8613 31804 7 PB PDF
8613 31804 7 PB PDF
tahun 2017 yaitu 0,24% di tahun 2015 menjadi pendidikan dan pengetahuan melalui pelatihan
0,21% di tahun 2016, kemudian menjadi 0,13% di mengenai identifikasi HAIs bagi perawat
tahun 2017. Angka kejadian HAIs tahun 2017 merupakan salah satu bukti upaya pencegahan dan
bertahan dibawah nilai standar pelayanan minimal pengendalian HAIs (Zulkarnain, 2018).
RSU Haji Surabaya yang sebesar 2% (RSU Haji Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Surabaya, 2017). Indonesia nomor 45 tahun 2014, kegiatan
Kejadian HAIs pada pasien di sebuah rumah surveilans meliputi empat tahap yaitu
sakit, dapat diartikan bahwa status kesehatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
pasien tersebut semakin buruk. Kejadian infeksi dan diseminasi data. Pada tahap pengumpulan
nosokomial, terutama di RSU Haji Surabaya, dapat data, diperlukan instrumen sebagai alat bantu.
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor Instrument dibuat sesuai dengan tujuan surveilans
tersebut saling berpengaruh positif dan yang akan dilakukan. Pengolahan data dan analisis
berpengaruh terhadap status kesehatan (Komering, data yang baik akan memberikan informasi
Selatan, Fitriany, Farouk, & Taqwa, 2016). spesifik suatu masalah kesehatan serta penyajian
Faktor genetik lebih mengarah pada kondisi hasil olahan data dalam bentuk yang informatif
pasien yang berkaitan dengan asal usul keluarga, dan menarik (Kemenkes RI, 2014). Aplikasi yang
ras, suku, jenis golongan darah, dan sebagainya. digunakan untuk mempermudah melakukan tahap-
Faktor pelayanan kesehatan dapat diartikan tahap tersebut, dapat menggunakan aplikasi
sebagai keterjangkauan pelayanan kesehatan dan statistik, salah satunya adalah epi info. Aplikasi epi
bagaimana kualitas pelayanan kesehatan yang info adalah sebuah aplikasi yang dikembangkan
diberikan pada pasien. Faktor lingkungan oleh CDC. Epi info terutama ditujukan untuk
berhubungan dengan pasien dan petugas kesehatan komunitas global praktisi kesehatan masyarakat
pemberi pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah dan peneliti (CDC, 2017).
perawat. Perawat lebih sering berinteraksi dengan Syarat agar pelaksanaan surveilans HAIs di
pasien sehingga peran perawat sangat penting bagi RSU Haji dapat berjalan dengan mudah dan lancar
pasien, termasuk pengetahuan perawat dalam yaitu setiap tenaga kesehatan harus memiliki
mengidentifikasi HAIs. Apabila perawat memiliki pengetahuan mengenai identifikasi HAIs dan cara
pengetahuan yang baik dalam mengidentifikasi penggunaan epi info untuk pencatatan data HAIs.
HAIs, maka kejadian HAIs akan dapat tertangani Pengetahuan petugas kesehatan mengenai HAIs
dengan cepat, sehingga dapat mengurangi dan alat pengumpul data pasien HAIs sangat
meningkatnya kejadian HAIs di rumah sakit. penting. Hal ini dapat mendukung
Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku keberlangsungan pelaksanaan surveilans, sehingga
pasien dan pihak rumah sakit sendiri. Rumah sakit dapat terciptanya pelaksanaan surveilans yang baik
harus melakukan tindakan agar dapat dan perlu dilakukan pelatihan pada tenaga
mengendalikan angka kejadian HAIs agar tidak kesehatan, terutama perawat yang bertujuan untuk
mengalami peningkatan. Salah satu strategi dalam meningkatkan pengetahuan tentang HAIs dan
mengendalikan HAIs yaitu melakukan surveilans penggunaan epi info. Pelatihan merupakan cara
(Achmad, 2017). untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Surveilans dapat dimanfaatkan untuk Pelatihan membantu karyawan atau pegawai
mengendalikan angka HAIs agar dapat memantau memahami pengetahuan dan penerapannya, agar
secara terus-menerus sehingga dapat menjadi data dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan
yang dapat diolah sehingga menjadi informasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Mashar,
yang bermanfaat. Pencatatan dan pelaporan 2015).
kejadian HAIs dapat ditingkatkan sehingga dapat RSU Haji Surabaya telah memberikan
menjaga keakuratan dan kevalidan informasi pelatihan pengumpulan data surveilans HAIs.
