Pressed PDF
Pressed PDF
1 2 3 4 5 6 - 1 8
EPIDEMIOLOGI
Oleh : Susi Febriani Yusuf.M.PH
Copyright@2015 Darmais Press
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh isi buku ini
Tanpa izin tertulis dari penerbit
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Rencana Kulit : Abim
Layout, Montase, Setter : Abim
Diterbitkan Oleh :
Darmais Press
STIKes Darmais Padangsidimpuan
Jl. Belibis No. 1 Perumahan Sopo Indah Siguling Kec. Padangsidimpuan Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan ynag maha Esa, Karena
berkat limpahan Rahmat dan karuniya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku
ini dengan baik. Dalam buku ini kami membahas tentang Epidemiologi.
Buku ini dibuat dengan berbagai informasi, masukan serta dorongan dari
berbagai pihak, kami mengucapkan terimakasih terutama kepada Ketua dan Pembina
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada buku
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami, kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
Akhir kata semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Padangsidimpuan, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
i
4. Ilya Ilyich Mechnikov(1845-1916)…………………… ................. 47
F. Era Epidemiologi Penyakit Kronis ……………. ......................... 49
G. Framingham Heart Study ……………. ..................................... 51
H. The British Doctors Study ……………. ..................................... 57
I. Epidemiologi Sosial ……………. .............................................. 67
J. Epidemiologi Nutrisi ……………. ............................................... 69
K. Epidemiologi Molekuler ……………. ......................................... 70
L. Life Course Epidemiology ……………. ..................................... 73
M. Biostatistik ……………. ............................................................ 80
N. Epidemiologi Klinik ……………................................................. 83
O. Sejarah Perkembangan Epidemiologi …………….................... 90
BAB II PERANAN & PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI DALAM
KESEHATAN MASYARAKAT ........................................................ 98
2.1 Peran dan Pengertian Epidemiologi ......................................... 98
2.2 Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Sering Terjad di
Masyarakat . ........................................................................... 100
2.3 Peranan Epidemiologi Dalam Pemecahan Masalah
Kesehatan Masyarakat ........................................................... 101
ii
5.3 Tujuan Screening …………………............................................ 124
5.4 Sasaran Screening …………………. ........................................ 125
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunai yang terdiri
dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS yang berati
PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu
timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam
perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya
penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif,
kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu,
1
1. Greenwood ( 1934 ) Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang
2. Brian Mac Mahon ( 1970 ) Epidemiology is the study of the distribution and
Natural History ) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu
terjadi/mengenai masyarakat/massa.
populasi manusia.
7. Barbara Valanis
2
Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ; demos
8. Last ( 1988 )
control of problems.
diseases.
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan
Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in
groups of people and with the factors which influence their distribution.
3
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.
2. Aspek Klinik Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha
3. Aspek praktis Secara praktis epidemiologi berarti ilmu yang ditujukan pada
kebutuhan masyarakat.
4
1.4. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT CENTER OF DISEASE
Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000
ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah Riset.
Kemudian apakah Riset itu…..?? Menurut Leedy (1974), Riset adalah “ a systematic
factor yang berhubungan kesehatan dan aplikasi bagian hasil studi untuk
bahwa Epidemiologi adalah sebuah cara berfikir tentang kesehatan sebagai human
heterogenity, dinamika dan inferensi. Serta lebih dari sekedar kumpulan metode
2. Kegunaan
maka populasinya terbatas dan berciri khusus yaitu para penderita klinik
dan atau menentukan etiologi penyakit. Last dalam tahun 1987 menyatakan
lebih buruk ?
6
BAB II.
SEJARAH EPIDEMIOLOGI
sosiologi, ekonomi, statistik, fisika, kimia, biologi molekuler, dan teknologi komputer,
peristiwa besar seperti The Black Death (wabah sampar), pandemi cacar, revolusi
industri (dengan penyakit okupasi), pandemi Influenza Spanyol (The Great Influenza)
sejarah, konteks sosial, kultural, politik, dan ekonomi yang melatari perkembangan
disiplin ilmu itu sesungguhnya sudah dimulai sejak zaman kedokteran kuno Yunani,
belakang telah dimulai sejak zaman kedokteran Yunani kuno, lebih dari
bagian ini: Teori Kosmogenik Empat Elemen, Teori Generasi Spontan, Teori Humor,
Yunani, yang tinggal di Agrigentum, sebuah kota di Sisilia (Gambar 1). Para ahli
sejarah menemukan sekitar 450 baris puisi karyanya yang ditulis pada daun papirus.
Dari kumpulan puisi itu diketahui bahwa Empedocles memiliki pandangan tentang
berbagai isu yang berhubungan dengan biologi modern, khususnya biologi genetik
Gambar Empedocles
(490-430 SM).
Sumber: Genesis Park, 2001
Elemen/ Akar Klasik (Classical Roots): bumi, api, air, dan udara. Menurut
8
itu. Jika dikombinasikan dengan cara yang berbeda, maka kombinasi itu akan
Campuran keempat elemen itu merupakan basis biologi genetik dan herediter yang
terwujud dalam organ atau bagian tubuh manusia (Stathakou et al., 2007; Wikipedia,
2010).
epidemiologi terapan. Pada masa itu penduduk sebuah kota dekat dengan
Agrigentum, yaitu Selinunta, tengah dilanda epidemi penyakit dengan gejala panas
dan rawa yang berisi air terkontaminasi. Empedocles mengatasi masalah itu dengan
sistem irigasi yang dibiayainya. Karya sanitasi ini bisa dipandang sebagai Projek
miserable, restrain your hands from beans ―. Baris itu merujuk kepada suatu
penyakit defisiensi genetik G6PD di dalam sel darah merah. Penyakit itu
sejenis kacang- kacangan atau terpapar oleh bunga tanaman tersebut. Studi
9
pada pengamatan epidemiologis dan pengalaman klinis (Stathakou et al., 2007;
Wikipedia, 2010).
Athena dengan menggunakan api. Dia melakukan cara serupa, yaitu metode
Aristoteles adalah seorang filsuf dan ilmuwan Yunani, berasal dari Stagira.
Anak seorang dokter, Aristoteles merupakan murid Plato. Tetapi berbeda dengan
aneka subjek. Tulisan resminya tentang anatomi manusia tidak diketemukan, tetapi
mengkompilasi dan memperluas karya para filsuf alam Yunani sebelumnya, dan
oleh alam menjadi binatang hidup, dan proses itu bisa terjadi di mana saja dalam
dari reproduksi benda hidup. Sampai duaratus tahun yang lampau sebagian ilmuwan
klasik percaya kepada vitalisme, suatu gagasan bahwa materi mati seperti kotoran,
spontan digerus oleh bukti empiris baru yang membuktikan bahwa hipotesis itu
bahwa larva terjadi bukan dari daging, melainkan karena lalat yang meletakkan
telurnya di atas daging. Pada 1858 Rudolf Virchow memperkuat kesimpulan itu
dalam publikasi epigramnya berjudul ―Omnis cellula e cellula‖ ("setiap sel berasal
dari sel lainnya yang serupa‖). Pada 1860 Louis Pasteur melakukan sterilisasi
nutrien dan menyimpannya ke dalam botol bersegel, ternyata tidak terjadi kuman.
kehidupan‖ (omne vivum ex ovo‖), disebut hukum biogenesis (Genesis Park, 2001;
4.HUMORALISME.
manusia diisi atau dibentuk oleh empat bahan dasar yang disebut humor (cairan).
Keempat humor itu adalah empedu hitam, empedu kuning, flegma (lendir), dan
darah (Gambar 2). Pada orang yang sehat, keempat humor berada dalam keadaan
Defisit itu bisa disebabkan oleh uap yang dihirup atau diabsorbsi oleh tubuh
(Wikipedia, 2010).
Konsep empat humor berasal dari Yunani kuno dan Mesopotamia, tetapi baru
Hippocrates sekitar 400 SM. Para filsuf Yunani menghubungannya dengan Teori
Empat Elemen: bumi, api, air, dan udara. Bumi terutama berada dalam empedu
hitam, api di dalam empedu kuning, air dalam lendir, dan semua elemen ada di
Komunitas medis Yunani, Romawi, dan kemudian Muslim dan Eropa Barat,
Menurut Galen, aneka jenis makanan memiliki potensi yang beragam untuk
kehidupan, area geografis, dan jenis pekerjaan, mempengaruhi sifat humor yang
terbentuk. Sebagai contoh, makanan hangat (misalnya, cabe dan lada di Barat
humor itu pada musim dingin. Makanan dingin cenderung menghasilkan ―flegma‖,
menyeimbangkan defisit humor itu pada musim panas. Pada zaman yang hampir
2010).
didasarkan pada fenomena pembekuan darah yang bisa diamati pada botol
transparan. Jika darah diletakkan ke dalam sebuah botol kaca dan dibiarkan tanpa
diganggu selama sekitar satu jam, akan terlihat empat lapis yang berbeda. Bentuk
beku berwarna hitam pada dasar (empedu hitam‖). Di atas bekuan terdapat lapisan
sel darah merah (darah‖). Di atasnya terdapat lapisan putih (flegma‖, lendir‖).
Lapisan paling atas adalah serum berwarna kuning jernih (empedu kuning)
(Wikipedia, 2010).
1902) pada 1858 mengemukakan teori baru tentang penyakit dalam bukunya
penyakit timbul tidak di dalam organ atau jaringan secara umum, melainkan pada
karena ―terdapat konflik antar warga-warga di dalam negara, yang disebabkan oleh
modern. Sejak timbulnya teori humoral, para ilmuwan kedokteran mulai mencari
13
mencari solusinya pada ranah supernatural. Kini sisa-sisa teori humoralisme masih
menggunakan terma imunitas humoral atau regulasi humoral untuk merujuk kepada
substansi yang beredar di seluruh tubuh (misalnya, hormon dan antibodi). Demikian
juga masih dikenal istilah diskrasia darah untuk merujuk kepada penyakit atau
abnormalitas darah.
superstitif sebelumnya yang mencoba menjelaskan penyakit sebagai akibat dari ruh
jahat.
membebaskan hambatan filosofis cara berpikir orang-orang pada zaman itu yang
dikenal dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi
"On Airs, Waters and Places" (Tentang Udara, Air, dan Tempat‖) yang
kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun
internal seseorang (Rocket, 1999; Bannis & Assocatiates, 2001; Grammaticos dan
14
Gambar Hippocrates (260-377SM)
Sumber: The Independent, 2010
menegaskan peran penting iklim, sifat-sifat udara, angin, kualitas udara dan air, bagi
investigate medicine properly should proceed thus: in the first place to consider the
seasons of the year, and what effects each of them produces. Then the winds,the
hot and the cold, especially such as are common to all countries, and then such as
are peculiar to each locality…‖ Artinya, siapapun yang ingin mempelajari ilmu
Lalu angin, yang panas maupun dingin, terutama yang dialami oleh semua negara,
lalu yang dialami secara khusus oleh daerah setempat (Rocket, 1999; Bannis &
15
Hippocrates mengemukakan teori ‘miasma‘, bahwa suatu materi bisa
mengkontaminasi udara dan jika materi itu memasuki tubuh manusia, maka akan
terjadi penyakit. ‘Miasma‘ atau ‘miasmata‘ berasal dari kata Yunani yang berarti
‘something dirty‘ (sesuatu yang kotor) atau ‘bad air‘ (udara buruk). Sebagai contoh,
penyakit jika memasuki tubuh… Sejak itu teori miasma digunakan untuk
menerangkan penyebab penyakit. Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan
mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi
Yunani yang artinya kehidupan mikro (small living) (Rockett, 1999; Bannis &
tetapi juga dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, dalam bukunya On the Sacred
berhubungan dengan tahayul atau agama, melainkan suatu penyakit otak yang
dengan hipotesisnya bahwa kausa melankoli (suatu gejala kejiwaan atau emosi
akibat depresi) yang dialami putra Raja Perdica II dari Macedonia adalah depresi
yang dialami Perdica karena jatuh cinta secara rahasia dengan istri ayahnya (ibu
tirinya) (Bannis & Assocatiates, 2001; Grammaticos dan Diamantis, 2003; Saracci,
2010).
tentang kausa penyakit tetapi juga riwayat alamiah sejumlah penyakit. Dia
B. ERA ROMAWI
kesehatan pada populasi maupun mengetahui etiologi penyakit pada level populasi.
Temuan sejarah menunjukkan, pada abad ketiga, sekitar 800 tahun pasca
prekursor tabel hidup (life table) dalam bentuk yang paling primitif. Tabel hidup
dalam arti yang sesungguhnya, yaitu tabel yang berisi proporsi (probabilitas) orang
seluruh dunia, disebut The Black Death (penyakit sampar, pes, Bubonic plague).
Penyakit sampar atau pes disebabkan oleh Yersinia pestis yang menginfeksi
rodensia (terutama tikus), lalu menular ke manusia melalui gigitan kutu (flea).
bercak merah di kulit, sehingga wabah sampar disebut Bubonic Plague (‘bubo‘
17
artinya inflamasi dan pembengkaan kelenjar limfe). The Black Death membunuh
hampir 100 juta penduduk di seluruh dunia dalam tempo 300 tahun. Hampir
Kematian dalam jumlah serupa terjadi pada penduduk China dan India. Timur
Tengah dan benua Afrika juga mengalami epidemi tersebut. Meskipun jumlah total
tidak diketahui, outbreak 1348 - 1349 diperkirakan telah membunuh 400,000 orang
howstuffworks, 2010).
dengan cepat meluas ke Asia Barat dan Eropa. Pada Oktober 1347, sejumlah kapal
dagang Italia kembali dari pelayaran di Laut Hitam yang merupakan kunci
Messina di Sicilia, banyak penumpang kapal telah meninggal karena penyakit itu.
Dalam waktu beberapa hari, penyakit menyebar ke seluruh kota dan sekitarnya.
Korban penyakit sampar meninggal dengan cepat sehingga dilukiskan dengan ironis
oleh penulis Italia, Giovanni Boccaccio, dalam bukunya ‘The Decameron‘ tahun
1351: "ate lunch with their friends and dinner with their ancestors in paradise..." para
korban makan siang bersama teman-teman dan makan malam bersama nenek-
18
moyang di nirwana (Gambar 4)(Rice dan McKay, 2001; Epic Disasters, 2010;
Salah satu cara yang dilakukan penduduk untuk mencegah epidemi adalah
mengubur korban sampar yang meninggal secepatnya. Tetapi upaya itu ternyata
cara yang efektif untuk mengatasi The Black Death adalah mengisolasi individu yang
terkena penyakit sampar dan keluarganya atau bahkan seluruh penduduk desa ke
dalam karantina selama 40 hari. Periode karantina pertama kali diberlakukan Oleh
otoritas kesehatan di kota-kota Italia Utara pada akhir abad ke 14, kemudian secara
bertahap diadopsi oleh seluruh Eropa selama 300 tahun sampai wabah sampar
dokter dan pejabat kesehatan di Italia pada masa itu bahwa waktu yang diperlukan
sejak terpapar oleh agen infeksi hingga kematian berkisar 37-38 hari. Di kemudian
hari diketahui dengan lebih terinci bahwa periode waktu itu terdiri atas periode laten
10-12 hari (sejak terpapar hingga terinfeksi), disusul dengan periode infeksi
asimtomatis 20-22 hari (sejak terinfeksi hingga timbul tanda dan gejala klinis),
disusul dengan 5 hari gejala klinis sebelum kematian. Jadi penderita mempunyai
waktu 32 hari untuk membawa infeksi tanpa seorangpun mengetahuinya (Rice dan
Secara tradisi The Black Death diyakini disebabkan oleh salah satu dari tiga
ilmuwan dewasa ini menduga, penyakit itu disebabkan suatu virus yang menyerupai
Ebola atau antraks. Dua peneliti biologi molekuler dari Universitas Liverpool,
19
Profesor Christopher Duncan dan Susan Scott, menganalisis sejarah Bubonic
agen penyebab wabah sampar bukan suatu bakteri melainkan filovirus yang
virus Ebola yang melanda beberapa negara Afrika akhir abad ke 20. Menurut
Profesor Duncan, gejala The Black Death ditandai oleh demam mendadak, nyeri,
perdarahan organ dalam, dan efusi darah ke kulit yang menimbulkan bercak-bercak
di kulit, khususnya sekitar dada. Karena itu Duncan dan Scott menamai epidemi
yang lebih menonjolkan aspek pembesaran kelenjar limfe. Hasil riset Scott dan
manifestasi klinis berat dan sangat fatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus Variola
major atau Variola minor. Cacar disebut Variola atau Variola vera, berasal dari kata
Latin ‘varius‘ yang berarti bercak, atau ‘varius‘ yang berarti gelembung kulit. Terma
‘smallpox‘ dalam bahasa Inggris digunakan pertama kali di Eropa pada abad ke 15
untuk membedakan cacar dengan ‘great pox‘ (sifilis). Masa inkubasi sekitar 12 hari.
Virus cacar menempatkan diri di dalam pembuluh darah kecil di bawah kulit, mulut
dan tenggorokan. Pada kulit penyakit ini menyebabkan keropeng (ruam) berbentuk
20
Selain itu cacar menyebabkan kebutaan karena ulserasi kornea dan infertilitas pada
penderita pria. Variola major lebih sering dijumpai, menyebabkan bentuk klinis yang
berat, dengan lebih banyak keropeng kulit, panas yang lebih tinggi, dengan case
fatality rate 30-35%. Angka kematian karena Variola major pada anak bisa mencapai
80%. Variola minor memberikan manifestasi klinis yang lebih ringan disebut alastrim,
lebih jarang terjadi, dengan angka kematian sekitar 1% dari korban. Gambar 5
menunjukkan seorang gadis muda Bangladesh yang terinfeksi variola tahun 1973
(Wikipedia, 2010).
