAHASA INDONESIA
A. Berbicara
1. Pengantar
Kompetensi inti atau standar kompetensi yang Anda pelajari pada
modul ini adalah mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra.
Kompetensi inti tersebut terdiri atas tiga kompetensi dasar (KD), yakni
menggunakan wacana lisan untuk wawancara, menggunakan wacana
lisan untuk presentasi laporan dan pidato, dan menggunakan wacana
lisan untuk diskusi. KD menggunakan wacana lisan untuk wawancara
terdiri atas dua indikator esensial, yakni menentukan jenis pertanyaan
yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus
disampaikan narasumber dengan benar. KD menggunakan wacana
lisan untuk presentasi laporan dan pidato terdiri atas tiga indikator
esensial, yakni memilih kalimat yang tidak sesuai dengan konteks
penggalan pidato, menentukan jenis komponen pidato yang sesuai
dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat pembuka/penutup
pidato. KD menggunakan wacana lisan untuk diskusi terdiri atas dua
indikator esensial, yakni menentukan pernyataan persetujuan atau
bukan persetujuan yang tepat dan memilih komponen diskusi.
2. Materi Pembelajaran
a. Mengungkapkan secara Lisan Wacana Nonsastra
Wacana, seperti yang Anda pelajari selama ini, ialah satuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan
utuh. Sebagai karangan atau tuturan utuh, wacana terdiri atas
rangkaian kalimat berkaitan yang menghubungkan antarproposisi
sehingga terbentuk kesatuan (Alwi dkk., 2003:419). Dari segi isi,
wacana dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni wacana sastra
dan wacana nonsastra. Kedua jenis wacana tersebut dapat disampaikan
secara lisan atau nonlisan. Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini
dibahas kompetensi inti “mengungkapkan secara lisan wacana
nonsastra”. Bagian-bagian kompetensi inti yang dibahas adalah
“menggunakan wacana lisan untuk wawancara”, “menggunakan
wacana lisan untuk presentasi laporan dan pidato”, dan
248
“menggunakan wacana lisan untuk diskusi”. Tiap bagian diperinci
menjadi beberapa indikator esensial.
249
(9) Materi bahasan dalam wawancara pada umumnya penting.
(…)
(10) Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan harus
berdasar fakta. (…)
(11) Pertanyaan yang satu dengan yang lain yang diajukan kepada
narasumber/informan harus berkaitan. (…)
(12) Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber/informan tidak boleh lebih dari 10 buah. (…)
(13) Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber/informan harus diurutkan agar tampak kohesif
dan koheren. (…)
(14) Pewawancara tidak boleh mengulang pertanyaan yang sama.
(…)
(15) Sebagian atau semua materi wawancara dapat berupa rahasia
pribadi atau lembaga sehingga tidak boleh dipublikasikan
untuk kepentingan umum. (…)
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………….………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………………………….
250
interpersonal terdapat dua prinsip yang idealnya ditaati peserta
komunikasi agar tujuan komunikasi tercapai, yakni prinsip kerja sama
dan prinsip kesantunan. Substansi prinsip kerja sama adalah bahwa
sumbangan informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas yang
diperlukan petutur (Leech, 2003:80). Hal itu berarti bahwa dalam
wawancara, misalnya, informasi yang diberikan oleh
narasumber/informan idealnya sebatas yang diperlukan pewawancara.
Berbeda dengan prinsip kerja sama, substansi prinsip kesantunan adalah
bahwa tuturan penutur idealnya dapat menjaga keharmonisan sosial
(tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang disebut
dalam tuturan) (Leech, 2003:131).
251
Narasumber 2 : Saya kira akan ada jalan keluar, misalnya sanggar
belajar tersebut dicarikan lokasi lain.
Penyiar radio : Soal dananya bagaimana?
Narasumber 2 : Saya kira kami tidak tinggal diam. Tetapi, kalau
mereka bisa mandiri, saya kira itu jauh lebih baik.
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………..………
252
secara sistematis, wawancaranya berjenis terstruktur. Kebalikannya,
kalau pertanyaan-pertanyaan pewawancara tidak sistematis,
wawancaranya berjenis tidak terstruktur. Berdasarkan peluang
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya, terdapat
wawancara terbuka dan tertutup. Kalau melalui pertanyaan-
pertanyaannya pewawancara memberikan peluang kepada
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara panjang
lebar, wawancaranya berjenis wawancara terbuka. Kebalikannya, kalau
melalui pertanyaan-pertanyaannya pewawancara tidak memberikan
peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya
secara panjang lebar, wawancaranya berjenis wawancara tertutup,
misalnya pewawancara menggunakan pertanyaan ya-tidak (yes-no
question). Berdasarkan kedalaman informasi yang disampaikan
narasumber/informan, terdapat wawancara mendalam (indepth
interview) dan wawancara dangkal (ordinary interview). Dalam
wawancara mendalam, pewawancara menggunakan pertanyaan-
pertanyaan eksploratif sehingga tampak bersifat “mengejar”
narasumber/informan. Wawancara dangkal bersifat kebalikannya
(Sukmadinata, 2007:216—218).
Sekarang, tulislah kata atau frasa tanya dan fungsinya yang dapat
digunakan dalam wawancara dengan menggunakan format berikut!
253
13 … …
14 … …
15 … …
Perlatihan
a. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!
254
Tentukan jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian
yang rumpang pada teks wawancara tersebut!
Pidato, seperti yang sering Anda amati atau bahkan Anda lakukan,
ialah kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada
banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai
figur sentral. Pepidato berperan penting karena menjadi “narasumber”
(pemberi informasi) tunggal sekaligus “tokoh utama”. Ia seolah-olah
menjadi orang yang paling pandai karena berhak “menguliahi”,
mengelola, menertawakan, memancing reaksi, serta memengaruhi emosi
pendengar. Komunikasi yang pada umumnya satu arah, yakni dari
pepidato kepada pendengar, menyebabkan pepidato “aman” karena tidak
disanggah, didebat, atau ditanyai pendengar. Untuk meningkatkan daya
tarik pidatonya, pepidato biasanya menunjukkan keterampilan verbal
dan nonverbal. Keterampilan verbal merupakan kemampuan mengemas
dan menyampaikan pikiran melalui bahasa, sedangkan keterampilan
nonverbal merupakan kemampuan mengemas dan menyampaikan
pikiran melalui gerak tubuh (kinesik), misalnya gerak tangan dan ekspresi
wajah.
255
disampaikan secara dadakan atau tanpa persiapan karena kebutuhan
sesaat (insidental). Pepidato menyampaikan pikiran sesaatnya
berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Pidato jenis ini biasanya
tidak bagus kecuali pepidatonya berpengetahuan luas dan mahir. Pada
metode penghafalan, pidato disampaikan dengan cara menghafal materi
pidato yang telah disiapkannya. Penyampaian pidato dengan metode
menghafal berisiko karena pepidato dapat lupa materi yang diingatnya.
Pada metode naskah, pidato disampaikan dengan cara membaca kata
demi kata pada naskah yang disiapkannya. Pidato jenis ini biasanya tidak
menarik. Pendengar biasanya bahkan mengatakan, “Gitu aja aku juga
bisa”. Pada metode ekstemporan, pidato disampaikan dengan
berpedoman pada garis besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
Pidato jenis terakhir ini menuntut pepidato mahir mengembangkan garis
besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
256
(13) Bagian pendahuluan atau bagian pembuka berfungsi
membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang
pembicaraan, dan menciptakan kesan baik tentang orator.
Bagian ini berisi di antaranya salam awal dan pengantar topik
yang dipidatokan. (…)
(14) Bagian isi berisi inti atau substansi gagasan dengan segala hal
yang menjadi bagiannya. (…)
(15) Bagian penutup berisi penegasan kembali, simpulan dan/atau
saran, kalimat-kalimat penutupan, dan salam akhir. (…)
(16) Bagian penutup dan juga bagian pendahuluan biasanya hanya
terdiri atas beberapa kalimat. (…)
(17) Kerangka naskah pidato dapat dibuat dengan sistematika
berikut.
1. Pendahuluan
1.1 Salam
1.2 …
1.3 dst.
2. Isi
2.1 …
2.1.1 …
2.1.2…
2.1.3 dst.
2.2…
2.3 dst.
3. Penutup
3.1…
3.2 dst.
3.3.1 salam (…)
257
(25) Dalam cara topikal, pesan pidato disusun berdasarkan topik
pembicaraan: dari yang penting ke yang kurang penting, dari
yang dikenal ke yang asing, dan sebagainya. (…)
(26) Setelah pembuatan kerangka selesai, kegiatan berikutnya
adalah pengembangan kerangka. (…)
(27) Dalam tahap pengembangan, kata-kata kunci dalam kerangka
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat utama dan kalimat-
kalimat penjelas. (…)
(28) Pengembangan kerangka harus memerhatikan prinsip-prinsip
komposisi pidato, yaitu kesatuan, pertautan, dan titik berat.
(…)
(29) Dalam hal kesatuan, naskah pidato dapat diibaratkan suatu
tubuh. Antarbagian tidak bercerai berai. (…)
(30) Dalam hal pertautan atau koherensi, antarbagian harus
berurutan dan berkaitan. (…)
(31) Dalam hal titik berat, harus ada bagian tertentu yang menjadi
bagian terpenting. (…)
(32) Di samping harus menggunakan intonasi yang tepat, pepidato
juga harus menggunakan artikulasi dan volume yang jelas.
(…)
(33) Artikulasi terkait dengan sistem produksi bunyi oleh alat
ucap. Sebagai contoh, bunyi /e/ dan /a/ harus jelas
perbedaannya karena kedua bunyi tersebut keluar dari sistem
organ yang berbeda. (…)
(34) Volume suara juga harus keras agar pesan pidato mudah
ditangkap dan dipahami. (…)
(35) Agar artikulasi dan volume suara jelas, kecepatan bicara
harus diatur sedemikian rupa sehingga tampak adanya jeda
antarbunyi. (…)
(36) Isi atau pesan pidato perlu disampaikan dengan ungkapan-
ungkapan yang menarik, misalnya dengan menggunakan
berbagai bentuk peribahasa. (…)
(37) Penggunaan ungkapan-ungkapan yang menarik penting agar
pendengar tetap antusias dalam mendengarkan isi pidato. (…)
(38) Dengan pendengar yang tetap antusias, pepidato tidak merasa
digugupi untuk segera mengakhiri pidato. (…)
(39) Seperti halnya dalam komunikasi jenis lain, pepidato perlu
menaati prinsip kerja sama. (…)
(40) Dalam berpidato pepidato boleh sesekali mengabaikan
prinsip kesantunan. (…)
258
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………..
259
d) Pepidato tidak menyadari urgensi kesesuaian kalimat dengan
konteks. (…)
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………
………………………………………
.……………………………………………………………………………………………
……………………………….
Saudara-saudara yang saya hormati,
Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Guru memegang peran
penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Di tangan guru yang baik,
pendidikan akan baik. Kebalikannya, pendidikan akan hancur kalau guru tidak
peduli.
Guru dan pendidikan memang tidak dapat dipisahkan. Makin banyak guru,
makin banyak orang yang membutuhkan pendidikan.
……………………………………………………………………………………………
………………………………..
260
Penggalan pidato tersebut terdiri atas enam kalimat. Kalimat
pertama sampai dengan kelima sesuai dengan konteks pidato, yakni
peran guru dalam pendidikan. Kalimat keenam tidak sesuai dengan
konteks pidato karena tidak sejalan (tidak menunjukkan peran guru
dalam pendidikan). Dari segi logika, kalimat keenam di samping tidak
sesuai dengan konteks juga tidak logis karena jumlah peminat pendidikan
tidak disebabkan oleh jumlah guru.
261
Assalammualaikum,
Bapak kepala sekolah dan Ibu/Bpk guru yang saya hormati,
Anak-anak yang saya sayangi,
Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah. Atas rahmat dan karunia-
Nya, pagi ini kita dapat berkumpul di aula sekolah ini untuk memeringati Hari
Pendidikan Nasional.
Berikut saya sampaikan kutipan menarik yang ditulis Dorothy Law Nolte.
262
mereka dengan teori dan contoh nyata. Mari kita selamatkan generasi muda
dengan mendidiknya sebaik-baiknya. Semoga Allah memberikan kemudahan
kepada kita untuk melakukan semua itu. Amin.
….
263
sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya hormati, selamat malam.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Atas rahmat dan karunia-Nya kita
dapat bertemu di tempat ini guna menyamakan pikiran dan pandangan
kita tentang peran penting generasi muda dalam pembangunan bangsa.
Berbeda dengan kalimat-kalimat pembuka, kalimat-kalimat penutupnya
di antaranya sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya hormati. Sekali
lagi saya ingin menggarisbawahi bahwa generasi muda memiliki peran
penting dalam pembangunan bangsa. Karena itu, sebagai generasi muda
kita harus turut berperan serta secara nyata dalam pembangunan bangsa.
Kiranya, demikianlah yang dapat saya sampaikan. Saya menyampaikan
terima kasih dan mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan. Selamat
malam.
Perlatihan
3) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.…
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang
bermanfaat dan bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku
dapat kita peroleh ilmu yang berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi
capai, mata lelah, dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan
kepala pusing juga dapat disebabkan oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
…
.…
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang
bermanfaat dan bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku
dapat kita peroleh ilmu yang berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi
capai, mata lelah, dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala
pusing juga dapat disebabkan oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.…
264
.……………………………………………………………
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang
bermanfaat dan bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku
dapat kita peroleh ilmu yang berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi
capai, mata lelah, dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan
kepala pusing juga dapat disebabkan oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.…
265
bermacam-macam tersebut menyebabkan ada pernyataan yang disetujui
tanpa catatan atau bersyarat, disetujui dengan catatan, dan ditolak.
266
alasan untuk menyetujuinya atau Saya rasa jelas bahwa pernyataan Saudara
Agus tidak hanya jelas, tetapi juga berbahaya. Pernyataan demikian
menurunkan martabat orang yang ditanggapi sehingga harus dihindari
agar keharmonisan tetap terjaga.
267
b) Dengan cara tersebut, ide-ide yang diutarakan sudah dalam
keadaan matang dan tertata. (…)
c) Ide-ide juga perlu disampaikan secara jelas dalam kata-kata
terpilih yang mudah dipahami dan dalam kalimat-kalimat
yang tertata secara baik. (…)
d) Dalam menyampaikan hal tersebut, pebicara sebaiknya tidak
berbicara tergesa-gesa. (…)
Agar hasilnya baik, diskusi juga harus berjalan dengan baik. Untuk
itu, keberadaan pemandu diskusi yang terampil penting. Apa tugas
pemandu diskusi? Cobalah Anda cermati pernyataan-pernyataan berikut
dan tulislah S dalam tanda kurung kalau sependapat dan TS kalau tidak
sependapat!
Pemandu diskusi memunyai tugas sebagai berikut:
a) menyampaikan topik diskusi (…)
b) menyampaikan tujuan diskusi (…)
c) mengenalkan pebicara (…)
d) menyampaikan aturan-main diskusi (…)
e) mengatur proses diskusi (…)
f) menyimpulkan hasil diskusi. (…)
268
Bagaimana aturan-main diskusi? Aturan-main diskusi bersifat
fleksibel, dalam arti bahwa aturan-main dalam diskusi yang satu tidak
harus sama dengan aturan-main dalam diskusi yang lain. Yang penting
adalah bahwa aturan-mainnya harus jelas, misalnya diskusi akan
berlangsung sekian menit, diskusi dibagi menjadi sekian sesi, tiap
pebicara akan menyajikan materi sekian menit, penanya hanya boleh
mengajukan sekian pertanyaan, dan per sesi sekian penanya.
Hal lain yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa
penyimpulan hasil diskusi harus sesuai dengan yang didiskusikan dan
tidak bertele-tele. Simpulan yang baik adalah simpulan yang tepat yang
dikemas dalam kalimat-kalimat yang singkat, lugas, dan mudah
dipahami.
269
diperhatikan adalah bahwa pertanyaan harus dikemas dalam kalimat-
kalimat yang santun, tidak menjatuhkan, dan tidak berkesan menggurui.
Perlatihan
6) Perhatikan penggalan diskusi antarguru berikut!
B. Membaca
Standar kompetensi modul membaca ini adalah memahami wacana
nonsastra. Modul ini membahas (1) memahami berbagai teks, yang
meliputi kalimat topik, kalimat penjelas, ide pokok, dan makna tersirat
dalam penggalan teks; (2) menyimpulkan dan merangkum isi suatu teks;
(3) membedakan fakta dengan opini dalam teks; (4) mengubah sajian
grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian.
1. Materi Pembelajaran
a. Memahami Berbagai Teks
Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan teks? Teks merupakan salah
satu bentuk wacana. Sebuah teks, utamanya teks karya ilmiah, terdiri atas
paragraf-paragraf yang kohesif dan koherensif. Paragraf yang kohesif
adalah paragraf yang hanya mengandung sebuah ide pokok atau kalimat
topik. Selanjutnya, paragraf yang koherensif adalah paragraf yang
dibangun atas kalimat-kalimat yang padu.
270
dikembangkan dalam paragraf. Adapun kalimat penjelas adalah kalimat-
kalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Untuk itu, pada uraian berikut
ini, Anda akan mempelajari bagaimana cara menemukan kalimat pokok
atau ide pokok dalam paragraf, menemukan kalimat penjelas yang tidak
mendukung isi paragraf, dan menemukan makna kalimat yang selaras
dengan teks (secara tersirat)
Macam Kalimat/ide
No. Contoh Paragraf
paragraf pokok
1. Untuk meraih sukses, tidak semudah
membalik telapak tangan. Diperlukan kedisiplinan,
kerajinan, dan keuletan. Seorang atlet yang
berprestasi dapat dipastikan memiliki jadwal
berlatih yang ketat. Dia juga dituntut berlatih
dengan rajin, bukan sekadar berlatih. Saat
menghadapi kegagalan, dia dituntut bersikap
sportif, ulet, dan tidak berputus asa.
2. Umat Islam merayakan Idul Fitri dan Idul
Adha. Umat Kristen dan Katolik merayakan Natal
dan Paskah. Selanjutnya, umat Budha merayakan
Waisak dan Kuningan, sedangkan umat Hindu
merayakan Galungan dan Nyepi. Dari pernyataan-
271
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap agama memiliki hari besar yang dirayakan
umatnya.
3. Jadilah pribadi yang ulet dan kokoh. Jangan
pernah menyerah ketika sedang menghadapi
masalah. Anda harus berjuang sekuat tenaga dan
berdoa dengan tekun pada saat-saat sulit.
Singkirkan kata “putus asa” dari kamus kehidupan
Anda. Tanamkan dalam sanubari Anda bahwa
“aku bisa”. Itulah pribadi yang ulet dan pantang
menyerah.
4. Alquran adalah kitab suci umat muslim. Alkitab
adalah kitab suci umat Kristen dan Katolik. Adapun
kitab suci umat Hindu adalah Weda. Selanjutnya,
Tripitaka adalah kitab suci umat Budha.
Paragraf 5:
Udara di tempat ini bersih dan segar. Angin berhembus membelai wajahku.
Desiran ombak menyentuh gendang pendengaranku dengan lembut. Kepak camar
bagaikan tarian gadis-gadis lincah. Sesekali camar-camar itu menukikkan paruhnya
untuk menyambar mangsa.
272
kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut membahas sebuah
ide pokok, yakni keadaan di pantai.
Paragraf 6:
Pertama, siapkan bahan berupa 10 buah pisang kepok, ¼ tepung terigu,
garam, dan gula secukupnya, keju parut, dan minyak goreng. Kedua, kupas
pisang dan belah dua secara memanjang. Ketiga, masukkan tepung terigu,
sedikit garam dan gula, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk
hingga menjadi adonan. Keempat, panaskan minyak di wajan. Kelima, masukkan
potongan pisang ke adonan. Keenam, goreng pisang yang terbalur adonan, balik-
balik sampai berwarna kekuningan. Ketujuh, angkat pisang goreng tersebut dan
letakkan di piring serta taburkan keju parut di atasnya.
273
kalimat berikut ini! Manakah yang merupakan kalimat pokok dan
manakah yang merupakan kalimat penjelas?
Contoh kalimat:
1. Kalimat dalam bahasa Indonesia minimal terdiri atas subjek dan
predikat.
2. Sebagai contoh, jeruk dan nanas merupakan buah yang mengandung
vitamin C.
3. Hiv aids merupakan penyakit menular dan sulit disembuhkan.
4. Demokrasi berasal dari kata “demos” dan ”kratos”.
5. Untuk menjaga stamina tubuh, konsumsilah buah-buah yang
mengandung vitamin C.
6. Kedua kata itu berasal dari bahasa Latin.
Paragraf 7:
(1) Deteksi dini penyakit epilepsi masih sulit dilakukan. (2) Alat pendeteksi epilepsi
belum dijual di pasar bebas. (3) Sebab, masih ditemukan banyak pasien baru berobat
setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun menderita epilepsi. (4) Dr. dr. Kurnia
menyatakan, ”Mungkin, banyak masyarakat tidak paham gejala epilepsi. Epilepsi masih
dianggap penyakit biasa.”
Sumber: Jawa Pos, 6 Mei 2012, hlm. 44 (modifikasi)
Paragraf 8:
Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh perokok. Salah satunya
adalah hipertensi. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu lima
tahun.
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012, hlm.29 (dengan moodifikasi)
274
Kalimat berikut ini yang tidak selaras dengan maksud paragraf tersebut
adalah ...
A. Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh
perokok
B. Salah satunya adalah hipertensi.
C. Hipertensi disebut juga darah tinggi.
D. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu
lima tahun.
Perlatihan
1. Cari contoh paragraf, kemudian tentukan kalimat pokok paragraf
tersebut!
2. Tulis sebuah paragraf yang di dalamnya terdapat sebuah kalimat
penjelas yang tidak mendukung isi paragraf tersebut!
3. Cari contoh paragraf yang tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok!
4. Dari contoh paragraf pada soal nomor 3, susun pertanyaan pilihan
ganda untuk mengukur makna kalimat yang selaras dengan isi
paragraf (makna tersirat)!
275
Sebuah teks terdiri atas paragraf-paragraf. Berdasarkan pernyataan
tersebut, penggalan teks narasi bisa berupa paragraf-paragraf naratif.
Berikutnya, penggalan teks deskripsi bisa berupa paragraf-paragraf
deskriptif. Demikian pula, ada paragraf ekspositoris, paragraf
argumentatif, dan paragraf persuasif.
Penggalan teks 1
Kesadaran masyarakat akan pentingnya alat tukar yang tidak bersifat fisik,
baik kertas maupun logam, mulai tumbuh sejak 2005. Bank Indonesia pada 206
kemudian mencanangkan gerakan mengurangi uang tunai untuk menuju
masayarakat dengan alat tukar elektronik.
Pada 2007, mulai bermunculan produk uang elektronik (uang-e, emoney)
sebagai terjemahan teknis atas cita-cita itu. Sebut saja kartu Flazz dari Bank BCA
atau e-Toll dari Bank Mandiri. Kemudian, operator telepon seluler pun ikut ambil
bagian, yakni dengan munculnya Tcash dari telkomsel.
Sumber: Kompas, 2012:33
276
Guna meningkatkan kemampuan Anda, baca penggalan teks
berikut ini! Kemudian, rumuskan simpulan isi penggalan teks tersebut!
Penggalan teks 2
Anyer dan Carita boleh jadi akan langsung disebut manakala orang membicarakan
keindahan pantai barat Banten. Namun, selain kedua pantai tersohor di pesisir Selat
Sunda tersebut, Banten juga memiliki jajaran pantai lain yang tak kalah elok di sisi selatan
yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Pantai yang membentang di pesisir selatan Banten itu nyaris masih perawan.
Panorama pantai dapat dilihat hampir dari berbagai penjuru karena masih sedikitnya
bangunan yang berdiri di sekitar pantai.
Berwisata ke pesisir selatan Banten, mata pelancong akan termanjakan oleh debur
gelora ombak biru Samudra Hindia memecah karang-karang yang berdiri angkuh di
perairan. Hamparan pasir halus di pantai yang tersambung dengan areal ladang, rimbun
semak, perdu, dan pepohonan pun semakin menggenapi keasrian alam.
Sumber: Kompas, 2012:26
Penggalan teks 3
Kemiskinan bukan untuk dihadapi dengan pasrah, melainkan memicu semangat
seseorang untuk mengubah nasibnya agar menjadi lebih baik. Dasar pemikiran yang
demikianlah yang menjadi pendorong bagi Tamrin untuk bekerja lebih keras, guna
“menaklukkan” kesulitan hidup.
Tamrin, warga Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat, memilih menekuni kerajinan perak. Tekad itu disambut teman
sekampung Tamrin, yang lalu mengajak dia bekerja pada sentra kerajinan perak di
Singapadu, Sukowati, Gianyar, Bali pada 1995. Tamrin menjadi pekerja magang pada
sentra kerajinan perak di desa tersebut.
Rangkuman: Kemiskinan harus ditaklukkan oleh Tamrin dengan menekuni kerajinan
perak.
277
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Cari penggalan teks minimal dua paragraf! Kemudian, simpulkan
isi penggalan teks tersebut!
2. Cari penggala teks minimal tiga paragraf! Tulis rangkuman dari
penggalan teks tersebut!
Paragraf 9
Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun
2012 menjadi 120.000 kursi. Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi. Penambahan kuota
karena ada perguruan tinggi negeri baru dan beberapa program studi baru PTN.
Fakta: (1) Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
tahun 2012 menjadi 120.000 kursi. (2) Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi.
Paragraf 10
Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan
air tawar. Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-
278
pulau terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. Tak jarang, rebutan air tawar lalu
memicu pertengkaran. (Sumber: Kompas, 2012:1)
Opini: (1) Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya
mendapatkan air tawar. (2) Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi
penduduk di pulau-pulau terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. (3) Tak jarang,
rebutan air tawar lalu memicu pertengkaran.
Perlatihan
1. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta saja!
2. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung opini saja!
3. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta dan opini!
279
6
4
Siswa PAUDNI
3
Siswa SD/SMP/SMA
Mahasiswa
2
0
McDogel KECE FC AW Lah MrDoel
280
Tabel tersebut dibuat berdasarkan wacana berikut ini.
Wacana 1: Ragam Bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara:
1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
faktor penentu
keberhasilan
menyimak
penyimak pembicara
situasi pembicaraan
281
Pertanyaan yang diajukan sekarang adalah bagaimanakah
membahasakan bagan tersebut? Jika diperhatikan, bagan tersebut berjalan
searah dengan jarum jam. Karena itu, pembaca hendaknya mencermati
kotak paling atas yang berbunyi, “Faktor penentu keberhasilan
menyimak.” Selanjutnya, faktor-fakor apa sajakah yang berpengaruh
terhadap keberhasilan menyimak seseorang. Berdasarkan bagan tersebut,
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan menyimak searah dengan
jarum jam adalah (1 pembicara, (2) pembicaraan, (3) situasi, dan (4)
penyimak.
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Baca dengan cermat tabel berikut ini!
C. Menulis
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun
ini. Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis. Di
bawah ini disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengungkapkan
wacana tulis nonsastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi
dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD yang dimaksudkan adalah di
bawah ini.
a) Menulis pesan singkat dan surat,
b) Menulis teks berita,
282
c) Menulis slogan, poster, dan iklan baris,
d) Menulis karya ilmiah,
e) Menulis paragraf,
f) Menulis kalimat dan penggunaan ejaan.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pesan Singkat (Memo)
Memo merupakan pesan singkat tentang pokok persoalan yang
disampaikan seseorang kepada orang lain. Pesan singkat tersebut
biasanya disampaikan atasan kepada bawahan, antarteman sejawat. Pesan
singkat juga dapat disampaikan antarteman dalam satu sekolah. Dalam
institusi tertentu, misalnya kantor, biasanya disiapkan papan tulis untuk
menuliskan pesan singkat (memo) ini. Namun juga dapat ditulis pada
selembar kertas. Memo disampaikan kepada orang lain biasanya karena
alasan waktu yang mendesak dan tidak mungkin dapat bertemu.
