Anda di halaman 1dari 33

A.

Pendahuluan
Modul adalah segala bentuk satuan pembelajaran mandiri yang dirancang
untuk digunakan oleh peserta/mahasiswa tanpa dipandu oleh instruktur/dosen.
Jadi, modul adalah bahan belajar mandiri yang dirancang khusus agar dapat
dipelajari sendiri kapan saja, di mana saja, oleh peserta/mahasiswa tanpa kehadiran
instruktur/dosen.
Logika merupakan induk matematika. Rasionalnya, belajar logika berarti
belajar berpikir dan bernalar secara logis yang merupakan kegiatan akal manusia
dalam memanfaatkan pengetahuan yang diterima melalui panca indera, kemudian
diolah agar dicapai suatu kebenaran. Dengan belajar logika, akan mampu
memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan, menganalisis,
menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menarik kesimpulan, meneliti
suatu jalan pikiran, dan lain-lain. Dengan demikian, rasional mempelajari logika
matematika adalah agar pembelajar dapat berpikir lebih nalar, kritis, tepat,
konsisten, dan benar. Selanjutnya, dengan mempelajari logika matematika,
mampu mendidik para mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan untuk
dapat menerapkan pemikiran-pemikiran matematis dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya penerapan pemikiran modus ponens atau modus tollens.
Materi yang dipelajari pada modul logika matematika ini meliputi
pembahasan tentang pengertian kalimat dan pernyataan, aljabar proposisi, dan
mengkaji tentang aturan bukti bersyarat dan reductio ad absordum. Kajiannya
antara lain meliputi: mengidentifikasi pernyataan, menentukan negasi dari
pernyataan tunggal, mengidentifikasi pernyataan majemuk (konjungsi, disjungsi,
implikasi, dan biimplikasi); tautologi; kontradiksi, hukum aljabar proposisi,
konsep membuktikan keabsahan dari sebuah argument, serta konsep aturan bukti
bersyarat dan reductio ad absurdum.

Relevansi belajar dan mempelajari logika matematika adalah sebagai


berikut.

1
1. Mempelajari logika matematika memiliki relevansi agar menjadi pemikir
yang jernih dan kritis.
2. Mempelajari logika matematika memiliki relevansi agar mampu mendidik
para mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan melaksanakan
disiplin intelektual yang diperlukan dalam menarik kesimpulan.
3. Mempelajari logika matematika memiliki relevansi agar mampu mendidik
para mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan dalam
menginterpretasikan fakta dan pendapat orang lain secara akurat, ilmiah,
dan reflektif.
4. Mempelajari logika matematika memiliki relevansi agar mampu mendidik
para mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan dapat menyeleksi
penalaran-penalaran yang keliru dan tidak jelas.
5. Mempelajari logika matematika memiliki relevansi agar mampu mendidik
para mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan untuk menerapkan
pemikiran-pemikiran matematis dalam kehidupan sehari-hari.
Modul ini ditulis dengan harapan dapat menjadi salah satu referensi
dalam mempelajari logika matematika. Agar modul ini memiliki manfaat secara
optimal bagi para mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan, maka
petunjuk belajar untuk mempelajari modul ini adalah sebagai berikut.
1. Modul ini tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber belajar dalam
mempelajari logika matematka. Para para peserta PPG Hybrid Learning
Dalam Jabatan wajib menambah buku-buku tentang logika matematika
yang relevan, sebagai sumber belajar lain untuk dibaca dan dipelajari.
2. Pelajari modul ini halaman demi halaman secara urut.
3. Dibagian akhir modul ini terdapat tugas dan tes formatif. Kerjakan setiap
soal yang ada dan nilai yang diperoleh agar dijadikan sebagai umpan balik
untuk menilai lagi apakah materi dalam kegiatan belajar sudah dikuasai
dengan baik atau belum

2
4. Keberhasilan pembelajaran dalam mempelajari modul ini sangat tergantung
kepada kesungguhan dalam belajar, mengerjakan tugas dan menyelesaikan
tes.
5. Diskusikan dengan teman kalian dalam sebuah grup/kelompok belajar, jika
menemui kesulitan, khususnya dalam memahami konsep dalam logika
matematika atau jika ada kesulitan saat mengerjakan soal-soalnya.
6. Jika tetap mengalami kesulitan yang tidak teratasi dalam kelompok belajar,
diskusikan di kelas dengan divasiliatsi oleh dosen pengampu.

Kepada mahasiswa PPG Hybrid Learning Dalam Jabatan, selamat belajar,


semoga sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini
sebagai bekal membelajarkan matematika di sekolah..