Para ahli memperkirakan virus cacar mulai berevolusi dari bentuk virus yang
Afrika antara 16,000 dan 68,000 tahun yang lalu. Bentuk yang lebih berat diduga
berasal dari Asia antara 400 dan 1600 tahun yang lalu. Alastrim minor, bentuk yang
kedua ditemukan di Afrika barat dan benua Amerika, diduga telah berevolusi antara
Cacar diduga telah menjangkiti populasi manusia sekitar 10,000 SM. Catatan
sejarah dari Asia menunjukkan bukti adanya penyakit menyerupai cacar di China
21
kuno (1122 SM) dan India (1500 SM). Bukti fisik tertua tentang cacar ditunjukkan
oleh lesi kulit pada mumi Firaun Ramses V dari Mesir yang meninggal 1157 SM.
milenium pertama SM, dan cacar menjadi penyakit endemik di India selama sedikit-
dikitnya 2000 tahun. Tetapi sumber lain mengatakan, cacar dibawa ke India oleh
di China dan ke 7 di India. Cacar diduga memasuki China selama abad pertama dari
arah Barat Daya, dan pada abad ke 6 dibawa dari China ke Jepang. Di Jepang
epidemi 735-737 diyakini telah membunuh lebih dari sepertiga penduduk. Sekurang-
kurangnya tujuh dewa didedikasikan untuk cacar, seperti dewa Sopona di daerah
Yoruba. Di India, dewi Hindu cacar, Sitala Mata, dipuja di candi-candi di seluruh
Sejarah kehadiran cacar di Eropa dan Barat Daya Asia tidak begitu jelas.
Cacar tidak disebut-sebut dalam Kitab Perjanjian Lama maupun Baru, maupun
dalam literatur Yunani dan Romawi. Para ilmuwan sepakat bahwa tidak mungkin
Hippocrates tidak mendeskripsikan penyakit yang serius itu jika memang terdapat di
yang melanda Kekaisaran Roma pada 165–180 mungkin disebabkan oleh cacar,
dan bala tentara Arab untuk pertama kali membawa cacar dari Afrika ke Barat Daya
Eropa selama abad ke 7 dan 8. Pada abad ke 9, seorang dokter Persia, Rhazes,
memberikan gambaran yang jelas tentang cacar dan merupakan orang pertama
yang membedakan cacar dengan campak dan cacar air (varicella, chickenpox)
dalam Kitab fi al-jadari wa-al-hasbah‖ (―Buku Cacar dan Campak‖) yang ditulisnya
(Wikipedia, 2010).
22
Pada Abad Pertengahan, cacar menyerang secara berkala di Eropa, menjadi
pada zaman Perang Salib. Pada abad ke 16 cacar melanda sebagian besar Eropa.
Di India, China, dan Eropa, cacar terutama menjangkiti anak-anak, dengan epidemi
berkala yang menyebabkan kematian 30% dari yang terinfeksi. Pada 1545 epidemi
cacar di Goa, India, menelan korban 8,000 anak meninggal. Secara epidemiologis
timbulnya cacar di Eropa memiliki arti penting, sebab gelombang eksplorasi dan
kolonisasi yang terus menerus dilakukan orang-orang Eropa pada abad ke 16 telah
membunuh sekitar 400,000 penduduk Eropa per tahun (meliputi masa pemerintahan
lima kerajaan), dan menyebabkan sepertiga di antaranya buta (Wikipedia, 2010; The
Pada akhir abad ke -18, sekitar 400,000 orang meninggal setiap tahun di
seluruh dunia karena cacar. Pada abad ke 20 cacar menyebabkan sekitar 300–500
juta kematian. Belum terlalu lama, pada 1967, World Health Organization (WHO)
memperkirakan 15 juta penduduk terjangkit penyakt itu dan 2 juta meninggal tahun
itu. Setelah keberhasilan kampanye vaksinasi abad ke 19 dan 20, WHO menyatakan
terbasminya cacar pada 1979. Dewasa ini cacar merupakan satu-satunya penyakit
dan pakaian khusus, telah digunakan untuk mencegah atau mengobati cacar.
selamanya, meletakkan kain seprei lebih rendah daripada pinggang penderita, dan
23
memberikan ―duabelas botol kecil bir setiap duapuluhempat jam sekali‖. Tetapi, cara
yang paling berhasil untuk melawan cacar sebelum ditemukan vaksinasi adalah
inokulasi. Terma inokulasi berasal dari kata Yunani ‗inculare‘, artinya mencangkok.
Inokulasi dilakukan dengan menggunakan lanset yang dibasahi dengan materi segar
yang diambil dari pustula (nanah) matang dari seorang penderita cacar. Lalu materi
itu dimasukkan di bawah kulit pada lengan atau tungkai orang yang non-imun.
pengertian yang sama. Inokulasi telah diterapkan di Afrika, India, dan China, jauh
hari sebelum diperkenalkan di Eropa pada abad ke 18. Variolasi bisa menurunkan
(karena banyak raja, pangeran, dan keluarga bangsawan terjangkit cacar) di Inggris,
Utara melalui Boston. Tetapi variolasi bukan tanpa risiko. Sejumlah individu menjadi
kebal, tetapi banyak pula yang menderita cacar, meninggal, atau menyebarkan
cacar kepada orang lain. Bahkan penerima dapat menyebarkan penyakit lain seperti
Edward Jenner adalah penemu metode pencegahan cacar yang lebih aman,
disebut vaksinasi (Gambar 6). Jenner lahir di Berkeley, Gloucestershire pada 1749,
Jenner. Pada 1764 ketika berusia 14 tahun, dia magang pada seorang dokter bedah
24
memperoleh pengetahuan tentang praktik bedah dan kedokteran. Pada usia 21
tahun Jenner sekolah kedokteran di St. George‘s Hospital di London, dan menjadi
murid John Hunter, seorang ahli bedah termashur, ahli biologi, anatomi, dan ilmuwan
eksperimen. Pada 1772 dia kembali ke Berkely dan menghabiskan sebagian besar
bahwa wanita pemerah susu yang pernah menderita cowpox (cacar sapi) ringan
akan terlindungi dari penyakit cacar. Dia mendengar pengakuan salah seorang
pemerah susu: "I can't take the smallpox for I have already had the cowpox". Cerita
itu menimbulkan ide pada Jenner bahwa pencegahan cacar mestinya bisa dilakukan
dengan cara memberikan bahan yang diambil dari penderita cowpox kepada individu
sehat, dan terdapat mekanisme proteksi yang ditularkan dari orang yang terlindungi
ke orang lain. Setelah melalui proses yang panjang baru pada 1796 Jenner
25
Pada Mei 1796 Jenner melakukan eksperimen pertamanya yang kemudian menjadi
pemerah susu, Sarah Nelms, yang tengah baru cowpox pada lengan dan tangannya.
Jenner mengambil pus (nanah) dari pustula pada pemerah susu itu dan
ketiaknya. Sembilan hari setelah prosedur, anak itu mengalami kedinginan dan
kehilangan selera makan, tetapi hari berikutnya merasa jauh lebih baik. Pada Juli
1796 Jenner melakukan inokulasi lagi, tetapi kali ini dengan materi segar dari lesi
yang menyatakan bahwa mencangkokkan materi dari hewan mati kepada seorang
manusia merupakan tindakan yang tidak patut dan tidak tidak diberkati Tuhan.
Bahkan pada 1802 muncul sebuah kartun satiris yang menggambarkan orang-orang
yang telah divaksinasi berkepala sapi. Pada 1797 Jenner mengirimkan sebuah
paper berisi laporan pendek kepada the Royal Society tentang hasil eksperimen dan
pengamatannya. The Royal Society menolak paper itu. Lalu setelah menambahkan
beberapa kasus baru pada eksperimennya, Jenner menerbitkan sebuah buku pada
1798 bertajuk ―An Inquiry into the Causes and Effects of the Variolae Vaccinae, a
Gloucestershire and Known by the Name of Cow Pox‖. Jenner menamai prosedur
baru itu vaksinasi, berasal dari kata latin ‘vacca‘ artinya sapi, dan ‘vaccinia‘ artinya
pengakuan melalui bukti nyata tentang keuntungan dan proteksi yang dihasilkan
vaksinasi yang lebih efektif dan aman daripada variolasi dan cara lainnya. Prosedur
vaksinasi kemudian diterapkan secara luas di Inggris dan banyak negara lain.
meneliti vaksin cacar dan melayani vaksinasi gratis bagi orang miskin yang
1802 oleh seorang dokter, Jean de Carro, untuk menggantikan variolasi. Variolasi
dilarang dilakukan di Inggris pada 1840 (Riedel, 2005, BBC, 2010; The College of
menurun, tetapi epidemic yang masih terjadi menunjukkan bahwa penyakit itu belum
langkah pengendalian, cacar telah berhasil dibasmi di banyak daerah di Eropa dan
Amerika Utara. Gerakan global pembasmian cacar dicanangkan pada sidang the
World Health Assembly pada 1958 setelah diterima laporan tentang akibat-akibat
katasrofik dari cacar yang terjadi di 63 negara. Kampanye global melawan cacar
yang dipimpin WHO akhirnya berhasil membasmi cacar pada 1977. Pada Mei 1980,
WHO mengumumkan bahwa dunia telah bebas dari cacar dan merekomendasikan
agar semua negara berhenti melakukan vaksinasi. Pernyataan WHO: The world and
all its people have won freedom from smallpox, which was the most devastating
27
disease sweeping in epidemic form through many countries since earliest times,
leaving death, blindness and disfigurement in its wake‖ (Riedel, 2005; BBC, 2010).
ratusan juta manusia di seluruh dunia dari kecacatan dan kematian karena cacar.
Satu hal perlu dicatat, pada era Jenner (abad ke 17) belum dikenal virologi. Jenner
sendiri meskipun diakui sebagai Bapak Imunologi, sesungguhnya bukan ahli virologi
dan tidak tahu menahu tentang virus maupun biologi penyakit cacar. Virologi baru
dikenal abad ke 18, dan virus cacar baru ditemukan beberapa dekade setelah
Jenner meninggal. Tetapi kemajuan-kemajuan ilmiah yang terjadi selama dua abad
sejak eksperimen Edward Jenner pada James Phipps telah memberikan bukti-bukti
bahwa Jenner lebih banyak benarnya daripada salahnya. Teori kuman (Germ
Theory) tentang penyakit, penemuan dan studi tentang virus, serta pengetahuan
Riedel (2005), ada orang yang lebih dulu melakukan vaksinasi dengan
daerahnya pertama kali dilanda cacar pada 1774, Jesty berikhtiar melindungi nyawa
keluarganya. Jesti menggunakan kelenjar susu ternak sapi yang dia yakini
mengandung cacar sapi, dan memindahkan materi itu dengan sebuah lanset kecil ke
lengan istri dan kedua anak laki-lakinya. Ketiga serangkai terbebas dari cacar
meskipun di kemudian hari beberapa kali terpapar cacar. Tetapi Jestypun bukan
orang pertama dan terakhir yang melakukan eksperimen vaksinasi. Cara berpikir
Jenner yang bebas dan progresif telah berhasil memanfaatkan data eksperimental
dan observasi untuk upaya pencegahan penyakit. Selain itu Jenner berhasil
28
meyakinkan dunia bahwa prosedur ilmiahnya benar. Tulis Francis Galton: ―In
science credit goes to the man who convinces the world, not the man to whom the
4. PANDEMI KOLERA
Penyakit itu menyerang korban dengan diare berat, muntah, sering kali berakibat
fatal. Pandemi dimulai di Bengal (India), lalu menyebar melintasi India tahun 1820.
Sebanyak 10,000 tentara Inggris dan tak terhitung penduduk India meninggal
selama pandemi tersebut. Pandemi kolera meluas ke China, Indonesia (lebih dari
100,000 orang meninggal di pulau Jawa saja), dan Laut Kaspia, sebelum akhirnya
juta jiwa. Sebanyak 23 juta jiwa lainnya meninggal antara 1865-1917. Kematian
penduduk di Rusia pada periode yang sama mencapai lebih dari 2 juta jiwa.
100,000 orang meninggal) dan Jerman pada 1831, London pada 1832 (lebih dari
Serikat (New York) pada tahun yang sama, pantai Pasifik Amerika Utara pada 1834.
Outbreak selama dua tahun terjadi di Inggris dan Wales pada 1848 dan merenggut
Pada Maret 1918 hingga Juni 1920 terjadi pandemi luar biasa yang disebut
Influenza Besar (Flu Spanyol, The Great Influenza) (Gambar 7). Peristiwa itu
Virus influenza strain subtipe H1N1 yang sangat virulen diperkirakan menyerang 500
juta orang di seluruh dunia dan membunuh 50 hingga 100 juta orang hanya dalam
waktu 6 bulan. Tidak seperti outbreak influenza lainnya, wabah Flu Spanyol tidak
hanya menyerang orang dewasa tetapi juga anak-anak. Sebuah studi mengatakan,
wabah itu menyerang 8-10 persen dari semua dewasa muda (eHow, 1999; Epic
Disasters, 2010)
dari mutasi terbatas di Haskell Country, Kansas (AS), lalu ditularkan melalui
seluruh dunia melalui perjalanan internasional para serdadu. Salah satu penderita
adalah Presiden AS waktu itu, Woodrow Wilson, yang terkena flu pada akhir perang.
dan pemakamam wajib dilakukan dalam tempo 15 menit (eHow, 1999; Epic
Disasters, 2010).
Sebuah riset yang dilakukan dengan menggunakan sampel jaringan beku dari
korban untuk mereproduksi virus, menyimpulkan, virus membunuh korban via ―badai
30
sitokin‖ (over-reaksi sistem imun tubuh dengan terbentuknya sitokin proinflamasi).
Temuan itu dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa virus flu tersebut menjadi
sangat virulen, dan mengapa distribusi penyakit terkonsentrasi pada kelompok umur
dewasa muda (seperti serdadu AS) yang memiliki sistem imun kuat, tetapi
menyebabkan jumlah kematian yang lebih sedikit pada anak-anak dan dewasa tua
Pandemi flu besar memang dahsyat, karena pada waktu itu jumlah penduduk
di dunia hanya 1.8 milyar. Seandainya Flu Spanyol itu terjadi sekarang dengan cara
transmisi sama, maka wabah seperti itu bisa menyebabkan kematian 350 juta orang
dalam tempo 6 bulan. Skenario seperti itu menyebabkan media massa dan banyak
kalangan khawatir akan terulang ketika epidemi flu burung merebak pada
Inggris harus disertai dokumen agar pemakaman tersebut legal. Dokumen itu
merupakan prekursor (cikal) surat kematian modern yang dikenal dewasa ini. Para
carik (clerk, juru tulis) dari masing-masing Parish mengkompilasi jumlah kematian
setiap minggu dan setiap tahun. Kompilasi itu disebut Bills of Mortality. Bills of
Mortality dibuat secara teratur tiap minggu, dengan tujuan untuk memberikan
informasi kepada otoritas dan penduduk tentang peningkatan atau penurunan jumlah
kematian, khususnya sehubungan dengan wabah sampar (The Black Death) yang
tengah melanda Inggris dan Eropa pada masa itu. Sejak 1570 Bills of Mortality
31
mencatat pula pembaptisan (umumnya kepada bayi, kadang-kadang orang dewasa),
1629 tentang kausa kematian, dan awal abad ke 18 tentang umur saat kematian
bernama John Graunt tertarik untuk memperbaiki Bills of Mortality di London. John
epidemi sampar dan pengaruhnya terhadap jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
terlalu besar. Karena itu dia menciptakan metode untuk menghitung populasi
berdasarkan jumlah kelahiran dan pemakaman mingguan yang terdaftar pada Bills
of Mortality. Populasi London menurut hitungannya 384,000 orang, jauh lebih rendah
kelahiran anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan, tetapi jumlah laki-
laki tidak lebih banyak daripada perempuan ketika mereka melewati masa kanak-
kanak. Analisis Graunt, hal itu terjadi karena laki-laki memiliki kecenderungan lebih
karena perang, atau dihukum mati. Graunt juga menemukan, angka kematian lebih
tinggi pada daerah urban daripada rural, dan bervariasi menurut musim (Rocket,
sesungguhnya bervariasi secara teratur, karena itu dapat diramalkan. Lalu Graunt
menciptakan sebuah tabel untuk memeragakan berapa banyak individu dari sebuah
populasi terdiri atas 100 individu yang akan bertahan hidup pada umur-umur
32
tertentu. Tabel temuan John Graunt ini disebut ‘tabel hidup‘ (life table, tabel
mortalitas). Dengan tabel hidup dapat diprediksi jumlah orang yang akan mampu
kelompok orang dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, dengan tabel hidup dapat
diestimasi berapa proporsi dari anak yang lahir hidup akan meninggal sebelum
mencapai usia 6 tahun. Estimasi Graunt, 36% anak lahir hidup akan meninggal
Observations … Made upon the Bills of Mortality‖ pada 1662 (Gambar ). Buku
tersebut sangat populer dan diterima oleh banyak kalangan, sehingga diterbitkan
sampai 5 edisi. Karena buku itu maka Graunt diangkat sebagai anggota the Royal
Society dengan rekomendasi langsung Charles II, suatu kehormatan yang tidak
(1656–1742) dan Antoine de Parcieux. Dewasa ini tabel hidup yang diciptakan
John Graunt masih merupakan salah satu instrumen utama dalam demografi,
menggunakan tabel hidup untuk menghitung harapan hidup waktu lahir (life
D.EPIDEMIOLOGI MODERN
dunia. Epidemi kolera menyerang London pada tahun 1840an dan 1853 - 1854.
Pada zaman itu sebagian besar dokter berkeyakinan, penyakit seperti kolera dan
sampar (The Black Death) disebabkan oleh ‘miasma‘ (udara kotor) yang dicemari
oleh bahan organik yang membusuk. Seorang dokter bernama John Snow
memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dengan dokter lainnya (Gambar ).
