Bahan Ajar Spo-Nanopartikel PDF
Bahan Ajar Spo-Nanopartikel PDF
Metode pembuatan liposom secara umum terdiri dari empat tahapan utama,
yaitu pengeringan lipid dari pelarut organik, dispersi lipid dalam media air,
purifikasi liposom, analisis produk. Metode pembuatan liposom yang paling
banyak digunakan adalah Bangham Method, yaitu dengan melarutkan lipid pada
fase organik, penghilangan pelarut organik (biasanya melalui penguapan) untuk
membentuk lapisan lipid, dispersi atau hidrasi lapisan lipid menggunakan air dan
agitasi untuk memisahkan liposom yang terbentuk. Metode ini umumnya
membentuk liposom jenis MLV. Selanjutnya, dapat dilakukan sonikasi atau
ekstruksi pada MLV untuk membentuk SUV.
Penjebakan obat dalam sistem liposom dapat dilakukan melalui dua metode,
yaitu metode aktif dan metode pasif. Pada metode pasif, obat ditambahkan pada
saat pembentukan liposom. Sedangkan pada metode aktif, obat ditambahkan
setelah sistem liposom terbentuk. Liposom kosong akan dicampurkan dengan
larutan obat dan dilakukan inkubasi untuk memfasilitasi difusi obat ke dalam
sistem.
NANOPARTIKEL
I. DEFINISI NANOPARTIKEL
Kata nanopartikel diambil dari bahasa Yunani yang berarti kurcaci. Satu
nanometer (nm) setara dengan 10-9 meter. Istilah nanoteknologi pertama kali
digunakan pada tahun 1974 di Jepang oleh peneliti yang bernama Norio
Taniguchi dari Universitas Tokyo. Secara umum, nanopartikel dapat difenisikan
sebagai partikel dalam ukuran nano yaitu dalam rentang 1 nm-1 μm.
Struktur nanokristal
2. Nanoemulsi
Nanoemulsi merupakan emulsi minyak-air atau air-minyak dengan
droplet berukuran nano, yaitu sekitar 10-300nm. Nanoemulsi (O/W)
dapat digunakan untuk menjebak obat dengan kelarutan rendah dalam
droplet minyak sehingga dapat melindungi obat dari degradasi asam dan
enzimatik, serta meningkatkan bioavailabilitas obat. Ukuran dan
stabilitas droplet yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan
sifat surfaktan yan g digunakan sebagai emulgator.
3. Polimersom
Merupakan vesikel polimerik yang terbentukdari kopolimer, yaitu
polimer yang dibentuk dari dua atau lebih blok polimer yang berbeda.
Salah satu contoh adalah kopolimer diblok yang terdiri dari satu blok
hidrofil dan satu blok hidrofob menghasilkan molekul amfifilik yang
dapat membentuk vesikel dalam air. Kemampuan untuk membentuk
vesikel dari sebuah kopolimer sangat dipengaruhi oleh rasio ukuran
antara dua blok penyusun kopolimer. Vesikel yang terbentuk selanjutnya
dapat digunakan untuk menjebak obat yang bersifat hidrofilik maupun
hidrofobik.
Bila dibandingkan dengan liposom yang tersusun atas fosfolipid,
polimersom memiliki stabilitas yang lebih baik dan permeabilitas yang
kurang baik. Akan tetapi, sifat tersebut dapat dimodifikasi melalui
modifikasi polimer yang digunakan. Blok kopolimer yang digunakan
pada sistem penghantaran obat terdiri dari polimer biocompatibel, pada
umumnya rantai hidrofilik poli(etilenoksida) (PEO) dan rantai
hidrofobik poliester (poly(lactic acid) (PLA) atau poly(caprolactone)
(PCL)).
4. Niosom
Niosom merupakan sistem penghantaran berbentuk vesikel yang
terbentuk dari surfaktan non ionik dan kolesterol atau molekul amfifilik
lainnya. Beberapa surfaktan non-ionik hanya dapat membentuk vesikel
ketika kolesterol ditambahkan pada formulasi. Sebagai contoh yaitu
polisorbat 20 (HLB 16,7) yang tidak dapat membentuk niosom tanpa
penambahan kolesterol dan akan terbentuk niosom stabil ketika
ditambahkan kolesterol ekuimolar.
Sama halnya dengan liposom, niosom dapat digunakan untuk
menjebak obat hidrofilik dan obat hidrofobik. Keuntungan sistem
niosom dibandingkan dengan liposom adalah stabilitas fisik dan kimia
yang lebih baik. Salah satu contoh aplikasi niosom adalah formulasi
niosom clarithromycin menggunakan Span 60 dan kolesterol
menghasilkan formula dengan pelepasan diperpanjang dan
bioavailabilitas obat yang lebih baik.
5. Konjugat Obat-Polimer
Konjugat obat-polimer merupakan sistem penghantaran obat dalam
ukuran nanometer yang terdiri dari molekul obat yang terikat secara
kovalen melalui linker biodegradable pada pembawa polimer.
Keuntungan dari konjugasi obat pada polimer adalah meningkatkan
waktu sirkulasi obat, membatasi distribusi obat, dan pelepasan obat
secara selektif.
Pembawa polimer yang telah terbukti aman digunakan secara klinis
antara lain N-(2-hydroxypropyl)-methacrylamide (HPMA), polietilen
glikol (PEG), polyglutamic acid (PGA) dan dekstran teroksidasi. Untuk
mengaitkan obat pada pembawa polimer, dibutuhkan molekul linker
dengan berbagai macam tipe, antara lain peptidyl linker dan pH-labile
linker. Molekul linker yang baik harus stabil berada dalam darah untuk
menghindari pelepasan obat yang premature. Salah satu contoh linker
adalah Gly-Phe-Leu-Gly yang merupakan peptidyl linker.