Anda di halaman 1dari 29

Soal Sidang Profesi Apoteker-Komunitas

1. Pengarsipan resep

à Dikelompokan tiap shift, kemudian setelah lengkap 1 hari, dibendel berdasarkan nama dokter,
diurutkan berdasarkan nomor. Untuk nama dokter yang sama à resep dibendel dalam waktu 1
bulan, kemudian diurutkan tanggal dan nomor resep. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penelusuran resep.

2. Pengarsipan faktur

à faktur yang datang dikelompokkan ke map faktur datang yang belum lunas.

à faktur dikelompokkan menurut nama PBF, diurutkan tanggal fakturnya kemudian dimasukkan
datanya ke dalam komputer dengan data : nama PBF, nama barang, harga, tanggal faktur, dan
tanggal jatuh tempo. Bila faktur sudah lunas maka ditulis tanda lunas, kemudian dimasukkan ke
dalam kelompok faktur lunas dan dimasukkan ke dalam komputer.

3. Pengarsipan nota

Nota dikelompokkan berdasarkan shift, dimasukkan ke dalam komputer dengan data: nama barang,
harga. Nota dibendel tiap shift, diurutkan tanggalnya dan dikelompok untuk 1 bulan.

4. Apabila dalam apotek ada barang yang ED atau rusak atau salah kirim bisa dikembalikan
(direktur) ke PBF, tetapi sebelumnya sudah ada perjanjian retur barang yang sudah disepakati pada
waktu pembelian. Retur biasanya ditukar barang juga.

5. Pada waktu retur barang yang harus diperhatikan adalah: adanya perjanjian retur dengan PBF,
keadaan barang yang akan diretur, jumlah barang, apakah akan diretur, waktu untuk retur barang (3
bulan/ 6 bulan sebelum ED).

6. Bila barang yang ingin diretur masih dalam keadaan baik, ada jumlah minimal retur (1 strip, 1
botol) dan ada perjanjian retur sebelumnya maka bisa saja apotek menerima lagi barang tersebut,
tetapi retur hanya dikembalikan sebagian, dipotong 20 % dari harga jual sebelumnya.

7. Aturan mengganti obat di apotek :

· obat paten bisa diganti obat generik atas persetujuan antara apoteker dan pasien/dokter,
asalkan mempunyai kandungan zat aktif dan khasiat yang sama.

· Obat generik bisa diganti obat paten bila obat tersebut tidak ada/jarang ditemui dipasaran,
atas persetujuan apoteker, pasien, dan dokter.

· Obat paten bisa diganti obat paten lain atas persetujuan antara apoteker dan pasien/dokter
asalkan mempunyai kelas terapi .
8. Resep obat yang mengandung narkotika tidak boleh di iter atau diulang. Jadi bila ditemukan resep
ini maka harus di jelaskan ke pasien bahwa obat tidak bisa ditebus dan mereka disuruh kembali,
periksa ke dokter untuk diagnosa lebih lanjut, apakah akan diberi obat lagi atau tidak. Jadi hal ini
untuk mencegah penyalahgunaan narkotika.

9. Kasus

¶ Pasien minta obat KB oral, untuk pertama kali harus dengan resep dokter dan berikutnya dapat
diulang tiap bulan. Berikan informasi bahwa penggunaan obat jangan sampai lupa tiap hari, bila lupa
maka minum obat hari itu saja, yang lupa dibiarkan.

¶ Pasien menebus separo obat: berikan obat yang essensial untuk penyakitnya, bila ada vitamin
atau obat penunjang bisa diulangi atau dibuat kopi resepnya.

¶ Pasien ingin cepat dilayani: maka diberikan pengertian bahwa bila ada obat racikan yang
memerlukan waktu agak lama pasien diminta menunggu dengan sabar diruang tunggu dan
dijelaskan bahwa peracikan (sedian puyer atau kapsul) perlu waktu dan akan diusahakan secepat
mungkin

¶ Pasien tidak dapat membaca resep dokter maka dijelaskan bahwa dokter memberi obat apa saja,
dan dijelaskan khasiatnya. Tetapi untuk hal–hal yang mungkin menyebabkan pasien down seperti
obat kanker maka tidak perlu penjelasan ke pasien cukup dijelaskan. Tulisan dokter yang tidak jelas
adalah untuk menjaga kerahasian obat antara dokter dan apoteker.

¶ Apabila obat yang diminta tidak ada diapotek, maka dijelaskan kepada pasien agar obat tersebut
diganti dengan obat lain yang khasiat atau zat aktifnya sama atau kita nempil diapotek lain dengan
memberikan informasi di apotek mana obat tersebut dapat diperoleh.

¶ Bila kita terjadi kesalahan dalam pemberian obat kita harus menggantinya dengan obat yang
benar, disertai penjelasan bahwa kita keliru menyerahkan obat, serta minta maaf kepada pasien.

¶ Beri informasi panggunaan suppo : diletakan/dimasukkan ke dalam dubur, jelaskan waktu


penggunaan, frekuensi penggunaan dan hal–hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan suppo.
Jika vag tab. Dimasukan kedalam vagina/lubang lahir.

¶ Obat TBC harus diminum sesuai aturan dokter biasanya satu kali sehari tidak boleh lupa
(kepatuhan pasien) dan diberi penjelasan bahwa pengobatan TBC memerlukan jangka waktu lama 3
– 6 bulan sehingga bila obat habis dan ada iter, maka harus segera ditebus agar pengobatan
continue.

¶ Obat mengandung sulfa mempunyai efek samping yang merugikan ginjal (kegagalan ginjal) shg
perlu diinformasikan agar pasien banyak minum untuk mempermudah ekskresi obat, hal ini perlu
untuk mencegah efek samping agar tidak berat.

¶ Pasien bisa konsultasi lewat telepon baik tentang penyakit atau obat yang diminumnya. Konsultasi
dilakukan dengan bahasa yang baik dan diberikan informasi secara lengkap dan jelas.

¶ Bila pasien merupakan langganan (pasien penyakit kronis) meminta kita kerumahnya hal ini bisa
dilakukan asalkan tidak mengganggu jam kerja apoteker. Cara ini merupakan cara yang baik untuk
silahturahmi dengan pasien agar kita mendapat pelanggan, tetapi harus dipertimbangkan biaya,
alokasi, jumlah obat yang dihantar sehingga apotek tidak rugi.

¶ Bila pasien komplain maka kita perlu menanyakan, pelayanan apa yang kurang baik dan perlu
dicatat/didokumentasikan komplain tersebut kemudian ditindaklanjuti atau diselesaikan.

¶ Bila pasien hanya menderita penyakit ringan maka bisa dipilihkan obatnya (swamedikasi) tetapi
bila kita tidak yakin maka pasien diminta pergi ke dokter agar diketahui dengan jelas penyakitnya.

¶ Bila obat dikembalikan maka ditanya dulu apa alasannya. Bila ada kerusakan atau kekeliruan obat
maka obat segera kita ganti, tetapi bila pasien mengeluh obat itu tidak manjur maka kita yakinkan
untuk periksa ke dokter lagi.