34
John Snow tidak mengetahui agen etiologis yang sesungguhnya menyebabkan
penyakit. Tetapi berdasarkan bukti-bukti yang ada, Snow yakin bahwa penyebab
penyakit bukan karena menghirup udara kotor. Snow, yang juga dikenal sebagai
mempublikasikan teorinya untuk pertama kali dalam sebuah esai "On the Mode of
memuat hasil investigasi yang lebih terinci tentang efek suplai air pada epidemi
Soho, London. Hanya dalam tempo 10 hari 500 orang meninggal karena penyakit
itu. John Snow, menggambarkan keadaan itu "the most terrible outbreak of
cholera which ever occurred in the United Kingdom". Hasil analisis Snow
sumber air minum yang banyak digunakan penduduk, yaitu pompa air umum
35
Snow mendeskripsikan pola penyebaran kasus kolera dan lokasi pompa
air minum dalam sebuah spotmap. Spotmap merupakan sebuah metode yang
pompa Broad Street. Hasil investigasi Snow rupanya cukup meyakinkan para
otoritas sehingga penggunaan pompa air umum dihentikan, dan segera setelah
itu tidak ada lagi kematian karena kolera di Soho dan sekitarnya (Rockett, 1999;
Wikipedia, 2010b).
yang lebih formal dan terkontrol, disebut eksperimen alamiah (natural experiment)
di London pada 1854. Investigasi itu bertujuan menguji hipotesis bahwa kolera
ditularkan melalui air yang terkontaminasi. Pada waktu itu, rumah tangga di
London memperoleh air minum dari dua peru-sahaan air minum swasta: Lambeth
Company.
sumber air ke bagian hulu Sungai Thames yang kurang tercemar, sedang
disebut eksperimen karena meneliti efek dari perbedaan sumber air minum
sebagai suatu intervensi yang diberikan kepada populasi -populasi yang berbeda.
Eksperimen itu disebut alamiah karena Snow sebagai peneliti tidak dengan
sengaja membuat terjadinya perbedaan suplai air minum. Tetapi Rothman (1986)
natural experiment itu sesungguhnya sama sebangun dengan studi kohor yang
36
dikenal setengah abad kemudian pada awal abad ke 20. Snow merumuskan
Southwark-Vauxhall.
kematian karena kolera pada setiap rumah, dan mencatat nama perusahaan
2001). Menunjukkan, angka kematian karena kolera pada distrik yang disuplai air
minum dari Southwark and Vauxhall Company 5.0 per 1000 populasi, jadi 5 kali
lebih banyak daripada distrik yang disuplai Lambeth Company. Angka kemaian itu
dua kali lebih besar daripada distrik yang disuplai oleh kedua perusahaan air
minum. Hasil pengamatan itu konsisten dengan hipotesis Snow bahwa risiko
kematian karena kolera lebih tinggi pada penduduk yang mendapatkan air minum
metode ilmiah yang diperlukan untuk memajukan sains apapun (Rockett, 1999;
Wikipedia, 2010).
37
2. WILLIAM FARR (1807 -1883).
Tahun 1839-1880 seorang dokter bernama William Farr mendapat tugas sebagai
Kepala Bagian Statistik pada General Register Office (Kantor Registrasi Umum)
di Inggris dan Wales (Gambar ). William Farr yang merupakan kawan John Snow,
penyakit yang seragam. Dengan jabatan yang diembannya, selama 40 tahun Farr
mengembangkan sistem pengumpulan data rutin statistik vital tentang jumlah dan
(CDC, 2010).
1976, memberikan kredit kepada William Farr sebagai patron yang patut
Kepala Bagian Statistik Kantor Registrasi Umum, Farr tidak hanya mempengaruhi
dan menentukan karakter dan kualitas data yang dikumpulkan tentang kelahiran,
38
kematian, dan perkawinan, tetapi juga mengontrol analisisnya. William Farr telah
terletak pada hubungan kerja yang baik, kontinu, berjangka panjang, yang
1976). Berikut disajikan ilustrasi salah satu analisis data vital yang dilakukan Farr.
William Farr hidup sezaman dengan John Snow. Di London waktu itu
tengah dilanda epidemi kolera. Seperti halnya Snow, Farr melakukan analisis
data epidemi kolera. Dia mengemukakan teori bahwa epidemi disebabkan oleh
berkualitas udara lebih buruk) berisiko lebih besar untuk terkena kolera (dan
kematian karena kolera) daripada tempat tinggi (udara lebih baik). Farr
kolera yang teramati dan diprediksi berdasarkan tingkat elevasi di atas Sungai
Thames (Gambar). Data tersebut mendukung hipotesis Farr bahwa makin rendah
39
Kematian per 10,0 00pe ndud ukKematianko lerap er10 .00
100
0
*
80
*
60
°
40
* *
° *
° *
20 *
°
melainkan suatu mikroba spesifik yang disebut Vibrio cholera, sehingga teori
miasma gugur. Suatu jenis kesalahan metodologis yang bisa terjadi pada studi
penyakit pada level ekologis, kini dikenal sebagai ‘kesalahan ekologis‘ (ecologic
fallacy).
William Farr. Pada zaman William Farr belum tersedia data tentang agen spesifik
etiologi kolera, tetapi Farr telah memanfaatkan data epidemiologi yang tersedia
seorang ilmuwan Farr segera merevisi kesimpulannya ketika tersedia data baru
yang lebih baik. Diskrepansi antara hukum epidemi yang dikemukannya dan
bahwa miasma bukan agen etiologi kolera. William Farr juga menunjukkan
40
profesionalisme dengan kesediaannya memberikan data mortalitas untuk
perusahaan air minum tertentu di London telah lalai memasarkan dan memasok
air minum yang tidak difiltrasi, sehingga menjebabkan penularan bakteri kolera.
modern, yaitu pengumpulan data rutin dan analisis data statistik vital yang
Lilienfeld, 2007).
penyakit dan kausa kematian yang seragam sehingga statistik vital yang
as weights and measures in the physical sciences and should be settled without
dalam upaya mencari pengetahuan dengan bobot dan ukuran dalam ilmu fisika,
WHO, 2010).
41
Farr merealisasi gagasannya dengan mengembangkan sebuah sistem
baru nosologi. Nosologi (dari kata Yunani ―nosos‖ - penyakit, dan ―logos‖- ilmu)
(umum), penyakit lokal yang ditata menurut lokasi anatomis, penyakit terkait
penyakit menurut sifatnya (gouty, herpetik, hematik, dan sebagainya). Kongres itu
akhirnya mengadopsi daftar kompromi yang terdiri atas 139 rubrik (kategori).
Sistem klasifikasi penyakit dan cedera yang dikembangkan William Farr (dan
dewasa ini untuk mencatat kejadian penyakit, maupun kausa morbiditas dan
teori yang menyatakan bahwa beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh invasi
diterangkan dan diperagakan oleh para ilmuwan sebagai akibat dari mikroba.
adalah Anton van Leeuwenhoek. Van Leeuwenhoek seorang saudagar dari Delft,
gelar sarjana, tidak menguasai bahasa lain kecuali bahasa Belanda. Latar
kuat, serta pikiran yang terbuka dan bebas dari dogma ilmiah di masanya,
parasit yang hidup bebas bernama protista, nematoda dan rotifera mikroskopis,
sel sperma, sel darah, dan masih banyak lagi. Anton van Leeuwenhoek
mata para ilmuwan tentang luasnya kehidupan di bawah mikroskop. Anton van
Louis Pasteur adalah ahli kimia dan mikrobiologi dari Perancis, lahir di
penyakit) berasal dari benda mati, dan proses ini bisa terjadi pada kehidupan
sehari-hari. Teori itu dikompilasi oleh filsuf Yunani, Aristoteles. Temuan Pasteur
untuk rabies, antraks, kolera, dan beberapa penyakit lainnya. Temuan Pasteur
tentang vaksin merupakan karya revolusioner, karena berbeda dengan cara yang
Pasteur tidak menggunakan materi virus cacar sapi dari sapi yang sakit,
mengeringkan jaringan syaraf yang terkena. Dengan cara yang sama Pasteur
bersama seorang dokter Perancis dan rekan Pasteur, Emile Roux, menciptakan
vaksin rabies. Produk itu diberi nama vaksin untuk menghormati Edward Jenner
(Wikipedia, 2010).
Seperti yang dilakukan Jenner, vaksin rabies pertama kali dicobakan pada
manusia pada anak laki-laki berusia 9 tahun bernama Joseph Meister pada 1885.
Anak itu baru saja mendapat gigitan parah dari seekor anjing gila. Pasteur
telah menyelamatkan nyawa anak tersebut, meskipun anggapan itu belum tentu
benar, karena risiko untuk terkena rabies setelah paparan (meskipun tanpa
vaksinasi) diperkirakan sekitar 15%. Pasteur dipuji sebagai pahlawan dan tidak
meletakkan dasar bagi produksi vaksin dalam skala besar dewasa ini (Wikipedia,
2010).
kebenaran teori itu, dan berhasil meyakinkan sebagian besar Eropa bahwa Teori
Kuman benar. Kini Louis Pasteur dipandang sebagai salah satu Bapak Teori
dan Robert Koch. Selama lebih dari seabad lembaga riset biomedis yang
dunia, berada di garis terdepan dalam gerakan melawan penyakit infeksi. Selama
merupakan yang pertama mengisolasi HIV, virus penyebab AIDS, pada 1983.
Sejak 1908 delapan ilmuwan Pasteur menerima Hadiah Nobel untuk kedokteran
2010).
Robert Koch adalah serorang ahli bakteriologi Jerman (Gambar 14). Dia
pewarna anilin tetapi juga teknik kultur bakteri, suatu teknik standar mikrobiologi
infeksi luka (1878), tuberkulosis (1882), konjunktivitis (1883), kolera (1884), dan
Robert Koch adalah professor pada Universitas Berlin dari 1885 sampai
1891, menjabat Kepala Institut Penyakit Infeksi yang didirikannya, dari 1891
sampai 1904. Dalam rangka investigasi bakeriologis untuk pemerintah Inggris dan
Jermaan, dia melakukan perjalanan ke Afrika Selatan, India, Mesir, dan negara
lain, melakukan aneka studi yang penting tentang penyakit sulit tidur, malaria,
sampar (bubonic plague), dan penyakit lainnya. Untuk karyanya menemukan tes
tuberkulin Koch menerima Hadian Nobel di bidang Fisiologi dan Kedokteran pada
empat kriteria untuk menentukan hubungan kausal antara suatu mikroba kausal
dan penyakit, disebut Postulat Koch. Koch menerapkan postulat itu untuk
Ilya Ilyich Mechnikov adalah seorang ahli biologi, zoologi, protozoologi, dan
fisiologi Rusia, lahir di Ivanovka dekat Kharkoff, Rusia/ Ukraina (Gambar 15).
Mechnikov dikenal sebagai perintis riset sistem imun dan penerima Hadiah Nobel
bidang Kedokteran pada 1908 bersama dengan Paul Ehrlich untuk karyanya
suatu mekanisme di mana sel darah putih tertentu menelan dan menghancurkan
materi seperti bakteri. Pada waktu itu kebanyakan ilmuwan, termasuk ahli
bakteriologi termashur Louis Pasteur dan Emil Adolf von Behring (1854-1917),
berpikir bahwa sel fagosit manusia hanya membawa materi asing ke seluruh
fagositosis memiliki fungsi protektif tubuh untuk melindungi diri dari organisme
memperkenalkan gerontologi, yaitu ilmu tentang penuaan dan umur panjang. Dia
tertarik untuk mempelajari efek nutrisi terhadap penuaan dan kesehatan. Dia
bahwa asam laktat bisa memperpanjang usia. Jadi untuk mencegah multiplikasi
organisme itu dia menyarankan suatu diet yang berisi susu yang difermentasi
bakteri, sehingga menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Berdasarkan teori ini
dia minum susu asam setiap hari (Wikipedia, 2010; BookRags, 2010; Nobelprize,
2010).
Nature of Man ‖, dan The Prolongation of Life: Optimistic Studies ‖. Buku yang
terakhir berisi hasil riset tentang bakteri asal laktat yang berpotensi
Minoru Shirota untuk meneliti hubungan kausal antara bakteri dan kesehatan
usus. Riset itu akhirnya menghasilkan produk Kefir dan minuman fermentasi susu
lainnya seperti yoghurt, yakult, maupun probiotik. Kefir dan minuman fermentasi
Cambridge, the Royal Society (di London), the Academy of Medicine di Paris, the
Nobelprize, 2010).
berbagai penyakit infeksi bisa diidentifikasi. Bahkan kini telah diketahui sedikitnya
15% kanker di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi, misalnya Human Papilloma
Virus (HPV) adalah agen etiologi kanker serviks uteri (Hall et al., 2002) . Berkat
Teori Kuman maka banyak penyakit kini bisa dicegah dan disembuhkan. Teori
48
Kuman memungkinkan penemuan obat-obat antimikroba dan antibiotika, vaksin,
molekul sejak akhir abad ke 20. Di sisi lain, penerapan Teori Kuman yang
epidemiologi.
sekali tidak disebabkan oleh kuman atau disebabkan oleh kuman tetapi bukan
yang mengemukakan bahwa sebuah penyakit atau akibat dapat memiliki lebih
dari sebuah kausa, disebut etiologi multifaktorial atau kausasi multipel. Teori
kausasi multipel tidak hanya memandang kuman tetapi juga faktor herediter,
gaya hidup sebagai kausa penyakit (Last 2001; Wikipedia, 2010; Citizendium,
2010).
Serikat (AS) dan Inggris. Upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan sebelum
49
Perang Dunia ke II telah berhasil mengendalikan kejadian penyakit infeksi.
Epidemi penyakit infeksi serius seperti kolera, tifus, dan tuberkulosis menurun
Penemuan vaksin untuk difteri dan demam tifoid pada akhir abad ke 19,
vaksin untuk tetanus di sekitar Perang Dunia ke I, penemuan obat sulfa dan
penisilin pada Perang Dunia ke II, telah memberikan kontribusi besar terhadap
penurunan angka kematian. Demikian pula standar hidup dan nutrisi yang lebih
baik telah menurunkan dengan mantap kejadian penyakit infeksi selama separoh
2010).
mobil, televisi, sigaret, daging dan telur. Tetapi kemakmuran itu harus dibayar
dengan harga mahal. Makin banyak orang meninggal karena serangan jantung.
Pada 1950 satu dari tiga orang laki-laki di Amerika Serikat mengalami penyakit
kardiovaskuler sebelum mencapai usia 60 tahun. Prevalensi penyakit itu dua kali
makin besar karena pada zaman itu hanya sedikit yang telah diketahui tentang
kausa penyakit kardiovaskuler dan kanker paru, alih-alih cara mencegah penyakit
itu. Implikasinya, epidemiologi penyakit kronis merupakan bidang baru riset pada
50
pertengahan abad ke 20 (Richmond, 2006; Slomski, 2008; Framingham Heart
Study, 2010).
Institute of Health), untuk memulai suatu projek riset yang disebut Framingham
Heart Study (FHS). FHS merupakan sebuah studi kohor multi-generasi yang
terlama dan paling komprehensif di dunia yang dimulai tahun 1948 pada
5,209 subjek dewasa pria dan wanita sehat berusia 30 hingga 60 tahun, dari kota
Framingham yang berpenduduk 28,000 jiwa. Hingga kini studi tersebut telah
sistematis mencatat data tentang umur, diet, aktivitas fisik, merokok, riwayat
keluarga, dan pemakaian obat. Setiap peserta studi penelitian juga menjalani
pemeriksaan fisik ekstensif dua tahun sekali. Data yang diperiksa mencakup
berat badan, tekanan darah, profil darah, fungsi tiroid, diabetes melitus, dan gout.
memiliki jumlah penduduk yang cukup untuk memberikan cukup banyak individu
mencegah peserta penelitian untuk berpindah ke luar kota. Ketiga, penduduk kota
itu terdiri atas aneka kelompok sosio-ekonomi dan etnis sehingga memungkinkan
tentang statistik vital. Keenam, kota itu terletak dekat Universitas Harvard, dengan
sebuah pusat medis dan para ahli kardiologi yang bisa memberikan konsultasi
dan pendidikan staf penelitian yang diperlukan dalam studi. Keenam, dokter dan
pelayanan medis yang diperlukan, meskipun salah satu di antaranya ditutup tidak
Pada 1951 FHS menerbitkan untuk pertama kali laporan hasil studi dari
keseluruhan 2,000 paper yang dipublikasikan pada jurnal. Pada 1957 FHS
tekanan darah dan kadar kolesterol. Pada 1958 FHS menemukan bahwa
Pada 1961 direktur FHS, Roy Dawber, dan wakil direktur pada waktu itu,
William Kannel, untuk pertama kali mengemukakan terma baru ―faktor risiko‖
dalam sebuah paper tentang etiologi penyakit jantung koroner. Pada 1962 FHS
laporan yang menghubungan merokok dengan penyakit jantung. Pada 1967 FHS
peserta penelitian, yaitu 5,124 orang yang merupakan anak dari peserta awal
penyakit arteri besar sebesar dua kali, dan meningkatkan risiko penyakit vaskuler
kardiovaskuler sebesar lebih dari 50% dan risiko mengalami serangan jantung
meningkat lebih dari dua kali lipat. Temuan Ini merupakan satu-satunya dari 16
studi serupa yang menunjukkan efek yang merugikan dari terapi sulih hormon.
Pada 1987 mulai tersedia statin pertama, disebut levostatin, untuk menurunkan
kolesterol total kurang dari 300mg/dl sebagai normal. Tetapi data FHS
risiko penyakit kardiovaskuler satu setengah kali lebih besar daripada 100mg/dl.
