Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI TIMBANG TERIMA PASIEN OLEH

PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT


Pobas, Sally1 *, Chrimilasari, Lucia A2, Warjiman 3
1Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin
2, 3Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin
Email: sallypobas@gmail.com*

ABSTRAK

Latar Belakang: Timbang terima merupakan teknik yang digunakan untuk


menyampaikan dan menerima laporan sehubungan dengan keadaan klien secara
akurat serta lebih nyata bertujuan untuk Sasaran Keselamatan Pasien (SKP).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi timbang terima pasien oleh
perawat di ruang rawat inap rumah sakit suaka insan banjarmasin tahun 2018.
Metode: Jenis penelitian metode kombinasi atau mixed method, dengan
rancangan deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 136 perawat. Sampel 58 perawat pelaksana di ruang
rawat inap dengan teknik sampling purposive sampling. Pengumpulan data primer
menggunakan kuesioner kepada 58 responden dan data sekunder dengan
wawancara melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pada 10 partisipan.
Hasil: Dari hasil penelitian mengenai evaluasi timbang terima pasien oleh
perawat terhadap 58 responden sebagian besar termasuk kategori cukup sebanyak
30 responden (52%) dan 28 responden kategori baik (48%), dengan nilai rata-rata
hitung (mean) 77 kategori baik. Nilai standar deviasi 3, 323 yang bersifat
homogen. Data ini didukung oleh hasil FGD dengan 10 perawat bahwa rumah
sakit tidak memiliki format laporan timbang terima, tidak adanya sosialisai SOP
dan tidak pernah ada pelatihan timbang terima.
Kesimpulan: Evaluasi Timbang Terima Pasien oleh perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin Tahun 2018 termasuk kategori
cukup.

Kata Kunci: Timbang terima, Perawat di ruang rawat inap, Sasaran keselamatan
pasien (SKP)
LATAR BELAKANG untuk menjamin kepuasan dan
Rumah sakit merupakan sarana keamanan pasien, dalam hal ini dapat
penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan kepercayaan antar
masyarakat sekaligus sebagai instansi profesi (Rokhmah, dkk, 2017).
penyedia jasa pelayanan kesehatan Penerapan komunikasi efektif petugas
perorangan secara paripurna dan kesehatan salah satunya adalah pada
memiliki peran yang sangat strategis saat melaksanakan timbang terima/
untuk mewujudkan derajat kesehatan operan/ handover (Kesrianti, dkk,
yang setinggi-tingginya (Undang- 2014).
Undang Republik Indonesia No. 44 Timbang terima merupakan
Tahun 2009; Depkes RI 2009). teknik yang digunakan untuk
Berdasarkan standar yang menyampaikan dan menerima laporan
ditetapkan, salah satu usaha yang sehubungan dengan keadaan klien
dilakukan untuk mempertahankan dan dilakukan antar perawat dengan
meningkatkan kualitas pelayanan perawat maupun antara perawat
yang termasuk asuhan keperawatan dengan klien secara akurat serta lebih
adalah rumah sakit wajib nyata, dilakukan harus bersifat jelas,
mengupayakan pemenuhan sasaran singkat dan lengkap (Nursalam,
keselamatan pasien. Sasaran 2015). Timbang Terima dilakukan
Keselamatan Pasien (SKP) meliputi mulai dari persiapan, pelaksanaan di
tercapainya ketepatan identifikasi nurse station dan dilanjutkan di
pasien, peningkatan komunikasi yang samping tempat tidur pasien atau
efektif, peningkatan keamanan obat bedside handover, serta post- timbang
yang perlu diwaspadai, kepastian terima (Putra, 2014). Maka dari itu
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat jika komunikasi dalam handover
pasien operasi, pengurangan risiko tidak efektif dapat menyebabkan
infeksi terkait pelayanan kesehatan, kesalahan dalam kesinambungan
dan pengurangan risiko pasien jatuh, pelayanan dan pengobatan yang tidak
sebagai syarat untuk diterapkan di tepat serta mengakibatkan potensi
semua rumah sakit yang diakreditasi kerugian bagi pasien, hal ini diperkuat
dan dikeluarkan oleh Komite oleh laporan dari Institute Of
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 Medicine (IOM) melaporkan
(KARS, 2014), penyusunan sasaran kegagalan awal dalam keselamatan
ini mengacu kepada Nine Life-Saving pasien sering terjadi akibat serah
Patient Safety Solutions dari WHO terima pasien yang tidak memadai
Patient Safety tahun 2007 (Permenkes (Kesrianti, dkk, 2014).
