Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PEMPEK MENJADI


BIOETANOL

BIDANG KEGIATAN

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :
Muhammad Fawaz Rifky; 03031181722024; 2017
Muhammad Prayogo Putra Kusuma Nugroho; 03031281722057; 2017
Julian Raus; 09201381823158; 2018

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………….………….……….…i
PENGESAHAN PKM-PENELITIAN ………………………..….……………ii
DaftarIsi …………………………………………………….……...……………iii
Daftar Gambar ……..…………….………………………………………………iv
Daftar Tabel ………..……………………………………….…………………….v
BAB 1 Pendahuluan …………..………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………….1
1.2 Permasalahan yang Diteliti……………...………………………………..2
1.3 Tujuan Khusus……………………………………………………………2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………..2
1.5 Luaran Penelitian…………………………………………………………2
BAB 2 Tinjauan Pustaka …………………………………………………………3
2.1 Pempek …………………………………………………………………..3
2.2 Limbah Industri Pempek…………………………………………………3
2.2.1 Air Rebusan Pempek…………………………………………………...3
2.3 Alkaline Steeping………………………………………………………...4
2.4 Koagulasi-Flokulasi……………………………………………………...4
2.5 Fermentasi dan Mikroorganisme…………………………………………4
2.6 Bioetanol…………………………………………………………………5
BAB 3 Metode Penelitian ………………………………………………………..6
3.1 Pengolahan Limbah Air Rebusan Pempek ………………………………6
3.2 Isolasi Pati…………………………………………………………….….7
3.3 Hidrolisis Pati, Fermentasi Glukosa, dan Destilasi………………….…...8
BAB 4 Biaya dan Jadwal Kegiatan……………………………………………...11
4.1 Anggaran Biaya…………………………………………………………11
4.2 Jadwal Kegiatan………………………………………………………...11
Daftar Pustaka …………………………………………………………………..13
Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing………………….14
Lampiran 2 Jusrifikasi Anggaran Kegiatan …………………………….……….18
Lampiran 3 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas….……… 22
Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana …………………….……………….24

iii
Daftar Gambar Halaman
Gambar 3.1 Proses Perendaman…………………………………………………10
Gambar 3.2 Proses Penyaringan ……………………...…………………………10
Gambar 3.3Inokulum yeast……………………………………...………………12

iv
Daftar Tabel Halaman
Tabel 4.1 Anggaran Biaya……………………………………………………….14
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan………………………………………………………14

v
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pempek adalah makanan khas yang berasal dari kota Palembang (ibu kota
Sumatera Selatan, Indonesia bagian barat) yang dibuat dari campuran daging ikan
giling dengan tepung tapioka dan air, diaduk, dibentuk, direbus , serta disajikan
atau digoreng terlebih dahulu sebelum disajikan. Mutu pempek ditentukan oleh
kerenyahan, bau, warna, dan rasa. Bagi sebagian masyarakat Kota Palembang,
pempek menjadi makanan pokok pengganti nasi. Pempek disukai bukan saja oleh
masyarakat Kota Palembang, tetapi juga oleh hampir seluruh masyarakat
Indonesia.(Asep D.M., 2016)
Industri pempek pada umumnya memproduksi pempek dan cuka pempek,
karena bagi mayoritas penikmat pempek, makan pempek kurang lengkap bila
tidak didampingi cuka pempek, terutama penikmat pempek asal palembang.
Dibalik pembuatan si lezat dari palembang ini, terdapat suatu permasalah dimana
limbah hasil pembuatan pempek antara lain air rebusan pempek, tulang ikan, dan
cuka pempek sisa terutama pada produsen berskala besar, tidak terkelola dengan
baik, seperti misalkan belum memiliki IPAL yang memadai sehingga dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi lingkungan sekitar produsen tersebut.
Pengolahan hasil perikanan menghasilkan limbah seperti kepala, jeroan, sisik,
sirip, kulit dan tulang. Jumlah bagian yang dapat dimakan ( edible flesh) dari ikan
adalah 65%, berarti limbah dari ikan tersebut adalah 35% (Irawan, 1995), dan 30%
dari limbah adalah kulit dan tulang (Go’mez-Guille’n,2002). Limbah kulit dan
tulang sendiri telah banyak di kelola menjadi berbagai produk, sedangkan limbah
air rebusan pempek dan cuka pempek sisa masih minim pengelolaan. Padahal air
rebusan pempek mengandung pati dari tepung tapioka yang digunakan sebagai
komposisi pempek, sedangkan cuka sisa mengandung glukosa yang berasal dari
gula aren.
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati dapat diperoleh dari
biji-bijian, umbi-umbian, sayuran, mau-pun buah-buahan. Sumber alami pati
antara lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul,
beras,sagu, amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. (Heny Herawati, 2010)
Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid,
dan dalam glikoprotein dan proteoglikan (Murray R.K.et al.,2003).
2