Kepala Memo
MEMO
7 Oktober 2012
Dari : Kepala
Kepada :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Kepala,
Nama Terang
Perhatikan dua pesan singkat (memo) di bawah ini. Memo seperti ini
sering dijumpai di ruang redaksi majalah sekolah, tertulis di selembar
kertas yang ditempelkan di papan pengumuman.
283
MEMO
To: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, cepat diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci mejaku.
Sore hari, pukul 16.00 Wib kita ketemu.
Ttd.
Novi
MEMO
Dari: Pimred
Kepada: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, tolong diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci meja
saya. Sore hari, pukul 16.00 Wib kita bertemu di ruang redaksi.Terima kasih.
Ttd.
Novi
b. Menulis Surat
1). Menulis Surat Pribadi
Komunikasi antarmanusia dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Telepon adalah salah satu cara yang dipilih untuk berkomunikasi.
Namun, jauh sebelum telepon ditemukan, orang berkomunikasi dengan
orang lain yang jaraknya jauh menggunakan surat.
Setiap orang pasti pernah menulis surat pribadi kepada siapa pun,
misalnya kepada orang tua, paman-bibi, atau sahabat. Surat pribadi dapat
284
berisi apa saja. Panjang-pendeknya juga tidak ditentukan. Dalam hal ini,
yang harus diperhatikan adalah terbangunnya komunikasi.
Di bawah ini disajikan bagian-bagian kosong (format) dalam surat
pribadi.
(1) ……………………
(2) ……………………
(3) …………………..
(4)……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
(5)……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
(6)……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
(7)…………………………………………………………………………………………………
(8) …………………….
…………………….
Keterangan:
1. Tulislah tempat dan tanggal penulisan
Misalnya: Surabaya, 17 September 2012
2. Alamat surat yang dituju.
Misalnya: Yang tersayang Rina
di Banjarmasin
285
Pada bagian ini ditulis dan disampaikan berita penting atau isi
surat ini. Misalnya, jika Anda menulis surat kepada Ibu atau Bapak
yang kebetulan tidak sekota, pada bagian ini tertulis maksud
pengirim surat, apakah mau minta uang untuk beli buku, atau
permintaan izin untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
6. Berita lain atau cerita lain
Jika ingin menyampaikan hal-hal lain, sampaikan sesudah maksud
utama sudah disampaikan pada bagian ini, misalnya bercerita
tentang sahabat yang lucu, atau cerita-cerita lain.
7. Penutup surat
8. Salam penutup, tanda tangan, dan nama terang pengirim
Dengan hormat,
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas perkenan dan sambutan
Bapak dalam menerima siswa-siswi kami untuk mengetahui lebih dekat proses
penerbitan surat kabar di Harian ........ pada tanggal 22 Maret 2012. Pengalaman dan
pengetahuan itu sangat bermanfaat bagi siwa-siswi kami sebagai bekal hidup di
masyarakat kelak. Kami berharap kerjasama ini dapat lestari.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Salam takzim,
Kepala SMP Negeri ....,
286
Contoh surat di atas menggunakan format lama (setengah lurus).
Agar lebih jelas pemahaman Anda terhadap format tersebut, perhatikan
format surat model lama yang dikenal dengan sebutan format lama
(setengah lurus) berikut ini.
Kepala Surat
Nomor : .......Tanggal
Lampiran :
Hal :
Yth. …………….
…………………. Alamat
Salam Pembuka,
……………………………….………………............................. Paragraf
………………………………………………………. ................................ pembuka
………………………………………………………..
……………………………………………….............................. Paragraf
………………………………………………………… .............................. isi surat
………………………………………………………..
…………………………………………………........................... Paragraf
…………………………………………………………............................... penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Tembusan:
287
SMP NEGERI .................
Jalan ..................................Surabaya
Nomor : 60/052/SLTP/2012 18 April 2012
Lampiran : Tidak ada
Hal : Undangan
Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana pembentukan Komite Sekolah, kami mengundang Bapak
selaku tokoh masyarakat di .............. Surabaya untuk menghadiri rapat pembentukan Komite
SMP .... Surabaya. Rapat tersebut akan diselenggarakan pada:
hari, tanggal : Selasa, 20 April 2012
pukul : 08.00 s.d. selesai
tempat : Aula SMP .... Surabaya
Mengingat pentingnya acara tersebut, kehadiran Bapak sangat kami harapkan.
Demikian undangan ini, atas kehadiran Bapak kami ucapkan terima kasih.
Kepala,
Contoh surat resmi di atas jika dilihat dari segi formatnya akan
terlihat seperti di bawah ini, yang biasa disebut format baru (setengah
lurus).
288
Kepala Surat
Nomor : Tanggal
Lampiran :
Hal :
Yth. …………….
…………………. Alamat
Salam Pembuka,
……………………………….……………….. ................................. Paragraf
………………………………………………………. ...................................... pembuka
………………………………………………………..
………………………………………………... ................................. Paragraf
………………………………………………………… .................................... isi surat
………………………………………………………..
……………………………………………….................................… Paragraf
………………………………………………….....................................……… penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
289
ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)
SMP NEGERI 2 PANGKAJENE
Jalan Andi Mauraga No. 82 Labakkang-Pangkep-Sulawesi Selatan
Dengan hormat,
Mengetahui
Pembina OSIS, Ketua OSIS,
Tembusan:
1. Kepala SMP Negeri 2 Labakkang
2. Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Labakkang
290
Kepala Surat
Nomor : Tanggal
Lampiran :
Hal :
Yth. …………….
…………………. Alamat
Salam Pembuka,
……………………………….………………................................ Paragraf
………………………………………………………................................... . pembuka
………………………………………………………..
……………………………………………..............................…... Paragraf
……………………………………………………….................................… isi surat
………………………………………………………..
………………………………………………..............................… Paragraf
……………………………………………………….................................… penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Tembusan
291
(2) Tanggal surat yang ditulis adalah tanggal, bulan, dan tahun. Hal ini
berbeda dengan surat pribadi yang selalu mencantumkan nama kota
pengirim. Mengapa nama tidak dicantumkan? Tentu karena sudah
ada dalam kop surat.
(3) Nomor surat mutlak harus ada dalam surat resmi. Jika Anda
perhatikan ketiga contoh surat resmi di atas, minimal yang ada
dalam nomor surat adalah nomor urut surat, identitas
lembaga/instansi, dan tahun surat.
(4) Lampiran bisa ada bisa juga tidak ada. Hal ini sesuai dengan
keperluan surat tersebut.
(5) Hal atau perihal surat perlu dicantumkan, yaitu berisi isi singkat
maksud surat yang dikirimkan.
(6) Alamat surat tidak perlu diawali dengan Kepada tetapi cukup
dituliskan Yth. atau Yang terhormat…. Jika surat itu ditujukan kepada
organisasi atau perusahaan, maka penulisan Yth. atau Yang terhormat
tidak diperlukan.
(7) Salam pembuka seperti halnya salam penutup, tidaklah wajib. Salam
pembuka merupakan sapaan hormat penulis surat sebelum ia
mengemukakan persoalannya. Ungkapan yang bisa dipergunakan
untuk salam pembuka, di antaranya adalah: Dengan hormat, Bapak
... yang terhormat, Salam pramuka, Salam sejahtera, atau
Assalamualaikum wr. wb.
(8) Isi surat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, inti surat, dan
penutup.
(9) Salam penutup sifatnya tidak wajib. Banyak surat dinas pemerintah
yang tidak menggunakannya. Salam penutup berguna untuk
menunjukkan keakraban atau rasa hormat penulisnya. Kata-kata
yang biasa digunakan adalah: Wassalam, Salam takzim, Salam
hormat, atau Hormat kami.
(10) Jabatan, Tanda Tangan, Cap, Nama Terang, dan NIP bagi Surat
Resmi Pemerintah dicantumkan dengan jelas.
(11) Tembusan boleh ada, boleh tidak.
3. Perlatihan
a) Anda adalah anak pindahan dari sekolah lain. Setelah sebulan di
sekolah yang baru, Anda ingin menulis surat kepada sahabat Anda
di sekolah lama. Anda ingin menulis tentang banyak hal yang baru
yang Anda jumpai di sekolah baru. Buatlah sebuah surat pribadi
kepada sahabat Anda tersebut!
b) Anda adalah pengurus OSIS sekolah. Pada bulan Oktober ini sekolah
Anda akan mengadakan kegiatan bulan bahasa. Anda akan
mengundang pengurus OSIS untuk rapat persiapan pembentukan
panitia bulan bahasa tersebut. Buatlah undangan rapat tersebut.
292
c. Menulis Teks Berita
Setiap orang adalah wartawan. Setiap orang berpeluang menjadi
penyampai berita. Tetapi, tidak setiap orang memiliki media yang dapat
digunakan sebagai media untuk menyampaikan beritanya.
Berita amat akrab dengan kehidupan kita semua. Tidak ada hari
tanpa berita. Tidak ada seorang pun yang vakum dari berita. Kita tidak
dapat menghindar dari berita. Dengan demikian, berita adalah bagian
integral dari kehidupan manusia.
293
Apa berita itu? Setiap hari kita mendengarkan berita. Setiap hari
Anda menikmati berita. Melalui televisi, radio, surat kabar, majalah,
informasi langsung, serta menyaksikan langsung kita bersentuhan dengan
berita, bahkan terkungkung dalam dunia berita.
Ada dua sumber berita: (1) peristiwa dan (2) manusia. Sumber yang
pertama adalah kejadian-kejadian, seperti: gempa, pertandingan olahraga,
banjir, sidang kabinet, tabrakan, pameran, seminar, dan se-bagainya.
Sumber kedua adalah pendapat manusia yang dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, pendapat manusia mengenai suatu peristiwa yang
disaksikannya. Kedua, pendapat manusia mengenai peristiwa yang tidak
disaksikannya.
294
sampai yang biasa-biasa saja. Berita yang menyangkut kepentingan
banyak orang akan bernilai tinggi. Sebaliknya, berita yang tidak
menyangkut kepentingan banyak orang tidak akan bernilai tinggi.
Teras berita (lead) adalah bagian berita yang terletak pada alinea
pertama. Teras berita merupakan bagian dari komposisi atau susunan
berita, yakni terletak setelah judul berita (head) dan sebelum badan berita
(news body). Teras berita mempunyai kedudukan yang amat penting
setelah judul berita berkenaan dengan daya kemenarikan sebuah berita.
Umumnya pembaca mencari penjelasan dari judul berita melalui teras
berita. Berita yang baik akan mencantumkan maksud utama judul dalam
teras berita. Sebaliknya, berita yang baik tidak mencantumkan penjelasan
judul pada teras beritanya.
295
7) Teras berita jarang menonjolkan unsur “kapan” (when), kecuali bila
unsur itu punya makna khusus dalam berita itu.
8) Bila harus memilih dari dua unsur, yakni unsur tempat (where) dan
waktu (when), maka pilihlah unsur tempat dulu, baru waktu.
9) Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan
berita, tidak dalam teras berita.
10) Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation
lead) asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea
berikutnya, tulis nama orang itu, tempat, serta waktu dia membuat
pernyataan itu.
(Dalam Romli, 2003:15—16)
Perlatihan
Tulislah sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar Anda menjadi sebuah
berita. Perhatikan unsur-unsur berita yang harus ada dalam tulisan Anda!
Selamat mencoba!
296
Ciri-ciri slogan ialah isinya singkat, padat , memikat, dan mudah
diingat. Ada beberapa contoh kalimat slogan:
(1) Selalu Ada yang Baru
(2) TVRI menjalin Persatuan dan Kesatuan.
(3) Jombang Kota Beriman
(4) Sekali gabung kepuasan melambung.
(5) Sekali merdeka terap merdeka.
(6) Muda menabung; tua beruntung
2) Menulis Poster
Anda tentu sering melihat poster. Di majalah-majalah, koran, atau
bahkan papan-papan reklame yang banyak berdiri di pinggir-pinggir
jalan, pastilah sering Anda jumpai poster-poster, mulai dari yang
bentuknya mewah sampai yang paling sederhana.
297
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memperli-
hatkan perbedaan antara poster pengumuman dan poster iklan. Dengan
demikian akan semakin jelas perbedaan antara kedua jenis poster
tersebut. Untuk lebih memperlihatkan perbedaan tersebut, manfaatkan
kolom berikut.
NO KEGIATAN UNSUR
1 Seminar 1. Tema
2. Pembicara
3. Tempat dan waktu
4. Undangan
2 Lomba 1. Jenis Lomba
2. Syarat peserta
3. Pendaftaran
4. Tempat dan Waktu
5. Hadiah
3 Pementasan 1. Jenis pementasan
2. Waktu dan Tempat
3. Tiket
4. Pihak pelaksana
298
(3) Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan memperhatikan letak dan
settingan (jenis dan ukuran huruf, tata letak).
(4) Lengkapi poster Anda dengan gambar. Gambar di sini tidak harus
buatan sendiri, tetapi dapat diambilkan dari gamabar yang sudah
jadi untuk ditempelkan. Syaratnya tentu saja gambar tersebut harus
sesuai dengan pengumuman yang disampaikan.
(2) Jelas
Dalam poster pengumuman, kejelasan dapat ditempuh dengan
cara menyajikan informasi selengkap-lengkapnya. Apa saja yang
dibutuhkan pembaca sedapat mungkin disediakan oleh pembuat poster.
Hal ini tentu saja bergantung kepada jenis kegiatan yang diumumkan.
Masing-masing jenis kegiatan memiliki tingkat kejelasan dan kelengkapan
yang berbeda-beda. Syarat jelas di sini dapat juga disebut dengan syarat
lengkap, dalam pengertian informasi yang disampaikan harus mencakupi
seluruh komponen yang dibutuhkan pembaca. Dalam poster iklan,
299
kejelasan dapat ditempuh dengan pemilihan kata-kata, ungkapan-
ungkapan, atau slogan-slogan, kaitannya dengan produk yang diiklankan.
(3) Menarik
Untuk menambah daya tarik poster, ada dua hal yan sangat
menentukan, yaitu pilihan kata-kata, pilihan gambar, dan penataan
tulisan dan gambar tersebut. Masing-masing poster sebenarnya sudah
mencerminkan unsur penonjolannya, apakah berupa tulisan atau gambar.
Ada poster yang lebih menarik jika menggunakan banyak tulisan, ada
pula yang lebih menarik jika lebih banyak unsur gambarnya. Oleh karena
itu, sebelum membuat poster, Anda terlebih dahulu harus mengenali
karakter poster yang akan Anda buat tersebut.
(2) Rmh 10x21 Tkt Renov 6Kt 3Km Jl.Pulo Mas Barat
No.45 Hub:4720050 / 0818.171599
(3) Blazer DOHC New LT ’01 Biru Met Tgn 1 Trwt Km. 53 Rb
Komplit 127,5 Jt Nego Hub:0856-8516524
300
Dari perbedaan tersebut Anda tentu dapat menyimpulkan bahwa
jenis iklan baris itu ada dua macam, yaitu jenis iklan lowongan dan jenis
iklan jual beli. Iklan lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga
atau ahli-ahli untuk dipekerjakan di kantor pemasang iklan. Iklan jual beli
biasanya menawarkan barang atau jasa.
Dicari calon guru Bahasa Inggris. Syarat calon: lulusan SMU/D3/S1 dan
harus bersedia mengikuti tes dan training terlebih dahulu. Yang berminat
dapat menghubungi Adi di Jln. Gatot Subroto 56 Jakarta, telepon 021-
5864874.
Imam memiliki kendaraan roda dua yang bermerk Honda, yang dilihat
dari bentuknya tampak sudah cukup tua usianya. Umurnya memang baru
setengah umur Amir, yang tahun 2002 lalu merayakan ulang tahun ke 16.
Kendaraan itu catnya sudah mengelupas, namun mesinnya masih bagus.
Paling tidak, selama Imam memakainya, kendaraan tersebut ternyata belum
pernah masuk bengkel secara serius. Kata orang, suara mesinnya juga tidak
pernah mengganggu tetangganya seperti yang terjadi pada motor tua yang
lain. Kendaraan itu semula memang milik kakaknya yang berada di Jakarta.
Namun sekarang sudah diubah nomornya menjadi nomor Semarang. Kata
orang, kendaraan semacam itu hanya laku enam juta rupiah. Namun Imam
yakin tidak ada orang berani menawar di atas lima juta kecuali orang yang
memiliki maksud khusus. Meskipun demikian ia bertekad untuk tetap
menjualnya agar kendaraan tersebut tidak terpasang lagi di rumahnya, Jln.
Mahoni 40 Semarang. Dengan demikian, rumahnya yang asri itu akan
semakin tambah asri dan cantik.
301
Untuk memudahkan pembuatan iklan, informasi di atas harus
Anda masukkan ke dalam lembar pengamatan yang pada prinsipnya
akan mencatat hal-hal pokok yang akan masuk surat kabar. Jawaban-
jawaban yang tertera pada lembar pengamatan inilah yang nantinya akan
Anda gunakan sebagai data penulisan iklan baris.
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Jenis apakah kendaraan yang Honda
dimaksud?
2 Tahun berapa kendaraan tersebut? 1995
3 Berapa harganya? 4,5 juta
4 Bagaimana kondisi kendaraan Mesin baik, body tua
tersebut?
5 Di mana peminat dapat melihat Jln. Mahoni 40 Semarang
kendaraannya?
Honda – 1995 – 4,5 juta – mesin baik, body tua – Amir Jln. Mahoni 40
Semarang
Dari data tersebut kurang lebih dapat disusun iklan baris seperti
berikut ini.
Dijual: Honda ’95, mesin bagus, Hp 4,5 Jt. Hub. Jln. Mahoni 40 Semarang
Rumusan iklan tersebut tentu saja tidak sama persis dengan data
yang sudah terkumpul. Dalam deskripsi ada data kondisi tuanya
kendaraan tersebut, namun demikian tidak masuk karena akan
mengurangi minat calon pembeli. Ini bukan sebuah kebohongan tetapi
sebuah strategi. Jika Anda mengatakan hal yang sebaliknya, misalnya
body mulus, itu baru kebohongan.
302
(1) Tentukan jenis iklan yang akan Anda tulis, yaitu dapat berupa iklan
lowongan atau iklan jual beli.
(2) Jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang
dibutuhkan, jika iklan jual beli yang Anda pilih, tentukan barang
atau jasa yang akan ditawarkan.
(3) Tuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam pembuatan
iklan tersebut. Unsur-unsur atau butir-butir tersebut akan sangat
bergantung kepada pilihan jenis iklan yang akan digunakan.
(4) Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan bahasa yang jelas dan singkat.
303
(2) kondisi barang,
(3) alamat, serta
(4) harga barang.
Perlatihan
(1) Tulislah slogan yang menarik dan bermanfaat untuk
membangkitkan minat belajar anak.
(2) Tulis slogan singkat, jelas, dan menarik tentang pentingnya hidup
sehat.
(3) Tentukan sebuah kegiatan yang akan Anda posterkan. Tentukan
unsur-unsur yang akan Anda posterkan. Buatlah poster untuk
kegiatan tersebut!
304
ditentukan sebelum seseorang mulai menulis, judul dapat dilakukan dan
dipikirkan sesudah tulisan itu selesai. Topik sebaiknya sesuai dengan
masalah yang dikuasai, karena gagasan yang cemerlang tidak menjamin
menjadi tulisan yang baik.
Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah ragam tulis, bukan
ragam lisan. Ragam tulis di dalam karya ilmiah, menurut Sudjiman dan
Dendy Sugono, hendaknya jelas, lugas, dan komunikatif. Jelas artinya
memperhatikan secara jelas unsur-unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
dan keterangan). Lugas artinya bahasa yang digunakan tidak
menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat
hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai
dengan maksud penulisnya. Hindari penggunaan sinonim, paralelisme,
pleonasme, dan metafora.
305
dan anak bab lebih banyak sehingga derajat penomoran anak-anak bab
lebih banyak pula. Derajat penomoran itu dibatasi sampai empat angka.
306
Penutup berisi simpulan dan saran (kalau ada). Simpulan
merupakan jawaban permasalahan yang dikemukakan dalam
pendahuluan. Simpulan bukan rangkuman atau ikhtisar. Pernyataannya
dapat berupa uraian (esei) atau berupa butir-butir yang bernomor. Jika
perlu, saran boleh disampaikan kepada pembaca berkaitan dengan topik
pembahasan. Daftar rujukan adalah daftar buku, majalah, artikel di dalam
majalah atau koran, atau artikel di dalam kumpulan karangan (antologi)
yang digunakan sebagai acuan di dalam pengumpulan data,
analisis/pembahasan, atau penyusunan karya ilmiah. Daftar rujukan
merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Daftar rujukan juga membantu
pembaca untuk menemukan sumber acuan yang digunakan.
Perlatihan
Pilih sebuah topik. Topik itu akan Anda kembangkan menjadi
karya tulis ilmiah (penelitian). Anda akan membuat latar belakang karya
tulis Anda. Buatlah latar belakang yang dimaksud, sekurang-kurangnya
tiga paragraf.
f. Menulis Paragraf
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis
paragraf. Dalam kegiatan belajar ini dibagi menjadi tiga subtopik, yakni
menulis paragraf deskripsi, menulis paragraf narasi (cerita), serta menulis
paragraf eksposisi.
Ketiga subtopik disajikan dengan pola yang sama, yakni pengertian
paragraf, contoh pola pengembangan ketiga paragraf, dan di bagian akhir
disediakan perlatihan. Dengan pola sajian yang sama, diharapkan Anda
lebih mudah memahami dan selanjutnya mempraktikkan menulis sesuai
contoh pola yang ditawarkan.
307
diamati. Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai logika
urut-urutan sendiri. Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian
kereta api, maka urut-urutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan,
yakni lokomotifnya, lalu bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor
lokomotif tersebut.
Deskripsi impresionistis yang juga disebut deskripsi stimulatif
adalah deskripsi yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan
menstimulasi pembacanya. Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi
atau kesan penulis ketika melakukan observasi terhadap suatu objek atau
benda atau suasana tertentu. Urut-urutannya adalah subjektif. Misalnya,
penulis dapat mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok, berangsur-
angsur ke hal-hal yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula
seorang penulis memulai tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga
yang tidak memiliki kesan sama sekali.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak
terpelihara. Di lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu.
Para penumpang selalu berjubel, dan mereka biasanya meludah seenaknya di
lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam bus, dan mereka tidak pilih
bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet. Biasanya ada
pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga
murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang lalu.
Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua
orang tukang copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti
mahasiswa, karena membawa buku dan map-map. Ketika saya melewati mereka,
mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita
yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet. Kedua
‘mahasiswa’ itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di
terminal.
Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat
panas karena penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk
di dekat jendela, tapi orang tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan
meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.
Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui
jendela bus ada orang yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima
ratus rupiah. Orang tua yang batuk-batuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai
bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, “Sialan! Terbitan tiga tahun yang lalu!”
308
banyak orang yang percaya bahwa memang demikianlah keadaan bus-
bus kota di Jakarta pada umumnya. Data-data dalam tulisan ini adalah
realita, bukan fakta.
Deskripsi Ruangan
Pola Observasi Menurut Pengembangan Spasi
Begitu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat
pendingin ruangan, suara menderu bising dari alat yang sama, serta bau asap
tembakau yang menyesakkan dada menyambutku. Ruangan ini sebenarnya
cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi, tetapi sudut sebelah kanan
dinding di seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan ukuran empat
kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah
meter. Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang
sempit ini tidak pula diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang
ditaruh sekenanya saja di sana-sini, dan ini mengingatkanku pada gudang di
rumahku.
Di atas ruangan bergantungan beberapa lampu neon model kuno yang
membuat ruangan ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat
meter, diapit dua pasang lampu neon, ada sebuah exhaust fan, kipas pengisap,
yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau yang kurang sedap di
dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, di balik sebuah meja kerja
terlihat sesosok tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak
dengan barang-barang elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku
dan map yang ada di depannya, lelaki berkaca mata itu tampak terpukau dengan
bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa coklat tua di mulutnya, segera
aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya exhaust fan di langit-
langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah
sangat ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang
pendek di kiri, di seberang meja oval yang ditutupi alas meja yang dulunya
tentulah berwarna coklat indah. Jok kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat yang
indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang perabot untuk diganti
kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di atas meja berserakan
309
majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian
dalamnya sudah kehitam-hitaman.
Dua lemari besi abu-abu menempel di dinding di sebelah kiriku. Di
sebelahnya sebuah kulkas kecil, tua, model satu pintu. Dulu warna kulkas itu
tentulah putih, sekarang sudah lebih banyak coklatnya. Pada pegangan pintunya
tergantung sehelai kertas merah bertuliskan “Teh Botol Rp 200 saja.” Rak kayu
yang tinggi merapat ke dinding di samping kulkas, hanya menambah penuh
ruangan saja karena tidak ada isinya kecuali setumpuk map merah jambu dan
kuning serta sebuah bulu ayam. Di sisi rak, sudah di sudut ruangan, sebuah meja
beroda dengan sebuah monitor televisi di atasnya dan sebuah pesawat video
pada rak di bawahnya.
Jendela-jendela besar di dinding yang berseberangan dengan pintu
masuk ini ditutup tirai hijau tua. Di bawah salah satu jendela inilah lelaki berpipa itu
duduk. Di atas meja depannya tergeletak sebuah tas kulit kemerahan, dalam
keadaan terbuka, di samping tas ada asbak, gelas berisi air putih dan setumpuk
map serta kertas. Di samping kanan mejanya, di sebelah kiri dari tempat aku
memandang, ada meja rendah tempat mesin tik dan rak surat. Menempel ke
dinding di samping kanan orang itu ada dua buah filing cabinet, pada sebuah
sisinya yang menghadap ke arahku tergantung sebuah penanggalan. Sebuah
layar yang besar dari besi dengan kaki kokoh beroda, tegak di samping kiri orang
itu. Tulisan “SONY” jelas terpampang pada kain hitam penutup layar itu. Seingatku
layar proyeksi video ini dulu sering dipinjam senat mahasiswa untuk memutar film
video, hampir setiap Sabtu.
Layar itu tegak rapat dengan bupet kayu yang panjang, ujungnya yang di
sebelah sana hampir menyentuh dinding yang berseberangan dengan pintu,
sedangkan ujung sebelah sini menyisakan tempat untuk lewat saja, sekitar satu
meter. Di atas bupet kayu yang merupakan pembatas sebelah kanan ruangan ini
terlihat beberapa cangkir tertelungkup di atas sebuah baki, segulungan kertas tisu,
sebuah stoples tempat gula dan sebuah termos.
Di belakang bupet panjang itu, menempel pada dinding studio yang kedap
suara, berdiri beberapa rak besi, dan di situ berserakan beberapa speaker, tape
recorder, serta berbagai-bagai barang elektronik lainnya. Beberapa buah benda
aneh seperti cerobong bergantungan di atas, berasal dari sebuah alat pendingin
ruangan, langsung ke atas studio: mengalirkan udara dingin ke studio agar orang-
orang yang sedang merekam tidak kepanasan.