RI No. 1691, 2010 & Ulfa, 2017). Berdasarkan hasil studi
Kesalahan yang terjadi dalam pendahuluan, kegiatan wawancara
pelayanan kesehatan (error) 70-80 % dilakukan kepada Headnurse dan
disebabkan oleh buruknya Kepala Bidang Keperawatan Rumah
komunikasi dan pemahaman dalam Sakit Suaka Insan Banjarmasin
tim, masalah patient safety dapat tepatnya di Bangsal A pada tanggal
berkurang dengan kerjasama tim yang 07 November 2017. Melalui kegiatan
baik (WHO, 2009). Hal ini termasuk wawancara mereka mengungkapkan
dalam sasaran kedua keselamatan bahwa dalam penerapan Sasaran
pasien yaitu peningkatan komunikasi Keselamatan Pasien yang kedua yaitu
efektif yang merupakan program peningkatan komunikasi efektif,
perawatan kesehatan profesional diwujudkan dalam pelaksanaan
timbang terima yang dilakukan di deskriptif analitik dan pendekatan
nurse station kemudian dilanjutkan ke cross sectional (Sugiyono, 2016 dan
samping tempat tidur pasien (bedside Arikunto, 2010).
handover). Metode pelaksaan Penelitian ini dilaksanakan
timbang terima ini sudah diterapkan dilakukan sejak 24 Maret 2018
sejak tahun 2017 tepatnya kurang sampai dengan 18 April 2018 di
lebih 6 bulan yang lalu melalui Rumah Sakit Suaka Insan
beberapa kebijakan tepatnya pada Banjarmasin dibangsal rawat inap
tanggal 28 Februari 2017 melalui untuk pengambilan data primer
pengeluaran dan penerbitan Standar dengan kuesioner. Sedangkan untuk
Prosedur Operasional (SPO). Hal ini pengambilan data sekunder dengan
diwujudkan untuk meningkatkan wawancara dilakukan pada tanggal 17
mutu pelayanan sesuai dengan standar Mei 2018 di kampus STIKES Suaka
dan sesuai dengan ketentuan Insan Banjarmasin.
akreditasi rumah sakit yang terbaru. Populasi dari penelitian ini
Berdasarkan hasil penilaian adalah semua perawat pelaksana yang
observasi timbang terima pada tahap bekerja di ruang rawat inap Rumah
persiapan, pelaksanaan, dan post- Sakit Suaka Insan Banjarmasin dan
timbang terima yang terlaksana melakukan kegiatan timbang terima
kurang lebih 37 % dan yang tidak secara menyeluruh setiap hari
terlaksana kurang lebih 63 % dari sebanyak 136 orang perawat. Sampel
100% penilaian secara keseluruhan. 58 perawat pelaksana di ruang rawat
Dari data tersebut peneliti dapat inap dengan teknik sampling
mengetahui bahwa kegiatan timbang purposive sampling. Sedangkan
terima belum terlaksana secara populasi saat FGD (Focus Group
menyeluruh dan optimal, karena Discussion) adalah perwakilan
masih banyak perawat yang belum perawat pelaksana timbang terima di
menerapkan sesuai dengan standar Rumah Sakit Suaka Insan
SPO. Dampak dari timbang terima Banjarmasin berjumlah 10 orang
yang tidak optimal dapat sesuai dengan ketentuan dan kriteria
menimbulkan kesalahan informasi yang telah ditetapkan peneliti.