Risiko pada wanita lebih tinggi daripada pria, dan tampaknya perbedaan itu makin
penelitian dari kelompok minoritas di AS, dengan tujuan meneliti hubungan antara
ras dan penyakit jantung. Pada 2002 FHS mulai melakukan studi generasi ketiga,
merekrut 4,095 orang yang merupakan cucu dari relawan penelitian pada awal
penyakit yang dialami peserta studi, dan ditemukannya alat-alat diagnostik baru,
maka para peneliti Framingham mengumpulkan data baru dan memperluas studi
wide association study‖ (GWAS), meneliti hubungan antara gen dan penyakit,
melibatkan 9,300 peserta dari tiga generasi. Jika FHS ―klasik‖ meneliti aneka
meneliti ―variasi genetik dan biomarker‖ yang melatari tekanan darah, lipid,
obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, gangguan darah, densitas tulang, dan
demensia. Dewasa ini banyak terdapat riset tentang gen penyebab penyakit,
tetapi hanya sedikit yang menggunakan populasi berskala besar seperti studi
Framingham. Dengan data ribuan DNA peserta studi dari tiga generasi, studi
54
Framingham memiliki posisi yang unik untuk memberikan kontribusi besar kepada
2010).
level komunitas yang memberikan informasi bagi para dokter untuk berorientasi
pencegahan. Kekayaan data ilmiah yang dihasilkan studi itu selama lebih dari 5
manifestasi klinis, prognosis, dan faktor risiko predisposisi yang dapat diubah
yang dewasa ini sudah diketahui umum, seperti efek penggunaan rokok
tembakau, diet tak sehat, inaktivitas fisik, obesitas, kadar kolesterol tinggi,
penyakit kardiovaskuler dan penyakit utama non-menular lainnya. FHS juga telah
bersifat ―one cause one effect‖. FHS memeragakan bahwa etiologi penyakit non-
55
infeksi bersifat multifaktor yang tidak dapat diterangkan dengan Teori Kuman.
desain studi dan metode analisis data (Husten, 2005; Slomski, 2008; Mendis,
Projek FHS tidak akan ada tanpa inisiasi dan kepemimpinan dari direktur
pertama FHS, Thomas Dawber (1913-2005) (Gambar 18). Thomas Royal ―Roy‖
School pada 1937. Karirnya dimulai dengan bekerja selama 12 tahun pada
Brighton Marine Hospital, dekat Boston. Kemudian dia bekerja selama dua
dekade untuk US National Heart Institute, dalam projek riset Framingham Heart
Heart Study, Dawber seorang tukang kayu (carpenter) yang terampil, penggemar
Elvis, dan memainkan piano. Setelah pensiun di usia 67 tahun, Dawber pindah ke
(kepikunan) dan masuk ke panti jompo (nursing care home), tempat dia
Castelli, menyatakan kepada the Associated Press, "Jika bukan karena Dawber,
56
anda tidak akan pernah mendengar Framingham Heart Study. Kontribusinya
sangat besar sehingga anda akan menempatkannya di antara para dokter paling
berlangsung suatu projek riset besar epidemologi lainnya di Inggris yang disebut
The British Doctors Study. The British Doctors Study merupakan sebuah studi
kohor prospektif, dimulai 1951 hingga 2001. Studi ini dilatari dengan masalah
epidemi kanker paru di Inggris. Pada waktu itu belum diketahui dengan jelas
belum ada bukti ilmiah yang mendukung hipotesis itu. Sampai pada dekade
yang sehat.
Unit (kelak menjadi Clinical Trial Service Unit yang berpusat di Oxford) untuk
melakukan studi prospektif tentang hubungan antara merokok dan kanker paru.
Pada Oktober 1951 dimulai studi prospektif yang disebut The British
Doctors Study. Riset besar yang diikuti oleh hampir 40,000 dokter di Inggris itu
dipimpin oleh Richard Doll dan Austin Bradford Hill . Para peneliti menulis surat
kepada semua dokter pria yang terdaftar di Kerajaan Inggris untuk kesediaannya
57
mengikuti riset. Duapertiga di antara mereka, yakni sebesar 34,439 orang dokter
sebagai subjek penelitian karena follow up terhadap mereka akan sangat mudah
dilakukan, sebab para dokter harus senantiasa mendaftarkan nama mereka agar
Kelompok dokter yang menjadi subjek riset ini merupakan sebuah kohor.
Berbeda dengan Framingham Heart Study, dalam perjalanan waktu The British
Doctors Study tidak merekrut kohor baru. Kohor tersebut distratifikasi, dianalisis
umum, dan kebiasaan merokok saat itu. Perkembangan kohor diikuti dengan
sejumlah kuesioner pada 1957, 1966, 1971, 1978, 1991, dan akhirnya 2001.
memungkinkan analisis statistik dengan baik. Pada 1971 Richard Peto bergabung
dengan tim peneliti pada 1971. Bersama dengan Doll, Peto mempersiapkan
Richard Doll, lengkapnya Sir William Richard Shaboe Doll, adalah seorang
dokter, ahli fisiologi, dan ahli epidemiologi terkemuka di Inggris. Doll lahir di
Hampton, Inggris. Berasal dari keluarga kaya, ayah seorang dokter, Doll
praktik klinisnya dan bersama dengan Hill melakukan sebuah studi kasus kontrol,
58
meneliti pasien kanker paru di 20 buah rumahsakit di London. Pada 1950 Doll
dan Hill mempublikasikan paper mereka pada British Medical Journal yang
paru. Pada artikel tersebut Doll menyimpulkan: Risiko mengalami penyakit kanker
paru meningkat secara proporsional dengan jumlah rokok yang diisap. Perokok
yang mengisap 25 atau lebih sigaret memiliki risiko 50 kali lebih besar daripada
tahun memberikan efek yang merugikan sekitar 16 kali lebih besar daripada
Empat tahun kemudian pada 1954 dipublikasikan hasil The British Doctors
Study, yang menguatkan temuan penelitian sebelumnya. Tetapi baru pada 1956
publik mulai memberikan apresiasi hasil riset Doll dan Hill ketika The British
tembakau meningkatkan risiko kanker paru dan ‘trombosis koroner‘ (terma yang
antara kanker paru dan merokok sigaret, standar tinggi desain dan pelaksanaan
studi, dan penilaian yang seimbang terhadap temuan pada berbagai paper,
temuan Doll dan Hill bahwa merokok menyebabkan kanker paru. Berdasarkan
sekali untuk menyampaikan informasi terbaru tentang akibat merokok. Salah satu
tidak merokok. Tetapi merokok sampai usia 40 tahun mengurangi masa hidup
sebesar 1 tahun, merokok sampai usia 50 tahun mengurangi masa hidup sebesar
4 tahun, dan merokok sampai usia 60 tahun mengurangi masa hidup sebesar 7
Council (MRC) Statistical Research Unit di London. Pada 1969 Doll pindah ke
epidemiologi menjadi sebuah sains yang kuat. Bersama dengan Ernst Wynder,
Bradford Hill dan Evarts Graham, Doll diakui sebagai orang-orang yang pertama
menemukan hubungan itu pada dekade 1930an, tetapi karya mereka baru
diketahui umum belakangan ini. Richard Doll juga telah merintis karya riset
penting tentang hubungan antara radiasi dan leukemia, antara asbestos dan
kanker paru, dan antara alkohol dan kanker payudara. Pada 1955 Doll
60
melaporkaan hasil sebuah studi kasus kontrol yang menetapkan hubungan antara
Pada 1956 Doll menerima penghargaan dari Kerajaan Inggris Officer of the
Order of the British Empire (OBE). Pada 1966 Doll terpilih sebagai Fellow of the
Royal Society. Doll dinilai memberikan kontribusi besar dalam riset epidemiologi,
peran penting dalam menjelaskan kausa kanker paru pada industri asbestos,
nikel, tar batubara, dan khususnya dalam hubungannya dengan merokok sigaret.
pasien yang diobati dengan radioterapi untuk menaksir secara kuantitatif efek
the Order of the British Empire (KBE) pada 1971. The Royal College of
Presidential Award dari New York Academy of Sciences, dan United Nations
The Richard Doll Building. Gedung itu, dibuka tidak lama sebelum Doll meninggal
pada 2004. Gedung itu kini digunakan untuk Clinical Trial Service Unit, Cancer
Epidemiology Unit dan National Perinatal Epidemiology Unit. Visi dan komitmen
61
(‘prolonging life‘) tersirat dalam sebuah plakat di dalam gedung yang berisi
"Death in old age is inevitable, but death before old age is not. In previous centuries 70 years used
to be regarded as humanity's allotted span of life, and only about one in five lived to such an
62
Kematian di hari tua tidak bisa dihindari, tetapi kematian sebelum di hari tua
bisa (dihindari). Pada abad yang lampau usia 70 tahun biasa dipandang
sebagai umur hidup manusia. Hanya satu dari lima orang bisa hidup sampai
usia itu. Tetapi kini bagi orang yang tidak merokok di negara-negara Barat,
situasinya telah berbalik: hanya satu dari lima orang akan meninggal sebelum
usia 70 tahun, dan angka kematian pada orang yang tidak merokok terus
dunia di mana kematian sebelum usia 70 tahun merupakan suatu hal yang
tidak lazim. Agar harapan itu bisa direalisasi, perlu ditemukan cara-cara untuk
membatasi kerusakan luas yang tengah dilakukan oleh tembakau dewasa ini,
dan (cara) untuk mengembalikan tidak hanya jutaan orang di negara maju
tetapi juga populasi yang lebih luas di mana saja, agar harapan hidupnya tidak
untuk bisa hidup hingga usia 70 tahun adalah 81%, dengan kata lain hanya
satu dari lima orang akan meninggal sebelum usia 70 tahun jika tidak
yang bukan perokok akan hidup 10 tahun lebih panjang daripada perokok
63
2. BRADFORD HILL (1897-1991).
Bersama dengan Richard Doll seorang dokter muda yang bekerja untuk
Medical Research Council, Bradford Hill merintis sejumlah studi kasus kontrol
untuk menentukan hubungan antara merokok sigaret dan kanker paru. Paper
Bradford Hill adalah anak seorang ahli fisiologi terkemuka, Sir Leonard
Erskine Hill, lahir di London tahun 1897. Dia menyelesaikan studi ekonomi.
Tahun 1922 Hill bekerja pada Industry Fatigue Research Board, berkenalan
Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) yang baru didirikan, Hill mengikuti
Hill memiliki karier gemilang di bidang riset dan pendidikan. Dia menulis
diperoleh terutama karena dua karya riset penting sehingga dia terpilih
64
sebagai anggota the Royal Society pada 1954 dengan Ronald Aylmer Fisher
randomisasi telah dirintis lebih dulu oleh Ronald Aylmer Fisher pada
mereka dipublikasikan pada 1950 merupakan hasil studi kasus kontrol yang
(matched controls). Lalu Doll dan Hill melakukan studi prospektif jangka
panjang tentang merokok dan kesehatan yang disebut The British Doctors
dan mendapatkan Medali Emas Guy pada 1953. Dia diangkat sebagai Knight
Commander of the Order of the British Empire (KBE) pada 1961. Pada 1965
menentukan hubungan kausal. Daftar kriteria itu sebagai berikut: (1) Kekuatan
asosiasi; (2) Konsistensi; (3) Spesifisitas; (4) Hubungan temporal; (5) Gradien
65
LSHTM menulis, ―bagi siapapun yang terlibat di bidang statistik kedokteran,
London. Lalu Peto mendirikan Clinical Trial Service Unit (CTSU) di Oxford
banyak sekali hasil riset tentang merokok dan kanker paru, aneka kanker
66
hasil-hasil dari sejumlah eksperimen serupa untuk mendapatkan sebuah
penilaian yang dapat diandalkan (reliabel, konsisten) tentang efek dari suatu
British Empire (KBE) pada 1999 atas jasanya kepada epidemiologi dan
merokok dan kanker paru diteruskan oleh Richard Peto dengan studi tentang
2010).
I. EPIDEMIOLOGI SOSIAL
pertengahan abad ke-20 oleh Alfred Yankauer dalam artikel yang diterbitkan
67
fetal and infant mortality to residential segregation: an inquiry into social
(1) Teori ―Cultural/ Behavioral‖; dan (2) Teori ―Materialist/ Structuralist. Teori
68
menghasilkan kesehatan (dalam bahasa ekonomi kesehatan memproduksi
faktor lain yang disebut elemen ―struktural, seperti akses terhadap pinjaman
J. EPIDEMIOLOGI NUTRISI
epidemiologi nutrisi sudah dikenal sejak tiga abad yang lalu ketika James Lind
yang banyak dijumpai pada masyarakat di Inggris dan Eropa waktu itu dapat
69
diobati dan dicegah dengan buah jeruk. Zat aktif dari konsentrat jeruk itu
sendiri, yakni asam askorbat, baru ditemukan 175 tahun kemudian. Lantas
antara kualitas diet dan insidensi serta kematian karena kanker di kemudian
hari pada sebuah kohor prospektif wanita. Kualitas diet diukur menggunakan
recommended food score (RFS). Dengan median follow-up 9.5 tahun, para
peneliti menyimpulkan, pola diet yang baik (skor RFS tinggi) berkorelasi
paru, kolon/ rektum, dan payudara. Insidensi kanker menurun pada kanker
paru. Hasil penelitian konsisten dengan hipotesis bahwa pola diet yang baik
K.EPIDEMIOLOGI MOLEKULER
―melihat apa yang terjadi di dalam kotak hitam tentang hubungan antara
70
paparan dan penyakit‖ dan perlunya para ahli biologi molekuler ―melihat apa
dengan etiologi, distribusi, dan pencegahan penyakit pada keluarga dan lintas
populasi.
pertama kali pada 1973 oleh Kilbourne dalam artikel bertajuk ―The molecular
mengekploitasi petanda (biomarker) sebagai alat ukur vital dalam upaya untuk
pertama kali oleh Kilbourne hingga 2009 telah diterbitkan lebih dari 2500
71
berdasarkan informasi antara (surrogate information), misalnya riwayat
molekuler, baik normal, varian, atau rusak, berkaitan dengan penyakit atau
1999; Last, 2001; Foxman dan Riley, 2001; Slattery, 2002; Keavney, 2002;
terjadinya leukemia limfoblastik akut (ALL) pada anak (Vineis dan Perera,
72
sebuah petanda (biomarker) kerentanan genotipik, misalnya GSTM1
terjadinya ALL.
Dalam contoh teoretis itu, suatu petanda tentang efek preklinis (TEL-
AML1), metilasi DNA, dan ekspresi gen atau protein, yang digunakan untuk
sebuah studi kohor prospektif. Lalu keberadaan biomarker itu pada kasus ALL
kemampuan sebagai berikut (Schulte, dikutip Spitz dan Bondy, 2010): (1)
L.LIFE-COURSE EPIDEMIOLOGY
yang mempelajari efek jangka panjang paparan fisik dan sosial selama
73
risiko mengalami penyakit kronis. Epidemiologi sepanjang hayat mempelajari
terjadinya penyakit kronis di usia dewasa (Ben-Shlomo dan Kuh, 2002; Kuh et
gagasan yang sama sekali baru. Pada 1667 penyair John Milton menulis
man.. As the morning shows the day‖. Tetapi apresiasi terhadap pendekatan
life course epidemiology baru muncul kembali sejak publikasi Barker pada
74
Barker, disebut juga ―Fetal Origins‖ hypothesis, atau ―Thrifty Phenotype‖
struktur atau fungsi organ, jaringan, atau sistem tubuh. Adaptasi struktur,
janin dengan cara memilih trayek (jalur) pertumbuhan yang tepat di masa
– dan memilih trayek yang sesuai (tetapi salah), yaitu melakukan ―trade off‖
ginjal (massa nefron) dan pankreas (massa sel beta), demi berkembangnya
organ yang lebih esensial seperti otak, dan menyebabkan efek yang salah
terhadap kesehatan di usia dewasa (Hales dan Barker, 1992; Godfrey dan
75
Termasuk periode kritis merujuk kepada periode waktu perkembangan
biologis tertentu yang krusial di mana paparan yang terjadi pada periode itu
akan memberikan dampak jangka panjang pada struktur anatomis dan fungsi
periode kritis, periode sensitif merujuk kepada periode di mana paparan yang
terjadi pada periode itu memberikan efek yang lebih besar daripada paparan
yang sama terjadi pada periode lainnya. Pengaruh paparan yang berlangsung
pada periode kritis maupun periode sensitif dapat dimodifikasi (diubah) oleh
biologi dan sosial lintas generasi. Tulis Lynch dan Smith (2005), ―... More
temporal processes across the life course of one cohort occur in previous and
subsequent birth cohorts and are manifested in disease trends that are
observed over time at the population level‖. Sebagai contoh, keadaan nutrisi,
kesehatan, dan perkembangan yang buruk pada gadis dan wanita muda
76
menyebabkan perubahan fisiologi dan metabolisme yang permanen jangka
dewasa (Hales dan Barker, 1992; Rasmussen, 2001; Kuh et al., 2003).
mempelajari efek jangka panjang paparan agen infeksi dan agen non-infeksi
usia dewasa, melalui dua mekanisme: (1) akumulasi risiko, dan (2)
bertambahnya durasi atau jumlah paparan yang merugikan (Hall et al., 2002;
77
yang lebih spesifik efek kompromi pertumbuhan fetus pada berbagai periode
darah; pada trimester kedua menghasilkan penyakit jantung koroner (PJK) via
resistensi atau defisiensi insulin; pada trimester ketiga menghasilkan PJK dan
Kerangka Konsep
Kesehatan Populasi
Politik
Sosial Negara Status
Kultural kesehatan
Ekonomi Pengaruh Provinsi
Spiritual Kota, kabupaten
Ekologi Komunitas
Teknologi
Keluarga, rumahtangga Pelayanan
Perjalanan sepanjang hayat individu kesehatan
78
terhadap terjadinya penyakit kronis di usia dewasa. Pendekatan sepanjang
―konvensional‖ yang dikenal selama ini tentang efek gaya hidup dan perilaku
studi lainnya pasca Perang Dunia II, perilaku orang dewasa, seperti merokok,
course epidemiology memandang aneka faktor biologi dan sosial yang dialami
pengaruh atau trayek) terhadap kesehatan dan penyakit di usia dewasa (Kuh
paparan faktor lingkungan fisik dan sosial berinteraksi dengan bawaan genetik
79
untuk mempengaruhi kesehatan individu pada berbagai fase kehidupan. Pada
pada kurun waktu yang sama maupun pada waktu (kohor) yang berbeda
(CIHR, 2007).
