Anda di halaman 1dari 31

DTSS PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

BAGI PENGGUNA BARANG

MATERI
PERENCANAAN KEBUTUHAN
BARANG MILIK NEGARA

OLEH:
MARGONO

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN
TAHUN 2016
Kegiatan Belajar satu
Konsep Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara

1. Pengertian dan tujuan perencanaan kebutuhan BMN


Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 150/PMK.06/2014 Tentang
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara mendefinisikan Perencanaan Kebutuhan
BMN sebagai kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN untuk menghubungkan
pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar
dalam melakukan tindakan yang akan datang. Sementara itu Rencana Kebutuhan Barang
Milik Negara, yang selanjutnya disingkat RKBMN, adalah dokumen perencanaan BMN untuk
periode 1 (satu) tahun. Perencanaan BMN bertujuan agar efektivitas, efisiensi dan
optimalisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui pengeloaan BMN dapat
dicapai.

2. Jenis-jenis perencanaan kebututuhan BMN


Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Nilik Negara/Daerah
Pasal 9 ayat 2, Perencanaan Kebutuhan meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan,
pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan Barang Milik Negara/Daerah.
Sementara itu menurut PMK 150/PMK.06/2014 perencanaan BMN meliputi perencanaan
pengadaan BMN dan perencanaan pemeliharaan BMN. Masih sesuai dengan PMK
150/PMK.06/2014 pasal 5, perencanaan pengadaan dan pemeliharaan ini adalah untuk
tanah dan atau bangunan dan selain tanah dan atau bangunan.

3. Standar Barang, Standar Kebutuhan


Standar Barang adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan perhitungan
pengadaan BMN dalam perencanaan kebutuhan Kementerian/Lembaga (PMK
248/PMK.06/2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 7 /PMK.06/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 248/PMK.06/2011 Tentang Standar Barang Dan Standar Kebutuhan Barang Milik
Negara Berupa Tanah Dan/Atau Bangunan). Standar Kebutuhan adalah satuan jumlah
barang yang dibutuhkan sebagai acuan perhitungan pengadaan dan penggunaan BMN
dalam perencanaan kebutuhan kementerian/Lembaga (PMK 248/PMK.06/2011). Standar
Barang dan standar kebutuhan untuk BMN ditetapkan oleh Pengelola Barang (PP 27 tahun
2014 pasal 9 ayat 5).

1
a. Standar Barang dan Standar Kebutuhan tanah dan/atau bangunan
Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN berupa tanah dan atau bangunan
diatur dalam PMK 248/PMK.06/2011 Tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN
berupa Tanah dan/atau Bangunan. Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN berupa
tanah dan atau bangunan berfungsi sebagai pedoman bagi Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang dalam menyusun Perencanaan Kebutuhan dalam bentuk pengadaan
BMN berupa tanah dan/atau bangunan.
Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN berupa tanah dan atau bangunan
berfungsi sebagai pedoman bagi Pengelola Barang dalam meneliti Perencanaan Kebutuhan
BMN dalam bentuk pengadaan tanah dan atau bangunan yang disusun oleh Pengguna
Barang/Kuasa pengguna Barang.
Pengadaan BMN tersebut dapat dilakukan dengan cara: (1) pembelian tanah yang
dananya berasal dari APBN; (2) pembangunan baru bangunan atau renovasi/restorasi yang
mengubah luas bangunan yang menggunakan dana APBN; (3) perolehan tanah dan/atau
bangunan yang ditempuh melalui mekanisme sewa, pinjam pakai, bangun guna serah
(BGS), bangun serah guna (BGS) dan tukar menukar.
Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN berupa tanah dan/atau bangunan
meliputi luas maksimun dan minimum tanah, luas maksimum bangunan serta jumlah lantai
bangunan. Tanah tersebut adalah tanah yang diperuntukkan bagi Bangunan Gedung
Negara.
Bangunan gedung Negara dikelompokkan menjadi : (1) gedung perkantoran; (2)
rumah Negara; dan (3) bangunan lainnya yang bersifat khusus.

1). Gedung Perkantoran

Terkait dengan gedung perkantoran dalam PMK ini ditetapkan standar ketinggian
bangunan, standar kebutuhan unit Kantor, Standar luas bangunan, Standar Luas tanah,
Standar luas ruang kerja
a). Standar Ketinggian dan standar kebutuhan unit kantor
Gedung perkantoran terdiri dari Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, Tipe E-1 dan Tipe E-
2. Standar ketinggian dan kebutuhan unit kantor dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
Keterangan Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E-1 Tipe E-2
Tak Tak Tak
Jumlah unit dibatasi Tak dibatasi dibatasi dibatasi 1 unit 1 unit
Ketinggian
(paling tinggi) 20 lantai 20 lantai 8 lantai 8 lantai 4 lantai 2 lantai
Tingkat ditempati ditempati ditempati ditempati ditempati ditempati

2
Pengguna secara secara secara secara secara secara
permanen permanen oleh permanen permanen permanen permanen
oleh Kantor oleh oleh oleh oleh
lembaga Kementerian Instansi Instansi Instansi Instansi
tinggi Koordinator, Pemerintah Pemerintah Vertikal Vertikal
negara. Kementerian Pusat Pusat Pemerintah Pemerintah
Negara, dengan dengan Pusat Pusat
Pejabat pejabat pejabat dengan dengan
setingkat tertinggi tertinggi pejabat pejabat
Menteri, dan setingkat setingkat tertinggi tertinggi
Lembaga Eselon I. Eselon II. setingkat setingkat
Pemerintah Eselon Ill. Eselon IV.
Non
Kementerian
dengan
wilayah kerja
nasional.
Tabel 1 : Tipe gedung Kantor dan ketinggian serta pengguna
Diikhtisarkan penulis dari Lampiran PMK 7/PMK.06/2016

Bangunan gedung perkantoran dapat direncanakan lebih dari ketinggian


sebagaimana dimaksud di atas dengan ketentuan : (a) diusulkan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga terkait dengan menyertakan alasan teknis dan ekonomis pembangunan ; dan (b)
mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Perencanaan teknis bangunan gedung yang direncanakan dibangun lebih dari 8
lantai harus mendapat persetujuan dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pekerjaan
umum atas usul Menteri/Pimpinan Lembaga.
Dalam hal peraturan daerah tempat bangunan gedung perkantoran berdiri
menetapkan ketinggian maksimum bangunan lebih rendah dari ketinggian maksimum
sebagaimana dimaksud peraturan Menteri Keuangan tersebut, maka ketinggian maksimum
bangunan bersangkutan agar disesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan daerah
tersebut.

b). Standar luas bangunan


Luas Bangunan yang didasarkan standar untuk keperluan perencanaan kebutuhan
adalah luas bangunan bruto. Luas bangunan bruto merupakan luas keseluruhan ruangan
dalam gedung, termasuk bagian yang tidak dapat diutilisasi. Luas bangunan bruto diperoleh
dari perhitungan netto ditambah luas bangunan yang tidak dapat diutilisasi (Lu). Luas

3
bangunan yang tidak dapat diutilisasi biasanya ditentukan prosentasenya. Prosentase Lu
untuk bangunan sederhana 20 %, bangunan bertingkat rendah 25 %, bangunan bertingkat
tinggi 30 %. Prosentase ini adalah dari luas bangunan bruto. Misalkan bangunan tidak
sederhana dengan luas bangunan netto 810 meter persegi, maka luas bangunan brutonya
dapat dihitung sebagai berikut :
Luas Bangunan Netto
Luas Bangunan Bruto =
( 1- Prosentase Lu )
Jika rumus ini diisi dengan data di atas maka akan dihasilkan luas bangunan bruto
sebagai berikut :
810 M2
Luas Bangunan Bruto =
( 1- 0,2 )
= 1.012,5 m2

