Anda di halaman 1dari 11

EKSTRAKSI

 Ekstraksi adalah proses pemindahan, penarikan atau pengucilan salah satu konstituen
dari suatu sampel kedalam suatu pelarut dengan cara mengocoknya/melarutkannya.

 Pelu dilakukan preparasi sampel agar analit dapat dipisahkan dari matriks, karena banyak
metode analisis yang memiliki selektivitas buruk. (tidak dapat membedakan analit dan
matriks).
 Perlu diperhatikan sifat analit.

 Proses pemisahan terbagi menjadi 4 :


1) Destilasi
2) Sentrifugasi
3) Filtrasi
4) Ekstraksi

 Prinsip ekstraksi : analit dipisahkan secara selektif dari matriks dengan menggunakan
pelarut yang sangat mudah melarutkan analit, tetapi memiliki kelarutan yang terbatas
pada matriks.

 Sifat kimia yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi:


1) Tekanan Uap
2) Kelarutan
3) Berat Molekul
4) Sifat Hidrofobik
5) Sifat Disosiasi Asam

 Teknik ekstraksi ada 3 :


1) Ekstraksi Padat-Cair / EPC
2) Ekstraksi Cair-Cair / ECC
3) Ekstraksi Super Kritik / ESK

 EKSTRAKSI PADAT CAIR


Ekstraksi dari sediaan padat (tablet) atau simplisia.
Prinsip : pelarut / gabungan pelarut dapat melarutkan senyawa yang dianalisis dan
hanya sedikit melarutkan senyawa lain (pengganggu).
Cara menanggulangi : larutan ekstrak dilewatkan dengan penyaring 0,45 mikron.
Prosedur umum :
1) Menggerus matriks padat
2) Ekstraksi dengan pelarut
3) Penyaringan atau sentrifugasi u/ menghilangkan pratikulat
Keuntungan dan kerugian preparasi sampel tablet :

METODE PROSEDUR SINGKAT KEUNTUNGAN KERUGIAN


A 1. Tablet dilarutkan - Menghilangkan Obat harus larut sempurna
dengan pelarut yang segregasi dalam pelarut
sesuai
2. Pengukuran alikuot
larutan
B 1. Tablet digerus - Menghilangkan Beberapa bahan
hingga diperoleh segregasi tambahan aktif tidak larut
serbuk halus
2. Serbuk dilarutkan - Obat dilepas secara
dengan pelarut yang bebas, tidak
sesuai bergantung pada
3. Pengukuran alikuot karakteristik obat
larutan
C 1. Tablet digerus - Menghilangan Pengayakan dapat
hingga diperoleh terjadinya menghasilkan muatan
serbuk halus penggumpalan elektrostatik, sehingga
2. Serbuk dilewatkan menyebabkan terjadinya
dengan ayakan - Menghasilkan ukuran gumpalan
mesh 60 partikel yang sama
3. Pengukuran alikuot
larutan
D 1. Tablet digerus - Menghilangkan Obat dan bahan tambahan
hingga diperoleh terjadinya obat dapat berubah secara
serbuk halus penggumpalan dan kimiawi oleh pelarut
2. Serbuk dilarutkan adanya partikel organik
dengan pelarut mawur (free-flowing)
organic
3. Dilanjutkan - Memfasilitasi
penggerusan kelarutan bahan obat
4. Diuapkan pelarut dalam pelarut
5. Diukur residu

 EKSTRAKSI CAIR CAIR


Tujuan :
1) Memisahkan analit dari komponen matriks
2) Memekatkan analit dengan jumlah kecil, sehingga memudahkan proses analisis
Prosedur umum :
1) Sampel dilarutkan dalam senyawa organic
2) Ditambahkan pelarut yang tidak bercampur dengan pelarut organic
3) Dilakukan pengocokan dengan corong pisah
ECC ditentukan oleh distribusi nerst / hukum partisi
KD = Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase.