antar perawat dan perawat dengan Penelitian ini menggunakan
pasien, kesalahpahaman tentang kuesioner timbang terima berdasarkan
intervensi atau rencana keperawatan, SPO Rumah Sakit dan Teori timbang
kehilangan informasi, kesalahan pada terima Nursalam (2015) dengan 28
tes penunjang, kesalahan dalam item pernyataan (9 item tahap
pemeberian obat dan potensial resiko persiapan, 13 item tahap pelaksanaan
dapat mengakibatkan cidera terhadap dan 6 item tahap post-timbang terima)
pasien dan akhirnya berdampak pada yang telah dimodifikasi peneliti untuk
kesinambungan pelayanan pengambilan data kuantitatif. Peneliti
keperawatan serta sasaran menggunakan pedoman wawancara
keselamatan pasien. dengan Focus Group Discussion
(FGD) yang telah disusun peneliti
untuk pengambilan data kualitatif
METODOLOGI PENELITIAN melalui wawancara tidak terstruktur.
Jenis penelitian ini adalah
penelitian dengan metode kombinasi
atau mixed method, dengan rancangan
HASIL PENELITIAN yang bekerja kurang dari 5 tahun
sebanyak 30 orang (52%) dan
Tabel 1.1. Karakteristik Responden di berdasarkan tingkat pendidikan
Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin. menunjukkan bahwa mayoritas yang
a. Berdasarkan jenis kelamin bekerja di Rumah Sakit Suaka Insan
Jenis adalah diploma III sebayak 44 orang
No. F %
Kelamin
1. Laki-laki 18 31% (76%).
2. Perempuan 40 69%
Jumlah 58 100% Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi, mean
dan standar deviasi kegiatan timbang
terima pasien di ruang rawat inap Rumah
b. Berdasarkan Usia Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
No. Usia F % No. Kategori F %
1. 17-25 tahun 13 22% 1. Baik 28 48%
2. 26-35 tahun 37 64% 2. Cukup 30 52%
3. 36-45 tahun 5 9% 3. Kurang 0 0%
4. 46-55 tahun 3 5% Jumlah 58 100%
Jumlah 58 100% Rata-rata (Mean) 77 (Baik)
Standar Deviasi 3, 323
c. Berdasarkan Lama Bekerja (SD) (Homogen)
No. Lama F %
Bekerja Berdasarkan hasil penelitian
1. ≤ 5 tahun 30 52%
kegiatan timbang terima pasien secara
2. 6-10 tahun 20 35%
3. 11-15 tahun 2 3% menyeluruh oleh perawat di ruang
4. 16-20 tahun 3 5% rawat inap Rumah Sakit Suaka Insan
5. ≥ 21 tahun 3 5% Banjarmasin sebagian besar termasuk
Jumlah 58 dalam kategori cukup sebanyak 30
100% responden (52%), sedangkan 28
responden masuk kategori baik (48%)
d. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan F %
dan tidak ada responden yang masuk
1. DIII Keperawatan dapat dalam kategori kurang (0%).
PK I 20 Nilai rata-rata hitung (mean)
PK II 21 dari total skor masing-masing
PK III 3 responden yaitu 77 yang mana artinya
44 76%
rata-rata kegiatan timbang terima
2. SI Keperawatan
PK I 9 pasien secara menyeluruh oleh
PK II 5 perawat di ruang rawat inap masuk
14 24% dalam kategori baik. Namun, terkait
Jumlah 58 100% rata-rata yang termasuk dalam
kategori baik memiliki makna yang
Tabel 1.1. menjelaskan tentang belum secara keseluruhan dikatakan
karakteristik responden dilihat dari baik, sehingga masih banyak hal yang
jenis kelamin, menunjukkan bahwa perlu diperhatikan dan ditingkatkan,
mayoritas adalah perempuan karena dengan nilai rat-rata 77 masih
sebanyak 40 orang (69%) dari 58 dikatakan mendekati kategori cukup.
