Anda di halaman 1dari 5

“TANPA PAMIT”

Oleh: Aisyah Wahyu Kusuma Ningrum

Takdir memang misteri. Mereka kira tidak akan pernah melihat wajah satu sama lain
lagi. Namun justru disinilah mereka berdiri sekarang.

Arka tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sekar yang sedang berdiri kira-kira
sejauh tiga meter darinya. Begitu juga dengan Sekar yang terdiam dan terpaku melihat Arka.
Meskipun stasiun saat itu sedang ada di jam-jam sibuk, riuh orang-orang terasa begitu samar
bagi mereka berdua yang tidak sengaja bertemu.

Selain memandang satu sama lain, memori Arka dan Sekar kembali terputar ke
kejadian tiga tahun yang lalu. Kejadian yang membuat mereka terpisah dan tidak bertemu
selama tiga tahun lamanya. Ada satu pertanyaan yang sama di benak Arka dan Sekar.

“Apa alasan sebenarnya kau melakukan itu?”

Setelah cukup lama memandangi seorang pria yang begitu ia kenal di ujung sana,
Sekar mulai berjalan kearahnya dengan tatapan kosong, memori masa lalu yang telah lama ia
kubur sedalam-dalamnya kini terputar kembali satu persatu bak kaset rusak yang mencoba
untuk tetap mempertontonkan kilasan ingatan itu.

Dengan langkah pelan, satu persatu air mata pun lolos melewati pipi pucatnya.
Entahlah air mata apa itu, yang Sekar tau hanyalah, ia merindukan pria itu. Pria yang sama
yang dahulu menggoreskan luka pedih karena meninggalkan seorang gadis kecil tanpa ucapan
selamat tinggal yang bermakna. Dan pria yang sama yang telah memberikan harapan, lalu
menghilang bak ditelan bumi.

Saat keduanya bertemu, dengan jarak yang sedekat itu, satu kata pun lolos dari bibir
mungilnya.

“Kenapa?” ucap Sekar dengan nada lirih.

“Apa itu terlalu sulit bagimu?” Tanya Sekar

“Apa aku tidak penting bagimu? hingga aku harus menahan pedih ditinggalkan tanpa ada
tanda sedikitpun?” tanya Sekar lagi

Lomba Cipta Cerpen Bulan Bahasa dan Sastra 2021


Penerbit META
Arka tidak merespon sedikitpun, yang ia lakukan hanyalah diam dan menunggu waktu
yang tepat untuk ia menjelaskan yang sebenarnya terjadi saat itu. Sedetik kemudian, Sekar
tampaknya sudah bisa mengendalikan emosi yang tertumpuk selama beberapa tahun itu.

“Aku rasa kau sangat kelelahan setelah melakukan perjalanan panjang tadi, sampai-sampai
bibirmu kelu untuk sekedar menyapaku. Aku pamit. Permisi” ucap Sekar dengan tegas tanpa
memperlihatkan raut sedih seperti beberapa menit yang lalu.

Arka tentu terpaku, ingin menahan tetapi ada sesuatu didalam dirinya yang mencoba
untuk menghentikannya dan mencoba membiarkan Sekar menenangkan diri terlebih dahulu.
Akhirnya ia hanya bisa memandangi langkah kecil gadis yang meninggalkan stasiun itu.

*******

[Rumah Sekar]

Suara hempasan pintu menggelegar diseluruh ruangan. Nampaknya pemilik kamar itu
telah kembali setalah beberapa minggu kamar itu kosong tidak dihuni oleh siapapun.

“Aku terlalu kelelahan bu, jadi jangan bangunkan aku sampai esok pagi” teriak Sekar dari
dalam kamar

“Apa kau sudah makan?” Tanya Ibu Sekar

“Ya…aku sudah makan di stasiun tadi” ucap Sekar dengan lemas

Pembicaraan itu telah menjadi pembicaraan penutup mereka di malam hari. Hening.
Tenang. Dan dingin. Itulah yang dirasakan Sekar saat ini. Namun kilasan kejadian tadi sore
mucul lagi di pikiran Sekar.