Analit yang mempunyai rasio distribusi >104 akan mudah terektraksi ke dalam pelarut
organik meskipun proses kesetimbangan
Pemilihan pelarut organic untuk ekstraksi :
1) Mudah menguap
2) Mempunyai kemurnian yang tinggi
3) Mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (<10%)
Efisiensi ekstraksi bergantung pada nilai distribusi dan volume kedua fase
Masalah dalam ekstraksi pelarut :
1) Terbentuknya emulsi
2) Analit terikat kuat pada partikulat
3) Analit terikat pada senyawa yang memiliki Bobot Molekul (BM) tinggi
4) Analit teresap oleh partikulat yang ada
Cara menanggulangi bila terjadi emulsi :
1) Penambahan garam ke dalam fase air
2) Pemanasan / pendinginan corong pisah
3) Penyaringan dengan glass-wool
4) Penyaringan dengan kertas saring
5) Sentrifugasi
6) Penambahan sedikit pelarut organic yang berbeda
Senyawa analit yang terdapat dalam plasma :
1) Penambahan detergen
2) Penambahan asam kuat
3) Penambahan pelarut organic lain
4) Pengenceran dengan air
5) Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat

 EKSTRAKSI SUPER KRITIK


EKSTRAKSI FASE PADAT
 SPE digunakan untuk sampel yang kotor (memiliki kandungan matriks yang tinggi spt
garam, protein, polimer, resin, dll )
 SPE lebih mudah dari ECC
 SPE lebih efisien karena recovery yang tinggi (>99%)
 Keuntungan SPE :
1) Proses ekstraksi lebih sempurna
2) Pemisahan analit menjadi lebih efisien
3) Mengurangi penggunaan pelarut organic
4) Fraksi analit lebih mudah dikumpulkan
5) Lebih mudah di otomatisasi
6) Mampu menghilangkan partikulat

 Kerugian SPE :
1) Adanya adsorpsi bolak balik
2) Banyaknya jenis cartridge yang beredar dipasaran

 Jenis SPE cartridge dan SPE disk :

 Strategi penyiapan sampel :


1) Memilih pelarut yang dapat menahan analit secara total. (Senyawa pengganggu
terikat pada penjerap)
2) Analit yang tertahan, dielusi dengan pelarut organic. Strategi ini bermanfaat jika
analit yang dituju berkadar rendah

 Prosedur SPE :
1) Pengkondisian
- Kolom dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi permukaan dan
menciptakan nilai pH yang sama
- Untuk penjerap non polar (C18) dan penjerap penukar ion, dialiri dengan
methanol lalu aquades (pencucian dengan aquades berlebih menyebabkan
recovery analit berkurang)
- Penjerap polar (diol, siano, amino, silica) harus dibilas dengan pelarut non
polar seperti metilen klorida

2) Retensi / tertahannya sampel


Sampel dilewatkan ke dalam kolom untuk menahan analit yang diharapkan,
sementara komponen lain terelusi

3) Pembilasan
Untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh penjerap
selama tahapan retensi
4) Elusi
Tahap akhir untuk mengambil analit yang dikehendaki (jika analit tertahan pada
penjerap)

 Mekanisme pemisahan dengan SPE :


1) Berdasarkan kepolaran
2) Berdasarkan anion/kation/ion exchanger

 Tahap pemisahan SPE :


1) Solvasi kolom

 Jenis interaksi sorban dengan analit :


1) Fase balik (interaksi non polar-non polar, ikatan van der waals, gaya dispersive)
(cair polar - padat non polar) = interaksi hidrofobik

2) Fase normal (interaksi polar-polar, ikatan hydrogen, dipol-dipol, dipol-dipol


terinduksi)
(cair non polar - padat polar) = interaksi hidrofilik

3) Pertukaran ion
Gaya elektrostatik antara gugus bermuatan pada analit dan permukaan sorben

4) Adsorpsi
Interaksi permukaan (hidrofobik / hidrofilik, tergantung jenis sorben)

 Pengembangan metode SPE :


- Menentukan penjerap yang paling baik
- Pelarut apa yang dibutuhkan untuk mengelusi analit
- Menguji matriks, sampel dan blanko untuk mengevaluasi adanya zat penganggu
- Menentukan recovery dengan menambah analit

 SPME (Solid Phase Microextraction)


1. Teknik penyiapan sampel tanpa pelarut
(Analit langsung diabsorbsi dengan silica yang dilapisi dengan polimer organic)
2. Dapat digunakan secara langsung untuk memasukkan sampel ke GC / GC-MS

 Prinsip SPME :
Proses keseimbangan antara lapisan fiber dan larutan sampel.
PENYIAPAN SAMPEL
 Pembagian zat

