Anda di halaman 1dari 21

DATA SHEET IC TTL & SEVEN SEGMENT

Mata Kuliah Praktikum Teknik Digital dan Mikrokontroler

Devina Nurapipah
171321007

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI D3 – TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018 – 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mata kuliah
Instalasi Listrik Tenaga yang berjudul “DUAL SPEED MOTOR STARTER
DENGAN LILITAN TERPISAH”. Tak lupa sholawat serta salam semoga tetap
terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan


Instalasi Listrik, pada Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri Bandung
tahun ajaran 2018/2019.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
karya-karya penulis di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengharapkan
semoga laporan perancangan instalasi listrik ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis yang baru menginjak pada tahap pembelajaran
mengaplikasikan ilmu yang di dapat di semester tiga ini dan para pembaca pada
umumnya.

Bandung, 2 Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….....…….……………….….2

DAFTAR ISI………….………………………….……………..……..…….……3

I. BAB 1 PENDAHULUAN…………………….……..….........…….…….5
1.1. Latar Belakang...……………….........................……..…….………...5
1.2. Rumusan Masalah…..........................................................…….……..6
1.3. Tujuan dan Manfaat…………….........…...............…..………….…...6

II. BAB II PEMBAHASAN…………………….....……….…..………...….7


2.1. Pengertian Dual Speed Motor Starter...…………...………..……...…7

2.2. Jenis Dual Speed Motor Starter…......................................…….……..7

2.3. Tujuan dan Fungsi Dual Speed Motor Starter …………......…....…....8

2.4. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi MCB….....…..…9

2.5. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi Penghantar…....10

2.6. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi TOLR……....…11

2.7. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi Kontaktor…......11

2.8. Gambar Diagram Separate Winding………………...…….……...…13

2.8.1. Main Circuit……….........……………….....….…….….…13

2.8.2. Control Circuit…..…………………………..…........….…14

2.8.3 Mekanisme Operasi....…………...………….….....……..…15

2.9. Gambar Diagram Motor Dahlander ……………………….....…..…16

2.9.1. Main Circuit……….........………………….....…..….……16

2.9.2 Control Circuit…..…………………………...…….........…17

2.9.3 Mekanisme Operasi....…………...………….….....………18

3
III. BAB III PENUTUP...................................……….……….…............….20
3.1. Kesimpulan.........................................................................................20
3.2. Penutup........................................................................................……20

IV. DAFTAR PUSTAKA…………..………………….…………………....21

BAB I

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motor listrik sebagai penggerak cukup banyak kita jumpai


penggunaannyapada rumah tangga, industri-industri dan sarana
transfortasi. Memandang semakin pesatnya pertumbuhan industri yang
semakin moderndan semakin padatnya sarana transfortasi maka
penggunaan motor-motor listrik inimenunjukkan peningkatan. Sejalan
dengan perkembangan perlistrikan, teknologikomponen listrik mempunyai
peranan yang sangat penting.
Motor induksi 3 fasa lebih banyak digunakan dalam industri,
karena motor AC 3 fasa memiliki daya kerja yang lebih besar dari pada
motor AC 1 fasa. Mesin – mesin yang bekerja dengan torsi besar biasanya
menggunakan motor AC 3 fasa karena suplai arus dari setiap linenya lebih
sedikit. Motor induksi ini selalu dioperasikan dalam waktu yang lama
untuk mendukung suatu proses dalam industri, sehingga sangat dibutuhkan
suatu cara untuk mengatur kecepatan dan pergerakan dari motor induksi 3
fasa tersebut agar dapat digunakan secara optimal dan efisien dalam proses
industri.

Seperti yang kita ketahui untuk mengurangi dan menambah


kecepatan putaran motor induksi salah satunya dengan mengubah
frekuensi yang masuk pada motor induksi. Perubahan frekuensi yang
masuk pada motor induksi tentunya akan menimbulkan pengaruh bagi
motor induksi tersebut. Dalam mengatur kecepatan motor induksi dapat
dilakukan dengan dua kecepatan. Maka dari itu, pada laporan ini penulis
akan membahas mengenai “DUAL SPEED MOTOR STARTER”.

1.2 Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat
dibuat beberapa rumusan masalah dalam laporan ini sebagai berikut :

1. Apa pengertian dual speed motor starter ?

2. Apa saja jenis – jenis dual speed motor starter ?

3. Bagaimana cara menentukan kapasitas MCB, luas penampang kabel,


dan TOLR yang digunakan ?