Sisa ruangan di sebelah kanan membentuk sebuah gang, dinding kiri
gang itu adalah dinding depan studio, dan di situ tertempel kertas karton warna-
warni: jadwal penggunaan ruang-ruang laboratorium bahasa. Di bawah jadwal ada
beberapa meja dan kursi, dan di sana tertumpuk mesin tik dan beberapa alat
elektronik lagi. Di dinding kanan gang, yaitu dinding ruangan besar ini, berbaris
sebuah whiteboard, dua lemari kaca, dan tiga buah lemari besi. Dan di ujung gang
itulah, di sebelah kiri, pintu masuk ke studio.
Bau asap tembakau terasa makin menyesakkan. Kulayangkan
pandanganku ke penghuni ruangan, kami bertemu pandang. Baru kali ini
kuperhatikan orang yang dikatakan sebagai kepala laboratorium yang baru:
rambutnya acak-acakan, kacamata tebal menempel di depan matanya, bibirnya
sinis mengepulkan asap tembakau, dan di bawahnya dagu ditumbuhi jenggot yang
tidak dirawat. Aku merasa serba salah. Sejak kapan dia berhenti membaca dan
310
mulai memperhatikanku? Cepat-cepat aku mundur, menutup pintu dan segera
berangkat dari situ. Lega rasanya terlepas dari ruangan dengan bau yang
menyesakkan, serta pandangan yang sinis itu.
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari;
tanda pengenalnya di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu
itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan
pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your
Message! Pada note book itu kubaca pesan untukku, “Masuk saja, Rat, kunci
dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Sesuai dengan pesan, kurogoh kunci di dalam kotak. Agak kesal juga,
ternyata pintunya susah dibuka. Beberapa kali aku memutar anak kunci dan
menggerak-gerakkan pegangan pintu, tapi gagal. Hampir saja aku pergi dengan
perasaan dongkol, kalau saja seorang penghuni di ujung gang tidak keluar dan
berteriak, “Dorong, Mbak!” Benar saja. Setelah aku dorong agak kuat, pintu
terkuak. Huh!
Tapi amboi, tidak pernah kuduga si tomboy ini punya kamar yang begini
indah dan feminin. Dinding dicat warna merah jambu lembut. Di lantai tergelar tikar
agak tebal, anyamannya besar-besar, khas Bali.
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin
yang bertuliskan “Anda manis, Nona.” Di bawahnya merapat sebuah meja belajar
311
yang diberi alas kertas berbunga-bunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan
plastik bening. Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik,
jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan buku-buku dalam
keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
Di balik pintu bergelantungan sebuah celana panjang, tas berbentuk
ransel kecil, dan ikat pinggang.
Di dinding sebelah kanan tergantung sebuah rak buku yang seluruhnya
juga dilapisi dengan kertas yang sama dengan alas meja. Rak itu penuh buku,
teratur rapi, dan di atas rak ada beberapa map. Di bawah rak terpampang sebuah
lukisan wayang yang besar di atas kain warna merah, dilukis dengan tinta warna
emas. Di bawahnya sebuah dipan, sama panjangnya dengan lukisan itu, ditutup
bad cover merah dengan motif primitif tenunan Bali.
Di ujung dipan, sebuah lemari built-in berpintu dua dibuat agak menonjol
ke luar dinding. Di atasnya ada setumpuk koran tua, gulungan karton, dan
beberapa botol kosong bekas kosmetik. Daun pintu dilapisi kertas yang sama
dengan alas meja, dan di sebeleh built-in ini, di dinding seberang, sebuah rak
buku dari rotan warna hitam, penuh dengan buku. Di atas rak terlihat vas pinang
kuning dengan jambangan botol bekas brem Bali, cat air, crayon, dan beberapa
kaset. Di sebelah rak ini tegak sebuah rak sepatu, di atasnya yang dialasi kertas
merah jambu juga, ada termos air, teko plastik, dua gelas kosong, kaleng kopi,
susu, gula, teh, dan sekaleng kecil permen merek Fox.
Bagian belakang ruangan berpintu lipat model kuno, terdiri atas empat
daun pintu dengan pegangan di tengah-tengah. Ketika kubuka pintu ini, dua daun
pintu terkuak ke kiri dan dua ke kanan. Di balik pintu kutemukan sebuah teras kecil
dan beberapa pot bunga berjajar rapi. Kepalaku menyentuh sebuah lonceng kayu
berbentuk kepala manusia dengan mulut sumbing. Lonceng itu tergantung di
sana, persis di tempat orang akan lewat.
Lama aku termangu di tembok teras menikmati hembusan angin melalui
cemara di taman. Aku tersentak ketika tiba-tiba kudengar sapaan dari belakang,
“Hei, Non, jangan bengong di situ, jatoh aja, tau rasa, lo.”
Rupanya tanpa kusadari, Mira sudah datang, dan kami pun segera terlibat
percakapan yang mengundang gelak tawa.
312
d) Narasi adalah suatu bentuk wacana yg sasaran utamanya adalah tindak-
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang
terjadi dalam satu kesatuan waktu.
e) Atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
f) Narasi berusaha menjawab pertanyaan: “Apa yang telah terjadi?”
g) Narasi yg bertujuan untuk memberi informasi agar pengetahuan
pembaca lebih luas disebut narasi ekspositoris.
h) Narasi yang disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu
menimbulkan daya khayal serta berusaha menyampaikan sebuah
makna melalui daya khayal yang dimilikinya disebut narasi
sugestif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam narasi ekspositoris
adalah sebagai berikut.
a) untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yg
dikisahkan,
b) sasaran utamanya adalah rasio (perluasan pengetahuan setelah
menbaca kisah ini),
c) misalnya, menyampaikan informasi berlangsungnya suatu
peristiwa (pemogokan buruh menuntut kenaikan gaji)
d) sebagai bentuk narasi, narasi ini mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian perbuatan
e) dapat bersifat khusus (khas) maupun generalisasi
f) secara khusus: berusaha menceritakan suatu peristiwa khas, yang
hanya terjadi satu kali (pengalaman pertama kali masuk perguruan
tinggi, pengalaman pertama mengarungi samudera, pengalaman
pertama gadis yang menerima curahan kasih, dan lain-lain).
Narasi sugestif umumnya bertalian dengan tindakan atau
perbuatan yang dirangkai dalam satu peristiwa atau kejadian. Hal-hal lain
yang berkaitan dengan narasi jenis ini adalah:
a) seluruh rangkaian kejadian berlangsung dalam satu kesatuan
waktu,
b) sasaran utama bukan memperluas pengetahuan, tetapi memberi
makna atas kejadian sebagai suatu pengalaman,
c) sasarannya adalah makna kejadian, dan melibatkan daya khayal,
d) rangkaian peristiwa disajikan merangsang daya khayal,
e) pembaca menarik makna baru,
f) tidak bercerita atau memberi komentar, tetapi mengisahkan cerita,
g) menyediakan kematangan mental.
313
No. Ekspositoris Sugestif
1 Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau
amanat yg tersirat
2 Menyampaikan informasi mengenai Menimbulkan daya khayal
suatu kejadian
3 Didasarkan pada penalaran untuk Penalaran hanya berfungsi sbg alat
mencapai kesepakatan rasional menyampaikan makna
4 Bahasanya cenderung informatif, titik Bahasanya cenderung figuratif, titik
beratnya kata-kata denotatif beratnya kata-kata konotatif
314
akan diungkapkan ini disebut tesis (dalam narasi biasanya disebut tema).
Tesis adalah inti sebuah eksposisi. Tesis dapat disampaikan secara
tersurat maupun tersirat dalam tulisan.
Eksposisi l
Pasta Gigi Ketinggalan Zaman
Diterjemahkan dan disadur dari tulisan
Jo Stralen
Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat
gigi. Tetapi agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas
menyikat gigi pagi hari begitu bangun tidur itu sangat menyengsarakan. Semua
kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi pagi-pagi guna menghalangi
kerusakan gigi. Namun rasanya ada yang tidak maju-maju pada alat pencegah
kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada
kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara
promosinya, dan yang tak kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta itu
sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal
oleh kakek bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara
kerjanya berlawanan dengan tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun di dunia
ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta yang dikemas di dalam tube itu.
Ketika Anda menganggapnya pastanya sudah habis, dan tube itu Anda buang, di
dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah
315
ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang
Anda peroleh akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang
sesudah dua tiga kali pakai, sehingga pasta di dekat lubang tube itu mengeras.
Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus memijit tube lebih keras
dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori lantai
dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube
itu masih akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah
terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita
menggunakan pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita menyikat gigi
dua puluh empat jam sehari semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang
tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih. Kemudian perhatikan senyum model
yang dipakai di dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan semua gigi
bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin
dilakukan sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya:
bagimana pun tampak indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan
benar jika kita memegang sikat gigi itu hanya dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya adalah pasta. Hijau, putih
bergaris merah atau hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru
kelihatan lebih kuning karena kontras), tetap saja pasta itu benda asing di mulut
kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa yang ditambahkan kepada
pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat gigi, bukanlah
jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa
enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita,
terutama anak-anak kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping
rasanya yang tajam itu, tekstur pasta gigi sering menimbulkan campuran kental
yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras akan menghasilkan busa,
yang menyebabkan mulut (te)rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa mau
muntah.
Agaknya jelas bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang
sekarang ini sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang
sebenarnya sudah sejak dahulu kala harus dilakukan oleh para produser pasta
gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan zaman, dia sudah ada sejak permulaan
abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang sejak permulaan abad
ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar. Promosinya
juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur
dan rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan
dan dicari alat pencegah kerusakan gigi yang, selain enak dan wangi, juga dapat
ditelan seperti permen coklat? Dengan sendirnya ‘alat’ seperti ini dapat pula
dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi kita sehat dan kuat. Kalau ini
bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan senang hati
memasukkan sepotong ‘alat’ ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu
menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang
itu akan benar-benar merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari
itu.
316
Contoh di atas adalah sebuah eksposisi. Bentuknya telah dirancang
oleh Aristoteles. Bentuk inilah yang sering dipakai orang dalam menulis
skripsi maupun disertasi. Bentuk ini pula yang sering dipakai dalam
mengembangkan tulisan yang berbentuk (berupa) makalah untuk
seminar. Dan sekarang, bentuk (atau pola) di atas akan dicoba
dipolemikkan. Contoh tulisan di bawah ini menunjukkan penulisnya
‘berlawanan’ dengan apa yang dikatakan Jo Stralen. Tesisnya berlawanan,
semua kelasnya pun berlawanan. Simaklah dengan cermat!
Setiap orang menggosok gigi. Ada yang pagi sore setiap mandai, ada
yang setiap selesai makan. Ini bergantung pada keyakinan masing-masing
mengenai bagaimana merawat gigi dengan baik. Warna pasta yang digunakan
pun bermacam-macam, ada yang putih polos, putih bergaris merah atau hijau atau
lainnya. Tetapi bila diperhatikan, ada yang tidak berubah pada alat perawatan gigi
tersebut. Ternyata alat perawatan gigi seperti yang kinal selama ini memang
sudah diyakini sebagai yang terbaik sampai saat ini, dan tidak perlu diubah. Ini
terlihat dari kenyataan bahwa kemasan yang berbentuk tube itu adalah yang
paling tepat untuk pasta gigi, lalu rasa dan tekstur pasta di dalam tube itu pun
cukup membuat orang senang menyikat gigi, dan semua ini didukung pula oleh
cara promosi yang memang meyakinkan.
Sejak puluhan, bahkan mungkin lebih seratus tahun yang lalu, kemasan
pasta gigi yang selalu hadir di kamar mandi kita adalah tube. Kemasan itu
berbentuk lonjong, pangkalnya gepeng, badannya berbentuk silinder, dan ada
tutup di ujungnya. Kita tinggal membuka tutupnya, memijit tube, dan keluarlah
pasta gigi yang siap untuk dipakai. Dalam kemasan seperti ini pasta gigi tidak
mudah kering, asal kita tidak lupa menutupnya kembali. Kebersihannya pun
terjamin, dan gampang pula menyimpannya, atau membawanya untuk bepergian.
Coba bandingkan ini dengan kemasan lain yang pernah dicoba untuk
dipasarkan: sachet plastik seperti untuk shampoo, dan kaleng seperti tempat
semir sepatu. Bila kita ingin menggunakan pasta yang dikemas dalam sachet
plastik, kita harus merobek sudut kemasan itu, lalu memijitnya agar pastanya
keluar secukupnya. Setelah dipakai kemasan harus diletakkan berdiri agar isinya
tidak tumpah, dan jangan sampai jatuh ke lantai agar tidak kemasukan air yang
barangkali kotor. Pastanya juga cepat kering dan rasa serta aromanya cepat
hilang. Menghadapi kemasan seperti kaleng semir sepatu, kita memang tinggal
membuka tutupnya, basahi sikat gigi kita dan goreskan pada pasta sesuai
keperluan. Masalahnya, berapa banyak sikat gigi milik orang lain yang masuk ke
kaleng itu?
Rasa dan tekstur pasta gigi bermacam-macam, bergantung pada merek
dan kegunaanya. Warna yang indah, rasa yang manis dan aroma yang enak
semuanya dibuat agar kita merasa nyaman dan senang menggosok gigi. Dan kita
semua tahu betul, bahkan anak-anak kecil pun tahu betul, bahwa pasta gigi itu
bukan untuk ditelan. Bisa dibayangkan bila warna pasta gigi hitam atau ungu,
317
aromanya seperti comberan, dan rasanya seperti obat malaria, pasti lebih banyak
orang yang rela giginya cepat rusak daripada harus menggosok gigi dengan pasta
seperti itu.
Promosi pasta gigi secara tidak langsung merangsang orang agar mau
merawat gigi serta menggosok gigi secara teratur. Di dalam iklan terdapat senyum
yang menawan dengan sebaris gigi yang putih dan rapi. Setidaknya ini memotivasi
orang agar merawat gigi dengan baik, agar gigi bisa bersih dan putih seperti di
dalam iklan. Namun kalau pada dasarnya seseorang memiliki gigi yang tidak putih,
dia tidak akan berhenti menggosok gigi, hanya karena giginya tidak kunjung
menjadi putih. Pengetahuan umum sekadarnya, ditambah bacaan dari media
massa, memungkinkan kita mengerti mengenai persoalan gigi yang memang tidak
bisa menjadi putih itu.
Mengapa para produser pasta gigi tidak melakukan perubahan mendasar
terhadap alat perawatan gigi yang sudah berumur lanjut itu? Pertanyaan ini
membawa kita kepada kenyataan bahwa alat ini memang masih sangat pantas
dipertahankan. Sesuatu alat yang sudah digunakan sejak lama tidak selalu berarti
keinggalan zaman dan harus diubah. Tidak ada salahnya mempertahankannya
bila memang masih mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Pikiran untuk
mencoba menghasilkan pasta gigi yang berasa enak dan bisa ditelan, kok,
rasanya berlebihan. Bukankah menggosok gigi bertujuan membersihkan kotoran
yang menempel pada gigi? Maukah kita menelan kotoran yang seharusnya
dibuang?
Perlatihan
a) Setelah Anda membaca deskripsi yang berjudul “Kamar Sebuah
Asrama”, cobalah buat ragangan atau kerangkanya. Setelah Anda
menemukan ragangan atau kerangkanya, cobalah Anda membuat
deskripsi sebuah ruangan dengan pengembangan observasi menurut spasi
(ruang) dengan ragangan tersebut!
b) Kisah cinta Yusril tersebut sangat bagus dan dapat dikembangkan
menjadi sebuah novel yang menarik. Tetapi, jika dibuatkan kisi-
kisinya akan tampak hal-hal yang salah waktu, yang anakronistis.
Anda dapat menemukan salah waktu dan anakronistis tersebut
dengan mudah. Cobalah lakukan!
c) Pilih topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi wacana
eksposisi. Buatlah kerangka (outline) tulisan. Selanjutnya,
kembangkan menjadi wacana eksposisi yang menarik! Selamat
mencoba!
318
Pemahaman kedua subtopik ini diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi Anda adalah guru bahasa Indonesia, yang setiap saat
dimintai jawaban atas ‘kekurangjelasan’ menulis kalimat dengan
menggunakan ejaan yang benar yang terjadi di masyarakat (dan atau di
sekolah).
1. Menulis Kalimat
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri baku dan efektif. Kebakuan
mengacu pada kesesuaian kalimat dengan kaidah tata kalimat bahasa
Indonesia. Sumowidjoyo (1994) mendeskripsikan ciri kalimat baku:
garmatikal, masuk akal, bebas dari munsur yang mubazir (redundance),
bebas dari kerancuan (kontaminasi), bebas dari pengaruh bahasa daerah
atau asing (interferensi), sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku, jika dilisankan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia standar.
Keefektifan kalimat ilmiah diukur dari dua sisi, yakni dari sisi (a)
penulis, dan (b) pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika
kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan ilmiah penulis
secara tepat dan akurat. Dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama
persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu, jika
pembaca masih mengalami kebingungan, kesulitan yang mengakibatkan
salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat
diketegorikan efektif. Kalimat efektif berciri gramatikal, logis, lengkap,
sejajar, hemat, dan ada penekanan.
Dengan mengacu pada ciri baku dan efektif tersebut, kalimat dalam
bahasa Indonesia ilmiah berciri (a) gramatikal, (b) logis, (c) lengkap, (d)
hemat (bebas dari unsur mubazir), (e) bebas dari kontaminasi, (f) bebas
dari interferensi, (g) sejajar, dan (h) ada penekanan.
a). Gramatikal
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri gramatikal. Artinya,
kalimat ilmiah sesuai dengan tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi),
tata morfem (morfologi), dan tata fonem (fonologi) bahasa Indonesia.
Untuk memperjelas kegramatikalan bahasa Indonesia ilmiah, berikut ini
disajikan beberapa contoh kalimat.
Kalimat (1) s.d. (3) tersebut tidak gramatikal karena fungsi subjek
dihilangkan (dibiarkan kosong). Perbaikan kalimat (1) dapat dilakukan
319
dengan menghilangkan kata depan yang mengawali subjek, tentang. Kata
depan tersebut telah mengaburkan fungsi frase metode penelitian. Frase
tersebut berada di antara dua fungsi sebagai subjek dan sebagai
keterangan. Perbaiikan kaliamt (2) dan (3) dapat dilakukan dengan
menambahkan subjek yang kosong. Ketiga kalimat tersebut menjadi lebih
gramatikal jika diubah menjadi (1a) s.d. (3a) berikut.
(5) Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu.
Sehingga, pebicaraan tentang kecerdasan bukan lagi
mmenjadi hak kaum ahli, tetapi sudah menjadi bahasan
awam.
320
Kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal jika disunting menjadi (5a) dan
(6a) berikut.
b). Logis
Kalimat logis jika mengandung makna yang masuk akal. Kalimat
(7) s.d. (8) berikut kurang masuk akal karena pikiran atau gagasan ilmiah
yang dinyatakan dalam kalimat tidak dapat diterima kebenarannya oleh
akal sehat pembaca.
c). Lengkap
Kalimat ilmiah mewajibakn kehadiran fungtor inti: subjek,
predikat, objek, dan pelengkap secara fungsional. Pada kalimat verbal,
penentu kehadiran fungtor adalah verba yang menduduki fungsi predikat
pada kalimat terebut. Jika predikatnya terdiri atas verba taktransitif,
fungtor wajib hanya subjek dan predikat. Akan tetapi jika predikatnya
terdiri atas verba transitif ada dua kemungkinan variasi. Pertama, jika
321
predikatnya diisi oleh verba ekatransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan objek. Kedua, jika predikat diisi oleh verba dwitransitif,
fungtor wajib adalah subjek, predikat, dan objek. Jika verba pengisi
predikat terdiri atas verba semitransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan pelengkap.
Kalimat yang belum lengkap lain dapat diperhatikan pada (11) s.d.
(13) berikut.
322
Kalimat (11) s.d. (13) tersebut merupakan contoh kalimat yang
tidak memiliki unsur fungsi yang lengkap. Karena kesalahan memilih
bentuk yang seharusnya pasif ditulis aktif, kalimat (11) dan (12) menjadi
tidak lengkap karena tidak bersubjek. Kalimat (13) juga tidak lengkap
karena tidak mengandung objek, padahal predikat dalam kalimat tersebut
merupakan verba transitif, menerapkan.
323
(15) Wawasan Nusantara tidak hanya bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia saja, tetapi
juga ikut serta dalam mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh
umat manusia.
(16) Pembelajaran tentang sains saat ini perlu mendapatkan
penanganan khusus karena banyak para siswa yang
mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran tersebut.
324
dua unsur, atau dua struktur. Kalimat (20) dan (21) berikut merupakan
contoh kalimat yang mengandung kontaminasi.
Kata menghaturkan pada (22), latihan pada (23), dan frase yang mana
pada (24) merupakan hasil interferensi. Kata menghaturkan dan latihan
merupakan interferensi dari bahasa Jawa, ngaturaken dan latihan,
sedangkan frase yang mana merupakan interferensi dari kata tugas bahasa
Inggris, where. Karena itu ketiga kalimat tersebut dapat dibebaskan dari
unsur kontaminasi menjadi (22a), (23a), dan (24a) berikut.
325
(22a) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing,
penulis menyampaikan terima kasih.
(23a) Selama empat minggu, mahaiswa berlatih vokal dan
pernafasan di sanggar sastra Jubahsantri di kampus Lidah
Wetan.
(24a) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan
Menteri Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku
ajar di sekolah dasar dan menengah yang mengatur
pemberlakuan buku ajar selama lima tahun.
g). Sejajar
Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah berciri sejajar atau paralel.
Dalam penyebutan suatu rentetan atau daftar dengan pengurutan butir-
butirnya satu per satu, misalnya, “A, B, dan C” butir-butir yang
diurutkan itu harus diungkapkan secara sejajar. Apabila A berupa verba,
begitu pula seharusnya B dan C. Apabila A berupa nomina dengan
imuhan peN-an, seyogianya B dan C pun menggunakan nomina dengan
imbuhan peN-an. Kalimat (25) berikut merupakan contoh kalimat yang
paralel, karena gagasan yang berurutan telah disampaikan dalam bentuk
yang sama, yaitu membuat, membeli, dan memakainya.
326
investasi dan ekspor, serta menciptakan efisiensi ekonomi yang
tinggi
(28) Enam bulan yang lalu sakitnya dikira batuk biasa, tetapi
beberapa waktu kemudian diduga paru-paru, bahkan siang
tadi tim dokter RSUD Dokter Soetomo memvonisnya leukimia.
(28a) Siang tadi, dia divonis leukimia oleh tim dokter RSUD Dokter
Soetomo setelah sebelumnya diduga paru-paru dan bahkan
enam bulan yang lalu dikira batuk biasa.
327
Pengurutan secara logis juga dapat dilakukan dengan klimaks atau
antiklimaks. Kalimat (28) di muka di samping menggunakan urutan
kronologis juga menggunakan urutan klimaks. Sebaliknya, pada (28a), di
samping digunakan urutan kronologis terbalik, juga digunakan
antiklimaks.
4). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Ahmad Dahlan,
Imam Syafii, Nabi Isa.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
328
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Budiono, Perdana Menteri Nehru, Profesor
Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara,
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian
Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor
jenderal.
6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Emha Ainun Nadjib, Abdullah Gymnastiar, Wage Rudolf
Supratman, Budi Saktiawan, Halim Perdanakusumah,
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau nama ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Jepang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, kejawa-jawaan, keinggris-
inggrisan.
8). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
329
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan November, bulan
Februari, bulan Maulid, hari Jumat, hari raya Galungan, hari
raya Lebaran, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.
10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama
dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik
Indonesia, Nomor ..., Tahun2012
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerjasama
antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang
yang berlaku.
330
11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Yayasan Ilmu-Ilmu Sastra, Rancangan
Undang-Undang Kepegawaian.
12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
Ia menyelesaikan makalah “Politik dan Bahasa”.
13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. Doctor (doktor)
M.A. master of arts (Magister Agama,
Antropologi, dst.)
Prof. profesor
Sdr. saudara
15). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
331
b). Huruf Miring (Italic)
3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangistana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi
‘pandangan dunia’.
Perlatihan
Suntinglah ejaan kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
332
(11) garam inggris, gula jawa, kacang bogor, maupun pisang ambon
merupakan contoh nama jenis
(12) dia telah selesai membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma
karangan Idrus sejak hari minggu lalu
(13) buku harmonium ditulis oleh prof dr (doktor) budi darma ma
(14) bukankah bapak ikut menyaksikan peristiwa itu, tanya bapak andi
nurdin nasution
(15) siapa yang sudah menghubungi anda
D. Berbicara Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia
pemahaman teks sastra. Ini adalah bahan bagi Anda agar memiliki
penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari
materi kesastraan tentang Membacakan dan Membawakan Karya Sastra.
Bagian ini berisi tiga kompetensi utama, yaitu: Membacakan prosa fiksi
(cerpen atau novel), membacakan puisi, dan membawakan drama.
Melalui pelatihan ini Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga
hal tersebut dan pada gilirannya Anda juga diharapkan trampil
mengajarkan kompetensi membacakan dan membawakan karya sastra
kepada siswa.
333
Ada beberapa syarat agar guru kompeten dalam hal ini. Anda tidak
khawatir sebab syarat-syarat tersebut dapat dipelajari dan dilatih.
Percayalah bahwa Anda bisa! Beberapa syarat minimal bagi orang yang
ingin berkompeten dalam membacakan dan membawakan karya sastra
ialah dapat memahami karya sastra itu dengan baik dan memiliki strategi
untuk membacakan dan membawakan. Syarat pemahaman atas karya
sastra itu mengarah pada bahwa mengenal dengan baik ragam karya
sastra dan unsur-unsurnya akan sangat berpengaruh pada pembacaan
dan pembawaan karya sastra tersebut. Syarat strategi pembacaan dan
pembawaan karya sastra mengarah pada beberapa keterampilan teknis
tertentu, misalnya olah vokal, intonasi, ekspresi dan lakuan. Bagaimana?
Hal yang mungkin bukan?
2. Materi Pembelajaran
a. Membacakan Prosa Fiksi (Cerita Pendek atau Novel)
Bacalah cerpen berikut ini!
334
“Ya, Kang aku setuju. Tanah itu kan dilewati angkutan kota. Untuk ke
pasar kurasa nggak bakal ada hambatan,” Sumi berusaha membuat Wagimun
bangga. Kebanggaan itu tentu akan membuat calon suaminya percaya diri.
Dengan kepercayaan dirinya, Wagimun pasti akan lebih mencintainya dan makin
lebih semangat bekerja. Ini penting karena hidup tanpa semangat kerja, apa
jadinya.
Dia kenal Wagimun serba nggak terduga. Ketika itu Sumi disuruh majikan
putrinya membeli mangga muda. Sang majikan memang lagi hamil muda saat
itu. Hamil anak pertamanya. Tentu bukan tugas mudah mencari mangga muda di
kala bukan musim mangga. Dengan semangat untung-untungan Sumi menuju ke
kios buah di kotanya itu. Anda pasti bisa membayangkan bagaimana sulitnya
Sumi mencari mangga. Puluhan kios dikunjunginya, tak satu pun yang menjual
mangga muda.
“Waduh, sulit, Mbak. Bukan musimnya, sih,” kata salah seorang pedagang
buah. “Wah, ngidamnya mbok yang lain. Salak kan anggap apa-apa,” komentar
yang lain. “Gimana jika ngidam sama bakulnya ini saja?” komentar yang lainnya
lagi. Sumi sewot menghadapi pedagang-pedagang itu. Tidak memberi jalan
keluar, malah komentar nggak karuan.
