A mere review.
Nadya Imada
@nachikuran
ver
SKIN AND
HEARING BLOCK
REVIEW
A mere review
Skin Histology
1. Skin structures – thick skin, thin skin (based on epidermis thickness), layer, cells and
appendages (sebaceous gland, sweat gland), hair, nails
2. Mainly, skin consist of epidermis and dermis. Hypodermis is a structure that bridges a
skin and underneath structures.
3. Di folikel rambut, bermuara sebaceous gland (apokrin). Sweat gland, bermuara di
permukaan kulit (ekrin). M. … bekerja volunteer, eksitasi karena rangsang saraf
(contohnya pas lagi bulu kuduknya bediri)
4. Fungsi kulit – barrier (epidermis), proteksi (dari pathogen, sinar UV, dan bahan
berbahaya lain), termoregulasi (sweat gland, blood vessel), reseptor (sel merkel,
meissners), ekskresi (keringat), physical appearance (melanocyte?), wound
repair/regeneration, absorbtion (epidermis).
5. Perbedaan :
Di bagian basal thick skin, ada mitosis.
Thick skin, dermisnya nggak ada folikel rambut dan kelenjar minyak. Adanya
kelenjar keringat.
Thin skin nggak ada melanosit dan stratum lucidum.
…
6. Sel epidermis :
Sel utama keratinosit. Sisanya sel imigran.
Gambarnya di slide.
7. Keratinosit :
Paling banyak, 5 lapis di kulit tebal
Bentuknya beda tiap lapis (di basal, menghasilkan keratin 5 & 14. Di spinosum,
1 & 10.) Gangguan gen penyandi, ada gangguan sendiri
Di supranuklear keratinosit, ada melanin.
8. Melanosit :
Menghasilkan melanin melalui proses (dopamine jadi dopaquinone) Bahannya
berkurang? Gangguan klinis, contohnya albino.
Sitoplasma – granules – melanosome – cytocrine secretion
Melanin di supranuklear kerationsit, melindungi dari sinar matahari.
9. Sel Langerhans :
APC, pertahanan tubuh
10. Sel merkel :
Di epidermal-dermal junction
Reseptor di kulit
11. Dermis – 2 lapis, papilar (longgar) dan reticular (padat). Fungsinya untuk nutrisi
epidermis (punya pembuluh darah soalnya)
12. Lapisan subcutaneous – banyak jaringan ikat longgar, terdiri dari sel lemak. Reseptor
sensorinya ada di slide. Kopas aja
13. Skin appendages – sebaceous, nail, hair, sweat.
14. Sebaceous :
Sumbatan – acne
Kelenjar holokrin (simple cuboid epithel)
Ada acini, ada duktus.
Bentuknya kayak anggur, dekat folikel rambut.
Holokrin – sekretnya lemak + selnya sendiri (sebum)
Ada di seluruh kulit tipis.
Stimulasi oleh androgen saat puberty.
15. Sweat gland – ada yang ekrin (muara di permukaan kulit, semuanya) & apokrin
(beberapa tempat, diatur hormon, bermuara di folikel rambut)
Ada myoepithel, unit sekretori, …
Apokrin kelenjarnya bergulung-gulung
16. Rambut :
Filamen keratin keras
Menonjol di permukaan kulit. Bawahnya folikel rambut, ada matriks dan …
rambut
3 tipe – lanugo (bayi), felus (dewasa), terminal (kalo di hewan lain)
Memiliki 3 fase – anagen (tumbuh), katagen (bertahan), telogen (lepas). Beda
tergantung lokasi.
17. Kuku :
Keratin, keluar di ujung-ujung
Term – macem-macem
Skin Pathology
1. Kelainan kulit heterogen. Kulit seringkali merupakan manifestasi kelainan organ internal.
Diagnostik kulit penting karena terapi dan prognosisnya dipengaruhi itu. Pemeriksaan
fisik di kulit (efloresensi) dan histopatologi (dikaitkan dengan gambaran klinis) penting
untuk menegakkan diagnosis di kulit. Kadang ditambah pemeriksaan tambahan.
2. Imunologi – innate (alami, nggak perlu pengenalan. Masuk antigen, reaksi) & adaptive
(perlu pengenalan). Epidermis salah satu barrier fungsional yang harus intak. Kalo nggak
intak, antigen lebih gampang masuk. Barrier ditembus, dilawan PMN. Kalo susah, PMN
butuh mediator lain, APC. Sisanya di slide ada skemanya.
3. Berdasarkan gambaran patofisiologi, ada 4 kompartemen. SRU (superficial reactive),
DRU (deep reactive), SCF (subcutaneous fat), adnexal (phylosebaceous, …, …). Secara
fungsional, keempatnya overlap.