10. Pemberian informasi

¶ Lewat tulisan berupa leaflet atau brosur ttg penyakit dan pengobatannya

¶ Lwt konsul obt scr lgs dg pasien (scr lgs tatap muka, lwt telp,hp & alat komunikasi laen)

11. Kriteria karyawan utk pelayanan

¶ Mempunyai penampilan baik atau menarik

¶ Ramah sopan & tdk pemarah

¶ Menguasai barang apa saja yg di apotek & hafal letak obat-obat

¶ Mampu m’berikan info yg di butuhkan pasien

12. Pengaturan obat

¶ Obat-obat di kelompokkan menurut btk sediaan : cair, padat, semi pdat kmdn di pisahkan utk tiap
kls terapi/farmakoterapi & diurutkan mnrt alfabetisnya

¶ Untuk obat bebas diletakkan di etalase yg bisa dilihat pasien serta diatur menurut khasiatnya à kel
obt flu, btk, skt perut, sed. sirup, dll

13. Servis unggulan apotek anda utk bersaing dgn apotek pesaing

¶ Pelayanan obt bebas & obt dgn resep yg cepat disertai denagn pemberian KIE pd pasien

¶ Pelayanan obt dg scr b’langganan: obt diantar ke rmh, ada diskon khusus, & p’berian
bonus/hadiah

¶ Obt lengkap & ada komoditi aptk yg lbh lengkap

¶ Harga obt yg lbh murah

¶ Fasilitas aptk yg m’berikan kepuasan pasien

¶ Apoteker sll b’ada di aptk & siap melaksanakan tugasnya


14. Pelayanan obt dg fax bs sj dilayani asalkan kt yakin bahwa pasien memang m’dptkan resep tsb,
misalnya dg menelpon dokter yg menuliskan resep tsb. Setelah obt dikirim ke rmh pasien mk resep
asli harus diambil untuk pengecekan.

15. Hal tsb merupakan salah satu usaha pengembangan aptk sehingga aptk bs survive & m’dpt
keuntungan. Praktek dokter & aptk dlm 1 gedung bs saja dilakukan & blh dilakukan krn dr resep
dokter bs menambah omset aptk, asalkan sdh ada perjanjian antara dokter dan apoteker, ttg
pembagian keuntungan. Selain itu dg cr ini apt bs m’peroleh keuntungan lbh untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan.

16. Boleh saja kt m’jual obt yg hampir ED asal dlm jangka wkt sblm obat tsbt ED hal ini jg perlu
p’berian info pd dokter/pasien agar tdk m’gunakan obat stlh tgl ED. Untuk obat yg sdh ED sebaiknya
tdk di jual krn mungkin akan b’pengaruh buruk pd pasien, lbh baik obt dimusnahkan atau
dikembalikan ke PBF.

17. Etika bekerja di aptk sesuai dg kode etik profesi aptk dimana apoteker hrs b’tanggung jwb sbg
pimpinan aptk shg mampu mengelola aptk, karyawan & pasien dg baik. Bila tjd pelanggaran mk
apoteker bs dituntut.

18. Peranan nyata apoteker dlm meningkatkan derajat kesehatan masy:

Adalah apoteker b’kewajiban utk mengelola aptk dg baik shg t’capai 7an aptk utk:

¶ Menyediakan obat scr lengkap & merata utk masy

¶ M’berikan info obt utk masy

Hal ini akan menunjang derajat kesahatan masy yg optimal

19. Cth pelanggaran etika di aptk ;

¶ Penyalahgunaan narko & psiko spt p’jualan, pemberian obt narko kpd penyalahgunaan narko,
pemberian narko tanpa resep dokter & tdk m’berikan lap narko yg benar

¶ P’belian obt bkn dr distributor yg resmi ttp dr psr gelap

¶ Rekayasa dlm lap keuangan utk m’hindari p’bayaran pajak

20. Obt keras di luar OWA sebaiknya tdk diserahkan tanpa resep dokter krn diagnosa peny yg tepat
adalah diagnosa dokter. Untuk obt-obt yg keras spt obt kanker hrs dg resep dokter ttp pd
kenyataannya hal ini sering tjd. Dlm hal ini saya b’pendapat bisa saja obt keras diberikan kpd pasien
tanpa resep dokter asalkan peny. pasien jelas, pasien pernah m’dpt obt tsb. Jd penyerahan obt hrs
dg tanggungjwb bahwa obt tsbt tdk merugikan pasien.
21. Cara mengetahui kekuatan pasar dan pesaing :

dengan melakukan observasi terlebih dahulu mengenai lingkungan sekitar lokasi apotek. Observasi
dilakukan terhadap masyarakat sekitar apotek untuk mengetahui pasar (berhubungan dengan
marketing). Perlu dilakukan juga analisa pesaing (apotek, rumah sakit dan toko obat disekitarnya),
kekuatan pesaing dilihat dari besar kecilnya apotek/omzet, resep yang masuk dan fasilitas yang
dimiliki oleh pesaing. Hal ini perlu dilakukan agar apotek tetap survive.

22. Besarnya modal tergantung pada :

a. besar kecilnya apotek yang akan didirikan (luas bangunan, peralatan, perlengkapan apotek,
obat dan perbekalan farmasi yang akan dibeli, jumlah karyawan yang akan direkrut, sistem
manajmen yang digunakan.

b. Manajemen administrasi dan keuangan yang akan digunakan (dengan sistem komputerisasi
atau manual)

c. Analisa keuangan (BEP, keuntungan/probit, ROI, dan lain-lain.

d. Asal modal à pinjaman atau modal sendiri

23. Sumber modal :

a. pinjaman dari bank atau badan keungan lainnya

b. kekayaan / dana pribadi atau hasil patungan beberapa orang

c. deposito

d. saham beberapa orang (CV)

24. Yang perlu diperhatikan dalam peminjaman modal :

a. perjanjian tertulis tentang ketentuan dalam peminjaman, meliputi : waktu pelunasan,


besarnya bunga, besarnya pinjaman dan ketentuan apabila pembayaran tertunda.

b. Perjanjian sebaiknya ditandatangani di depan notaris agar mempunyai kekuatan hukum.

c. Hubungan antara peminjam modal dengan pemilik modal harus jelas, kalau ada permasalahan
bagaimana penyelesaiannya.

25. Perlukah Studi kelayakan ?

Studi kelayakan apotek perlu dilakukan di daerah tertentu, misalnya DIY. Hal ini bertujuan untuk
menentukan apakah apotek yang akan didirikan tersebut layak berdiri atau tidak. Dari studi kelayaka
ini dapat diprediksi apakah apotek dapat bertahan atau tidak. Aspek-aspek yang termasuk dalam
studi kelayakan adalah; lokasi, modal, pertimbangan pendirian, tujuan pendirian apotek, analisa
keuangan termasuk analisa BEP, ROI, dll.
26. Jumlah karyawan tergantung pada: besar kecilnya usaha apotek yang akan didirikan, dengan
mempertimbangkan modal (dana untuk gaji karyawan) dikaitkan dengan standar minimal gaji di
daerah tersebut, jam buka apotek (jam kerja) berkaitan dengan shift yang diberlakukan.