3
D. Uraian Materi
1. Kalimat dan Pernyataan
Sebelum membahas tentang pernyataan, kita bahas terlebih dahulu apa yang
disebut kalimat dan pernyataan. Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun
menurut tata bahasa dan mengandung arti. Dalam logika matematika hanya
dibicarakan kalimat-kalimat yang berarti menerangkan (kalimat deklaratif), yang
disebut pernyataan. Pernyataan mungkin bernilai benar saja atau bernilai salah saja.
Benar atau salahnya sebuah pernyataan disebut nilai kebenaran pernyataan itu, dan
ditentukan oleh realitas yang dinyatakannya atau kesepakatan terdahulu. Logika yang
kita bahas di sini adalah logika matematika dua nilai, yaitu nilai BENAR (B) dan
nilai SALAH (S).
Menurut jenisnya, suatu kalimat secara sederhana dapat dibagi seperti di bawah ini:

bernilai salah
Kalimat deklaratif
(pernyataan)
Kalimat berarti bernilai benar

Kalimat Bukan kalimat deklaratif

Kalimat tidak berarti

Menurut komponen-konponen yang membentuknya, pernyataan dibagi menjadi dua,


yaitu: Pernyataan sederhana

Pernyataan
Pernyataan majemuk

Pernyataan yang hanya menyatakan pikiran tunggal dan tidak mengandung kata
hubung kalimat disebut pernyataan sederhana/pernyataan primer. Sedangkan
pernyataan yang terdiri atas satu atau lebih pernyataan sederhana dengan bermacam-
macam kata hubung kalimat disebut pernyataan majemuk/pernyataan komposit.

6
Dalam logika matematika, suatu pernyataan umumnya disimbolkan dengan
huruf kecil, seperti a, b, c, . . . atau p, q, r, . . . atau kadangkala digunakan huruf
besar A, B, C, . . . atau P, Q, R, . . . . Sedangkan nilai benar disimbolkan ”B” atau
“1 (satu)” dan nilai salah disimbolkan dengan “S” atau “0 (nol)”.

2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat ditentukan nilai
kebenarannya. Dalam matematika, kalimat terbuka bisa berbentuk persamaan
(kalimat terbuka yang menggunakan tanda “=”) atau berbentuk pertidaksamaan
(kalimat terbuka yang menggunakan tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”, atau “≥”).
Contoh:
1) 𝑥 + 1 = 3, kalimat terbuka yang berbentuk persamaan.
2) 𝑥 2 – 2 < 5, kalimat terbuka yang berbentuk pertidaksamaan.
Pernyataan, sebagaimana disinggung pada halaman sebelumnya adalah
kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah). Dalam
logika matematika, pernyataan bisa berbentuk kesamaan (kalimat tertutup yang
menggunakan tanda “=”), berbentuk ketidaksamaan (kalimat tertutup yang
menggunakan tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”, atau “≥”), atau berbentuk kalimat
deklaratif biasa.
Contoh:
1) 6 + 7 = 8, pernyataan yang berbentuk kesamaan, yang bernilai salah.
2) 42 + 13 > 20, pernyataan yang berbentuk ketidaksamaan, yang bernilai benar
3) Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah. Pernyataan bernilai Benar.
4) Kerajaan Demak terletak di Pulau Sumatra. Pernyataan bernilai Salah.

7
4. Tautologi
Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk setiap substitusi
pernyataan tunggalnya dinamakan tautologi. Dengan kata lain, tautologi merupakan
pernyataan yang selalu bernilai benar dalam kondisi apapun. Tautologi digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan atau pembuktian matematis.
Contoh:
Misalnya kita akan mencari nilai kebenaran dari pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑝 dengan
tabel kebenaran.
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞 (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑝
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B
Dari tabel kebenaran di atas terlihat setiap substitusi dari pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒
𝑝 bernilai benar sehingga pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑝 disebut tautologi.

5. Kontradiksi
Jika tautologi adalah pernyataan yang selalu bernilai benar, maka sebaliknya
kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai salah untuk setiap substitusi nilai
kebenaran pernyataan tunggalnya.
Contoh:
Misalnya kita akan mencari nilai kebenaran dari pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ∧ ~𝑝 dengan
tabel kebenaran.
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞 ~𝑝 (𝑝 ∧ 𝑞) ∧ ~𝑝
B B B S S
B S S S S
S B S B S
S S S B S

15
Dari tabel kebenaran di atas terlihat setiap substitusi dari pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ∧
~𝑝 bernilai salah sehingga pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ∧ ~𝑝 disebut kontradiksi.

6. Aljabar Proposisi
Setiap pernyataan (proposisi) yang saling ekuivalen dapat dipertukarkan atau
diganti antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah hukum-hukum aljabar
proposisi yang ada.
1) Hukum Idempoten
a) 𝑝∨𝑝 ≡𝑝
b) 𝑝∧𝑝 ≡𝑝
2) Hukum Asosiatif
a) (𝑝 ∨ 𝑞) ∨ 𝑟 ≡ 𝑝 ∨ (𝑞 ∨ 𝑟)
b) (𝑝 ∧ 𝑞) ∧ 𝑟 ≡ 𝑝 ∧ (𝑞 ∧ 𝑟)
3) Hukum Komutatif
a) 𝑝∨𝑞 ≡𝑞∨𝑝
b) 𝑝∧𝑞 ≡𝑞∧𝑝
4) Hukum Distributif
a) 𝑝 ∨ (𝑞 ∧ 𝑟) ≡ (𝑝 ∨ 𝑞) ∧ (𝑝 ∨ 𝑟)
b) 𝑝 ∧ (𝑞 ∨ 𝑟) ≡ (𝑝 ∧ 𝑞)⋁(𝑝 ∧ 𝑟)
5) Hukum Identitas
a) 𝑝∨𝐵 ≡𝐵
b) 𝑝∨𝑆 ≡𝑝
c) 𝑝∧𝐵 ≡𝑝
d) 𝑝∧𝑆 ≡𝑆
6) Hukum Komplemen
a) 𝑝 ∨ ~𝑝 ≡ 𝐵
b) 𝑝 ∧ ~𝑝 ≡ 𝑆
c) ~(~𝑝) ≡ 𝑝
d) ~𝐵 ≡ 𝑆