4. SRU :
Terdiri dari – epidermis, junctional (dermoepidermal junction), papillary dermis,
superficial vascular plexus (terletak di papillary dermis)
Epidermal – dibagi 5 (spinosum, korneum, etc.). Sebagian besar tdd keratinosit,
sisanya ya sel imigran. Epidermis satu lapisan kulit yang dinamis (laju
pertumbuhan tertentu, ikut aturan tertentu. Dalam 1 bulan epidermis harus
mengelupas/kinetik, diferensiasi sempurna, hubungan antarsel kuatnya harus
pas/kohesi)
Kinetik faktor pengaruhnya – laju mitosis, waktu generasi (harus pas), dan
deskuamasi (membentuk keratin yang akan dilepaskan)
Nggak sesuai ketentuan?
Kinetik meningkat, jadinya increase activity. Tandanya penebalan kulit
berbatas tegas (plak). Biopsi, ada akantosis (increase epidermal cell
volume, especially keratinocyte).Verucous/kutil – infeksi HPV.
Kinetik turun, jadinya. Bagian kulit yang kena lebih rendah. Ritte rich
nggak ada.
Normalnya, diferensiasi tuh kayak anyaman keranjang gitu. Gangguan
diferensiasi – ada parakeratosis & dyskeratosis
Parakeratosis – keratin masih ada inti selnya. Secara klinis, gambarannya
kayak ada sisik putih kasar di atas plak.
Dyskeratosis – gangguan diferensiasi sel tunggal karena ada kornifikasi
prematur. Sel tunggal maturasinya di stratum spinosum, padahal
harusnya di atas. Diskeratosis gambarannya setara dengan apoptosis, tapi
mekanismenya beda. Biasanya kalo berjemur berlebih, actinic keratosis
dan SCC, etc.
Epidermis harus support pergerakan sel basal untuk tumbuh ke arah
superfisial (lokomosi), sustain permeability, and sustain …
Gangguan kohesi? Penyakit-penyakit lepuh/vesicobullous.
Mekamisme gangguan kohesi – spongiotic (paling sering), achantolytic,
cytolitic (paling jarang)
Terlalu renggang – spongiosis. Refers to intercellular oedema. Makin
berat, penumpukan cairan lebih banyak, endingnya split …/lepuh.
Achantolysis – harus pada sel keratinosit. Normalnya, keratinosit punya
desmosom. Kerusakan primernya di desmosomnya. Akibatnya,
desmosome ilang, spinanya ilang. Pake sun test. Split bias terjadi di
semua tingkatan (split basal, split subcorneal, split …)
Cytolisis – disolusi keratinosit. Edema intracellular/generasi ballooning.
Virus tertentu langsung bias menyebabkan pembengkakan keratinosit.
Contoh VZV, HZV.
DEJ – manifestasi berupa bula.
BPAG-1 & BPAG-2 – target kerusakan hemidesmosome, bula subepidermal.
Achantolysis, bula di subcorneal/suprabasal. Kalo DEJ, semua epidermis keangkat. Ada
split di bawah epidermis.
5. DRU (deep reactive unit) :
Ada 4 hal dalam DRU, perubahan kolagen & ECM, tempat reaksi sel radang
(limfosit, PMN, histiosit).
Limfosit – sel radang utama pada sebagian besar kelainan kulit.
Histiosit – kalau berkelompok, namanya granuloma. Mereka membentuk cluster,
memberi gambaran menyerupai epitel.
Gambaran granuloma bias simpleks dan kompleks. Bisa ditambah beberapa
keadaan, contoh sel Langhans (pas TB, kayak tapal kuda). Granuloma gambaran
TDH (type 4 hipersensitivity). Granuloma kalo terbentuk, akhirnya pasti fibrosis.
Di daerah tropis, granuloma berhubungan dengan banyak penyakit infeksi,
contoh TB, morbus Hansen, penyakit jamur profunda, leishmaniasis, treponema
pallidum (sifilis?).
Bukan cuma karena infeksi. Necrobiosis granuloma, contoh pada GA, NLD
(karena DMT 2), rheumatoid nodule (karena RA)
Neutrophil dominan? Impetigo, erysipelas, echtyma, cellulitis, etc. (umum).
Insect Bites Management
1. Gigitan serangga mem
2. Serangganya – arthropod, chilopod, insects
3. BWS :
Gigitannya nyeri, kadang mati rasa, manifestasi kulit ringan (local eritema,
urticarial, cyanosis, etc.
Racun BWS neurotoksin alpha-latrotoxin – kanal ion kebuka di di presinaptik
terminal
Risiko tinggi – sangat muda, sangat tua, riwayat penyakit KV
Management – serius, MRS. Ca gluconate 10% IV, nyeri hebat analgesic narcotic,
muscle relaxant, benzodiazepine, L. mactan antivenin
4. Kalajengking :
Bisanya neurotoksin, kardiotoksin, nephrotoksin, hematotoksin, etc.
CF – pasien mengeluh rasa terbakar/tajam pada tempat sengatan, pembesaran
kelenjar, daerah tersengat ada ekimosis, bias juga pandangan kabur, sesak,
gerakan bolamata ireguler
Management – ringan, kompres es & steroid topical. Berat, MRS & antitoksin.
5. Insekta/serangga
Diptera (nyamuk)
Saliva nyamuk menimbulkan reaksi hipersensitif di kulit.