Dari uraian di atas, kami ingin memanfaatkan zat pati dan glukosa tersebut
menjadi bahan baku bioetanol sebagai bahan bakar yang baru dan terbarukan
mengingat bahan bakar fosil ketersediaannya terbatas dan mungkin suatu saat
akan habis.

1.2. Permasalahan yang Diteliti

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah bioetanol dapat dibuat dari limbah industri pempek?
2. Bagaimana cara membuat bioetanol dari limbah industri pempek ?
3. Apakah bioetanol dari limbah industri pempek dapat dipakai sebagaimana
bioetanol pada umumnya ?

1.3.Tujuan Khusus

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :


1. Mengetahui penggunaan bioetanol pada kehidupan sehari hari.
2. Mengetahui cara memproduksi bioetanol dari limbah industri pempek.
3. Mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam bioetanol yang
diolah dari limbah industri pempek.
1.4.Urgensi Penelitian
Beberapa urgensi dari penelitian ini antara lain :
1. Secara teori dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang ilmu kimia dan bidang ilmu biologi.
2. Secara praktek penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan
masyarakat bahwasanya berbagai limbah dapat dimanfaatkan menjadi
sesuatu yang berguna.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengelolaan limah
agar tidak menjadi polutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat di
Sumatra Selatan yang terdapat banyak produsen pempek.

1.5.Luaran Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi limbah yang dapat mencemari


saluran air dan menyebabkan bau tidak sedap dikarenakan minimnya pengelolaan
terhadap limbah tersebut.
Maka dari itu, pada penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bioetanol
yang dapat menjadi alternatif bahan bakar yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan dampak yang positif kepada
masyarakat.
3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pempek

Pempek merupakan makanan tradisional Palembang, yang dibuat dari


adonan daging ikan cincang atau giling, tepung, dan bumbu, kemudian direbus.
Pempek dapat dibuat dari berbagai jenis ikan, karena protein yang akan
mengalami gelasi ketika dilakukan perebusan. Ikan yang biasa digunakan dalam
pembuatan pempek di Palembang adalah ikan tengiri, ikan gabus danikan belida
tetapi yang diperdagangkan sering kali djumpai pempek terbuat dari jenis-jenis
ikan lainnya, bahkan juga dari udang, daging cumi-cumi, dan lainnya.

Pempek merupakan salah satu makanan tradisional berbahan dasar daging


ikan giling dan tapioka. Pempek mengandung kadar air berkisar 58,59%, protein
berkisar 18,26%, karbohidrat berkisar 20,17%, lemak berkisar 1,41% dan kadar
abu 1,57% sehingga mudah mengalami kerusakan. Menurut Karneta et al . (2013),
pempek dengan komposisi ikan 66,67% yang disimpan pada suhu ruang hanya
mampu bertahan selama satu hari. Kemunduran mutu pempek ditandai dengan
perubahan tekstur pempek, terbentuk lendir pada permukaan, warna pempek
berubah menjadi kuning atau kecoklatan, timbul bau busuk dan penurunan pH.
Hal itu disebabkan adanya aktivitas mikroba yang mendegradasi protein menjadi
asam amino dan terdegradasi lebih lanjut menjadi gas ammonia (NH3), hidrogen
sulfida (H2S), nitrogen oksida (NO) dan sulfur dioksida (Karneta et al., 2013).
Rosdiana (2002) menyatakan bahwa kandungan protein pada pempek yang
disimpan dalam suhu ruang selama dua hari mengalami penurunan dari 15,84%
menjadi 13,42%.