sampel. berdasarkan usia yaitu usia Dengan nilai standar deviasi 3, 323
dengan rentang 26-35 tahun sebanyak yang berarti dalam kegiatan timbang
37 orang (64%). Berdasarkan lama terima secara menyeluruh antara
bekerja mayoritas adalah perawat perawat yang satu dengan yang lain
dan perawat di satu bangsal dengan
bangsal yang lain memiliki keseluruhan dalam kegiatan timbang
keragaman yang tidak berbeda jauh terima pasien, perawat menyatakan
atau rata-rata sama dan hal ini bersifat kegiatan ini penting dan harus
homogen. dilakukan setiap pergantian dinas dan
meruapakan kegiatan yang penting
Tabel 1.3. Hasil FGD timbang terima untuk pengkajian, diagnosa
secara menyeluruh dari tahap persiapan, keperawatan, intervensi, keadaan dan
pelaksaan dan post-timbang terima keluhan pasien serta dilaksanakan
Partisipan setiap pergantian jam dinas. Selain
No. Keterangan Komponen
(P)
1. Timbang terima secara itu, perawat juga mengungkapkan
menyeluruh, Kegiatan P1, P2, P3, kekurangan dalam timbang terima
yang penting untuk P4, P5, P6, tentang penjelasan perawat kepada
Pengkajian, diagnosa P7, P8, P9, pasien dan keluarga yang memakan
keperawatan, intervensi, P10 waktu lama, kegiatan lembur kerja
keadaan dan keluhan
pasien serta dilaksanakan
perawat tidak dihitung, headnurse
setiap pergantian jam atau kepala ruangan tidak pernah dan
dinas. jarang ikut serta dalam timbang
2. Kekurangan dalam a. P8, P9, terima secara menyeluruh, perawat
timbang terima : P7, P5, P4, juga mengungkapkan tidak
a.Penjelasan perawat P10 mengetahui jika ada SPO timbang
kepada pasien dan
keluarga yang memakan b. P1, P2, terima pasien, jika adapun SPO
waktu lama P3, P5, P6, tersebut belum disosialisasikan
b. Kurangnya reward P8 kepada perawat di bangsal-bangsal,
secara materi dan non tidak adanya format khusus terkait
materi c. P4, P6, timbang terima pasien dan tidak
c.Headnurse atau kepala P3
ruangan tidak pernah dan
pernah diadakan kegiatan pelatihan
jarang ikut serta dalam oleh pihak rumah sakit kepada
timbang terima secara perawat untuk timbang terima pasien.
menyeluruh.
3. Tidak ada SOP dan P2,P1,P8,P
sosialisasi atau pelatihan 4, P3, P6,
yang diadakan oleh P7
pihak rumah sakit
kepada perawat untuk
timbang terima pasien
serta format khusus
untuk laporan timbang
terima pasien

Berdasarkan hasil dari data


wawancara menunjukkan bahwa
secara keseluruhan kegiatan timbang
terima pasien oleh perawat di ruang
rawat inap hampir berjalan dengan
baik, namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam
implementasi tahap-tahapnya dari
tahap persiapan, pelaksanaan hingga
post timbang terima. Secara
Tabel 1.4. Rekomendasi kegiatan timbang terima pasien secara menyeluruh dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan post timbang terima.
Parameter/
No. Rekomendasi
Indikator
1. Tahap Persiapan Perlu dilakuan evaluasi berkala dalam kegiatan
a. Kehadiran dan kesiapan kedua timbang terima yang menyeluruh khususnya dalam
shift dinas dalam timbang persiapan dan ketepatan waktu untuk meningkatkan
terima pasien kedisiplinan perawat. Rumah sakit perlu melakukan
b. Ketepatan waktu dalam evaluasi dan perbaikan materi SOP dengan
timbang terima menyediakan format laporan timbang terima yang
c. Ketersediaan format laporan sesuai dengan standar, sehingga lebih terstruktur,
timbang terima terorganisasi dan terintegritas dengan jelas untuk
d. Penandatangan laporan timbang perawat pelaksana, ketua tim serta kepala ruangan.
