TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-
faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Gejala hipertensi
Peninggian tekanan darah kadang – kadang merupakan satu-satunya gejala
(Mansjoer, 2001). Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun
adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini
biasanya hilang setelah bangun (Tan dan Raharja, 2001). Pada survai hipertensi di Indonesia
tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah,
telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditekuk, mudah lelah, sakit kepala,
dan mata berkunang-kunang. Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti
: gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal tidak
jarang dijumpai. Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu
segera diturunkan (Susalit et al, 2001:453-472).
Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran dalam
posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan
dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang
dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol
dan sebagainya. Joint National Committee VII menuliskan diagnosis hipertensi ditegakan
berdasarkan sekurang-kurangnya dua kali pengukuran tekanan darah pada saat yang
berbeda. pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam
waktu satu sampai beberapa minggu (tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut).
Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai
rata-rata tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg.
Diagnosis hipertensi boleh ditegakan bila tekanan darah sistolik ≥ 210 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg (Ganiswara, 1995:317).
Terapi Hipertensi
Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi Non farmakologi
(tanpa obat) dan terapi farmakologi (dengan obat)
a. Terapi non farmakologi ditujukan untuk menurunkan tekanan darah pasien dengan jalan
memperbaiki pola hidup pasien. Modifikasi pola hidup dapat dilakukan dengan membatasi
asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga
dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama
20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam)
dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda. Ada pun makanan yang harus
dihindari atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripik
dan makanan keringyangasin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
b. Terapi farmakologi
1) Prinsip pemberian obat pada pasien usia lanjut:
2) Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecil.
3) Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan,untuk penyesuaian
autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
4) Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari.
5) Antisipasi efek samping obat.
6) Pemantauan tekanan darah itu sendiri di rumah untuk evaluasi efektivitas
pengobatan.
7) Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat
kelainan target organ.
PEMBAHASAN
Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenaga kesehatan
profesional. Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak
dialami oleh masyarakat tanpa ada gejala yang signifikan dan juga merupakan penyakit yang
menimbulkan penyakit lain yang berbahaya bila tidak diobati secepatnya. Penyakit-penyakit
tersebut melibatkan berbagai sistem organ, antara lain:
a. Organ Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa penebalan pada
otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa, sehingga
jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya
gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan menimbulkan kekurangan oksigen
dari otot jantung dan berakibat rasa nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.
b. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan sistem
saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan
menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah
yang akan menyebabkan gangguan pada organ pengelihatan.
c. Sistem Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh darah
pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak
berfungsi dengan baik. Akibat dari gagalnya sistem ginjal akan terjadi penumpukan zat yang
berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.