27. Pembelian obat awal :

a. Melakukan survey di apotek sekitar lokasi mengenai obat-obat yang sering laku.

b. Mencari data tentang obat yang sering laku berdasarkan pola penyakit, keadaan ekonomi
penduduk, tayangan iklan dan TV, dokter yang praktek bersama dengan apotek kita.

Cara pembelian awal :

a. Nempil dari apotek lain

Keuntungan: hanya melakukan pembelian obat tertentu yang memang diperlukan guna
menghindari kemungkinan rugi bila obat terlalu banyak stoknya akibat kerusakan atau ED.

Kerugian: keuntungan yang diperoleh lebih kecil karena tidak langsung membeli pada PBF,
jumlah obat terbatas.

b. Membeli dalam jumlah besar dari PBF dengan surat rekomendasi pembelian obat ke PBF.

Keuntungan: untung yang diperoleh akan lebih banyak dan jumlah barang lebih banyak.

Kerugian: bila barang tidak terlalu laku dapat menyebabkan kerudakan barang/ED ataupun
meningkatnya biaya penyimpanan sehingga akan menyebabkan kerugian.

28. Cara mengantisipasi over stock:

a. barang/obat yang tidak laku di apotek dapat dititipkan ke apotek lain (apotek jaringan)

b. penawaran kepada dokter agar meresepkan obat tersebut

c. penawaran obat kepada pasien bila meminta dipilihkan obat

d. perencanaan pengadaan barang yang baik, terutama untuk barang-barang fast moving atau
slow moving.

29. Bahan pertimbangan dalam melakukan order:

a. anggaran dana untuk pembelian

b. buku defecta

c. pola peresapan obat dari dokter

d. kriteria PBF yang dipilih

e. berdasarkan trend pasar, iklan, pola penyakit.


30. Yang harus diperhatikan dalam pembelian (berhubungan dengan PBF):

a. nama obat dan kekuatan obat serta jumlah yang dipesan (dalam satuan terkecil yang
ditentukan oleh PBF, seperti 1 botol, 1 tube, 1 box, dll)

b. persyaratan pembayaran / inkaso, persyaratan retur barang apabila barang mendekati ED,
rusak atau tidak sesuai pesanan.

31. Penerapan metode EOQ / Metode konsumsi di apotek:

sulit dilakukan karena pola peresepan obat di apotek tidak menentu sehingga tidak dapat dipastikan
berapa penggunaan obat tiap periode tertentu.

32. Jenis ditributor:

a. sole distributor / PBF utama:

i. berhubungan langsung dengan industrinya, hanya menjual produk dari suatu


industri, contohnya : PT. AAM, PT. RNI.

ii. retur barang lebih mudah

iii. kualitas produk lebih baik tetapi jenisnya terbatas

b. sub distributor

i. PBF yang tidak langsung berhubungan dengan suatu industri tetapi berhubungan
dengan sole distributor

ii. retur barang lebih sulit

iii. jenis barang relatif banyak karena berasal dari beberapa industri.

33. Sumber-sumber pemasukan apotek:

penjualan, kredit nota, potongan harga, piutang dagang, dan bunga bank.

34. Jika pendapatan apotek belum mencukupi inkaso:

-- sebelumnya perlu diperhatikan manajemen waktu pembayaran inkaso agar pada waktu tersebut
telah tersedia pendapatan untuk pembayaran inkaso.

-- apabila ternyata tidak cukup juga, maka dapat digunakan uang dari cadangan modal.

-- apabila tetap tidak ada..... hehehe nombok dong pakai uang sendiri.

35. Supaya BEP tidak terlalu lama tercapai:

maka kita harus meningkatkan laba usaha sehingga dapat menutupi biaya operasional. Hal ini bisa
dilakukan dengan meningkatkan omzet melalui peningkatan penjualan sehingga laba
meningkat. Usahanya bisa melalui (catatan pengembangan apotek keluar dan kedalam).
36. Jika BEP tidak terjadi dalam 3 bulan pertama maka:

a. mengurangi pembelian obat yang slow moving atau kurang laku

b. mengurangi biaya operasional yang tidak perlu misalnya penghematan biaya listrik, telpon dll.

c. meningkatkan pemasukan melalui penjualan obat dan komoditi lain yang laku sehingga laba
meningkat.

37. Penambahan jumlah karyawan tergantung pada:

a. laba yang diperoleh; apakah cukup untuk menutupi biaya operasional gaji karywan baru
(kemampuan menggaji karyawan baru)

b. jumlah karyawan yang sudah ada; apakah sudah mampu melakukan semua kegiatan apotek
dengan efektif dan efesien

c. jam kerja yang berlakuk di apotek

d. adanya perluasan usaha apotek

38. Kenaikan gaji karyawan:

a. minimal kerja dari karyawan lebih dari 2 tahun dapat diberikan kenaikan gaji (terserah
apotekernya)

b. kenaikan gaji karyawan diusahakn bersama dengan kenaikan UMR atau kenaikan harga.

c. bila karyawan mempunyai kinerja yang baik, maka dapat diberikan bonus atau insentif.

39. Hal yang perlu diperhatikan sebelum bekerja sama dengan PSA:

a. perjanjian antara apoteker dan PSA yang jelas dan ditandatangani di depan notaris

b. perjanjian dibuat selengkap dan sejelas mungkin meliputi: jangka waktu perjanjian, sistem
manajemen, keuangan (gaji), SDM, jam kerja, serta hak, wewenang dan tanggung jawab dari masing-
masing pihak.

40. Bagaimana penggolongan obat di apotek? Contohnya?

a. obat narkotika dan psikotropika, contohnya; narkotika (kodein, pulv.doveri, codipront);


psikotropika (diazepam, luminal, klordiazepoksid, dll)

b. obat keras, contohnya: glibenklamid, furosemid, INH, ISDN,dll.

c. Obat bebas terbatas, contohnya: CTM, dll

d. Obat bebas, contohnya: parasetamol, dll


41. Tanda peringatan pada kemasan obat keras dan obat bebas terbatas?

Tanda peringatan obat keras: tidak boleh diulang tanpa resep dokter.

Tanda peringatan untuk obat bebas terbatas sesuai dengan SK Menkes RI Nomor
6355/DIRJEN/SK/69 tanggal 28 Oktober 1969 sebagai berikut:

P-1 : Awas obat keras, bacalah aturan memakainya

P-2 : Awas obat keras, hanya untuk kumur, jangan ditelan

P-3 : Awas obat keras, hanya untuk bagian luar dan badan

P-4 : Awas obat keras, hanya untuk dibakar

P-5 : Awas obat keras, tidak boleh ditelan

P-6 : Awas obat keras, obat wasir, jangan ditelan

42. Tujuan penyimpanan obat narkotika dengan sistem 2 pintu?

Menjaga keamanan untuk menghindari terjadinya pencurian.