Luas bangunan netto merupakan keseluruhan luas bangunan yang dapat diutilisasi
baik untuk ruang kerja pegawai maupun ruang penunjang. Dengan demikian rumus untuk
menentukan Luas bangunan Netto (Lbn) adalah :
Lbn = ∑ ( Sr x P) + ∑ Lf

Sr = Standar luas ruang


P = Jumlah Formasi Pegawai
Lf = Luas ruang fasilitas

c). Standar luas tanah


Bangunan berdiri di atas tanah dan masing-masing daerah mengatur penggunaan
tanah untuk bangunan dalam bentuk penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB). KDB
ditetapkan dengan persentase. Misalnya, di sebuah kawasan dengan KDB 60%, maka
bangunan yang dapat dibangun luasnya tak lebih dari 60% dari luas lahan. Jadi, jika kita
memiliki lahan seluas 1.000 m2, kita hanya dapat membangun di atas lahan 600 m2 saja,
sisa lahan 400 m2 merupakan lahan terbuka. Karena prosentase KDB adalah dari luas
lahan, Lahan/Tanah yang harus disediakan (standar luas tanah) dapat dihitung dengan
rumus :

Luas tanah = Luas lantai Dasar Bangunan/ KDB

Jika kita akan membangun bangunan dengan luas lantai dasar bangunan adalah 300
meter, dan KDB di daerah tersebut adalah 60 %, maka luas tanah yang ada minimal harus
seluas 500 meter persegi (= 300/0,6).

4
Dalam PMK 7/PMK.06/2016 ditentukan luas tanah minimal dan luas tanah maksimal.
Luas tanah minimum dihitung dengan membagi luas lantai dasar bangunan dibagi KDB,
sementara itu luas tanah maksimum yang dapat dibeli adalah 5 dikali dengan luas lantai
dasar bangunan dibagi dengan prosentase KDB.

d). Standar Ruang kerja


Standar luas ruang kerja digunakan sebagai acuan untuk menentukan jumlah luas
keseluruhan ruangan yang akan menjadi luas neto bangunan. Standar luas ruang kerja
meliputi standar ruang kerja untuk pejabat dan pelaksana serta ruang penunjang.
(1) Ruang pejabat dan pelaksana
Terdapat standar luas ruang kerja untuk pejabat dan pelaksana berdasarkan PMK
7/PMK.06/2016 yang sudah diikhtisarkan dalam tabel 2 berikut ini.
Luas ruangan dalam m2 untuk :
Fungsi
Eselon
onal
Jenis ruangan Wakil Eselon Eselon Eselon Eselon Eselon Eselon Eselon Eselon V/
Menteri IV/ III
Menteri IA IB II A II B III-KK III-BKK IV KK IV BKK Pelak
ke
sana
bawah
Ruang kerja 28 16 16 16 14 14 12 12 8 8 12/8 5
Ruang Tamu 40 14 14 14 12 12 6 6 4 0 0 0
Ruang Rapat 40 20 20 20 14 10 10 0 10 0 0 0
Ruang tunggu 60 18 18 9 12 6 0 0 0 0 0 0
Ruang
istirahat 20 10 10 5 5 5 0 0 0 0 0 0
Ruang
Sekretaris 15 10 10 7 7 5 3 0 3 0 0 0
Ruang
Simpan 14 10 10 5 3 3 3 3 3 3 5/3 0
Ruang Toilet 6 4 4 3 3 3 3 0 3 0 0 0
223 102 102 79 70 58 37 21 31 11 17/11 5
Tabel 2 : Luasan Ruang Kerja
Diikhtisarkan Penulis dari Lampiran PMK 7/PMK.06/2016

PMK 7/PMK.06/2016 yang telah mengklasifikasikan gedung kantor menjadi Tipe A,


B, C, D serta E1 dan E2 sebagaimana telah dibahas di atas jugamengatur adanya ruang
rapat utama untuk masing-masing eselon yang dapat dilihat pada lampiran I PMK tersebut.
Dalam Lampiran I angka I huruf B dikatakan bahwa :
(a) Bangunan Tipe A dapat memiliki bangunan yang memiliki luas sesuai kebutuhan yang
berfungsi khusus guna menunjang kegiatan perkantoran dan sesuai dengan tugas dan

5
fungsi, seperti gedung pertemuan dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(b) Bangunan Tipe B dapat memiliki bangunan yang berfungsi khusus yang menunjang
kegiatan perkantoran dan sesuai dengan tugas dan fungsi seperti gedung pertemuan
dengan luas yang didasarkan dengan jumlah keseluruhan pegawai yang ada di
Pengguna Barang.

(2) Standar Ruang penunjang


Disamping luasan ruang kerja, dalam PMK tersebut juga diatur mengenai luasan
untuk ruang penunjang yang meliputi ruang arsip, ruang fungsional, toilet, ruang server,
lobby/fasilitas lain serta ruang pelayanan untuk Kantor Pelayanan. Ruang Fungsional
digunakan sesuai kebutuhan diantaranya adalah studio, ruang operator computer, musholla
dan gudang.

2). Rumah Negara

Terdapat beberapa tipe rumah Negara yaitu Tipe khusus, Tipe A, Tipe B, Tipe C tipe
D dan Tipe E. Luas tanah dan bangunan dari berbagai tipe tersebut dapat diikhtisarkan
sebagai berikut :

Luas Bangunan
Tipe rumah Negara (M2) Luas Tanah (m2)
Tipe khusus 400 1000
Tipa A 250 600
Tipe B 120 350
Tipe C 70 200
Tipe D 50 120
Tipe E 36 100
Tabel 3 : Tipe rumah Negara dan luasan
Diikhtisarkan penulis dari Lampiran PMK 7/PMK.06/2016
Selanjutnya masing-masing tipe rumah Negara memiliki ruangan-ruangan yang dapat dilihat
dalam lampiran I PMK 7/PMK.06/2016.

b. Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat
Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri
Standar Barang dan standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan
Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri diatur dengan Peraturan
Menter Keuangan Republik Indonesia Nomor 76/PMK.06/2015 Tentang Standar Barang
Dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan Di Dalam Negeri.

6
Standar Barang adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan
perhitungan pengadaan BMN dalam perencanaan ke butuhan Kementerian/ Lembaga.
Standar Kebutuhan adalah satuan jumlah barang yang dibutuhkan sebagai acuan
perhitungan pengadaan dan penggunaan BMN dalam perencanaan kebutuhan
Kementerian/ Lembaga.
Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri, yang
selanjutnya disebut AADB Dinas Operasional Jabatan, adalah kendaraan bermotor yang
digunakan oleh pejabat pemerintah dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan
fungsinya.
Standar Barang dan Standar Kebutuhan mengatur batas tertinggi atas spesifikasi
teknis dan jumlah maksimum AADB Dinas Operasional Jabatan yang dapat dialokasikan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Standar Barang yang ditetapkan dalam PMK Nomor 76/PMK.06/2015 adalah
sebagai berikut :
Kualifikasi Jenis Kapasitas Mesin Jumlah Silinder
Sedan 3.500 6
A SUV (Sport Utility 3.500 6
Vehicle)
Sedan 2.500 4
B SUV (Sport Utility 3.500 6
Vehicles)
C Sedan 2.000 4
D SUV 2.500 4
E SUV 2.000 4
F MPV (Multy Purpose 2.000 cc bensin atau 4
Vehicles) 2.500 cc diesel
MPV 1.500 cc 4
G
Sepeda Motor 225 cc 1
Tabel 5 Standar Barang Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri
Disalin penulis dari lampiran PMK Nomor 76/PMK.06/2015