Gigitan nyamuk berkaitan dengan kandungan keringat seseorang.
Management – paling gampang digaruk. Kalo sensitif, perlu topical
steroid dan antihistamin
Hemiptera (bedbug)
Secara klinis, reaksi gigitan ada macula eritema dan tengahnya ada …
hemoragik.
Pada orang yang tidak sensitif, jadi papul, urtika, dan vesikel. Kalo
sensitif, bias jadi bula.
CF – gatel, digaruk, infeksi sekunder. Pada beberapa pasien, bias jadi
urtika serius.
Management – simtomatik. Gatal, antihistamin. Topikal steroid. Paling
penting KIE tentang pengelolaan kasurnya.
Himenoptera (lebah)
Biasanya lebah madu yang beracun, kira-kira 50-140 mcg/sting
Lebah baru nyengat kalo terancam, dan biasanya sengatannya yang
beracun Cuma yang betina.
Racunnya ada vasoactive amine, small polypeptide, dan enzyme.
CF – eritema, oedema lokal, beberapa kasus kalo di jalur napas obstruksi,
efek sistemik bias syok bahkan mati.
Pertama anamnesis (auto/hetero), lalu ABCD, terus penyengatnya segera
cabut. Reaksi ringan, kompres ringan, antihistamin, analgetik. Lebih
hebat, tambahin steroid. Lebih parah lagi, tambah epinefrin.
Coleoptera (tomcat)
Sengatannya mengandung iritan yang … di kulit.
Vesicant toxin, paederin.
Biasanya kasusnya terjadi di akhir musim hujan
CF – vesikel linier sepanjang kulit 12-48 jam habis kontak, nekrosis pada
sentral lesi. Letak di lipatan? Kissing lesion (?)
Management – cuci pake air + sabun, kompres dingin, topical steroid,
kalo ampe sakit, steroid oral. Ada infeksi, antibiotic oral
DD – HZV, HSV, dermatitis kontak alergi/iritan, phytophtodermatitis
Siphonaptera (kumbang)
Serangganya nggak menyengat, nggak bersayap, tapi loncat.
Antigenic saliva. Nanti ada reaks papul urticarial. Resisten,
linier/bergerombol. Sensitif, rekuren. Lesi di daerah tidak tertutup
pakaian
Management – gatel, antihistamin. Kulitnya sensitif, pake baju lebih
tertutup.
Parasite Infestation
1. Scabies (tungau) :
Disebabkan Sarcoptes scabiei, harus diliat pake mikroskop. Kakinya 8, gendats.
Tungaunya bias bertahan hidup di luar tubuh hostnya 3-7 hari.
Siklus hidup sepenuhnya di kulit manusia. Fotonya ada di slide
CF – gatal, memburuk di malam hari (aktif bikin terowongan, biasanya di kulit
yang tipis biar gampang). Papul eritema kecil, lesi polimorfik, terowongan garis
tipis keabuan (susah kalo pasiennya aktif ngegaruk lesi).
Tes tinta cina & salep tetracyclin buat bantu nyari terowongannya.
Jenis-jenis scabies :
Nodular scabies – perlu dianamnesis ada riwayat keluarga/ga.
Scabies incognito – salah penanganan di awal. Lesinya jadi nggak khas
dan meluas.
Scabies bullosa – susah dibedain ama pasien … bullosa. Biasanya lebih
sering di anak-anak, imunokompromise.
Scabies crustosa – susah dibedain ama yang atipikal. Muncul di lesi berkrusta.
Muncul di pasien imunokompromise & terlantar (?), perlu steroid dosis tinggi
jangka panjang. Lesinya biasa di tangan, kaki, leher. Scrapping di lesi, bias ampe
ribuan tungaunya.
Cardinal sign scabies – nocturnal pruritus. Resiko tinggi kalo serumah, sekamar,
etc.
Scrapings – tetes mineral oir, scraps, then put on scrapping on glass slide, tetes
minyak.
Treatment – topikal, pertimbangin hamil/ga, efektifitas, ketersediaan obat,
kenyamanan pasien. Tabelnya di slide.
2. Pediculosis
Pediculosis capitis :
Penularannya karena kontak erat/sharing alat-alat. Menyerang anak &
kelompok usia muda.
Siklus hidup di slide. Kopas ae.
CF – biasa di pangkal rambut (aktif), di bawah rambut (inaktif). Salifanya
mengandung antikoagulan yang iritatif. Cari telurnya, di daerah oksipital
& ...
DD tabelnya di slide. Kopas ae.
Pedikulosis korporis :
Sama genusnya sama kutu kepala, tapi lebih gede. Gejala klinis ga khas.
…
Pediculosis pubis :
Perhatiin juga aksila, dll.
CF nggak khas, erosi ekskoriasi etc. Khasnya Cuma macula …
Management – eradikasi kutu, jangan pake barang kepala samaan, topikal, oral
drug, etc.
3. Cutaneous larva migrant :
Most common in tropical area
SU, kebanyakan anak-anak
Keluhan awalnya biasanya geli, gatel, ketusuk. Beberapa lama, makin ningkat.