2.2 Limbah Industri Pempek

Limbah industi merupakan sisa dari suatu kegiatan industri yang tidak
terpakai lagi. Umum nya kulit ikan, tulang ikan yang dibuat untuk pempek ini
digunakan kembali untuk membuat makanan khas palembang lainnya yaitu
kemplang. Tetapi sisa air rebusan dan sisa cuka pempek yang tidak habis saat
disajikan dibuang begitu saja dan mencemarkan lingkungan sekitar.

2.2.1 Air Rebusan Pempek

Dalam pembuatan pempek, ada tahap dimana campuran ikan dan sagu
direbus ke dalam suatu panci agar campuran tersebut matang dan mengeras. Dan
air dari rebusan tadi mengandung zat zat seperti nitrogen fosfor, dan zat organik
lainnya serta padatan yang terlarut. Tentu air rebusan ini mengandung sisa pati
dari sagu.Sehingga bisa dimanfaatkan dengan dihidrolisis terlebih dahulu.
4

2.3 Alkaline Steeping

Isolasi pati dapat dilakukan dengan beberapa metode ekstraksi yang ada.
Secara umum isolasi pati yang biasa ditemukan adalah dari bahan baku sereal
seperti: beras, gandum, dan oat. Adapun sumber karbohidrat yang lain adalah
seperti: kentang, dan sagu. Alkaline steepingmerupakan metode yang paling
sederhana di antara metode-metode yang lain dan menggunakan pelarut yang
mudah didapat. Bahan baku yang digunakan pada metode ini adalah beras, di
mana cara kerjanya yaitu dengan merendam bahan baku dengan pelarut yang
telah ditentukan, dalam hal ini adalah larutan NaOH 0,1% pada suhu ruang yaitu
25oC selama 18 jam.
Adapun metode yang dipilih adalah alkaline steeping, atau perendaman
dengan larutanbasa yang dibandingkan dengan perendaman dengan aquades
untuk mendapatkan yieldpati yang optimum. Oleh karena secara umum metode
alkaline steepingdigunakan pada isolasi pati dengan bahan baku sereal, maka
metode ini digunakan pada limbah air rebusan pempek untuk mengetahui nilai
yieldyang didapatkan. Keunggulan dari metode ini antara lain karakteristik yang
diperoleh dengan perendaman dalam pelarut basa menunjukkan karakteristik
yang terbaik dibandingkan dengan pelarut lainnya dalam hal ini adalah aquades.

2.4 Koagulasi-Flokulasi

Koagulasi – flokulasi merupakan salah satu proses pengolahan air limbah


yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini dikarenakan prosesnya
yang sederhana, mudah diaplikasikan, biaya relatif murah, dan mampu mengolah
limbah hingga memenuhi baku mutu. Koagulasi adalah proses penambahan
koagulan atau zat kimia ke dalam suatu larutan dengan tujuan untuk
mengkondisikan suspensi, koloid, dan materi tersuspensi dalam persiapan proses
lanjutan yaitu flokulasi.Flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel
dengan muatan tidak stabil yang kemudian saling bertubrukan sehingga
membentuk kumpulan partikel-partikel dengan ukuran yang lebih besar, juga
dikenal dengan istilah partikel flokulan atau flok.

