Penataran Starta 2 - Green Building
Penataran Starta 2 - Green Building
Abstract
Green Building is one of the active ways to fight the climate change. Green Building
Councils around the world are putting their efforts in developing green building rating
systems to allow all stakeholders in the building industry to promote and to develop green
building which will address their local context including the Green Building Council of
Indonesia with its Greenship. To apply Greenship in Indonesia is a way to support the
development of it. Green building is not a new concept. Traditional Architecture is a good
reference in implementing green building concept.
Abstrak
Green Building adalah salah satu cara untuk menghambat laju perubahan iklim.
Green Building Council di seluruh dunia berusaha membuat green building rating system
yang dapat dipakai seluruh pihak untuk mempromosikan dan membangun green building
yang dapat mencermati kondisi lokalnya. Green Building Council of Indonesia juga
melakukan hal yang sama dengan Greenship. Menggunakan Greenship di Indonesia
adalah hal yang bijak untuk membantu pengembangan Greenship itu sendiri. Green
building bukanlah hal yang baru. Arsitektur tradisional adalah referensi yang baik dalam
mengimplementasikan konsep green building.
1. Pendahuluan
Bangunan berpeluang besar untuk dimanfaatkan sebagai sarana
menghambat laju perubahan iklim. Untuk itu diperlukan bangunan yang ramah
lingkungan, hemat energi, hemat sumber daya alam, didesain, dibangun dan
dioperasikan dengan ramah lingkungan. Green Building adalah upaya untuk
menjawab tantangan-tantangan tersebut. Tulisan ini mencoba secara singkat
menjelaskan apa yang dimaksud dengan Green Building.
2. Perubahan Iklim
Bukti-bukti terjadinya perubahan iklim mudah kita dapatkan: glasier-
glasier yang sangat signifikan berkurang, menyusutnya es di puncak-puncak
gunung tertinggi, dan lain-lain.
1
Figur 1. Glasier Muir & Riggs di Alaska
2
persyaratan untuk perusahaan-perusahaan tersebut dalam memilih bangunan
untuk kantor mereka:
1. Open working environment (kantor dengan konsep ‘open plan’)
untuk mendukung terbentuknya teamwork, efisiennya proses
pekerjaan, dan tercapainya keseimbangan hidup dan kerja
(work/life balance).
2. Ruang untuk komunitas
3. Sarana-sarana untuk gaya hidup (contoh: gym) dan
aksesibilitas untuk transportasi (bike to work, car pooling)
4. Kualitas lingkungan dalam ruang, termasuk: kualitas udara,
kenyamanan termal, akses untuk pencayahaan alami,
pandangan ke luar
5. Berwawasan lingkungan: energi, air, limbah, dan tersedianya
laporan mengenai hal ini
6. Keamanan, khususnya berkaitan dengan akses
7. Kepatuhan terhadap safety, peraturan bangunan, ‘duty of care’
- contohnya kualitas udara dalam ruang
8. Sistem informasi dan komunikasi yang aman dan handal
3
2. Kondisi alami yang berbeda di tiap negara. LEED® sendiri
telah mulai mengaplikasikan regionalisasi yang mencoba
menjawab tantangan aplikasi di seluruh negara bagian di
Amerika Serikat, yang diterjemahkan dalam bentuk komponen
regionalisasi yang berbeda di setiap kode pos di seluruh
Amerika Serikat.
3. Kondisi sosial budaya dan agama yang berbeda
4. Tingkat pemahaman yang berbeda mengenai green building
disamping tingkat kesadaran lingkungan yang berbeda
5. Ada tidaknya dan kalau ada, tingkat maturitas Green Building
Council di negara tersebut
Karena hal-hal yang disebut di atas maka World Green Building Council,
organisasi yang menjadi induk Green Building Council di seluruh dunia sangat
menganjurkan disusunnya Green Building Rating System di setiap negara oleh
Green Building Council di negara tersebut.
Hingga akhir tahun 2008, Colliers International mencatat ada 25 Green
Building Rating System di seluruh dunia. Jumlah ini terus bertambah dengan
semakin banyaknya Green Building Council terbentuk di berbagai negara di
dunia, termasuk di Indonesia.
Pada tanggal 24 Agustus 2007, Colliers International mengadakan diskusi
panel ‘Pemanasan Global – Apa Yang Dapat Dilakukan Dunia Properti?’ di
Jakarta bekerjasama dengan IAI Jakarta, REI, IAFBI (Ikatan Ahli Fisika
Bangunan), dan AMPRI (Asosiasi Manajemen Properti Indonesia). Pada acara
ini muncul kesimpulan bahwa perlu dibentuk Green Building Council di
Indonesia. Proses ini dimulai pada bulan Desember 2007, berlangsung terus dan
pada bulan Februari 2009 ditandatanganilah akte pendirian Green Building
Council of Indonesia oleh 50 profesional nama-namanya sudah dikenal luas
dalam industri yang berhubungan dengan bangunan di Indonesia. Pada tanggal
9 September 2009, dua puluh satu perusahaan-perusahaan bergabung ke dalam
GBCI sebagai Corporate Founding Member termasuk Pertamina, Toto, PLN,
BSD, Ciputra Grup, Agung Podomoro, Agung Sedayu, Intiland, dll.