Anamnesis, riwayat sering jalan tanpa alas kaki, berjemur, pekerjaan sebagai
tukang kebun, etc.
Penyebab tersering – A. braziliensis, etc.
CF – pruritus, papul eritema meluas, …, sering ada infeksi sekunder akibat
garukan, gejala sistemik, beberapa pasien menimbulkan pneumonia, etc.
Tes – CBC, rontgen (?)
Biasanya di ekstremitas bawah
Management – obat antihelminth (albendazole, ivermectin), topical tialbendazol,
cryotherapy (local, baru sistemik)
Morbus Hansen/Lepra
1. Etiologinya bakteri M. leprae. Tidak sesuai postulat Koch. Kalo TB lebih demen di paru,
M. leprae lebih demen di saraf perifer. Kebanyakan penyebarannya airborne. Lama
banget inkubasinya.
2. Epid – Indonesia #3 most MH cases, most affected by multibaciller cases.
3. Pathogenesis – rely on cellular immunity.
M. Leprae Schwann cell CMI response chronic inflammation perineurium
swelling ischemia, fibrosis, axonal death. Skemanya ada di slide, kopas ae.
4. Classification
Madrid – I, T, B, L.
Ridley-Jopling – TT, BT, BB, BL, LL
WHO – PB (I, TT, mostly BT, BTA (-)), MB (BB, BL, LL, some BT, BB, BL, BTA (+))
Tabel perbandingannya di slide.
5. CF – hypopigmented macule, normal/slight decrease sensation, perspiration & hair
growth normal, located in face, back, arms extensor.
TT type – erythematous macule, solitary/few, surface dry, well-defined margin,
anesthetic, peripheral neuropathy.
BT – TT & BT, similar to TT. Hypopigmented macule, ill-defined, dry surface, mild
nerve damage, satellite lesion (+)
BB – TT + LL, punched out lesion (+), less stabile, satellite lesions (+)
BL – similar to LL, but less. Normal skin, plaque and punch out lesions (+)
LL – abundant lesion, no normal skin, smooth surface, shiny, ill defined, terminal
stage – thickening lesions. Madarosis – facies Leonina.
Leprosy cardinal sign – hypopigmented/erythematous macule, papule, plaque,
nodule, or infiltrate. Anesthesia/hypoesthesia, thickened nerve, positive slit skin
smear, endemic region travel history (East Java, Sulawesi)
1 or 2 out of 4 cardinal sign, positive.
Other CF in slide. Testis : gynecomastia, acude epididimitis, orchitis, atrophy.
6. DD – dermatofitosis (itchy, well-defined margin, polymorph, eczema marginatum), Tinea
vesicolor (hypopigmentation macule), pytiriasis rocea (Herald patch, Christmas tree
pattern)
7. Examination – anamnesis (chief complain, contact history with infected person, family
background, complete address), inspection (politely ask for get off clothes to get a
whole skin exam. Look for macule, nodule, scar, wrinkle skin, thickening, hair loss),
palpation (nodule, infiltrate, scar, ulcus on hand & feet), nerve function test (lesion
sensibility (tes air panas & dingin)), VMT, autonomic nerve function (jalan berapa meter,
gitu. Tes ada keringat ato nggak), slit skin exam (BI)
8. Lab exam – bacteriology (slit skin, ZN staining), histopathology, serologic (cuma buat
penelitian)
9. Treatment – 2 out of 4 cardinal sign, treat. MDT. PB 2-5 lesi, diminum 6 bulan. Sepaket
sebulan. Isinya Rifampicin & DDS.
MB lesion – 12-18 bulan. Isinya Rifampicin, DDS, Clofazimin.
10. Leprosy reaction – acute manifest of chronic leprosy (udah minum, sedang minum, ato
belom minum, karena perubahan CMI)
Tipe 1 – Reversal reaction
Hypersensitivity reaction, delayed type
Borderline, cellular immunity rapid rise
Shift leprosy type toward PB
CM – change in skin lesion, neuritis w or w/o general status
Tipe 2 - Erythema nodosum leprosum
MB patient
Humoral reaction – plenty bacil destroyed, turns to antigen
Immune complex reaction – deposited skin, spontaneous neuritis, …
Penanganan ga selalu steroid. Lebih ke analgesic dan sedative dan rest and
immobilization. Prednisone (moderate & severe), NSAID for mild.
11. Kusta menimbulkan disabilitas. Grading disabilitas akibat kusta dari WHO, ada tabelnya.
Tabelnya di slide. Mainly ada 2 deformitas :
Primary – dari M. lepranya sendiri. Multiplikasi, then destroy neuron.
Secondary – inflammation
12. Prevent disabilities – earlier treatment, earlier leprosy reaction detection, manage
leprosy reaction, monitoring and self-report, exercise using aids, rehab (recons surgery)
Di rumah – self care at home, cek mata, tangan, kaki dengan teratur. Jangan sampe
mata, tangan, dan kaki luka. KUSTA NGGAK BOLEH SWATERAPI!
Cek mata – lagoftalmus. Ngaca, kalo merah ada korpus alienum. Cara nutupinnya, pake
sunglasses.
