Email: ezragarnida@ymail.com
Abstrak
Energi listrik menjadi kebutuhan utama dari kehidupan saat ini. Namun, energi listrik berkaitan
erat dengan bahan bakar. Saat kebutuhan listrik yang terus meningkat di lain hal ketersediaan
bahan bakar terus berkurang. Oleh karena itu, dibutuhkan energi alternatif pengganti bahan bakar
fossil tersebut yaitu, Panas Bumi. Namun, pada kenyataannya produksi Panas Bumi akan terus
mengalami penurunan performa dari reservoirnya. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan performa tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mencari peluang
debottlenecking dengan simulasi aliran pada sumur produksi menggunakan simulator Geoflow,
dan mengevaluasi sistem surface facilities. Simulasi dilakukan dalam 3 variasi sumur yaitu As-Is,
5 Years Cycle, dan 10 Years Cycle dan variasi surface facilities constraint dan unconstraint. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa bottleneck terjadi pada Pad 14 Header dan 14/18 Corridor yang
teridentifikasi kecepatan fluida melebihi 40 m/s dan perbedaan tekanan yang signifikan. Sehingga
dapat dilakukan debottlenecking opportunity melalui metode twinning pipe yang memberikan
penurunan pada kecepatan aliran dan perbedaan tekanan dengan nilai WHP yang baru untuk
masing-masing sumur. Hasil perhitungan ekonomi menunjukkan bahwa debottlenecking
opportunity memberikan hasil yang lebih optimis pada variasi sumur As-Is dengan nilai NPV 3,04
$MM, IRR 37% dan payback period 6,87 tahun pada Pad 14 Header dan nilai NPV 1,66 $MM,
IRR 19%, Payback period 7,93 pada 14/18 Corridor.
Kata Kunci : Debottleneck, simulasi Wellbore, Surface facilities
Abstract
Electricity energy nowdays becoming priority needs and utility for our daily activity. But, to
produce electricity needs fuels. When electricity demand increasing while the availability of fuels
decreasing everyday. So, we need alternative energy to subtitute fuels, One of them are
geothermal. Meanwhile, the production of geothermal will be decreasing each day. There are
alternative to do in term to improving the performance of reservoir geothermal. This research have
goal to find debottlenecking opportunity with simulation in wellbore using Geoflow and evaluate
the system of surface facilities. Simulation have 3 variation of wells they are As-Is, 5 years cycle,
10 years cycle and also the variation of surface facilitie constraint and unconstraint. The result of
evaluation shown the bottleneck occurs in Pad 14 Header and 14/18 Corridor that have velocity
more than 40 m/s and significant pressure different. So, debottlenecking opportunity can be
perform by doing twinning pipe that give decreasing in velocity and pressure different with new
value of WHP for each wells. The result of evaluation economy give solution that debottlenecking
opportunity have more optimistic result in variation wells As-Is with score NPV 3,04 $MM, IRR
37%, Payback Period 6,87 years in Pad 14 Header and NPV 1,66 $MM, IRR 19%, Payback Period
7,93 years in 14/18 Corridor
Keywords : Debottleneck, Wellbore simulation, Surface facilities
Pendahuluan
Tinjauan Teoritis
Untuk mendapatkan hasil produksi dari daerah subsurface atau sumur, kita
perlu mengalirkan steam yang dihasilkan sumur menuju pembangkit. Pada daerah
ini merupakan tugas dari surface facilities berupa sistem perpipaan untuk
mendeliver steam menuju pembangkit. Untuk evaluasi surface facilities kali ini
akan digunakan HYSYS sebagai surface facilities simulator. Dengan
menggunakan parameter dan spesifikasi yang ada pada di lapangan. Yang akan
ditnjau adalah Unit XX yang terdapat di blok darajat Pad 14 dan Pad 18. Perlu
diperhatikan juga ada beberapa parameter yang harus di perhatikan sebagai
batasan atau constraint dalam surface facilities ini, yaitu ; kecepatan tidak lebih
dari 40 m/s (erosional velocity), dan perbedaan tekanan sebesar 1,5 bar yang
merupakan perbedaan tekanan untuk sistem yang ideal pada lapangan X. Hal ini
berdasarkan perhitungan kalkulasi yang sudah dilakukan beberapa simulasi dalam
sistem lapangan X untuk mendapatkan produksi yang optimal dibutuhkan
perbedaan tekanan sebesar 1,5 bar untuk jarak yang signifikan. Seperti data pada
tabel berikut merupakan data simulasi pipa untuk panjang pipa 1 km. Oleh karena
itu dianggap bahwa untuk keadaan pada unit XX sepanjang 2 km, dikalikan 2
senilai 1,5 bar.