M.BIOSTATISTIK
makin kental mulai awal abad ke-20. Statistikawan (ahli statistika) dikenal ahli
Holland, hanya beberapa dari banyak ahli statistika terkemuka di dunia yang
80
menggunakan metode dan teknik statistik yang paling dikuasainya ketimbang
apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dengan statistik
dalam metodologi penelitian. Kajian kritis Ross (1951), Badgley (1961), Schor
dan Karten (1966), Gore et al. (1977) sebagaimana dikutip oleh Glantz (1989)
medis dan kesehatan antara tahun 1950 dan 1976, mengungkapkan bahwa
sekitar 55-75% di tahun 1950, sekitar 40-60% di tahun 1960, dan sekitar 30-
Satu contoh pengaruh negatif statistik adalah dominasi uji statistik pada
analisis data. Patokan "signifikan secara statistik" pada nilai p < 0.05 seolah-
olah kriteria sakral yang harus dipenuhi oleh setiap penelitian yang baik. Cara
diskusi, maupun ujian. Sejumlah "akademisi" secara tak sadar makin tersesat
81
menyembunyikan hasil-hasil yang secara statistik tidak signifikan, suatu tradisi
hubungan faktor penelitian dan penyakit, nilai p<0.05 tidak dapat dengan
antara faktor penelitian dan penyakit adalah valid. Sebab nilai p tidak
faktor risiko yang sesungguhnya penting dianggap tidak penting dan lolos dari
perhatian, hanya karena tidak memenuhi kriteria kemaknaan p < 0.05. Lebih
penelitian dan penyakit (yakni, katakanlah semua bias disingkirkan dan semua
1998). Tetapi jika statistik sebagai alat dalam penelitian digunakan secara
82
N.EPIDEMIOLOGI KLINIK
ketika seorang dokter mendengar adanya bising sistolik apikal, yakni bunyi
jantung abnormal berasal dari bagian puncak (apeks) jantung ketika jantung
adanya regurgitasi mitral (yakni, membaliknya aliran darah dari ventrikel kiri ke
mengidap AIDS adalah 9.2 bulan. Dari mana pengetahuan tentang prognosis
83
epidemiologi berbasis populasi yang disebut analisis kelangsungan hidup/
seperti Relative Risk Reduction (RRR), Absolute Risk Reduction (ARR), dan
dikembangkan? Bukan dari klinisi murni, melainkan para klinisi yang belajar
84
klinisi diharapkan mampu menelusuri hasil-hasil penelitian, melakukan
menerapkannya dalam keputusan praktik klinis (Shin et al., 1993; Davis et al.,
suatu kesimpulan yang tepat berdasarkan prinsip dasar ilmiah, sehingga bisa
ilmu dasar.
kriteria abnormal tidak mudah karena penyakit terjadi secara bertahap. Dalam
85
fenomena kedokteran, kriteria normal atau abnormal biasanya ditetapkan
2. Perjalanan penyakit
inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut dan akhir penyakit). Metoda penilaian
(kanker, CHD, stroke, dan lainnya), studi kohort atau studi kasus-kontrol.
3. Diagnosis
merupakan proses yang tidak pasti, karena hanya berupa kemungkinan saja.
Dalam mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya gold standard atau patokan
emas dalam menentukan hasil diagnosis yang tepat yaitu tes yang sensitif
(menyatakan adanya penyakit pada orang dengan hasil tes positif) dan tes
spesifik (penyatakan tidak adanya penyakit pada orang dengan hasil tes
negatif).
4. Kekerapan
86
5. Resiko penyakit
Faktor resiko penyakit merupakan suatu kondisi atau sifat fisik atau
6. Prognosis
b. Kausa fatal, yaitu persentas penderita yang mati karena penyakit itu.
e. Kambuh, yaitu persentase penderita yang kembali sakit setelah lewat fase
bebas penyakit.
7. Pengobatan/perawatan
dari penyakit, atau suatu teknik pengobatan yang diperoleh melalui uji klinik.
8. Pencegahan
87
Pencegahan bertujuan untuk tidak sakit dan mencegah perjalanan
penyakit atau mencegah 6D, yaitu death (kematian), disease (sakit), disability
komplikasi.
9. Kausa
penyakit
yang sama
88
- Masuk akal secara biologis, yaitu sesuai dengan pengetahuan
biologi (teoritis)
yang sama.
pasien minimalisir biaya si pasien dan manfaat dari tindakan itu sendiri
terhadap pasien.
dan perjalanan penyakit pada perorangan atau sekelompok orang serta sebab
variasi penyakit tersebut. Hasil observasi atau kajian dari epidemiologi klinik
itu dapat dijadikan sebagai dasar dalam penelitian biomedik untuk menelaah
89
O. SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
yang lalu oleh Hippocrates dan lainnya, bahwa faktor-faktor lingkungan dapat
dalam tulisan tentang “Udara, Air, Tempat” : Siapapun yang ingin mempelajari
dia harus memperhatikan akibat dari tiap musim tiap tahun dan
perbedaannya, kedua dia harus mempelajari angin panas dan dingin, yang
terdapat umumnya disemua negara atau khas untuk suatu tempat tertentu,
tidak tahan lelah, senang bekerja dan latihan , makan dengan bijak dan
jarang-jarang minum.
John Graunt, yang hidup di abad 17 sering dianggap sebagai penemu Vital
90
Epidemiologi modern didasarkan pada pengamatan klinik yang cermat,
perhitungan yang tepat kasus-kasus yang jelas, dan adanya hubungan antara
kasus dan sifat-sifat populasi dimana kasus-kasus tersebut terdapat. Hal ini
dimulai di abad 19 terutama oleh jasa John Snow yang meneliti kematian
kholera dan menanyakan perusahaan air yang mana yang menyediakan air
untuk rumah tersebut. Karena perusahaan air yang berbeda menyediakan air
mendapat air dari bagian hulu sungai Thames. Pada tabel 1 digambarkan
angka kematian karena kholera bagi distrik-distrik yang mendapat air hanya
company, dan juga di distrik-distrik yang mendapat air dari kedua perusahaan
yang berbeda adalah sama . Lagi pula angka kematian penduduk yang
angka kematian di distrik yang mendapat air hanya dari perusahaan tertentu
91
. Tabel
1 Kematian
karena kholera
di distrik-distrik di London yang airnya disediakan oleh
perusahaan Southwork and Vauxhall Company dan
Lamberth Company
8 Juli-Austus 26, 1854
Tabel 2
Kematian karena kholera di London , 8 Juli-26 Agustus , 1854
Berkaitan dengan penyediaan air ke rumah-rumah dalam distrik-distrik
yang airnya
Disediakan oleh perusahaan Southwark and Vauxhall Company dan Lambeth
Company
merokok dan kanker paru. Penelitian –penelitian ini telah meluaskan lingkup
penelitian ini jelas bahwa banyak faktor yang menjadi sebab suatu penyakit.
92
Metoda baru epidemiologi diperlukan untuk menganalisis hubungan-
hubungan ini.
a. Cacar
tetapi baru 200 tahun kemudian prinsip ini diterima dan diterapkan diseluruh
dunia sehingga penyakit cacar dapat dibasmi dari seluruh dunia (tahun 1978
sudah tidak ada lagi kasus cacar). Program pembasmian cacar ini
dikoordinasikan oleh WHO dan dimulai pada tahun 1967 (suatu program
93
jadwal yang tepat, staf yang terlatih, dan strategi yang luwes, disamping itu
b. Methymercury
Mercury atau air raksa adalah logam yan bracun dan telah dikenal sjak
lingkungan. Dalam tahun 1950-an diketahui bahwa air raksa dibuang dalam
polusi lingkungan.
pada jalan pernafasan bagian atas. Di negara-negara maju penyakit ini sudah
94
faktor-faktor sosial dan ekonomi dalam timbulnya kejadian luar biasa (KLB)
penyebab.
dengan tidak cukupnya hormon thyroid yang mengandung yodium. Goite dan
cretinism telah digambarkan secara rinci kira-kira sejak 400 tahun yang lalu,
goitre disebut sebagai penyakit yang paling mudah dicegah , dan diusulkan
Tidak lama setelah itu dilakukan uji coba pertama yang berskala besar di
Akron , Ohio, USA. Uji coba ini melibatkan 5000 gadis berusia 11 sampai 18
tahun 1924 garam yang diberi yodium yang diberikan kepada komunitas
95
efektif, distribusi garam dan pelaksaan peratura, pengendalian mutu dan
kesadaran masyarakat.
usaha pencegahan yang dapat digunakan pada skala uas , dan cara-cara
berumur 35-64 tahun yang mempunyai tekanan darah tinggi dari Amerika
perkiraan jumlah yang diobati dan juga biayanya. Di Amarika Serikat bila
digunakan batas di atas 140/190, maka akan ada 53% penduduk kulit putih
berumur 65-74 tahun yang harus diobati, padahal bila digunakan ketentuan
yang lebih konservatif, angka akan sama dengan 17% (diatas 170/95).
96
f. Smoking asbestos and lung cancer
menyebabkan kanker paru. Sekarang ini sudah jelas bahwa rokok dapat
menyebabkan kanker paru , tetapi masih bantak bahan lain yang dapat juga
menyebabkan kanker paru seperti debu asbestos dan polusi udara di daerah
97
BAB II
PERANAN DAN PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
DALAM KESEHATAN MASYARAKAT
98
Namun dalam praktek sehari – hari ternyata tidaklah mudah untuk
99
kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu.
kepada factor penyebab dari suatu penyakit / masalah kesehatan baik yang
munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang
c. Menarik kesimpulan.
dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan
100
karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya
Masyarakat
masyarakat yang terkena penyakit demam berdarah ini. Kemudian kita selidiki
bagaimana penyakit ini dapat menyebar dengan mencari siapa yang pertama
penyakit ini.kemudian setelah itu kita menguji hipotesa ini. Setelah didapatkan
ini setelah itu kita dapat tarik kesimpulan bagaimana penyakit demam
berdarah ini dapat menyebar. Setelah itu kita sebagai tenaga kesehatan kita
101
Contohnya dengan sosialisasi program 3M dan mennghimbau agar
berikut :
upaya kesehatan.
untuk melihat apakah upaya yang dilakukan telah sesuai dengan rencana
atau tidak (Pemantauan) dan ataukah tujuan yang ditetapkan telah tercapai
Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang penyakit.
102
menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan pengetahuan tersebut
Kesehatan yaitu :
a. EPIDEMI
yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada
b. PANDEMI
penyakit ) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang
103
singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya
c. ENDEMI
d. SPORADIK
104
BAB III
DINAMIKA PENULARAN PENYAKIT DAN AGENT DINAMIKA
PENULARAN PENYAKIT
yang sedang mengalami infeksi dan dapat berupa hanya sebagai pembawa
(carrier).
rentan melalui beberapa cara, baik terjadi secara langsung maupun tidak
105
Penularan langsung dari orang ke orang lain adalah agen penyakit
intim (kontak seks), penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain GO, syphilis,
HIV. Penularan penyakit tidak langsung yakni penyakit menular dari orang ke
orang lain dengan perantaraan media. Menular melalui media udara, penyakit
yang bisa ditimbulkan adalah seperti TB, rubella, diphteria, influenza. Menular
melalui media air, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain diare, kolera,
typhes. Menular melalui media tanah, penyakit yang bisa ditimbulkan antara
lain cacing. Menular melalui vektor, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain
terkait langsung dengan jenis agen dan pola endemisitas penyakit tersebut.
106
BAB IV
UKURAN PENYAKIT DAN KEMATIAN
sebuah populasi.
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
Misalnya sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lain adalah B, maka
A/B.
menjadi : A/(A+B).
waktu tertentu.
107
4.2. PENGERTIAN INSIDENSI DAN PREVALENSI
kurun waktu tertentu. Batasan untuk angka insidensi adalah proposi kelompok
individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah atau negara yang
semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan
berikut :
p = d xk
n
k : konstanta
Atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang
ℎ= ℎ
108
Angka insidensi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang penting
incidence rate atau cummulative incidence rate, atau attack rate. Untuk
kelompok penduduk yang mempunyai risiko terkena penyakit yang ingin dicari
kasus baru.
berikut :
menjadi “sakit” atau “tidak sakit”. Penentuan ini dapat dilakukan melalui
catatan yang ada atau melalui penyaringan atau pemeriksaan lain. Hal ini
109
sangat penting. Dalam beberapa hal, penentuan ini relatif mudah, kecuali
pada pada penyakit kronis yang pada awalnya tidak menunjukkan gejala
3. Spesifikasi penyebut
dalam jangka waktu lama, maka ada kemungkinan ada subyek studi yang
drop out. Dengan alasan lain dan hanya mengikuti pengamatan sebagian
waktu maka batasan atau rumus angka insidensi yang telah dibahas
menjadi ½ w.
Misalnya, dalam hal tertentu orang dapat mengalami sakit yang sama
beberapa kali dalam kurun waktu tertentu, misalnya influenza. Hal ini
110
menimbulkan dua angka insidensi dari data yang sama, yaitu angka
penyakit yang sama lebih dari satu kali, terutama penyakit-penyakit yang
5. Periode pengamatan
satu tahun, tetapi dapat juga dalam periode waktu lain asalkan cukup
pengamatan insidensi penyakit TBC suatu kota. Pada populasi kecil atau
Untuk penyakit dengan insidensi yang terjadi dalam waktu yang pendek
Prevalensi adalah frekuensi dari penyakit yang ada dalam populasi tertentu
pada titik waktu tertentu. Untuk prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu point
prevalence
111
(prevalensi sesaat) dan period prevalence (prevalensi periode).
= ℎ ℎ
= ℎ ℎ
1
2
5
6
7
8 9
31 Desember
1 Januari 2010 2010
112
Insidensi : 2, 3, 4, 8, 9
Prevalensi sesaat : 1 Januari : 1, 5, 7
31 Desember : 2, 5
Prevalensi periode : 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9
antara prevalensi, insidensi dan lamanya sakit dapat dinyatakan dalam rumus
berikut :
P=IxD
Dimana P = Prevalensi
I = Insidensi
D = Lamanya sakit
113
Bila karena kemajuan teknologi bidang pengobatan suatu penyakit hanya
cepat dapat disembuhkan atau suatu penyakit yang dengan cepat menimbulkan
kematian maka prevalensi akan tetap, bahkan mungkin menurun meskipun terjadi
a. Menurunnya insidensi.
Bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara beberapa wilayah, harus
b. Morbiditas
114
Period prevalence Jumlah semua kasus Rata-rata atau
yang tercatat (baru dan pertengahan interval
lama) dalam periode populasi
tertentu
Sumber : US Department of Health and Human Services, Principles of Epidemiology in Public
Health Practice, 3rd edition, CDC
Merupakan ukuran dari kejadian kematian pada populasi tertentu pada waktu
tertentu. Ukuran mortalitas dan morbiditas relatif sama, hanya tergantung pada
apa yang ingin diukur, kesakitan atau kematian. Rumus perhitungannya adalah
sebagai berikut :
ℎ
n
=
ℎ
x 10
Angka kematian
neonatal Jumlah kematian neonatal Jumlah kelahiran hidup
(NMR) (umur < 29 hari) dalam 1 tahun pada tahun yang sama
Angka kematian
perinatal Jumlah kematian perinatal Jumlah seluruh kelahiran
(PMR) (janin dalam kandungan usia 28 pada tahun yang sama
minggu sampai bayi usia 1
minggu) dalam 1 tahun
Angka kematian ibu Jumlah kematian ibu karena Jumlah kelahiran hidup
(AKI/MMR) proses reproduksi dalam 1 tahun tahun yang sama
115
Ciri dari analisis epidemiologi adalah perbandingan, seperti perbandingan
pada jumlah penyakit yang diamati pada populasi dengan jumlah yang
ratio, rate ratio, dan odds ratio. Ukuran- ukran ini memberikan bukti tentang
116
BAB V
RIWAYAT ALAMIAH DAN SCREENING POPULASI
penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja
dan terencana. Eksperimen alamiah ini dapat berupa patogenik dan patogresif.
diobati menyebabkan spektrum masalah klinis awal pada saat serokonversi (HIV
primer) dan berakhir dengan AIDS dan kematian. Beberapa penyakit memiliki
Perjalanan penyakit dimulai dari tahap peka, tahap pragejala, tahap klinis,
Tahap peka, meliputi orang yang sehat tetapi mempunyai faktor risiko/
- Genetik/ etnik
- Kondisi fisik
- Jenis kelamin
117
- Umur
- Kebiasaan hidup
- Sosial-ekonomi
Tahap pragejala/subklinis, yaitu tahap dimana telah terjadi infeksi tapi belum
Tahap klinis, dimana telah terjadi gangguan fungsi organ yang terinfeksi/
118
Proses ini dimulai dengan paparan yang sesuai atau akumulasi beberapa
faktor yang cukup untuk menyebabkan sebuah proses penyakit pada pejamu yang
misalnya serat asbes atau komponen dalam asap tembakau (pada kanker paru-
paru), atau zat yang dapat mendorong/ meningkatkan proses alamiah penyakit,
terjadi perubahan patologis tanpa disadari oleh pejamu tersebut. Pada tahap
subklinis, mulai dari paparan hingga timbulnya penyakit biasa juga disebut sebagai
masa inkubasi untuk penyakit menular. Dan periode latensi untuk penyakit kronis.
innapparent. Periode ini bisa sangat singkat dan bisa pula sangat lama.
penyakit :
119
hari
Treponema pallidum Sifilis 10 - 90 hari, biasanya 3
minggu
Hepatitis A virus Hepatits 14 - 50 hari, rata-rata 4
minggu
Hepatitis B virus (HBV) Hepatitis 50 - 180 hari, biasanya 2-3
bulan
HIV AIDS <1tahun - >15 tahun
Radiasi bom atom (Jepang) Leukimia 2 - 12 tahun
radiografi, atau metode screening lainnya. Dari sejarah alamiah penyakit, intervensi
yang dilakukan sejak tahap awal, akan lebih efektif daripada pemberian pengobatan
menandai transisi dari fase subklinik menjadi fase klinik. Kebanyakan diagnosis
dibuat pada fase klinik. Pada beberapa orang, proses penyakit mungkin tidak
pernah berkembang menjadi penyakit klinis yang jelas. Pada orang lain, proses
penyakit dapat berubah dari penyakit ringan menjadi berat bahkan fatal. Rentang ini
disebut sebagai spektrum penyakit. Pada akhirnya, proses penyakit akan berakhir
yang terinfeksi. Patogenesitas mengacu pada proporsi individu yang terinfeksi yang
berkembang menjadi penyakit klinik yang jelas. Virulensi mengacu pada proporsi
dari kasus klinik jelas yang parah atau fatal. Karena spektrum penyakit mencakup
120
penyakit asimptomatik (tanpa gejala) dan kasus ringan, diagnosis penyakit yang
ditegakkan sering hanya mewakili puncak dari gunung es. Banyak kasus yang
mungkin terlalu dini untuk didiagnosis atau tidak pernah berkembang menjadi kasus
klinis. Sayangnya, orang yang berada pada fase tanpa gejala atau tidak
terdiagnosis tetap berpotensi untuk menularkan penyakit/ infeksi kepada orang lain.