Tanpa menoleh Sumi beranjak meninggalkan kios-kios itu. Dengan putus
asa yang tak terukur ia berniat pulang. Bilang saja sama Nyonya jika mangga
mudanya nggak ada, begitu niatnya. Ia pun yakin sang majikan pasti akan
marah-marah tanpa ujung-pangkal kepadanya. Tapi mau apa lagi?
“Lho, mbak cari apa?” tiba-tiba seorang pria menegurnya ketika Sumi
hampir mendekati ujung selatan deretan kios itu. Ini lagi, pasti akan
mempermainkan aku, gumam Sumi dalam hati. Maka nggak dijawabnya sapaan
itu. “Cari mangga, Mun!” seru pedagang yang tadi berkomentar nggak karuan.
Lelaki yang dipanggil Mun itu tiba-tiba berdiri di depannya, dengan posisi
menghadang. Sumi pun mau tak mau harus berhenti. “Wah, Mbak, kalau
mangga muda aku ada. Kebetulan kakakku sedang hamil. Ia juga ngidam
mangga muda. Kemarin aku berburu mangga di desa. Kalau Mbak percaya
padaku, tunggu di sini sebentar. Aku akan ambilkan dulu.”
Belum sempat Sumi mengatakan ya atau tidak, lelaki itu sudah melesat
membelah jalan di depannya. Menyusup di antara kendaraan yang lalu lalang.
Sumi terhenyak nggak bisa berkata. Ia pun bersandar di dinding kios yang
ditinggal pemiliknya melesat membelah lalu-lalang itu. Laki-laki yang aneh,
bisiknya.
Dalam tempo singkat lelaki itu sudah kembali berada di depannya, dengan
dua mangga muda di tangannya. “Mbak, ambil aja mangga ini. Gratis. Hitung-
hitung sebagai tanda perkenalan. Berikan kepada majikan Mbak segera, agar
Mbak tidak dimarahi. Siapa tahu malah dipuji dan dinaikkan gaji,” kata lelaki yang
dipanggil Mun itu tertawa. Sumi pun ikut tertawa. Sejak saat itu Sumi sering pergi
ke kios buah itu. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa lelaki itu bernama Wagimun.
Sejak saat itu Sumi tahu bahwa Wagimun itu lelaki yang penuh perhatian, ceria,
humoris, juga sangat bertanggung jawab. Maka, ia yakin bahwa keputusannya
tidak akan salah ketika ia mengangguk saat Wagimun meminang ia untuk
menjadi istrinya.
Maka dipintalnya impian masa depan berdua bersama Wagimun.
Walaupun ia hanyalah seorang pembantu rumah tangga dan Wagimun hanyalah
335
seorang penjual buah, cita-cita tetap harus ada. Cita-cita itulah yang
membedakan Sumi-Wagimun dengan kucing atau kambing, juga menunjukkan
bahwa Sumi-Wagimun adalah pribadi yang hidup, bukan pribadi yang mati.
“Kapan kalian nikah?,” tanya majikan putrinya suatu ketika. Sumi hanya senyam-
senyum tidak menjawab, “Kamu nanti akan aku kado sebuah ranjang lengkap
beserta almari pakaiannya. Kamu mau nggak?” Sekali lagi Sumi hanya senyam-
senyum. Siapa yang menolak, jawabnya dalam hati.
“Mun, jangan lama-lama pacaran. Bisa-bisa Sumi digondol tukang bakso
yang sering lewat di depan rumah majikannya itu, “seloroh kawan-kawan
Wagimun sesama pedagang buah. Sumi hanya senyam-senyum juga
mendengar gurauan mereka. “Gila! Kalian pikir menikah itu cukup bermodalkan
celana kolor!” teriak Wagimun. Teman-temannya hanya tertawa melihat gaya
Wagimun dalam menjawab seloroh mereka. Sumi pura-pura tidak mendengar.
Dia sendiri agak curiga melihat perilaku tukang bakso itu. Masak lewat di depan
rumah majikan Sumi sehari bisa sepuluh kali. Pasti ada maunya. Yang jelas
sejak saat itu Wagimun semakin rajin bekerja. Tabungannya di koperasi semakin
banyak.
Sampai pada suatu waktu sebuah berita buruk melanda wilayahnya. Titik
pengeboran minyak di sebuah usaha kilang minyak yang berada di wilayah itu
menyemburkan lumpur. Semula semburan lumpur itu dianggap hal yang tidak
terlalu mencemaskan. Paling-paling akan mampet dengan sendirinya. Tetapi,
dugaan masyarakat di sana ternyata salah. Semburan lumpur itu tidak pernah
berhenti. Sehari beribu-ribu kubik material bumi dimuntahkan. Lumpur, air, dan
gas mengganas tidak terkendali. Dalam tempo tidak sampai tiga bulan, 4
kecamatan, 12 desa, 10 sekolah, 9 pabrik, ratusan hektar sawah, jalan tol, jalur
kereta api tenggelam. Peradaban pun luluh lantak oleh amuk lumpur.
Di atas tanggul penahan lumpur Sumi dan Wagimun menatap kosong
tanahnya yang tak lagi ketahuan petanya. Hanya atap rumah, menara mesjid,
atau pucuk pohon kelapa yang cokelat mengering yang masih tersisa bagai
perahu mengapung di lautan lumpur. “Di utara menara mesjid itu, Sum, tanah
kita...” kata Wagimun perlahan. Nyaris tidak terdengar, seperti ditujukan pada
dirinya sendiri. Sumi tidak menyahut. Ditariknya tangan kekasihnya menjauh dari
tanggul itu. Ingin rasanya ia menangis, tetapi dia tahu air mata hanya akan
membuat Wagimun tambah menjadi sedih.
“Sum, kita sudah nggak punya apa-apa lagi,” keluh Wagimun yang sudah
hampir tiga bulan tidak berjualan buah lagi. Kios-kios buah yang terletak di sisi
barat tanggul penanggulangan lumpur itu sudah sepi ditinggalkan pemiliknya.
Sumi hanya diam. Tak berani mengangguk atau menggeleng. Wagimun sudah
seminggu ini tak mau pulang ke pondokannya. Katanya ia ingin menunggui
tanahnya. Maka, tiap hari ia duduk selonjor di bangku panjang bekas kiosnya.
Menatap kosong ke arah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat mereka. Sumi kaget bukan
kepalang. Bapak, emak, dan kedua pamannya bergegas menemuinya. “Sum,
Bapak mencari-cari kamu, ternyata kamu di sini,” tegur Bapaknya. Emaknya
membeku di samping bapaknya. Matanya berkaca-kaca. “Emakmu amat was-
was akan kamu, Sum. Beberapa hari ini nggak mau makan mendengar kamu
seminggu nggak pulang ke rumah majikanmu,” kata Bapaknya kemudian. Mata
Sumi mulai mengembang air mata. Ditatapnya Wagimun yang tetap selonjor
336
dengan pandangan teramat kosong. Ia tak habis pikir kenapa lelaki yang ceria
dan humoris itu bisa berubah 180 derajat: diam dan mati. Mungkinkah musibah
semburan lumpur ini membuat akar pohon raksasa itu bisa membusuk dan
kering? Segalanya berubah begitu cepat.
“Begini, Sum,” kata Lik Jatmiko, adik emaknya,” Kita semua tahu bahwa
kamu mencintai Dik Wagimun. Tapi hidup kan bukan hanya demi cinta. Kamu
punya hidupmu sendiri. Kamu juga harus menata masa depanmu. Dengan
keadaan Dik Wagimun seperti sekarang ini, apa kamu yakin akan masa
depanmu?” Lik Jatmiko pandai menyusun kata. Tak ada paksaan dari keluarga
agar Sumi meninggalkan Wagimun. Sumi dibenturkan pada sebuah dilema:
antara cinta dan realita; antara Wagimun dan masa depan hidupnya sendiri.
“Mencintai memang tidak harus memiliki, Sum,” kata-kata klise muncul
dari bibir Lik Sugik, adik Lik Jatmiko. Tapi kata-kata klise itu berusaha
direnungkan kebenarannya oleh Sumi, “Kamu bisa mencintai Dik Wagimun
dengan cara lain. Tidak harus dengan menjadi istrinya. Dengan selalu
mengenang kebaikan-kebaikannya, dengan selalu mendoakan, bahkan mungkin
dengan selalu merindukannya, kamu sudah mencintai Dik Wagimun, Sum.” Sumi
seperti dibangunkan dari pingsan panjangnya. Seminggu dia mendampingi
Wagimun di tanggul itu. Nyaris tidak tidur hanya karena cintanya yang begitu
kental kepada Wagimun. Benarkah cinta itu tidak mengenal logika? Atau justru
cinta itu memiliki logikanya sendiri.
“Kang, kita nggak bisa terus-terusan begini. Kang Gimun harus sadar,
tanah kita memang sudah hilang. Tak mungkin kembali. Kakang harus ikhlas.
Kita mulai lagi dari nol, Kang. Jika dulu Kakang bisa, sekarang pasti akan jauh
lebih mudah, “Sumi berusaha menyadarkan Wagimun. Wagimun hanya diam.
Tanpa ekspresi. Bahkan, terlihat dia tidak mengenali lagi Sumi. Air mata
menyungai di pipi Sumi. Wagimun sudah tidak mampu membaca lagi makna air
mata itu. Matanya terbuka, tetapi dia tidak mampu melihat sekitarnya. Mata
hatinya tertutup bayangan gelap masa depannya.
Ketika Emaknya menggandeng tangannya menuju ke angkot, Sumi
pasrah. Dia sadar bertahan di tanggul mendampingi Wagimun, bukanlah pilihan
yang masuk akal. Dia tahu bahwa dia sangat mencintai Wagimun, tetapi
menjalani hidup secara benar dan mengisinya secara baik jauh lebih masuk akal.
Dipandangnya sekali lagi lelaki itu, sebelum angkot membawanya pergi
menelusup di keriuhan lalu lintas di Jalan Raya Barong. Wagimun tetap tak
berkedip. Kosong menatap lurus arah di depannya.
Lima tahun telah berlalu. Tanggul penangkis lumpur itu semakin lama
semakin tinggi. Usaha manusia untuk menghentikan semburan lumpur itu tidak
kunjung menunjukkan hasilnya. Jika Anda naik bus dari arah kota Provinsi
menuju ke selatan, dan menengok ke kiri sebelum memasuki Pasar Barong,
Anda masih akan mendapati lelaki kurus dengan kaki ditekuk duduk di atas
bangku panjang. Tatapannya masih kosong. Anda jangan terlalu heran jika suatu
ketika Anda mendapati sepasang suami istri dan dua anaknya tampak
menunggui lelaki kurus itu. Si suami terlihat berupaya mengganti pakaian lelaki
kurus itu dengan baju yang bersih, sedangkan sang istri menyiapkan sepiring
nasi yang diambil dari rantang yang dibawanya. Perempuan itu adalah Sumi,
yang masih terus mencintai Wagimun dengan caranya yang terkesan amat
sederhana.
337
Akhir Tahun 2007
338
menangkap wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya
sedang diceritakan pengarangnya.
Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan
waktu cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah
geografis, merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam
cerita.
339
(neutral) dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-
benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain.
Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca,
maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
340
e) Memahami Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran
kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
341
faktor mimik dan pantomimik yang dimunculkan haruslah proporsional
sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan teks sastra secara tepat.
Perlatihan
Kutipan cerpen 1:
Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
“Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.”
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya
memberengut, sambil melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak
bisa berbicara tentang cinta kurang dari 15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau
wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30 menit. Apalagi sudah ada
beberapa orang berdatangan ke telepon umum itu, sambil sengaja mengecrek-
ngecrekkan koin di tangannya.
“Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?”
( “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta” karya Seno Gumira Ajidarma)
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di
antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah
aku; yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering
wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi di awan, dengan
seutas benang yang menghubungkannya; sementara itu langkahku melentur-
lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang
kedatanganku senantiasa ditandai dengan gemerisiknya angin di antara
pepohonan atau padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)
342
yang terpahami sudah berada dalam diri Anda. Langkah berikutnya ialah
meletakkan notasi ujaran dalam teks cerpen. Notasi atau tanda ujaran
tersebut dapat berupa jedah (/), Intonasi naik, dan yang lain.
Akulah Jibril,(/) malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di
antara pepohonan,(/) jika angin mendesir (/ naik): itulah aku; jika pohon bergoyang
(/ mendatar): itulah aku (/ turun); yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan
Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang, sampai
jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang
kedatanganku senantiasa ditandai dengan gemerisiknya angin di antara
pepohonan atau padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)
b. Membacakan Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia
simbol. Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan
puisi, pembaca harus menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi
itu dianggap sebagai dunia interpretatif dan sekaligus dunia alternatif.
Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai kemungkinan makna.
Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.
343
Tak seindah bunga bakung di tepi kali
Meterai dan kertas yang digores belati
Tak seindah jerami menoreh pasir di bumi
1) Memahami Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia
simbol. Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan
puisi, pembaca harus menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi
itu dianggap sebagai dunia interpretatif dan sekaligus dunia alternatif.
Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai kemungkinan makna.
Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.
a) Memahami judul
Sebuah puisi pada umumnya memiliki judul. Dalam sebuah puisi
judul bukan sekedar tanda, tetapi gerbang untuk menuju ke kedalaman
puisi tersebut. Judul menjadi semacam lorong yang mengarahkan
pembaca kepada pusat makna.
344
Memahami judul menjadi sangat penting karena dengan
memahami judul Anda memasuki wilayah wacana dengan lebih terbatas,
lebih memusat, tidak begitu menyebar atau tidak begitu membias.
Puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berjudul Apa Kau Telah Dapat
Ganti Rugi. Apa yang dapat Anda pahami dari judul puisi itu? Dengan
membaca judul itu, persoalan apa yang akan diungkapkan penyair?
Diskusikan persoalan ini dengan kelompok Anda.
b) Memahami latar
Latar ialah piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat,
waktu, keadaan sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah dan
sebagainya yang menempatkan puisi ke dalam matra tertentu. Puisi
sebagai perwujudan kepekaan penyair dalam membaca lingkungan
sekitarnya tak dapat dilepaskan dari matra ruang, waktu, zaman, sejarah,
dan sebagainya.
Latar:
No. Data Tempat/Waktu/Sosial/Lain- Tafsiran
lain
1. pabrik jerami
2. meterai dan kertas
berhuruf kanji
3. bunga bakung di
4. tepi kali
pohon kedondong
5. dan mahoni
6. pohon-pohon hijau
7. trembesi
pohon-pohon
pakisaji
beton bersigi
345
Berdasarkan identifikasi dan tafsiran terhadap latar puisi Apa Kau
telah Dapat Ganti Rugi dapat disimpulkan makna latar puisi itu.
d) Memahami Majas
Majas dapat diartikan sebagai kekayaan bahasa seseorang (awam
maupun sastrawan) yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi (lisan
maupun tulisan) untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik
maupun efek estetik.
346
Dalam Kegiatan berikut ini Anda akan mengidentifikasi majas
yang terdapat dalam puisi Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi dan mengkaji
dampak makna pemilihan majas itu.
347
Tipografi ialah ukiran bentuk, artinya ialah bagaimana puisi itu
diungkapkan secara grafis oleh penyairnya. Pemakaian huruf kapital dan
tanda baca juga merupakan bagian dari ikhwal tipografi.
Puisi Apa Kau Telah Dapat Ganti Rugi di atas menempatkan si aku
lirik (bisa penyair atau pribadi lain yang peduli terhadap lingkungan
masyarakat tertindas) bersama dengan alam menjadi saksi atas korban
pembangunan. Penebangan kemanusiaan sangat memprihatinkan, tetapi
anehnya terus berlangsung tanpa putus-putusnya.
2. Membacakan Puisi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca
sastra secara umum memang dapat dipelajari tetapi dalam
penampilannya hendaknya warna pribadi si pembaca tetap dominan.
348
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu
masalah kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal.
Ketiga hal tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi hadir secara
integral pada saat pembacaan sastra itu berlangsung.
Perlatihan
Ada beberapa alternatif pembacaan puisi: pembacaan secara
individual, secara kelompok, dan dramatisasi puisi. Pembacaan individual
bukanlah hal yang asing karena memang sudah sering dilakukan orang.
Bahkan sangat sering. Dalam pembacaan jenis ini seorang pembaca puisi
secara individual akan membacakan sebuah puisi. Pembacaan puisi secara
kelompok berarti pembacaan puisi yang dilakukan bersama-sama oleh
beberapa orang. Puisi yang dipilih pun haruslah puisi yang memiliki
peluang untuk dibaca bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat pada
puisi yang memiliki paralelisme, repetisi, tautologi, bunyi-bunyi, dan
349
sebagainya. Dengan kata lain tidak setiap puisi dibacakan secara
kelompok. Perhatikan puisi berikut ini :
Hom Pim Pa
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
siang orang sufi malam berkostum pencuri
topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya
maka berubahlah setiap saat
biar perut terganjal, panjang usia dipersempit limitnya
hom-pi-pa
hom-pi-pa
hom-pi-pa
hom-pi-pa
hom-pi-pa
hom-
350
pi-
pa!
(Tengsoe Tjahjono, 1983)
Pembaca Verbal
N Hom Pim Pa
L mengucapkan hom-pi-pa terus menerus
dari rendah menuju puncak kemudian rendah
lagi, akhirnya lembut, tetapi tidak berhenti
N membaca bait pertama, akhir baris "panjang usia
dipersempit limitnya" diucapkan dengan tekanan
dinamik keras
L suara hom-pi-pa ikut bergemuruh dan keras,
setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
L1 Mencuri
N mereka bilang terpaksa
L2 Nodong
N mereka bilang terpaksa
L3 Nipu
N mereka bilang terpajsa/sajak ini pun mereka bilang
terpaksa (kata terpaksa diucapkan dengan tempo
lambat tetapi dengan tekanan dinamik keras)
L mengucapkan hom-pi-pa bersahutan keras dan
akhirnya kembali lembut walaupun tidak pernah
Berhenti
N membaca bait keempat dilanjutkan dengan
"apa katanya bila hidup itu hom-pi-pa"/
gaungnya membikin rimba
L1 sekolah jadi rimba
L2 kantor jadi rimba
351
L3 pergaulan jadi rimba
L4 perempuan jadi rimba
L1 jiwa jadi rimba
L2 ide jadi rimba
L3 aku jadi rimba
L4 putih jadi rimba
L1 hukum jadi rimba
N ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
L1 jangan jambret
N toh bukan kau
L2 jangan mabok
N toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat
L suara hom-pi-pa pun iku bergemuruh dan keras,
setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
L1& L2 tangan tengadah belum tentu menang
L3 & L4 tangan telungkup belum tentu kalah
N apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
L gemuruh suara hom-pi-pa dan berakhir dalam
tempo lambat, tetapi dengan tekanan dinamik keras
352
terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog inilah yang secara
spesifik membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut. Artinya, teks
drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks fiksi lainnya.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
02. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan
sebentar tangismu?
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua
temanku ini? Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama
sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena
itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
353
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan
kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan
mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan
tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana.
Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng
kepala, kemudian ikut menangis pula.
07. Inu: (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu
lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan
menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,
bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali
mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi
kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad
perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak
pergi)
09. Inu: (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-
geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-
temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)
10. Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?
12. Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
14. Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?
17. Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!
354
18. Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya,
Inu!
19. Inu: Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)
Selesai.
Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah
unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama
dapat ditemukan.
1) Memahami Drama
Ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama
dengan karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama adalah
untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita
atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipahami sebelum
mengekspresikan drama.
355
merupakan unsur yang tidak dapat ditiadakan, dengan adanya
penokohan, sebuah drama menjadi lebih nyata dan hidup.
356
moral, tempramen, cita-cita, tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang
lain.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara
garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan
kepada penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta
peran yang dibawakan mereka, serta member pengenalan
terhadap permulaan problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok.
DI sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut
juga rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan
pertentangan saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa
kebenaran ke pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis
demi krisis. Setiap krisis berkecenderungan melampaui yang lain,
357
namun satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan oleh yang
lain. Itulah sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument ). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih
bisa juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu
cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar
sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
358
(neutral) dan psikologis (spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-
benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor, Negara, dan yang lain.
Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca,
maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
2. Membawakan Drama
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun
bersifat individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca
sesungguhnya harus memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Warna
pribadi si pembaca hendaknya tetap menonjol.
359
Ada beberapa tahapan sebelum naskah drama dibawakan.
Beberapa hal tersebut ialah tahap pemahaman naskah, tahap baca, tahap
baca dengan ekspresi, tahap ekspresi adegan, dan tahap sinkronisasi
properti, musik, kostum, serta tata wajah (meke up). Tahap yang terakhir
dapat tidak dilakukan bila pemenuhannya hanya untuk belajar.
1. Perlatihan
Perhatikan cuplikan naskah drama berikut. Pilih teman yang akan
membawakan tokoh-tokoh yang ada. Pelajari dan pahami dengan
saksama hal-hal yang berkait erat dengan pementasan. Jangan lupa
pikirkan pula kemungkinan kostum dan musik latar yang dapat
mendukung.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa.
Terdengar suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I : Apa? Suara orang edan?
Copet II : Adzan, goblok!
Copet I : Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I : Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I : Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
……………………………………………………………………………………..
(Kecuk Ismadi CR)
360
Bagaimana kostum
yang sesuai
Bagaimana
karakter tokoh-
tokohnya
Bagaimana bentuk
lakuan tokoh yang
sesuai
E. Membaca Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia
pemahaman teks sastra. Ini adalah bahan bagi Anda untuk memiliki
penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini Anda akan memelajari
materi kesastraan tentang Memahami Ragam Teks Sastra. Bagian ini berisi
tiga kompetensi utama, yaitu: Memahami unsur-unsur puisi (lama dan
baru), memahami unsur-unsur prosa fiksi (cerpen dan novel), dan
memahami unsur-unsur drama. Melalui pelatihan ini Anda diharapkan
terampil dalam memahami ketiga hal tersebut dan pada gilirannya Anda
juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi bersastra kepada siswa,
terutama pemahaman atas unsur-unsur karya sastra.. Modul ini ditulis
berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Guru
Mata Pelajaran.
361
Teks sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga macam, yaitu puisi,
prosa fiksi, dan drama. Pembagian ragam tersebut semata-mata
didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja dan bukan pada
substansinya. Sebenarnya, substansi karya sastra, apa pun ragamnya,
adalah sama. Karya sastra ialah pengalaman kemanusiaan dalam segala
wujud dan dimensinya. Meskipun demikian, pengenalan ciri setiap ragam
teks sastra sangatlah penting sebab semua itu akan menentukan strategi
dan memengaruhi proses pemahaman makna terhadapnya. Proses
memahami puisi memiliki perbedaan dengan proses memahami prosa
fiksi. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh padatnya bahasa puisi.
Bahasa prosa cenderung lebih terurai. Demikian pula dengan proses
memahami drama tentulah cukup berbeda dengan proses memahami
puisi dan prosa fiksi, sebab komponen atau unsur pembangun drama
berbeda dengan unsur pembangun puisi maupun unsur pembangun
prosa fiksi. Itulah sebabnya mengapa bahasan unsur-unsur teks sastra
menjadi sangat penting.
2. Materi Pembelajaran
a. Memahami Unsur-Unsur Puisi
Untuk mengenali karakteristik teks sastra yang berbentuk puisi,
amatilah beberapa bentuk puisi berikut ini.
Contoh 1
Pantun
Contoh 2
Syair
Contoh 3
Gurindam
362
Contoh 4
BERI DAKU SUMBA
Oleh Taufik Ismail
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
Aneh, aku jadi ingat pada umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Dimana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilama peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossanova, dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku tanah tanpa pagar, luas tak berkata, namanya Sumba
Contoh 5
ASMARADANA
Karya Gunawan Mohammad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun
Karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit bersih menampakkan bimasakti yang jauh. Tapi di antara
mereka berdua, tidak ada yang berjata-kata
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta
Nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tidak semuanya disebutkan
Lalu ia tahu, perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi
Pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara.
Ia takkan mencatat yang telah lewat dan akan tiba
Karena ia takkan berani lagi
Anjasmara, adikku, tinggallah seperti dulu
Bulanpun lamban dalam angin, abai dalam waktu
Lewat remang dan kunang-kunang, kau lupakan wajahku
363
Kulupakan wajahmu
Contoh 1 dikenal sebagai pantun. Salah satu jenis puisi lama yang
tiap bait terdiri atas empat baris dengan pola irama a-b-a-b. Baris pertama
dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi
pantun. Contoh 2 dikenal sebagai syair. Salah satu bentuk puisi lama
pengaruh Islam, yang terdiri atas 4 baris dengan pola irama a-a-a-a.
1) Unsur-unsur Puisi
a) Amanat/Pesan Puisi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin
dicapai melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat.
Amanat terbagi menjadi dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan.
Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau
anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran
kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada
pembaca melalui puisi yang ditulisnya.
Dalam puisi “Beri Daku Sumba” pesan atau amanat yang ingin
disampaikan penyair dapat diinterpretasikan sebagai pesan untuk selalu
cinta tanah air, di manapun kita berada dan pesan untuk lebih mencintai
tanah kelahirannya seburuk apapun tanah kelahirannya tersebut.
b) Tema Puisi
Setiap puisi ditulis dengan maksud tertentu. Hal tersebut dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan, pandangan penyair tentang benda,
dan dorongan terhadap moral atau ajaran akan kebenaran yang bersifat
spiritual dan rohaniah. Sebuah puisi pastilah dibangun atas dasar emosi.
Pengarang tidak langsung membeberkan pandangannya terhadap
pembaca, tetapi pembaca diberi kesempatan menarik simpulan sendiri.
Jka seseorang telah menemukan sesuatu yang pasti, teguh dan bulat serta
dapat mentransfer pengalaman tersebut pada diri sendiri dan pada
peristiwa lain maka penyair telah bekerja dengan baik dan pembaca telah
berhasil menikmati, menghayati puisi yang dibacanya tersebut
(Situmorang, 1983).
364
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Tema puisi tentulah merupakan kombinasi atau sintesis dari
beragam pengalaman, cita-cita, ide dan beragam hal yang ada dalam
pikiran penulis.
Perhatikan beberapa puisi di bawah ini dan terkalah tema yang
terdapat pada puisi tersebut.
Lukisan Emas
Gubug-gubug karton ialah perdu sepanjang kali itu
dikirimkannya iga ke dalam kanvas lukisanmu
amis dan lembab
Berikut ini akan kita telusuri bagaimana tema cinta terlihat jelas pada
puisi salah seorang penyair. Pengalaman Rendra bersama kekasihnya di
halaman rumah kekasihnya itu melahirkan puisi yang romantis. Bacalah
puisi berikut ini.
Episode
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
“Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
(Rendra)
365
Puisi Episode karya Rendra ini berangkat dari pengalaman Rendra
sendiri saat bersama kekasihnya. Rendra ingin melukiskan apa yang
dialaminya bersama kekasihnya. Pesona puisi itu terletak pada
kepiawaian menangkap detil peristiwa. Mereka berdua duduk di bangku
halaman rumah. Mata mereka memandang lebat buah jambu di halaman
itu. Kekasihnya menanyakan kenapa kancing baju aku lirik lepas terbuka.
Dengan penuh cinta disematkan peniti, dan dijawab oleh aku lirik dengan
cara membersihkan guguran bunga jambu dari rambut sang kekasih.
Peristiwa yang diungkapkan dengan cara sederhana dan apa adanya itu
justru melahirkan nuansa romantis.
Perhatikan puisi berikut ini.