43. Obat yang disimpan di kulkas dan berdasarkan apa penyimpanannya?

Contoh obat :

-- Injeksi tertentu. Contoh :...............................

-- Suppo. Contoh : anusol suppo, dulcolax suppo, stesolid.

-- Obat-obat lain yang harus disimpan pada kulkas.

Alasan :

-- karena obat mudah terhidrolisis pada suhu yang lebih tinggi,

-- obat tersebut efektif pada suhu dingin (vaksin),

-- kestabilan obat

-- untuk mempertahankan bentuk.

44. Siapa yang berhak/dapat melakukan distribusi obat ke apotek ? peraturan perundang-
undangannya?

Obat dapat didistribusikan melalui :

a. Pabrik obat

b. Pedagang Besar Farmasi

c. Apotek
d. Rumah Sakit

e. Toko Obat Berijin

f. Importir (untuk obat2 dengan pemesanan khusus misalnya obat kanker)

Undang-undangnya ....................gak tau

45. Apakah di apotek boleh menjual mie instan/telur? kenapa? bagaimana kalau menjual bensin ?
dasarnya ?

Boleh, karena pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No 922/MENKES/PER/X/1993 Bab IV pasal 6


ayat 3 menyebutkan bahwa apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi.

46.Sanksi jika tidak menjalankan masa bakti ?

Secara legal sebetulnya sanksi tertulis apoteker melaksanakan masa bakti itu tidak ada hanya
konsekuensinya apabila tidak melaksanakan masa bakti maka apoteker tersebut tidak terdata dalam
DinKes setempat.

47.Anda seorang APA di apotek di Madiun yg sedang menjalankan masa bakti selama 1 thn, anda
ingin pindah ke Makasar, apa yg hrs anda lakukan agar anda dpt melanjutkan masa bakti anda yg
telah berjalan 1 thn tanpa hrs memulai dari awal lagi ?

Menghubungi DinKes setempat untuk meminta surat keterangan mutasi atau pindah ke tempat lain
dalam hal meneruskan masa baktinya.

48. Berapa lama & dimana saja apoteker dpt menjalankan masa baktinya? Peraturan perundang-
undangan ?

Masa bakti adalah suatu masa tertentu dimana kita mengabdikan diri sesuai dengan profesi kita
(tenaga kita dibutuhkan oleh pemerintah).

Masa bakti dilakukan selama 3 tahun (2 tahun untuk Papua). Masa bakti dapat dilakukan dimana
saja kecuali Jakarta.

Peraturan perundang-undangnya à Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1990

49. Pelanggaran-2 apa saja yg menyebabkan apotek ditutup ?


Terdapat pada Kepmenkes RI No 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Ijin Apotik, pada pasal 25 dan 26.

Pasal 25

(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotik apabila :

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5 dan atau;

b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15 ayat (2) dan atau;

c. Apoteker Pengelola Apotik terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5) dan atau;

d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 31 dan atau;

e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut dan atau;

f. Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundangundangan di bidang obat, dan
atau;

g. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6 .

(2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan sebagaimana


dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat.

Pasal 26

(1) Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf (g) dilakukan
setelah dikeluarkan :

a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model
APT-12.

b. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya
penetapan pembekuan kegiatan Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13.

(2) Pembekuan Izin Apotik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b), dapat dicairkan kembali
apabila Apotik telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14.;

(3) Pencairan Izin Apotik dimaksud dalam ayat (2) dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan
dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

50. Pemberian informasi obat oleh apoteker adalah wajib dilakukan, diatur dlm perundang-2an no
berapa?

Terdapat pada Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek

51. Apakah pegawai apotek (bukan AA atau apoteker) dpt mengantarkan obat kerumah pasien?
dasar peraturannya?
Tidak boleh. Seperti tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 menjelaskan
bahwa pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam
pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan terapi kronis lainnya.

Apakah yang dimaksud DMC? Gambarkan bagan DMC!

2. Sebutkan dan jelaskan metode perencanaan !

3. Sebutkan dan jelaskan metode procurement (pengadaan) !

4. Procurement terdiri dari 2 proses yaitu?

5. Bagaimana system pengadaan yang tepat di daerah yang terpencil?

6. Bagaimana perbedaan sistem pengadaan Just In Time (JIT) dan Spekulatif? Sebutkan kelebihan
dan kekurangan masing-masing!

7. Sebutkan dan jelaskan 3 cara pembayaran kepada PBF!

8. Kapan harus dilakukan COD (Cash On Delivery)?

9. Sebutkan kepanjangan NAPZA!

10. Sebutkan 7 kriteria WHO dalam seleksi!

11. Apa yang dilakukan jika ada barang datang beserta fakturnya?

12. Laporan apotek apa saja yang harus dilaporkan tiap bulan dan tiap 3 bulan?

13. Sebutkan 3 tembusan laporan NARKOTIKA!

14. Sebutkan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) berdasarkan PP 51/2009!

15. Berdasarkan PP 51/2009:

a. Apa saja yang termasuk Sediaan Farmasi?

b. Apa saja yang termasuk tempat pelayanan kefarmasian?

c. Apa yang dimaksud dengan STRA, STRA Khusus, STRTTK?

d. Kapan digunakan SIPA, dan kapan SIK?

e. Pekerjaan Kefarmasian meliputi 4 aspek yaitu?

f. Berapa jumlah Apoteker penanggung jawab di Industri Farmasi?

g. Berapa jumlah Apoteker penanggung jawab di IOT dan Kosmetik?

h. Berapa tempat maximal apoteker dapat menjadi APING, sedangkan APA?

i. Syarat mendapatkan STRA?

16. Sebutkan 8 Star Farmasis!

17. Apa yang dimaksud dengan pajak PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29?
18. Pembagian keuntungan meliputi premi, deviden, frenchise, dan royalty. Atas dasar apakah
pembagian keuntungan dari masing-masing tersebut?

19. Bagaimana syarat penyimpanan narkotik sesuai dengan UU No. 35/2009?

20. Bagaimana rumus pemberian harga untuk Resep, OB/OBT dan OWA?

21. Berdasarkan Kepmenkes 1027/2004 aspek skrining resep ada 3 sebutkan!

22. Untuk Ilmu Resep, singkatan latin, penulisan etiket, copi resep, dan Rumus perhitungan dosis
dipelajari yah…

Selamat mengerjakan

Bersungguh-sungguhlah. Jangan sia-siakan waktu dan biaya mahal yang telah orang tua habiskan
untuk pendidikan kita.

Belajar=Ibadah !!!

Jawaban:

1. Drug Management Cycle (DMC)

DMC (Drug Management Cycle) adalah suatu siklus yang didalamnya terdapat masing-masing unsur
pokok yaitu (selection, procurement, distribution dan use), dimana unsure-unsur tersebut
mempunyai fungsi pokok / sebagai pengarah dalam menentukan kebijakan kedepan.

Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleksyang merupakan suatu siklus yang
saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan, pengadaan,
distribusi serta penggunaan. Pada dasarnya, manajemen obat di apotek adalah bagaimana cara
mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi
sehingga dapat tercapaitujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan
oleh dokter dan pasien selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu
terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu.

a. Seleksi

Proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan, identifikasi pemilihan terapi, bentuk sediaan,
kriteria pemilihan, standarisasi/penyusunan formularium.

b. Procurement

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan dan disetujui, dapat
melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan. Diharapkan memperoleh
pembekalan yg efisien (tak terjadi stock out).

c. Distribution

Proses penyaluran obat dari IFRS/apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan obat bagi pasien
dan mutu obat yang terjagaProses penyaluran obat dari IFRS/ apotek ke pasien untuk menjamin
ketersediaan obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga.

d. Use
Yang didalam nya terdapat diagnose, peresepan , dispensing dan pengguanaan yang tepat untuk
pasien.

Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen (management


support) yang meliputiorganisasi, keuangan atau finansial, sumber daya manusia (SDM), dan
sistem informasi manajemen (SIM). Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik harus didukung
oleh keempat faktor tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.Siklus pengelolaan obat dinaungi/dibatasi oleh bingkai kebijakan dan peraturan
perundang-undangan. Siklus pengelolaan obat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Metode Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Ada beberapa macam metode
perencanaan, metode konsumsi, metode epidemiologi, serta kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi. Pemilihan metode disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

a. Metode konsumsi

Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obatberdasarkan pada jumlah kebutuhan riil
obat pada periode laludengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun
sebelumnya. direncanakan berdasarkan pengeluaran barang pada periode sebelumnya. Jadi, kita
harus memantau obat apa yang paling banyak dikeluarkan pada priode sebelumnya. Sehingga kita
perlu mengelompokkan barang menjadi 2 yaitu barang yang fast moving danslow moving. Metode
ini banyak digunakan di Apotek.

Metode konsumsi digunakan untuk: Obat atau alkes yang sudah mempunyai data konsumsi yang
mantap, yang tidak bisa dihitung dengan kasus per kasus penyakit.

Misal: 1). Infus cairan dasar (RL, D5%, NACL dll).

2). Injeksi antibiotika generik, inj generik.

3). Alat kesehatan habis pakai spuit, infuset, IV Cateter dll.

Kelebihan:

1) Tidak perlu data epidemologi dan standard pengobatan.


2) Bila data konsumsi lengkap dan pola preskripsi tak berubah, pola perskripsi relatif konstan
maka kelebihan stock sangat kecil.

3) Mudah.

4) Sederhana.

5) Dapat diandalkan bila data konsumsi dicatat dengan baik.

Kekurangan:

1) Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan preskripsi.

2) Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stock obat lebih dari 3 bulan, obat berlebih,
atau adanya kehilangan.

3) Tak perlu catatan pola penyakit yang baik.

4) Data konsumsi harus akurat.

5) Penggunaan obat yang berlebih dapat terjadi.

6) Obat macet.

b. Metode morbiditas/ epidemiologi

Metode morbiditas yaitu berdasarkan pada penyakit yang ada. perencanaan didasarkan pada
penyebaran penyakit, wabah, atau penyakit yang paling banyak di daerah itu. Bisa juga kita mencari
informasi di daerah tersebut mengenai 10 jenis penyakit tertinggi yang sering diderita masyarakat
sekitar. Dasarnya adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity
load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada atau yang paling sering muncul dimasyarakat.
Metode ini paling banyak digunakan di rumah sakit.

Metode epidemiologi bertujuan untuk:

1) Mengetahui kebutuhan perbekalan kesehatan suatu populasi masyarakat tertentu (obat


program KB, obat program imunisasi).

2) Memperkirakan kebutuhan obat atas dasar data epidemiologi.

Metode epidemiologi digunakan untuk:

1) Perencanaan kebutuhan obat yang mana kasus penyakit cenderung naik atau turun.

2) Perencanaan kebutuhan penyakit tertentu, terutama penyakit yang perlu menggunakan obat
mahal (obat kanker, albumin, anastesi inhalasi).

3) Program pengembangan pelayanan kesehatan RS/apotek yang baru.

4) Penyediaan obat floor stock di ruang rawat inap atau ruang tindakan medik (jika di RS).

Kelebihan:

1) Mendorong pencatatan epidemioligi yang baik, pemantapan standar terapi.

2) Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.


3) Dapat digunakan pada program baru.

Kekurangan:

1) Rumit.

2) Lama.

3) Harus dilaksanakan oleh tenaga profesional.

4) Butuh waktu lama.

5) Data penyakit sulit di peroleh dengan pasti mungkin karena tak melapor/diagnosis tak ditulis
dengan lengkap, atau penyakit tidak terdaftar dalam daftar penyakit.

6) Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama.

7) Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil.

8) Variasi obat terlalu luas.

c. Metode gabungan (kombinasi)

Direncanakan berdasarkan barang yang banyak dikeluarkan dan epidemiologi penyakit pada periode
saat itu. Misalnya pada bulan puasa banyak yang mencari/menggunakan obat maagh, maka kita
sediakan obat maagh yang banyak untuk saat itu. Metode ini untuk menutupi kelemahan kedua
metode diatas. Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah
mempunyai data konsumsi yang mantap namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau
turun). Metode kombinasi digunakan untuk mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit dan
perubahan-perubahan terkait dan secara terus menerus melakukan analisis data. Gabungan
perhitungan metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu
prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus atau analisa trend). Koreksi tersebut dapat berupa
penambahan bila kasus epidemiologi naik, berupa pengurangan bila kasus epidemiologi turun.

Metode kombinasi digunakan untuk:

a. Untuk obat dan alkes yang terkadang fluktuatif maka dapat menggunakan metode konsumsi
dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan, jenis/jumlah tindakan, perubahan pola peresepan,
perubahan kebijakan pelayanan kesehatan.

b. Farmasis harus mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit, dan perubahan-perubahan


terkait dan secara terus menerus melakukan analisa data.

c. Harus disertai kesepakatan penatalaksanaan terapi/tindakan antara pihak SMF, Farmasi, pihak
manajemen RS.

d. Farmasi perlu sering berkomunikasi dengan pihak terkait dan memonitor jumlah
tindakan/kunjungan dan persediaan obat.

3. Metode Procurement (pengadaan)

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan dan disetujui,
dapat melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan. Diharapkan memperoleh
pembekalan yang efisien (tak terjadi stock out). Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan dibutuhkan melalui:

a. Pembelian/pemesanan

1) Terbatas (Hand to mouth buying), pembelian/pemesanan (order) dilakukan sesuai dengan


kebutuhan dalam jangka waktu yang pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila
modal terbatas, ED cepat, dan PBF berada tidak jauh dari apotek, misalnya berada dalam satu
kota/wilayah sehingga lead time cepat dan selalu siap melayani kebutuhan obat sehingga obat dapat
segera dikirim.