16
7) Hukum Transposisi
𝑝 ⇒ 𝑞 ≡ ~𝑞 ⇒ ~𝑝
8) Hukum Implikasi
𝑝 ⇒ 𝑞 ≡ ~𝑝 ∨ 𝑞
9) Hukum Ekuivalensi
a) 𝑝 ⇔ 𝑞 ≡ (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑝 ⇒ 𝑟)
b) 𝑝 ⇔ 𝑞 ≡ (𝑝 ∧ 𝑞) ∨ (𝑝 ∧ 𝑟)
10) Hukum Eksportasi
(𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑟 ≡ 𝑝 ⇒ (𝑞 ⇒ 𝑟)
11) Hukum DeMorgan
a) ~(𝑝 ∨ 𝑞) ≡ ~𝑝 ∧ ~𝑞
b) ~(𝑝 ∧ 𝑞) ≡ ~𝑝 ∨ ~𝑞
Catatan:
𝐵 = 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟, 𝑆 = 𝑆𝑎𝑙𝑎ℎ
Contoh 1:
Buktikan bahwa ~(𝑝 ⇒ 𝑞) ≡ ~𝑞.
Penyelesaian:
~(𝑝 ⇒ 𝑞) ≡ ~(~𝑝 ∨ 𝑞)
≡ ~(~𝑝) ∧ ~𝑞
≡ 𝑝 ∧ ~𝑞 (Terbukti)
Contoh 2:
Buktikan bahwa (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑝 ≡ 𝐵.
(𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑝 ≡ ~(𝑝 ∧ 𝑞) ∨ 𝑝
≡ (~𝑝 ∨ ~𝑞) ∨ 𝑝
≡ (~𝑞 ∨ ~𝑝) ∨ 𝑝
≡ ~𝑞 ∨ (~𝑝 ∨ 𝑝)
≡ ~𝑞 ∨ 𝐵
≡ 𝐵 (Terbukti)

17
Contoh 3:
Buktikan bahwa ~(𝑝 ⇒ (𝑝 ∨ 𝑞)) adalah suatu kontradiksi.
~(𝑝 ⇒ (𝑝 ∨ 𝑞)) ≡ ~(~𝑝 ∨ (𝑝 ∨ 𝑞))
≡ ~((~𝑝 ∨ 𝑝) ∨ 𝑞)
≡ ~(𝐵 ∨ 𝑞)
≡ ~𝐵
≡ 𝑆 (Terbukti)
Karena ~(𝑝 ⇒ (𝑝 ∨ 𝑞)) ≡ 𝑆 maka ~(𝑝 ⇒ (𝑝 ∨ 𝑞)) suatu kontradiksi.

18
7. Argumen
Premis adalah suatu pernyataan yang bernilai benar, dianggap benar atau
disepakati kebenarannya. Premis dapat berupa: aksioma, hipotesis, definisi,
dalil/teorema atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya. Argumen adalah
kumpulan dari satu atau beberapa premis beserta kesimpulan/konklusinya yang
diambil secara sahih/valid.
Beberapa argumen dalam logika antara lain:
a) Modus Ponens (MP)
Premis 1: 𝑝 ⇒ 𝑞
Premis 2: 𝑝
Konklusi: ∴ 𝑞
Contoh:
Premis 1: Jika saya belajar, maka saya lulus
ujian
Premis 2: Saya belajar
Konklusi: Saya lulus ujian
b) Modus Tollens (MT)
Premis 1: 𝑝 ⇒ 𝑞
Premis 2: ~𝑞
Konklusi: ∴ 𝑝
Contoh:
Premis 1: Jika hari hujan, maka saya memakai jas hujan
Premis 2: Saya tidak memakai jas hujan
Konklusi: Hari tidak hujan
c) Silogisme (Sil)
Premis 1: 𝑝 ⇒ 𝑞
Premis 2: 𝑞 ⇒ 𝑟
Konklusi: ∴ 𝑝 ⇒ 𝑟

19
Contoh:
Premis 1: Jika kamu benar, maka saya bersalah
Premis 2: Jika saya bersalah, saya minta maaf
Konklusi: Jika kamu benar, saya minta maaf
d) Silogisme Disjungtif (SD)
Premis 1: 𝑝 ∨ 𝑞
Premis 2: ~𝑞
Konklusi: ∴ 𝑝
Contoh:
Premis 1: Anik atau Budi adalah anak Pak Sumiran
Premis 2: Budi bukan anak Pak Sumiran
Konklusi: Anik adalah anak Pak Sumiran
e) Konstruktif Delema (KD)
Premis 1: (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑟 ⇒ 𝑠)
Premis 2: 𝑝 ∨ 𝑟
Konklusi: ∴ 𝑞 ∨ 𝑠
Contoh:
Premis 1: Jika saya lapar maka saya makan dan jika saya haus maka saya
minum
Premis 2: Saya lapar atau haus
Konklusi: Saya makan atau minum
f) Destruktif Delema (DD)
Premis 1: (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑟 ⇒ 𝑠)
Premis 2: ~𝑞 ∨ ~𝑠
Konklusi: ∴ ~𝑝 ∨ ~𝑟