366
Di Bosnia
di Bosnia
Natal berwarna merah
tubuh-tubuh hancur
jadi monumen suci
di tengah puising
sementara lelaki
basah dadanya diterjang peluru
terkapar dalam
irama yang terhenti
Natal, pelan-pelan berlalu
(Medy Lukito, 1993)
Tikar
367
Puisi Bakdi Soemanto ini diawali dengan pengalaman penyair
melihat dan mengamati tikar. Tikar menjadi metafora hidup manusia
dalam pandangan penyair. Penyair peka menangkap ciri-ciri tikar yang
mirip dengan kelompok manusia tertentu.
Perhatikan lagi puisi berikut ini.
Sangkuriang
enyah ibunda
berdarah belantara
telah menyerah lelaki durhaka
(Nyoman Tusthi Eddy)
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senag kemudian
368
Cuplikan pantun, salah satu contoh puisi lama, menunjukkan betapa
pentingnya persoalan irama. Pada bagian akhir baris pertama dan ketiga
terdapat unsur bunyi yang sama yaitu lu. Demikian pula dengan baris
kedua dan keempat, terdapat bunyi an pada tepian dan kemudian.
Perulangan yang ada di dalam pantun tersebut membangun irama dan
musikalitas dalam puisi. Dalam puisi lama irama atau perulangan bunyi
ini sangat terpola. Pola persamaan bunyi akhir ini disebut rima dalam
puisi lama. Rima ialah persamaan bunyi yang berulang-ulang ditemukan
pada akhir baris atau pada kata-kata tertentu pada setiap baris.
369
mengemukakan sesuatu. Ia sangat terikat dengan arti kata dan kesan
apakah yang ditimbulkannya. Sebuah kata cenderung memiliki dua jenis
arti, yaitu tersurat atau denotatif dan tersirat atau konotatif. Kata konotatif
ini sangat imajinatif, bahkan emosional. Kata seperti ini berbeda dengan
kata pada karya nonfiksi.
Diksi disamping menyuarakan perasaan penulis, ia juga memiliki
ketepatan tertentu. Tjahjono (1999) menjelaskan bahwa pilihan kata
adalah subjektivitas penyair dan bersifat konotatif. Perhatikan contoh
berikut.
e) Makna Puisi
Makna puisi dapat dicari melalui pengamatan atas bagian-bagian
puisi tersebut. Unsur pertama yang dapat dilihat ketika membaca puisi
adalah judul puisi. Judul puisi mengemukakan gagasan tentang sesuatu.
Gagasan tersebut bisa tentang sesuatu yang terjadi, nama orang, nama
tempat, benda, dan waktu atau masa (Situmorang, 1983).
Secara visual puisi terbangun larik dan bait. Satu bait dalam puisi
umumnya berisi pokok pikiran. Dengan demikian fungsi bait dalam puisi
mirip dengan fungsi paragraf dalam karya paparan. Dalam puisi, satu bait
dan larik harus benar-benar diperhatikan termasuk pula pemenggalan
larik yang biasanya dikenal dengan enjambemen. Perhatikan puisi di
bawah ini.
Layang-Layang
Tengsoe Tjahjono
370
Ingin ia terbang makin tinggi
Tapi cuman mimpi
layang-layang siapa
f) Majas Puisi
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan memunculkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:28). Majas menjadikan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan
banyak makna atau kaya makna (Waluyo, 1987:83). Perrine dalam Waluyo
(1987:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif atau majas dipandang lebih
aktif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1) mampu
menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) mampu menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi, (3) digunakan untuk menambah intensitas
perasaan penyair dan menyampaikan sikap penyair, (4) digunakan untuk
mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan penyair dan cara
menyampaikan sesuatu yang luas dan banyak dengan bahasa yang
singkat dan padat.
Majas juga memiliki peran yang sangat penting dalam kebutuhan
bahasa puisi. Beberapa majas dan penggunaannya dalam puisi tampak
pada beberapa contoh di bawah ini.
Majas personifikasi adalah majas yang produktif dalam bahasa puisi.
Majas ini menggambarkan benda yang berperilaku seperti manusia.
Penulis, dalam penggunaan majas personifikasi, dituntut untuk mampu
membayangkan bagaimna seandainya benda-benda dapat berkomunikasi
dan hidup seperti manusia. Perhatikan contoh di bawah ini
371
Matahari menyapaku dengan belaian
Selamat pagi
Embunpun menyambutku dengan senyuman
Kesejajaran bentuk yang ia, Cuma, dan luka memberikan kesan dan
penekanan makna yang kuat. Majas paralelisme semakin menguatkan
kata luka yang lebih bermakna luka yang menyayat-nyayat
Betapa penting kedudukan majas sebagai salah satu potensi
kebahasaan puisi jelas terlihat dari paparan di atas. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa majas sangat akomodatif bagi puisi.
g) Pencitraan Puisi
Citraann atau pengimajian dalam penulisan puisi dimaksudkan
untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan terbagi
menjadi beberapa kelompok, yakni:
372
oleh indera pengelihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh
penyair. Citraan penglihatan mampu member rangsangan kepada indera
penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah
terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau petik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
373
dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indra pengecap.
Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu,
pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Perlatihan
Perhatikan Puisi berikut ini.
Kekaguman
Ibu
374
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim – Ujung Pandang
Saya memang sudah tidak bisa percaya pada laki-laki yang tampan, naik
skuter dan bertitel sarjana. Sebagian besar diantara mereka tidak punya hati yang
tulus. Dan saya pasti benar akan hal ini. Buktinya si Nana, anak Tuan Misbach yang
kaya raya itu, telah dihamili oleh pacarnya. Juga anak Pak Arja, anak dusun yang
baik hati itu akhirnya tidak dikawin secara resmi, sekalipun masih selalu dijenguk
suaminya. Bukti lain itu, si Ida yang cantik, akhirnya toh hanya menjadi istri kedua.
Malahan anak tetangga kamu di kampung dulu telah menjadi pelacur setelah
dipermainkan pacarnya.
Semua karena satu sebab saja. Mereka terlalu percaya pada laki-laki yang
tampan, naik skuter dan lebih-lebih bertitel sarjana.
Hal ini sama sekali lain dari kami, orang-orang tua yang sederhana.
Sekalipun mungkin kami kaya, mungkin kami naik mobil, mungkin kami juga bahkan
professor namun setidak-tidaknya karena ketuaan kamu maka semuanya jadi
berubah. Saya bisa melihat gadis-gadis yang sintal memelukkan tanggannya ke
pinggang pacarnya tatkala naik skuter, tanpa perasaan ini. Saya bisa melihat
perbuatan Tuan Mirsa pada babunya yang cantik itu tanpa keinginan untuk berbuat
serupa. Karena saya lebih percaya pada seorang tua yang sederhana.
Itulah sebabnya kenapa saya merasa sangat marah dan ngeri melihat anak
perempuan saya berpacaran dengan Ernest. Ernest, apa Zitijes, saya kurang
terang. Namanya saja sudah kebarat-baratan, belum lagi mobilnya, belum lagi title
sarjananya. Orang bilang ia insinyur bangunan air.
375
Setiap kali laki-laki itu datang dan mengajak Nini naik mobilnya, setiap kali
terbayang pada saya perbuatan semena-mena yang telah berlaku pada anak-anak
perempuan tetangga itu. Saya bayangkan bagaimana mobil itu nanti akan berhenti
di tepi jalan yang sunyi, dan Nini diremas-remas dalam pelukan yang kotor dan
mesum. Dan saya tidak pernah membayangkan bisa tentram setiap kali mereka
pergi.
Saya sungguh-sungguh tidak bisa mengerti kalau ada saja tetangga yang
memuji-muji saya, karena saya pintar cari menantu. Malahan Pak Imran bilang,
insinyur itu sesungguhnya mau dijadikan menantunya. Tapi saya sama sekali tidak
bisa bangga dengan itu. Hati saya semakin was-was dan gelisah saja setiap kali
mereka bepergian. Apalagi sesudah kedatangan Pak Imran. Sedangkan Ririk, anak
Pak Imran yang cantik itu, tak lagi dia gubris apalagilah anak saya besok. Saya
sungguh-sungguh prihatin akan nasib anak kami. Anak istriku, Millia, yang tercinta.
Sampai kemudian, ketika saya pulang dari dinas luar pagi hari, saya
mendapati mobil insinyur itu di luar. Marah saya meluap-luap. Rasanya ingin sekali
saya menendang keluar maling itu, Tapi kemudian rasa ingin tahu saya menang.
Sebab itu saya mengendap-endap masuk lewat samping rumah.
Pintu-pintu muka memang terbuka, tapi pintu samping dan jendela-jendela
ditutupi. Kecurigaan saya menyala-nyala hebat. Rasanya ingin saya mendobrak
pintu itu keras-keras. Tapi saya toh tetap seorang tua yang sabar dan bisa
memperhitungkan untung rugi. Sebab itu pelan-pelan saya mendekati pintu. Saya
dengar si insinyur mengobrol panjang lebar. Saya coba untuk mendengarkan
obrolan itu. Dan saya sungguh-sungguh terkejut dan merasa sangat terhina,
mendengar obrolan yang tak karuan, yang cabul, dan menjijikkan itu. Ia mengobrol
bagaimana ia dulu berdansa dengan Nyonya Rani di sebuah teras.
Perempuan itu memang tidak tahu malu, obrol si insinyur. Ia mendekapku
erat-erat.
Saya bayangkan bagaimana anakku. Saya pingin ia marah dan menampar
laki-laki itu. Tapi saya tidak mendengar apa-apa. Hanya suara ular laki-laki itu
membujuk. Tapi tidak terdengar apa-apa. “Bajingan! Bukan kau yang didekap. Tapi
kau yang mendekap!” batin saya
Nini. Kau ingat gadis yang memanggil-manggil aku waktu kita duduk-duduk di
teras rumahku itu ?
Saya makin terkejut. Nini sudah diajaknya pula kerumah si ular itu.
Kami pernah jalan-jalan, nonton bioskop, dan sebagainya, Tapi saya tidak
pernah mau diajaknya ke Kaiiurang, coba kau piker. Sepi, apalagi kedinginan. Saya
tidak mau dikalahkan hanya karena kesempatan.
Saya kepingin menampar mulut laki-laki yang menghina derajat wanita itu.
Yang menghina derajat istri saya, anak perempuan saya. Tapi saya diam saja.
Beberapa saat sunyi . Saya gemetar. Saya mengintip lewat lubang pintu. Dan saya
lihat Nini memijat laki-laki itu.
Kaki saya yang kiri, Nini. Lelah sekali.
Saya lihat Nini menurut, memijat kaki-kaki yag kotor itu. Saya muak melihat
kelemahan anak saya. Tapi saya tidak bisa apa=apa. Di zaman dulu Millia juga
selalu memijiti kaki saya, kalau saya lelah.
Sudah! Kata laki-laki itu. Dan saya lihat Nini tersenyum sambil berkata
“Upahnya?”
376
Laki-laki itu berdiri lalu memeluk dan mencium Nini. Dan anakku Nini
membiarkan tangan laki-laki yang panas itu merabai tubuhnya.
Amarah saya tidak bisa ditahan lagi. Saya dobrak pintu itu kuat-kuat.
Sebelum saya sempat memukul laku-laki itu dua telah lari dengan celana yang tidak
karuan. Saya coba mengejarnya, tapi Nini menangis dan memegangi tangan saya.
Laki-laki itu kabur sudah.
Peristiwa inilah, yang telah mengusik tidurku setiap malam. Saya tidak rela
lagi membiarkan anak saya tinggal sendiri di rumah kalau saya pergi ke kantor.
Saya tidak rela lagi membiarkan diri saya tertidur pulas malam-malam. Saya
tidak rela lagi membiarkan anak saya …. Takut kalau-kalau ular itu datang.
Akhirnya, pada suatu sore, setelah kegelisahan itu tak tertahankkan saya pun
memanggil anak saya itu.
Nini. Selama ini kita saling mengerti dan saling percaya-mempercayai.
Kami saling berpandangan. Sementara saya lihat ia mulai siap untuk
menangis.
Dulu, ibumu selalu berpesan, supaya Bapak bisa menjagamu baik-baik.
Sebab itu baiklah kita berterus terang dengan tindakan-tindakan kita. Bagaimana
sebenarnya yang kau kehendaki Nini ?
Tentang apa Pak ?
Saya terkejut. Mestinya ia telah tau semua ini berkisar tentang apa, tapi
agaknya bisa ular itu telah meracuni dia.
Tentang ular itu ?
Kami bertatapan pandang dan sama-sama terkejut. Dan sayapun tiba-tiba
menyesal.
Kau tahu kan, maksud saya, Nak ?
Nini mengangguk
Nah. Semua terserah pada kebijaksanaanmu. Saya memang pingin kau
segera kawin. Saya pinging, segera setelah saya begitu tua, saya bsa menimang
cucu-cucu saya. Dan kau mengeri, Nak, siapa yang saya pingin menjadi bapak dari
cucu-cucu saya?
Dan….. ya ! Semua berjalan biasa saja. Hari-hari makin menjadi jernih. Ular
itu sudah tidak datang lagi dan Nini sudah banyak mencurahkan perhatiannya pada
sahabat-sahabat saya, yang tua-tua dan bijak-bijak. Dan saya bahagia dengan
kehidupan ini.
Namun demikian laporan demi laporan masuk tentang insinyur itu.
Pak Karpo cerita bahwa insinyur itu makin ngawur kalau bekerja. Ia sering
menjadi kebingungan justru pada saat-saat yang paling kritis. Dan saya merasa ada
suatu penyesalan dalam batin saya.
Kemudian laporan lain masuk dari Pak Dipo. Katanya si insinyur suka ngebut
di jalan-jalan kompleks pembangunan waduk itu. Bahkan sekali mobilnya terperosok
ke jurang kecil. Saya merasa makin menyesal. Namun toh saya sampai berkata.
Untung tidak sekalian mampus.
Kemudian laporan dari Pak Pardjo mengatakan bahwa Tuan insinyur
sekarang suka mabuk-maukan. Dan berteriak sepanjang jalanan, kalau malam. Dan
saya biang pada Nini
Kau dengar, Untung, belum lagi terlanjur kau ….
Sekalipun dalam batin saya muncul kecemasan-kecemasan yang asung. Dan
kemudian datang laporan dari Bu Sriti bahwa Tuan insinyur sekarang suka main-
377
main sama wanita-wanita pelacur. Kadang –kadang bahkan semalam saja dengan
dua perempuan. Kejijikan saya muncul. Sebab itu saya panggil Nini.
Dengar. Kelihatan ularnya kan sekarang !
Tapi terasa ada suatu kegetiran yang sangat pahit dalam batin saya.
Serta kemudian Nini mengatakan bahwa ia akan kawin dengan Padri,
sahabat saya yang tua dan baik hati itu, sebuah laporan mengejutkan datang dari
Pak Dirjo
Ernest telah bunuh diri !
Saya merasa sangat pusing. Dan pusing. Dan tiba-tiba saya jatuh tak
sadarkan diri.
Ketika saya membuka mata saya, saya melihat Nini menangis di muka saya.
Dan tiba-tiba saya melihat betapa kurusnya, dia ! Millia, Millia kecilku! Yang sudah
terlalu banyak, menderita oleh karena tingkah laku saya.
Tak ada lagi yang bisa saya katakana kecuali ini. Bahwa saya merasa tidak
bijak sama sekali. Maafkan kiranya saya ini
Yogyakarta. 1967
Kita tahu bahwa teks yang baru saja kita baca adalah salah satu
bentuk prosa fiksi. Prosa fiksi atau fiksi berasal dari bahasa inggris fiction,
yang berarti cerita khayal. Dalam American Heritage Dictionary of the
English Langguage dinyatakan bahwa fiction adalah “a literary work whose
content by imagination and is not necessarily based on fact” (karya seni yang
isinya dihasilkan dari imajinasi pengarang dan tidak selalu didasarkan
atas fakta yang nyata. )
378
perasaanya tentang hidup ini dalam bentuk penyajian aksion (berasal
dari: action), bukan dalam pernyataan yang bersifat umum. Tujuan
penulis fiksi ialah membuat pembaca melihat dan ikut serta merasakan
cuplikan-cuplikan tertentu pengalaman manusia yang terpilih dan
terarah, sehingga ia dapat ikut merasakan pendapat serta perasaan yang
ada pada penulis tentang hidup ini pada umumnya, yaitu ikut merasakan
apa yang dinamakan “vision” dari penulis itu.
Kita telah mengatakan bahwa fiksi, seperti halnya genre sastra yang
lain, timbul dari keinginan penulis untuk memberikan bentuk kepada
pikiran-pikiran dan perasaannya sendiri tentang hidup ini sebagaimana ia
memandang atau mengalaminya. Dapat ditambahkan bahwa dorongan
yang mendororng orang untuk membaca fiksi itu pada hakikatnya sama
dengan dorongan yang mendorong diciptakaannya bentuk sastra ini.
Dengan kata lain, pembaca ingin memahami pikiran-pikiran ini dan ikut
merasakan perasaannya yang di sampaikan oleh pengarang. Para penulis
fiksi itu tidak selalu harus mengutarakan pendapat-pendapatnya secara
langsung dan selalu menyajikannya dalam bentuk action .
Dewasa ini perbedaan antara novel dan roman sudah tidak lagi
dipersoalkan, karena keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu lukisan
kehidupan manusia. Kedua istilah itu disatukan saja dengan istilah novel.
Kedua istilah itu novel dan roman, sebenarnya satu pengertian hanya
berbeda pemakaiannya. Novel dipergunakan dalam kesusastraan Inggris
dan Amerika yang berarti cerita. Sedangkan roman berasal dari
kesusastraan Perancis dan Belanda yang juga berarti cerita.
379
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya
berkaitan dengan jumlah kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat. Menurut Staton (1965:37), cerpen biasanya
menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman. Sedangkan Nugroho
Notosusanto menyatakan bahwa jumlah kata yang digunakan dalam
cerpen sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap
(Zufahnur, 1985).
Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus
dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa
Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra
yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan
drama.
380
2) Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup
panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap
kehidupan manusia yang bersifat imajinatif (The Advanced
Learner of Current English, 1960:853)
3) Novel adalah suatu cerita dalam bentuk prosa yang agak
panjang. Panjangnya tidak kurang dari 50000 kata. Mengenai
jumlah kata dalam novel adalah relatif.
381
bukan sekedar mau bercerita
bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
Tentang tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran
tema moral
bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap
kehidupan
pesan tidak selalu definitive
382
super, tokoh tidak memiliki watak, sifat, dan perangai layaknya manusia
biasa.
383
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk
mengambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung
(analitik), cara tidak langsung (dramatik), dan campuran. Gambaran
tokoh secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan
atau menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila pengarang
memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung. Beberapa ciri yang dapat menggambarkan
pelukisan tokoh secara tidak langsung ialah.
1) Dengan melukiskan keadaan tempat tinggal, cara berpakaian,
gaya berbicara, dan yang lain
2) Dengan melukiskan sikap dan perilaku tokoh dalam
menanggapi kejadian atau peristiwa.
3) Dengan melukiskan pengakuan dan keluhan diri sendiri
4) Dengan melukiskan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh
tersebut
5) Dengan melukiskan tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh
lain
6) Dengan melukiskan perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh
lain
384
b. mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis (cerpenis)
dalam menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi keseharian
Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan
waktu cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah
geografis, merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam
cerita.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak
emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis
385
dapat berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau
tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa
yang tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsiran.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Berdasar atas fungsinya, latar cerita terbagi menjadi tiga hal, yaitu
sebagai metafora, sebagai penciptaan atmosfer, dan sebagai pengedepan.
Latar yang berfungsi sebagai metafora ialah latar yang berfungsi sebagai
proyeksi atau objektivikasi dan kondisi internal tokohnya atau nilai-nilai
tertentu. Dalam hal demikian, latar befungsi sebagai ungkapan metaforik.
Latar yang berfungsi sebagai penciptaan atmosfer ialah latar yang dapat
membangun suasana atau melukiskan keadaan tertentu, misalnya rumah
terpencil, udara dingin menusuk tulang, dan yang lain. Latar demikian
dapat membangkitkan getaran emosi tertentu dalam diri pembaca. Latar
yang berfungsi sebagai pengedepan (foregrounding) ialah latar yang
menonjolkan atau mengedepankan latar waktu dan latar tempat saja.
Dalam beberapa prosa fiksi, waktu terjadinya peristiwa menduduki posisi
penting. Dalam kaitan ini ada tiga kemungkinan penunjukan, yaitu difus,
fragmentaris, dan kalenderis. Difus adalah penunjukan waktu kata-kata:
dulu, selama perjalanan. ,menjelang pagi, dan yang lain. Fragmentaris
merupakan penyajian bagian-bagian waktu, seperti 12 tahun yang lalu,
pada masa mudanya, dan yang lain. Sedangkan kalenderis adalah
penunjukan waktu secara tepat, misalnya 30 september 1965, januari yang
lalu, dan yang lain.
386
4) latar harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
5) latar terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
6) latar dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu latar integral dalam prosa fiksi, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) dapatkah latar diganti dengan tempat lain tanpa mengubah
karakter dan isi?
2) sampai sejauh mana latar menentukan tema dan jalan cerita?
3) sampai sejauh mana latar membentuk watak dan mengapa
daerah lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
4) apakah latar akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen
kalau dihilangkan atau diabaikan?
387
sudut pandang ini, pencerita dapa berada dimana-mana dalam satu
waktu.
AKUAN DIAAN
Kata ganti orang I Kata ganti orang ke III
Narator acting serba tahu Observer serba tahu
Naratoracting terbatas (objektif) Observer terbatas ( objektif )
388
maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh,
padu dan bulat dala suatu prosa fiksi disebut alur.
Susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal, yang
biasanya disebut sebagai bagian perkenalan, berisi informasi penting yang
berkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya.
Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan
tokoh, penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah
mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita selanjutnya.
Bagian awal ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah
kegagalan dan keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat
pembacanya sangat ditentukan oleh bagian ini.
389
1) Paparan (exposition), tahap cerita tempat pengarang mulai
melukiskan sebuah keadaan sebagai awal cerita.
2) Rangsangan (inciting moment), munculnya peristiwa atau
kejadian sebagai titik awal munculnya gawatan.
3) Gawatan (rising action), tahapan cerita yang melukiskan tokoh-
tokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Dalam tahap
ini konflik secara bertahap mulai terasa. Konflik dapat bersifat
pribadi atau social.
4) Tikaian (conflict), munculnya perselisihan antar tokoh karena
adanya kepentingan yang berbenturan namun tidak
terselesaikan.
5) Rumitan (complication), tahapan cerita yang menggambarkan
konflik-konflik yang muncul mulai memuncak.
6) Klimaks (climax), tahapan cerita yang melukiskan suatu
peristiwa yang mencapai titik puncak. Bagian ini dapat berupa
bertemunya dua tokoh yang sebelumnya saling mencari, atau
terjadinya pertikaian antara dua tokoh yang saling
bermusushan.
7) Leraian (falling action), bagian cerita tempat pengarang
memberikan pemecahan dan semua peristiwa yang telah terjadi
pada bagian sebelumnya.
8) Selesaian (denouement), tahap akhir cerita yang merupakan
penyelesaian persoalan.
390
Alur cerita yang baik harus mengandung tegangan, suspense yaitu
ketidak-menentuan harapan terhadap hasil akhir pembacaan cerita.
Suspense melibatkan kesadaran pembaca terhadap berbagai
kemungkinan yang ditawaran dalam cerita. Sarana untuk menciptakan
suspense adalah padahan (for shadowing) yaitu detil pemaparan yang
mengisyaratkan suatu kejadian atau peristiwa yang akan datang.
Hal lain yang juga patut untuk dipertimbangkan dalam bahasan ini
ialah kaidah kebetulan. Aspek kebetulan dalam prosa fiksi dapat
berwujud orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan jalan
keluar atas kesulitan yang muncul.
391
Perlatihan:
Bacalah cuplikan cerpen berikut ini!
Jakarta
Oleh Totilawati Tjitrawasita
392
dalam pementasan. Pembabakan sangat membantu perubahan setting atau
tempat terjadinya peristiwa ketika teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau
berbeda) dengan teks dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini
dapat dibagi menjadi dua, yakni untuk sutradara dan untuk aktor
(tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu hadir dalam
setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan
yang ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya)
atau dapat pula sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai
pembantu pembaca atau penonton untuk memahami cerita tersebut.
Sedangkan epilog merupakan bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa
simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan pengarang, dan
atau renungan.
Simak teks drama di bawah ini.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
02. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan
sebentar tangismu?
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua
temanku ini? Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama
sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena
itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan
kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan
mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan
tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana.
Keduanya meneruskan tangisannya.
393
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng
kepala, kemudian ikut menangis pula.
07. Inu: (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu
lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan
menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,
bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali
mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi
kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad
perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak
pergi)
09. Inu: (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-
geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-
temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)
10. Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?
12. Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
14. Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?
17. Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!
18. Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya,
Inu!
19. Inu: Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)
394
20. Jati: (Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya)
“Maaf, kami sedang latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!?
Trim’s!” Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!
---selesai---
Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur
dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas
dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam teks drama itulah
unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks drama
dapat ditemukan.
Drama sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya fiksi yang lain.
Kesamaan itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di
dalamnya. Namun ada perbedaan esensial yang membedakan antara
karya drama dengan karya fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah
drama adalah untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama
adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Jika Anda cermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek
esensial, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan
dengan seni lakon atau teater. Apabila dirinci lebih dalam lagi,
sebenarnya drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra, gerakan, dan
ujaran. Oleh karena itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca
seperti novel atau cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah
drama sudah dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Mengingat penciptaan drama disusun dengan maksud untuk
dipentaskan maka dalam setiap naskah selalu ditemukakn narasi, dalog
dan arahan tentang petunjuk lakuan.
a. Alur Drama
Alur dalam sebuah pertunjukanatau drama sama dengan alur
novel atau cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai
akhir. Namun alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan
alur fiksi. Kekhususan itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang
memang unik. Kekhususan alur drama adalah sebagai berikut (Semi,
1988). Alur drama haruslah alur yang dapat dilakonkan oleh para pemain
drama di muka public penonton.
395
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton.
Secara garis besar alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan
kepada penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta
peran yang dibawakan mereka, serta member pengenalan
terhadap permulaan problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem
pokok. DI sini mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau
disebut juga rising action. Beberapa watak mulai
memperlihatkan pertentangan saling mempengaruhi, dan
berkeinginan membawa kebenaran ke pihak masing-masing
sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis
berkecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis
lahir disebabkan atau diakibatkan oleh yang lain. Itulah
sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument). Setiap segi pertentangan diadakan
penyelesaian dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih
bisa juga menggembirakan ( Semi, 1988 ).
b. Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah
yang disebut dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua,
yaitu pesan utama dan pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-
ajaran moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk
meningkatkan kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikit dan luas
sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang
pada karyanya.
c. Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting.
Semua elemen dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut
sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa
cerita dalam karya fiksi.
d. Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian
yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada
396
suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut
dapat dikatakan bahwa penempatan waktu dan tempat beserta
lingkungannya dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu
cerita (historis). Latar tempat berkait erat dengan masalah geografis,
merujuk suatu tempat tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar
sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri
yang terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang
tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang
psikologis ialah latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa
yaitu mampu menuansakan makna dan mampu mengajak
emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat
ditangkap dengan panca indera, sedangkan latar psikologis
dapat berupa suasana, sikap serta jalan pikiran manusia atau
tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa
yang tersurat, sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis
membutuhkan penghayatan dan penafsira.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Perlatihan
397
Copet II : Adzan, goblok!