2.5 Fermentasi dan Mikroorganisme

Produktivitas etanol dengan menggunakan glukosa dapat dilakukan


dengan menggunakan proses fermentasi sel bebas yaitu dengan menggunakan
ragi Saccharomyces cerevisiae, glukosa (monosakarida) diubah menjadi etanol
dan karbondioksida (Prihandana, 2007). Proses fermentasi ini dilakukan dengan
cara mencampurkan ragi Saccharomyces cerevisiae dengan substrat gula kedalam
gelas erlemeyer yang digoyang di atas shaker dengan kondisi tertentu. Namun
cara ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah kesulitan dalam
memisahkan produk yang dihasilkan dengan sel ragi yang di gunakan (Sebayang,
2006). Sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut maka dilakukan teknik
5

immobilsasi sel untuk memproduksi etanol dimana sel ragi akan dijerat didalam
suatu matriks atau membran yang akan menghambat sel untuk bergerak dan
menghambat pertumbuhannya sehingga substrat yang diberikan nantinya hanya
akan digunakan untuk mengahasilkan produk. Selain itu sel yang digunakan juga
akan dapat dipisahkan dengan mudah hanya dengan menggunakan kertas saring
dan sel juga dapat digunakan kembali setelah fermentasi selesai dilakukan
(Azizah, 2014).

2.6 Bioetanol

Bioetanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses


fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat
diproduksi dari tanaman penghasil karbohidrat atau gula. Bioetanol diperoleh
melalui proses fermentasi menggunakan galur khamir Saccharomyces cerevisiae
yang mampu mengkonversi gulagula pereduksi seperti glukosa menjadi etanol.

Proses produksi bioetanol hanya menggunakan energi dari sumber energi


terbarukan, membuat bioetanol menjadi sumber energi dari lingkungan yang
menguntungkan. Selain itu, emisi dari etanol lebih rendah daripada sumber
minyak bumi. Etanol yang berasal dari biomassa adalah satu-satunya bahan bakar
transportasi cair yang tidak berkontribusi terhadap efek gas rumah kaca

Perkembangan bioetanol yang semakin pesat mendorong produksi


bioetanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak dapat
dilihat dari tingkat kemurniaannya. Bioetanol dengan kadar 95-99% dapat dipakai
sebagai bahan pengganti premium, sedangkan kadar 40% dapat dijadikan sebagai
alternatif substitusi minyak tanah.
6

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap peneliian, yaitu penelitian


pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan digunakan untuk
mengolah limbah air rebusan pempek.Sedangkan penelitian lanjutan digunakan
untuk mengisolasi pati dan penghidrolisisan pati hingga terb entuknya bioetanol.

3.1. Pengolahan Limbah Air Rebusan Pempek


Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair air rebusan
pempek. Bahan kimia sebagai koagulan yang digunakan adalah alumunium sulfat,
feri klorida, dan kapur, asam asetat(untuk melarutkan khitosan) dan air suling
untuk melarutkan bahan kimia. Sedangkan flokulan yang digunakan adalah
khitosan dan polimer PN 161
Alat
Gelas piala,gelas ukur,pengaduk,neraca,pH meter merek Metler Toledo Delta
320,stopwatch, Neflometer merek HACH 2100N, Oven merek Memmert dan
seperangkat alat laboratorium untuk analisis mutu limbah cair.
Prosedur
Pada tahap awal limbah air rebusan pempek diberi perlakuan proses
koagulasi dan proses flokulasi.
Proses koagulasi menggunakan tawas dilakukan dengan cara:

1. Sebanyak 400ml limbah cair air rebusan pempek dalam piala gelas
ditambah larutan kapur Ca(OH)2 sampai diperoleh PH ,
2. Selanjutnya setiap percobaan diberikan perlakuan dengan penambahan
koagulan alumunium sulfat dan feri klorida masing-masing dengan
konsentrasi 25mg/l, 50mg/l,75mg/l dan 100mg/l, setiap perlakuan
dilakukan 2 kali ulanga. Pada proses koagulasi ini dilakukan perlakuan
pengadukan cepat (150rpm) selama 5 menit.
3. Selanjutnya biarkan terjadi pengendapan selama 30 menit, cairan jernih
yang berada pada bagian atas dipisahkan dengan padatan yang
mengendap pada bagian bawah.
4. Kemudian diukur nilai kekeruhannya dengan alat neflometer.