Selanjutnya Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Alat Angkutan Darat Bermotor
Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri diatur dalam PMK Nomor 76/PMK.06/2015
sebagai berikut :
Tingkatan Jabatan Jumlah Pilihan Jenis Kelas
Maksimum Maksimum
Menteri dan setingkat 2 Sedan dan atau SUV A

7
Wakil Menteri dan setingkat 1 Sedan atau SUV A
Eselon Ia dan yang setingkat 1 Sedan atau SUV B
Eselon Ib dan yang setingkat 1 Sedan C
Eselon IIa dan yang setingkat 1 SUV D
Eselon IIb dan yang setingkat 1 SUV E
Eselon III dan yang setingkat 1
MPV (Multy Purpose
yang berkedudukan sebagai F
Vehicles)
Kepala Kantor
Eselon IV dan yang setingkat 1
yang berkedudukan sebagai
MPV (Multy Purpose
Kepala Kantor dengan G
Vehicles)
wilayah kerja minimal 1 (satu)
kabupaten/kota
Eselon IV dan yang setingkat 1
yang berkedudukan sebagai
Kepala Kantor dengan Sepeda Motor G
wilayah kerja kurang dari 1
(satu) kabupaten/kota
Tabel 6 : Standar Kebutuhan Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam
Negeri Disalin penulis dari lampiran PMK Nomor 76/PMK.06/2015

8
Kegiatan Belajar Kedua
Mekanisme Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara - Pengadaan

1. Pendahuluan
Mekanisme Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara diawali dengan Kuasa
Pengguna Barang menyusun RKBMN dengan memasukkan dalam formulir RKBMN dan
selanjutnya RKBMN tersebut dikirimkan ke Pembantu Pengguna Barang Wilayah paling
lambat minggu pertama bulan Juli, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya. Pada waktu
menyusun RKBMN Pengadaan, Kuasa Pengguna Barang harus memperhatikan standar
barang dan standar kebutuhan BMN sebagaimana telah dibahas pada kegiatan belajar
kesatu.
Pembantu Pengguna Barang Wilayah yang telah menerima RKBMN dari Kuasa
Pengguna Barang di wilayah kerjanya, mengkompilasi RKBMN tersebut dan selanjutnya
mengirimkan kompilasi RKBMN tersebut ke Pembantu Pengguna Barang Eselon I paling
lambat minggu kedua bulan Juli, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya.
Pembantu Pengguna Barang Eselon I selanjutnya melakukan analisis atas RKBMN
dari Kuasa Pengguna Barang dan selanjutnya menyusun rekapitulasi RKBMN tingkat
Eselon I. Rekapitulasi RKBMN tingkat Eselon I dan RKBMN dari Kuasa Pengguna Barang
oleh Pembantu Pengguna Barang Eselon I diserahkan ke Pengguna Barang paling lambat
minggu kedua bulan Agustus, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya disertai dengan
dokumen pendukungnya.
Pengguna barang meneliti Rekapitulasi RKBMN dari Eselon I dan RKBMN dari
Kuasa Pengguna Barang. Penelitian RKBMN oleh Pengguna Barang dilakukan pada
minggu kedua bulan Agustus s.d. minggu ke empat bulan November, 2 (dua) tahun
anggaran sebelumnya. Dalam kegiatan penelitian atas RKBMN, Pengguna Barang meminta
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan review terhadap kebenaran
dan kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan ketentuan
Perencanaan Kebutuhan BMN.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Pengguna Barang menyusun RKBMN
Pengguna Barang sesuai dengan format yang telah ditentukan. Setelah dilengkapi dengan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Pengguna
Barang dan hasil review APIP, RKBMN tersebut dikirim ke Pengelola Barang.
Selanjutnya RKBMN yang diterima oleh Pengelola akan ditelaah bersama antara
Pengelola Barang dengan Pengguna Barang dengan berpedoman pada KMK
452/KM.06/2014 tentang Modul Perencanaan Barang Milik Negara untuk Penelaahan

9
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Kegiatan penelaahan ini dituangkan dalam kertas
kerja yang formulirnya telah disediakan contohnya pada KMK 452/KM.06/2014. Selanjutnya
dibuat Catatan atas Penelaahan RKBMN yang ditandatangani oleh petugas penelaan dari
Pengeloa dan dari pengguna. Berikut ini akan disajikan proses penyusunan dan
penelaahan RKBMN.

2. Pengajuan usul Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara


a. Penyusunan RKBMN oleh Kuasa Pengguna Barang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI nomor 450/KM.6/2014 tentang
Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara untuk penyusunan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara, Kuasa Pengguna Barang menyusun Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara tingkat Satker dan menyampaikan RKBMN secara berjenjang kepada
Pengguna Barang. Penyusunan RKBMN berpedoman pada Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) dan Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN
(SBSK). Kuasa Pengguna Barang menyampaikan RKBMN kepada Pembantu Pengguna
Barang Wilayah secara tertulis paling lambat minggu pertama bulan Juli, 2 (dua) tahun
anggaran sebelumnya ( KMK nomor 642/KMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan,
Penelitian dan Penyampaian RKBMN di lingkungan Kementerian Keuangan).
Kuasa Pengguna Barang menyampaikan RKBMN dalam bentuk hard copy dan soft
copy. RKBMN ini disertai dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
Usulan RKBMN Kuasa Pengguna Barang untuk Pengadaan dituangkan dalam
formulir sebagai berikut :

10
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
KUASA PENGGUNA BARANG
PENGADAAN
TAHUN ……(2)…
Halaman : (1)
Kementerian/Lembaga : (3)
Unit Eselon I : (4)
Unit Wilayah : (5)
Unit Satuan Kerja : (6)
Program : (7)
Kegiatan : (8)
Output : (9)
Jenis Belanja : (10)
Optimalisasi
Kode Uraian Usulan Kebutuhan
No SBSK Existing Keterangan
Barang Barang BMN Riil BMN
BMN
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

………(19)……. , …………………..
Penanggung Jawab UAKPB
…………………………………………
(20)

(21)
NIP
Tabel 7 : RKBMN Pengadaan Kuasa Pengguna Barang
Disalin Penulis dari KMK nomor 642/KMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian dan
Penyampaian RKBMN di lingkungan Kementerian Keuangan

Cara pengisian formulir :


(1) Diisi nomor halaman
(2) Diisi tahun anggaran berjalan
(3) Diisi nama Kementerian/Lembaga