Tangan – cek tangan baik-baik. Lindungin pake sarung tangan (?). Kalo ada luka, treat &
immobilize.
Kaki – cek kaki. Lindungin pake alas kaki.
Benign Neoplasia and Hyperplasia of Melanocyte
1. CNN (Congenital Nevomelanocytic Nevi)
Paling sering. Muncul beberapa saat setelah lahir, nggak ada perbedaan
perbandingan pada laki & perempuan. Kulit lebih terang, lebih sering terjadi.
Penelitian di textbook Fitzpatrick pernah membandingkan nevus di kelompok
usia. 3 dekade pertama, cenderung naik ukurannya. Masuk dekade keempat,
mulai kecil.
Etiologi – mutasi genetic di sel punca melanosit. Akumulasi, dia malah
menghasilkan nevomelanosit alih-alih melanosit.
CF – kebanyakan muncul pas lahir. Ada beberapa varietas atipikal, ukurannya
besar (>1.5 cm), biasanya beberapa lesi selama siklus hidup kita bisa
hipopigmented. Pada beberapa orang, bisa regresi.
Nggak ada suatu standar gimana nentuin kongenital nevus ato nggak. Kalo >1.5
cenderung kongenital dan lebih cenderung resiko melanoma.
Dermoscopy – warnanya merata kah? Retikuler kah? Nevus ukuran besar,
pigmentasi dan struktur pigmen bervariasi. PENTING!
Nevus bisa ditemukan di hampir seluruh tubuh. Lesi besar, banyak lesi satelitnya.
Beberapa kasus, nevus besar ada penyakit dasarnya. Pada kasus CNN, bisa
didapatkan gejala neurologis seperti kejang, deficit neurologi fokal, makanya
perlu diperiksa lebih lanjut.
Gambaran histopatologi – nevomelanocyte epidermis bentuknya kayak
lembaran, nyebar, tapi susah bedain mana yang kongenital dan mana yang
acquired. Dibagi lagi jadi dermal, epidermal, junctional.
Special test – perlu MRI, etc. Algoritmanya ada di slide. Kopas aja.
DD – kotaknya ada di slide. Kopas ae.
Prognosis – evolusinya dinamis selama pertumbuhan manusia. Bisa
hipopigmentasi, halo…, regresi spontan.
Terapi – tergantung factor kosmetik (sebenernya lesinya nggak mengarah ke
melanoma, tapi mengganggu penampilan, bisa eksisi). Kalo di daerah yang nggak
mengganggu kosmetiknya, tapi mengarah ke melanoma, ya diskusi ama pasien.
Makin kecil lesi, makin bagus post-opnya.
Pencegahan – ya mau gimana. Nggak ada. Lebih ke KIE pasien, dengan riwayat
keluarga melanoma, proteksi dari paparan sinar matahari berlebih. Penelitian,
nevusnya ada perubahan karakteristik di tempat yang sering sun-exposed.
2. Nevus spillus :
Jarang terjadi. Pada orang kulit gelap, belum ada data prevalensinya. Nggak ada
perbedaan angka kejadian antar gender.
Gambaran klinis – patch/macula hiperpigmentasi, diikuti hiperpigmentasi
multiple. Ukuran cukup besar, muncul di mana saja tapi lebih sering di
ekstremitas.
Etiologi & pathogenesis – hamper sama kayak CNN
Temuan klinis – evolusi dinamis, bisa jadi lebih gelap, yang tadinya datar bisa jadi
plak, perlu pemeriksaan lampu Wood, perlu dermoscopy buat menyingkirkan
adanya melanoma.
Related CF – sering dikaitkan dengan anomalitas vaskuler, CN, dan surround
tissue, athropy muscular, gangguan pigmen lainnya.
Histopatologi – melanosit naik, pola yang …,
DD – kotaknya di slide
Komplikasi – penelitian menunjukkan beberapa melanoma diawali nervus spillus.
Prognosis – evolusi dinamis, tapi beberapa kasus bisa jadi melanoma.
Treatment – nggak ada standar baku. Lebih ke preventif. Karena ada hubungan
dengan melanoma, kalo bisa dijaga dari paparan sinar matahari.
3. Kista epidermoid :
Lebih sering di wajah, kulit kepala, leher, dan badan.
Lesi jinak. Lebih banyak di pria (2:1)
Pasien nggak ada keluhan biasanya, Cuma rada ga nyaman aja gegara ada
benjolan di badannya.
Beberapa case report, nggak ada proses berubah jadi keganasan.
Patofisiologi – proliferasi – dinding kista – sel epidermal menghasilkan konten
kista (?). Penelitian ada yang menyatakan paparan sinar UV dan HPV berperan
dalam pembentukan kista epidermoid, cuma ya dikit doang.
Mekanisme pembentukan kista epidermoid – paparan UV, oklusi (daerah
inguinal, pubis), infeksi HPV.
Gambaran klinis – sewarna kulit/kekuningan, nodul bulat, sentralnya ada
punctum (isinya kista di sini)
DD – milia, kista dermoid, etc.