Individu yang terinveksi penyakit tapi dalam fase subklinis disebut carrier.
Tantangan bagi petugas kesehatan masyarakat adalah bahwa individu yang carrier
tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan dapat menular ke orang lain, lebih
mungkin tanpa disadari menyebarkan infeksi daripada orang dengan penyakit yang
jelas.
5.2. SREENING
Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan
Untuk dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dibutuhkan
pengetahuan tentang tanda dan gejala tersebut yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan masyarakat. Dengan cara demikian, timbulnya kasus baru dapat
kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit telah berada dalam stadium lanjut. Hal ini
121
Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan screening
Diagnosis dan pengobatan penyakit yang diperoleh dari penderita yang datang
untuk mencari pengobatan setelah timbul gejala relatif sedikit sekali dibandingkan
atau faktor risiko untuk penyakit, dengan melakukan suatu uji pada suatu kelompok
biasanya dan biasanya berusaha untuk mengidentifikasi sebagian kecil individu yang
yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang
dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit
menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak
menderita penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua
yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan
mendapatkan pengobatan, tapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit. Bagi
122
Kelompok orang yang
Tampak sehat
Pemeriksaan
Diagnostik
Pengobatan
Intensif
radiologis, misalnya :
dapat dilakukan :
Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan
diagnostik)
123
Tidak mahal
kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es, sedangkan
3. Biasanya penderita mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah
berada dalam stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau penyakit
5.3.TUJUAN SCREENING
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-
orang yang tampak sehat tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang
dapat dihindari.
124
5.4.SASARAN SCREENING
- AIDS
Pelaksanaan screening :
- Massal
sebelum dilaksanakan.
- spesifik
risiko atau di kemudian hari dapat meningkatkan risiko terkena penyakit seperti
hipertensi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Uji tapis
Lokasi screening
125
- lapangan (screening TBC dengan rontgen foto “mobill”)
- rumah sakit umum (screening ca.serviks dengan papsmear pada wanita yang
datang ke RSU)
Kriteria evaluasi
1. validitas
2. reliablitas
3. yield (hasil)
Validitas
Validitas adalah kemampuan untuk memberikan indikasi individu yang sakit benar-
benar sakit dan yang sehat benar-benar sehat. Komponen validitas adalah :
Idealnya, hasil tes screening harus 100% sensitif dan 100% spesifik, tapi dalam
praktik hal ini ada dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan spesifisitas.
Misalnya, bila hasil tes mempunyai sensitivitas yang tinggi, akan diikuti oleh
spesivisitas yang rendah, dan sebaliknya. Hal ini tampak jelas pada tes yang
- Hb
126
- Tekanan darah
- Serum kolesterol
- Tekanan intraokuler
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Jumlah a+c b+d N
a : positif benar
b : positif semu
c : negatif semu
d : negatif benar
n = a+b+c+d
sensitivitas : a/(a+c)
spesivisitas : d/(b+d)
- Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas „ya‟ atau „tidak‟
127
screening adalah mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk
False positive, jumlah hasil tes positif semu dibagi dengan seluruh hasil tes
positif
False negative, jumlah hasil tes negatif semu dibagi dengan jumlah seluruh
Reliabiliitas
1. Variabilitas alat yang dapat dtimbulkan oleh stabilitas reagen dan sstabilitas alat
3. Variabilitas pemeriksa, dapat berupa variasi internal, yaitu variasi yang terjadi
dan variasi eksternal, yaitu variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan
128
Upaya untuk mengurangi berbagai variasi :
Yield
Merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari
- Sensitivitas alat screening, bila alat yang digunakan memiliki sensitivitas yang
rendah akan dihasilkan banyak negatif semu, yang berarti banyak penderita
yang tidak terdiagnosis sehingga yield yang diperoleh rendah. Begitu pula
sebaliknya.
- Prevalensi penyakit yang tidak tampak, makin tinggi prevalensi penyakit tanpa
- Kesadaran masyarakat
1. Biaya
129
3. Tes yang digunakan untuk screening hharus cepat agar hasilnya segera
diketahui
4. Tes yang digunakan harus sesuai dengan selera masyarakat dan tidak
biayanya.
tetapi bila hal itu tidak mungkin dilakukan maka mendeteksi tanda dan gejala
130
BAB VI
DESAIN STUDI CROSS SEKSIONAL DAN STUDI EKOLOGI
analitik yang mempelajari mengenai kaitan faktor risiko dengan efek, dimana
rancangan penelitian ekologi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk
menyelidiki secara empiris faktor risiko atau karakteristik yang berada dalam
analitik yang mempelajari dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek
dengan cara mengamati dan mengobservasi data dalam waktu yang bersamaan
Desain time-series
Studi prevalensi
131
beberapa faktor yang terkait dengan timbulnya masalah kesehatan (kejadian
penyakit) di masyarakat. Salah satu prinsip desain studi ekologi adalah pengamatan
yang dilakukan dengan melihat efek masalah kesehatan kaitannya dengan faktor
perubahan (dinamika) masalah kesehatan dengan mengambil data (baik data faktor
risiko, maupun data efek) dalam waktu tertentu dan bersamaan (point time). Dengan
faktor risiko (faktor yang dianggap penyebab) dengan efek (kejadian penyakit atau
penduduk.
hubungan antara paparan dengan kejadian penyakit. Kedua desain studi ini dapat
132
dipakai untuk mengeksplorasi dan merumuskan hipotesis, mengenai besarnya
bidang ilmu epidemiologi, desain ini akan mengantar mahasiswa untuk lebih
133
BAB VII
DESAIN STUDI KASUS KONTROL
populasi (2) Menjelaskan etiologi dan determinan dari penyakit tersebut (3)
penyakit (kontrol), kemudian dilihat kebelakang faktor risikonya. Ruang lingkup ini
membahas tentang pengertian kasus control, nama atau istilah lain kasus control,
sampel kasus, cara mengambil sampel control , mengatasi confounding pada kasus
control dan perhitungan dan kelebihan serta kekurangan dari kasus control.
Sasarannya telah memiliki konsep dasar sebab akibat dari beberapa penyakit yang
cukup sehingga mampu merancang suatu desain penelitain kasus control dengan
benar. Dapat mengaplikasi kompetansi pertama dank e dua yakni dapat melakukan
134
melakukan Investigasi baik secara survailans maupun survai dengan melakukan
penelitian yang sesuai dan dapat memberikan prediksi angka risiko dengan
menghitung Odds Ratio. Desain studi Kasus Kontrol ini dapat memberikan
pemahaman untuk lebih cara dan konsep/desain penelitian kasus control pada
Jenis penelitian ini mempunyai beberapa nama lain yakni Retrospektif, kasus
kelola, case referent , atau case history.Disebut dengan Retrospektif karena arah
penelitain ini melihat ke belangkang atau ke masa lalu mengenai keterpaparan atau
penyebanya, sedangan di sebut dengan kasus kelola karena penelitian ini mengelola
kasus terlebih dahulu baru dilihat kembali apa yang menyebabkan kasus tersebut,
begitupula dengan istilah Case referent peneliti menjadikan kasus sebagai referensi
yang pertama sebgai awal pijakan penelitian lalau di telusuri penbyebabnya dan
disebut dengan case history karena penelti melihat sejarah dari factor risisko atau
berada dibawah penelitian kohort & Eksperimen namun lebih kuat dari cross
135
sectional. Subyek yang didiagnosis menderita sakit (kasus ) adalah insiden
(kasus Baru) .
136
Penelitian Mulai dari
Ada Tidaknya Faktor Risiko PENLURURAN KEBELAKANG sini
Faktor Risiko + (C )
Kontrol (Tak Ada penyakit)
Faktor Risiko - (D)
yang akan di teliti dan bagaimana hipotesis atau dugaan penelitian tersebut
atau variable terikat, dan juga menetukan mana yang akan di jadikan
137
6.1. Memilih Kasus
a. Kriteria Diagnosis
b. Sumber Kasus
Sumber Kasus dapat diperoleh dari “Hospital Base” atau “Population Base”
Hati-hati dengan memilih Jenis datanya apakah data Insiden atau data
prevalens
antara kasus dan kontrol agar mempunya karekteristik yang sama matcing
Sampel ditentukan dengan Rumus Case Control jika kasus sedikit maka
138
Dalam pelaksanaan pengukuran variable peneliti melihat variable penyebab atau
fakterisiko dibuat menjadi dikotom atau menjadi dua kategori dan begitu pula
6.5.Melakukan analisis
Dalam melakukan analisi case control kita melakukan pencarian nilai Odds
Ratio dimana kita menggunakan rumus dari table 2x2 sebagai berikut :
Tabel 2x2
A xD
OR = =
Bx C
Contoh Kasus :
Dilakukan suatu penelitian Case Control di suatu rumah sakit pada 300 orang.
Tujuannya ingin mencari hubungan antara penyakit AIDS dengan penggunaan jarum
suntik pada IDU (Injection Drug User). Diketahui jumlah orang yang tidak AIDS
adalah 175, jumlah total orang yang menggunakan jarum tak steril adalah 100, dari
kelompok pengguna jarum yang tak steril ada 65 orang yang AIDS.
139
Pertanyaan
3. Bagaimana kebermaknaanya
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1. Desain ini rawan untuk terjadi bias seleksi dalam memilih subyek Serta bias
informasi (recall bias) baik ketidak lengkapan cacatatan maupun daya ingat
140
BAB VIII
DESAIN STUDI KOHORT
kejadian penyakit.
subyek yang bebas dari penyakit, dan secara alami kelompok subyek ini akan
epidemiologis untuk mempelajari hubungan dan besarnya risiko antara paparan dan
“diikuti kedepan” yakni dimulai dengan populasi /kelompok subyek yang bebas dari
penyakit, dan secara alami kelompok subyek ini akan terbagi menjadi terpapar dan
141
tidak terpapar,kemudian diikuti sepajang waktu/periode tertentu untuk melihat ada
kedepan atau ke masa yang akan yang akan di follow up sepanjang masa,
dan karena kejadian kasusnya adalah kasus baru terjadi maka studi ini
berada dibawah penelitian Eksperimen namun lebih kuat dari cross sectional
142
Pada langkah pertama peneliti harus membuat pertanyaan penelitian apa yang
atau variable terikat, dan juga menetukan mana yang akan di jadikan
a. Dari awal penelitian dipilih subyek yang benar-benar tak mempunyai efek
(penyakit).
b. Subyek dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
143
4. Dalam pelaksanaan pengukuran variable peneliti melihat variable
6. Melakukan analisis
Dalam melakukan analisi case control kita melakukan pencarian nilai Relatif
Risk dimana kita menggunakan rumus dari table 2x2 sebagai berikut :
Tabel 2x2
A ( A + B)
RR =
C (C+D)
INTERPRETASI KEMAKNAAN
Untuk menentukan apakah nilai OR bermakna atau tidak dihitung nilai batas
(UL) = RR ( e F)
INTERPRETASINYA :
144
1. Bila Nilai LL dan UP dibawah 1 atau nilai LL dan UL diatas 1 ( =Tidak
penegerjaan pencarian nilai Realative Risk (RR) dengan contoh kasus sebagia
berikut:
Contoh Kasus :
Dilakukan suatu penelitian Longitudinal selama 10 tahun di suatu propinsi pada 1500
orang. Tujuannya ingin mencari hubungan antara kejadian kanker paru dengan
dan sakit sebesar 600, hasil pengamatan tersebut juga mendaptakan jumlah orang
yang kanker paru adalah 1100 dan jumlah total orang merokok adalah 900
Pertanyaan
KELEBIHAN
1. Merupakan desain yang terbaik utuk menentukan insiden dan laju insiden
3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor risiko tertentu
145
4. Bias pada paparan lebih minimal
KEKURANGAN
146
BAB IX
DESAIN STUDI EXPERIMENT
baru “To try something new”. Dalam Epidemiologi, Studi Experimen adalah
Intervensi. Dalam urutan tingkat kekuatan hubungan sebab akibat desain ini
experiment murn
Kelompok perlakukan
Subyek sampel Efek (kasus) - (B)
(dilakukan
rendomisasi) Efek (kasus) + (C )
Kelompok non perlakukan
Efek (kasus) - (D)
Gambar Skema rancangan desai
Experiment
147
Langkah –langkah penelitian kasus kelola adalah sebagai berikut :
yang akan di teliti dan bagaimana hipotesis atau dugaan penelitian tersebut
(Independen)
atau variable terikat, dan juga menetukan mana yang akan di jadikan
c) Melakukan analisis
sebagai berikut :
148
STUDI EKSPERIMEN
a. EXPERIMENT MURNI
Trial (RCT)
149
berpartisipasi atau tidak, jika ya maka dilakukan rendomisasi untuk
b. EXPERIMENT KUASI
rendomisasi
Studi ini berasal dari riset sosial (campbell & stanly 1963) namun
kesehatan masyarakat.
subyek tidak mungkin, tidak etis atau tidak praktis jika dilakukan
rendomisasi
tersebut
c. ANALISA DATA
maka kemaknaan dapat diuji dengan uji Chi Kuardat, Odds Ratio atau
dengan uji t atau F one way anova atau analisis regresi linier
150
d. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
EKSPERIMEN MURNI
KELEBIHAN
KEKURANGAN
EKSPERIMEN KUASI
KELEBIHAN
2. Lebih murah
KEKURANGAN
151
BAB X
BIAS INFORMASI
misklasifikasi status paparan yang dialami secara acak oleh kelompok kasus
dan kelompok non kasus, atau misklasifikasi status penyakit yang dialami
secara acak oleh kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar. Arah bias
152
misklasifikasi acak mudah diprediksi, sebab selalu menghasilkan penafsiran
a. Perokok,
b. Bukan perokok
masa lalu, lamanya kebiasaan merokok, jumlah batang rokok yang diisap per
hari, merk rokok, pemakaian filter, kandungan tar dan nikotin, frekuensi
infark otot jantung (MI), secara biologic diketahui bahwa yang mempengaruhi
153
klasifikasi dikotomi status merokok sebagai variable kompleks harus
adalah berbeda diantara kelompok terpapar dan tak terpapar, atau jika
antara kelompok sakit dan tak sakit. Contoh : Sensitivitas pada kelompok
sakit = 95, sedangkan pada kelompok tak sakit adalah 75, Sensitivitas pada
kelompok sakit adalah 75, sedangkan pada kelompok tak sakit adalah 95.
bias mengingat kembali (recall bias). Bias ini sering terjadi studi kasus control,
dengan control.
diketahui adalah :
154
1. Bias Mengingat kembali (Recall Bias)
Recall bias adalah bias yang terjadi karena perbedaan akurasi antara
kasus dan control dalam mengingat dan melaporkan paparan (studi kasus
control) atau perbedaan akurasi antara kelompok terpapar dan tidak terpapar
Bias itu sering skali terjadi pada desai penelitian case control dan studi kohort
retrospektif, sebab paparan dan penyakit telah terjadi pada saat peneliti
memulai penelitiannya.
lainnya yang mirip dengan faktor penelitian. Recall bias sering juga terjadi
(surrogate) karena responden langsung adalah anak kecil, sakit berat atau
155
memperkecil gejala yang dialaminya sedangkan kelompok tak terpapar
2. Bias Pewawancara
penelitian secara berbeda antara kasus dan control, dan perbedaan itu
dipengaruhi oleh status paparan; atau berbeda antara terpapar dan tak
Pada studi case control dan studi cohort retrospektif, baik paparan
3. Bias Follow-up
156
Bias follow-up (Loss to follow up bias) terjadi pada studi kohort karena
hilangnya anggota kohort selama jangka waktu follow up. Pada studi kohor,
dalam jangka waktu tertentu untuk dicatat apakah mengalami penyakit yang
diteliti atau tidak. Jika selama follow up ada individu yang hilang atau berhenti,
dan berhentinya berkaitan dengan stutus paparan atau status penyakit, maka
Pada studi kohor dan uji klinik, kemungkinan bias follow up dapat
dihindari dengan memilih populasi umum yang memiliki batasan yang jelas,
4. Efek Hawthorne
Electric Company, antara tahun 1927 hingga 1932 (Griffin, 1984). Dalam
157
produktifitas ketika penerangan ditingkatkan pada mulanya disimpulkan,
dievaluasi
Dari riset manajemen itu lalu efek hawthorne diadopsi dalam riset
diketahui oleh subjek penelitian. Tidak jarang bias tersebut dating dari pihak
eksperimental (yang mendapat perlakuan). Bias ini lazim ditemukan pada uji
(blinding) terhadap asisten peneliti atau pasien. Pada uji efikasi obat,
control dalam jumlah yang sama, cara yang sama dan pada jam yang sama
158
membentuk kelompok control penyeimbang (attention control group). Pada
control itu, pada frekuensi dan durasi yang sama dengan kelompok
bersifat therapetik.