terima pasien oleh ketua tim
dan kepala ruangan
2. Tahap Pelaksanaan a. Perlu dilakukan perbaikan materi SOP dalam tahap
a. Keliling ke kamar pasien pelaksaan khususnya kunjungan ke bed pasien
dimana sebelumnya harus diawali dengan diskusi
b. Perawat merasa terganggu informasi di nurse station yang dilakukan antar
dengan panggilan dari keluarga perawat.
pasien saat timbang terima b. Perlunya strategi dalam mekanisme kerja saat
timbang terima seperti pemberian pelayanan
c. Keliling ke kamar pasien dan tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat shift
validasi pasien dilaksanakan sebelumnya, sementara ketua tim dari kedua shift
cukup perwakilan ketua tim dan dan perawat pada shift selanjutnya dapat tetap
dilakukan oleh shift dinas melaksanakan timbang terima, adapun strategi lain
selanjutnya. seperti peningkatan kedisiplinanan secara personal
dan waktu, pembagian tugas dalam tim dan ketu
tim serta evaluasi berkala di setiap bangsal-
bangsal.
c. Menerapkan kedisiplinan dalam pelaksanaan
timbang terima kepada perawat terkait kunjungan
dan validasi informasi.
3. Tahap Post-timbang terima a. Perlu adanya evaluasi kinerja dalam pemberian
a. Penutupan timbang terima oleh reward baik secara materi maupun non materi
ketua tim , memberikan reward kepada perawat, dengan mempertimbangkan jam
dan mengucapkan selamat dinas, nilai personal dan dapat menjadi referensi
bekerja dalam melengkapi kebijakan yang ada, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan motivasi perawat
b. Perawat mengerjakan tugas dalam berkinerja.
masing-masing tanpa b. Jika tidak ada pengarahan ketua tim, maka perlu
pengarahan ketua tim untuk menyediakan pembagian tugas dan
penjadwalan terkait pekerjaan yang akan
dilakukan, agar pekerjaan perawat dapat lebih
terarah dan terorganisir dengan baik.
4. Timbang terima secara menyeluruh Diharapkan bagi institusi rumah sakit dapat
terkait tidak adanya sosialisasi melakukan perbaikan materi SOP timbang terima
terkait SOP atau pelatihan yang sesuai dengan standar yang berlaku secara spesifik
diadakan oleh pihak rumah sakit pada setiap tahap dari perencanaan, pelaksanaan
kepada perawat untuk timbang hingga post-timbang terima dan penyediaan format
terima pasien serta tidak ada format laporan timbang terima serta memberikan kegiatan
khusus untuk laporan timbang sosialisasi SOP dan format timbang terima kepada
terima pasien. kepala ruangan, ketua tim serta anggota tim di setiap
bangsal yang melaksanakan timbang terima secara
menyeluruh. Selain itu, diharapkan pihak rumah sakit
dapat memberikan atau mengadakan pelatihan
mengenai kegiatan timbang terima pasien.
PEMBAHASAN ini diungkapkan oleh Chaboyer et al,
Berdasarkan data kuantitatif dan 2009 dalam jurnal Bedside Handover
hasil penelitian kualitatif dengan Quality Improvement Strategy to
FGD, timbang terima pasien secara “Transform Care at the Bedside”
menyeluruh dari tahap persiapan, dimana pada strategi tersebut
pelaksanaan, dan post-timbang terima memiliki 4 pilar yaitu keamanan dan
merupakan satu kesatuan proses yang keandalan, vitalitas tim perawatan,
menjadi salah satu kegiatan yang perawatan yang berpusat pada pasien
menunjang pelayanan keperawatan dan adanya proses peningkatan dari
secara berkesinambungan dan perawatan, sehingga strategi ini
terintegritas melalui pelaporan dan mampu menjadi kerangka kerja untuk
pendokumentasiannya (Nursalam, meningkatkan kualitas dalam proses
2015 dan Putra, 2014). Berhubungan timbang terima dan berpusat pada
dengan hal tersebut, maka sesuai klien.