11
(4) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja bersangkutan
(5) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan kerja yang bersangkutan
(6) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan
(7) Diisi kode dan nama program yang diinduk pada kegiatan yang bersangkutan
(8) Diisi dengan kode dan nama kegiatan sesuai Bagan Akun Standar (dalam ) rangka
mewujudkan sasaran program
(9) Diisi dengan kode dan ouput kegiatan berupa fisik BMN yang hendak diadakan
(10) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Satndar (BAS) belanja Negara yang akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran tersebut
(11) Diisi nomor urut
(12) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefiksi BMN yang
berlaku
(13) Diisi uraian nama barang sesuai pada kolom (2) berdasarkan ketentuan penggolongan
dan kodefiksi BMN yang berlaku
(14) Diisi kuantitas barang yang diusulkan, dengan satuan barang sesuai ketentuan yang
berlaku yaitu : panjang (m), luas (m2), Unit, buah, set dan sebagainya.
(15) Diisi dengan standar kebutuhan maksimum dengan data input sesuai ketentuan
satandar barang dan standar kebutuhan yang berlaku yaitu : panjang (m), luas (m2),
Unit, buah, set dan sebagainya.
(16) Diisi besaran optimalisasi existing BMN di lingkungan Satuan Kerja/Pengguna Barang
yang bersangkutan yang masih dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
(17) Diisi kuantuitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja
(18) Diisi keterangan dan atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap
(19) Diisi tempat dan tanggal RKBMN disahkan
(20) Diisi jabatan pendandatangan RKBMN
(21) Diisi nama dan NIP pejabat yang mengesahkan RKBMN.
RKBMN yang telah disyahkan oleh Kuasa Pengguna Barang selanjutnya selambat-
lambatnya pada minggu pertama bulan Juli, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya dikirimkan
ke Pembantu Pengguna Barang Wilayah.

b. Kompilasi RKBMN oleh Pembantu Pengguna Barang Wilayah


RKBMN Kuasa Pengguna Barang yang telah diterima oleh Pembantu Pengguna
Barang Wilayah, oleh Pembantu Pengguna Barang Wilayah akan dikompilasi dan
selanjutnya dikirimkan ke Pembantu Pengguna Barang Eselon I beserta dengan dokumen-
dokumen pendukung yang diperlukan. RKBMN ( hard copy dan soft copy) tersebut
selambat-lambatnya pada minggu kedua bulan Juli, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya
harus sudah disampaikan ke Pembantu Pengguna Barang Eselon I.

12
c. Analisis oleh Pembantu Pengguna Barang Eselon I
Pembantu Pengguna Barang Eselon 1, melakukan analisis atas RKBMN yang
diterima dari Pembantu Pengguna Barang Wilayah . Analisis yang dilakukan berpedoman
pada : (1) Rencana Strategis Unit Eselon I; (2) Data BMN yang berlebih pada Unit Eselon I;
(3) Data BMN yang belum digunakan secara optimal pada unit Eselon I; (4) Standar; (5)
rencana pengembangan pegawai pada 2 (dua) tahun mendatang; (6) rencana
penghapusan BMN pada 2 (dua) tahun mendatang; dan (7) ketentuan terkait lainnya.
Analisis atas RKBMN pengadaan dilakukan terhadap :
1) Relevansi program dengan rencana keluaran pada renstra
2) keseuaian perbandingan antara kebutuhan dengan BMN yang berada pada Kuasa
Pengguna Barang
3) kesuaian dengan standar yang telah ditetapkan
4) Kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai pada Kuasa Pengguna Barang dengan
rencana pengembangan pegawai pada 2 (dua) tahun mendatang.
5) Kelayakan rencana penghapusan BMN 2 (dua) tahun mendatang
6) optimalisasi penggunaan BMN yang berada pada Pembantu Pengguna Barang Eselon I
dalam hal terdapat BMN yang berada pada Unit Eselon I yang belum digunakan secara
optimal dan memenuhi spesifikasi;
7) Efektivitas penggunaan BMN yang berada pada Pembantu Pengguna Barang Eselon I
sesuai dengan peruntukannya; dan
8) alternative pemenuhan RKBMN/skema pemenuhan RKBMN.
Selanjutnya Pembantu Pengguna Barang Eselon I menyusun rekapitulasi RKBMN
tingkat Eselon I serta menyampaikan RKBMN dan rekapitulasi RKBMN tingkat Eselon I
kepada Pengguna Barang paling lambat minggu kedua bulan Agustus, 2 (dua) tahun
anggaran sebelumnya, disertai data dukung sebagai berikut :
1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh Pimpinan Unit Eselon I atau Pejabat Eselon II
yang membidangi BMN/Perlengkapan
2) Rekapitulasi RKBMN Kuasa Pengguna Barang
3) SPTJM Pembantu Pengguna Barang Eselon I, sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam huruf L KMK 642/KMK.01/2015. SPTJM ini ditandatangani oleh
Pimpinan Unit Eselon I atau Pejabat Eselon II yang membidangi BMN/perlengkapan;
4) SPTJM Kuasa Pengguna Barang;
5) Dokumen Renstra Unit Eselon I yang memuat Program dan keluaran (output) kegiatan;
6) Formasi dan jumlah pegawai pada masing-masing Satuan Kerja;
7) Data BMN yang dimiliki, yang sekurang-kurangnya memuat informasi jumlah BMN
berdasarkan jenis, status, kondisi dan tahun perolehan BMN;

13
8) dokumen rencana penghapusan BMN 2 (dua) tahun mendatang; dan
9) Arsip Data Komputer (ADK) RKBMN.
Dokumen-dokumen di atas, disampaikan rangkap dua (dalam bentuk hard copy dan
soft copy).

d. Penelitian oleh Pengguna Barang


Atas RKBMN dan rekapitulasi RKBMN Eselon 1 serta dokumen pendukung yang
telah diterima oleh UPB akan dilakukan penelitian.
Untuk Kementerian Keuangan, Penelitian yang dilakukan berpedoman pada : (1)
Rencana Strategis Kementerian Keuangan; (2) Data BMN yang berlebih pada Kementerian
Keuangan; (3) Data BMN yang belum digunakan secara optimal pada Kementerian
Keuangan; (4) Standar; (5) Jumlah dan formasi pegawai; (6) rencana penghapusan BMN
pada 2 (dua) tahun mendatang; dan (7) ketentuan terkait lainnya.
Penelitian ini dilakukan terhadap hal-hal berikut :
1) Relevansi antara program dengan rencana keluaran (output) pada renstra
2) kesesuaian antara kebutuhan yang diusulkandengan BMN yang berada pada Kuasa
Pengguna Barang
3) kesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan
4) Kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai dengan rencana pengembangan
pegawai pada 2 (dua) tahun mendatang.
5) Kesesuaian dengan rencana BMN yang akan dihapuskan pada 2 (dua) tahun mendatang
6) optimalisasi penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang dalam hal terdapat
BMN yang Kementerian Keuangan yang belum digunakan secara optimal dan memenuhi
spesifikasi;
7) Efektivitas penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang sesuai dengan
peruntukannya; dan
8) alternatif pemenuhan RKBMN/skema pemenuhan RKBMN.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Pengguna Barang menyusun RKBMN
Pengguna Barang sesuai dengan format pada tabel 8 berikut ini.
RKBMN Pengguna barang yang telah ditandatangai penanggungjawab UPB
disampaikan kepada Pengelola Barang, disertai dengan SPTJM yang ditandatangani oleh
Pengguna Barang dan hasil review APIP.

14
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
PENGGUNA BARANG
PENGADAAN
Kementerian/Lembaga : ……….. Halaman : ………………
N Unit Progra Kode Uaraia Usula SBS Optimalis Kebutu Kete
o E1/Wilaya m Baran n n K a-si h-an ranga
h /Kegiata g Baran BMN Existing Riil n
/KPB/Lok n g BMN BMN
asi /Output/

(4 (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
)

…………………….,
……………….
Penanggung Jawab UPB
…………………………………
……

…………………………………
……
NIP
Tabel 8 : RKBMN Pengguna Barang untuk Pengadaan
Disalin penulis dari KMK nomor 642/KMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian
dan Penyampaian RKBMN di lingkungan Kementerian Keuangan

3. Penelaahan atas usul kebutuhan Barang Milik Negara


Pengelola Barang setelah menerima RKBMN serta dokumen pendukungnya dari
Pengguna Barang selanjutnya melakukan penelaahan. Penelaahan berpedoman pada PMK
452/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara untuk Penelaahan
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara.
Pengelola Barang dengan melibatkan Pengguna Barang bertanggungjawab untuk
menelaah RKBMN. Proses penelaahan RKBMN merupakan bagian dari rangkaian kegiatan

15
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara yang merupakan kewenangan Pengelola
Barang dengan melibatkan Pengguna Barang.
Secara garis besar, prosedur penelaahan RKBMN terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu :
(1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap tindak lanjut Hasil Penelaahan
RKBMN.
Pada tahap persiapan baik pengelola maupun pengguna melakukan persiapan.
Pengelola barang antara lain menyusun jadwal penelaahan dan memberitahukannya
kepada pengguna barang serta menyiapkan dokumen yang terkait dengan pelaksanaan
penelaahan RKBMN. Pengguna Barang dalam tahap ini antara lain menyerahkan RKBMN
dan dokumen pendukung sesuai jadwal dan menugaskan pejabat atau pegawai yang
ditugasi untuk menghadiri pertemuan dalam penelaahan RKBMN sesuai jadwal yang
ditentukan.
Dokumen yang disiapkan oleh pengelola antara lain adalah RKBMN beserta
kelengkapannya, check list kelengkapan dokumen penelaahan RKBMN, Daftar Barang pada
Pengguna Barang yang memuat informasi status penggunaan BMN, jangka waktu
pemanfaatan BMN (jika ada), dan kondisi BMN, serta daftar barang pada Pengelola.
Dokumen yang disiapkan oleh pengguna sekurang-kurangnya terdiri dari :
1). Surat Tugas penelaahan RKBMN;
2). Renstra Kementerian/lembaga
3). RKBMN tingkat Pengguna beserta kelengkapannya sebagai berikut :
a). Surat Pengantar RKBMN
b). RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang
c). Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) atas kebenaran RKBMN
d) laporan hasil review Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); dan
e) Arsip Data Komputer
4). Daftar barang pada Pengguna Barang yang memuat informasi status penggunaan BMN,
jangka waktu pemanfaatan (apabila sedang dimanfaatkan, dan kondisi BMN.
Setelah persiapan dilakukan, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
dilaksanakan penelaahan RKBMN. Kegiatan penelaahan RKBMN terdiri atas: (1) analisis
dan validasi data; dan (2) Forum penelaahan Pengelola Barang dan Pengguna Barang.

a. Analisis dan validasi data


Kegiatan analisis dan validasi data yang dilakukan oleh pengelola menghasilkan
ouput kegiatan berupa : (a) check list kelengkapan dokumen RKBMN; (b) Kertas Kerja
Penelaahan RKBMN Pengadaan dan Kertas kerja Penelaahan RKBMN Pemeliharaan.
Untuk Kertas Kerja Penelaahan RKBMN Pemeliharaan akan dijelaskan pada kegiatan
Belajar Ketiga.

16
Kegiatan analisis dan validasi data mencakup aspek administrasif dan substantif.
Kegiatan analisis dan validasi data dari aspek adminstratif ditujukan untuk mencapai :
(1)kelengkapan dokumen dan data penyampaian RKBMN; (2) legalitas dokumen dan data
RKBMN; dan (3) kesesuaian dokumen dan data penelaahan, khususnya antara softcopy
dengan hardcopy. Kegiatan analisis dan validasi data dari aspek substantif ditujukan pada
pencapaian prinsip penelaahan RKBMN.
Terkait dengan kelengkapan dokumen data penyampaian RKBMN, pengelola akan
melakukan analisis atas kelengkapan : (1) surat pengantar RKBMN yang ditandatangani
oleh Pengguna Barang; (2) RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang; (3) SPTJM Pengguna
Barang atas kebenaran RKBMN; (4) Laporan hasil review oleh APIP; (5) Arsip Data
Komputer.
Dalam kegiatan analisis atas legalitas dokumen, pengelola meneliti dokumen apakah
telah ditandatangai oleh pejabat yang berwewenang dan meneliti apakah dokumen
merupakan dokumen asli (bukan fotocopy). Untuk menyakini kesesuaian format dokumen
RKBMN pengelola akan meneliti apakah dokumen RKBMN telah disajikan sesuai dengan
format yang diatur dalam PMK Perencanaan Kebutuhan dan membandingkan data softcopy
(ADK) dengan hardcopy yang disampaikan K/L.
Kegiatan analisis ini direkam dalam dokumen yaitu check list sebagaimana terlihat
pada tabel 9 : Check List dokumen RKBMN yang disajikan pada halaman berikutnya.
Dari aspek substantif kegiatan analisis dan validasi data mencakup relevansi
program dengan rencana keluaran berupa BMN, Optimalisasi penggunaan BMN pada
pengguna barang, Efektivitas penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang
sesuai dengan peruntukannya dalam rangka menunjang tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga serta Kebenaran data BMN yang diusulkan rencana
pemeliharaannya (untuk RKBMN Pemeliharaan).
Aspek relevansi program dengan rencana keluaran (output) Kementerian/Lembaga
akan diteliti kesesuaian dan konsistensi program dengan rencana keluaran (output)
Kementerian/Lembaga berupa BMN.
Optimalisasi penggunaan BMN pada pengguna barang dilakukaan telaahan atas
data input perhitungan optimalisasi eksisting BMN untuk RKBMN yang sekurang-kurangnya
terdiri atas jumlah, lokasi, status penggunaan, jangka waktu pemanfaatan (apabila sedang
dimanfaatkan) disesuaikan dengan jenis BMN.
Efektivitas penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang sesuai dengan
peruntukannya dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga akan
ditelaah oleh pengelola. Kegiatan ini mungkin akan menemukan indikasi adanya
penyalahgunaan BMN atau indikasi adanya BMN idle.

17
No Kelengkapan dokumen Ada Tidak Keterangan
1. Surat Pengantar RKBMN yang
ditandatangani Pengguna Barang
2. RKBMN Tingkat Kuasa Pengguna
Barang
3. RKBMN tingkat Pengguna Barang
4. Surat Pernyataan Tanggungjawab
Mutlak yang ditandatangai Pengguna
Barang Atas Kebenaran RKBMN
5. Laporan Hasil review APIP yang
ditandatangani oleh pejabat yang
berwewenang
6. Arsip Data Komputer (ADK) RKBMN
7. Pendelegasian Wewenang
penandatangan RKBMN Pengguna
Barang dan SPTJM (apabila ada)
8. Surat Tugas Penelaahan RKBMN
Kementerian/Lembaga
B Legalitas Dokumen
1. Apakah sudah ditandatangani oleh
pejabat yang berwewenang
2. Apakah dokumen RKBMN merupakan
dokumen Asli (bukan fotocopy)?
C. Kesesuaian Dokumen
1. Apakah dokumen RKBMN telah
disajikan sesuai dengan format dalam
PMK Perencanaan Kebutuhan?
2. Apakah data softcopy yang
disampaikan dari K/L sama dengan
hardcopy?
RKBMN diterima tanggal Petugas Penelaah RKBMN Pengelola
Barang
Nama :
NIP :
Tabel 9 : Check List dokumen RKBMN
Disalin Penulis dari PMK 452/PMK.06/2014