2) Terencana, berkaitan dengan pengendalian persediaan barangyang dilakukan dengan cara


membandingkan jumlah pengadaan dengan penjualan tiap kurun waktu. Pembelian/pemesanan
dalam jumlah yang direncanakan untuk waktu tertentu. Biasanya dilakukan oleh apotek yang
mempunyai pelanggan tetap, barang laku/fast moving, mempertimbangkan waktu/musim tertentu,
jarak apotek jauh dari PBF/PBF di luar kota sehingga lead time panjang, PBF berkunjung tidak tiap
hari, dan pengiriman tidak setiap hari. Cara pembelian ini erat hubungan dengan pengendalian
persediaan barang. Pengawasan stok obat/barang sangat penting untuk mengetahui obat/barang
mana yang laku keras dan mana yang kurang laku. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per item.

Pengadaan secara intuisi, dilakukan pada sediaan farmasi yangdiperkirakan akan mengalami
peningkatan permintaan dalam kurun waktutertentu, misalnya karena adanya pengaruh wabah
suatu penyakit.

3) Spekulasi, dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan untuk mengantisipasi akan
adanya kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus untuk pembelian
jumlah besar. Pembelian/pemesanan dilakukan dengan pertimbangan diskon, adanya penawaran
bonus barang dan ada kemungkinan kenaikan harga. Metode spekulasi harus dipertimbangkan
kecepatan aliran barang karena bisa jadi apotek rugi karena harus membeli dalam jumlah besar
akibat mengejar diskon, bonus atau ada kemungkinan kenaikan harga sehingga barang menumpuk.
Apotek bisa untung jika barang tersebut fast moving cepat laku atau solusi lain beli dalam jumlah
besar namun bonusnya bagi dengan apotek lain jadi kerja sama dengan apotek lain. (Kekurangan:
obat menumpuk. Jadi, solusinya Spekulasi terencana yiatu boleh spekulasi tapi untuk obat fast
moving). Cara pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan
harapan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya diskon atau bonus.
Meskipun pembelian secara spekulasi memungkinkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar
tetapi cara ini mengandung resiko yang besar untuk obat-obat dengan waktu kadaluarsa yang
relative pendek dan yang bersifat slow moving.

4) Konsinyasi, pemilik barang menitipkan barang kepada apotek.Apotek hanya membayar barang
yang terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya
dilakukan pada produk baru. Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru
(produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.

5) JIT (just in time), pembelian dalam jumlah kecil/terbatas, jika sedang butuh, baru memesan
atau membeli, biasanya meode ini dipilih untuk barang yang mahal, lama laku, dan keluarnya sedikit.

(Kekurangan: barang kosong).


Jika dirumash sakit biasanya dikenal secara:

a. Tender

Pembelian dg nilai lebih dari 100 juta dilakukan dengan pengumuman terbuka di media massa, dan
diikuti oleh rekanan-rekanan yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan.

1) Tender terbuka/lelang

a) Berlaku untuk semua rekanan terdaftar, sesuai kriteria.

b) Butuh konsolidasi dan team yang kuat.

2) Tender terbatas/lelang tertutup

a) Berlaku untuk rekanan tertentu/terbatas dan punya reputasi baik.

b) Harga dapat dikendalikan, beban kerja lebih ringan daripada lelang terbuka.

b. Pembelian negoisasi dan kontrak kerja

1) Dilakukan pendekatan langsung dengan rekanan terpilih untuk tawar-menawar untuk


mencapai persyaratan spesifik, harga, penetapan jumlah service delivery,dibuat suatu perjanjian

c. Pembelian/pemilihan langsung ke distribusi untuk persediaan yang perlu segera tersedia.


Pembelian dengan sistem membandingkan harga antara 2 atau lebih rekanan, untuk kemudian
dipilih yang terendah harganya. Nilai pengadaan antara 50-100 juta.

d. Penunjukan langsung

Pembelian langsung ke PBF, senilai kurang dari 50 juta.

e. JIT

Ket: RS Negeri: a, c, dan d (metode pembelian di RS Negeri (Per Pres No 54 th 2010 ttg pengadaan
barang/jasa pemerintah).

RS Swasta: b, c, e

b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi.

Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan steril atau non
steril untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit.

c. Donasi/hibah, Pemberian/sumbangan.

4. Procurement terdiri dari 2 proses yaitu :

a. Perencanaan

b. Pengadaan
5. Sistem pengadaan yang tepat di daerah yang terpencil adalahterencana. Pengadaan dengan
metode terancana yaitu:

a. PBF berada di luar kota. PBF berkunjung tidak tiap hari, dan pengiriman tidak setiap hari.

b. Barang laku/fast moving.

c. Pertimbangan waktu/musim tertentu.

6. Perbedaan sistem pengadaan Just In Time (JIT) dan Spekulatif:

Sistem Pengadaan

Just in Time (JIT) Spekulatif

a. cara pembelian obat ini untuk obat a. Cara pembelian ini dilakukan dalam
obat yang mahal, dibutuhkan segera, jumlah yang besar dari kebutuhan dengan
waktu kadaluarsa nya pendek, dan obat harapan ada kenaikan harga dalam waktu
itu bersifat slow moving. dekat atau dikarenakan adanya diskon
atau bonus. Meskipun pembelian secara
b. Menghindari penumpukan barang
spekulatif memungkinkan mendapatkan
(tidak perlu gudang).
keuntungan yang besar tetapi cara ini
c. Dipesan jika diperlukan segera. mengandung resiko yang besar untuk obat
obat dengan waktu kadaluarsa yang
d. Lokasi dekat dengan PBF. relative pendek yang bersifat slow moving.

b. Pembelian dikarenakan mengejar


diskon/bonus yang ditawarkan (namun
biasanya harus dibayar tunai/cash).

c. Kemungkinan ada kenaikan harga.

d. Digunakan untuk obat fast


moving (perhatikan kecepatan aliran
barang).

Kelebihan: Kelebihan:

Tidak perlu gudang. a. Dapat bonus/diskon.

b.Keuntungan kemungkinan bisa lebih


besar.

Kekurangan: Kekurangan:

Barang kosong terutama jika ada pasien a. Bayar kontan.


dating yang tidak terprediksi missal dari
b. Barang menumpuk (perlu gudang
luar kota.
penyimpanan) sehingga ada holding cost.
c. Resiko rugi untuk obat-obat dengan ED
yang relative pendek dan yang
bersifat slow moving.