Copet I : Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I : Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I : Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
……………………………………………………………………(Kecuk Ismadi CR)
F. Menulis Sastra
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun
ini. Kali ini Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis Sastra.
Di bawah ini disajikan deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui karya sastra. Berdasar SK
tersebut diturunkan kompetensi dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD
yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
1) Menulis pantun sesuai dengan syarat pantun,
2) Menulis dongeng,
3) Menulis puisi bebas,
4) Menulis drama,
5) Menulis cerpen,
6) Menulis kritik dan esai.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pantun Sesuai dengan Syarat Pantun
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis pantun.
Artinya, setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda terbantu
bagaimana menulis pantun.
398
Dalam sajiannya, kegiatan belajar ini terbagi atas dua subtopik,
yakni syarat pantun dan menulis pantun sesuai syarat tersebut. Sesuai
syarat, melalui contoh-contoh pantun serta variasi bentuk perlatihan
penulisan pantun yang disajikan, Anda diharapkan dapat dengan mudah
memulai mencoba menulis pantun dengan lebih mudah.
1) Syarat-syarat Pantun
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terkenal, di samping
mantra, syair, talibun, gurindam, pepatah, dan teka-teki. Pantun,
sebagaimana puisi lama lainnya memiliki aturan. Aturan penulisan
pantun, antara lain:
a) jumlah suku kata dalam setiap baris
b) jumlah baris setiap bait
c) jumlah bait
d) aturan rima dan ritma.
Secara umum, pantun terdiri atas empat baris, bersajak (rima) abab
atau disebut rima silang, dua baris pertama berupa sampiran dan dua
baris akhir berupa isi.
Jenis-jenis pantun adalah (1) pantun sukacita atau pantun
jenaka/riang, (2) pantun muda, (3) pantun dagang, (4) pantun nasihat
atau pantun tua, (5) pantun agama, dan (6) pantun adat.
Di bawah ini adalah contoh pantun.
399
(3) Pantun dagang atau pantun nasib
Dari Gresik ke Surabaya
pagar siapa saya sesarkan
Wahai nasib apakan daya
pada siapa saya sesalkan
400
Pantun Sukacita
Pantun Muda
Pantun Dagang
Pantun Nasihat
Pantun Agama
Pantun Adat
Perlatihan
Di bawah ini Anda diminta melengkapi pantun. Jika ada bagian-bagian
yang kurang jelas, cobalah berdiskusi dengan teman!
401
……………………………………….
……………………………………….
Aku suka keroncong, kamu dangdut
Aku suka gudeg, kamu rending
(3) Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan sampiran yang sama, cobalah membuat pantun
dengan isi yang berbeda!
(4) Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan isi yang sama, cobalah membuat pantun dengan
sampiran yang berbeda!
(5) Selanjutnya, cobalah Anda membuat lima buah pantun dengan
topik bebas! Misalnya tentang mata pelajaran, teman yang lucu,
lingkungan sekolah, atau alam sekitar. Tukarkan pekerjaan tersebut
dengan pekerjaan teman Anda. Berilah komentar terhadap
pekerjaan teman Anda!
b. Menulis Dongeng
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan mampu
menulis dongeng. Dalam kegiatan belajar ini disajikan dua subtopik,
yakni (1) dongeng dan jenisnya dan (2) membaca dan menulis ulang
dongeng.
402
Kebanyakan orang beranggapan bahwa dongeng sebagai cerita
mengenai peri. Kenyataannya, banyak dongeng yang tidak menceritakan
kehidupan para peri, melainkan isi cerita atau plotnya mengenai sesuatu
yang wajar. Dongeng dapat berupa cerita peri, cerita kanak-kanak, atau
cerita ajaib.
403
Dongeng-dongeng berumus merupakan dongeng yang oleh Antti
Aarne dan Stith Thompson disebut formula tales, dan strukturnya terdiri
atas pengulangan-pengulangan. Subbentuk dari dongeng berumus
adalah: dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan
orang, dan dongeng yang tidak mempunyai akhir.
Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya lari terbirit-
birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil. Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan
karena diburu seekor kucing. Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu
seekor anjing. Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak. Si
orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi. Dan si polisi lari
terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.
Pada suatu kali ada seekor semut yang berniat hendak memindahkan sebukit
pasir dari Jakarta Kota ke Tangerang. Pada hari pertama ia menggotong sebutir pasir.
Dengan lambat sekali, ia melalui Jalan Hayam Wuruk, terus ke Jalan Kemakmuran,...
Setelah satu bulan, ia baru berhasil membawa sebutir pasir itu ke Tangerang. Untuk
kembali ke Jakarta Kota, diperlukan waktu satu bulan lagi. Baru pada bulan ketiga ia
dapat mulai mengangkat butir pasir kedua. Demikianlah dengan susah payah butir pasir
itu diangkatnya ke punggungnya dan mulailah ia berjalan melalui Jalan Hayam Wuruk,
terus ke Jalan Kemakmuran ...
404
rakyat yang bermacam-macam. Bahkan, karena terlalu banyak dongeng
itulah, sebagian terbesar dongeng-dongeng di seluruh wilayah Indonesia
ini belum terbukukan. Sebagian masih berupa cerita lisan. Tentu saja, jika
tidak segera dibukukan, cerita-cerita yang lisan tadi suatu saat akan
hilang dan dilupakan.
Si Tanduk Panjang
Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu
terdiri atas seorang ayah, ibu, dan anak perempuannya.
Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya.
Namun, kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang
anak laki-laki.
Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang
anak laki-laki sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu,
mereka tetap berdoa. Akhirnya, sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia.
Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi laki-laki. Namun, kegembiraan itu hanya
berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh tanduk. Perasaan
gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek para
tetangga.
Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu
dimasukkan ke dalam sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti
itu lalu dihanyutkan ke sungai.
Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia
sangat sedih. Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang
membawa adiknya hanyut di sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian
terdengar adiknya menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata,
“Adikku sayang, si tanduk panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar,
makanlah sebutir beras agar kau kenyang!” Tak berapa lama kemudian tangis adiknya
berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis, sang kakak segera
meneriakkan kata-kata yang sama.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti
tempat adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang
dibekalkan kepada adiknya telah menetas.
Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu
menghiburnya dengan kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal
405
lelah demi kecintaannya kepada adiknya. Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai
ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba meraihnya.
Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa
terkejutnya ketika peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan.
Tak lagi terlihat ada tanduk di kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai.
Betapa gembira si kakak melihat kenyataan itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah
menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.
Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu
gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk
masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika
menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan dijadikan budak. Namun jika tidak
berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah
ditentukan ayam mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata
ayam si tanduk panjang menang. Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk
desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat serta dihadiahi harta kekayaan. Tak
lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan desa itu.
Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni
harus menyabung ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak-beradik
itu selalu menang sehingga mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah
harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa harta kekayaannya, mereka membawa
beberapa pengikut.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk
menanyai asal-usul mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk
mengetahui siapa sebenarnya mereka.
Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang
dan kakak perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua
mereka pun mendengar, lalu datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang
telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu menolaknya.
“Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih
sayang dan perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.”
Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru
menyadari akan kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan
akhirnya meninggal dunia.
Perlatihan
a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah
empat orang. Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas.
Apakah keempat jenis dongeng di atas ada dan berkembang di
Indonesia?
b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(1) Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas!
(2) Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!
(3) Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!
(4) Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda
sendiri sehingga menjadi sebuah dongeng yang utuh!
406
(5) Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap
dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng
binatang (animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3)
lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes), serta (4) dongeng
berumus (formula tales), lakukan tahapan di bawah ini
a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda
berdasar keempat golongan besar di atas.
b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda
identifikasikan tersebut.
c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan
Anda dalam mengembangkan alur dongeng.
d) Kembangkan kerangka dongeng tersebut menjadi sebuah
dongeng yang utuh.
407
Setiap orang memiliki ide atau gagasan, tetapi tidak semua orang
ingin mengungkapkannya dalam bentuk puisi. Mengapa demikian?
Jawabannya bisa beragam. Tetapi dari semua jawaban, persoalan
utamanya adalah karena tidak berani mencoba menuliskan dalam bentuk
puisi. Keberanian mencoba adalah jawaban dari kesulitan menulis puisi.
Ucapan Syukur
Terimakasih Tuhan
untuk burung yang berkicau di pepohonan
memuji kebesaranMu
untuk bunga yang merekah
dan untuk embun yang bersinar di atasnya
untuk matahari yang cerah
udara yang sejuk
untuk semua karunia cipMu
terlalu indah bagi umatMu
Terimakasih Tuhan
untuk kehidupan ini
Yohana Elizabeth H. – Jakarta
KAMU
RINDU 1
408
MEREKA DAN AKU
B. Febriantono – Malang
Jika ketiga hal di atas adalah langkah, maka para penulis di atas
telah menerapkan dengan baik. Nah, sekarang Anda yang akan memulai.
409
UNTUKMU
Robi H. – Mojokerto
ASA
Emy – Jayapura
410
Perlatihan
a). Setiap orang pasti mempunyai ide/topik atau gagasan. Kali ini,
ide/topik atau gagasan tersebut cobalah Anda tulis dalam bentuk puisi!
Pada saat menulis jangan berpikir apakah puisi tersebut akan menjadi
baik atau tidak. Karena jika berpikir demikian, maka puisi tidak sempat
ditulis! Ingat, penulis hanya menulis puisi! Yang mengatakan baik atau
tidak baik adalah orang lain. Mari, cobalah Anda menulis!
b). Tentukan topik yang akan Anda kembangkan menjadi puisi. Topik itu
tentang tentang orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, bapak-ibu,
nenek, sahabat, guru, mertua, anak, tetangga, penjual sayur, penjual mi
atau bakso, atau kakak-adik. Mulai pilih kata-kata yang tepat untuk
mengungkapkan tokoh tersebut. Tulis baris-baris kalimatnya. Setelah
kalimat tersususn atas baris-baris, suntinglah dengan
mempertimbangkan pilihan kata dan rima. Sekadar perbandingan, di
bawah ini disajikan puisi tentang ayah-ibu dan sahabat!
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Wahyu
411
d. Menulis Drama
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat
menulis drama. Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni
(1) membaca teks drama, dan (2) menulis teks drama.
412
(tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu hadir dalam
setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan
yang ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya)
atau dapat pula sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai
pembantu pembaca atau penonton untuk memahami cerita tersebut.
Sedangkan epilog merupakan bagian akhir naskah. Epilog dapat berupa
simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan pengarang, dan
atau renungan.
TANGIS
P. Hariyanto
02. Hana: (Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan
sebentar tangismu?
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana: Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua
temanku ini? Dan apa yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama
sekali persoalannya semacam ini? Fani, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan oleh karena
itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan
semacam ini, sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis kalian. Kalau tidak, ini akan
kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan, dan sekaligus akan
mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan
tangis , saling bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana.
Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng
kepala, kemudian ikut menangis pula.
413
07. Inu: (Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu
lagi? Gila! Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan
menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata) Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis), miskin,
bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat
mereka hina secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali
mereka melakukannya? Huh, cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi
kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar pada tekad
perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis)
Baiklah, akan kucari mereka dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak
pergi)
09. Inu: (Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-
geleng kepala dan tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-
temannya satu persatu sambil tersenyum-senyum)
10. Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?
12. Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
14. Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?
17. Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!
18. Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya,
Inu!
19. Inu: Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)
414
---selesai---
Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda
simpulkan tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang
lain (cerpen dan novel)? Salah satunya, secara fisik, teks drama
didominasi oleh unsur dialog, bahkan ada naskah drama yang (sebagian
besar) hanya terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat
dalam teks drama itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra
berbentuk teks drama dapat ditemukan.
415
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka; dimensi
sosiologis terdiri atas status sosial, pekerjaan (jabatan dan peranan
di dalam masyarakat), pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan
hidup (kepercayaan, agama, dan ideologi), aktivitas
sosial/organisasi, hobi dan kegemaran, bangsa (suku dan
keturunan); dimensi psikologis meliputi mentalitas dan moralitas,
temperamen, dan intelegensi (tingkat kecerdasan, kecakapan, dan
keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu).
Umumnya, tokoh-tokoh utama muncul di awal cerita, yaitu pada
tahap pemaparan. Hal itu dimaksudkan agar pembaca dan
penonton dapat mengenali mereka. Sepanjang cerita, tokoh-tokoh
akan mempertahankan ciri-ciri mereka. Kemudian, konflik tercipta
akibat perbedaan yang terdapat di antara tokoh-tokoh, yang
berupaya mewujudkan keinginan mereka. Perbedaan itulah yang
semakin lama semakin meningkatkan konflik dan berpuncak
sebagai klimaks.
d. Perlengkapan
Perlengkapan merupakaan unsur khas drama, yang dapat berupa
objek atau benda-benda yang diperlukan sebagai pelengkap cerita,
seperti perlengkapan tokoh, kostum, dan perlengkapan panggung.
Perlengkapan (dalam kramagung dan wawancang) selalu sesuai
dengan keperluan cerita.
e. Bahasa
Bahasa dalam drama konvensional tunduk pada konvensi stilistika.
Misalnya, para tokoh melakukan dialog dengan menggunakan
416
ragam bahasa yang sesuai dengan lingkungan sosial mereka serta
watak mereka. Selain itu, seorang tokoh berkomunikasi dengan
tokoh lainnya untuk menyampaikan suatu amanat. Kemudian di
antara mereka diharapkan terjadi dialog yang bermakna yang akan
menyebabkan cerita berkembang.
Setiap penulis naskah drama, misal Arifin C. Noer, Rendra, Putu
Wijaya, Motinggo Boesye, Wisran Hadi, Nano Riantiarno, Akhudiat,
Afrizal Malna, memiliki cara tersendiri yang berbeda dengan penulis lain
dalam menghasilkan naskah drama. Dan cara yang mereka miliki telah
terbukti bahwa karya-karya mereka diterima oleh masyarakat Indonesia.
Di bawah ini disampaikan cara menulis naskah drama yang disampaikan
oleh Japi Tambayong (yang dikenal dengan nama Remy Silado). Tulisan
tentang hal ini pernah dimuat dalam harian Pikiran Rakyat, 10 September
1996, dengan judul “Menulis Naskah Drama dan Permasalahan
Sekitarnya”. Dalam tulisan itu dikemukakan bahwa terdapat empat segi
kualifikasi ketika menulis drama, yaitu (1) isi dramatik, (2) bahasa
dramatik, (3) bentuk dramatik, dan (4) struktur dramatik.
a. Isi dramatik
Premis dan tema menjadi unsur yang harus ada dalam penulisan
naskah drama. Dalam drama hendaknya berisi premis dan tema.
Premis merupakan permasalahan utama yang akan diangkat dalam
cerita, tema merupakan perwujudan premis, yaitu dengan
memberikan jawaban atau pemecahan yang bersifat
menyimpulkan. Misal, premis “takut pada wanita”, temanya dapat
berupa pernyataan “seorang lelaki yang takut pada istri langsung
mencelakakan orang lain”. Berdasarkan premis dan tema di atas, isi
dramatik dapat dikembangkan. Dengan kata lain, kini saatnya
mengembangkan premis dan tema di atas ke dalam sebuah
paragraf yang bagus.
b. Bahasa dramatik
Bahasa drama yang digunakan dapat prosaik, puitik, atau
sosiologik. Jika dialog disusun dengan kalimat-kalimat seperti
layaknya karya sastra bergenre prosa dan dengan melihat
keseimbangan linguistik dan artistik, maka bahasa itu prosaik. Jika
dialog ditulis dengan berfokus pada versifikasi, seperti penataan
bait, larik, rima, dan irama, maka bahasa drama itu bersifat puitik.
Jika dialog disesuaikan dengan konteks, sehingga memungkinkan
munculnya ragam dan dialek bahasa Indonesia, maka bahasa
drama itu bersifat sosiologik.
c. Bentuk dramatik
Yang menyangkut bentuk dramatik ialah ragam ekspresi, gaya
ekspresi, dan plot literer. Dalam drama konvensional, dikenal
417
ragam ekspresi yang baku , misalnya tragedi, komedi, tragikomedi,
melodrama, dan farce (banyolan).
Gaya ekspresi menyangkut visi dan pandangan penulis, yang
penuangannya umumnya sesuai dengan paham atau aliran yang
dianutnya, apakah realisme, ekspresionisme, eksistensialisme, atau
absurdisme. Penulis dapat memilih ragam ekspresi yang sesuai
dengan pandangannya, meskipun tidak tertutup kemungkinan
pandangannya itu justru memberontaki dari gaya ekspresi yang
ada dan tersedia.
Plot literer adalah plot yang terdapat dalam naskah drama. Plot
yang ditulis bukan plot yang diwujudkan oleh gerak eksternal
maupun internal yang dilakukan aktor di atas panggung. Jika
penulis membuat plot secara kait-mengait dalam rangkaian
episodenya, maka disebut plot episodik. Jika cerita berjalan secara
kronologis dan kaausal dari A menuju Z, maka disebut plot
sirkuler. Jika plot itu tidak berujung, melingkar dari A menuju A
kembali atau X menuju ke “entah”, disebut pula plot sirkuler.
d. Struktur dramatik
Struktur dramatik berkaitan dengan perkembangan dan kaitan
antarkonflik yang muncul, memuncak, dan berakhir. Dalam drama
konvensional, struktur dramatik seperti konvensi klasik plot
menurut Aristoteles atau dapat juga yang dikembangkan Gustav
Freitag (Harymawan, 1988:18-20) yaitu eksposisi, komplikasi,
resolusi, klimaks, dan konklusi. Konklusi dalam tragedi disebut
katastrof (berakhir dengan kesedihan), sementara dalam komedi
disebut denumen (berkahir dengan kebahagiaan).
Perlatihan
a) Anda pasti sudah beberapa kali membaca cerpen (mungkin juga
novel). Pilih salah satu karya tersebut yang memiliki kemungkinan
dipentaskan dengan mempertimbangkan unsur-unsur drama.
Ubahlah cerita yang sudah Anda baca itu dalam bentuk dialog-
dialog (drama)! Berilah beberapa keterangan pementasan. Selamat
mencoba!
b) Anda pernah membaca cerita rakyat atau dongeng, bukan? Pilih
salah satu cerita rakyat atau dongeng yang paling Anda sukai dan
memungkinkan dipentaskan. Buatlah naskah dramanya
berdasarkan cerita rakyat atau dongeng tersebut. Selamat mencoba!
418
Subtopik tentang cerita pendek diharapkan memberikan
pemahaman yang utuh tentang unsur-unsur pembentuk cerita pendek.
Unsur-unsur pembentuk cerita pendek (utama) diharapkan akan mampu
menjadi dasar bagi penulisan cerita pendek.
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka
berjalan di antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon
bergoyang: itulah aku; yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke
pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi
di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara itu
langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi
Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang
kedatanganku senantiasa ditandai dengan gemerisiknya angin di antara
pepohonan atau padang pasir.
(“Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” karya Danarto)
419
Secara umum cerpen adalah cerita atau narasi, bukan analisis
argumentatif, yang fiktif, tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja, serta relatif pendek. Ciri utama cerpen
adalah (1) cerita yang disampaikan relatif pendek, (2) fiction ‘sifatnya
rekaan’, dan (3) bersifat naratif/penceritaan.
Penceritaan (narasi) --- hemat dan ekonomis --- hanya ada dua/tiga
tokoh, satu peristiwa, satu efek bagi pembaca. Tapi satu kesatuan yang
utuh dan lengkap --- dapat dilihat dari segi-segi unsur yang
membentuknya.
1). Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Misal, Raja mati =
jalan cerita. Raja mati karena sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik
jalan cerita.
pengenalan
timbulnya konflik
Plot konflik memuncak berpusat pada
konflik
klimaks
pemecahan soal
420
2). Tema
Ide sebuah cerita. Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai
berikut.
3). Karakter
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada
cerpen-cerpen Budi Darma yang dimuat pada Horison. Beberapa ciri
utama tentang karakter tersaji di bawah ini.
4). Setting
Setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
421
(Abrams, 1981: 175). Cermati beberapa hal yang terkait dengan setting di
bawah ini.
7) bukan hanya sekedar background,
8) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
9) Cerpen modern: menjadi penting, erat dengan karakter, tema,
suasana cerita,
10) setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter
cerita,
11) setting terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan)
filosofis,
12) setting dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu setting integral dalam cerpen, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
5) dapatkah setting diganti dengan tempat lain tanpa
mengubah karakter dan isi cerpen?
6) sampai sejauh mana setting menentukan tema dan plot cerpen?
7) sampai sejauh mana setting membentuk watak dan mengapa
daerah lain tidak menghasilkan watak-watak demikian?
8) apakah setting akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen
kalau dihilangkan atau diabaikan?
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen “Lampor”
karya Joni Ariadinata.
422
8) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau teknik
orang ketiga.
6). Gaya
Simak beberapa simpulan yang terkait dengan gaya di bawah ini.
1) cara khas pengungkapan seseorang,
2) cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan,
meninjau persoalan dan menceritakan –nya dalam cerpen,
3) gaya bisa berubah kalau pengarangnya berubah,
4) dalam puisi, gaya Chairil Anwar banyak diepigoni penulis
muda,
5) juga gaya bahasa: penggunaan kalimat, penggunaan dialog,
penguasaan detil, cara memandang persoalan, dan lain-lain.
6) Ikranegara, Darmanto Djatman, Yulius, E. Subangun: kalimat
kompleks dan sulit (intelek),
7) Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, Idrus --- sederhana,
enak diikuti, tapi kaya dan padat dengan pengertian-
pengertian,
8) Penulis hiburan (Marga T., Ashadi Siregar, Remy Silado) ---
banyak dialog: encer, ringan, lincah, kontemporer,
9) Umar Kayam dalam cerpen New York: dialog bahasa sehari-
hari, sederhana (Hemingway).
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen dua cerpen, yakni
“Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar Kayam dan
“Lampor” karya Joni Ariadinata.
7). Suasana
Perhatikan beberapa kalimat kunci yang terkait dengan suasana di
bawah ini.
1) cerpen ditulis dengan maksud tertentu
2) suasana dalam cerpen membantu menegaskan maksud
pengarang
3) suasana merupakan daya pesona
4) suasana terbentuk jika pengarangnya mengarahkan ke sana ---:
kematian, misteri, ketakutan lukisan letak rumah,
keadaan sedemikan rupa, lalu karakter-karakter yang misterius
5) Riyono Pratikto: seram --- misteri supranatural
6) harus dibedakan antara gaya pengarang dengan suasana
7) gaya berhubungan dengan tema, suasana tak terpisahkan dari
tema
8) suasana milik khas sebuah cerita, gaya selalu kembali pada
cerita
9) membaca cerpen terasa berbagai nuansa suasana
10) suasana bisa memperkuat tema, ide, dan maksud
11) cara membangun lewat: karakter, setting, simbol tertentu
423
12) baca dengan cermat terkait dengan suasana yang dibangun
dalam cerpen “Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya
Umar Kayam!
424
Ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dengan terpatah-patah, lelaki yang
bernama Somad itu menjelaskan dari mana asalnya, pekerjaaannya, hingga
akhirnya tidur di dekat rumah Tohir.
“Kalau begitu, kamu tinggal saja bersamaku!”
Somad menatap lelaki kekar di depannya.
“Tasnya ditaruh di dalam sana!”
Somad bergerak mengambil tasnya lalu menaruhnya di dekat pintu
rumah. Somad keluar lagi. “Aku mau kerja. Kamu di sini saja dulu. Besok-besok
ikut aku. Kalau kamu mau, kamu bisa bekerja di tempatku.”
Tohir berjalan. Tidak lama, ia menoleh. “Kamu punya uang untuk beli
makan?”
“Ada.”
Itulah mulanya. Sebulan berlalu. Somad mulai beradaptasi. Ia bisa bekerja
apa saja. Di pasar, ia bisa membantu Tohir; jadi kuli pasar. Bulan berikutnya
berlalu. Gubuk kecil yang sempit sudah berubah agak besar. Lumayan rapi dan
kokoh. Somad mulai dikenal oleh penghuni-penghuni gubuk-gubuk di tepi kali itu.
Malam hari Somad pun tidak lagi selalu di rumah petak itu. Ia bisa keluar ke mana
saja.
“Kalau kamu punya uang lebih ditabung. Jangan menyimpan uang di
rumah kita. Titipkan saja pada Pak Tomo atau siapa. Siapa tahu, suatu saat kamu
ingin pulang kampung. Jangan disimpan di dompet. Akan habis,” kata Tohir pada
Somad, setelah sekian bulan mereka tinggal serumah.
“Saya titipkan Barda.”
“Bukan aku tidak percaya Barda. Masalahnya Barda sama dengan kita.
Suatu saat jika ada penertiban, Barda bisa saja berpisah dengan kita. Hidup kita
tidak menetap. Kamu mestinya menitipkan kepada orang yang menetap. Kalau
pun kita kena razia, uang itu suatu saat masih bisa kita ambil kembali.”
Somad mengangguk-angguk mengerti.
“Bagaimana cara minta ke Barda?”
“Kamu bisa alasan untuk apa gitu, tapi jangan semuanya. Sedikit-sedikit
saja, sampai akhirnya semuanya. Atau kamu bisa katakan untuk dikirim ke
kampung. Beres kan.”
Meskipun sudah tinggal serumah, Tohir belum sepenuhya mengenal
pribadi Somad. Somad cenderung diam, kalau tidak ditanya tidak mengatakan
sesuatu. Tohir sebenarnya kasihan melihat keadaan Somad.
“Kamu tidak ingin pulang kampung?”
“Tidak.”
“Tidak kangen dengan keluarga?”
“Tidak.”
Hampir setahun mereka tinggal serumah. Tidak ada yang perlu
dipertanyakan dalam kebersamaan mereka. Tohir sudah menganggap Somad
sebagai adiknya, begitu yang pernah dikatakan suatu ketika. Somad, yang secara
fisik kecil, merasa aman tinggal dengan Tohir di kawasan tepi kali itu. Selama
hampir setahun tidak ada pertengkaran yang berarti di antaranya, sampai suatu
ketika, sore hari, Tohir yang baru pulang dari pasar menjumpai Somad membawa
beberapa lembar kardus dan tripleks-tripleks bekas.
“Pintunya jadi satu saja, kan?”
“Dua.”
425
Tohir berdiri, berjalan ke rumah petak yang tak jauh. Sesaat ia sudah
muncul lagi dengan gergaji dan palu. “Pakai ini saja!” katanya pada Somad.
Somad menoleh, lalu menerima gergaji. Tohir memperhatikan Somad
yang menggergaji kayu melintang di salah satu dinding depan rumah petaknya.
Wajah Somad lebih banyak ditekuk. Tak ada keceriaan sama sekali. Wajahnya
kusut, sedang memendam perasaan tertentu. Tohir tampaknya tahu itu.
Terdengar suara adzan dari masjid terdekat. Somad mengemasi
pakaiannya, dimasukkan ke dalam kardus, lalu diusungnya. Tohir memperhatikan
saja. “Sudah tidak ada yang tertinggal?” tanya Tohir dengan suara tenang.
“Tidak.”
“Gergaji dan palunya sudah selesai?”
“Sudah.”
“Saya kembalikan, ya.”
Somad masuk ke rumah petak melalui pintu kiri. Tangannya cekatan
menata barang-barangnya. Tohir masih memperhatikan dengan duduk di atas
kardus. Tohir beranjak berdiri, di tangannya memegang gergaji dan palu.
Hari-hari berikutnya, kehidupan kembali seperti sediakala. Tal banyak
yang berubah pada mereka, hanya rumah mereka, terdapat dua pintu. Kalau ada
perubahan, itu justru lebih baik. Tohir melihat ada sedikit perubahan pada diri
lelaki tanggung yang sudah dianggap adiknya itu. Somad makin giat bekerja.