18
b. Forum penelaahan Pengelola dan Pengguna Barang
Secara garis besar, forum penelaahan RKBMN dilaksanakan dalam rangka
konfirmasi kelengkapan, legalitas, kesesuaian dokumen, relevansi antara program, kegiatan
dan ouput (BMN), optimalisasi existing BMN, efektivitas penggunaan BMN, serta status dan
kondisi barang berkenaan dengan pemeliharaan BMN.
Kegiatan ini bertolak dari check list kelengkapan Dokumen dan Kertas kerja
Penelaahan sebagaimana telah dibahas di huruf a di atas. Kegiatan ini dilakukan dengan
kegiatan tatap muka dan dilanjutkan dengan kegiatan melalui on line dengan menggunakan
media internet melalui aplikasi sistem informasi manajemen aset negara. Apabila diperlukan
Pengguna Barang dapat mengundang petugas Pembantu Pengguna Barang Eselon I, PPB-
Wilayah dan atau Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan untuk terlibat dalam forum
online tersebut.
Rincian Kegiatan penelaahan RKBMN Pengadaan meliputi :
1) Melakukan konfirmasi kesesuaian antara program dan rencana keluaran berupa BMN
dengan renstra KL, dan memastikan apakah pengadaan BMN benar diperlukan sehingga
disampaikan RKBMN-nya
2) Melakukan konfirmasi ketersediaan BMN (termasuk rencana
penghapusan/pemindahtangan eksisting BMN untuk tahun yang direncanakan) pada
Pengguna Barang.
3) kegiatan yang lebih subjektif untuk mengakomodasi penelaahan antara lain adanya
penyalahgunaan peruntukan BMN dan/atau indikasi BMN idle.
4) pembahasan skema pemenuhan kebutuhan BMN dengan mempertimbangkan : (a)
alternafif sewa antara lain dengan pertimbangan ketersediaan BMN yang masa
pemanfaatan yang akan berakhir dalam waktu paling lama 5 tahun atau sifat
program/kegiatan yang sifatnya temporary; (b) mempertimbangkan ketersediaan BMN
pada Pengelola Barang; (c) melakukan dialog antar penelaah Pengelola Barang untuk
mengetahui apakah terdapat indikasi BMN idle yang kiranya dapat digunakan sebagai
alternatif pemenuhan kebutuhan Kementerian/Lembaga.
Konfirmasi ketersediaan BMN sebagaimana disebutkan pada angka 2) di atas
mencakup : (a). sebagian tanah dan/atau bangunan sedang tidak digunakan dan/atau tidak
direncanakan untuk digunakan dalam rangka menyelenggarakan tugas dan fungsi K/L
sebelum berakhirnya tahun ketiga atau tidak direncanakan untuk dimanfaatkan sebelum
berakhirnya tahun kedua terhitung sejak tahun yang direncakan; (b) selain tanah dan
bangunan sedang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi K/L dan atau
(c) jangka waktu pemanfaatan BMN berakhir paling lama 5 tahun terhitung mulai tahun yang
direncanakan. Kegiatan penelaahan RKBMN Pengadaan didokumentasikan dalam kertas

19
kerja yang formulirnya tampak pada tabel 10 : Kertas Kerja Penelaahan RKBMN-
Pengadaan.
KERTAS KERJA PENELAAHAN RKBMN UNTUK PENGADAAN
TAHUN ANGGARAN
Kementerian/Lembaga :
Progra Keb Kebu Pemenuhan
Opti
m/Kegia Uraian utuh tuhan Kebutuhan
Unit E1 Kode Usula malisa
tan/Out Barang SBS an BMN BMN Keter
No /KPB/ Ba n si Exis
put/Jeni Usulan K Riil yang Skema Kuanti angan
Lokasi rang BMN ting
s BMN BM diset tas
BMN
Belanja N ujui
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m)

Petugas Penelaah
RKBMN
Pengelola Barang

Nama :
NIP :
Tabel 10 : Kertas Kerja Penelaahan RKBMN-Pengadaan
Disalin Penulis dari PMK 452/PMK.06/2014

Selanjutnya penelaahan RKBMN tersebut akan dituangkan dalam catatan hasil


forum penelaahan yang ditandatangani oleh Petugas Penelaah dari DJKN dan petugas
penelaah dari Kementerian/Lembaga. Catatan Hasil Forum Penelaahan akan dibahas pada
kegiatan belajar ketiga.

3. Penetapan Daftar Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara


Setelah dilakukan penelaahan RKBMN sebagaimana telah dibicarakan pada angka 2 di atas,
selanjutnya disusun Konsep Hasil Penelaahan RKBMN. Konsep Hasil Penelaahan RKBMN
dilengkapi dengan Check List Kelengkapan Dokumen, Kertas Kerja Penelaahan, dan
Catatan Hasil Forum Penelaahan dan ditandatangani oleh : (1) Pejabat eselon II di
lingkungan Pengelola Barang yang mendapat delegasi wewenang dari Pengeloa Barang,

20
dan (2) Pengguna Barang. Hasil Penelaahan RKBMN Pengadaan dapat dilihat Tabel 11 :
Hasil Penelaahan RKBMN di halaman berikut.

HASIL PENELAAHAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA


PENGADAAN
TAHUN :
KEMENTERIAN/LEMBAGA : HALAMAN : ……
Program/ Pemenuhan
Unit Eselon Uraia
Kegiatan / Kode Kebutuh Kebutuhan Kebutuhan BMN
1 / Wilayah n Keterang
No Output / Baran an Riil BMN yang
/ KPB / Baran Kuantit an
Jenis g BMN disetujui Skema
Lokasi g as
Belanja

…………………………… …………………………………
………………. …………………

a.n. …………………………………
…………………………… ………………….
……….. NIP……………………………
NIP/NRP………………… ………………….
……………
Tabel 11 : Hasil Penelaahan RKBMN
Disalin Penulis dari PMK 150/PMK.06/2014

Naskah Asli Hasil Penelaahan RKBMN yang ditandatangani pejabat eselon II di atas
di lingkungan Pengelola Barang dan Pengguna Barang terdiri atas Hasil Penelaahan
RKBMN Pengadaan dan Hasil Penelaahan RKBMN Pemeliharan.
Naskah Asli Hasil Penelaahan RKBMN dismpaikan secara tertulis oleh Direktur
Jenderal Kekayaan Negara kepada pimpinan Kementerian/Lembaga dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat bulan Februari tanggaran sebelumnya.

21
Kegiatan Belajar ketiga
Mekanisme Perencanaan Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Negara

1. Pengajuan usul Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Negara


Mekanisme Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara untuk Pemeliharaan
diawali dengan Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN dengan memasukkan dalam
formulir RKBMN dan selanjutnya RKBMN tersebut dikirimkan ke Pembantu Pengguna
Barang Wilayah paling lambat minggu pertama bulan Juli, 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya. Pada waktu menyusun RKBMN Pemeliharaan, Kuasa Pengguna Barang harus
memperhatikan daftar barang yang memuat informasi status barang dan kondisi barang.
RKBMN yang disusun oleh KPB seperti tampak pada tabel 12 berikut ini.

RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA


(RENCANA PEMELIHARAAN)
KUASA PENGGUNA BARANG
TAHUN ……..
KEMENTERIAN/LEMBAGA :
UNIT ESELON I :
UNIT WILAYAH :
UNIT SATUAN KERJA :
JENIS BELANJA :
STATUS BARANG :
Kebutuhan
Kode Uraian Kondisi Barang
No Pemeliharaan Keterangan
Barang Barang
Baik RR RB Unit/Bidang M2

……………. , …………………..
Penanggung Jawab UAKPB

NIP
Tabel 12 : RKBMN Kuasa Pengguna Barang-Pemeliharaan
Disalin Penulis dari KMK nomor 642/KMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian dan
Penyampaian RKBMN di lingkungan Kementerian Keuangan

22
Sesuai dengan PMK 150/PMK.06/2014 pasal 9, RKBMN untuk pemeliharaan
diusulkan oleh Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang terhadap : (1) BMN
berupa tanah dan/atau bangunan; (2) BMN selain tanah dan atau bangunan untuk : (a) BMN
berupa alat angkutan bermotor; (b) BMN selain huruf (a) di atas dengan nilai perolehan per
satuan paling sedikit sebesar Rp100.000.000,00.
RKBMN untuk pemeliharaan tidak dapat diusulkan oleh Pengguna Barang dan/atau
Kuasa Pengguna Barang terhadap : (1) BMN yang berada dalam kondisi rusak berat; (2)
BMN yang berada dalam status penggunaan sementara; (3) BMN yang berada dalam status
dioperasionalkan oleh fihak lain; dan atau (4) BMN yang berada dalam status dimanfaatkan
(PMK 150/PMK.06/2014 pasal 10).
Pembantu Pengguna Barang Wilayah yang telah menerima RKBMN Pemeliharaan
dari Kuasa Pengguna Barang di wilayah kerjanya, mengkompilasi RKBMN tersebut dan
selanjutnya mengirimkan kompilasi RKBMN tersebut ke Pembantu Pengguna Barang
Eselon I paling lambat minggu kedua bulan Juli, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya.
Pembantu Pengguna Barang Eselon I selanjutnya melakukan analisis atas RKBMN
Pemeliharaan dari Kuasa Pengguna Barang dan selanjutnya menyusun rekapitulasi RKBMN
tingkat Eselon I. Rekapitulasi RKBMN tingkat Eselon I dan RKBMN dari Kuasa Pengguna
Barang oleh Pembantu Pengguna Barang Eselon I diserahkan ke Pengguna Barang paling
lambat minggu kedua bulan Agustus, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya disertai dengan
dokumen pendukungnya.
Pengguna barang meneliti Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan dari Eselon I dan
RKBMN Pemeliharaan dari Kuasa Pengguna Barang. Penelitian RKBMN oleh Pengguna
Barang dilakukan pada minggu kedua bulan Agustus s.d. minggu ke empat bulan
November, 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya. Dalam kegiatan penelitian atas RKBMN,
Pengguna Barang meminta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan
review terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMN Pemeliharaan serta kepatuhan
terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Pengguna Barang menyusun RKBMN
Pemeliharaan Pengguna Barang sesuai dengan format yang telah ditentukan sebagaimana
tampak di tabel 13 berikut ini.

23
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
PENGGUNA BARANG
PEMELIHARAAN
TAHUN …….. (2)
Kementerian/Lembaga : (3) Halaman : ………(1)
Unit E1 Kebutuhan
Jenis Kode Uraian Status Kondisi Kete-
No /Wilayah Pemeliharaan
Belanja Barang Barang Barang rangan
/KPB/Lokasi B RR RB Unit M2
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

…………., ……………….
Penanggung jawab UPB

……………………………………….
NIP
Tabel 13 : RKBMN Pengguna Barang-Pemeliharaan
Disalin Penulis dari KMK nomor 642/KMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian
dan Penyampaian RKBMN di lingkungan Kementerian Keuangan

Penelitian RKBMN oleh Pengguna Barang dilakukan pada minggu kedua bulan
Agustus sampai dengan minggu keempat bulan November, 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya. Setelah dilengkapi dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM) yang ditandatangani oleh Pengguna Barang dan hasil review APIP, RKBMN
tersebut dikirim ke Pengelola Barang.

2. Penelaahan atas usul kebutuhan pemeliharaan


Selanjutnya RKBMN yang diterima oleh Pengelola akan ditelaah bersama antara
Pengelola Barang dengan Pengguna Barang dengan berpedoman pada KMK
452/KM.06/2014 tentang Modul Perencanaan Barang Milik Negara untuk Penelaahan
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Kegiatan penelaahan ini dituangkan dalam kertas
kerja yang formulirnya telah disediakan contohnya pada KMK 452/KM.06/2014. Selanjutnya
dibuat Catatan atas Penelaahan RKBMN yang ditandatangani oleh petugas penelaan dari

24
Pengeloa dan dari pengguna. Berikut ini akan disajikan proses penyusunan dan
penelaahan RKBMN.
Secara garis besar, prosedur penelaahan RKBMN terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu :
(1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap tindak lanjut Hasil Penelaahan
RKBMN.
a. ) Tahap persiapan
Tahap persiapan penelaahan RKBMN Pemeliharaan bersamaan dengan persiapan
untuk Penelaahan RKBMN untuk pengadaan sehingga pembahasan pada tahap ini
mengikuti uraian pada kegiatan belajar kedua.

b. Tahap pelaksanaan
Setelah persiapan dilakukan, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
dilaksanakan penelaahan RKBMN.Kegiatan penelaahan RKBMN terdiri atas: (1) analisis
dan validasi data; dan (2) Forum penelaahan Pengelola Barang dan Pengguna Barang.
1). Analisis dan validasi data
Kegiatan analisis dan validasi data mencakup aspek administrasif dan substantif.
Kegiatan analisis dan validasi data dari aspek adminstratif ditujukan untuk mencapai :
(1)kelengkapan dokumen dan data penyampaian RKBMN; (2) legalitas dokumen dan data
RKBMN; dan (3) kesesuaian dokumen dan dara penelaahan, khusunya antara softcopy
dengan hardcopy.
Kegiatan analisis dan validasi data yang dilakukan oleh pengelola menghasilkan
ouput kegiatan berupa chek list dokumen RKBMN. Chek List dokumen RKBMN dapat
dilihat pada tabel 9 di kegiatan belajar kedua.
Kegiatan analisis dan validasi data dari aspek substantif ditujukan pada pencapaian
prinsip penelaahan RKBMN. Kebenaran data BMN yang diusulkan rencana
pemeliharaannya terkait status, kondisi dan nilai perolehan per satuan BMN khusus untuk
BMN berupa selain tanah dan bangunan dan alat angkutan bermotor akan ditelaah oleh
pengelola. Telaah itu dilakukan terhadap data BMN yang diusulkan rencana
pemeliharaannya. Telaah itu sekurang-kurangnya meliputi (a) BMN yang kondisinya baik
dan rusak ringan; (b) BMN dalam status digunakan sendiri atau dipinjampakaikan dengan
jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan; (c) Nilai per satuan BMN khusus BMN selain
tanah, bangunan dan alat angkutan bermotor paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah ).