(Kartika, Haryanti, & Pujiastuti, 2015). Pelatihan yang dilakukan bertujuan meningkatkan
Pelaksanaan surveilans yang baik diiringi kompetensi yang harus dimiliki setiap tenaga,
dengan pengetahuan petugas surveilans, dalam hal khususnya disini tenaga kesehatan. Pelatihan dapat
ini adalah perawat, yang baik mengenai HAIs. juga mengubah sikap tenaga atau pegawai
Perawat harus memiliki tingkat pendidikan dan sehingga dapat melakukan pekerjaannya lebih
pengetahuan yang baik dalam membentuk efektif (Lolowang, Adolfina, & Lumintang, 2016).
tindakan perawat dalam melayani pasien, terutama Pelatihan ini telah dilaksanakan pada bulan
tindakan pencegahan HAIs. Perilaku yang didasari November tahun 2017. Pelatihan ini diawali
pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku dengan pemberian materi mengenai studi
yang tidak didasari pengetahuan. Peningkatan epidemiologi, konsep dasar HAIs, konsep
133 of 138 Anindya Putri Hapsari / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (2) 2018, 130-138
Tabel 1 Tabel 2
Distribusi Karakteristik Peserta Pelatihan Distribusi Pengetahuan Identifikasi HAIs Peserta
Pengumpulan Data Surveilans HAIs Pelatihan Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Variabel n % Pengetahuan
Usia (tahun) Jenis Baik Kurang Total
17 – 25 1 2,50 Tes n % n % n %
26 – 35 10 25,00 Pre 14 35,00 26 65,00 40 100,00
36 – 45 13 32,50 test
46 – 55 16 40,00 Post 35 87,5 5 12,5 40 100,00
Jenis Kelamin test
Laki-laki 6 15,00
Perempuan 34 85,00 Sebagian besar peserta pelatihan telah dapat
Tingkat Pendidikan mengubah data entry menjadi tabel pada Microsoft
D3 21 52,50 Excel dengan benar (72% atau 29 orang).
D4 2 5,00 Pengubahan data entry menjadi tabel dalam
S1 17 42,50 Microsoft Excel dengan benar yaitu menekan line
Total 40 100,00 listing pada bagian atas epi info, kemudian pilih
Microsoft Excel maka muncul tampilan tabelnya.
Pengetahuan Identifikasi HAIs pada Peserta Sebagian besar peserta pelatihan telah dapat
Pelatihan Pengumpulan Data Surveilans HAIs mengubah tabel menjadi pivot table pada
Penelitian ini mendapatkan hasil pengetahuan Microsoft Excel dengan benar (75% atau 30
peserta pelatihan mengenai HAIs dari nilai pretest orang). Pengubahan tabel menjadi pivot table pada
dan nilai post test. Sebagian besar peserta Microsoft Excel dengan benar yaitu memblok
pelatihan mengalami peningkatan nilai dari semua komponen dalam tabel, kemudian klik
sebelum pelatihan dengan mengerjakan pretest menu insert dan pilih pivot table, maka akan
hingga setelah pelatihan dengan mengerjakan post muncul tampilan tabelnya (Tabel 3).
test. Sebelum pelatihan, sebagian besar peserta
pelatihan memiliki nilai kurang (65% atau 26 Pemanfaatan Epi info pada Ruang Perawatan
orang), sedangkan setelah pelatihan, sebagian Pencatatan data pasien HAIs harus dilakukan
besar peserta pelatihan memiliki nilai baik guna mempermudah pelaksanaan surveilans HAIs.