 Pemisahan zat pembawa anorganik


Pemeriksaan zat anorganic :
1) Diambil 50 mg zat dengan ujung spatula
2) Dipijarkan pada keping krus porselin / spatula logam pada suhu 600 o C
3) Diamati gas bebas (bau caramel pd karbohidrat, bau amoniak pada ammonium, dan
turunan ureum)
4) Diselidiki adanya kation dan anion anorganik pada sisi pijar
a. Pada sisa garam dari asam organic & alkali tunggal terdapat garam
karbonat & garam alkali sulfat / sulfit dari asam sulfonate
b. Asam oksalat terurai tanpa pengarangan
c. Bolus (alumunium silikat) & talk (magnesium silikat) memberikan sisa pijar
yang tidak larut (juga dalam HCL pekat panas)
5) Ditambahkan 4-5 bagian campuran natrium & kalium karbonat dalam krus nikel
6) Dipijarkan selama 10 menit (lumer)
7) Ditambahkan HCL
8) Dicari ion aluminium dan magnesium

 Zat pembawa anorganik larut air (natrium bikarbonat) / larut asam sulfat encer
(magnesium oksida) tidak perlu dipisahkan secara khusus.
 Zat pembawa tidak larut air (bolus dan talk), zat yang akan dianalisis dibasahi dengan
air kemudian dipisahkan dengan pengocokan
 Zat pembawa yang tidak larut (air / pelarut organic), akan tersuspensi kedalam kedua
fase. (daya serap suspense akan terganggu, mempersulit proses pemisahan)

 Analisis salep :
1) 1 gr salep + 30 ml eter minyak bumi
2) Terbagi menjadi 2 : larutan dan sisa
3) Pada sisa menghasilkan asam hidrofil, sulfonamide, dan senyawa n-kuartener
4) Pada larutan terbagi menjadi 2 fasa :
a. Fasa air
+ 25 ml 3N H2SO4 dikocok dengan 3 × 20 ml eter dan 1 × 20 ml CHCl3
Menghasilkan berbagai asam karbonat dan fenol

b. Fasa eter minyak bumi


Dikocok dengan 3 x 10 ml air, kemudian dengan 3 x 10 ml H2SO4
Menghasilkan berbagai basa
 PENDAHULUAN
Sampel yang diambil harus bersifat representative populasi zat (bahan yang akan
dianalisis harus homogen)

 Alasan sampling :
1) Populasi terlalu besar
2) Hasil observasi bersifat merusak unit sampel
3) Adanya keterbatasan waktu dan biaya penelitian
4) Diperlukan pengaturan terhadap variable objek penelitian

 Dari populasi menjadi sampel disebut sampling


 Dari sampel menjadi populasi disebut generalisasi

 Prinsip pengambilan sampel ada 2:


1) Random
2) Representatif

 Pengambilan sampel secara random :


1) Bahan serba sama / dianggap sama
2) Sampel digerus terlebih dahulu secara homogen (dapat secara random)
3) Sampel dalam bentuk larutan / suspense dikocok terlebih dahulu

 Pengambilan sampel secara representative :


1) Bahan bervolume besar, sampling dilakukan di beberapa bagian
2) Hasil sampling dicampur untuk mendapatkan gambaran suatu bahan

 Contoh sampling
 Jenis sampling ada 2 :
1) Probabilitas
(Simple, sistematik, custer, multistage, stratified random sampling)
2) Non probabilitas
(sistematik, quota, incidental, purposive, snowball sampling, dan sampling jenuh)

 Sampling probabilitas :
Memberikan peluang yang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel
Ukuran populasi sampel harus diketahui
Setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel

 Sampling non probabilitas :


Tidak memberikan peluang / kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel
Pengambilan sampel berdasarkan segi kepraktisan

 Ukuran sampel :
Tergantung tujuan penelitian dan sifat populasi
1) Uji hipotesis / estimasi proporsi
2) Populasi (finite / infinite)
3) Jenis data (rasio, interval, nominal, ordinal)
4) Ketelitian yang diinginkan

 Penyimpanan sampel :
1) Suhu meningkat : analit volatile hilang, degradasi akibat panas / agen biologis, terjadi
peningkatan reaktifitas kimiawi
2) Suhu rendah : analit yang memiliki kelarutan rendah akan terdeposit
3) Perubahan kelembapan : kandungan air pada bahan padat terhidrolisis
4) Oksidasi yang di induksi oleh udara : kerusakan sampel
5) Analit yang sekelumit : terjadi penyerapan analit di permukaan wadah / kontaminasi
senyawa dari wadah
6) Sampel yang mengandung analit anorganik : disimpan dalam wadah plastic karena
Na, K, boron, dan silikat dilepaskan oleh gelas/wadah kedalam larutan
7) Sampel yang mengandung pelarut organic : wadah gelas