25
2). Forum penelaahan Pengelola Barang dan Pengguna Barang
Secara garis besar, forum penelaahan RKBMN dilaksanakan dalam rangka
konfirmasi kelengkapan, legalitas, kesesuaian dokumen, efektivitas penggunaan BMN, serta
status dan kondisi barang berkenaan dengan pemeliharaan BMN.
Kegiatan ini bertolak dari check list kelengkapan Dokumen sebagaimana telah
dibahas di Kegiatan Belajar kedua dan Kertas kerja Penelaahan sebagaimana tampak pada
tabel Tabel 14. Kegiatan ini dilakukan dengan kegiatan tatap muka dan dilanjutkan dengan
kegiatan melalui on line dengan menggunakan media internet melalui aplikasi sistem
informasi manajemen aset negara. Apabila diperlukan Pengguna Barang dapat
mengundang petugas Pembantu Pengguna Barang Eselon I, PPB-Wilayah dan atau Kuasa
Pengguna Barang yang bersangkutan untuk terlibat dalam forum online tersebut.
Rincian Kegiatan penelaahan RKBMN Pemeliharaan meliputi :
1). Terkait dengan status barang, mencakup sekurang-kurangnya melakukan konfirmasi
status barang serta rencana pemindahtangan atau pemanfaatan BMN untuk tahun yang
direncanakan
2). Konfirmasi kondisi barang yang dimaksudkan agar barang yang diusulkan dalam
RKBMN Pemeliharaan adalah BMN dengan kondisi baik atau rusak ringan.
3). Kegiatan mencakup sekurang-kurangnya melakukan konfirmasi nilai BMN agar barang
yang diusulkan dalam RKBMN Pemeliharaan adalah BMN dengan nilai per satuan paling
sedikit sebesar Rp100.000.000,00 untuk barang selain tanah dan/atau bangunan dan alat
angkutan bermotor.

Penelaahan RKBMN Pemeliharan dituangkan dalam kertas kerja sebagai berikut :

KERTAS KERJA PENELAAHAN RKBMN UNTUK PEMELIHARAAN


TAHUN ANGGARAN

Kementerian/Lembaga :
Unit E1 Kebutuhan Hasil
Jenis Kode Uraian Status Kondisi Keteran
No /Wilayah Pemelihara an Penelaahan
Belan ja Ba-rang Barang Ba-rang gan
/KPB/Loka si B RR RB Unit M2 Unit M2
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n)

Petugas Penelaah
RKBMN

26
Pengelola Barang

Nama :
NIP :
Tabel 14 : Kertas Kerja Penelaahan RKBMN Untuk Pemeliharaan
Disalin Penulis dari KMK 452/KM.06/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN
untuk Penelaahan RKBMN

Selanjutnya berdasarkan penelaahan RKBMN Pengadaan sebagaimana telah


dibahas di kegiatan belajar kedua dan penelaahan RKBMN Pemeliharaan tersebut akan
disusun catatan hasil forum penelaahan yang ditandatangani oleh Petugas Penelaah dari
DJKN dan petugas penelaah dari Kementerian/Lembaga. Catatan Hasil Forum Penelaahan
disajikan pada Tabel 15 berikut ini.
CATATAN HASIL FORUM PENELAAHAN
KEMENTERIAN / LEMBAGA :
TAHUN ANGGARAN :
A. RKBMN UNTUK PENGADAAN
Dari hasil forum diskusi Penelaahan dengan Kementerian/Lembaga ……2)….. kuantitas
BMN yang diusulkan pengadaan adalah sebesar ……3)…………. Dari jumlah yang
diusulkan tersebut, yang disetujui sebesar ………..4)…… dengan penjelasan sebagai
berikut :
1. Kuantitas BMN yang disetujui melalui skema pembelian sebesar …….5)………
2. Kuantitas BMN yang disetujui melalui skema BMN idle sebesar …6)……. Yaitu
……7)……
3. Kuantitas BMN yang disetujui melalui skema penggunaan sementara sebesar …8)…….
Yaitu ……9)……
4. Kuantitas BMN yang disetujui melalui skema sewa sebesar …10)……. Yaitu ……11)……
5. Kuantitas BMN yang tidak disetujui pengadaannya sebesar ……12)…. Yaitu …13)………
Dari jumlah yang tidak disetujui dapat dijelaskan sebagai berikut : 14)
……………………………………………………………………………….
B RKBMN Pemeliharaan
Dari hasil forum diskusi Penelaahan dengan Kementerian/Lembaga ……1)….. kuantitas
BMN yang diusulkan pemeliharaannya adalah sebesar ……15)………….unit dan …..16) …
M2. Dari jumlah yang diusulkan tersebut, yang disetujui sebesar ………..17)…… unit dan

27
…. 18)… m2. Kuantitas BMN yang tidak disetujui pemeliharaannya sebesar …. 19) unit
dan ….20)… m2. Dari kuantitas yang tidak disetujui tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut : ……………21)……………………………………………………..

C Informasi lainnya
(memuat informasi lain yang dianggap perlu dan penting dalam Forum Penelaahan)
Tempat dan tanggal Penelaahan
Petugas Penelaah DJKN
Petugas Penelaah
Kementerian/Lembaga ……(1)

Nama : Nama :
NIP : NIP :

Tabel 15 : Catatan Hasil Forum Penelaahan


Disalin Penulis dari KMK 452/KM.06/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN
untuk Penelaahan RKBMN

c. Tahap tindak lanjut Hasil Penelaahan RKBMN

Setelah dilakukan penelaahan RKBMN sebagaimana telah dibicarakan di atas, selanjutnya


disusun Konsep Hasil Penelaahan RKBMN. Konsep Hasil Penelaahan RKBMN dilengkapi
dengan Check List Kelengkapan Dokumen, Kertas Kerja Penelaahan, dan Catatan Hasil
Forum Penelaahan dan ditandatangani oleh : (1) Pejabat eselon II di lingkungan Pengelola
Barang yang mendapat delegasi wewenang dari Pengeloa Barang, dan (2) Pengguna
Barang. Hasil Penelaahan RKBMN Pengadaan dapat dilihat di Tabel 16 : Hasil Penelaahan
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan berikut.

28
HASIL PENELAAHAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
PEMELIHARAAN
TAHUN : (2)
KEMENTERIAN/LEMBAGA : (3) HALAMAN : (1)……
Unit Eselon Uraia Kebutuhan
Kode Kebutuhan
1 / Wilayah Jenis n Status Pemeliharaan Keterang
No Baran BMN yang
/ KPB / Belanja Baran Barang BMN an
g disetujui
Lokasi g Unit M2
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

…………………………… …………………………………
………… (14) ……………(17)
a.n. (15)

…………………………………
…………(18)
………………………… NIP……………………………
………(16) ……………(18)
NIP/NRP…………………
………(16)
Tabel 16 : Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan
Disalin Penulis dari KMK 452/KM.06/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN untuk
Penelaahan RKBMN

Naskah Asli Hasil Penelaahan RKBMN yang ditandatangani pejabat eselon II di


lingkungan Pengelola Barang dan Pengguna Barang terdiri atas Hasil Penelaahan RKBMN
Pengadaan dan Hasil Penelaahan RKBMN Pemeliharan.
Naskah Asli Hasil Penelaahan RKBMN disampaikan secara tertulis oleh Direktur
Jenderal Kekayaan Negara kepada pimpinan Kementerian/Lembaga dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat bulan Februari tahun anggaran
sebelumnya.

29
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014


Tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara

Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK


450/KMK.06/2014, Tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan
Rencana Kebutuhan Bmn

Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 452/KMK.06/2014


TENTANG Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penelaahan RKBMN

Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 642/KMK.01/2015


tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 451/KM.6/2014 tentang Pelimpahan Sebagian


Wewenang Menteri Keuangan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada
Direktur Barang Milik Negara Direktur Jenderal Kekayaan Negara untuk dan atas
nama Menteri Keuangan Menandatangani Dokumen Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara

Keputusan Menteri Keuangan nomor 311/KM.6/2015 tentang Modul Perencanaan Barang


Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operaswional Jabatan di
Dalam Negeri.

30

Anda mungkin juga menyukai