20
Contoh:
Premis 1: Jika saya lapar maka saya makan dan jika saya haus maka saya
minum
Premis 2: Saya tidak makan atau saya tidak minum
Konklusi: Saya tidak lapar atau saya tidak haus
g) Aturan Konjungsi (Konj)
Premis 1: 𝑝
Premis 2: 𝑞
Konklusi: ∴ 𝑝 ∧ 𝑞
Contoh:
Premis 1: Ifa lahir di Surabaya
Premis 2: Ifa merupakan siswa SMA
Konklusi: Ifa lahir di Surabaya dan merupakan siswa SMA

h) Aturan Penyederhanaan (Simplifikasi/Simp)


Premis: 𝑝 ∧ 𝑞
Konklusi 1: ∴ 𝑝
Konklusi 2: ∴ 𝑞
Contoh:
Premis: 2 adalah bilangan prima yang genap
Konklusi 1: 2 adalah bilangan prima
Konklusi 2: 2 adalah bilangan genap
i) Aturan Penambahasn (Adisi/Ad)
Premis: 𝑝
Konklusi 1: ∴ 𝑝 ∨ 𝑞
Konklusi 2: ∴ 𝑝 ∨ 𝑟
Konklusi 2: ∴ 𝑝 ∨ 𝑠

21
Contoh:
Premis: Budi seorang mahasiswa
Konklusi 1: Budi seorang mahasiswa atau anak orang kaya
Konklusi 2: Budi seorang mahasiswa atau anak yang pandai
Konklusi 3: Budi seorang mahasiswa atau anak yang rajin
Contoh 1:
Buktikan keabsahan argumen di bawah ini.
𝑝 ∨ (𝑞 ⇒ 𝑠)
~𝑟 ⇒ (𝑠 ⇒ 𝑡)
𝑝⇒𝑟
~𝑟
∴𝑞⇒𝑡
Penyelesaian:
1. 𝑝 ∨ (𝑞 ⇒ 𝑠)
2. ~𝑟 ⇒ (𝑠 ⇒ 𝑡)
3. 𝑝⇒𝑟
4. ~𝑟
5. 𝑠 → 𝑡 (2,4 Modus Ponens)
6. ~𝑝 (3,4 Modus Tollens)
7. 𝑞⇒𝑠 (1,6 Silogisme Disjungtif)
8. 𝑞⇒𝑡 (7,5 Silogisme)
Jadi argumen tersebut sah/valid (terbukti).

22
Contoh 2:
Buktikan keabsahan argumen di bawah ini.
𝑎⇒𝑏
𝑐⇒𝑑
(~𝑏 ∨ ~𝑑) ∧ (~𝑎 ∨ ~𝑏)
∴ ~𝑎 ∨ ~𝑐
Penyelesaian:
1. 𝑎⇒𝑏
2. 𝑐⇒𝑑
3. (~𝑏 ∨ ~𝑑) ∧ (~𝑎 ∨ ~𝑏)
4. ~𝑏 ∨ ~𝑑 (3 Aturan Penyederhanaan)
5. 𝑏 ⇒ ~𝑑 (4 Hukum Implikasi)
6. ~𝑎 ∨ ~𝑏 (3 Aturan Penyederhanaan)
7. 𝑎 ⇒ ~𝑏 (6 Hukum Implikasi)
8. 𝑎 ⇒ ~𝑑 (1,5 Silogisme)
9. 𝑑 ⇒ ~𝑎 (8 Hukum Transposisi)
10. 𝑐 ⇒ ~𝑎 (2,9 Silogisme)
11. ~𝑐 ∨ ~𝑎 (10 Hukum Implikasi)
12. ~𝑎 ∨ ~𝑐 (11 Hukum Komutatif)
Jadi argumen tersebut sah/valid (terbukti).

23
8. Aturan Bukti Bersyarat

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas bagaimana cara membuktikan


keabsahan argumen dengan bukti formal. Salah satu cara yang digunakan dikenal
dengan bukti formal dengan cara langsung dan disingkat dengan Bukti Langsung.
Akan tetapi tidak semua argumen dapat dibuktikan dengan bukti langsung. Cara lain
untuk membuktikan keabsahan argumen dengan bukti formal yaitu dengan Aturan
Bukti Bersyarat (ABB).

Catatan: Yang perlu diingat bahwa ABB dapat digunakan apabila konklusi argumen
tersebut merupakan implikasi.

Adapun langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti Bersyarat yaitu sebagai


berikut.

1) Menulis premis-premis yang diketahui.


2) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan) dan
konsekuennya merupakan konklusi dari argument (konklusi baru).
3) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian untuk
menemukan konlusi sesuai dengan konklusi baru.

Prosedur ABB dapat dilakukan karena didasarkan pada prinsip eksportasi


bahwa 𝑝 ⇒ (𝑞 ⇒ 𝑟) ≡ (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑟. Kita ingat bahwa ada hubungan yang erat antara
argumen sah/valid dengan implikasi logis sehingga kebenaran prosedur ABB mudah
kita terima dengan penjelasan berikut.