Tabel 1 Nilai simulasi laju alir pada pipa untuk 1 km
Pipe Diameter Flowrate (kph) ∆P (bar/km)
(in)
24 511 1,17
30 799 0,91
36 1151 0,74
42 1566 0,63
Dengan set point pada Turbine Inlet Pressure sebesar 15,5 bar sesuai
dengan spesifikasi dari turbin yang sudah ada.
Pada bagian ini, akan di identifikasi peluang untuk melakukan optimisasi
sehingga dapat memberikan peluang menghasilkan produksi lebih banyak dan
lebih optimal. Dalam kasus ini disebut, debottlenecking opportunity.
debottlenecking opportunity merupakan identifikasi untuk menghilangkan
fenomena bottleneck yang terjadi karena adanya limitasi sistem perpipaan atau
unit operasi. Pada kasus ini merupakan surface facilities atau perpipaan.
Bottleneck disini merupakan fenomena yang terjadi karena adanya penyempitan
diameter perpipaan karena dalam proses produksi melewati batas constraint sistem
perpipaan, sehingga akan menyebabkan dP yang sangat signifikan yang terjadi
pada sistem. Oleh karena itu, fenomena ini dapat dicegah dengan debottlenecking
opportunity yaitu penghilangan bottleneck yang ada pada sistem dengan cara
twinning pipe. Twinning pipe adalah proses penggandaan pipa dengan tujuan
untuk memperbesar kapasitas pipa yang berakibat terjadinya penurunan perbedaan
tekanan sehingga kecepatan dapat di minimalkan. Fenomena tersebut sesuai
dengan persamaan dasar Bernouli yang akan menjadi fungsi objektif dalam tulisan
ini yaitu :
(2.30)
Persamaan Bernouli diatas merupakan penjelasan dimana pada sistem
surface facilities delta pressure dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada saat
melakukan twinning pipe yaitu memperbesar diameter yang menyebabkan
terjadinya penurunan delta pressure pada sistem yang menyebabkan terjadinya
pembesaran kapasitas unit. Perlakukan penggandaan pipa ini sebenarnya hanya
langkah awal untuk memastikan apakah sistem dapat berjalan jika diasumsikan
diperbesar diameter yang dinamakan fase 1. Fase awal ini dapat ditindak lanjuti
dengan meninjau lebih detail dari kapasitas pipa tersebut, diameter pipa dan lain-
lainnya.
Selain itu, pada analisa segmen-segmen pipa di surface facilities terdapat
nama-nama pipa yang merupakan nama original pipa yang diberikan oleh
perusahaan sepeti; Pad 14 Header, Pad 14 Scrubbing Section, Pad 18 Header,
Pad 18 Scrubbing Section, Pad 18 Cross Country, Pad 14/18 Corridor, Each
Parallel PCV line, Unit 2 Mainstream Line.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh harga maksimum yang
dapat dihasilkan oleh energi geothermal maka, fungsi objektifnya berupa nilai
NPV yang merupakan keuntungan yang didapat dari keseluruhan operasional
yang ada. Sehingga, fungsi objektifnya menjadi
Metode Penelitian
As-Is, 5 years, 10
years
Constraint
Constraint (Current
Well)
Identification
Debottleneck
Opportunity
V < 40 m/s
No v
η dan m
Yes
UnConstraint
Toughrunner run w/
Output FCL UnConstraint Cons and Uncons WHP
(Possible Data)
Calculate Economic
NPV
Hasil Penelitian
. Tabel 2. Menunjukka hasil simulasi Hysys dengan data aktual. Pada saat
Hysys di run, kondisi tersebut dapat di aplikasikan dengan masing-masing pad
memiliki perbedaan 3.3 bar. Namun, jika kondisi itu dilakukan pada junction
gathering terjadi tidak balance Pressure. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
awal keadaan sumur tidak terbuka 100%, sedangkan untuk Hysys dia
menggunakkan sumur dengan anggapan terbuka 100% oleh karena itu dilakukan
modifikasi sehingga kondisi operasi yang seharusnya berjalan optimal jika sumur
terbuka 100% adalah Pressure Pad 14 19.30 bar dan Pressure Pad 18 19.00 bar.