7. Cara pembayaran kepada PBF:

Adapun metode-metode pembelian obat di apotek diantaranya:

a. Kredit, yaitu pembayaran pembelian dengan jatuh tempo/tenggang waktu (21-45 hari) yang
biasanya dilakukan 21 hari, 1 bulan/28 hari, atau berbulan-bulan (untuk PBF dari luar kota) setelah
barang dating, biasanya tidak ada diskon, mungkin ada diskon pada pabrik tertentu tergantung
kebijakan pabrik.

b. COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara langsungcash ketika barang dating/diterima.
Biasanya dilakukan pada pembelian obat narkotika dari PBF Kimia Farma/psikotropik ataupun
pembelian obat-obatan dengan tunai/yang memberikan bonus (spekulasi). Biasanya ada diskon 1-
1,5% disamping diskon cash 5%.

c. Cash/tunai, pembayaran dengan jangka waktu jatuh tempo maksimal 2 minggu, biasanya ada
diskon (missal 5%).

d. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran dilakukan setelah barang
sudah laku di jual di apotek. pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru
(produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.

8. COD (Cash On Delivery) dapat dilakukan:

COD ( Cash On Delivery) harus dilakukan yaitu untuk barang barang narkotik dari PBF kimia farma.
Ketika barang datang, pembabayaran tunai langsung dilakukan.

a. Pembelian obat narkotika dari PBF Kimia Farma (wajib/mutlak COD), psikotropika (terkait
peraturan perundang-undangan).

b. Jika metode pembeliannya dengan pembayaran tunai misalnya spekulasi untuk mengejar bonus
atau diskon.

9. Kepanjangan NAPZA adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif.

10. Tujuh kriteria WHO dalam seleksi:

Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan pada kriteria berikut:

1. Relevan dengan prevalensi penyakit/berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10
penyakit terbesar).
2. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil farmakokinetik yang
baik dan diproduksi oleh industri lokal (local manufacture).

3. Efektif (efficacy) dan aman (safety) berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat.

4. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk manfaat secara
financial (memenuhi kriteria cost-benefit ratio terhadap biaya pengobatan total).

5. Jaminan kualitas/mutu termasuk bioavaibilitas dan stabilitas.

6. Sedapat mungkin sediaan tunggal (single compound).

7. Terbukti performance dari berbagai setting (efikasi sama ditempat berbeda).

11. Jika ada barang datang beserta fakturnya maka yang dilakukan adalah:

Mengecek kesesuaian barang yang datang dengan yang tertera difaktur serta sesuaikan juga dengan
SP (Surat Pesanan) yaitu jumlah dan jenis barang, Expired Date/waktu kadaluarsa dan No. Batch. Jika
sesuai maka faktur dicap dan ditandatangani kemudian 1 lembar untuk apotek diambil lembar
selebihnya diserahkan kembali kepada yang mengantarkan barang pesanan tersebut. Selanjutnya
barang yang baru dating harus ditulis dibuku barang dating (manual) dan/atau diinput dikomputer
(komputerisasi) dengan keterangan: Nomor urut barang, tanggal SP, nomor faktur, nama PBF, nama
obat, nomor batch, jumlah barang, harga satuan, diskon, total harga, ED. Barang ini disimpan
digudang (jika ada) atau ditata dietalase obat, dan dicatat dikartu stok dan buku ED.

Atau

1. Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF, tanggal, jenis dan jumlah barang),
kemudian dicocokkan/pengecekkan (ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan permintaan jenis dan
jumlah obat).

2. Jika sesuai maka faktur ditanda tangani oleh Apoteker / AA ( nama terang, SK dan cap Apotek).

3. Faktur asli akan diperoleh jika sudah melunasi pembayaran obat.

4. Obat yang diperoleh dicatat di buku penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang mengirim
barang, harga barang dan No. Batch. No. batch penting karena sewaktu waktu BPOM dapat menarik
obat-obat tertentu dengan no. batch tertentu.

12. Laporan apotek yang harus dilaporkan tiap bulan:

a. Laporan Penggunaan Narkotik dan Psikotropik.

b. Laporan Statistika Resep dan Penggunaan Obat Generik Berlogo (OGB).

Laporan apotek yang harus dilaporkan tiap 3 bulan:

a. Laporan Tenaga Kesehatan/karyawan (NaKes).

Laporan apotek tahunan:


a. Neraca.

b. Laporan Laba/Rugi.

13. Tiga tembusan laporan NARKOTIKA:

a. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota setempat

b. Dinas kesehatan Provinsi.

c. Kepala BPOM Provinsi.

14. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 6:

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

15. Berdasarkan PP 51/2009:

a. Yang termasuk Sediaan Farmasi:

Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 2:

Sediaan Farmasi adalah:

a. obat,

b. bahan obat,

c. obat tradisional, dan

d. kosmetika.

b. Yang termasuk tempat pelayanan kefarmasian:

Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 11 dan pasal 19:

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, yaitu:

a. apotek,

b. instalasi farmasi rumah sakit,

c. puskesmas,

d. klinik,

e. toko obat, atau

f. praktek bersama.
c. Yang dimaksud dengan STRA, STRA Khusus, STRTTK:

1) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 20:

Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkatSTRA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.

2) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 42 ayat 1:

STRA Khusus adalah surat tanda registrasi bagi Apoteker lulusan luar negeri yang akan menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia harus memiliki STRA setelah melakukan adaptasi pendidikan.

3) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 21:

Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.

d. Kapan digunakan SIPA, dan SIK:

1) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 22:

Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada
Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek, Puskesmas atau
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. (Apoteker bekerja dipelayanan).

Dan pada pasal 52:

SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping.

2) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat 23:

Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas
produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran. (Apoteker bekerja di PBF dan industri).

Dan pada pasal 52:

SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Kefarmasian.

e. Pekerjaan Kefarmasian meliputi 4 aspek yaitu:

Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 5:

Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:

a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;

b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;

c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau PenyaluranSediaan Farmasi; dan

d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.


f. Jumlah Apoteker penanggung jawab di Industri Farmasi:

Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 9 ayat 1:

Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing
pada bidangpemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi Sediaan Farmasi.

g. Jumlah Apoteker penanggung jawab di IOT dan Kosmetik:

Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 9 ayat 2:

Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
Apoteker sebagai penanggung jawab.

h. Jumlah tempat maksimal apoteker dapat menjadi APING, dan APA:

1) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 54 ayat 1:

Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a hanya dapat melaksanakan
praktik di 1 (satu) Apotik, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.

2) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 54 ayat 2:

Apoteker pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b hanya dapat
melaksanakan praktik paling banyak di 3 (tiga) Apotek, atau puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit.

i. Syarat mendapatkan STRA:

Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 40:

(1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki ijazah Apoteker;

b. memiliki sertifikat kompetensi profesi;

c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;

d. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
dan

e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

(2) STRA dikeluarkan oleh Menteri.