Langkah Implikasi Logis Argumen


1 𝑃 ⇒ (𝐴 ⇒ 𝐶) 𝑃
∴𝐴⇒𝐶
2 (𝑃 ∧ 𝐴) ⇒ 𝐶 𝑃
A
∴𝐶

24
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa karena 𝑃 ⇒ (𝐴 ⇒ 𝐶) ≡ (𝑃 ∧ 𝐴) ⇒ 𝐶
maka argumen 𝑃 /∴ 𝐴 ⇒ 𝐶 sah/valid dan argumen 𝑃, 𝐴/∴ 𝐶 juga sah/valid.
Keterangan di atas akan lebih mudah diterima dengan memperhatikan contoh berikut.

Contoh:
Buktikan keabsahan argumen berikut dengan Aturan Bukti Bersyarat.
(𝑎 ∨ 𝑏) ⇒ (𝑐 ∧ 𝑑)
(𝑑 ∨ 𝑒) ⇒ 𝑓
∴ 𝑎⇒𝑓
Penyelesaian:

Perhatikan bahwa konklusinya berbentuk implikasi 𝑎 ⇒ 𝑓 dengan anteseden 𝑎 dan


konsekuen 𝑓 sehingga Aturan Bukti Bersyarat dapat digunakan.

1. (𝑎 ∨ 𝑏) ⇒ (𝑐 ∧ 𝑑) (premis 1)

2. (𝑑 ∨ 𝑒) ⇒ 𝑓 (premis 2)

3. 𝑎/∴ 𝑓 (premis tambahan dan konklusi baru)

4. 𝑎∨𝑏 (3 Aturan Penambahan)

5. 𝑐∧𝑑 (1,4 Modus Ponens)

6. 𝑑 (5 Aturan Penyederhanaan)

7. 𝑑∨𝑒 (6 Aturan Penambahan)

8. 𝑓 (2,7 Modus Ponens)

9. 𝑎⇒𝑓 (3 s.d. 8 Aturan Bukti Bersyarat)

(Terbukti).

25
9. Reductio Ad Absordum (Bukti Tak Langsung)
Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih ada cara lain untuk
membuktikan keabsahan argumen yaitu dengan Bukti Tak Langsung.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Menulis premis-premis yang diketahui.


2) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan).
3) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian
ditunjukkan adanya kontradiksi.
4) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan prinsip Adisi dan
Silogisme Disjungtif .
Untuk lebih jelasnya ikutilah contoh berikut ini.

Contoh:

Buktikan keabsahan argumen berikut dengan Reductio Ad Absordum (Bukti Tak


Langsung).

𝑎 ⇒ (𝑏 ∧ 𝑐)
(𝑏 ∨ 𝑑) ⇒ 𝑒
𝑑∨𝑎
∴𝑒
Bukti:

1. 𝑎 ⇒ (𝑏 ∧ 𝑐) (premis 1)

2. (𝑏 ∨ 𝑑) ⇒ 𝑒 (premis 2)

3. 𝑑∨𝑎 (premis 3)

4. ~e (premis tambahan)

5. ~(b ∨ d) (2,4 Modus Tollens)

26
6. ~𝑏 ∧ ~𝑑 (5 Hukum DeMorgan)

7. ~𝑏 (6 Aturan Penyederhanaan)

8. ~𝑑 (6 Aturan Penyederhanaan)

9. ~𝑑 ⇒ 𝑎 (3 Hukum Implikasi)

10. 𝑎 (9,8 Modus Ponens)

11. 𝑏∧𝑐 (1,10 Modus Ponens)

12. 𝑏 (11 Aturan Penyederhanaan)

13. 𝑏 ∧ ~𝑏 (7,12 Hukum Konjungsi)

14. 𝑏∨𝑒 (12 Aturan Penambahan)

15. ~𝑏  𝑒 (14 Hukum Implikasi)

16. 𝑒 (14,7 Silogisme Disjungtif)

(Terbukti)

Catatan:

1) Langkah ke-13 menunjukkan adanya kontradiksi sebab 𝑏 ∧ ~𝑏 (menurut


hukum komplemen) bernilai salah (False).
2) Setelah ditemukan adanya kontradiksi, langkah berikutnya menggunakan
aturan penambahan dan silogisme disjungtif untuk membuktikan konklusi.

27
E. Rangkuman
1. Pernyataan merupakan kalimat-kalimat yang berarti menerangkan (kalimat
deklaratif).
2. Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat ditentukan nilai
kebenarannya.
3. Pernyataan adalah kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya.
4. Negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan
semula benar, dan sebaliknya.
5. Tabel kebenaran dari konjungsi adalah sebagai berikut.
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞
B B B
B S S
S B S
S S S

6. Tabel kebenaran dari disjungsi inklusif adalah sebagai berikut.


𝑝 𝑞 𝑝∨𝑞
B B B
B S B
S B B
S S S

7. Tabel kebenaran dari disjungsi ekslusif adalah sebagai berikut.


𝑝 𝑞 𝑝∨𝑞
B B S
B S B
S B B
S S S

28
8. Tabel kebenaran dari implikasi adalah sebagai berikut.
𝑝 𝑞 𝑝⇒𝑞
B B B
B S S
S B B
S S B