159
BAB XI
INFERENSI KAUSAL DAN MODEL KAUSALITAS
Model Kausalitas
penyebab ca paru. Para dokter memberikan obat berdasarkan hasil uji klinik
160
kesehatan pada suatu komunitas dengan asumsi, bahwa fasilitas akan
sebab-akibat antara faktor yang diteliti dan penyakit, yaitu: (1) pendekatan
jenis kesalahan (error) pun yang mempengaruhi sifat hubungan kedua fariabel
(confounding).
yang seumur belum tentu memiliki tekanan darah yang sama. Tetapi, dengan
metode statistik yang layak, kita dapat menyimpulkan bahwa, secara rata-rata
161
statistik bahkan kita dapat meramalkan tekanan darah untuk suatu umur
tertentu.
k, satu lawan satu, sehingga satu faktor dapat memprediksi kejadian satu
Faktor X Penyakit Y
cause).
162
Model determinisme pertama kali di peragakan oleh Jacob henle. Pada
tahun 1840, atau kurang lebih 40 tahun sebelum para mikrobiolog berhasil
membuat model kausasi yang melibatkan relasi antara sebuah agen sebagai
penyebab dan sebuah hasil sebagai akibat. Model kausal itu dilanjutkan
tiga postulat yang dikenal sebagai postulat henle-koch (Rivers, 1937). Suatu
(1) Agen tersebut selalu di jumpai pada setiap kasus penyakit yang diteliti
penyakit? Mari kita kaji dengan beberapa contoh. Spesifitas penyebab mudah
mmisalnya, sebegitu jauh diketahui terjadinya hanya dan cukup bila terdapat
163
anak perempuan terjadi hanya dan cukup bila ibunya terpapar hormon DES
penyebab dan spesifisitas efek terlalu sulit untuk dipenuhi pada sebagian
besar penyakit.
Penyebab Majemuk
penyakit memiliki lebih dari sebuah penyabab. Pada penyakit non-infeksi, tak
mikroba ternyata tidak selalu disertai dengan tanda dan gejala yang
oleh infeksi basil tuberculosis dalam tubuh manusia. Tetapi infeksi oleh basil
proporsi orang yang terinfeksi oleh basil mengalami penyakit secara kklinik.
cause. Ada sejumlah faktor lain yang bersama-sama dengan basil tersebut
164
menciptakan keadaan yang mencukupi terjadinya tuberculosis klinik.faktor-
faktor tersebut adalah nutrisi yang buruk keadaan lingkungan yang buruk,
sufficient condition.
masing faktor merupakan necessary cause, tapi tidak sufficient cause. Peran
sufficient cause.
Faktor 3
165
Efek Majemuk
penyakit periodontal.
dan penyakit, yang di sebut klaster faktor penyebab (cluster of causal faktors).
Dengan model ini, penyebab yang mencukupi bukanlah faktor tunggal, tetapi
sejumlah faktor yang membentik sebuah kelompok yang disebut klaster. Tiap
pengaruh klaster itu. Tetapi, antara satu faktor dan faktor lainnya dari klaster
yang berlainan tidak saling tergantung. Sebuah faktor penyeab bisa hadir satu
klaster , maupun sejumlah klaster lainnya. Faktor penyebab yang hadir pada
stu atau lebih (tetapi tidak semua) klaster, dan memungkinkan terjadinya
166
2. Segitiga Epidemiologi
gambar 2.6 untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya
para epidemiolog lebih suka memandang agen sebagai bagian integral dari
peran agen.
3. Jala-Jala Kausasi
adalah, setiap efek (yakni, penyakit) tak pernah tergantung kepada sebuah
167
kausalitas sebelumnya. Faktor-faktor penyebab itu disebut promoter dan
inhibitor. Gambar
sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik
herediter, proporsi inti genetik relatif besar, sedang pada penyakit campak,
faktor genetik.
Kriteria Kausasi
dari berbagai riset. kriteria kausalitas yang dikenal dirumuskan oleh Bradford
168
1. KEKUATAN ASOSIASI. makin kuat hubungan paparan dan penyakit,
terduga atau tak terkontrol. Sebaliknya, hubungan yang lemah kita dapat
menduga bahwa peran peluang, bias dan kerancuan cukup besar untuk
pada populasi dan lingkungan yang berbeda, makin kuat pula keyakinan
melalui ribuan riset yang dilakukan pada berbagai populasi, Negara dan
selalu dapat dipenuhi pada setiap situasi. selain itu, inkonsistensi bisa
terjadi karena adanya “artefak”, baik yang berasal dari fluktuasi acak
169
3. SPESIFISITAS. makin spesifik efek paparan, makin kuat kesimpulan
sesungguhnya tidak kuat, sebab asap dan partikulat rokok tembakau terdiri
170
5. EFEK DOSIS-RESPONS. Perubahan intensitas paparan yang selalu diikuti
tingkat saturasi belum dicapai oleh dosis yang diberikan, maka perubahan
dosis tidak akan diikuti perubahan kejadian penyakit. selain itu, teramatinya
paparan dapat juga di sebabkan bias yang bersifat gradual (weiss, 1981).
kausal antara paparan dan penyakit makin kuat jika ada dukungan
171
7. KOHERENSI. Makin koheren dengan pengetahuan tentang riwayat
menyebabkan cacat lahir, maka bukan tidak mungkin obat lain yang
mempunyai sifat farma kologi yang serupa akan memberikan akibat yang
sama.
172
Kesembilan kriteria di atas sangat membantu kita dalam menentukan
kesimpulan yang keliru. Dalam hal ini kerendahan hati Hill terlalu berlebihan.
riteria keempat, yakni kronologi waktu, kiranya tak bisa di bantah merupakan
kriteria yang mutlak di perlukan (sine qua non). jika penyebab tidak
173
BAB XII
KONFOUNDING
penelitian terhadap penyakit pada prinsipnya berasal dari dua sumber yaitu bias
dan kerancuan. Bias adalah distorsi dalam penakisiran pengaruh paparan terhadap
penyakit akibat cara memilih subjek penelitian, atau cara memperoleh, melaporkan,
subjek penelitian.
. Sejenis bias yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam riset
control, dan cohort) maupun studi eksperimen. Distorsi oleh faktor perancu dapat
bersifat protektif bagi penyakit menjadi bersifat risiko; sebaliknya pengaruh yang
174
melintasi nilai nol. Yang disebut nilai nol adalah keadaan tidak ada pengaruh
pengaruh paparan faktor penelitian terhadap penyakit. Tidak semua variable luar
dapat diklasifikasikan faktor perancu. Untuk dapat disebut perancu, maka variable
luar harus memenuhi criteria berikut (Rothman, 1986; Hennekens dan Buring, 1987)
Dari uraian sebelumnya telah dipahami bahwa kerancuan adalah distorsi oleh
terhadap penyakit. Itulah sebabnya pengaruh buruk faktor perancu harus dikontrol.
175
hubungan paparan dan penyakit pada subjek terpapar dan tak terpapar (studi
besar yaitu pengendalian pada tahap riset (sebelum data dikumpulkan) dan
1. Randomisasi
2. Restriksi
merupakan suatu perancu, studi dapat dirancang hanya untuk pria saja atau
wanita saja namun hansilnya juga hanya bisa diterapkan pada pria atau wanita.
Restriksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Analisis berstrata dan analisis
multivariate.
3. Pencocokan (Matching)
176
sempurna dengan subjek yang dibandingkan (index). Biasanya hanya bisa
digunakan pada study case control dengan memastikan bahwa control yang
177
BAB XIII
INVESTIGASI OUTBREAK
Materi outbreak ini merupakan salah satu materi penting dalam kajian prinsip
epidemiologi, hal ini terkait dengan semakin seringnya muncul outbreak baik
Penyelidikan Epidemiologi
tersebut.
1. Konfirmasi/menegakkan diagnosa.
tanda klinik dari penderita, sehingga dapat digolongkan apakah kejadian ini
penyebab penyakitnya.
penderita tersebut dengan defenisi yang telah ditentukan dengan letusan (out
178
Pada daerah dimana terjadi peristiwa tersebut, kedua langkah diatas
selanjutnya.
Orang.
diketahui atau pilih yang mengetahui tentang situasi penduduk dan daerah serta
dan tentukan ada atau tidak pengalaman yang sama diantara mereka misalnya,
kapan mulai sakit (waktu), dimana mereka mendapat infeksi (tempat) dan siapa
orang-orang itu. Hitung jumlah penderita dan hubungan ini dengan jumlah
disease). Hipotesa ini didasarkan pada data dan kenyataan yang telah
179
berguna untuk mengaarahkan penyelidikan lebih lanjut dan hipotesa ini harus
dites kebenarannya data yang telah dan akan dikumpulkan selama penyelidikan
yang lebih spesifik dapat dirumuskan. Kemudian diperlukan data tambahan yang
yang masih diperlukan dan sumber informasi apa yang sudah tersedia untuk
dengan sample yang cukup memadai dan bila perlu lakukan training terhadap
yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut berperan
180
Lakukanlah pemeriksaan laboratorium dan buatlah ringkasan hasil-hasil
telah dikumpulkan dan periksalah hasil-hasil lainnya yang sudah dibuat. Buatlah
kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang diperlukan
dan terapkan test statistik terhadap data yang ada serta interpretasi data secara
keseluruhan.
perhitungan yang telah dilakukan, tes-lah hipotesa yang ada, kemudian pilihlah
satu atau dua hipotesa yang 90 paling sesuai dan mendekati kebenaran dan
menerangkan pola penyakit yang terjadi pada penderita, yang harus sesuai
dengan sifat penyebab penyakit, sumber infeksi, cara penularan dan faktor lain
hipotesa itu ditolak, hipotesa lain harus dikembangkan dan informasi tambahan
yang diperlukan tidak saja dalam situasi yang sedang dihadapi, tetapi juga untuk
181
Lakukan kegiatan surveillance yang ketat terhadap penyakit dan faktor-
faktor lain yang ada hubungannya dengan penyakit tersebut. Bila diharapkan
tindakan penanggulangan harus dihentikan dan tindkan lain yang lebih sesuai
(perkiraan) karena hal itu agaknya merupakan suatu keterangan yang benar. Dalam
(waktu, tempat dan orang) dengan situasi lingkungan yang terjadi selama masa
Hampir setiap suatu observasi biasanya akan memerlukan lebih dari satu
hipotesa. Dari semua kemungkinan itu, satu atau dua hipotesa yang paling sesuai
182
kebalikan dari prinsip hukum yang biasa dianut yaitu “innocent proven guilty” (azas
mungkin “bersalah” sampai hal itu dapat dibuktikan bahwa faktor (keadaan) tesebut
memang tidak ikut memegang peranan dalam timbulnya outbreak. Hipotesa adalah
penting untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut dan berhasil atau tidaknya
metode itu, yang paling sering digunakan adalah metode perbedaan (method of
Outbreak
Suatu episode dimana terjadi penderita suatu penyakit yang sama dimana
mungkin dalam faktor waktu timbulnya gejala penyakit (onset of illness), faktor
tempat misalnya tempat tinggal, temapt makan bersama, sumbermakan, dan faktor
183
satu/dua masa inkubasi beberapa inkubasi penyakit
penyakit
4. Waktu episode (Time of Jelas dibatasi oleh waktu Biasanya tidak dibatasi waktu
Episode) tertentu yang jelas
Dalam suatu peristiwa footborne outbreak, dimana terdapat lebih dari satu
macam makanan yang dihidangkan dan dimakan oleh penderita, maka secara
teoritis akan terdapat suatu korelasi (hubungan) yang sempurna antara penderita-
penderita yang sakit dengan yang satu macam makanan tertentu yang telah
dimakan, penderita yang makan makanan yang dicurigai sumber infeksi akan 100%
jatuh sakit, sedangkan yang tidak makan-makanan tersebut, 100% tidak jatuh sakit.
Tetapi hal ini biasanya tidak akan terjadi demikian, karena adanya faktor-
faktor yang terdapat dalam badan orang tersebut dan faktor-faktor lainnya di luar
sebagai berikut:
184
1. Resistensi dan kerentanan individu.
diselidiki.
5. Terjadinya kontaminasi silang dari satu makan kepada yang lain (jarang).
suggestion.
185
BAB XIV
PENYAJIAN DATA EPIDEMIOLOGI
Secara khusus suatu data epidemiologi terdiri dari daftar kasus dan sifat
dari tujuannya dan sulit dimengerti. Bentuk penyajian yang tepat akan memberi
informasi yang berguna dan membantu pembandingan dua kelompok studi atau
dua populasi.
1. Tabel
2. Grafik
2.3. Histogram
3. Diagram (Chart)
Biasanya data kuantitatif pertama-tama diolah dengan cara tabulasi. Hal ini
186
data yang berjumlah besar, maka pola dan kecendrungannya sulit
1. Jumlah variabel utama pada suatu tabel, grafik atau chart harus dibatasi
2. Judul yang menggambarkan isi, yakni : subjek, orang, tempat dan waktu harus
selalu dicantumkakn. Judul harus diberi nomor. Hal ini penting untuk mengenali
3. Badan data harus berisi variabel dalam internal yang berarti, berguna untuk
TABEL
Pemakaian sauatu tabel untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam kategori yang
berbeda atau subdivisi suatu variabel. Hampir semua informasi kuantitatif bisa
diatur dalam bentuk tabulasi. Bentuk ini dapat merupakan bentuk persiapan bagi
Pembuatan :
1. Judul harus jelas, tepat dan mampu menjawab pertanyaan : apa, kapan dan
dimana.
187
2. Setiap baris dan kolom harus diberi tabel. Satuan ukuran data perlu disajikan.
4. Kode, singkatan atau lambang harus dijelaskan secara rinci dalam catatan kaki.
kelompok umur :
1. Mencatat umur dalam laporan khusus asli atau lembaran data kasus, dan
menjadi rate.
atau tujuan analisisnya. Kelompok umur yang ditunjukkan pada contoh tabel ini
adalah yang paling sering dipakai untuk keperluan surveillance penyakit menular.
188
GRAFIK
dengan menggunakan sistem koordinat. Grafik koordinat segi empat adalah grafik
yang terdiri dari 2 kelompok garis yang saling berpotongan secara tegak lurus satu
sama lain. Pada setiap sumbu (axis) terdapat skala pengukuran dan tabel petunjuk.
Gambar 1 menyajikan struktur umum suatu grafik. Biasanya variabel untuk sumbu X
3. Berikan keterangan, kalau terdapat banyak garis trend atau kurva sehingga jelas
6. Skala axis harus diberi label dengan jelas, peningkatan skala harus jelas
teridentifikasi
8. Pada skala aritmatik, jarak yang sama antar titik harus mencerminkan unit
189
GRAFIK GARIS SKALA ARITMETIK
Grafik ini mempunyai sumbu Y yang mempunyai nilai yang sama untuk tiap
jarak yang sama sepanjang sumbu tersebut. Gambar 2 dan 3 merupakan contoh
grafik ini. Perlu diperhatikan bahwa panjang sumbu X dan Y tidak melebihi nilai
a. Kenali range nilai maksimum yang akan ditampilkan. Bulatkan angka tadi ke
angka yang sedikit lebih besar sehingga semua angka dalam range dapat
tergambarkan.
b. Hitung jumlah kotak sepanjang sumbu untuk memperlihatkan data secara rinci.
c. Bagi kotak yang ada dengan tujuan memperoleh nilai dari tiap kotak.
Biasanya skala atau klas interval sumbu Y yang digunakan sama dengan yang
190
DAFTAR PUSTAKA
___________ (1956). Lung cancer and other causes of death in relation to smoking:
A second report on the mortality of British doctors. Br Med J, 2:1071
1662. Baltimore: Johns Hopkins Press.
Academic dictionaries and encyclopedias (2010). John Snow (physician).
en.academic.ru/ dic.nsf/ enwiki/581749
Academic dictionaries and encyclopedias (2010b). Pasteur Institute.
en.academic.ru/dic.nsf/ enwiki/ 434059
Ahren, Wolfgang, Pigeot, Iris, Handbook of epidemoilogy, Germany :
Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2005
Ahren, Wolfgang. Krickeber, Klaus, Pigeot, Iris. (2005). Handbook of Epidemiology.
Springer-Verlag Heidelberg New York.
American Institute in Ukraine (2010). Photos.
www.aminuk.org/index.php?idmenu=11& language.
Amiruddin, Ridwan (2011). Epidemiologi Perencanaan & Pelayanan Kesehatan,
Masagena Press. Makassar.
Amiruddin, Ridwan. dkk. 2011. Modul Epidemiologi Dasar. Makassar : Universitas
Hasanuddin. http://repository. unhas.ac.id/ bitstream/ handle/ 123456789/
868/Modul% 20Prinsip%20 Epidemiologi. pdf;jsessionid =
50A10508D00BFDA7D347F8189CF8B355?sequence=1
Answers Corporation (2010). John Graunt. www.answers.com/topic/john-graunt -
ASPH (1984). Graduate Education for Public Health. Washington DC: ASPH
(Association of Schools of Public Health)
Badgley, RF (1961). An assessment of research methods reported in 103 scientific
articles from two Canadian medical journals. Can MAJ, 85:246-50
Bailey, L., Vardulaki, K., Langham, J., Chandramohan, D., Introduction to
Epidemiology.
Bailey, L., Vardulaki, K., Langham, J., Chandramohan, D., Introduction to
Epidemiology. USA : Open University Press ; 2005
191
Barker DJP. (1997). Maternal nutrition, fetal nutrition, and disease in later life.
Nutrition, 13: 807 Ben-Shlomo Y, Kuh D (2002). A life-course approach to
chronic disease epidemiology: conceptual models, empirical challenges
and interdisciplinary perspectives. Int JEpidemiol, 31: 285-293.
BBC (2010). Edward Jenner (1749 - 1823). www.bbc.co.uk/history/historic_figures/
jenner_ edward. shtm.
Beaglehole R, Bonita R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World
Health Organization; 1993. p. 133
Beaglehole R, Bonita R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health
Organization; 1993. p. 133
Beaglehole, R,.R, Bonita, T. Kjellstrom, BASIS EDIDEMIOLOGY, World
Health Organization, Geneva.
Beanglehole, R : R. Bonita dan T Kjellstrom, (1992)(2009). Basic Epidemiology.