Dengan hasil ini, terbukti bahwa Surface facilities sudah dapat digunakan untuk
proses-proses selanjutnya.
b. Hasil Deliverability Curves Geoflow
∆P,
No Route OD,in Length,m Velocity, m/s Q, kg/s bar
1 Pad 14 Header 30 1314 34,2 125,06 -1,38
2 Pad 14 scrubbing section 36 244,8 26,6 125,06 -0,22
3 Pad 18 Header 42 223,4 17,2 116,98 -0,05
Pad 18 Scrubbing Section
4 (each) 36 132,8 8,7 58,49 -0,02
5 Pad 18 Cross Country 36 156 21,4 116,98 -0,1
6 Pad 14/18 Corridor (each) 36 119 45 242,04 -0,52
7 Each Parallel PCV line 36 45 22,5 121,02 -2,08
8 Unit 2 Main Steam line 36 48 45 241,4591 -0,07
∆P,
No Route OD,in Length,m Velocity, m/s Q, kg/s bar
1 Pad 14 Header 30 1314 20,62 146,2 -0,46
2 Pad 14 scrubbing section 36 244,8 18,3 146,2 -0,41
3 Pad 18 Header 42 223,4 21,4 130,6 -0,08
Pad 18 Scrubbing Section
4 (each) 36 132,8 23,3 130,6 -0,03
5 Pad 18 Cross Country 36 156 19,2 130,6 -0,15
6 Pad 14/18 Corridor (each) 36 119 28 276,8 -0,18
7 Each Parallel PCV line 36 45 10,2 138,4 -0,41
8 Unit 2 Main Steam line 36 48 13,5 241,4591 -0,22
∆P,
No Route OD,in Length,m Velocity, m/s Q, kg/s bar
1 Pad 14 Header (each) 30 1314 21,59 146,2 -0,64
2 Pad 14 scrubbing section 36 244,8 19,2 146,2 -0,51
3 Pad 18 Header 42 223,4 20,34 130,6 -0,09
Pad 18 Scrubbing Section
4 (each) 36 132,8 23,5 130,6 -0,04
5 Pad 18 Cross Country 36 156 20,1 130,6 -0,17
6 Pad 14/18 Corridor (each) 36 119 30,72 276,8 -0,23
7 Each Parallel PCV line 36 45 9,8 138,4 -0,89
8 Unit 2 Main Steam line 36 48 14,3 241,4591 -0,23
Tabel 8 Identifikasi Segmen 10 Years Cycle - Unconstraint
∆P,
No Route OD,in Length,m Velocity, m/s Q, kg/s bar
1 Pad 14 Header (each) 30 1314 24 87,78 -0,85
2 Pad 14 scrubbing section 36 244,8 20,1 175,75 -0,59
3 Pad 18 Header 42 223,4 18,73 149,03 -0,09
Pad 18 Scrubbing Section
4 (each) 36 132,8 24,7 74,515 -0,05
5 Pad 18 Cross Country 36 156 22,1 149,03 -0,18
6 Pad 14/18 Corridor (each) 36 119 32,71 236,81 -0,26
7 Each Parallel PCV line 36 45 12,4 118,405 -0,35
8 Unit 2 Main Steam line 36 48 11,4 236,81 -0,3
e. Analisa Overlay
Dari hasil yang didapat dari ketiga kasus terlihat bahwa masing-masing
terdapat keuntungannya. Terbukti bahwa evaluasi peluang Debottlenecking dari
setiap segmen dapat mempengaruhi produksi listrik tiap tahunnya dengan cara
mengurain delta Pressure dari whp menuju turbin. Keuntungan yang didapat pada
corridor 14/18 lebih banyak dibandingkan 14 header dikarenakan jumlah panjang
dari segmen tersebut, sehingga yang perlu dilakukan lebih sedikit tapi hasilnya
sama menguntungkan. Secara akumulatif 10 Years Cycle lebih baik dibandingkan
5 Years Cycle dan As-Is dikarenakan jumlah tahun yang digunakan. Sehingga
secara ekonomi ketiga kasus ini tidak dapat dibandingkan. Namun, hal ini terlihat
dari grafik overlay, terdapat penambahan tahun yang dalam arti produksi listrik
panas bumi disitulah keuntungan yang dapat diambil. Kesempatan untuk
menutupi keadaan kekurangan Steam rate. Selain itu, time value of money juga
berperan dalam hal ini.
