Ekstraksi adalah proses pemindahan, penarikan atau pengucilan salah satu konstituen
dari suatu sampel kedalam suatu pelarut dengan cara mengocoknya/melarutkannya.
Pelu dilakukan preparasi sampel agar analit dapat dipisahkan dari matriks, karena banyak
metode analisis yang memiliki selektivitas buruk. (tidak dapat membedakan analit dan
matriks).
Perlu diperhatikan sifat analit.
Prinsip ekstraksi : analit dipisahkan secara selektif dari matriks dengan menggunakan
pelarut yang sangat mudah melarutkan analit, tetapi memiliki kelarutan yang terbatas
pada matriks.
Analit yang mempunyai rasio distribusi >104 akan mudah terektraksi ke dalam pelarut
organik meskipun proses kesetimbangan
Pemilihan pelarut organic untuk ekstraksi :
1) Mudah menguap
2) Mempunyai kemurnian yang tinggi
3) Mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (<10%)
Efisiensi ekstraksi bergantung pada nilai distribusi dan volume kedua fase
Masalah dalam ekstraksi pelarut :
1) Terbentuknya emulsi
2) Analit terikat kuat pada partikulat
3) Analit terikat pada senyawa yang memiliki Bobot Molekul (BM) tinggi
4) Analit teresap oleh partikulat yang ada
Cara menanggulangi bila terjadi emulsi :
1) Penambahan garam ke dalam fase air
2) Pemanasan / pendinginan corong pisah
3) Penyaringan dengan glass-wool
4) Penyaringan dengan kertas saring
5) Sentrifugasi
6) Penambahan sedikit pelarut organic yang berbeda
Senyawa analit yang terdapat dalam plasma :
1) Penambahan detergen
2) Penambahan asam kuat
3) Penambahan pelarut organic lain
4) Pengenceran dengan air
5) Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat
Kerugian SPE :
1) Adanya adsorpsi bolak balik
2) Banyaknya jenis cartridge yang beredar dipasaran
Prosedur SPE :
1) Pengkondisian
- Kolom dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi permukaan dan
menciptakan nilai pH yang sama
- Untuk penjerap non polar (C18) dan penjerap penukar ion, dialiri dengan
methanol lalu aquades (pencucian dengan aquades berlebih menyebabkan
recovery analit berkurang)
- Penjerap polar (diol, siano, amino, silica) harus dibilas dengan pelarut non
polar seperti metilen klorida
3) Pembilasan
Untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh penjerap
selama tahapan retensi
4) Elusi
Tahap akhir untuk mengambil analit yang dikehendaki (jika analit tertahan pada
penjerap)
3) Pertukaran ion
Gaya elektrostatik antara gugus bermuatan pada analit dan permukaan sorben
4) Adsorpsi
Interaksi permukaan (hidrofobik / hidrofilik, tergantung jenis sorben)
Prinsip SPME :
Proses keseimbangan antara lapisan fiber dan larutan sampel.
PENYIAPAN SAMPEL
Pembagian zat
Zat pembawa anorganik larut air (natrium bikarbonat) / larut asam sulfat encer
(magnesium oksida) tidak perlu dipisahkan secara khusus.
Zat pembawa tidak larut air (bolus dan talk), zat yang akan dianalisis dibasahi dengan
air kemudian dipisahkan dengan pengocokan
Zat pembawa yang tidak larut (air / pelarut organic), akan tersuspensi kedalam kedua
fase. (daya serap suspense akan terganggu, mempersulit proses pemisahan)
Analisis salep :
1) 1 gr salep + 30 ml eter minyak bumi
2) Terbagi menjadi 2 : larutan dan sisa
3) Pada sisa menghasilkan asam hidrofil, sulfonamide, dan senyawa n-kuartener
4) Pada larutan terbagi menjadi 2 fasa :
a. Fasa air
+ 25 ml 3N H2SO4 dikocok dengan 3 × 20 ml eter dan 1 × 20 ml CHCl3
Menghasilkan berbagai asam karbonat dan fenol
Alasan sampling :
1) Populasi terlalu besar
2) Hasil observasi bersifat merusak unit sampel
3) Adanya keterbatasan waktu dan biaya penelitian
4) Diperlukan pengaturan terhadap variable objek penelitian
Contoh sampling
Jenis sampling ada 2 :
1) Probabilitas
(Simple, sistematik, custer, multistage, stratified random sampling)
2) Non probabilitas
(sistematik, quota, incidental, purposive, snowball sampling, dan sampling jenuh)
Sampling probabilitas :
Memberikan peluang yang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel
Ukuran populasi sampel harus diketahui
Setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
Ukuran sampel :
Tergantung tujuan penelitian dan sifat populasi
1) Uji hipotesis / estimasi proporsi
2) Populasi (finite / infinite)
3) Jenis data (rasio, interval, nominal, ordinal)
4) Ketelitian yang diinginkan
Penyimpanan sampel :
1) Suhu meningkat : analit volatile hilang, degradasi akibat panas / agen biologis, terjadi
peningkatan reaktifitas kimiawi
2) Suhu rendah : analit yang memiliki kelarutan rendah akan terdeposit
3) Perubahan kelembapan : kandungan air pada bahan padat terhidrolisis
4) Oksidasi yang di induksi oleh udara : kerusakan sampel
5) Analit yang sekelumit : terjadi penyerapan analit di permukaan wadah / kontaminasi
senyawa dari wadah
6) Sampel yang mengandung analit anorganik : disimpan dalam wadah plastic karena
Na, K, boron, dan silikat dilepaskan oleh gelas/wadah kedalam larutan
7) Sampel yang mengandung pelarut organic : wadah gelas
Pra-perlakuan sampel :
1) Memanaskan sampel pada suhu 100-120o C dapat menghilangkan pengaruh
kandungan air
2) Menimbang sampel sebelum dan sesudah pemanasan : kadar air
3) Memisahkan analit berdasarkan karakteristik : destilasi, sentrifugasi, filtrasi, ekstraksi
pelarut & ekstraksi fase padat
4) Memekatkan analit jika kandungan dibawah kisaran konsentrasi metode
Eks : penguapan, distilasi, pertukaran ion, ekstraksi pelarut, ekstraksi fase padat,
elektrolisis
2) Fraksi 2 : Berbagai asam karbonat, fenol, dan senyawa netral yang larut dalam
klorofom juga basa lemah (tidak untuk alkaloida)
Diperoleh dengan cara :
a. Menetralkan larutan asam sulfat
b. Mengasamkannya sampai pH 4 dengan asam tartrat
c. Diekstraksi dengan kloroform (panas)
3) Fraksi 3 : Bila fasa air dibasahkan dengan NaOH, basa akan dibebaskan kemudian
dikocok dengan eter. (dapat dikocok lagi dengan kloroform)
4) Fraksi 4 : Basa yang tidak dapat diekstraksi dari fase Na-alkali (morfin yang larut
dalam air sebagai natrium fenolat)
Untuk memisahkannya : fase Na-alkali di netralkan dan di basahi dengan amoniak
untuk membentuk fenolat dalam air
Pada pH 9 : kelarutan basa fenol baik dalam pelarut air