Geneva, World Health Organization (WHO)
Beanglehole, R : R. Bonita dan T Kjellstrom, (1992)(2009). Basic Epidemiology.
Geneva, World Health Organization (WHO)
Beanglehole, R : R. Bonita dan T Kjellstrom, (1992)(2009). Basic Epidemiology.
Geneva, World Health Organization (WHO)
Benenson, (2000); Comunicable Disease Control. WHO.
Blackburn H (2010). Framingham study. www.enotes.com › Encyclopedia of Public .
BookRags (2010). Ilya Ilyich Mechnikov. www.bookrags.com/Ilya_Ilyich_Mechnikov -
United States -Diakses 11 September 2010.
Budiarto, Eko, Anggraeni, dewi. Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta : EGC ; 2002.
Budiarto, Eko, Anggraeni, dewi. Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta : EGC ; 2002.
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
CDC (2010).Public health surveillance slide set.www.cdc.gov/
ncphi/disss/nndss/phs/overview. htm.
Center for disease Control and Prevention, an Introduction to aplied epidemiology
and biostatistics, 3rd edition. Atlanta : U.S Department of Health and Human
services ; Center for disease Control and Prevention, Principles of
Epidemiology in Public health Practise, 3rd edition. Atlanta : U.S Department
192
of Health and Human services Centers for Disease Control (1981). Morbidity
and Mortality Weekly Reports. Atlanta: US DHHS, Public Health Service.
Chandra, B. (2009) Studi Ekologi; www.books,google.co.id/books.isbn=790440219
CIHR (2007). Mapping and tapping the wellsprings of health. Canadian Institutes of
Health Research - Institute of Population and Public Health (IPPH) – Strategic
Plan 2002-2007. www.cihr.gc.ca.
Citizendium (2010). Germ theory of diseaseen.
citizendium.org/wiki/Germ_theory_of_disease
Clayton D, dan Hills, M (1998). Statistical models in epidemiology. New York: Oxford
University Press, Inc.
Connor S (2001).Black Death 'was caused by the Ebola virus' The Independent. 23
July 2001. www.independent.co.uk › ... › Health & Families › Health News.
Davidoff F, Haynes B, Sackett D, Smith R (1995). Evidence based medicine. BMJ,
310: 1085-86.
Davis DA, Thompson MA, Oxman AD, Haynes RB (1992). Evidences for
effectiveness of CME.
Dawber TR (1980). The Framingham Study: The epidemiology of atherosclerosis
disease. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Dawber TR, Meadors GF, Moore FE (1951). Epidemiological approaches to heart
disease: The Framingham Study. 41: 279-286
Dawber TR, Moore FE, Mann GV (1957). Coronary heart disease in the
Framingham Study. Am J Public Health, 47: 4-24.
Diez-Roux AV (1998). Bringing context back into epidemiology: variables and
fallacies in multilevel analysis.Am J Public Health;88:216-221
Doll R, Hill AB (1950). Early case-control study: Smoking and carcinoma of the lung
- Preliminary report. Br Med J, 2:739.
Doll R, Peto R (1975). Mortality in relation to smoking: Twenty years' observations
on male British doctors. Br Med J, 2:1525
Doll R, Peto R, Boreham J, Sutherland I (2004). Mortality in relation to smoking: 50
years’ observations on British doctors. BMJ;328:1519-28.
Edmonds M/ howstuffworks (2010). How the Black Death Worked.
history.howstuffworks.com › History › Europe › Middle Ages.
193
eHow (1999). Worst Epidemics in History. www.ehow.com › ... › Public Health &
Safety › Public Health.
Encyclopedia (2010). Robert Koch. www.encyclopedia.com/doc/1E1-Koch-Rob.html
Epic Disasters (2010). The worst outbreak of
disease.www.epicdisasters.com/.../the_worst_ outbreaks_of_disease/.
Epidemiol. Community Health;56:647-652
Epidemiology Monitor (2001). Rothman gives Cassel Memorial Lecture at SER:
Eight essential qualities of enduring work in epidemiology discussed.
www.epimon.net
Evidence Based Medicine Working Group (1992). Evidence based Medicine – A
new pproach to the teaching of medicine. JAMA, 268: 2420-5
Fenner, F, Henderson, DA, Arita, I, Jezek, Z, Ladnyi, ID (1988). Small pox and its
eradication. Geneva: World Health Organization.
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH (1996). Clinical epidemiology – The
Essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins.
Fletcher, Robert H., et al. 1991. Sari Epidemiologi Klinik. Yogyakarta : UGM Press.
Fonseca LAM, Reingold AL, Casseb JR, Brigido LFM, Diarte AJ (1999). AIDS
incidence and survival in a hospital-based cohort of asymptomatic
HIVseropositive patients in Sao Paolo, Brazil. Int J Epidemiol, 28:1156-60
Foxman B, Riley Lee (2001). Molecular epidemiology: Focus on infection. Am J
Epidemiol, 153(12): 1135-41
Framingham Heart Study (2010). Epidemiological background and design: The
Framingham study. www.framinghamheartstudy.org/about/background.html.
Frolich KL, Ross N, Richmond C (2006). Health disparities in Canada today: Some
evidence and a theoretical framework. Health Policy (in press).
Genesis Park (2001). The spotaneous generation hypothesis.
www.genesispark.com/genpark/ spongen/spongen.htm
Gerstman, BB (1998). Epidemiology kept simple: An introduction to classic and
modern epidemiology. New York: Wiley-Liss, Inc.
Gertsman, B.B. (2003). Epidemiology Kept Simple. An Introduction to Traditional
and Modern Epidemiology. Wiley-Liss. USA.
Glantz, SA (1989). Primer of biostatistics. International edition. Singapore: McGraw-
Hill Book Co.
194
Godfrey KM, Barker DJ (2001). Fetal programming and adult health. Public Health
Nutr;4:611-624
Gordis, L (2000). Epidemiology. Philadelphia, PA: WB Saunders Company.
Gordis, Leon (2008). Epidemiology 4th. Elsevier, USA.
Gore, S, Jones, IG, dan Rytter, EC (1977). Misuse of statistical methods: Critical
assessment of articles in British Medical Journal from January to March, 1976.
Br. Med. J, 1(6063):85-87 Graunt, J. (1939). Natural and Political Observations
Made Upon the Bills of Mortality: London,
Grammaticos PC, Diamantis A (2003). Useful known and unknown views of the
father of modern medicine, Hippocrates and his teacher Democritus. Hell J
Nucl Med 2008; 11(1): 2- 4
Hales CN, Barker DJ (1992). Type 2 (non-insulin-dependent) diabetes mellitus: the
thrifty phenotype hypothesis. Diabetologia 35 (7): 595–601
Hart M (2005). Professor Sir Richard Doll. Interview by Melanie Hart. The Top
Cancer Epidemiologist of his Time www.canceractive.com/cancer-active-page-
link.aspx?n=862.
Hennekens CH, Buring JE (1987). Epidemiology in medicine. Boston: Little, Brown
and Company.
HPS (2010). Biography: Professor Sir Richard Peto. MRC/BHF Heart Protection
Study. www.ctsu.ox. ac.uk/~hps/biog_rp.shtml Diakses 19 September 2010.
Husten L (2005). Thomas R Dawber, Framingham Heart Study pioneer, dead at 92.
www. framinghamheartstudy.org/about/tribute.html
Ibeji M (2001). Black Death: The Blame. www.bbc.co.uk/
history/society_economy/society/ welfare/ blackdeath/blacksuper_8.shtml
Jaquish CE (2007). The Framingham Heart Study, on its way to becoming the gold
standard for Cardiovascular Genetic Epidemiology?BMC Medical Genetics
2007, 8:63:1-3. http://www.biomedcentral.com/1471-2350/8/63.
Johns Hopkins Unversity (2005). Gene that helps mosquitoes fight off malaria
parasite identified. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Public
Health News Center. www.jhsph. edu/ publichealthnews/press_releases/2005/
lorena _malaria_gene.html
195
Kannel WB (1990). CHD risk factors: A Framingham Study update. Hosp Pract, 25:
93-104. Kawachi I, Subramanian SV, Almeida-Filho N (2002). A glossary for
health inequalities. J.
Kinlen L (2005). Obituary: Sir Richard Doll, epidemiologist – a personal
reminiscence with a selected bibliography. British Journal of Cancer (2005)
93(9), 963 – 966
KJ (1986). Modern epidemiology. Boston: Little, Brown and Company.
Kleinbaum, DG, Kupper, LL, dan Morgenstern, H. (1982). Epidemiologic Research:
Principles and Quantitative Methods. New York: Van Nostrand Reinhold.
Kleinbaum; Kupper L Laurence; Hal Morgenstern, 1982. Epideiologiy Research,
Principles and Quantitative Methods . Life Time Publication, California
Kleinbaum; Kupper L Laurence; Hal Morgenstern, 1982. Epideiologiy Research,
Principles and Quantitative Methods . Life Time Publication, California
Kleinbaum; Kupper L Laurence; Hal Morgenstern, 1982. Epideiologiy Research,
Principles and Quantitative Methods . Life Time Publication, California
Krieger N (2001). Theories for social epidemiology in the 21st century: an ecosocial
perspective. Int J Epid, 30:668-677
Langmuir, AD (1976). William Farr: Founder of modern concepts of surveillance. Int.
J. Epid. 5: 13–18.
Last J (2010). Bills of Mortality. www.enotes.com › Encyclopedia of Public Health.
Last, JM (2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press,
Inc.
Last, John M, (1987), PUBLIC HEALTH AND HUMAN ECOLOGY, Appletion &
Lange, Connecticut.
Lawrence C, Wiesz G (eds).(1998). Greater than the parts: Holism in medicine,
1920-1950. New York: Oxford University Press.
Lilienfeld DE (2007). Celebration: William Farr (1807–1883)— an appreciation on the
200th anniversary of his birth. International Journal of Epidemiology
2007;36:985–987
Lynch J, Smith GD (2005). A life course approach to chronic disease epidemiology.
Annual Review of Public Health, 26: 1-35
196
Mai V, Kant AK, Flood A, Lacey Jr JV, Schairer C, Schatzkin A (2005 ). Diet quality
and subsequent cancer incidence and mortality in a prospective cohort of
women. International Journal of Epidemiology; 34:54–60
Mendis S (2010). The contribution of the Framingham Heart Study to the prevention
of cardiovascular disease: a global perspective. Prog Cardiovasc Dis.,
53(1):10-4.
Murti, B., (2011); Desain Studi; www.fk.uns.ac.id/index/files/59
Nasry Nur, (2007) Epidemiologi , Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin ,
makassar
Nobelprize (2010). The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1908: Ilya Mechnikov,
Paul Ehrlich. nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/.../mechnikov-bio.html
Diakses 11 September 2010.
Noor, (2002); Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta. Jakarta.
Noor, (2010); Epidemiologi, Rineka Cipta. Jakarta.
Noor, N.N. (2008). Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
Noor, Nur Nasry, Epidemiologi. Makassar : HUP ; 2004
Noor, Nur Nasry, Epidemiologi. Makassar : HUP ; 2004
Notoatmojo, S. (2005); Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
O‘Campo P (2003). Invited commentary: Advancing theory and methods for
multilevel models of residential neighborhoods and health. Am J Epidemiol
2003;157:9–13
Perdiguero E, Bernabeu J, Huertas R, Rodriguez-Ocana E (2001). History of health,
a valuable tool in public health. J Epidemiolo Community Health, 55:667-673.
Porter D (1997). The decline of social medicine in Britain in the 1960s. In: Porter D
(ed). Social medicine and medical sociology in the twentieth century.
Amsterdam and Atlanta: Rodopl, pp. 97-119
Protomag (2008). One twon‘s treasure. Massachussettes General Hospital.
protomag.com/ assets/ one-towns-treasure.
Rasmussen KM (2001). The ―Fetal Origins‖ Hypothesis: Challenges and
opportunities for maternal and child nutrition. Annual Review of Nutrition, 21:
73-95 review of 50 randomized controlled trials. JAMA, 268: 1111-7.
197
Rice A, dan McKay DO (2001). The Black death: Bubonic Plague. Timpview High
School dan Brigham Young University. www.byu.edu/ipt/projects/middleages/
LifeTimes/ Health. html
Richmond C (2006. Obituaries: Thomas Royle Dawber - Founder epidemiologist of
the Framingham heart study, BMJ, 332(7533): 122.
Riedel S (2005). Edward Jenner and the history of smallpox and vaccination. BUMC
Proceedings, 18:21–25
Rockett IRH (1999). Population and health: An introduction to epidemiology. Edisi
kedua Population Bulletin, Dec 1999, 54(4).
findarticles.com/p/articles/mi_qa3761/is.../ai_ n8856519/.
Ross, Jr. OB (1951). Use of controls in medical research. JAMA, 24(145):72-75
Rothman, Kennet. J. (1998). Epidemiology Modern. Lippincot Williams & Wilkins.
USA.
Sackett DL, Haynes RB, Guyatt GH, Tugwell P (1991). Clinical epidemiology: A
basic science for clinical medicine. Boston: Little Brown.
Saracci R (2010). Introducing the history of epidemiology.
fds.oup.com/www.oup.com/ pdf/13/ 9780192630667.pdf
Sastoasmoro sudidgdo (1995) Dasar Metodologi Penelitian Klinis , Bina Rupa
Aksara Jakarta
Sastoasmoro sudidgdo (1995) Dasar Metodologi Penelitian Klinis , Bina Rupa
Aksara Jakarta
Sastoasmoro sudidgdo (1995) Dasar Metodologi Penelitian Klinis , Bina Rupa
Aksara Jakarta
Schlesselman J. James, (1982) Case Control Studies , Design, Conduct Analysis
, Oxford university Press New York
Schoenbach, V.J. & Rosamond, W.D. (2000). Understanding the Fundamnetals of
Epidemiology. University of North Caroline, Chapel Hill. North caroline. USA.
Schor, S, dan Karten, J (1966). Statistical evaluation of medical journal manuscripts.
JAMA, 195:1123-1128.
Shin JH, Haynes RB, Johnston ME (1993). Effect of problem based, self-directed
undergraduate education on life-long learning. Can Med Assoc J, 148: 969-76.
Slamet Ryadi , Wijayanti (2011) Dasar-dasar Epidemiologi , Salemba Medika
jakarta
198
Slattery ML (2002). The science and art of molecular epidemiology. J Epid
Community Health, 56: 728-29.
Slomski A (2008). One Town‘s Treasure. protomag.com/assets/one-towns-treasure.
Diakses 11 September 2010.
Smith GD (2007). Editor‘s Choice. Lifecourse epidemiology of disease: a tractable
problem? Int J Epidemiol;36:479–480
Smith GD, Lynch J (2004). Commentary: Social capital, social epidemiology and
disease aetiology International Journal of Epidemiology; 33:691–700
Stathakou NP, Stathakou GP, Damianaki SG, Toumbis-Ioannou E, Stavrianeas NG
(2007).
Szklo, M. (Moyses) (2000). Epidemiology beyond the basic. Aspen publisher. USA.
The College of Physicians of Philadelphia (2010). The history of smallpox.
www.historyof vaccines. org/smallpox/.
The Independent (2010). Moments in medicine podcast - The impact of individuals.
Independent. co.uk.
UC (University of California) at Berkeley (2007). Antony van Leeuwenhoek (1632-
1723). www. ucmp. berkeley.edu/history/leeuwenhoek.html.
University of Liverpool (2005). From legend to legacy. Bussiness Gateway, The
University of Liverpool.
www.liv.ac.uk/researchintelligence/issue24/blackdeath.html .
University of Pittsburg (1998). What is molecular epidemiology?. Molecular
Epidemiology Homepage. University of Pittsburgh.
http://www.pitt.edu/~kkr/molepi.html.
USA : Open University Press ; 2005
Videojug (2010). Epidemiological Heroes And Landmark Studies.
www.videojug.com/.../ epidemiological.../ what-are-the-origins-of-epidemiology.
Vineis P, Perera F (2007). Molecular epidemiology and biomarkers in etiologic
cancer research: The new in light of the old. Cancer Epidemiol Biomarkers
Prev;16(10):1954–65
WHO (2010). History of the development of the ICD.
www.who.int/classifications/icd/en/
Wikipedia (2010). Pandemi. en.wikipedia.org/wiki/Pandemic.
199
Wikipedia (2010). 1854 Broad Street cholera. outbreaken.wikipedia.org/ wiki/
Wikipedia (2010). Smallpox. en.wikipedia.org/wiki/Smallpox.
Wikipedia (2010). Louis Pasteur. en.wikipedia.org/wiki/Louis_Pasteur -
Wikipedia (2010). Spontaneous generation.
en.wikipedia.org/wiki/Spontaneous_generation.
Wikipedia (2010). British Doctors Study. Richard Doll. en.wikipedia.org/wiki/British_
Doctors_ Study.
Wikipedia (2010). John Snow (physician).
en.wikipedia.org/wiki/John_Snow_(physician).
Wikipedia (2010). Koch‘s postulates. en.wikipedia.org/wiki/Koch's_postulates -
Wikipedia (2010). 1918 flu pandemic en.wikipedia.org/wiki/1918_flu_pandemic - C.
Wikipedia (2010). Élie Metchnikoff. en.wikipedia.org/wiki/Élie_Metchnikoff.
Wikipedia (2010). Humorism. en.wikipedia.org/wiki/Humorism
Wikipedia (2010). Empedocles. en.wikipedia.org/wiki/Empedocles
Wikipedia (2010). Richard Doll. en.wikipedia.org/wiki/British_Doctors_Study.
Wikipedia (2010). Richard Peto. en.wikipedia.org/wiki/Richard_Peto
Wikipedia (2010). Rudolf Virchow. en.wikipedia.org/wiki/Rudolf_Virchow
Wikipedia (2010). Scientific theory. simple.wikipedia.org/wiki/Scientific_theory
Yankauer A (1950). The relationship of fetal and infant mortality to residential
segregation: an inquiry to social epidemiology. Am Sociol Review, 15: 644-48
200