(87,50% atau 35 orang) (Tabel 2). Ada sembilan belas ruang perawatan di RSU Haji
Surabaya, diantaranya yaitu ruang ICU, IGD,
Pengetahuan Penggunaan Epi info pada Peserta NICU, VK, ICCU, Instalasi Bedah Sentral, Rawat
Pelatihan Pengumpulan Data Surveilans HAIs Inap Bedah, Ruang TB, Rawat Inap Marwah lantai
Penelitian ini mendapatkan hasil pengetahuan 1 – 4, Rawat Inap Shofa lantai 3 dan 4, Rawat Inap
peserta pelatihan mengenai penggunaan epi info Graha Nur Afifah lantai 2 – 4, Ruang Hemodialisa,
dari kuesioner yang diberikan. Sebagian besar dan Ruang Perawatan dan Kebidanan. Sebagian
peserta pelatihan dapat melakukan entry data besar ruang perawatan di RSU Haji Surabaya telah
menggunakan epi info dengan benar (55% atau 22 mulai memanfaatkan epi info untuk pencatatan
orang). Entry data dengan benar dimulai dari data pasien HAIs (89% atau 17 ruangan) (Gambar
bagaimana membuka kembali form data pasien 1).
yang telah disimpan, kemudian mengisikan data
pasien dan menyimpan kembali data tersebut.
Tabel 3
Distribusi Pengetahuan Penggunaan Epi info Peserta Pelatihan
Dapat Tidak Dapat Total
Komponen Pelatihan
n % n % n %
Entry data 22 55 18 45 40 100
Mengubah data entry menjadi tabel 29 72 11 28 40 100
Mengubah tabel menjadi pivot table 30 75 10 25 40 100
135 of 138 Anindya Putri Hapsari / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (2) 2018, 130-138
tabel dengan benar juga merupakan peserta Pelatihan tentang pencatatan dan pelaporan HAIs
pelatihan usia 46-55 tahun. Semakin cukup usia menjadi salah satu solusi aternatif dalam
seorang individu, maka tingkat kematangan dalam meningkatkan kompetensi petugas kesehatan
berpikir juga akan semakin baik (Karina & mengenai surveilans HAIs. Sumber daya yang
Warsito, 2012). Usia mempengaruhi daya tangkap paling penting dalam melaksanakan HAIs adalah
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan sumber
maka semakin berkembang daya tangkap dan pola daya manusia mampu untuk memecahkan sesuatu
pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh dan menjadi sumber daya yang dapat
semakin membaik (Fitriana, Pratiwi, & Sutanto, mengendalikan sumber daya yang lain (Kartika,
2015). Hasil penelitian ini berkebalikan dengan Hariyanti, & Pujiastuti, 2015).
penelitian Mailool, Pondaag, & Lolong (2017) Penelitian Mustariningrum & Koeswo (2015)
yang menyatakan bahwa pada kisaran umur 30 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
tahun merupakan umur produktif dimana pada signifikan antara pemberian program pelatihan
umur tersebut seseorang dapat mencapai hasil yang diadakan oleh komite PPI dan manajemen
kerja secara optimal Berdasarkan hasil penelitian, IPCLN dengan peningkatan pengetahuan, sikap,
hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat dan keterampilan petugas di RSUD Dr. Iskak
pendidikan perawat usia 46-55 tahun yang Tulungagung, sehingga program pelatihan berhasil
memang sebagian besar adalah S1 sehingga meningkatkan pengetahuan petugas. Pelatihan
pengetahuan mengenai HAIs dan epi info lebih program PPI yang diselenggarakan secara
baik. berkesinambungan oleh manajemen rumah sakit
Jenis kelamin peserta pelatihan terbanyak memang membutuhkan dana yang tidak sedikit,
adalah perempuan. Populasi perawat perempuan namun diharapkan dapat menuai hasil yang jauh
memang lebih mendominasi di RSU Haji lebih besar. Pelatihan yang diberikan akan
Surabaya, sehingga hal tersebut menyebabkan meningkatkan pengetahuan perawat. Hal tersebut
peserta pelatihan lebih banyak diikuti oleh perawat juga akan berpengaruh terhadap peningkatan
perempuan daripada perawat laki-laki. Sebagian kinerja perawat dan menurunkan cost yang tidak
besar peserta pelatihan yang mengalami perlu akibat terjadinya infeksi nosokomial di
peningkatan nilai pre-test dan post-test, mampu rumah sakit. Penelitian ini juga menyebutkan
melakukan entry data, mengubah data entry adanya hubungan yang kuat antara supervisi
menjadi tabel, dan mengubah tabel menjadi pivot dengan kinerja perawat. Hal tersebut menunjukkan
table dengan benar juga merupakan peserta perlu adanya monitoring atau supervisi secara
perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian simultan maupun parsial dari atasan agar hasil dari
Angelina, Kumaat, & Mulyadi (2015) yang pelatihan dapat diimplementasikan.