9. Tabel kebenaran dari biimplikasi adalah sebagai berikut.


𝑝 𝑞 𝑝⇔𝑞
B B B
B S S
S B S
S S B
10. Kata-kata yang biasa digunakan dalam kuantor universal adalah “semua”,
“setiap”, “untuk semua”, atau “untuk setiap”. Kuantor universal dilambangkan
dengan ∀.
11. Pernyataan matematika yang dilengkapi dengan kata-kata “terdapat”, “ada”,
“sekurang-kurangnya satu” , atau “beberapa” merupakan pernyataan berkuantor
eksistensial. Kuantor eksistensial dilambangkan dengan ∃.
12. Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk setiap
substitusi pernyataan tunggalnya.
13. Kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai salah untuk setiap substitusi
nilai kebenaran pernyataan tunggalnya.
14. Aturan Aljabar Proposisi meliputi
a) Hukum Idempoten
b) Hukum Asosiatif
c) Hukum Komutatif
d) Hukum Distributif

29
e) Hukum Identitas
f) Hukum Komplemen
g) Hukum Transposisi
h) Hukum Implikasi
i) Hukum Ekuivalensi
j) Hukum Eksportasi
k) Hukum DeMorgan
15. Aturan untuk membantu membuktikan kesahan suatu argumen meliputi
a) Modus Ponens
b) Modus Tollens
c) Silogisme
d) Silogisme Disjungtif
e) Konstruktif Delema
f) Destruktif Delema
g) Aturan Konjungsi
h) Aturan Penyederhanaan
i) Aturan Penambahan
16. Langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti Bersyarat yaitu:
a) Menulis premis-premis yang diketahui
b) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan)
dan konsekuennya merupakan konklusi dari argument (konklusi baru).
c) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian untuk
menemukan konlusi sesuai dengan konklusi baru.
17. Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih ada cara lain untuk
membuktikan kesahan argumen yaitu dengan Reductio Ad Absordum (Bukti
Tak Langsung).
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan).

30
c) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian
ditunjukkan adanya kontradiksi.
d) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan prinsip Adisi
dan Silogisme Disjungtif .

31
F. Tugas
1) Suatu pernyataan, dapat dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol yang bisa dicari
nilai kebenarannya melalui tabel kebenaran. Berikut ini terdapat tiga tugas yang
harus saudara selesaikan dengan cara membuat tabel kebenaran untuk setiap
pernyataan. Tuliskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan berikut.
a) ((𝑝 ⇒ 𝑟) ∧ (𝑟 ⇒ 𝑠)) ⇒ (𝑝 ⇒ 𝑠).
b) ((𝑝  𝑞) ( 𝑞))  𝑝
c) ~ (𝑝  𝑞)  𝑞
2) Berdasarkan penjelasan tentang tautologi dan kontradiksi. Selesaikan masalah
berikut ini dengan menuliskan langkah-langkahnya.
a) ((~𝑝 ∨ 𝑞) ∧ (~𝑞 ∨ 𝑟)) ⇒ (~𝑝 ∨ 𝑟)
b) (𝑝  𝑞) (𝑝  𝑞)
c) 𝑝   (𝑝  𝑞)
3) Buatlah suatu argumen yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan aturan logika matematika yaitu Modus Ponens, Modus Tollens,
dan Silogisme.
4) Buktikan keabsahan argumen berikut dengan menuliskan langkah dan aturan-
aturan yang digunakan untuk pembuktian.
𝑚 ⇒ (𝑞 ∧ 𝑡)
(𝑞 ∨ 𝑗) ⇒ 𝑎
𝑚
𝑎∨𝑗
5) Susunlah bukti formal keabsahan argumen berikut dengan memakai lambang-
lambang proposisi yang diberikan. Gunakanlah simbol m (matematika), g
(geometri), t (trigonometri), j (aljabar), a (aritmetika).
(1) Jika banyak siswa yang memilih matematika maka geometri diharuskan
dan trigonometri diharuskan.

32
(2) Jika geometri diharuskan atau aljabar diharuskan maka aritmetika
diharuskan.
(3) Banyak mahasiswa yang memilih matematika.
Oleh karena itu, aritmetika diharuskan atau aljabar diharuskan.
6) Suatu argumen dapat dibuktikan keabsahannya dengan menggunakan aturan
bukti bersyarat maupun Reductio Ad Absordum (Bukti Tak Langsung).
a) Buktikan keabsahan argumen berikut dengan menggunakan aturan bukti
bersyarat.

(𝑎 ∨ 𝑏) ⇒ ((𝑐 ∧ 𝑑) ⇒ 𝑒)
∴ 𝑎 ⇒ ((𝑐 ∧ 𝑑) ⇒ 𝑒)

b) Buktikan keabsahan argumen berikut dengan menggunakan aturan Reductio


Ad Absordum (Bukti Tak Langsung).