“aku tak habis pikir, bisa-bisanya ia hanya mendiamkanku setelah 3 tahun tidak bertemu dan
tanpa rasa bersalah apapun!” ucap Sekar dengan nada kesal

“Apa ia tidak bisa sekedar mengucapkan. “hai..apa kabar?bisa berbicara sebentar?” ohh…aku
rasa dunia akan runtuh jika ia mengatakan itu” umpat Sekar sambil memperagakannya.

Namun, sedetik kemudian, raut wajah Sekar berubah menjadi sendu. Sekar merasa ia
terlalu berharap dengan pria itu sampai-sampai ia lupa untuk membuka hati kepada pria lain.

“Apa aku terlalu bodoh sampai-sampai ia menggantungku seperti ini?” lirih Sekar

Lomba Cipta Cerpen Bulan Bahasa dan Sastra 2021


Penerbit META
“Apa memang sedari awal ia tidak menganggap ku lebih dari teman?” ucap Sekar lagi
sembari membaringkan diri di kasurnya dan memenjamkan mata mencoba menepis
pertanyaan itu.

Kemudian kilasan memori masa lalu terputar kembali di hadapan Sekar. Tepatnya
pada tanggal 5 Mei 2018. Saat hari ulang tahun Sekar, di pagi hari semasa putih abu.

[kilas ulang]……

Di pagi itu, seperti biasa, Sekar merasa tidak ada yang spesial seperti hari-hari yang
sebelumnya. Entah itu hari guru, hari pramuka bahkan hari ulang tahunnya. Ia hanya
memikirkan bagaimana ia bisa melewatkan hari ini tanpa merasa terganggu dengan
keramaian.

Hiruk pikuk orang berlalu lalang didepan Sekar mencari tempat yang tepat agar
terhindar dari sinar matahari di pagi hari. Menjadi barisan yang di belakang juga merupakan
hobi Sekar. Setelah menunggu waktu yang lama, apel pagi pun selesai dan terlihat banyak
siswa berhambur menuju kelas masing-masing.

Ada satu pria yang nampaknya sedari tadi memperhatikan Sekar yang sedang berjalan
sambil menendang-nendang krikil kecil di depannya. Lalu pria iitu tersenyum kecil
memandangi tingkah lucu Sekar. Ya pria itu adalah Arka.

Sesampainya dikelas, para siswa pun menduduki bangkunya masing-masing. Sekar


merogoh laci mejanya dan merasakan ada banyak barang didalamnya. Ia pun
mengeluarkannya satu persatu. Terlihat seperti kumpulan barang perempuan seperti jepit
rambut, gelang dan printilan lainnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari maksud dan
tujuan sesorang meletakkan barang-barang itu di lacinya. Dan seorang pria tersenyum lalu
mengangguk.

“Itu dari aku, maaf aku tidak bisa membungkus kado” bisik Arka sambil tertawa kecil.

Seketika Sekar tersihir dengan tatapan mata pria itu. Ia tulus. Dari sekian banyak
siswa di sekolah ini. Hanya pria ini yang nampaknya peduli dengannya. Saat itulah Arka dan
Sekar menjadi dekat. Entah sebagai teman atau oring yang spesial. Yang pasti hubungan
mereka terlihat bukan seperti teman biasa, hanya saja sama-sama enggan mengakui.

Lomba Cipta Cerpen Bulan Bahasa dan Sastra 2021


Penerbit META
Beberapa bulan kemudian, dibulan Oktober di tahun yang sama. Arka tak terlihat di
sekolah selama berminggu-minggu. Sekar nampak linglung merasa sendiri di sekolah, karena
memang hanya Arka yang selama ini menjadi teman ter-segalanya. Namun bulan demi bulan,
tahun demi tahun Arka tidak ada kabar sedikitpun. Yang Sekar tau hanyalah kabar bahwa
Arka pindah dari sekolahnya dan tidak tau alamat pastinya. Merasa tak di pedulikan, Sekar
pun merubah semua hal-hal yang bisa membuat ia berhubungan lagi dengan Arka.

Menutup diri dari dunia, menutup diri dari dunia percintaan, dan menutup diri dengan
segala hal yang membuat ia merasa terganggu. Sekar menjadi semakin pendiam di tempat
ramai dan hanya menjadi dirinya saat bersama keluarganya. Bahkan ia baru menggunakan
media sosial saat dibangku perkuliahan, hanya untuk formalitas.