Sejak awal tahun 2008, GBCI telah mulai menyusun Green Building
Guidelines (Panduan Bangunan Hijau) yang adalah kerangka menuju
tersusunnya Green Building Rating System secara lengkap.
Greenship® adalah istilah yang dipilih sebagai nama untuk Green
Building Guidelines dan/atau Green Building Rating System Indonesia.
4. LEED®
4
Figur 4. Berbagai macam LEED® dan hubungannya dengan LEED® EB Operations &
Maintenance
Sertifikasi LEED® dapat dilakukan sekaligus setelah masa konstruksi, atau juga
dapat dilakukan dalam dua tahap: setelah proses desain dan setelah masa
konstruksi. Namun pemberian sertifikat hanya dilakukan setelah semua proses
berakhir, artinya hanya setelah tahap konstruksi selesai. Walaupun begitu, untuk
LEED® Core & Shell, dimungkinkan untuk diperoleh suatu ‘pra-sertifikasi’ atas
desain, dengan catatan pengembang memberi jaminan bahwa konstruksi akan
persis dilakukan sesuai desain yang telah di-‘pra-sertifikasi’ tersebut. Namun pra-
sertifikasi ini tidak menggantikan proses sertifikasi yang sesungguhnya yang
tetap harus dilaksanakan setelah bangunan selesai.
Prerequisite adalah hal-hal yang harus dipenuhi oleh suatu projek untuk dapat
disertifikasi, tidak bisa ditawar. Prerequisite tidak memberi poin. Credit adalah
hal-hal yang memberi poin dalam sertifikasi. Kalau tidak dipenuhi pun tidak apa-
apa, asalkan secara keseluruhan projek mencapai nilai minimum untuk
disertifikasi.
5
Untuk LEED® BD+C (Building Design and Construction) yang sebelum 2009
dikenal sebagai LEED®-NC (New Construction), poin yang dapat dicapai adalah
sebagai berikut:
Possible
Level
Points
Certified 40-49
Silver 50-59
Gold 60-79
Platinum 80-100
Greenship® dalam bentuknya yang tersedia saat ini (Guideline) dapat juga
digunakan sebagai referensi dalam mendesain projek. Dengan demikian
diharapkan desain yang dibuat tidak terlalu jauh dari Greenship® dalam bentuk
rating system yang akan digunakan oleh GBCI untuk proses sertifikasi. GBCI
merencanakan untuk tidak membuat perubahan yang terlalu berbeda dalam
rating system yang akan diterbitkan, karena hal ini akan melemahkan tujuan
GBCI dalam menerbitkan Greenship® sebagai Guideline ini.
6
- bagaimana kondisi iklim tropis yang panas dan lembab mempengaruhi
kebutuhan energi untuk HVAC
Kalau kita amati, hampir seluruh aspek yang umumnya digariskan dalam green
building rating system terpenuhi oleh Arsitektur Tradisional, mengapa tidak?
- arsitektur tradisional umumnya bijak dalam menggunakan lahan: orientasi
bangunan, penggunaan tapak yang kecil, rumah panggung (sehingga
sedikit sekali menginterupsi tapak, dll.)
- arsitektur tradisional menggunakan bahan bangunan yang tersedia di
sekitarnya, tidak ada bahan impor yang transportasinya membutuhkan
energi fosil.
- arsitektur tradisional tidak menggunakan listrik, kalaupun ada, umumnya
dalam nilai yang relatif kecil
- arsitektur tradisional hemat air (tidak menggunakan bath tub, water closet,
dll.)
- arsitektur tradisional memanfaatkan ventilasi alami
- arsitektur tradisional tidak menggunakan bahan bangunan yang
mengganggu kualitas udara dalam ruang (karpet, formaldehyde, cat ber-
VOC tinggi, dll.)
- proses konstruksi arsitektur tradisional ramah lingkungan (tidak menggali
pondasi yang mengakibatkan aliran lumpur dll.)
7
Istilah green building saat ini dikomersialisasikan oleh produsen bahan bangunan
yang menjual produknya sebagai alternatif untuk mendekati green building dari
aspek teknologi. Seringkali iklan-iklan yang dibuat seolah-olah mendefinisikan
green building sebagai projek-projek yang menggunakan produk-produk
tersebut.