𝑎 (𝑏 𝑐)
(𝑏 ∨ 𝑑) 𝑒
𝑑 ∨𝑎
𝑒

33
G. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Di antara kalimat berikut merupakan pernyataan, kecuali . . . .
a. 27 merupakan bilangan prima.
b. Matahari terbit dari Barat.
c. Siapakah nama anak itu?
d. 3 + 8 = 11.
e. Adi adalah seorang pelajar.
2. Supaya kalimat terbuka −𝑥 + 3𝑦 = 1, bernilai benar maka nilai (𝑥, 𝑦) yang
memenuhi adalah . . . .
a. (1, −1)
b. (5, 2)
c. (2, 1)
d. (2, 1)
e. (3, −2)
3. Ingkaran dari pernyataan “Beberapa bilangan prima adalah bilangan genap”
adalah ….
a. Semua bilangan prima adalah bilangan genap.
b. Semua bilangan prima bukan bilangan genap.
c. Beberapa bilangan prima bukan bilangan genap.
d. Beberapa bilangan genap bukan bilangan prima.
e. Beberapa bilangan genap adalah bilangan prima.
4. Negasi dari pernyataan “ Matematika tidak mengasyikkan atau membosankan”
adalah …
a. Matematika mengasyikkan atau membosankan.
b. Matematika mengasyikkan atau tidak membosankan.
c. Matematika mengasyikkan dan tidak membosankan.
d. Matematika tidak mengasyikkan dan tidak membosankan.

34
e. Matematika tidak mengasyikkan dan membosankan.
5. Nilai kebenaran yang tepat untuk pernyataan (𝑝 ∨ 𝑞) ⇔ 𝑞 pada tabel berikut
adalah . . . .
𝑝 𝑞 (𝑝 ∨ 𝑞) ⇔ 𝑞
𝐵 𝐵
𝐵 𝑆
𝑆 𝐵
𝑆 𝑆
a. 𝑆𝑆𝑆𝑆
b. 𝐵𝑆𝐵𝐵
c. 𝐵𝐵𝑆𝑆
d. 𝑆𝑆𝐵𝐵
e. 𝐵𝐵𝐵𝑆

6. Nilai kebenaran yang tepat untuk pernyataan 𝑝 ⇒ (𝑞 ∨ 𝑟) pada tabel berikut


adalah . . . .
𝑝 𝑞 𝑟 𝑝 ⇒ (𝑞 ∨ 𝑟)
𝐵 𝐵 𝐵
𝐵 𝐵 𝑆
𝐵 𝑆 𝐵
𝐵 𝑆 𝑆
𝑆 𝐵 𝐵
𝑆 𝐵 𝑆
𝑆 𝑆 𝐵
𝑆 𝑆 𝑆
a. 𝐵𝐵𝐵𝑆𝐵𝐵𝐵𝐵
b. 𝐵𝑆𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
c. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝑆𝐵𝐵

35
d. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
e. 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
7. Nilai kebenaran yang tepat untuk pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑟 pada tabel berikut
adalah . . . .
𝑝 𝑞 𝑟 (𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑟
𝐵 𝐵 𝐵
𝐵 𝐵 𝑆
𝐵 𝑆 𝐵
𝐵 𝑆 𝑆
𝑆 𝐵 𝐵
𝑆 𝐵 𝑆
𝑆 𝑆 𝐵
𝑆 𝑆 𝑆

a. 𝐵𝐵𝐵𝑆𝐵𝐵𝐵𝐵
b. 𝐵𝑆𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
c. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝑆𝐵𝐵
d. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
e. 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
8. Nilai kebenaran yang tepat untuk pernyataan (𝑝 ∨ 𝑞) ⇒ 𝑞 pada tabel berikut
adalah . . . .
𝑝 𝑞 (𝑝 ∨ 𝑞) ⇒ 𝑞
𝐵 𝐵
𝐵 𝑆
𝑆 𝐵
𝑆 𝑆
a. 𝐵𝑆𝐵𝐵
b. 𝐵𝑆𝑆𝑆

36
c. 𝐵𝐵𝑆𝑆
d. 𝑆𝑆𝐵𝐵
e. 𝐵𝐵𝐵𝑆
9. Nilai kebenaran yang tepat untuk pernyataan (𝑝 ⇒ 𝑞) ∨ 𝑟 pada tabel berikut
adalah . . . .
𝑝 𝑞 𝑟 (𝑝 ⇒ 𝑞) ∨ 𝑟
𝐵 𝐵 𝐵
𝐵 𝐵 𝑆
𝐵 𝑆 𝐵
𝐵 𝑆 𝑆
𝑆 𝐵 𝐵
𝑆 𝐵 𝑆
𝑆 𝑆 𝐵
𝑆 𝑆 𝑆
a. 𝐵𝐵𝐵𝑆𝐵𝐵𝐵𝐵
b. 𝐵𝑆𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
c. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝑆𝐵𝐵
d. 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
e. 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
10. Nilai kebenaran yang tepat untuk pernyataan 𝑝 ∨ (𝑝 ⇔ 𝑞) pada tabel berikut
adalah . . . .
𝑝 𝑞 𝑝 ∨ (𝑝 ⇔ 𝑞)
𝐵 𝐵
𝐵 𝑆
𝑆 𝐵
𝑆 𝑆
a. 𝑆𝑆𝑆𝑆
b. 𝐵𝑆𝑆𝑆