Pasal 41

STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
apabila memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1).
16. Eight Star Farmasis:

a. Care Giver : farmasis sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinis, analitis, teknis,
sesuai peraturan perundang-undangan.

b. Decision Maker : farmasis sebagai pengambil keputusan.

c. Communicator : Farmasis harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik


dengan pasien, teman sejawat maupun profesi kesehatan yang lain.

d. Leader : Farmasis diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

e. Manager : Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya manusia (manusia, fisik,
anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan.

f. Life Long Learner : Farmasis harus senang belajar sejak dari kuliah dan semangat belajar harus
selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan keterampilan selalu
baru (Up-date) dalam melakukan praktik profesi.

g. Teacher : Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih farmasis generasi
mendatang..

h. Researcher : Farmasi juga sebagai peneliti.

17. Pajak penghasilan PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29 adalah:

a. PPH pasal 4 ayat 2 adalah pajak atas dasar penyewaan gedung.

PPH pasal 4 ayat 2 = Biaya sewa gedung x 10%

b. PPH pasal 21 adalah pengenaan pajak pribadi/perorangan atas penghasilan sehubungan


dengan pekerjaan diluar usaha yang dimiliki. Mengatur pajak pribadi atau perorangan. PPh pasal
21 mengatur pajak pribadi atau perorangan. Besarnya pajak ini adalah Penghasilan Netto dikurangi
PTKP. Pajak dikenakan pada karyawan tetap yang penghasilannya telah melebihi PTKP. Penggunaaan
pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan berupa gaji, upah, dan honorarium. Besarnya
PPh pasal 21 adalah berdasarkan penghasilan netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Pajak yang ditanggung oleh pemerintah sebesar 5%, dikurangi dengan PTKP. Penghasilan yang lebih
besar dari Rp2.000.000 tidak ditanggung oleh pemerintah. Pajak ini dikenakan pada karyawan tetap
yang telah melebihi PTKP dan dibayarkan. Berdasarkan PerMenKes RI. No. 564/KMK.03/2004
tanggal 29 November 2004 besarnya PTKP ditunjukkan pada table 1.

Tabel 1. Tarif PTKP

Jenis PTKP Setahun Sebulan

Untuk diri pegawai Rp. 13.200.000,00 Rp. 1.100.000,00

Tambahan untuk pegawai yang Rp. 1.200.000,00 Rp. 100.000,00


kawin
Tambahan untuk setiap anggota Rp. 1.200.000,00 Rp. 100.000,00
keluarga yang sedarah, paling banyak
3 orang

Langkah perhitungan:

1) NETTO

Penghasilan Bruto (Gaji+Tunjangan) – Biaya jabatan 5% (dipotong max 500.000) = Netto

2) PKP dalam 1 tahun (dikali 12 bulan)

Netto – PTKP = PKP

3) Pajak Terhutang

PKP x Tarif Pajak = Pajak Terhutang

c. PPH pasal 23 adalah pajak yang dibayar oleh wajib pajak yang memiliki usaha/pemegang
saham suatu usaha, pengenaan pajak atas deviden. Mengatur pajak bagi apotek yang berbentuk
badan usaha.PPh pasal 23 mengatur pajak bagi apotek yang berbentuk badan usaha. PPh 23 adalah
pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga royalti, sewa, hadiah,
penghargaan, dan imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh pasal 23 adalah deviden dikenai 15% dari
keuntungan yang dibagikan.

PPh pasal 23 adalah pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga
royalty, sewa, hadiah, penghargaan dan imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh pasal 23 adalah
deviden dikenai 15% dari keuntungan yang dibagikan, juga konsultan hokum, konsultan pajak dan
jasa lainnya dikenai pajak 15% x 50%.

PPH 23 = dividen x 15%

d. PPH pasal 25 adalah angsuran pajak yang dibayarkan tiap bulan. Mengatur pajak pribadi
maupun badan usaha. PPh pasal 25 mengatur pajak bagi pribadi maupun badan usaha. PPh pasal 25
adalah pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap bulan sebesar 1/12 dari pajak keuntungan bersih
tahun sebelumnya (dihitung berdasarkan neraca laba-rugi sehingga dapat diketahui sisa hasil
usaha/SHU atau keuntungan). PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap
bulan sebesar 1/12 dari pajak keuntungan bersih tahun sebelumnya, angsuran pajak yang
dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dari pajak keuntungan bersih tahun sebelumnya (dihitung
berdasarkan neraca laba-rugi sehingga dapat diketahui sisa hasil usaha/SHU atau keuntungan).
PPh pasal 25 ini dibayarkan dalam bentuk SPT Masa dan SSP setiap bulan.

PPH 25 =
e. PPH Pasal 28 adalah pajak terhutang < angsuran kredit pajak (lebih bayar). Apabila jumlah
pajak terhutang lebih kecil daripada jumlah kredit pajak maka setelah dilakukan pemeriksaan
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan PPh pasal 28. Apabila jumlah pajak terutang
lebih kecil daripada jumlah kredit pajak maka setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan pembayaran
pajak dikembalikan dengan PPh pasal 28.

PPH 28 = Pajak terhutang – angsuran 1 tahun

= - (artinya lebih bayar)

f. PPH Pasal 29 adalah pajak terhutang > angsuran kredit pajak (kurang bayar). Apabila jumlah
pajak terhutang untuk 1 tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak maka harus dilunasi
dengan PPh pasal 29. Apabila jumlah pajak terutang untuk satu tahun pajak lebih besar dari jumlah
kredit maka harus dilunasi sesuai dengan PPh pasal 29.

PPH 28 = Pajak terhutang –angsuran 1 tahun

= + (artinya kurang bayar).

18. Pembagian keuntungan premi, deviden, frenchise, dan royaltay atas dasar:

a. Premi adalah pembagian keuntungan atas dasar kerja.

b. Deviden adalah pembagian keuntungan atas dasar modal.

c. Frenchise adalah pembagian keuntungan atas dasar hak paten.

d. Royalti adalah pembagian keuntungan atas dasar pencapaian target.

19. Syarat penyimpanan narkotik sesuai dengan UU No. 35/2009 Pasal 14 ayat 1:

Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus.

Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menkes RI No.28/Menkes/Per/VI/1978.


Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk
menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk
menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka
lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai.

e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali
ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.

g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

20. Rumus pemberian harga untuk Resep, OB/OBT dan OWA:

a. Pemberian harga Resep:

Resep = HjA x jumlah obat +Toeslag + Embalage

Karena HjA = HNA x index, maka:

Resep = HNA x Index x Jumlah Obat +Toeslag + Embalage

b. Pemberian harga OB/OBT

OB/OBT = HNA x Index x Jumlah Obat

c. Pemberian harga OWA

OWA = HNA x Index x Jumlah Obat + Toeslag

Keterangan:

Toeslag : Uang jasa pelayanan tenaga medis yang harus dibagikan tiap bulan.

Embalage : Biaya pengemas

Index : Resep 1,3; OWA 1,2; OB/OBT 1,1

21. Berdasarkan Kepmenkes 1027/2004 Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

a. persyaratan administratif :

- Nama,SIP dan alamat dokter.

- Tanggal penulisan resep.

- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

- Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.

- Cara pemakaian yang jelas.

- Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.

c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah
obat dan lain-lain).

Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.

Anda mungkin juga menyukai