 Pra-perlakuan sampel :
1) Memanaskan sampel pada suhu 100-120o C dapat menghilangkan pengaruh
kandungan air
2) Menimbang sampel sebelum dan sesudah pemanasan : kadar air
3) Memisahkan analit berdasarkan karakteristik : destilasi, sentrifugasi, filtrasi, ekstraksi
pelarut & ekstraksi fase padat
4) Memekatkan analit jika kandungan dibawah kisaran konsentrasi metode
Eks : penguapan, distilasi, pertukaran ion, ekstraksi pelarut, ekstraksi fase padat,
elektrolisis

PEMISAHAN SENYAWA OBAT


 Menggunakan cara Stas-Otto-Gang yang disederhanakan
 Prinsip pertama : Berdasarkan pembagian senyawa kedalam fase air dan fase yg tidak
bercampur dengan air
 Prinsip kedua : Berdasarkan pembentukan / penguraian garam
 Pemisahan Stas-Otto-Gang dibagi menjadi 5 fraksi :
1) Fraksi 1 : asam organic, beberapa jenis fenol, zat netral suasana asam yang di
ekstraksi dengan eter
a. Sebelum di kocok dengan eter, larutan air diasamkan dengan asam sulfat (asam
organic kuat)
b. Zat yang tidak terekstraksi : asam organic gugus hidrofil (asam tartrat, asam
sitrat, berbagai asam amino, berbagai asam sulfonate)
c. Pengocokan fraksi 1 eter dengan larutan basa akan menyebabkan asam
karbonat dan fenol masuk ke fasa air dalam bentuk garam, sedangkan di dalam
eter tertinggal berbagai zat netral yang kelarutannya tidak dipengaruhi oleh basa.
Fase eter ini disebut fraksi 1B
d. Larutan basa diasamkan kembali dengan asam sulfat, dikocok dengan eter,
diperoleh fraksi 1A (fraksi eter yang mengandung asam, berbagai fenol, dan
senyawa yang masuk kedalam air. Misal, ureida)

Memisahkan fraksi 1A dilakukan dengan menggaramkan asam karbonat dengan


larutan natriun bikarbonat dalam air. (pemisahan ini tidak tepat karna
menghasilkan fraksi yang tidak murni). Fenol dapat digaramkan dengan alkali
hidroksida

2) Fraksi 2 : Berbagai asam karbonat, fenol, dan senyawa netral yang larut dalam
klorofom juga basa lemah (tidak untuk alkaloida)
Diperoleh dengan cara :
a. Menetralkan larutan asam sulfat
b. Mengasamkannya sampai pH 4 dengan asam tartrat
c. Diekstraksi dengan kloroform (panas)
3) Fraksi 3 : Bila fasa air dibasahkan dengan NaOH, basa akan dibebaskan kemudian
dikocok dengan eter. (dapat dikocok lagi dengan kloroform)

4) Fraksi 4 : Basa yang tidak dapat diekstraksi dari fase Na-alkali (morfin yang larut
dalam air sebagai natrium fenolat)
Untuk memisahkannya : fase Na-alkali di netralkan dan di basahi dengan amoniak
untuk membentuk fenolat dalam air
Pada pH 9 : kelarutan basa fenol baik dalam pelarut air

5) Fraksi 5 : asam hidrofil, sulfonamide, karbohidrat, asam amino, senyawa


ammonium kuartener
Setelah dipisahkan dari fraksi 4, senyawa yang berada di dalam fasa air tidak dapat
dipisahkan dengan pengocokan
 Zat pembawa :
Pembawa anorganik Pembawa Dasar salep Larutan pembawa
organik
1. Bolus 1. Fruktosa 1. Salep lemak 1. Aseton
2. Kalsium 2. Glukosa 2. Bulu domba 2. Etanol
karbonat 3. Laktosa 3. Alkohol 3. Benzene
3. Magnesium 4. Sakarosa 4. Salep hidrofil 4. Kloroform
oksida 5. Sorbitol 5. Lanolin 5. Eter
4. Natrium 6. Amilum 6. Salep polietilan 6. Asam asetat
hydrogen glikol 7. Isopropanol
karbonat 7. Vaseline 8. Methanol
5. Talk 8. Adeps lanae 9. Metilen
klorida
10. Karbon tetra
klorida
11. air

Anda mungkin juga menyukai