37
c. 𝐵𝐵𝑆𝐵
d. 𝑆𝑆𝐵𝐵
e. 𝐵𝐵𝐵𝑆

11. Pernyataan di bawah ini yang merupakan kontradiksi adalah . . . .


a. (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑝 ∧ ~𝑞)
b. (𝑎 ∧ ~𝑎) ∧ 𝑏
c. 𝑝 ⇒ (𝑞 ∧ ~𝑞)
d. (𝑝 ∧ ~𝑝) ⇒ 𝑞
e. (𝑎 ∧ 𝑏) ∨ 𝑏
12. Menggunakan sifat ekuivalensi, pernyataan 𝑎 ∧ 𝐵 ≡ . . . .
a. 𝑎
b. 𝐵
c. ~𝑎
d. 𝑆
e. 𝑏
13. Pernyataan (𝑝 ∧ 𝑞) ∨ (~𝑝 ∨ ~𝑞) ⇒ (𝑝 ∨ 𝑟) dapat disederhanakan menjadi . . . .
a. 𝑝
b. 𝑝∨𝑟
c. 𝑟
d. 𝐵
e. 𝑝∨𝑞
14. Pernyataan yang setara dengan “Jika harga BBM naik maka harga kebutuhan
pokok akan naik” adalah . . . .
a. Harga BBM naik dan harga kebutuhan pokok naik.
b. Harga BBM tidak naik atau harga kebutuhan pokok akan naik.
c. Jika harga BBM tidak naik maka harga kebutuhan pokok akan naik.
d. Jika harga BBM tidak naik maka harga kebutuhan pokok tidak naik.

38
e. Jika harga BBM tidak naik maka harga kebutuhan pokok akan turun.
15. Negasi dari pernyataan “Jika Ali seorang pelajar SMA maka ia mempunyai
kartu pelajar” adalah . . . .
a. Jika Ali bukan seorang pelajar SMA maka ia tidak mempunyai kartu
pelajar.
b. Jika Ali mempunyai kartu pelajar maka ia seorang pelajar SMA.
c. Jika Ali seorang pelajar SMA maka ia tidak mempunyai kartu pelajar.
d. Ali seorang pelajar SMA dan ia tidak mempunyai kartu pelajar.
e. Ali seorang pelajar SMA atau ia tidak mempunyai kartu pelajar.

16. Premis 1: Jika udara tidak tercemar, maka rumah segar.


Premis 2: Jika rumah segar, maka kupu-kupu bertelur.
Penarikan kesimpulan dari premis-premis tersebut adalah . . . .
a. Jika udara tercemar, maka kupu-kupu bertelur.
b. Jika udara tidak tercemar, maka kupu-kupu bertelur.
c. Jika udara tidak tercemar, maka kupu-kupu tidak bertelur.
d. Jika udara tidak tercemar, maka bukan kupu-kupu bertelur.
e. Jika bukan udara tercemar, maka kupu-kupu tidak bertelur.
17. Diketahui argumentasi:
I. 𝑝⇒𝑞
~𝑞
∴ ~𝑞
II. 𝑝⇒𝑞
~𝑞 ∨ 𝑟
∴𝑝⇒𝑟
III. 𝑝 ⇒ 𝑞
𝑝⇒𝑟
∴𝑞⇒𝑟

39
Argumentasi yang sah adalah . . . .
a. I saja
b. II saja
c. III saja
d. I dan II saja
e. II dan III saja
18. Diketahui premis-premis
Premis 1: Jika hari hujan, maka ibu memakai payung.
Premis 2: Ibu tidak memakai payung.
Penarikan kesimpulan dari premis-premis tersebut adalah . . . .
a. Hari tidak hujan.
b. Hari hujan.
c. Ibu memakai paying.
d. Hari hujan dan Ibu memakai paying.
e. Hari tidak hujan dan Ibu memakai paying.
19. Diketahui pernyataan:
Premis 1: Jika hari panas, maka Ani memakai topi.
Premis 2: Ani tidak memakai topi atau ia memakai payung
Premis 3: Ani tidak memakai payung.
Kesimpulan yang sah adalah . . . .
a. Hari panas.
b. Hari tidak panas.
c. Ani memakai topi.
d. Hari panas dan Ani memakai topi.
e. Hari tidak panas dan Ani memakai topi.
20. Diketahui premis berikut:
Premis 1: Jika Budi rajin belajar maka ia menjadi pandai.
Premis 2: Jika Budi menjadi pandai maka ia lulus ujian.
Premis 3: Budi tidak lulus ujian.

40
Kesimpulan yang sah adalah . . . .
a. Budi menjadi pandai.
b. Budi rajin belajar.
c. Budi lulus ujian.
d. Budi tidak pandai.
e. Budi tidak rajin belajar.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi modul ini.
banyaknya jawaban benar
Tingkat Penguasaan (TP) = x 100% .
banyaknya soal

Arti tingkat penguasaan:


90% ≤ TP ≤ 100% : sangat baik
80% ≤ TP < 90% : baik
70% ≤ TP < 80% : cukup
TP < 70% : kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80 % atau lebih, Anda dapat melanjutkan ke modul
berikutnya. Bagus! Anda telah berhasil mempelajari modul ini.
Apabila tingkat pengusaan Anda kurang dari 80%, Anda harus mempelajari kembali
modul ini.

41
I. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. C
2. B
3. B
4. C
5. B
6. A
7. B
8. A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. B
14. B
15. D
16. B
17. D
18. A
19. B
20. E

43

Anda mungkin juga menyukai