Proses flokulasi menggunakan khitosan dilakukan dengan cara:

1. Sebanyak 400 ml limbah cair air rebusan pempek dalam piala gelas
ditambah larutan kapur Ca(OH)2 sampai diperoleh pH 8
2. Selanjutnya untuk setiap percobaan diberikan perlakuan dengan
penambahan khitosan masing-masing dengan konsentrasi
15mg/l,30mg/l,45mg/l dan 60mg/l. Pada proses flokulasi ini dilakukan
dengan pengadukan lambat (5o rpkm) selama 5 menit.
7

3. Selanjutnya biarkan terjadi pengendapan selama 30 menit


4. Cairan jernih yang berada pada bagian atas dipisahkan dengan padatan
yang mengendap pada bagian bawah.
5. Cairan jernih yang diperoleh, kemudian diukur nilai kekeruhannya dengan
alat neflometer

3.2. Isolasi Pati

Isolasi pati dapat dilakukan dengan beberapa metode ekstraksi yang ada.
line steeping, atau perendaman dengan larutan basa yang dibandingkan dengan
perendaman dengan aquades untuk mendapatkan yield pati yang optimum.
Keunggulan dari metode ini antara lain karakteristik yang diperoleh dengan
perendama n dalam pelarut basa menunjukkan karakteristik yang terbaik
dibandingkan dengan pelarut lainnya dalam hal ini adalah aquades.
Bahan
Bahan Dalam penelitian ini, diguanakan limbah air rebusan pempek yang
telah diolah terlebih dahulu pada penelitian sebelumnya. Untuk proses isolasi pati,
variasi pelarut perendaman yang digunakan antara lain: aquades, larutan NaOH
0,1%, larutan KOH 0,1%, dan larutan Ca(OH)2 0,1%.
Rangkaian Alat Penelitian Rangkaian alat dalam penelitian ini disajikan pada
Gambar 3.1 dan 3.2

Gambar 3.1. Proses Perendaman

Gambar 3.2. Proses Penyaringan

Prosedur Penelitian
Tahapan proses yang dilakukan yaitu
1. Limbah air rebusan pempek yang telah diolah ditimbang sebanyak 100 g.
8

2. Air rebusan pempek tersebut kemudian dimasukkan ke dalam blender dan


ditambahkan 200 mL pelarut perendaman, yaitu aquades, larutan NaOH
0,1%, larutan KOH 0,1%, dan larutan Ca(OH)2 0,1%, dan kemudian
diblender selama sekitar 10 menit. Untuk masing-masing pelarut,
dilakukan perendaman, dan disertai pengadukan selama 3, 5, 6, 12, dan 18
jam.
3. Air rebusan pempem itu kemudian disaring dengan kertas saring.
Padatan yang diperoleh lalu dilarutkan dengan larutan NaOH 0,1%
dengan perbandingan 1:2. Bubur tersebut kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 3.000 rpm selama 20 menit sehingga terbentuk lapisan padatan,
dan cairannya.
4. Cairannya kemudian dipisahkan dari padatannya dengan cara dekantasi.
Pati yang diperoleh kemudian dicuci dengan aquades, dan disentrifugasi
lagi dengan kecepatan, dan waktu yang sama.
5. Padatan didekantasi kemudian dicuci dengan HCl 1 M lalu disentrifugasi.
6. Padatan yang sudah dipisahkan didekantasi kembali kemudian dicuci
dengan aquades sehingga diperoleh pH yang netral. Setelah itu, padatan
dikeringkan pada suhu 45o C hingga kering. Pati kemudian diayak dan
ditimbang untuk menentukan yield pati.

Untuk perendaman dengan menggunakan aquades, pencucian hanya


dilakukan dengan menggunakan aquades saja. Dalam penelitian ini, pati hasil
isolasi selanjutnya dianalisis karakteristiknya yang meliputi: kandungan
amilosa-amilopektin, kandungan protein, moisture content, dan solubility-swlling
power.

3.3. Hidrolisis Pati, Fermentasi Glukosa, dan Destilasi

Bahan
Bahan, Peralatan dan Instrumentasi Bahan baku yang digunakan dalam
penelitian ini adalah limbah padat sagu yang merupakan hasil samping dari
pengolahan industri sagu yang diperoleh dari air rebusan pempek. Yeast yang
digunakan yaitu saccharomyces Cerevisiae, yang didapat dari ragi kemasan.
Enzim pada proses hidrolisis adalah enzim selulase, erta bahan – bahan kimia lain
seperti KH2PO4, MgSO4.7H2O, (NH4)2SO4, (NH4)2PO4, Buffer Asetat pH 5,
glukosa, yeast extract dan urea.
Alat
Alat yang digunakan adalah Reaktor 2 Liter Berpengaduk, Shaker, Autoclave,
Pipet Tetes, Labu Erlenmeyer, Tabung Reaksi, Timbangan Analitik, Spatula,
Rangakaian Alat Evaporasi , Gelas Piala, Kain Kassa, Spektrofotometer, Kapas,
Termometer, Alkoholmeter, Aluminium foil.
9

Metode Penelitian
1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini
adalah limbah padat sagu yang diperoleh air rebusan pempek. Sebelum
digunakan, limbah padat sagu dicuci hingga bersih dan dikeringkan,
setelah itu dihaluskan kemudian diayak hingga berukuran 40-60 mesh dan
Aquades hingga 2L.

Gambar 3.3. Inokulum yeast

2. Tahap Persiapan Inokulum Pembuatan inokulum yeast bertujuan untuk


mengadaptasi sel yeast terhadap media fermentasi, dengan adanya
adaptasi diharapkan fase Lag sebagai tahap awal fermentasi dilewati.
Saccharomyces cereviceae dari ragi kemasan diinokulasi dalam 200 ml
medium (10 gr/L glukosa, 1 gr/L yeast extract, 0,1 gr/L KH2PO4, 0,1
gr/L MgSO4.7H2O dan 0,1 gr/L (NH4)2SO4 dan aquades) dalam 250 ml
erlenmenyer. Sebelum diinokulasi, medium disterilisasi dalam autoclave
pada suhu 121oC selama 15 menit, kemudian didinginkan. Setelah dingin
8 gr/L yeast dimasukan ke dalam medium lalu diaduk dengan
menggunakan shaker selama 24 jam [Sukmawati, 2009]. Fungsi shaker
adalah mempermudah difusi oksigen ke dalam medium dan campuran
menjadi homogen
Tahapan proses pembuatan inokulum yeast dapat dilihat pada Gambar
3.3.
3. Proses fermentasi ini menggunakan metoda SSF dimana proses hidrolisis
enzim dan fermentasi dilakukan serentak bersamaan di dalam reaktor.
Enzim yang digunakan adalah enzim selulase dan yeast saccharomyces
cereviciae. Medium untuk Sakarifikai dan Fermentasi sebanyak 2000 ml
terdiri dari limbah padat sagu sesuai dengan variabel penelitian yang
divariasikan ( 40 gr, 60 gr, dan 80 gr), medium nutrisi, buffer asetat pH 5,
enzim selulase (0,4 gram), volume inokulum sesuai dengan variabel
penelitian yang divariasikan ( 200 ml, 250 ml) dan aquades. Medium
10

nutrisi terdiri dari 1,0 gr/L (NH4)2PO4, 0,05 gr/L MgSO4.7H2O dan 2
gr/L urea[Sari, 2011]. Waktu fermentasi selama 96 jam dan dilakukan
pengambilan sampel pada 24, 48, 72 dan 96 jam untuk mengamati
konsentrasi gula substrat, pengaruh variasi konsentrasi substrat dan variasi
inokulum terhadap bioetanol yang dihasilkan. Analisa bioetanol yang
terbentuk dilakukan dengan alat alkohometer serta untuk analisa gula sisa
menggunakan spektrofotometer.
11