menyatakan bahwa perawat yang bekerja di Sebagian besar ruang perawatan juga telah
Instalasi Gawat Darurat Medik Prof. Dr. R.D. mulai memanfaatkan penggunaan epi info untuk
Kandou Manado, sebagian besar adalah melakukan pencatatan data pasien HAIs. Hal
perempuan. Hal tersebut juga sejalan dengan tersebut telah menunjukkan sebuah perkembangan
penelitian lain yang juga menunjukkan bahwa dalam sistem pencatatan menjadi lebih efektif dan
profesi perawat lebih didominasi oleh jenis efisien. Pelaksanaan monitoring lebih lanjut dari
kelamin perempuan daripada laki-laki. Hal ini setiap kepala ruang perawatan perlu dilakukan
disebabkan karena sifat dasar perempuan yang untuk mengontrol apakah perawat benar-benar
ramah, sabar, telaten, lemah lembut, berbelas melakukan pencatatan data pasien HAIs
kasih, dan gemar bersosialisasi (Siswanto, Erwin, menggunakan epi info, selain itu perlu juga
& Woferst, 2014). Pekerjaan perawat juga masih dilakukan dilakukan supervisi dari IPCN, yang
identik dengan pekerjaan yang lembut dan peduli merupakan pengawas dalam pengontrolan infeksi
karena dianggap dapat memberikan perhatian pada di rumah sakit. Adanya sistem reward bagi
pasien. Hal ini yang mendasari lebih banyak perawat yang rajin melakukan pencatatan dan
perawat perempuan daripada laki-laki (Alvadri, punishment bagi perawat yang tidak melakukan
2016). pengisian data pasien HAIs di epi info secara rutin,
Sebagian besar peserta pelatihan yang dengan melihat checklist kepatuhan
merupakan perawat telah mengalami peningkatan pendokumentasian, sebagai indikator kinerja
pengetahuan dalam mengidentifikasi HAIs, perawat. Hal ini merupakan bentuk keberlanjutan
mampu melakukan entry data pada epi info, dari pelatihan agar pengetahuan yang didapat
mampu mengubah data entry menjadi tabel, dan selama pelatihan tetap diimplementasikan.
mampu mengubah tabel menjad pivot table.
137 of 138 Anindya Putri Hapsari / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (2) 2018, 130-138
berdarah dengue dalam menentukan angka Yulianti, T. S., & Wijayanti, W. M. P. (2016).
bebas jentik. Unnes Journal of Public Health, Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat
6(1), 16–23. pengetahuan tentang kesehatan jiwa dengan
Raksanagara, A. S., & Raksanagara, R. (2015). sikap masyarakat terhadap pasien gangguan
Perilaku hidup bersih dan sehat sebagai jiwa di RW XX Desa Duwet Kidul,
determinan kesehatan yang penting pada Baturetno, Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan
tatanan rumah tangga di Kota Bandung. Kosala, 4(1), 1–12.
Jurnal Sistem Kesehatan, 1(1), 30–34. Zulkarnain. (2018). Analisis hubungan perilaku
RSU Haji Surabaya. (2017). Laporan kejadian perawat terhadap tindakan pencegahan
HAIs tahun 2016. Rumah Sakit Umum Haji infeksi nosokomial (phlebitis) di Ruang
Surabaya. Kota Surabaya. Perawatan Interna RSUD Bima tahun 2018.
Siswanto, F., Erwin, & Woferst, R. (2014). Faktor- Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 2(1),
faktor yang berhubungan dengan motivasi 254–261.
mahasiswa untuk melanjutkan profesi Ners.
JOM PSIK, 1(2), 1–10.