Beberapa pekerjaan tambahan yang biasanya ditolaknya, ia lakukan. Somad juga
makin sering berada di luar rumah kalau malam hari.
Suatu malam, Tohir sengaja ingin tahu apa yang sedang dilakukan lelaki
yang telah dianggap adiknya. Somad meninggalkan rumah terlebih dulu. Tohir
membuntuti. Somad berjalan agak cepat. Ia segera menuju jalan di tepian kali,
agak remang-remang. Beberapa wanita kelihatan berdiri di pinggir jalan. Warung-
warung kecil berjejer menyediakan makanan kecil. Beberapa becak mangkal. Di
atas becak, satu dua tampak perempuan dengan pakaian dan dandanan
mencolok.
Somad berjalan menuju ke salah satu rumah, tak jauh dari jalan remang-
remang pinggir kali itu. Di dalam rumah sepi, tentu perempuan-perempuan yang
menghuni sudah dan masih di jalanan. Somad masuk, lalu mengetuk salah satu
pintu kamar. Tak ada jawaban. Somad membukanya, ternyata pintu kamar tidak
dikunci. Tak lama kemudian beberapa laki-laki masuk ke dalam rumah. Terjadilah
semuanya.
“Somad, kenapa kamu tidak pernah bicara kepada kakakmu ini,” kata
Tohir ketika mengunjunginya di sel polsek setempat, pagi harinya. Somad
berkaca-kaca sambil sesekali mengatakan sesuatu yang tidak jelas. “Kalau kamu
ngomong sebelumnya bahwa kamu berhubungan dengan Surti, mungkin tidak
terjadi ini.”
“Saya tidak melakukannya. Mereka bohong!”
Semua lelaki yang pernah ke jalan di pinggir kali itu mengenal Surti.
Keinginan untuk memiliki Surti bagi lelaki yang pernah tidur dengannya adalah
kewajaran. Perempuan-perempuan lain, pada mulanya iri pada Surti. Kadang di
antara mereka ada yang mencoba melakukan hal-hal yang buruk untuk
mencelakai Surti. Tetapi jika diketahui oleh lelaki yang suka pada Surti, maka
perempuan yang usil itu justru akan celaka. Lelaki yang berlaku seperti itu banyak
426
jumlahnya. Tohir hanya salah satu di antaranya. Itulah alasannya mengapa lelaki
harus berpikir seribu kali jika ingin menikahi Surti.
“Aku bawakan makanan dan pakaian.”
Somad memandang laki-laki yang berada di depannya.
“Rumah itu juga karena Surti?” tanya Tohir.
“Surti tidak mau baju kita gantian.”
“Hanya karena itu?”
“Surti mau saya mulai mandiri.”
“Somad, mandiri tidak berarti kamu harus begitu. Rumah itu milik kita. Kita
saudara. Kamu tidak bergantung saya, itu mandiri. Kamu makan dengan uang
sendiri, itu mandiri.”
“Mereka membohongi saya.”
“Mudah-mudahan polisi segera menemukan pembunuh Surti.”
“Mereka bohong!”
“Saya tahu mereka bohong, tapi polisi tidak bisa menangkap mereka.
Kamu yang pertama datang ke rumah itu, mereka mencurigai kamu.”
“Mereka bohong!”
“Ini baru kecurigaan. Kalau kamu bisa membuktikan tidak bersalah, kamu
akan bebas.”
“Saya tidak tahu.”
“Percayalah, polisi sedang mengumpulkan keterangan lain.”
“Mereka tidak senang saya mau menikahi Surti.”
Tohir kaget juga mendengar jawaban Somad yang polos dan jujur. Tidak
disangka bahwa Somad telah melangkah sejauh itu dengan Surti. Surti masih
muda, mungkin sebaya Somad. Dia perempuan baik, setidak-tidaknya jika
dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain yang setiap malam berdiri di
jalan di pinggir kali itu. Dia juga cantik, setidak-tidaknya untuk ukuran para kuli
pasar, pemulung, dan pekerja kasar lainnya. “Sabar saja. Polisi masih terus
mencari.”
“Kenapa mereka membunuh Surti. Ia orang baik.”
“Mungkin mereka punya masalah dengan Surti.”
“Surti tidak pernah menyakiti orang.”
“Mereka iri pada Surti.”
“Surti, Surti,” kata Somad terbata-bata. Lelaki tanggung itu menangis.
Dikucek-kucek matanya. Tohir menarik napas.
“Sekarang yang terpenting, kamu harus bisa tenang. Kalau ditanya Pak
Polisi, jawab saja yang jujur. Kamu harus bantu Pak Polisi.”
“Terima kasih. Maafkan saya.”
Tohir mengangguk, lalu mencoba tersenyum.
“Kalau polisi tidak menemukan pembunuhnya?”
“Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.”
“Saya akan dihukum?”
“Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.”
Tohir memang harus menjawab begitu, karena tidak ada jawaban lain
yang lebih baik. Dilihatnya raut muka Somad seperti meminta sesuatu. Begitu lugu
dan polos. Tohir tidak sanggup menatap mata lelaki yang sudah dianggapnya adik
itu. Seorang petugas mendekati mereka.
“Saya akan sering ke sini.”
427
Tohir menepuk-nepuk pundak Somad, lalu berjalan meninggalkannya.
428
Meski demikian, tetap diperlukan ada upaya bahwa konflik itu
harus dibuat logis dan menarik untuk diikuti oleh pembaca.
e. Mengakhiri cerita
Akhiri cerita dengan mengesankan! Itu barangkali pesan yang
ingin dituangkan oleh setiap penulis cerpen. Ada penulis cerpen
yang akan menyusun kalimat paling akhir dalam cerpennya.
Kalimat itu dapat berupa simpulan atau “semacam” kalimat
mutiara yang disarikan dari cerpen yang dibangunnya. Ada pula
penulis yang membiarkan cerpennya dengan dialog yang
menggantung. Ada pula penulis yang mengakhiri cerpennya
dengan gaya penceritaan yang memberikan ruang renungan.
f. Menyunting
Ketika cerpen selesai ditulis, maka penulisnya akan menjadi orang
lain, yakni pembaca pertama cerpen tersebut. Maka menyunting
adalah pekerjaan pertama yang dilakukan penulis sesaat setelah
tulisannya berhasil diakhiri. Penyuntingan dapat dibedakan atas
penyuntingan isi dan bentuk. Isi terkait dengan topik yang
dikembangkan, bentuk terkait dengan cara mengungkapkan dan
penulisan.
Perlatihan
a) Pilih sebuah topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi
cerpen!
b) Buat kerangka cerpen (Anda dapat menuliskan peristiwa-peristiwa
utama atau alur cerita yang akan Anda bangun)!
c) Kembangkan peristiwa atau alur tersebut menjadi cerpen yang
utuh!
d) Baca ulang cerpen Anda (pada tahap ini, belajarlah untuk menjadi
pembaca yang kritis atau penyunting)!
e) Mintalah kepada teman untuk membaca cerpen Anda dan
memberikan masukan serta tanggapan!
f) Selamat mencoba!
429
dapat memberikan gambaran awal tentang unsur (atau bagian) apa saja
yang seyogyanya ada dalam tulisan jenis kritik dan esai.
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Begitulah kira-kira kalimat yang tepat mengiringi kepergian Sang Guru Besar
Sastra Lisan ini untuk selama-lamanya, menghadap Ilahi. Sepenggal sajak di atas diambil
dari sajak Amir Hamzah yang berjudul “Padamu Jua”. Begitulah pada akhirnya, semua
manusia akan kembali pulang, dan tak akan pernah kembali. Beristirahatlah Profesor, di
sana damai itu ada. Ke Blora, sebagai tanah lahirnya, Doktor Kentrung ini bersemayam,
sebagaimana pesan wasiat yang disampaikannya sebelum ajal itu menjemputnya.
Ada banyak yang patut dicatat dari perjalanan hidup ahli folklor humanistik ini.
Tulisan pendek ini hanya mengungkap secuil catatan tentang almarhum sebagai penyair.
Beberapa kumpulan sajak telah dihasilkan Suripan Sadi Hutomo, salah satunya adalah
kumpulan sajak Hartati yang diterbitkan oleh Dioma Malang tahun 1988. Kumpulan sajak
ini menjadi menarik sepeninggal penyairnya, karena pada halaman persembahan buku
tersebut tertulis: kepada blora dan jiwanya. Kecintaan penyair luruh penuh pada tanah
kelahirannya: Blora. Tak terhalangi oleh apa pun.
430
Diksi ‘Kampung’ Yang Khas
Membaca kumpulan sajak ini, melalui diksi, pembaca serasa diajak memasuki
wilayah perkampungan. Tiba-tiba, bagi pembaca yang lahir dari kampung (terutama Jawa),
serasa berada di rumahnya sendiri. Akrab dan tak berjarak. Simak sajak yang dijadikan
judul kumpulan ini!
Hartati
Aduh, aduh
Hatiku sudah berlabuh
1976
Kali pertama membaca judul sajak ini, mungkin pikiran pembaca akan tertuju pada
seorang gadis manis. Bisa jadi jika tidak berhati-hati, maka pembaca akan/telah terjebak.
Hartati sesungguhnya merupakan kata yang dipakai untuk sasmita ‘manis’ dalam tembang
dhandhanggula. Dhandhanggula berwatak manis, luwes, dan memukau. Jenis tembang ini
sesuai untuk menggambarkan berbagai hal atau suasana. Dhandhanggula berasal dari
kata dhandhang dan gula. Dhandhang berarti: 1) burung gagak, 2) alat untuk menyungkal,
3) jelas sekali, dan 4) mengharap supaya... Dari keempat arti di atas yang paling tepat
adalah mengharap supaya...(ngajab). Gula berarti gula, mengisyaratkan makna manis,
menyenangkan (ngresepake) atau baik. Dengan demikian dhandhanggula berarti
mengharap supaya baik dan menyenangkan. Dhandhanggula sangat tepat untuk
melahirkan perasaan yang menyenangkan, untuk melahirkan ajaran-ajaran yang baik,
serta melahirkan rasa kasih.
Kumpulan sajak ini dimulai dengan sajak “Hartati”. Makna siratan dari sajak
pertama, yang secara langsung maupun tidak, adalah pengharapan akan sesuatu yang
baik. Pengharapan seorang Suripan Sadi Hutomo yang dibesarkan dari dan oleh kampung
(Jawa) tentang banyak hal, terutama kebaikan bagi kampung halaman. Maka sajak yang
mengambil judul sasmita tembang macapat itu menjadi ruh dari keseluruhan sajak-sajak
yang terkumpul di dalamnya.
Magnes-Soeseno mengatakan bahwa tolok-ukur pandangan dunia bagi orang
Jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu, yaitu
431
ketenangan, ketentraman, dan keseimbangan batin. Maka pandangan dunia akan
kelakuan dalam dunia tidak dapat dipisahkan seluruhnya. Keyakinan-keyakinan deskriptif
orang Jawa terasa benar sejauh membantu untuk mencapai keadaan batin di atas. Bagi
orang Jawa, suatu pandangan dunia dapat diterima jika semua unsur-unsurnya
mewujudkan suatu kesatuan pengalaman yang harmonis, jika unsur-unsur itu cocok satu
sama lain (sreg) dan kecocokan itu merupakan suatu kategori psikologis yang menyatakan
diri tidak adanya ketegangan dan gangguan batin.
Terasa sekali bahwa kebutuhan batin lebih dominan dibanding yang lain. Sedang
kebutuhan batin adalah ketentraman dan tanpa gangguan, maka jika hanya itu yang
dibutuhkan, tak ada yang lain. Tak juga ada materi yang berlebihan. Kesederhanaan
menjadi pilihan hidup. Demikianlah yang terjadi pada penyair ini.
Sebagai seorang seniman, kata Tengsoe Tjahjono, Suripan Sadi Hutomo sangat
sederhana sosoknya. Bahkan sebagai seorang doktor, ia juga masih sangat sederhana.
Tak ada perabot berlebihan di rumahnya. Berkunjung ke rumahnya, seseorang akan
langsung dihadapkan pada kekayaan ‘luar biasa’ yang dimiliki penyair berupa Pusat
Dokumentasi Sastra Suripan Sadi Hutomo. Kesederhanaan adalah pilihan hidupnya, itu
pula yang mewarnai kumpulan sajak ini.Tema yang diambil sederhana, dipadu dengan
bunyi yang akrab dan sederhana. Diksinya pun sederhana, menjadi begitu dekat dan
akrab dengan orang desa (kampung).
Secara keseluruhan, kumpulan sajak ini memuat sajak antara lain “Hartati”, “Si
Kikir”, “Ke Blora”, “Sebuah Sungai”, “Ki Ajisaka”, “Bukit”, “Tri”, “Curut”, “Hari Ini”,
“Rempuyang”, “Kita”, “Uwi”, “Terong Glatik”, “Gergaji”, “Kilang Minyak”, “Kesetiaan”,
“Sebentar”, “Kolang Kaling”, “Lalijiwa”, “Legundi”, dan “Kecipir”. Dari keseluruhan sajak
tersebut kemudian ditambah dengan lima sajak lainnya. Sebuah sajak yang berjudul
“Barangkali” muncul dalam tulisan D. Zawawi Imron “Suripan Sadi Hutomo Penyair Beras
Kencur” yang disertakan dalam kumpulan ini. Empat sajak yakni “Sepanjang Kanal”,
“Kuingat Jalan Batu”, “Stanza Blora”, “Bulan Tertikam Kali Lusi” muncul dalam tulisan
Setya Yuwono Sudikan “Kampungan, Sajak-Sajak Suripan Sadi Hutomo” yang juga
disertakan dalam kumpulan sajak ini.
Membaca sebagian besar judul sajak Suripan Sadi Hutomo, mengingatkan
seseorang akan kampung yang jauh dari kebisingan metropolis. Idiom serta simbol yang
dipakai penyair memberi nuansa kampung. Diksi daun kemangi, daun turi, adas pulasari,
brambang, lumbu, rambut jagung, sungai, dandang, blumbung, nagasari, air cebokan,
rempuyang, daun sente, duri bandotan, uwi, gembili, kecubung, grabah, kolang-kaling,
dawet, lalijiwa, legundi, dan kecipir adalah diksi yang akrab dengan kehidupan sehari-hari
di kampung. Kecenderungan Suripan Sadi Hutomo memilih diksi yang ‘ndesani’ tidak
terlepas dari keberadaan penyair yang akrab dengan kehidupan kampung (desa).
Keakrabannya dengan tanah kelahirannya membuat diksi yang dipilih tidak terkesan
dipaksakan untuk ada. Diksi tersebut hadir bersama ruhnya.
Rempuyang
432
Buat obat mata yang rebun tuju
Akan juga baik
Pohon meniran dan babakan pule
1975
Diksi yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh karena penyair adalah orang
Jawa. Pemanfaatan diksi ini lebih lanjut adalah untuk memetaforkan sesuatu, kembali ke
alam dalam mengakrabi kehidupan yang bersumber dari air dan tanah. Salah satu ciri
manusia Jawa, menurut Tukiman Taruna dalam bukunya Ciri Budaya Manusia Jawa
(1987) adalah mudah memahami, dan dengan cepat memahami orang lain yang berbicara
dengan menggunakan metafor. Metafor yang pilih adalah yang berada di sekitar
kehidupan orang-orang kampung. Diksi itu memetaforkan tentang kehidupan itu sendiri.
Kembali ke Blora
Kumpulan sajak ini adalah persembahan penyair kepada tanah kelahirannya:
Blora. Blora menjadi pijakan awal dan sekaligus menjadi pemberhentian paling akhir, juga
bagi kehidupan penyairnya. Blora, dalam kumpulan ini diungkap dengan dua cara, secara
tak langsung dan secara langsung.
Ungkapan pertama, ungkapan secara tak langsung, tampak dalam setiap diksi
yang dipilih. Blora yang sudah menjadi darah-daging bagi penyair mengristalkan dan
memunculkan diksi khas kampung yang mula-mula dikenal penyair melalui Blora.
Meskipun diksi itu juga banyak dikenal di masyarakat di luar Blora, tetapi jelas
kemunculannya bermula dari Blora oleh seorang penyair yang bernama Suripan Sadi
Hutomo. Diksi itu memang milik semua orang kampung, tetapi diksi itu dimunculkan oleh
orang Blora. Sehingga diksi-diksi yang dimunculkan oleh penyair telah menyiratkan
tentang tanah Blora.
Ungkapan kedua, ungkapan secara langsung, terdapat dalam tiga sajak, yakni
“Stanza Blora”, “Kuingat Jalan Batu”, dan “Ke Blora”. Perhatikan kutipan di bawah ini!
Stanza Blora
Manila, 1982
433
Sajak ini menjadi menarik karena ditulis di luar negeri. Penyair seolah ingin selalu
melihat dan mengingat tentang tanah kelahirannya, di mana pun berada. Suatu bentuk
kecintaan yang tak terperikan. Masa lalu dan masa kini hadir dalam satu cakrawala lewat
satu kata: Blora.
Sajak kedua juga ditulis di luar negeri, tepatnya di Tokio tahun 1982. Tahun
penulisannya sama. Napas sajak kedua ini masih sama dengan sajak “Stanza Blora”,
hanya saja pada sajak kedua ini diungkapkan lebih optimis.
Keindahan alam pedesaan (Blora) lewat jalan batu, gadis-gadis, dan bukitan dilukiskan
sebagai ungkapan seseorang yang merindu kampung halaman. Kerinduan itu begitu
pekat, sehingga penyair tidak hanya memiliki Blora tetapi juga dimiliki. Maka suatu saat
kelak ia harus kembali.
Sajak ketiga, “Ke Blora”, menjadi awal dan akhir dari seluruh perjalanan hidup
penyair. //Ke Blora ia akan pulang/Ke Blora ia akan memikul cendawan/. Dua baris
pertama sajak ini mengisyaratkan kabar akhir bahwa penyair memang harus pulang.
Penyair akan pulang menuju kali Lusi yang gersang yang dilingkupi kemiskinan, dan tanah
yang berbukit-bukit. Sajak ini ditutup dengan dua bait di bawah.
Seolah ingin membuktikan bahwa dunia memang tidak sepanjang galah, maka
penyair pergi meninggalkan Blora, tanah lahir yang amat dicintainya. Ia tinggalkan
kenangan tentang bumi yang mewartakan damai, menuju tempat ramai yang barangkali
mengundang ribuan sunyi dan sepi. Dan, di antara kehidupan yang baru itu ditemukan
sekian kesibukan yang tak tercatatkan. Perhatian penyair ternyata sangat luas, mulai dari
sastra lisan klasik hingga sastra modern, juga sastra mancanegara. Bukunya banyak yang
434
sudah terbit. Kesetiaan dan kecintaannya terhadap sastra tak perlu diragukan.
Perpustakaan pribadi di rumahnya tak ubahnya seperti museum (ilmu) sastra. Di sela-sela
sibuk itu, toh ia masih seorang Blora, yang rindu kampung halaman yang mewartakan
damai dalam arti yang sebenar-benarnya. Betapa mencengkeram kerinduan itu, kerinduan
untuk kembali pulang.
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?
Ke Blora adalah jawaban pasti bagi kerinduan akan kampung halaman. Dan di
sana, ia tak mencari apa-apa, karena di sana penyair menemukan damai. “Sekali berarti,
sesudah itu mati” kata penyair Chairil Anwar. Ke Blora ia akan kembali. Dan, Jumat, 23
Februari 2001 Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo kembali ke haribaan Ilahi. Selamat menuju
damai, Profesor!
(Dalam GEMA, No. 141 Tahun XIX, Januari-April 2001, dimuat kembali dalam buku
Suripan Membangun Kerajaan Sastra Jawa. 2001. Disunting oleh Setya Yuwana.
Surabaya: Citra Wacana)
435
jujurnya pada karya sastra. Jadi, pemahaman mendahului
apresiasi.
e) Pada garis besarnya analisis mencermati tiga komponen
terpenting, yakni makna, struktur, dan gaya penulisan atau
style. Berikut ini adalah contoh bagaimana ketiga komponen
tersebut dianalisis.
436
18) Apakah pemakaian gaya bahasa (metafora, simile, dan sebagainya)
efektif?
Perlatihan
Setelah mencermati contoh tulisan di atas, Anda memasukkan tulisan di
atas ke dalam bentuk kritik atau esai? Beri argumentasi atas pilihan Anda
tersebut!
437
Bab V RPP 1. Mendengarkan
Bab V RPP 2. Berbicara
Bab V RPP 3. Membaca
Bab V RPP 4. Menulis
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
B. Model Pembelajaran
Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II).
Bandung: Kaifa.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
C. Media Pembelajaran
Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Pribadi, Benny Agus dan Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam
Pembelajaran. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
D. Asesmen
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction.
New York: Macmillan College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science
of assessment. Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil
pada tanggal 27 September 2002 dari http://www.nap.edu
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the
Reading-Writing Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Fraenkel, Jack R and Norman E Wallen. 2011. How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: McGraw-Hill High Education.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
B. Membaca 1
“Kutu Loncat Bukan Tidak Loyal”. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 44.
“Sulit Deteksi Dini Epilepsi”. Jawa Pos. Minggu, 6 Mei 2012, hlm. 44.
B. Membaca 2
Basuki, Orin. 2012. “Menuju Dunia Tanpa Uang Tunai” dalam Kompas,
Jumat, 11 Mei , hlm. 33.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.
B. Membaca 3
Napitupulu, Ester Lince. 2012. “Kini Tak Berebut Air Tawar Lagi ...”
dalam Kompas, Kamis, 10 Mei, hlm. 1.
“Tahun Ini, 120.000 Kursi SNMPTN” dalam Kompas, Kamis, 10 Mei 2012,
hlm. 12.
B. Membaca 4
C. Menulis
_____ . 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Doyin, Mukh. dan Ida Zuleha. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan
Petunjuk: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama Depdiknas.
_____ . 2003. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta:
Penerbit Ar-Ruzz Media.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat
untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit
MLC.
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah:
Prinsip-prinsip Dasar, Langkah-langkah, dan Implementasinya. Surabaya:
Lembaga Penerbitan FBS Unesa.
_____ . 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.
Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Edisi revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Siregar, Ashadi, dkk. 2002. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerbitan Yogya (LP3Y) dan Kanisius.
Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
D. Berbicara Sastra
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.
E. Membaca Sastra
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-
Flores: Nusa Indah.
F. Menulis Sastra
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
_____. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-
lain. Jakarta: Grafiti.
Darma, Budi, 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para
Calon Penulis Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta:
Penerbit Ar-Ruzz Media.
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif
Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media.
_____. 2005b. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya: Penerbit Edumedia.
Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Penerbit
Angkasa.
2.6 Menulis kalimat dan 24 2.6.1 Disajikan sebuah kalimat yang salah beberapa
penggunaan ejaan ejaannya, guru dapat memilih kalimat yang
ejaannya benar
25 2.6.2 Disajikan kalimat yang tidak efektif, guru dapat
menentukan kalimat efektifnya
3. Memahami 3.1 Memahami berbagai 26 3.1.1 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih
wacana teks kalimat topik yang tepat
nonsastra 27 3.1.2 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih
kalimat penjelas yang tidak mendukung isi
paragraf
28 3.1.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih ide
pokok yang tepat
29 3.1.4 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan makna kalimat yang selaras dengan
teks (secara tersirat)
3.2 Menyimpulkan dan 30 3.2.1 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat memilih
merangkum isi simpulan yang cocok dengan isi teks
suatu teks 31 3.2.2 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan rangkuman yang relevan dengan isi
teks
3.3 Membedakan 32 3.3.1 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih fakta
antara fakta dan yang terdapat dalam teks secara benar
opini dalam teks 33 3.3.2 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih opini
yang terdapat dalam teks secara benar
3.4 Mengubah sajian 34 3.4.1 Disajikan sebuah tabel, guru dapat menentukan
grafik, tabel, atau simpulan isi tabel secara benar
bagan menjadi 35 3.4.2 Disajikan sebuah diagram, guru dapat menentukan
uraian simpulan isi tabel secara benar
4. Membaca- 4.1 Membacakan cerita 36 4.1.1 Berdasarkan kutipan cerpen dan novel, guru dapat
kan dan pendek atau novel menyimpulkan cara bercerita dengan
membawa- memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
kan karya 4.2 Membacakan puisi 37 4.2.1 Berdasarkan kutipan puisi, guru dapat
sastra menyimpulkan cara membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
4.3 Membawakan atau 38 4.3.1 Berdasarkan kutipan dialog drama, guru dapat
memerankan drama menyimpulkan cara memerankan drama dengan
memperhatikan lafal, intonasi, ekspresi, dan
lakuan
5. Memahami 5.1 Memahami unsur- 39 5.1.1 Guru dapat menyimpulkan pesan puisi dengan
ragam teks unsur puisi lama tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
sastra dan baru 40 5.1.2 Guru dapat menyimpulkan tema puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
41 5.1.3 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan rima berdasarkan kutipan
puisi yang dirumpangkan
42 5.1.4 Guru dapat melengkapi puisi dengan pilihan dan
makna kata yang tepat, berdasarkan kutipan puisi
yang dirumpangkan
43 5.1.5 Guru dapat menentukan makna puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
44 5.1.6 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan majas yang tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang dirumpangkan
45 5.1.7 Guru dapat menentukan pencitraan dengan tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
5.2 Memahami unsur- 46 5.2.1 Guru dapat menyimpulkan tema cerita pendek
unsur cerita pendek atau novel dengan tepat berdasarkan kutipan
atau novel yang disediakan
47 5.2.2 Guru dapat menganalisis watak tokoh dengan
tepat berdasarkan kutipan cerpen atau novel
yang disediakan
48 5.2.3 Guru dapat menentukan latar cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
49 5.2.4 Guru dapat menentukan sudut pandang cerita
pendek atau novel dengan tepat berdasarkan
kutipan yang disediakan
50 5.2.5 Guru dapat menentukan alur cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan kutipan
yang disediakan
51 5.2.6 Guru dapat menentukan pesan cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
5.3 Memahami unsur- 52 5.3.1 Guru dapat menentukan alur drama, berdasarkan
unsur drama kutipan dialog drama yang disajikan
53 5.3.2 Guru dapat menentukan pesan drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
54 5.3.3 Guru dapat menentukan tema drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
55 5.3.4 Guru dapat menentukan latar drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
6. Mengeks- 6.1 Menulis pantun 56 6.1.1 Disajikan sebuah pantun, guru dapat memilih
presikan sesuai dengan dengan tepat pantun yang sejenis
pikiran, syarat pantun 57 6.1.2 Guru dapat melengkapi pantun dengan tepat
perasaan, berdasarkan isi atau sampiran pantun yang
dan disajikan
pengalaman 58 6.1.3 Guru dapat melengkapi pantun dengan rima yang
melalui tepat dari pantun yang dirumpangkan
karya sastra 6.2 Menulis dongeng 59 6.2.1 Guru dapat menyusun kembali dongeng dengan
urutan yang tepat berdasarkan kutipan dongeng
yang kalimat-kalimatnya diacak
60 6.2.2 Guru dapat melengkapi dongeng dengan latar
yang tepat berdasarkan kutipan dongeng yang
dirumpangkan
61 6.2.3 Guru dapat menentukan tokoh dongeng dengan
tepat berdasarkan dongeng yang dirumpangkan
6.3 Menulis puisi bebas 62 6.3.1 Guru mampu menyusun kembali puisi dengan isi
yang tepat berdasarkan kutipan puisi yang larik-
lariknya diacak
63 6.3.2 Guru mampu menyusun rima dan isi puisi yang
tepat berdasarkan kutipan puisi yang
dirumpangkan
6.4 Menulis drama 64 6.4.1 Guru menyusun dialog drama dengan tepat,
berdasarkan ilustrasi yang disajikan
65 6.4.2 Guru melengkapi keterangan keterangan lakuan
drama, berdasarkan dialog yang disajikan
6.5 Menulis cerpen 66 6.5.1 Guru dapat menyusun kembali alur cerpen dengan
urutan yang tepat, berdasarkan kutipan cerpen
yang kalimat-kalimatnya diacak
67 6.5.2 Guru dapat melengkapi cerpen dengan latar yang
tepat berdasarkan kutipan cerpen yang
dirumpangkan
68 6.5.3 Guru dapat menentukan tokoh cerpen dengan
tepat berdasarkan cerpen yang dirumpangkan
6.6 Menulis kritik dan 69 6.6.1 Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, guru dapat
esai menulis isi kritik
70 6.6.2 Guru bisa memilih tulisan kritik yang bahasanya
santun
7. Memiliki 7.1 Menyusun RPP, 71 7.1.1 Setelah disajikan sebuah KD “menyimak” guru
kompetensi melaksanakan, dan dapat memilih indikator yang tepat
pedagogis, mengevaluasi 72 7.1.2 Disajikan KD “menyimak” guru dapat memilih
pembelajara pembelajaran rancangan materi pembelajaran yang tepat
n Bahasa menyimak yang 73 7.1.3 Disajikan rancangan pembelajaran dengan KD
Indonesia mendidik “menyimak” guru dapat memilih media yang
tepat
74 7.1.4 Guru dapat memilih jenis evaluasi pembelajaran
menyimak dengan KD “menyimak”
75 7.1.5 Disajikan situasi penilaian pembelajaran menyimak
dengan KD “menyimak” guru dapat memilih
jenis pertanyaan yang sesuai dengan prinsip
pembelajaran BI yang mendidik
7.2 Menyusun RPP, 76 7.2.1 Guru dapat memilih materi yang sesuai dengan KD
melaksanakan, dan “berbicara”
mengevaluasi 77 7.2.2 Disajikan sebuah metode pelaksanaan
pembelajaran pembelajaran yang sesuai dengan KD “berbicara”
berbicara yang guru dapat memperbaiki langkah pembelajaran
mendidik yang kuat tepat
78 7.2.3 Setelah disajikan KD “berbicara” guru dapat
memilih jenis tes yang tepat
7.3 Menyusun RPP, 79 7.3.1 Disajikan sebuah KD “membaca” guru dapat
melaksanakan, dan memilih indicator yang sesuai dengan KD
mengevaluasi tersebut
pembelajaran 80 7.3.2 Disajikan KD “membaca” guru dapat memilih
membaca yang metode yang tepat
mendidik
8. Perhatikan teks iklan lowongan pekerjaan yang dikutip dari harian Jawa
Pos, 13 Maret 2009 di bawah ini.