tujuan timbang terima berdasarkan Dampak yang terjadi jika hal ini
SPO Rumah Sakit Suaka Insan yang terjadi secara terus menerus dan tidak
terbentuk pada tanggal 28 Febuari ada perbaikan atau peningkatan maka
2017 dengan Nomor Dokumen akan berdampak buruk bagi
B.04.05.140, No. Revisi 2 implementasi timbang terima itu
diantaranya ialah untuk meningkatkan sendiri, bagi staf atau perawat yang
kemampuan komunikasi antar menjalankan kegiatan tersebut dan
perawat, akan terjalin suatu hubungan bagi institusi yang menjadi wadah
kerjasama yang bertanggungjawab serta penyedia sarana, serta terutama
antar anggota tim perawat dan dapat bagi pasien sebagai klien yang terlibat
mengikuti perkembangan klien secara dalam kegiatan ini. Sehingga,
paripurna serta terlaksananya asuhan kegiatan ini akhirnya akan berdampak
keperawatan terhadap klien secara pada sasaran keselamatan pasien yang
berkesinambungan. akhirnya mengarah pada kepuasan
SPO timbang terima yang telah pasien terhadap pelayanan dan mutu
ada berhubungan erat dengan instansi tersebut (Chaboyer et al,
komunikasi efektif sebagai salah satu 2009 ; Tobiano et al, 2017 ; Liu et al,
bentuk mewujudkan sasaran 2012 ; Dewi, 2012 & Kesrianti dkk,
keselamatan pasien terkait akreditasi 2014).
dan standar operasional dalam rumah
sakit sebagai bagian yang sangat KESIMPULAN
penting dan syarat untuk diterapkan Pada kegiatan timbang terima
di semua rumah sakit yang pasien oleh perawat di ruang rawat
diakreditasi dan dikeluarkan oleh inap Rumah Sakit Suaka Insan
Komite Akreditasi Rumah Sakit versi Banjarmasin termasuk kategori
2012 (KARS, 2014), penyusunan cukup. Data ini didukung oleh hasil
sasaran ini mengacu kepada Nine FGD dengan 10 perawat bahwa
Life-Saving Patient Safety Solutions perwat mengetahui dan memahami
dari WHO Patient Safety (2007). timbang terima secara keseluruhan,
Pada seluruh rangkaian dan namun masih kurang reward secara
proses kegiatan timbang terima perlu materi atau non materi, masih
diperhatikan dan dilakukan strategi kurangnya keterlibatan kepala
agar kegiatan timbang terima dapat ruangan dalam kegiatan timbang
berjalan sesuai dengan harapan, hal terima meyeluruh, kurangnya stretegi
dalam waktu dan penanganan pasien Keselamatan Pasien oleh
saat timbang terima, perawat tidak Perawat Pelaksana di RSUD
mengetahui adanya SOP timbang Raden Mattaher Jambi. Naskah
terima karena belum dilakukan dipublikasikan dan diakses pada
sosialisasi SOP dan tidak adanya tanggal 12 Oktober 2017 dari
format laporan timbang terima pasien. http://download.portalgaruda.org/
Bagi pihak rumah sakit article.php?article=41446&val=3
diharapkan mengadakan evaluasi 594
berkala dan berkesinambungan Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan
terhadap kegiatan timbang terima Nasional pada Rencana
secara menyeluruh serta pelatihan Pembangunan Jangka Panjang
terhadap perawat terkait timbang Bidang Kesehatan 2005-2025.
terima pasien yang sesuai dengan Jakarta. Diakses pada tanggal 12
standar. Oktober 2017.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu KARS. (2014). Diakses pada tanggal
adanya penelitian lanjutan mengenai 12 Oktober 2017, dari
faktor-faktor yang mempengaruhi https://kupdf.com/download/akre
implementasi timbang terima pasien ditasi-rs-kars-
dan pengaruh timbang terima pasien _5981d362dc0d6056352bb17f_p
terhadap tingkat pelayanan df
keperawatan di rumah sakit. Kesrianti, Andi Maya, Noor, Noer
Bahry dan Alimin Maidin.