4. Bagaimana gambar rangkaian dari dual speed motor starter?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan laporan adalah sebagai


berikut :

 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dual speed motor starter.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis dual speed motor starter.
3. Untuk mengetahui cara menentukan kapasitas MCB, luas penampang
kabel, dan TOLR yang digunakan.
4. Untuk memahami gambar rangkain dari dual speed motor starter.

 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian dual speed motor starter.
2. Dapat mengetahui jenis – jenis dual speed motor starter.
3. Dapat mengetahui cara menentukan kapasitas MCB, luas penampang
kabel, dan TOLR yang digunakan.
4. Dapat memahami gambar rangkain dari dual speed motor starter.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dual Speed Motor Starter

6
Dual speed motor starter adalah perangkat pengasutan atau starter
yang digunakan untuk mengoperasikan motor listrik 3 fasa pada dua
kecepatan berbeda. Kecepatan rotor motor induksi sedikit dibawah
kecepatan medan putar (terdapat slip), dimana kecepatan medan putar
(kecepatan sikron) sebanding dengan frekuensi tegangan supply dan
berbanding terbalik dengan jumlah kutub pada stator.
Kecepatan motor dapat ditentukan dengan rumus :

120. f
Ns =
P

Dimana :
Ns = kecepatan sinkron (rpm)
f = frekuensi (Hz)
P = jumlah kutub

2.2. Jenis Dual Speed Motor Starter

Pada motor induksi kecepatan ditentukan oleh frekuensi dan


jumlah kutub. Beberapa kecepatan dapat diperoleh dengan mengubah
jumlah kutub.
Dual speed motor starter terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Dua lilitan terpisah (separate winding), adalah motor induksi 3 fasa
yang mempunyai belitan terpisah untuk dioperasikan dalam dua
kecepatan. Motor dua kecepatan dengan dua lilitan terpisah memiliki
dua lilitan stator yang terpisah dimana masing-masing lilitan
dikonstruksi dengan jumlah kutub berbeda untuk menghasilkan
kecepatan yang berbeda. Perbandingan kecepatan motor separate
winding ini tidak selalu 1:2.
2. Satu tapped winding (dahlander), adalah motor induksi rotor sangkar 3
fasa yang mempunyai lilitan untuk dua kecepatan. Perbandingan
perubahan kecepatan motor dahlander selalu 1:2. Hal ini disebabkan
karena motor ini mempunyai lilitan yang disusun demikian rupa

7
sehingga jumlah kutub dapat diubah dengan membalik arus pada
lilitannya. Jumlah kutub dapat dipotong setengah dengan merubah
polaritas pasangan kutub.

Tabel. Hubungan Kumparan Motor Dahlander

2.3. Tujuan dan Fungsi Dual Speed Motor Starter

Tujuan dari dual speed motor starter ini untuk mengoperasikan


motor listrik dalam 2 kecepatan yang berbeda. Fungsi dari dual speed
motor starter biasa digunakan pada peralatan mesin, kipas, pemanas,
pompa, konveyor, dan beberapa tipe peralatan lainnya.

Pemilihan dan Penentuan Kapasitas Komponen

Contoh :

DIketahui Nameplate Motor Listrik 3 Fasa sebagai berikut :

8
Jenis motor : MV 191 3~ Mot.Nr. 3646591

No. seri : 0992170 / LKM-31O K21 F2E-9

Daya motor : 0,9 / 1,3 kW

Kecepatan : 1000 / 1500 rpm

Arus nominal : OVE – M10/80 / 6,15 ampere

Tegangan : Y 220 vot Frekuensi : 50 Hz / cos  0,79

2.4. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi MCB

Type of Motor Instantaneous Trip Inverse Time


1 Phasa 800% 250%
3 Phasa 800% 250%
Synchronous 800% 250%
Wound rotor 800% 150%
DC 200% 150%
(NEC 430-52)
Kapasitas maksimum = 250% x In
= 250% x 6,15 A

= 15,375 A

2.5. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi Penghantar

9
Untuk menentukan spesifikasi penghantar yang digunakan sudah
memenuhi ketentuan yang berlaku, maka parameter pemilihannya harus
diperhatikan. Parameter-parameter yang harus diketahui yaitu Kemampuan
Hantar Arus (KHA).

KHA adalah kemampuan penghantar listrik dalam menghantarkan


arus listrik dalam satuan ampere pada selang waktu tertentu tanpa
mengakibatkan kerusakan mekanis pada isolasi penghantar. Arus yang
dihantarkan oleh setiap konduktor untuk periode berkesinambungan
selama operasi normal harus sedemikian sehingga batas suhu yang sesuai
yang ditentukan tidak dilampaui. Menurut PUIL 2011 510.5.3, untuk
menghitung besarnya KHA suatu penghantar listrik yang menyuplai motor
tunggal, dapat ditentukan menggunakan persamaan di bawah.

KHA = 125% × IB Motor

Dimana : IB adalah arus pengenal beban penuh motor.

Setelah mendapatkan nilai KHA dari persamaan diatas, maka


selanjutnya kita harus mencocokkan nilai tersebut dengan nilai KHA yang
diperbolehkan untuk jenis penghantar yang digunakan pada instalasi,
seperti ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel KHA terus menerus yang diperbolehkan untuk kabel instalasi


tunggal berisolasi PVC menurut PUIL 2011 tabel 7.3-1

10
KHA (minimum) = 125% x In
= 125% x 6,15 A
= 7,69 A
(PUIL 2011 510.5.3.1)
Luas penampang = 1,5 mm2

2.6. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi TOLR

Setting (maksimum) ≤ In
≤ 6,15 A
(PUIL 2011 2.2.8.3)

2.7. Menentukan Kapasitas Komponen atau Spesifikasi Kontaktor

Kontaktor = 57% x In

= 57% x 6,15

= 3,5 A

Untuk menentukan kapasitas kontaktor yang digunakan, kita juga


harus mengetahui kategori penggunaan kontaktor.

11
Kategori penggunaan kontaktor sendiri telah ditetapkan oleh IEC
publikasi 60947-4-1 tahun 2000 dalam beberapa kategori penggunaan
seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah.

Untuk tegangan coil kontaktor harus disesuaikan dengan tegangan


rangkaian kontrol dari instalasi motor tersebut dan untuk arus kontaktor
bisa disamakan nilainya dengan seting arus pada gawai proteksi dari
pemutus sirkit motor.

2.8. Gambar Diagram Separate Winding

2.8.1. Main Circuit

12
2.8.2. Control Circuit

13
Sumber : file:///D:/Dual%20Speed%20Motor%20Starter/324512996-
Starter-Dua-Speed-Untuk-Motor-Dengan-Lilitan-Terpisah-
2.pdf

2.8.3 Mekanisme Operasi

14
Komponen :

a. 2 Kontaktor 3-pole (KM1 dan KM2)


b. 2 Kontak bantu 2 No + 2 NC
c. 2 Relay beban lebih thermos (thermal overload relay) F2 dan F3
d. 3 Tombol tekan stop S1 [0], S2 [I] low speed dan S3 [II] high speed
e. 3 Lampu indikator low speed (H1), high speed (H2) dan overload (H3)
1 Motor induksi 3 fasa, 2 speed 220 V / 50 Hz (MV 191)
f. 1 Pemutus daya (circuit breaker) magnetic GV2-L (Q1)
g. 1 Pemutus daya mini (mcb) F1 Kabel penghubung

Mekanisme Operasi :

Jika tombol S1 ditekan, kontaktor KM1 akan aktif menyebabkan


kontak utama KM1 menutup sehingga motor bekerja dengan low speed,
kontak NO pada KM1 menutup sehingga meskipun tombol S1 dilepas
kontaktor KM1 tetap bekerja, kontak NO pada KM1 menutup sehingga
lampu H3 menyala, dan kontak NC pada jalur KM2 membuka sehingga
meskipun tombol S2 ditekan kontaktor KM2 tidak akan bekerja. Untuk
melakukan high speed motor harus dihentikan terlebih dahulu dengan
menekan tombol S0. Jika tombol S0 ditekan, kontaktor KM1 akan mati
sehingga motor akan berhenti berputar dan kontak NO pada KM1 kembali
membuka, dan kontak NC pada jalur KM2 kembali menutup. Jika tombol
S2 ditekan, kontaktor KM2 akan aktif menyebabkan kontak utama pada
KM2 menutup sehingga motor bekerja dengan high speed, kontak NO
pada KM2 menutup sehingga meskipun tombol S2 dilepas kontaktor KM2

15
tetap bekerja, kontak NO pada KM2 menutup sehingga lampu H4
menyala, dan kontak NC pada jalur 10 membuka sehingga meskipun
tombol S1 ditekan kontaktor KM1 tidak akan bekerja. Untuk
menghentikan motor beroperasi dengan menekan tombol S0. Jika tombol
S0 ditekan, kontaktor KM2 akan mati sehingga motor akan berhenti
berputar dan kontak NO pada KM2 kembali membuka, dan kontak NC
pada jalur KM1 kembali menutup.