Lab – Pada lokasi tak umum, contoh payudara (FNAB), CT scan pada intracranial
(WTF?). Tergantung lokasi dari kistanya. Ragu DD? Histopatologi. Tapi jarang.
Prognosis – bagus, sih. Biasanya pasien mah jarang ngeluh. Pada lokasi yang
banyak friksi, lesinya bisa inflamasi, terus baru inflamasi.
Treatment – kalo nggak ngeluh, ya nggak diobatin rutin. Kalo ada radang, injeksi
triamcinolone. Antibiotik, kalo ada infeksi sekunder berat.
Lesi besar, lokasi mengganggu, surgical care. Yang jelas, seluruh kapsul kista
harus diangkat. Kalo sisa, bakal kebentuk kista baru lagi. Nggak butuh insisi
mayor, kok. Terus pelan-pelan diangkat kistanya.
Komplikasi – post-op, infeksi kalo nggak bagus perawatan lukanya. Rekurensi
(kalo nggak teliti, nggak semua keangkat), jaringan parut post-op, keganasan
jarang banget.
4. Blue nevus :
Nevus, cuma lokasi sel nevusnya dalem banget. Makanya secara klinis
gambarannya kebiruan.
Epid – lebih sering perempuan, lebih sering Asian.
Etiologi – ga jelas, diduga migrasi inkomplet dari melanosit. Birunya karena efek
Tyndall (melanosit di lapisan dalem)
Gambaran klinis – warna nevus biru/biru agak item, plak/nodul, 0.5-1 cm,
biasanya di ekstremitas distal, atau bagian manapun.
Biasanya di kanak-kanak/dewasa muda
DD – kotaknya di slide
Pendekatan algoritmik (di slide)
Kalo komponennya jinak, gaperlu eksisi.
Diagnosis – klinis aja. Ragu? Dermoscopy. Ragu juga? Biopsi.
Treatment – nggak perlu. Lesinya gede, pertimbangin eksisi. Eksisi sekalian
histopatologi. Kosmetik mengganggu? Angkat lesinya.
Disorder of Sebaceous Gland, Sweat Gland, and Pigmentation
A. Sebaceous gland disorder
1. Acne vulgaris :
Acne vulgaris – chronic inflammatory of pilosebasceous follicles. Di region
infundibulum.
Karakteristik komedo (open/blackhead dan closed/whitehead), papule,
pustule, nodules, and often scars (problemnya di sini)
Epid – SU. Ada acne-neonatorum (1 bulan-setahun, jarang). 85% adolescent,
pengaruh hormonal. Lokasi face, neck, back, upper arm.
Patofisiologi – multifactor. Dasarnya, dia ada retensi hyperkeratosis first
recognized. Skuamanya lepas dari kulit.
Lesi utamanya comedo. Komedo – dilatasi epitel folikel rambut, diisi sama
keratin yang hyperkeratosis, debris kulit, sama minyak sebum.
4 key element – follicular epidermal hyperproliferation (hyperkeratotic
infundibulum), excess sebum, inflammation (proliferasi epidermal nambah,
clogging, cohesion nambah, karena penumpukan sebum), prescence and
activity of P. acnes (nanti jadi pustule).
Predisposing factors – comedogenic greasy (acne cosmetica. Biasanya gegara
mineral oil, compact powder, etc.), mechanical or frictional forces (ngegaruk,
ngegesek, etc.), acne venenata (kena bahan kimia), drug induced acne (acne
karena obat), endocrinologic disorder.
Blackhead boleh ekstraksi, kiri nggak boleh.
Gradation acne – comedonal, papulopustular, conglobata.
Mild – comedo <20, PP <15, conglobate 0, dll.
Another grading, … (ada di slide)
DD – rosasea, perioral dermatitis, acneiform eruption
Diagnosis – CM (non inflame, closed/open comedo), inflame (papule,
pustule, nodule, cyst), distribution (face, neck, upper trunk)
Acne neonatorum – susah. DD-nya banyak. Transiently, hubungan ama
hormone androgen ibunya. Neonate, sebelum sebulan ilang. Infantil,
sebelum setahun ilang.
Acneiform eruption – onset sudden, papule dan pustules, NO COMEDO.
Assoc. with glucocorticoid, corticosteroid, INH, high dose vit B complex,
tetracycline.
Rosacea, chronic eruption of central face. Merah karena ada kronik stimuli.
Karena panas, makan pedes, perubahan cuaca ekstrem. Merahnya persisten.
Blushing gitu. Telengiectasis (pelebaran pembuluh darah kayak jaring),
hyperplasia sebaseous gland (rada bendol gitu), no comedo. Grading – makin
didiemin jadi rhynophyma (kulit idungnya nebel)
Perioral dermatitis – lesi poliformik, lebih sering di wanita usia produktif dan
anak. Etiologi nggak tau, kemungkinan infeksi candida dan sun exposure.
Khasnya – 5 mm clear zone di vermillion zone
Hyperandrogenic state – woman & children, irregular mens & hirsustism
(maskulinisasi, kek Iis Dahlia), acne resistant to conventional therapy.