Pada As-Is dengan evaluasi ekonomi Pad 14 Header NPV 3,04 $MM, IRR
37% dan payback period 6,87 tahun. Kemudian, 14/18 Corridor dengan NPV 1,66
$MM, IRR 19% dan payback period 7,93 tahun. Pada 5 Years Cycle dengan
evaluasi ekonomi Pad 14 Header NPV 4,03 $MM, IRR 22% payback period
9,87 tahun. Kemudian, dengan evaluasi ekonomi 14/18 Corridor NPV 1,97 $MM,
IRR 15%% dan payback period 10,29 tahun. Pada 10 Years Cycle dengan
evaluasi ekonomi Pad 14 Header NPV 6,55 $MM, IRR 14% payback period
15,09 tahun. Kemudian, dengan evaluasi ekonomi 14/18 Corridor NPV 5,07
$MM, IRR 13% dan payback period 15,19 tahun.
Untuk evaluasi ekonomi, dalam keadaan sebenarnya hanya dari beberapa
divisi, sehingga perhitungan ekonomi hanya keberuntungan yang didapat dalam
ruang lingkup proyek tersebut, bukan keuntungan yang didapat secara
menyeluruh. Secara keseluruhan aplikasi proyek ini dapat diaplikasikan dan
terbukti memiliki hasil yang optimis secara hasil teoritikal dan secara hasil
ekonomi.
Perlu diperhatikan juga, bahwa workflow yang digunakan masih dapat
diubah, dan dapat berkembang setiap saatnya. Yang dilakukan merupakan
percobaan workflow yang paling optimis dari segi hasil. Namun, secara realistik
masih belum bisa dipastikan. Karena , pada kasus ini, banyak asumsi-asumsi yang
digunakan untuk mencapai hasil seperti kali ini. Untuk kedepannya lebih baik
mencari segi perspektif secara realistik dan mencari potensi lain untuk
memperpanjang umur produksi tanpa membutuhkan cost yang lebih banyak
DAFTAR PUSTAKA
Brennen, C. E., 2005. Fundamentals of Multiphase Flow. Cambridge: Cambridge
University Press.
ExxonMobil, 2010. The Outlook For Energy: A View to 2030, Texas:
ExxonMobil.
Freeston, D. H. and Hadgu, T. (1987) Modelling of Geothermal Wells with
Multiple feed points : a preliminary study. 9th New Zealand Geothermal
Workshop. Auckland, Newzealand.
Grant, M. A. & Bixley, P. F., 2011. Geothermal Reservoir Engineering. Oxford:
Elsevier.
Hasan dan Kabir, 2010. “Modeling two-phase fluid and heat flows in geothermal
wells”,
Hariawan, T., 2013. Saatnya Potensi Geotermal Jawa Timur Dieksplorasi.
[Online]
Available at: http://regional.kompasiana.com/2013/10/02/saatnya-potensi-
geotermal-jawa-timur-di-eksplorasi-597792.html
[Diakses 22 Oktober 2013].
International Energy Agency, 2011. Technology Roadmap: Geothermal Heat and
Power - Foldout, Paris: International Energy Agency.
Kholisoh, S. D., 2014. Optimasi Numerik, Yogyakarta: Program Studi Teknik
Kimia UPN "Veteran" Yogyakarta
KESDM, 2010. Indonesia Energy Outlook 2010, Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral.
Miller, C. W. (1980) Wellbore user's manual. Report LBL-10910, Lawrence
Berkeley Laboratory, Berkeley, CA, U.S.A
Nuqramadha, W. A., 2012. Pemodelan Sistem Panasbumi dengan Metode
Magnetotelurik di Daerah Arjuno-Welirang, Jawa Timur, Depok:
Universitas Indonesia.
Pruess, K., 2002. Mathematical Modeling of Fluid Flow and Heat Transfer in
Geothermal Systems-An Introduction in Five lectures, Earth Sciences
Division, Lawrance Berkeley National Laboratory, University of California.
Pruess, K. & Curt Oldenburg, G. M., 2012. TOUGH2 User's Guide, Version 2.
California: University of California.
Sigurdsson, H. et al., 1999. Encyclopedia of Volcanoes. New York: Academic
Press.
Sunaryo, 2012. Identification of Arjuno-Welirang Volcano-Geothermal Energy
Zone by Means of Density and Susceptibility Contrast Parameters.
International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS,
XII(01).
Siregar, P. H. H., 2004. Optimization of Electrical Power Production Process for
The Sibayak Geothermal Field, Indonesia. Geothermal Training
Programme,.
Wahyuningsih, R., 2005. Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi
di Indonesia, Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi Kementrian ESD
24