2.9. Gambar Diagram Motor Dahlander

2.9.1. Main Circuit

2.9.2 Control Circuit

16
Sumber : file:///D:/Dual%20Speed%20Motor%20Starter/245156965-motor-
dahlander.pdf

2.9.3 Mekanisme Operasi

17
Komponen :

a. 1 MCB 1 pole
b. 1 Magnetik Circuit Breaker
c. 3 Kontaktor 3 kutub (KM1, KM2, dan KM3)
d. 2 Blok kontak bantu (2NO + 2NC)
e. 2 Thermal Overload Relay (F2 dan F3)
f. 3 Pushbutton stop (S0), low speed (S1), dan high speed (S2)
g. 3 Lampu indikator low speed (H1), high speed (H2), dan
overload (H3)
h. 1 Motor Dahlander
i. Kabel penghubung secukupnya
Mekanisme Operasi :

Jika tombol S1 ditekan, kontaktor KM1 akan aktif


menyebabkan kontak utama pada jalur 4 menutup sehingga motor

18
bekerja dengan low speed, kontak NO pada jalur 9 menutup sehingga
meskipun tombol S1 dilepas kontaktor KM1 tetap bekerja, kontak NO
pada jalur 12 menutup sehingga lampu H1 menyala, dan kontak NC
pada jalur 10 membuka sehingga meskipun tombol S2 ditekan
kontaktor KM2 tidak akan bekerja. Untuk melakukan high speed
motor harus dihentikan terlebih dahulu dengan menekan tombol S0.
Jika tombol S0 ditekan, kontaktor KM1 akan mati sehingga motor
akan berhenti berputar dan kontak NO pada jalur 9 dan 12 kembali
membuka, dan kontak NC pada jalur 10 kembali menutup. Jika
tombol S2 ditekan, kontaktor KM2 akan aktif menyebabkan kontak
utama pada jalur 6 menutup yang membuat sebuah jumper, kontak
NO pada jalur 11 menutup sehingga kontaktor KM3 akan aktif
menyebabkan kontak utama pada jalur 2 menutup sehingga motor
akan bekerja dengan high speed, kontak NO pada jalur 11 menutup
sehingga meskipun tombol S2 dilepas kontaktor KM2 dan KM3 akan
tetap aktif, kontak NO pada jalur 13 akam menutup sehingga lampu
H2 menyala yang menandakan motor bekerja secara high speed, dan
kontak NC pada jalur 8 membuka sehingga meskipun tombol S1
ditekan kontaktor KM1 tidak akan aktif. Untuk mematikan, tekan
tombol S0.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dual speed motor starter adalah perangkat pengasutan atau starter


yang digunakan untuk mengoperasikan motor listrik 3 fasa pada dua
kecepatan berbeda. Pada motor induksi kecepatan ditentukan oleh
frekuensi dan jumlah kutub. Untuk mengatur kecepatan pada motor
induksi dapat menggunakan dual speed motor starter, baik dengan separate
winding atau dua kecepatan dengan lilitan terpisah maupun dengan motor
dahlander atau satu lilitan untuk dua kecepatan.

Pada motor dua kecepatan dengan dua lilitan terpisah memiliki dua
lilitan stator yang terpisah dimana masing-masing lilitan dikonstruksi
dengan jumlah kutub berbeda untuk menghasilkan kecepatan yang
berbeda. Perbandingan kecepatan motor separate winding ini tidak selalu
1:2

Pada Dahlander perbandingan perubahan kecepatan motor


dahlander selalu 1:2. Hal ini disebabkan karena motor ini mempunyai
lilitan yang disusun demikian rupa sehingga jumlah kutub dapat diubah
dengan membalik arus pada lilitannya.

3.2 Penutup

Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga dapat bermanfaat


dan menambah wawasan para pembaca. Saya mohon maaf apabila masih
ada kesalahan dalam penulisan dan penyampaian yang masih kurang jelas
atau dimengerti oleh pembaca. Sekian penutup dari saya, terimakasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

PUIL 2000
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013, Instalasi
Motor Listrik
file:///D:/Dual%20Speed%20Motor%20Starter/324512996-Starter-Dua-Speed-
Untuk-Motor-Dengan-Lilitan-Terpisah-2.pdf
file:///D:/Dual%20Speed%20Motor%20Starter/245156965-motor-dahlander.pdf
file:///D:/Dual%20Speed%20Motor%20Starter/1453193559_MCS-
2S_Cutsheet.pdf
file:///D:/Dual%20Speed%20Motor%20Starter/gi-wd005_-en-p.pdf
https://andikafhotomotif.blogspot.com/2018/01/makalah-system-starter.html

21

Anda mungkin juga menyukai