Relapse quickly after isotretinoin, sudden onset of severe acne. Musti
screening
Acne treatment :
Avoid specific food? No needs.
Scrubbing face, worsen.
History OTC product
Riwayat kosmetik
Avoidance of cosmetic that drying skin
Systemic & topical antimicrobial
Systemic & topical retinoid (untuk epidermal proliferasinya normal,
nurunin sebumnya, anti-inflamasi. Cuma, hati-hati), hormonal
therapy, intralesional corticosteroid (nodul/kistik), physical modalities
(comedo extractor, laser, dermabrasi, bedah scalpel)
Pilihan topical ada di slide. PILIHAN. Yang murmer hore yang mana?
Retinoin cream. Benzoyl peroxide di cuci muka. Topikal, bagusnya
combine. JANGAN CUMA ANTIBIOTIK 1. Azelaic acid, anti-acne, nggak
terlalu efektif. Tapi bisa mencerahkan bekas jerawat.
Pilihan oral ada di slide. PILIHAN. Tetracycline, doxycycline,
minocycline. Tetracycline, bisa resisten, soalnya bisa lama
pemakaiannnya. Resisten tetracycline, bisa diganti minocycline.
Isotretinoin, side effect dan toxicity tinggi. Acne conglobate & PP.
Mild, comedonal PP. Moderate, PP. Severe, conglobata.
Antibiotik oral & topikal jenisnya beda. Conglobata & nggak respon
konvensional, isotretinoin
Komplikasi – keloid (hipertropi), pitted scar, wide-mouthed
depression.
2. Rosasea :
Persisten eritematous macule, majority in cheek and nose, free lesion
periorbita area, laki phymatous type. CF, telengiektasis.
Tipe – ringan-berat. Eritrotelengiektatic (merah, telengiektasis, didiemin jadi
PP), papulopustular, glandular.
Burning sensation, rough and scaly skin, may purplish.
PP – papule & pustule, bengkak tebel
Glandular – papul, persisten edema, rhynophyma
Etiologi – gajelas. Diduga respon abnormal terhadap stimulus (sunlight, etc).
Ada peranan sama H. pylori, Dermodex.
Other manifest – bisa di muka, tapi juga di muka (ocular lesion), bisa ampe
kuping, assoc. with topical steroid.
Pengobatan, mirip acne. General – sunscreen, avoid irritant, cosmetic
camouflage, Topical metronidazole, Benzoyl peroxide, etc.
DD rosasea – bisa perioral dermatitis. Ada di atas kok.
Penyebab perioral dermatitis – gaje. Fluorinated topical (tooth paste, cream),
sun exposure, hormonal, long term corticosteroid.
Treatment – sistemik (tetrasiklin, eritromisin), topical therapy
(metronidazole, takrolimus, other topical). First line second line, table di
slide.
Prevention – topical corticosteroid, control.
B. …
1. Milliaria (biang keringet?):
Common eccrine sweat glands, increase head and humidity
Patogenesis – blocked/obstruction on eccrine ducr – leakage into dermis or
epidermis.
Tipe – rubra (merah), kristalina (kayak Kristal), pustulosa (pustule), profunda
(deep sheath), hypohydrosis pascamilliaria, anhidrotic asthenia tropical. 3
pertama disebut, sering.
Milliaria kristalina – di area terbuka. paling superfisial, tipis, vesikel kecil,
nggak gatel. Kalo cuaca balik, tar pecah sendiri.
Milliaria rubra – fold and friction area. Erythematous papule. Course progress
with cool bathing. Kalo di pipi bayi, keliatan banget.
Milliaria pustulosa – ada riwayat dermatitis, long time bed rest.
Milliaria profunda – itchy (-), deep whitish papule, fast onset, asimtomatis,
trunk.
Dll.
Treatment – cool environment, kompres air dingin, lanolin (restore normal
sweat), hydrophilic ointment, …
2. Hidradenitis supuratif :
Kronis, recurrent abcess formation, di area lipatan banyakan, contain
ternminal hair and apocrine glands.
CF – tender red nodule, firm but soon become fluctuant (kayak ada massnya
kalo diteken), painful, ruptur (supurasi, formation sinus tract, extensive
scarring. Biasa padet panjang-panjang.
Patogenesis – ada gambarnya di slide
Aksila – di inguinal dan inframamal (Pr), di perianal, retroauricular (Lk).
Chronic and severity – risk SCC
Etiologi – ada di slide.
Predisposing factor – genetic, obese (friction, masuk kuman), smoking,
immune dysfunction, DM, hyperandrogen
DD – furuncle, abses bartolin, skrofuloderma, aktinomikosis, granuloma
inguinale, limfogranuloma venereum (LGV)
Terapi – nodul fibrosis, corticosteroid intralesion injection + antibiotic.
Antiseptik, chlorhexidine. Hiperproliferasi keratinosit, isotretinoin.
Semuanya masalah, eksisi.