ACKNOWLEDGMENT (2014). Faktor-faktor yang
Ucapan Terima kasih yang Mempengaruhi Komunikasi pada
sebesar-besarnya bagi seluruh saat Handover di Ruang Rawat
responden yang sudah dengan sangat Inap Rumah Sakit Universitas
baik membantu menyukseskan Hasanuddin Makasar. Naskah
kegiatan peneltian ini. Terima kasih dipublikasikan dan diakses pada
juga kepada Rumah Sakit Suaka tanggal 12 Oktober 2017, melalui
Insan Banjarmasin dan STIKES http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/file
Suaka Insan yang sudah sangat s/30b15a3b2f7fab2f5e5f838bae1
mendukung terselesaikannya a4a7a.pdf
penelitian ini. Liu, Wei; Manias, Elizabeth and
Marie Gerdtz. (2012). Medication
DAFTAR PUSTAKA communication between nurses
Arikunto,S. (2010). Prosedur and patients during nursing
Penelitian Suatu Pendekatan handovers on medical wards: A
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. critical ethnographic study.
Chaboyer, Wendy, et al. (2009). Diakses pada tanggal 20 Mei
Bedside Handover Quality 2018, melalui
Improvement Strategy to www.elsevier.co./ijns
“Transform Care at the Nursalam. (2015). Manajemen
Bedside”. Diakses melalui Keperawatan: Aplikasi dalam
Journal Of Nursing Care Quality Praktik Keperawatan Profesional
pada tanggal 20 Mei 2018. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Dewi, Mursidah. (2012). Pengaruh Medika.
Pelatihan Timbang Terima Permenkes RI No. 11. (2017).
Pasien terhadap Penerapan Keselamatan Pasien. Jakarta :
Mentri Kesehatan RI. Diakses Diakses pada tanggal 12 Oktober
pada tanggal 12 Oktober 2017. 2017.
Permenkes RI No 1691. (2010) .
Keselamatan pasien di Rumah
Sakit. Jakarta : Menteri
Kesehatan RI.
Putra, Candra Syah. (2014).
Manajemen Keperawtan : Teori
dan Aplikasi Praktik Dilengkapi
dengan Kuisioner Pengkajian
Praktek Manajemen
Keperawatan. Jakarta : In
Medika.
Rokhmah, Noor Ariyani dan
Anggorowati. (2017).
Komunikasi Efektif dalam
Praktek Kolaborasi Interprofesi
sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Pelayanan, Vol 01 No.
01. Naskah dipublikasikan dan
diakses pada tanggal 12 Oktober
2017, melalui
https://ejournal.unisayogya.ac.id.
SPO Timbang Terima dengan
No.Dokumen B.04.05.140, No.
Revisi : 2. Rumah Sakit Suaka
Insan Banjarmasin Tahun 2018.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
(Mixed Method) yang
disamapikan melalui power point
pada kegaiatan pps-upn 2014.
Tobiano, Georgia, et al. (2017).
Nurses’ Perceived Barriers to
Bedside Handover and Their
Implication for Clinical Practice.
Diakses melalui Worldviews on
Evidence-Based Nursing pada
tanggal 20 Mei 2018.
Ulfa, Fadilah. (2017). Gambaran
Komunikasi Efektif dalam
Penerapan Keselamatan Pasien
(Studi Kasus Rumah Sakit X di
Kota Padang). Naskah
dipublikasikan dan diakses pada
tanggal 12 Oktober 2017, melalui
https://ejournal.sumbarprov.go.id
Undang-Undang No.44. (2009).
Tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai