Disusun oleh :
Nama : Wardiansyah
Nim : 332110023
Kelas : TL.21.B1
Matakuliah : Pengolahan Air Buangan
Dosen Pengampu : Agus Riyadi S.T.,M,Sc.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tahu dan tempe merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat
kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang
sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri
tahu dan tempe. Umumnya industri tahu dan tempe termasuk ke dalam industri kecil
yang dikelola oleh rakyat dan beberapa di antaranya masuk dalam wadah Koperasi
Pengusaha Tahu dan Tempe (KOPTI).
Proses pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan banyak memakai
tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine spp).
Konsumsi kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai 2.287.317 Ton (Sri
Utami, 1997). Sarwono (1989) menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai
Indonesia dipergunakan untuk diolah menjadi tempe dan tahu. Shurtleff dan Aoyagi
(1979) memperkirakan jumlah pengusaha tahu di Indonesia sekitar 10.000 buah, yang
sebagian besar masih berskala rumah tangga, dan terutama terpusat di Pulau Jawa,
sebagai bandingan di Jepang sekitar 38.000 buah, di Korea 1.470 buah, Taiwan 2.500
buah dan Cina 158.000 buah. Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Semanan,
Jakarta Barat, kandungan BOD 5 mencapai 1.324 mg/l, COD 6.698 mg/l, NH 4 84,4
mg/l, nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l (Prakarindo Buana, 1996). Jika ditinjau dari
Kep- 03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu dan
tempe memerlukan pengolahan limbah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata konsumsi tahu dan tempe per
kapita di Indonesia sebesar 0,304 kilogram (kg) setiap minggu pada 2021. Angka
tersebut naik 3,75% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 0,293 kg setiap
minggu. Secara rinci, rata-rata konsumsi per kapita untuk tahu sebesar 0,158 kg setiap
minggunya pada 2021. Jumlah tersebut naik 3,27% dibanding 2020 yang sebesar
0,153 kg setiap minggu. Sementara, rata-rata konsumsi per kapita untuk tempe
sebesar 0,146 kg setiap minggu. Jumlahnya meningkat 4,29% dibanding tahun
sebelumnya yang sebanyak 0,146 kg. . Hal tersebut disebabkan harga tahu dan tempe
jauh lebih
2
terjangkau jika dibandingkan dengan harga daging. Tahu adalah makanan yang dibuat
dari kacang kedelai, diolah dengan fermentasi dan diambil sarinya. Dengan kata lain,
tahu merupakan dadih kedelai, yaitu susu kedelai yang dibuat menjadi kental (curd)
kemudian dicetak dan dipres (FG Winarno: 1993).
Pada saat ini sebagian besar industri tahu tempe masih merupakan industri
kecil skala rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah,
sedangkan industri tahu dan tempe yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah
memiliki unit pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya
menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem
pengolah limbah yang ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat
organiknya (BOD) masih terlampau tinggi yakni sekitar 400 – 1 400 mg/l. Untuk itu
perlu dilakukan proses pengolahan lanjut agar kandungan zat organik di dalan air
limbah memenuhi standar air buangan yang boleh dibuang ke saluran umum
Proses produksi tahu dan tempe memerlukan banyak air yang digunakan untuk
perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai. Limbah yang
diperoleh dari proses-proses tersebut dapat berupa limbah cair maupun limbah padat.
Sebagian besar limbah padat pada tempe dan tahu berasal dari kulit kedelai, kedelai
yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta lembaga yang lepas pada
waktu pelepasan kulit. Selain itu juga limbah padat pada tahu dapat berupa ampas
tahu. Limbah padat pada tempe dan tahu sudah banyak dimanfaatkan untuk makanan
ternak seperti sapi, kambing, kelinci, ayam. Limbah cair berupa air bekas rendaman
kedelai dan air bekas rebusan kedelai masih dibuang langsung diperairan sekitarnya.
Jika limbah tersebut langsung dibuang keperairan maka dalam waktu yang relative
singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin sebagai
akibat dari terjadinya fermentasi limbah organic tersebut. Adanya proses
pembusukan, akan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada musim
kemarau dengan debit air yang berkurang. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik,
kimia maupun biologis dari perairan yang setiap hari menerima beban limbah dari
proses produksi temped an tahu ini, akan dapat mempengaruhi kualitas air dan
kehidupan organisme di perairan tersebut. (http://tiji.wordpress.com).
3
Bahan-bahan organic yang terkandung dalam buangan industri tempe dan tahu
sangat tinggi. Senyawa-senyawa organic dalam buangan air tersebut dapat berupa
protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Diantara bahan organic yang paling besar
dibuang adalah protein dan lemak mencapai 10-60%. Jika dibiarkan terlalu lama
dilingkungan akan mempersulit proses degradasi dari limbah tersebut karena beberapa
zat tersebut sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Salah satunya adalah amoniak
terdapat dalam protein tersebut masih bentuk NH3N (Amoniak bebas) yang sulit
terdegradasi oleh mikroorganisme. Amoniak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan
sekitar perairan bila sudah diubah menjadi nitrat dan nitrit
Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 -
10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Limbah tempe dengan kandungan protein
merupakan salah satu limbah yang masih memiliki nilai ekonomis, karena kandungan
senyawa organic dan nutrient yang terdapat di dalamnya masih relative tinggi jika
dibandingkan dengan yeast extract. Pemanfaatan limbah cair tempe dari proses
perebusan dan perendaman dapat dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair berisi bakteri
yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Peran bakteri bermanfaat
dalam pupuk cair ini adalah mengikat nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K) dan unsur
lain untuk kebutuhan tanaman, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Sedangkan limbah cair dari pencucian dapat didaur ulang kembali untuk perebusan
dan perendaman dengan teknologi tepat guna dapat mengurangi pencemaran limbah
tempe terutama kandungan DO, Zat Organic dan NH3.
4
3. Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah pengolahan air
buangan
1.5 METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan yakni mengumpulkan data yang diperlukan dari bahan-bahan referensi
seperti buku, makalah, dan jurnal yang bersangkutan dengan topik yang akan dibahas
oleh penulis serta tambahan bahan dari internet.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN LIMBAH PANGAN
Secara garis besar, limbah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, pertama limbah
organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari
alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga,
industri dll., yang secara alami mudah terurai (oleh aktivitas mikroorganisme). Kedua,
limbah anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau hasil samping proses industri. Limbah anorganik tidak mudah
hancur/lapuk. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan bahkan tidak dapat
diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu
yang sangat lama. Ketiga, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), merupakan sisa
suatu usaha yang mengandung bahan berbahaya/beracun, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup
lainnya. (http://www.sinarharapan.co.id).
Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source
reduction), penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment)
dan pembuangan. Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur
ulang atau dikonversikan ke produk lain yang berguna. Limbah yang dapat
dikonversikan ke produk lain, misalnya limbah dari industri pangan. Limbah tersebut
biasanya masih mengandung: serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan
mineral, sehingga dapat mengalami perubahan secara biologis dan dapat
dikonversikan ke produk lain seperti: energi, pangan, pakan, dan lain-lain.
(http://www.menlh.go.id).
Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat
dengan kehidupan kita sehari-hari, apalagi limbah industri rumah tangga yang secara
umum belum dikelola dengan baik. Jika penanganan limbah yang dihasilkan industri
seperti industri rumah tangga tidak tepat, maka limbah dapat menurunkan kualitas
dari lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat merugikan ekosistem. Oleh karena
itulah
6
maka pengelolaan limbah industri rumah tangga menjadi suatu kewajiban yang harus
dilakukan dan tidak bisa dihindari oleh para pemilik dan pengelola industri.
Pada dasarnya, limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis
Tingginya produksi limbah industri terjadi akibat perkembangan industrialisasi.
Perkembangan industri di Indonesia saat ini menunjukkan terjadinya kemajuan pesat
dibidang ekonomi. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di skala industri besar tetapi
juga terus merambah sampai di tingkat industri kecil seperti industri rumah tangga
(home industry). Dampak yang ditimbulkan pun beragam mulai dari dampak positif
seperti peningkatan pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja, serta dampak
negative berupa meningkatnya jumlah limbah. Salah satu limbah industri rumah
tangga bidang pangan yang banyak ditemukan adalah limbah pengolahan tahu.
limbah tahu berkorelasi dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang
mengandalkan sumber protein nabati dari kacang-kacangan terutama kedele dan hasil
olahnya seperti tahu dan tempe yang sama-sama menghasilkan limbah pangan.
7
Baku Mutu Air Limbah kedelai Kemenlhk 2014
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah
cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 40 oC sampai 46oC. Suhu
yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis,
kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu tempe pada
umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat
berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut,
protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987),
yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto,
1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini
akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh
mikroorganisme di dalam air limbah tahu tempe tersebut. Untuk menentukan besarnya
kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD
dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui
tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.
Air buangan industri tahu tempe kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan
8
industri tahu tempe ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair
tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya
limbah cair tahu tempe ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di
peraian tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ),
oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan
metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air buangan.
9
biologis yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat berupa kuman penyakit
ataupun kuman yang merugikan baik pada tahu sendiri maupun tubuh
manusia. Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri tahu merupakan
masalah serius dalam pencemaran lingkungan, karena menimbulkan bau
busuk dan pencemaran sumber air.
Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai
akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair : sisa air tahu
yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena
kurang sempurnanya proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan
mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan
fisika, kimia dan biologi. (www.menlh.go.id).
Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan
menimbulkan 1,5 – 2 m3 limbah cair. Diantara limbah cair dari proses
produksi tahu, whey memberikan beban pencemaran terbesar, karena whey
masih mengandung zat-zat organic seperti protein, karbohidrat dan lemak.
10
Air limbah rendaman kedelai banyak mengandung bakteri penghasil asam
laktat seperti Lactobacillus sp organic dan bakteri lain seperti bakteri pembusuk yang
secara alami terdapat dalam air rendaman (http://www.jevuska.com). Kandungan
bahan organic dan mikroorganismedalam air limbah rendaman kedelai meningkatkan
nilai BOD dan menghabiskan oksigen terlarut dalam air. Apabila suplai oksigen terus
menurun, keseimbangan ekologi air terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian
ikan dan biota perairan lainnya (http://karya.ilmiah.um.ac.id)
Air limbah rendaman kedelai juga bersifat asam (pH 3,5 – 5,2), karena pada
tahap perendaman terjadi proses pengasaman. Selain mengganggu kehidupan hewan
air disekitarnya juga bersifat korosif dan dapat menyebabkan pengkaratan pada pipa-
pipa besi (Fardiaz, 1992). Namun demikian limbah hasil pengasaman kimiawi dapat
digunakan kembali sebagai bahan pengasam untuk proses pengasaman berikutnya.
Selain itu limbah hasil pengasaman kimiawi tidak mengandungbahan organic dan
mikroorganisme sebanyak limbah cair hasil perendaman alami. Bahan organic dan
mikroorganisme menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan meningkatkan BOD
sehingga mengganggu kehidupan biota air (http://www.klair.bppt.go.id)
11
4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang
berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah .
6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO 2r SO2, dan
debu.
Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya
karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam,
mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan
dengan Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti
tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke
suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan
dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
Kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor industri
berpengaruh besar terhadap kondisi pencemaran di Indonesia. Saya sangat berharap
agar para pelaku industri mulai melakukan perbaikan dan pembenahan dalam hal
pembuangan limbah sehingga kegiatan industri dapat berjalan seiring dengan
pelestarian lingkungan.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
3.1.1 Pembuatan Nata de soya
WHEY TAHU
Diendapkan dan disaring beberapa lapis kain kassa
Dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk-aduk
Ditambah asam asetat glacial 10 ml/L whey
Gula 80 g/L whey
WHEY ASAM BERGULA
Ammonium sulfat 5g/L whey
asam bergula, atau
ekstrak kecambah kacang hijau
MEDIA NATA
dipindah dalam wadah plastik yang ditutup kertas
ditambah starter (50-100 ml starter/L media nata)
disimpan selama 10 hari pada suhu kamar
NATA DE SOYA
14
Berbau asam
NATA DE SOYA SIAP OLAH
15
- Bak penampung akan dialiri limbah cair industri secara terus menerus
hingga luber yang nantinya akan mengalir ke bak peluap
- Biogas siap untuk digunakan
- Awal pembuatan biogas bisa digunakansetelah 2 bulan dari pengisian
16
BAB IV
PENUTUP
3.4 KESIMPULAN
- Limbah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu limbah organic, limbah anorganik dan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)
- Jenis limbah pada tahu tempe terbagi menjadi dua yaitu limbah cair dan limbah padat
- Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source reduction),
penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan
- Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik
fisika dan kimia
- Limbah tahu tempe dapat dimanfaatkan dalam pembuatan makanan, dan energy.
3.5 SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini
mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna lagi.
Dan alangkah baiknya jika isis dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen pengampu
agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami materi tentang Sistem Pengolahan
Limbah Tahu dan Tempe ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaswinarni, Fibria. Kajian Teknik Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu.
Wiryani, Erry. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. Lab. Ekologi dan
Biosistematik Jurusan Biologi F MIPA. UNDIP. Semarang
2. Auliana, Rizqie. Pengolahan Limbah Tahu menjadi Berbagai Produk Makanan.
Yogyakarta. Jurnal Imiah. Satya Negara Indonesia. Vol.4.
3. Rahayu, dkk. Rekayasa Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dan Tempe dalam
Upaya Mendapatkan Sumber Energi Pedesaan. Politeknik Negeri Semarang.
4. Subekti, Sri. Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNPAND.
5. Peraturan Mentri Klhk Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Pengolahan Kedelai.
6. Mutiara intan regacy, intan ayu zulaeha, studi Fmipa Universitas sebelas
maret.Pengolahan limbah tahu dan potensinya.
7. Tuhu agung hair,hanry sutan winata, prodi Teknik lingkungan universitas veteran
jawa timur Pengolahan air limbah industry tahu menggunakan metode plasma.
8. Prayitno,sri ruliniah,hilman nurhadi, Pembuatan biogas dari limbah cair tahu
menggunakan bakteri indegeneus
9. Juprianto siringgoringgo,sampe hararap,eko purwanto. Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Efektifitas
Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Menggunakan EM4 dalam Biofilter untuk
Menurunkan Kadar BOD dan COD.
10. Erwin Kurnianto1) Isna Apriani1) Suci Pramadita1) 1) Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
Pengolahan limbah cair tahu dengan penambahan kitosan pada reaktor anaerob
dengan variasi waktu tinggal
11. Icha Diari Sandi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,
Universitas Negeri Surabaya. Analisis kualitas air dan distribusi limbah cair industri
tahu di sungai murong kecamatan jogoroto kabupaten jombang.
12. Wahyu Puji Pangestu, Hada Sadida, Denny Vitasari.Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengaruh Kadar BOD,
COD, pH dan TSS Pada Limbah Cair Industri Tahu dengan Metode Media Filter
Adsorben Alam dan Elektrokoagulasi
18
13. Habrina Arika Zahra, Sri Sumiyati, Endro Sutrisno Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Penurunan konsentrasi bod
dan cod pada limbah cair tahu dengan teknologi kolam (pond) biofilm menggunakan
media biofilter jaring ikan dan bioball.
14. Sepriani,Jemmy Abidjulu1,Harry S.J. Kolengan1 1 Program Studi Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado.
Pengaruh limbah cair industri tahu terhadap kualitas air sungai paal 4 kecamatan
tikala kota manado.
15. Eddy Wiyanto1 , Budi Harsono1 , Amelia Makmur2 , Rudy Pangputra1 , Julita3 &
Mario Stefanus Kurniawan3 1 Jurusan Teknik Elektro, 2Teknik Sipil, 3Teknik
Industri Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Waca.
Penerapan elektrokoagulasi dalam proses penjernihan limbah cair.
16. Iswan Dunggio , Weni JA Musa, Program Studi Magister Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo, Program
Studi Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Pengujian
Kualitas Kimia dan Fisika Limbah Cair Pada Industri Kecil dan Menengah di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Poso Kabupaten Gorontalo Utara.
17. Ditta Kharisma Yolanda Putri1 , Hanggara Sudrajat2 , Ari Susanti3 , Susilowati4 , M.
Wildan Ibnu Batuthoh5 1, 4,5 Universitas Jember 2Badan Riset dan Inovasi Nasional
3Politeknik Negeri Malang. Pemanfaatan limbah ampas tahu dalam pembuatan
tepung berserat pangan tinggi dan rendah lemak sebagai alternatif bahan pangan
fungsional.
18. http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html
19. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/dampak-limbah-industri-terhadap-lingkungan/
20. http://catataninformatika.blogspot.com dampak-industri-terhadap-lingkungan.html.
19