C. Pigmentation Disorder
1. Dasar pigmentasi
Pigmentasi – melanin, degree of vascularity, kadar karoten. Tipe melanin
(pheomelanin yellow/bright, eumelanin, brown)
Melanin dibentuk tyrosine via tyrosinase, di melanosome pada melanosit.
Sel melanosit di antara keratinosit. 1 melanosit … epidermal melanin unit.
Wood light exam – evaluasi lesi hiper/hipopigmentasi. Letaknya juga bisa
dievaluasi
2. Vitiligo :
Begins 10-30 years old, acquired.
Uncertain etiology, supposed to be sun exposure. Kelainan, sel melanosit
mati.
Patogenesis – mungkin autoimun, mungkin neurohumoral, mungkin ….,
ato yang lainnya.
CF – depigmented (putih kek kapur) ke rambut-rambut, ga gatel ga sakit,
trichrome (putih-gelap-normal, gradasi), inflammatory (putih, pinggirnya
merah)
6 type – localized, segmental (ngikutin dermatome), generalized,
universal (hampir gak ada kulit normalnya), acrofacial (resisten
pengobatan), mucosal (di mukosa)
Hipersensitive to UV. Sekali ada lesi vitiligo, udah burned. Musti pake
sunblock (SPF berape?)
Bisa berhubungan dengan okuler. Idiopatik/underlying immune disease
(anemia pernisiosa, insulin dependent, hashimoto thyroiditis). Kasian
psikologisnya.
CM – melanosit gaada (kalo albino, melanosit ada tapi ga produksi
melanin)
DD – tinea versicolor, lichen sclerosis (jarang), pinta 3rd stage (akibat
treponema)
Treatment – repigmentasi spontan, 15-25%. KIE pake sunblock, sama
covermark (kosmetik kamuflase)
Topical steroid (focal)
Systemic (kalo progress)
Phototherapy (UVB, kontraindikasi kalo light-sensitive)
Surgical – grafting
Total depigmentation
Dermatomycosis
1. Dermatomycosis – fungal skin infection.
2. Classification – superficial (dermatophyte (most common. Tinea corporis, etc) & non-
dermatophyte (pytiriasis versikolor, candidosis, tinea nigra, piedra)) & deep (SC
(mycetoma, sporotrichosis, etc), systemic (hitoplasmosis, etc))
3. Etiology – dermatophyte. Habitat – geophilic (soil), zoophilic, anthropophilic.
Genera – tricophyton, epidermophyton, microsporum.
4. PG – attach to keratine and use it as nutrient source, then colonized in keratinized tissue
(str. Corneum, hair, nail). They can’t live without keratin.
Tinea type – according to infection site. Capitis in head, corporis in trunk, etc.
5. Tinea corporis :
CF – Glabrous skin, itchy (esp. when sweating), well define macule polymorph.
Advance peripherally, leaving central, marginate eczema.
Tinea Pedis’ CF (athlete’s foot) – 4th and 5th toes. Scaling, erosion & erythema in
interdigit & subdigit. Chronic – occlusion bacterial coinfection, pruritus,
malodourous.
Type – moccasin – bilateral, 2 feet 1 head syndrome.
Tinea manus’s CF – classic ringworm pattern with prominent scaling border
Tinea unguium (nail tineasis) – clinical type, 4, distal subunguinal (from distal
nailbad. Whitish to brown-yellowish), proximal subunguinal (whitish beige, …),
white superficial, total dystrophyc onychomycosis (all type present)
Tinea cruris (eczema marginatum, jocky itch) CF – affect perianal, groin, pubic
area. Multiple erythematosus, papulovesicle, well defined margin, raised border,
central clearing, unilateral half-moon shape shattering.
Tinea corporis – glabrous skin, annular lesion with scale across entire
erythematous border, concentric vesicular ring (tinea imbricate)
Tinea capitis – affecting scalp and associated hair. CF – grey patch ringworm (M.
aud.., & M. canis., well defined, hyperkeratotic, wood’s light green caused by
macro…) , kerion (inflammatory type, M.canis & gypseum, scarring alopecia,
pruritic, pain, posterior cervical lymphadenopathy, papulopustular lesion), black
dot (hairs broken at scalp level, furuncle-like lesion)
6. Diagnosis :
CF
KOH 10-20% (kerok di gray-patch yang di skuamanya,
Wood’s light
DSA (Dextrose Saburaud’s Agar)
7. DD (di slide)
8. Treatment :
Topical – Salicylic acid (3-6%, to exfoliate keratin) + benzoic acid (whitfield
ointment)
Azoles – miconazole 2%, clotrimazole, ketoconazole.
Systemic – griseofulvin 500 mg/day for 6-8 weeks (dewasa), 10-25 mg/kgBB
(anak) untuk inhibisi pertumbuhan fungi, biar stagnan situ aja. Kalo alergi
griseofulvin, alternativenya ketoconazole. Tapi hepatotoksik. Jadinya
Itraconazole. Terbinafine paling efektif. Mutlak sistemik.
Antibiotic, if infection occurred.
Non medicamentosa – KIE.
B. Non dermatophytosis
1. Pytiriasis versicolor