Pada hakikatnya green building bukanlah ditentukan oleh pemilihan bahan saja,
namun merupakan integrasi dari seluruh aspek yang secara hampir seragam,
digariskan oleh seluruh green building rating system di seluruh dunia:
- pengelolaan tapak
- hemat air
- hemat energi
- bahan bangunan
- kualitas udara dalam ruangan
Kabar baiknya adalah bahwa kelima aspek tersebut diatas ada di dalam
arsitektur tradisional. Kearifan lokal yang sudah beratus bahkan beribu tahun
berkembang, dipakai dan teruji dalam kondisi sebenarnya, bukan dalam
laboratorium.
8
Acuan
www.colliers.co.id/globalwarming
www.colliers.com.au/site/page.cfm?u=181
www.gbci.org
www.gbcindonesia.org/page.php?id=2
www.usgbc.org/ShowFile.aspx?DocumentID=5546
9
Lampiran - Greenship® Guidelines version 1.0 Checklist
EVALUASI DIRI
KATEGORI
SUDAH BELUM
Jumlah a) b)
Istimewa 18 40%
Baik 27 60%
Cukup 36 80%
1
FORM EVALUASI DIRI KONSEP BANGUNAN HIJAU
KATEGORI : TAPAK BIJAK LESTARI
Project :
Alamat :
EVALUASI DIRI
KODE RATING TUJUAN
SUDAH BELUM
TBL Mengontrol erosi untuk mereduksi dampak pada kualitas air dan
Pengendalian erosi & sedimentasi dimasa konstruksi
Prasyarat - 1 udara dalam masa konstruksi
JUMLAH POINTS
2
FORM EVALUASI DIRI KONSEP BANGUNAN HIJAU
KATEGORI : AIR CERMAT CUKUP
Project :
Alamat :
EVALUASI DIRI
KODE RATING TUJUAN
SUDAH BELUM
ACC - 5. Penyediaan kolam dan/atau bak penampung air hujan Menjaga tergenangnya lahan akibat air hujan
ACC - 6. Pemanfatan air bekas mandi untuk penggelontoran WC Memanfaatan seoptimal mungkin air bekas mandi (grey water)
ACC - 7. Pengurangan air bersih untuk keperluan lansekap Memanfaatan seoptimal mungkin air bekas Mandi (grey water)
ACC - 14. Penyediaan sumur injeksi air bersih Mengembalikan keseimbangan air tanah
JUMLAH POINTS
3
FORM EVALUASI DIRI KONSEP BANGUNAN HIJAU
KATEGORI : ENERGI TEPAT HEMAT & ATMOSFIR
Project :
Alamat :
EVALUASI DIRI
KODE RATING TUJUAN
SUDAH BELUM
JUMLAH POINTS
4
FORM EVALUASI DIRI KONSEP BANGUNAN HIJAU
KATEGORI : SUMBER DAYA ALAM
Project :
Alamat :
EVALUASI DIRI
KODE RATING TUJUAN
SUDAH BELUM
SDA Reduksi Sumber Bahan Beracun : Mengurangi Pemakaian Bola Lampu Memastikan dan menjaga pengurangan sumber racun merkuri
Prasyarat - 2 Mercury yang ada di dalam gedung dari pemakaian bola lampu.
SDA-1 Sistem Pengelolaan Limbah Dalam Masa Konstruksi-Konstruksi 2. Mengurangi pemakaian sumber daya alam.
JUMLAH POINTS
5
FORM EVALUASI DIRI KONSEP BANGUNAN HIJAU
KATEGORI : KESEHATAN & KENYAMANAN RUANGAN
Project :
Alamat :
EVALUASI DIRI
KODE RATING TUJUAN
SUDAH BELUM
KKR
ETS Control (Gedung Bebas Asap Rokok) Membuat bangunan menjadi bebas asap rokok
Prasyarat - 2
Management Program (Program Pengeloloaan Baku Mutu Udara Untuk menjaga baku mutu udara di dalam ruangan dengan
KKR-1
Dalam Ruang). menerapkan pengujian kualitas udara secara berkala.
Occupant Comfort - Controlled lighting (Kenyamanan Penghuni - Menyediakan sarana penghuni gedung untuk mengontrol sendiri
KKR-5
Pengoperasian Sistem Tata Cahaya sistem tata cahaya yang dibutuhkannya.
Occupant Comfort - Thermal Comfort Monitoring (Kenyamanan Menyediakan sarana penghuni gedung untuk mengontrol sendiri
KKR-6
Penghuni - Pengoperasian Sistem Tata Udara) sistem tata udara yang dibutuhkannya.
Occupant Comfort - Daylight and Views (Kenyamanan Penghuni - Menyediakan Pencahayaan alami dan keleluasaan pandangan ke
KKR-7
Pencahayaan Alami dan Pandangan Ke Luar) luar gedung bagi penghuni.
JUMLAH POINTS