Tiba saatnya untuk kembali ke halaman rumahnya, setelah berbulan-bulan jauh dari
rumah karena sibuk menjadi mahasiswa. Namun sedari tadi, ia merasa akan ada sesuatu yang
terjadi sehingga ia tidak nyaman diperjalanan. Dan benar saja, setelah turun dari kereta, ia
dipertemukan lagi dengan teman putih abu-abunya atau bahkan cinta pertamanya. Entahlah,
yang jelas ia terlalu kaget dan lupa untuk mengontrol emosi yang terkubur di dalam dirinya.

*******
Kringgggggg…..

“ngghhh..” lenguh Sekar saat merasa terganggu dengan bunyi nyaring dari alarm jam

“Sekar!!” panggil Ibu Sekar dari luar kamar mencoba membangunkan anak tunggalnya

“Iya bu, Sekar sudah bangun” balas Sekar dengan suara khas bangun tidur

Tiba-tiba Sekar duduk, seakan baru tersadar bahwa ia tertidur dengan pakaian yang
sama dengan sore kemarin dengan kondisi mata yang sembab.

“apa aku tertidur lagi? Apa kemarin hanya mimpi? tidak, tidak, pakaianku masih sama seperti
kemarin” ucap Sekar

Ia mengecek handphone-nya yang sepertinya memiliki banyak notifikasi karena


internetnya tidak dimatikan semenjak kepulangannya ke rumah dan banyak riwayat nomor
asing yang menelpon Sekar secara berulang-ulang. Ia memberanikan diri melihat media sosial
dan benar saja, banyak pesan masuk dari sesorang dengan nama pengguna Arka. Sekar

Lomba Cipta Cerpen Bulan Bahasa dan Sastra 2021


Penerbit META
terkejut dan sepersekian detik kemudian nomor asing itu kembali menelpon dan Sekar reflek
menjawab telpon tersebut.

“Halo, apa ini benar Sekar?” Tanya seseorang di seberang sana

Tes..tes..tes, air mata Sekar menetes tanpa ada aba-aba, Ia tau suara ini. Pria yang
selama ini ia nantikan kembali menghubinginya.

“Sekar, ini aku, Arka” ucap Arka

“Aku minta maaf, aku tau ini terlambat, tetapi keadaan memaksa ku untuk pergi, Ibu dan
Ayahku memindahkanku ke Jakarta, semua akses ditutup karena mereka ingin aku
beradapatasi dulu” jelas Arka tanpa terputus

“Kenapa kamu tidak bisa dihubungi? Kenapa semua aksesmu ditutup? Bahkan kamu tidak
punya media sosial, 3 tahun aku mencari akunmu dan sekarang aku baru menemukan akunmu
dengan nama yang aneh ini, dan teman SMA-mu pun banyak yang tidak tau itu akunmu”
tambah Arka dengan menggebu

Sekar terpaku, mencoba mencerna setiap perkataan Arka, dan mulai menangkap
bahwa terjadi kesalah pahaman yang besar diantara mereka. Ia hanya bisa terdiam. Tetapi ia
masih kesal. Terlalu lama baginya untuk menunggu ketidakpastian ini. Tetapi ia cukup senang
bahwa ia tidak sendiri karena Arka juga melakukan hal yang sama selama 3 tahun ini.
Mencari tanpa arah dan pasrah lalu menutup hati untuk cinta yang lainnya.

“Mari bertemu, kirimkan alamat rumahmu yang baru. Jika tidak aku akan membuat papan
iklan untuk mencari rumahmu” ucap Arka sebagai tanda berakhirnya telepon

Sekar tersenyum dan menangis haru. Senang, sedih, kesal bercampur menjadi satu.
Kemudian buru-buru mengirimkan alamat rumahnya sebelum cinta pertamanya memutuskan
untuk pergi meninggalkannya lagi tanpa berpamitan seperti dahulu.

**** TAMAT****

Lomba Cipta Cerpen Bulan Bahasa dan Sastra 2021


Penerbit META

Anda mungkin juga menyukai