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1.Anggaran Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Peralatan Penunjang Rp 3.115.000
2. Bahan Habis Pakai Rp 1.050.000
3. Transportasi Rp 1.500.000
4. Lain – lain Rp 3.500.000
Jumlah Rp 9.165.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan

Bulan
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5

1. Persiapan Pelaksanaan

a. Koordinasi dan Pembagian Tugas

b. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

c. Persiapan Studi literature

d. Pengiriman Surat Izin Penelitian

e. Pembuatan Standar Penelitian

f. Persiapan Seluruh Instrumen


Penelitian

g. Pengumpulan bahan

2. Tahapan Pra-Analisis

a. Menyiapkan Bahan – bahan untuk


pemisahan pati

b. Proses pemisahan pati dari limbah


12

air rebusan pempek

c. Menyiapkan bahan – bahan untuk


pembuatan bioetanol

d. Proses pembuatan bioethanol dari


pati

3. Tahapan Analisis

a. Analisis jumlah pati/amilum

b. Analisis konsentrasi gula substrat

c. Analisis bioethanol yang terbentuk


13

Daftar Pustaka

Haryanto. 1992. Sagu Manfaat dan Kegunaannya. BPPT. 182h

Kunaepah, U. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa


Terhadap Aktifitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu
Kacang Merah. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Nurfiana, Fifi. 2009. Pembuatan Bioethanol dari Biji Durian sebagai Sumber
Energi Alternatif. Teknokimia Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional (STTN-BATAN).Yogyakarta.

Petersen, N. B. 1975. Edible Starches and Starch-Derived Syrups. Noyes Data


Corporation: New Jersey.

Rahman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bogor: PAU Institut


Pertanian Bogor.

Rizki, Y., Bahri, S., Chairul. 2016. Fermentasi Larutan Glukosa untuk Produkasi
Etanol dengan Teknik Immobilisasi Sel Saccharomyces Cerevisiae.
(Online).https://media.neliti.com/media/publications/189023-ID-0fermentasi-
larutan-glukosa-untuk-produks.pdf.(Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018).

Sari, I.M., Noverita & Yulneriwarni. 2008. Pemanfaatan Jerami Padi dan Alang-
Alang dalam Fermentasi Etanol Menggunakan Kapang Trichoderma
Viride dan Khamir Saccaromyces cerevisia. Vis Vitalis. 5(2): 55-62.

Sari, Nurlaila. 2009. Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak untuk Produksi


Bioetanol dari Reject Pulp dengan Menggunakan Enzim Selulase dan
Yeast Saccharomyces cereviceae. Laporan Penelitian, Fakultas Teknik
Universitas Riau Pekanbaru.

Van-Beynum, G. M. A., Roels, J. A. 1985. Starch Conversion Technology,


Marcel Dekker. New York.

Wibowo, P., Saputra, J., Ayucitra, A., Setiawan, L. 2008. Isolasi Pati dari Pisang
Kepok dengan Menggunakan Metode Alkaline Steeping. (Online).
https://media.neliti.com/media/publications/231921-isolasi-pati-dari-
pisang-kepok-dengan-me-7cdbd3fc.pdf. (Diakses pada tanggal 31 Oktober
2018).
14
15
16
17
18

Lampiran 2. Jusrifikasi Anggaran Kegiatan

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Peralatan Penunjang Rp 3.115.000
2. Bahan Habis Pakai Rp 1.050.000
3. Transportasi Rp 1.500.000
4. Lain – lain Rp 3.500.000
Jumlah Rp 9.165.000

a. Peraltan Penunjang

No. Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah


Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)

