Anda di halaman 1dari 4

Cowok Jutek

“Mir, tadi ada anaknya bos minyak yang bagus nanyain


kamu loh.” Ujar Ella kepada Mira dengan sedikit genit. Mira
hanya diam saja sembari membaca naskah dari lagi yang
minggu depan hendak ia bawakan.

“Apa apa teman? Nampaknya kamu sedang galau begitu.”

“Baca puisi satu ini. Apakah kamu paham dengan


maksudnya?” Sembari menyodorkan naskah lagu yang
kebetulan diambil dari puisi.

“Karya ini bagus ya. Anak jutek yang sangat pendiam itu
ternyata kamu masih juga memikirkannya?” Mira pun
mengangguk.

Tanpa bisa dikata, cinta tetap saja cinta.

Irismu yang amat indah membuat hati ini senantiasa merasa


takjub.

Hati memang dapat mematahkan semua logika di dalam


pikiran.

Hadirmu bak cahaya yang ada di dalam kegelapan.


Memberikan warna tersendiri untuk jiwa yang abu-abu ini.

Memberikan nafas pada lorong anggara.

Yakinkan bahwa cinta benar-benar ada.

Karena tanpa adanya kicaupun, burung bisa terbang juga


dengan amat bebas.

Hiduplah merdeka, dengan bahagia yang engkau miliki dan


aku akanmenghampirimu.

“Aku sangat yakin bahwa ini adalah pesan dari Bagas yang
ditujukan untukku. Dan ia pasti merasa apa yang aku rasa.
Namun kenapa dia sama sekali tidak bicara.”

“Entah, aku juga bingung mengapa temanku ini bisa cinta


dengan lelaki seperti itu.”

“Dia itu unik dan berbeda. Dan bahkan membuatku gila


dengan sorot matanya yang amat tajam.”

“Ya tapi mana ada yang namanya cinta abu-abu. Di antara


kalian harus ada satu yang bicara dan memulai lebih dulu.”
Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Mira sudah tak
kuat lagi menahan perasaannya yang dapat kepada Bagas.
Akhirnya pun ia menemui Bagas dan membicarkan isi hatiku
di taman dekat dengan kampus.

“Ada apa Mira?” Tanya Bagas.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”

“Maaf Mir, hari ini aku ada ujian. Besok saja ya.”

“Aku mencintaimu.” Teriak Mira.

Mendengar hal itu, Bagas hanya menghentikan langkahnya


sebentar saja. Dan kemudian berjalan meninggalkan Mira
sendirian. Mira hanya bisa menangis karena ia merasa
cintanya bertepuk sebelah tangan dan apa yang sudah ia
katakan hanyalah sia-sia.

Keesokan harinya, ayah dan ibu Mira memintanya untuk


pulang ke rumah.

“Nak, tadi ada seorang pria yang mencoba melamarmu. Dia


anak yang baik dan dari kata-katanya terlihat bahwa dia
sangat serius.” Ujar ayahnya.
Mira sontak tak bersemangat mendengar kata-kata ayahnya
tersebut.

“Maafkan Mira ayah. Tapi aku belum berkeinginan untuk


menikah. Mira mau istirahat dulu di kamar.” Jawab Mira
sembari meninggalkan ruang keluarga.

“Namanya Bagas.” Sahut ibunya.

Mendengar hal itu, mata Mira berbinar-binar dan ia kembali


ceria.

“Benarkah ibu?”

“Iya benar.”

Anda mungkin juga menyukai