LOWONGAN KERJA
Dibutuhkan segera seorang tenaga teknisi Komputer
Minimal tamat SMA sederajat jurusan IPA
Lamaran dialamatkan ke PO BOX 008 Surabaya
Paling lambat 2 minggu setelah iklan ini diterbitkan
Kalimat pembuka yang tepat untuk surat lamaran pekerjaan
berdasarkan iklan di atas adalah ...
A. Memenuhi iklan yang Bapak muat pada harian Jawa Pos, saya
bermaksud mengisi lowongan kerja tersebut.
B. Sehubungan dengan iklan Bapak yang dimuat pada harian Jawa
Pos, 13 Maret 2009 dengan ini saya .....
C. Melalui surat ini saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk
memenuhi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.....
D. Berdasarkan iklan Bapak yang dimuat pada tanggal 13 Maret
2009 saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk .....
E. Saya telah membaca iklan yang Bapak pasang. Saya tertarik
dengan iklan tersebut, sehingga …
10. Pada tubuh surat pribadi terdapat pembuka, isi, dan penutup surat.
Isi surat pribadi yang santun adalah … .
A. Akhir bulan ini aku tidak dapat pulang karena banyak tugas
yang harus diselesaikan. Untuk itu, aku minta Ibu dan Bapak
mengirimkan uang bulanannya.
B. Akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas
yang harus diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak
mengirimkan uang bulanan ananda.
C. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak
tugas yang harus diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan
Bapak mengirimkan uang bulanan ananda.
D. Pada akhir bulan ini aku gak dapat pulang, banyak tugas dan
kerjaan yang harus segera diselesaikan. Untuk itu, uang yang
biasanya dikirim saja ya.
E. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak
tugas yang harus diselesaikan. Untuk itu, ananda mohon Ibu dan
Bapak berkenan mengirimkan uang bulanan ananda.
11. Di bawah ini disajikan penulisan kepala surat tanpa logo institusi.
Penulisan kepala surat yang tepat adalah … .
Kalimat memo yang tepat untuk hal itu adalah di bawah ini.
A. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya
ada undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
B. Pak Andi tolong memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
C. Pak Andi tolong pimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
D. Pak Andi besuk wakili saya untuk rapat di sekolah ya. Masalahnya
saya harus datang di rapat lain, yakni rapat di dinas.
E. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah, besuk karena saya
menghadiri undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
13. Perhatikan kutipan berita di bawah ini.
14. Bunyi slogan seperti ini biasanya ditulis atau diletakkan di dekat
tempat sampah. Cermati slogan yang kurang efektif di bawah ini.
Agar lebih efektif, slogan di atas dapat diubah seperti di bawah ini.
A. Lingkungan kami belum bersih, bantulah kami menjadi bersih.
B. Kami ingin bersih, bantulah kami menjadi bersih.
C. Lingkungan belum bersih, bantulah agar supaya bersih.
D. Kami ingin bersih, untuk itu bantulah kami agar bersih.
E. Lingkungan yang ingin bersih supaya dibantu.
15. Sebuah karangan dengan tema “pembelajaran aktif dan
menyenangkan membantu penguasaan kompetensi siswa”. Isi yang
akan dibahas dalam karangan tersebut adalah … .
A. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, model-model
pembelajaran aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan
penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
B. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, sejarah
perkembangan pembelajaran aktif, model-model pembelajaran
aktif, guru aktif bagi pembelajaran aktif.
C. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, guru sebagai
aktor utama di kelas, contoh rencana pembelajaran aktif dan
penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
D. Sejarah perkembangan pembelajaran aktif dan menyenangkan,
model pembelajaran aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan
penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
E. Tentang pembelajaran di sekolah, kebiasaan kurang baik dalam
pembelajaran di sekolah, siswa yang kurang aktif dan responsive
dalam pembelajaran teoretis.
16. Didik Kumaidi dalam bukunya yang berjudul Aku Bisa Menulis yang
terbit tahun 2008 halaman 44 mengutip pendapat Lukman Haqani
seperti di bawah ini.
Jika Anda mengutip pendapat Haqani dari teks di atas (buku Didik
Kumaidi) tanpa membaca buku aslinya, penulisan kutipan yang benar
adalah …
A. Kumaidi (dalam Haqani, 2004: 50) mengatakan bahwa mengutip
adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang
pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat
dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
B. Kumaidi (2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah
meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang
atau pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat dalam
buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya
sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
C. Haqani (2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam
kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau
pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat dalam buku,
surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
D. Haqani (dalam Kumaidi, 2008: 44) mengatakan bahwa mengutip
adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang
pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik terdapat
dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
E. Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari
seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik
yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat
penulisnya (Haqani, 2004: 50).
18. Anda akan menulis judul penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah
Anda adalah siswa kesulitan dalam menulis puisi. Dalam PTK
tersebut Anda menemukan pemecahan masalah yakni melalui Teknik
Respon Alam. Penelitian ini Anda lakukan di kelas VIII-B.
Judul penelitian yang benar adalah … .
A. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII
SMP … Tahun Pelajaran 2011-2012 dengan Menggunakan Teknik
Respon Alam.
B. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII
SMP … tahun pelajaran 2011-2012 dengan menggunakan teknik
respon alam.
C. UPAYA PENINGKATAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII
SMP … TAHUN PELAJARAN 2011-2012 DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
D. UPAYA MENINGKATKAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII
SMP … TAHUN PELAJARAN 2011-2012 DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
E. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP …
dengan menggunakan teknik respon alam pada tahun 2012.
………………………………………………………………………………
………… Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3)
alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial, budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia, dan (4) alat penghubung antardaerah dan
antarbudaya. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan, (3) alat penghubung pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional
serta kepentingan pemerintahan, dan (4) alat pengembang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan
pada paragraf di atas adalah … .
A. Salah satu peran yang diemban oleh bahasa Indonesia adalah
sebagai bahasa nasional.
B. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan yang
menghindarkan perpecahan antarsuku.
C. Bahasa Indonesia merupakan wujud nyata semangat persatuan dan
kesatuan bangsa.
D. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tumbuh dari masyarakat
Minangkabau.
E. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara.
26. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir sejak lama menjadi sumber
utama kerusakan kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua.
Belakangan, ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir
itu secara per;ahan bisa diredam. Ini semua berkat uapaya Pemda
Merauke yang mulai menyulap titik-titik penambangan menjadi
kolam ikan.
27. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai
Rambutan, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir
mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan yang hingga kini
belum terealisasi. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka
telah bertransmigrasi selama 4—7 tahun. Warga berencana memasang
patok sendiri di lahan bermasalah tersebut. Ketiga desa itu adalah
Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri
28. Desa Cikurai terletak di seberang Sungai Kurai. Desa ini berbatasan
dengan Desa Sindangpacul. Tiap pagi, simponi alam mengiringi
derap langkah anak ke sekolah dan para petani ke sawah. Seakan
tidak mengenal lelah, kicauan burung dan tiupan angin sawah
senantiasa memermaikan desa yang dihuni sebanyak 33 kepala
keluarga.
29. “Kutu loncat” acap disematkan pada orang yang suka berpindah-
pindah tempat bekerja. Namun, tak selamanya cap itu berkonotasi
negatif. Selama si karyawan belum menemukan atmosfer yang tepat
untuk berkarier, sah-sah saja ia melakonkan diri sebagai “kutu
loncat”. Namun, jangan samakan “kutu loncat” itu dengan sikap yang
tak loyal pada pekerjaan.
Jenis Manfaat
Buah
Mangga • Meningkatkan memori dan menjaga sel-sel kulit
• Menyehatkan ibu hamil karena sarat dengan zat besi
• Membantu meringankan masalah gangguan
pencernaan
• Membersihkan pori-pori yang tersumbat yang
memicu jerawat
Cara bercerita atas bagian yang tercetak miring yang tepat ialah.....
A. Dilantunkan dengan suara yang berbeda dan gerakan yang
berbeda pula.
B. Dilakukan dengan suara sama.
C. Dilakukan dengan gerakan duduk di atas kursi.
D. Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh ayah.
E. Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh Elly.
Ragam pembacaan bait yang bercetak miring pada puisi di atas yang
tepat ialah ...
A. lafal jelas, intonasi pelan, dan ekspresi berduka
B. lafal kabur, intonasi pelan, dan ekspresi gembira
C. lafal menggumam, intonasi keras, dan ekspresi berduka
D. lafal jelas, intonasi keras, dan ekspresi senang
E. lafal mendesis, intonasi keras, dan ekspresi berduka
Gadis Peminta-minta
Toto Sudarto Bachtiar
………………………………………
Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Tanah Kelahiran 1
Ramadhan K.H.
Seruling di pasir tipis, merdu
antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang – Tangkubanprahu.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
kenakan kebaya ke pewayangan.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Dalam Kereta
Chairil Anwar
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo ... makin dekat saja
Menangkap senja
Menguak purnama
....
Menjengking kereta. Menjengking jiwa
Sayatan terus ke data
Gadis Peminta-minta
Toto S. Bachtiar
………………………………………………..
Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya
dan Con brenschutter. Kami bersepuluh sedang memandang
daerah partoli “ Tiger Brigade” dengan seksama dari puncak bukit
“panic”, pos kami terdepan yang kami namai begitu karena
rupanya dari jauh seperti panic terbalik. Con berjongkok di
samping kakaknya yang sedang meneropong semak-semak dari
kampong-kampung di bawah kami dengan teliti. Mereka sama
tinggi, hampir sama raut mukanya dan sama muda : 17 tahun
Jon melambai dan aku mendekat.
“Aku turun ke kampong di bawah itu.”
“Kenapa ndak semua?”
“Kalian jalannya berat seperti gajah dan mulut kalian
cerewet seperti bebek. Nggak, semua tinggal di sini, kamu ambil
pinjaman.”
………………………………………………………………………………
………………………………….
Latar tempat cerpen di atas adalah . . .
A. Daerah patroli
B. Puncak bukit
C. Kampung
D. Semak-semak belukar
E. Perbukitan
Pak Darmo membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan
memahaminya. Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi. Tiba-tiba bapak
kepala sekolah datang dan masuk kedalam kelas.
Kepala Sekolah : “Permisi Pak Darmo... Saya minta waktu sebentar.”
Pak Darmo : “Silahkan bapak kepala sekolah !!! Memang jam mengajar
saya juga sudah habis.”
Kepala Sekolah : “Anak-anak maaf bapak mengganggu kalian belajar.
Sebentar, bapak ke sini mau memanggil anak yang
bernama Lili. Yang bernama Lili acungkan tangan.”
Lili : (Mengancungkan Tangan) “SAYA PAK !”
Kepala Sekolah : “Ikut keruang bapak sebentar ada yang bapak mau
bicarakan !”
Lili : “Baik Pak.”
Sampainya diruang Bapak Kepala Sekolah, Lili duduk tegang di handapan bapak
kepala sekolah.
Lili : “Ada apa ya pak sampai saya dipanggil ke ruang bapak ?”
Kepala Sekolah : “Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan
?”
Lili : “Iya pak memang saya belum membayar uang SPP selama
3 bulan.”
Kepala Sekolah : “Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa
sebenarnya kamu di kasih uangnya sama orang tua kamu
cuma pakai ?”
Lili : “Tidak pak memang saya belum dikasih uangnnya sama
orang tua saya karna orang tua saya belum punya uang.”
Kepala Sekolah : “Ya sudah, kalau begitu.... bapak sarankan kekamu
secepatnya kamu lunasi karena sebentar lagi kamu akan
UAN.
Lili : “Baik pak. Secepatnya saya akan melunasinya.”
Kepala Sekolah : “Iya... Kembalilah kekelasmu!”
Lili : “Terima kasih pak. Permisi !”
(http://www.cokociki.com)
Alur yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. flashback.
B. melompat.
C. mundur
D. maju.
E. Maju-mundur.
62. Simak larik-larik puisi yang disusun secara acak di bawah ini.
63. Perhatikan rima yang terdapat pada kutipan puisi di bawah ini.
Jati: (Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu)
Inu! Kauapakan mereka?
Inu: Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!
Jati: Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
Inu: Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)
Jati: Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu
menangis duka. Di mana perasaanmu, Inu?
Inu: …………………………………………………………………….
Jati: …………………………………………………………………….
Inu: (Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata
menderita!
Jati: Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang
sesungguhnya, Inu!
Matias dibawa dari hutan rimba Irian Jaya oleh seorang parasutis
yang jatuh tergantung di sebuah pohon yang tinggi. Dengan susah payah,
ia menyelamatkan diri. Ketika badannya sudah segar, ia pun berjalan kaki
mencari kawan-kawannya. Sebelum menemukan kawan-kawannya, ia
menemukan Matias, seorang laki-laki Irian Jaya yang sedang menderita
sakit. Matias ia obati sekadarnya dan syukurlah Matias sembuh. Celakanya
ia tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi Matias merupakan guide yang
sangat bisa dipercaya yang menyelamatkan parasutis itu dari marabahaya
dan menyebabkan ia dapat kembali dengan selamat ke Jakarta.
(Matias Akankari, Gerson Poyk)
Kalimat kritik sastra yang tepat dari penggalan cerita novel di atas
adalah…
A. Kata sapaan yang digunakan yakni ia sangat tepat dalam menjelaskan
tokoh-tokohnya. Istilah parasutis tidak tepat penggunaanya dalam
kalimat cerita dibangun di atas.
B. Jelasnya peran tokoh Matias dalam cerita tersebut sebagai guide yang
sangat bisa dipercaya. Hal itu membuat Matias memiliki posisi penting
dalam cerita yang dibangun dan disajikan.
C. Tokoh Matias sebagai orang pedalaman tahu betul cara meloloskan diri
dari hutan dan bisa mengantar sampai Jakarta. Ia memiliki kelebihan
untuk dapat melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi.
D. Tokoh Matias sangat tidak jelas. Ini adalah contoh karakter yang konyol
dalam sebuah cerita. Seharusnya penulis mempertimbangkan hal itu
agar ceritanya menjadi masuk akal dan baik.
E. Kurangnya penjelasan yang akurat dari peran tokoh Matias dalam
menyelamatkan parasutis dari marabahaya sehingga terkesan justru
parasutislah yang menyelamatkan Matias.
Kalimat kritik yang santun atas peristiwa yang tidak masuk akal dalam
kutipan cerpen di atas adalah…
A. Kalimat pada nomor lima kurang logis dalam menggambarkan
tatapan para polisi.
B. Kalimat nomor satu yang dimaksud rumah rakyat tidak jelas
pengertiannya serta membingungkan.
C. Kesopanan Sandy dalam memberikan Megaphone tidak mewakili
semangat demonstrasi
D. Seharusnya pada nomor satu kata-kata Saudara-saudara diganti
Teman-teman seperjuangan.
E. Kalimat nomor empat sangat tidak jelas, dan hal itu memunculkan
keurangjelasan cerita yang dibangun.
75. KD: 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan
ekspresi yang tepat.
Situasi penilaian : Penilaian dilakukan dengan uji petik kinerja.
Beberasa siswa bergantian bercerita
pengalamannya yang berkesan; siswa lain
mengamati, mencermati pilihan kata dan ekspresi
bercerita temannya yang sedang bercerita untuk
mengambil inspirasi dari cara bercerita kawan
tersebut. Siswa yang tidak bercerita tidak
memberikan penilaian atas cara bercerita
temannya. Penilaian diberikan oleh guru dengan
memperhatikan pilihan kata dan ekspresi cara
berceritanya.
Rumusan instruksi yang TIDAK sesuai dengan prinsip
pembelajaran BI yang mendidik untuk KD dan situasi penilaian
tersebut adalah ….
A. Identifikasikan pengalaman berolahraga kalian yang
mengesankan yang pernah kalian alami sendiri maupun
bersama teman menjadi sub-subtopik.
B. Pilih salah satu subtopik dengan cara menulis ulang subtopik
tersebut. Beri alasan mengapa kalian memilih subtopik tersebut!
C. Selanjutnya kembangkan sub-subtopik tersebut menjadi
kerangka cerita.
D. Selanjutnya, ceritakan secara lisan pengalaman tersebut
dengan menggunakan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.
E. Sebutkan dan jelaskan aspek apa saja yang perlu dinilai dalam
mengomentari seseorang yang sedang bercerita tentang
pengalaman berolahraga.
82. Rumusan indikator yang baik untuk kompetensi dasar menulis adalah
A. Siswa mampu memahami surat lamaran
B. Menyusun kerangka karangan deskriptif
C. Melalui kegiatan bermain drama, siswa mampu menulis skenario
drama yang baik.
D. Kemampuan menyusun kalimat aktif-pasif
E. Siswa terampil menyusun kalimat menjadi sebuh paragraph yang
utuh.
83. Berikut ini, materi yang tidak relevan dengan kompetensi dasar
‘menulis’, adalah:
A. jenis-jenis karangan
B. Teknik memahami isi cerpen
C. Langkah-langkah menyusun paragraf
D. Menentukan kalimat topik
E. Rancangan skenario drama
85. Jenis media visual yang cocok untuk pembelajaran menulis dengan
KD menulis surat lamaran adalah:
A. grafik,
B. diagram
C. chart
D. bagan
E. format (model)
86. Guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat.
Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan
pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa menjadi pendengar aktif
dan baik.
No Aspek Kriteria
3 2 1
1 nilai Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
budaya tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
2 nilai moral Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
3 nilai Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
agama tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
4 nailai Siswa menemukan Siswa menemukan Siswa
politik tiga nilai benar dua nilai benar menemukan satu
nilai benar
97. Indikator:
• Mampu menentukan pokok-pokok dongeng.
• Mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok do-
ngeng.
Langkah pokok:
(1) Berdiskusi untuk menentukan syarat-syarat pantun-2
(2) Membaca contoh-contoh pantun -1
(3) Menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun4
(4) Menyunting pantun sendiri sesuai dengan syarat-syarat pantun 5
(5) Menulis materi/bahan konteks pantun-3
===TIM===
KUNCI JAWABAN TES TULIS BAHASA INDONESIA
Memproses (processing):
4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept) p. Memaafkan (forgive)
b. Mengakui/menerima sesuatu q. Menyambut/ menyalami (greet)
(admit) r. Menolong/membantu (help)
c. Menyetujui (agree) s. Berinteraksi/melakukan interaksi
d. Membantu (aid) (interact)
e. Membolehkan/menyediakan/ t. Mengundang (invite)
memberikan (allow) u. Menggabung (joint)
f. Menjawab (answer) v. Menertawakan (laugh)
g. Menjawab/mengemukakan w. Menemukan (meet)
pendapat dengan alasan-alasan x. Berperanserta (participate)
(argue) y. Mengizinkan/membolehkan (permit)
h. Mengkomunikasikan (communicate) z. Memuji-muji (praise)
i. Memberi pujian/ mengucapkan aa. Bereaksi (react)
selamat (compliment) ab. Menjawab/menyahut (reply)
j. Menyumbang (contribute) ac. Tersenyum (smile)
k. Bekerjasama (cooperate) ad. Berbicara (talk)
l. Berdansa (dance) ae. Berterimakasih (thank)
m. Menolak /menidaksetujui (disagree) af. Berkunjung (visit)
n. Mendiskusikan (discuss) ag. Bersukarela (volunteer)
o. Memaafkan (excuse)
5. Perilaku-perilaku berbahasa
a. Menyingkat/memendekkan l. Mengucapkan/melafalkan/
(abbreviate) menyatakan (pronounce)
b. Memberi tekanan pada sesuatu m. Memberi atau membubuhkan tanda
/menekankan (accent) baca (punctuate)
c. Mengabjad/menyusun menurut n. Membaca (read)
abjad (alphabetize) o. Mendeklamasikan/
d. Mengartikulasikan/ mengucapkan membawakan/menceritakan (recite)
kata-kata dengan jelas (articulate) p. Mengatakan (say)
e. Memanggil (call) q. Menandakan (sign)
f. Menulis dengan huruf besar r. Berbicara (speak)
(capitalize) s. Mengeja (spell)
g. Menyunting (edit) t. Menyatakan (state)
h. Menghubungkan dengan garis u. Menyimpulkan (summarize)
penghubung (hyphenate) v. Membagi atas suku-suku kata
i. Memasukkan (beberapa spasi) (syllabicate)
/melekukkan (indent) w. Menceritakan (tell)
j. Menguraikan / memperlihatkan x. Menerjemahkan (translate)
garis bentuk/ menggambar denah y. Mengungkapkan dengan kata-kata
atau peta (outline) (verbalize)
k. Mencetak (print) z. Membisikkan (whisper)
aa. Menulis (write)
6. Perilaku-perilaku Musik
a. Meniup (blow) h. Membisu (mute)
b. Menundukkan kepala (bow) i. Memainkan (play)
c. Bertepuk (clap) j. Memetik (misal gitar) (pluck)
d. Menggubah /menyusun (compose) k. Mempraktikkan (practice)
e. Menyentuh (finger) l. Menyanyi (sing)
f. Memadankan/berpadanan m. Memetik/mengetuk-ngetuk (strum)
(harmonize) n. Mengetuk (tap)
g. Menyanyi kecil/bersenandung (hum) o. Bersiul (whistle)
7. Perilaku-perilaku Fisik
a. Melengkungkan (arch) r. Mengangkat/mencabut (lift)
b. Memukul (bat) s. Berbaris (march)
c. Menekuk/melipat/ membengkokkan t. Melempar/memasangkan/
(bend) memancangkan/menggantungkan
d. Mengangkat/membawa (carry) (pitch)
e. Menangkap (catch) u. Menarik (pull)
f. Mengejar/memburu (chase) v. Mendorong (push)
g. Memanjat (climb) w. Berlari (run)
h. Menghadap (face) x. Mengocok (shake)
i. Mengapung (float) y. Bermain ski (ski)
j. Merebut/menangkap/ mengambil z. Meloncat (skip)
(grab) aa. Berjungkirbalik (somersault)
k. Merenggut/memegang/ ab. Berdiri (stand)
menyambar/merebut (grasp) ac. Melangkah (step)
l. Memegang erat-erat (grip) ad.Melonggarkan/merentangkan
m. Memukul/menabrak (hit) (stretch)
n. Melompat/meloncat (hop) ae. Berenang (swim)
o. Melompat (jump) af. Melempar (throw)
p. Menendang (kick) ag. Melambungkan/melontarkan (toss)
q. Mengetuk (knock) ah.Berjalan (walk)
8. Perilaku-perilaku Seni
a. Memasang (assemble) m. Melipat (fold)
b. Mencampur (blend) n. Membentuk (form)
c. Menyisir/menyikat (brush) o. Menggetarkan/memasang (frame)
d. Membangun (build) p. Memalu (hammer)
e. Mengukir (carve) q. Menangani (handle)
f. Mewarnai (color) r. Menggambarkan (illustrate)
g. Mengkonstruk/ s. Mencair (melt)
membangun(construct) t. Mencampur (mix)
h. Memotong (cut) u. Memaku (nail)
i. Mengoles (dab) v. Mengecat (paint)
j. Menerangkan(dot) w. Melekatkan/menempelkan/
k. Menggambar (draw) merekatkan (paste)
l. Mengulang-ulang/melatih (drill) x. Menepuk (pat)
y. Menggosok (polish) ai. Menghaluskan (smooth)
z. Menuangkan (pour) aj. Mengecap/menunjukkan (stamp)
aa. Menekan (press) ak. Melengketkan (stick)
ab. Menggulung (roll) al. Mengaduk (stir)
ac.Menggosok/ menyeka(rub) am.Meniru/menjiplak (trace)
ad.Menggergaji (saw) an. Menghias/memangkas (trim)
ae. Memahat (sculpt) ao. Merengas/memvernis (varnish)
af. Menyampaikan/melempar (send) ap. Menyeka/menghapuskan/
ag. Mengocok (shake) membersihkan (wipe)
ah. Membuat sketsa (sketch) aq. Membungkus (wrap)
9. Perilaku-perilaku Drama
a. Berakting/berperilaku (act) m. Berpantomim/Meniru gerak tanpa
b. Menjabat/mendekap/ menggengam suara (pantomime)
(clasp) n. Menyampaikan/menyuguhkan/
c. Menyeberang/melintasi/ berselisih mengulurkan/melewati(pass)
(cross) o. Memainkan/melakukan (perform)
d. Menunjukkan/mengatur/ p. Meneruskan/memulai/beralih
menyutradarai (direct) (proceed)
e. Memajangkan (display) q. Menanggapi/menjawab/ menyahut
f. Memancarkan (emit) (respond)
g. Memasukkan (enter) r. Memperlihatkan/Menunjukkan
h. Mengeluarkan (exit) (show)
i. Mengekspresikan (express) s. Mendudukkan (sit)
j. Meniru (imitate) t. Membalik/memutar/
k. Meninggalkan (leave) mengarahkan/mengubah/
l. Menggerakkan (move) membelokkan (turn)