1 Baskom Untuk wadah air 1 buah 5000 5000


Plastik limbah rebusan
pempek

2 Alkoholmeter Untuk 1 buah 110000 110000


mengukur
jumlah
Bioetanol yang
terbentuk

3 Neflometer Untuk 1 buah 3000000 3000000


mengukur nilai
kekeruhan air
rebusan yang
telah diberi
koagulan

Jumlah Biaya 3.115.000


19

b. Habis Pakai

No Material Justifikasi Volume Harga Jumlah


Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)

1 Limbah cair Untuk bahan 5L - -


rebusan utama yang akan
pempek ditreatment

2 Aluminium koagulan 1kg 7000 7000


Sulfat

3 Feri Klorida koagulan 1kg 36000 36000

4 Asam Asetat Melarutkan 2L 39000 39000


khitosan

5 Khitosan flokulan 100g 100000 200000

6 NaOH 0,1 % Proses isoolasi 100ml 45000 135000

7 KOH 0,1% Proses isolasi 1kg 30000 30000

8 Ca(OH) koagulan 1kg 40000 40000


0,1 %

9 Saccharomyc Sebagai yeast 1000ml 350000 350000


es Cerevisae

10 MgSO4.7H2 Bahan kimia 1 botol 400000 400000


O lain

11 (NH4)2SO4 Bahan kimia 1kg 13000 13000


lain

Jumlah Harga 1.050.000


20

c. Perjalanan

No Material Justifikasi Volume Harga Jumlah


Perjalanan Satuan (Rp) (Rp)

1 Pengambilan Membeli bahan 1 tim – 3 150.000/ 900.000


bahan habis penelitian di Orang (2 orang/ hari
pakai Palembang dan hari)
(Perjalanan mengantarkannya
dari ke tempat
Palembang penelitain di
ke Inderalaya
Inderalaya)

2 Jasa antar Mengambuk 2 orang 150.000/ 600.000


peralatan peralatan (2 hari) orang/ hari
penunjang penunjang yang
dibutuhkan

Jumlah Biaya 1.500.000

d. Lain – lain

No. Material Justifikasi Volume Harga Jumlah


Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)

1 Biaya Untuk 4 hari 250.000/hari 1.000.000


publikasi mempublikasikan
produk hasil penelitian

2 Biaya Untuk 1 paket 200.000 200.000


penyusunan penyusunan dan
dan penggandaan
penggandaan laporan
laporan

3 Biaya Sewa Untuk proses 3 hari 100.000/hari 300.000


Laboratorium Pre-treatment
Kimia Organik Limbah

4 Biaya Sewa Untuk proses 5 hari 100.000/hari 500.000


Laboratorium treatment limbah
Bioproses
21

5 Biaya Sewa Untuk menganlisa 15 hari 100.000/hari 1.500.000


Laboratorium kadar bioethanol
Kimia Analisa

Jumlah Biaya 3.500.000


22

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu
(Jam/
minggu
)

1 Muhammad S1-Teknik Teknik 12 - Mempersiapkan


Fawaz Rifky/ Kimia Kimia semua kebutuhan
03031181722024 produksi dan
pemasaran produk

- Mengkoordinir
tim dalam
pelaksanaan
produksi dan
pemasaran
produksi

- Menyusun
laporan hasil akhir

2 Muhammad S1-Teknik Teknik 12 - Menyusun


Prayogo Putra Kimia Kimia laporan
Kusuma pemasukan dan
Nugroho/ pengeluaran
03031281722057 selama proses
produksi dan
pemasaran
produksi
berlangsung

- Menyusun
laporan hasil akhir

- Menyusun
pedoman produksi

3 Julian Raus/ S1-Teknik Teknik 12 - Membantu ketua


0902138182158 Informatika Informati tim dalam
ka pelaksanaan
produksi dan
pemasaran
23

produksi

- Pembelian
bahann produksi

- Menyusun
laporan bersama
tim
24

Anda mungkin juga menyukai