Qurdis
Qurdis
Miftachul Chusnah
Peneliti Agama pada Pusat Studi al-Quran dan Kebangsaan (Pusaka)
Institut Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta
Miftachul Chusnah, Book Review: Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan Hadis | 173
Padahal jihad, menurut al-Quran dan karena ketidaktepatan dalam memilih metode
pengamalan Rasulullah, kata Nasaruddin, tidak penafsiran nash.
selalu dan tidak harus identik dengan kekerasan,
Metode Tafsir
apalagi untuk membunuh jiwa-jiwa tak berdosa.
Harus diapresiasi, para mufasir (ahli tafsir)
Berbagai ayat tentang jihad pada umumnya selalu
telah berhasil merumuskan metode tafsir dalam
diawali dengan perintah hijrah sebelum berjihad.
upaya membumikan pesan Tuhan yang terkandung
Redaksi yang digunakan al-Quran selalu hajaru wa
di dalam nash. Di sisi lain, para ulama hadis
jahadu, tidak pernah terungkap redaksi wajahadu
juga telah merumuskan metode kritik hadis dan
wa hajaru. Rasulullah sendiri memilih mundur dan
pendekatan pemahaman matn hadis yang terekam
hijrah untuk mencapai tujuan mulia.
dalam berbagai karya ulum al-hadis dan syarh
Karena itu, buku ini menurut Nasaruddin,
al-hadis sebagai upaya menjaga autentisitas dan
diharapkan mampu menjadi panduan khusus dalam
memahami hadis Rasulullah SAW.
memahami sejumlah ayat dan hadis yang sering
Secara metodologis corak tafsir terbagi
dijadikan dasar oleh orang-orang yang bermaksud
menjadi dua kelompok, tafsir bi al-ma’tsur dan
tidak obyektif terhadap Islam.
tafsir bi al-ra’yi. Dari dua metode ini berkembang
Sebagai panduan buku ini disusun dalam lima
beberapa induk model metode tafsir, yakni al-
bab, diawali dengan bab pendahuluan yang berisi
tahlili, al-maudhu’i, al-ijma’i, dan al-muqaran.
garis besar isi buku, diikuti oleh bab dua yang secara
Tafsir bi al-ma’tsur disebut juga dengan tafsir
khusus mengidentifikasi dan menginterpretasi ayat-
bi al-manqul atau bi al-riwayat, yakni metode
ayat al-Quran dan hadis tentang jihad, qital, murtad,
penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara
ahlul kitab, kafirdzimmi, kafir harbi, darussalam,
mengutip hadis-hadis Nabi, pendapat-pendapat
dan darul harbi. Dalam bab tiga dijelaskan uraian
sahabat, dan tabiin dalam penafsiran al-Quran.
tentang implikasi pemahaman al-Quran dan hadis
Dalam tafsir ini akan ditemukan penafsiran al-
secara radikal, sedangkan bab empat Nasaruddin
Quran dengan al-Quran, al-Quran dengan hadis,
berupaya menawarkan pemahaman al-Quran dan
al-Quran dengan pendapat-pendapat sahabat dan
hadis yang moderat dan toleran. Buku ini ditutup
tabiin. Seorang mufasir yang menggunakan metode
dengan kesimpulan dan saran-saran.
ini menitikberatkan pada ayat al-Quran dan
Untuk memahami isi buku karya Nasaruddin di
riwayat hadis. Isi tafsir dengan metode ini penuh
atas, dalam kaitan book review ini dipilih beberapa
dengan riwayat hadis dan jarang sekali penafsir
tema kunci untuk dikaji lebih dalam, tema kunci
menggunakan pemikirannya sendiri. Sebaliknya
itu adalah metodologi penafsiran al-Quran dan
tafsir bi al-ra’yi yang menitikberatkan penafsiran
hadis, deradikalisasi pemahaman nash, interpretasi
al-Quran pada pemahaman akal (ra’y) dalam
tentang jihad, dan implikasi pemahaman al-Quran
memahami kandungan nash.
dan hadis, gagasan Nasaruddin tentang pemahaman
Metode tafsir tahlili adalah metode penafsiran
al-Quran dan hadis yang moderat dan toleran.
ayat-ayat al-Quran melalui analisis makna yang
terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran. Penafsir
Metodologi Penafsiran al-Quran dan Hadis
memulai penafsirannya dari ayat dalam surat al-
Al-Quran dan hadis Nabi merupakan dua
fatihah hingga ayat dalam surat An-Nas.
sumber rujukan utama ajaran Islam. Karena itu
Metode tafsir ijmali adalah penafsiran al-
tidak heran jika selama 15 abad, para ulama
Quran yang dilakukan dengan cara mengemukakan
berupaya memahami kedua sumber utama itu.
isi dan kandungan al-Quran melalui pembahasan
Bahkan, upaya tersebut telah diperkaya dengan
yang tidak terperinci. Pembahasan ayat al-Quran
beragam perspektif dan pendekatan. Walaupun
dalam tafsir ijmali hanya meliputi beberapa aspek
demikian, menurut Nasaruddin, terdapat
dan dalam bahasa yang sangat ringkas.
kecenderungan umum untuk memahami nash (teks)
Metode tafsir muqaran adalah metode tafsir
al-Quran dan hadis tersebut secara leksikal, kata
yang menggunakan pendekatan perbandingan
per kata dengan pendekatan filologis gramatikal.
antara ayat-ayat al-Quran yang redaksinya berbeda
Akibat kecenderungan umum ini, pesan nash
padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-
tidak membumi dan spiritnya dirasakan jauh di
ayat yang redaksinya memiliki kemiripan tetapi
alam utopia. Petunjuk nash terkesan tidak mampu
kandungan isinya berbeda.
menyentuh problematika kontemporer yang setiap
Dalam perkembangannya, metode tahlili
saat menghampiri aktivitas keseharian umat
dibedakan menjadi beberapa corak tafsir sesuai
Islam, baik sebagai individu maupun bagian dari
dengan kecenderungan seorang mufasir, yakni
masyarakat dan bernegara. Hal seperti itu terjadi,
al-tafsir bi al-ma’tsur, al-tafsir bi al-ra’yi, tafsir
Miftachul Chusnah, Book Review: Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan Hadis | 175
Islam, mukallaf, melaksanakan ketentuan agama, sebagai upaya mengembalikan dan meluruskan
memelihara kepribadian (Ismail, 1988:10). kembali pemahaman tentang apa dan bagaimana
Struktur hadis Nabi terdiri dari dua unsur, Islam.
yakni unsur sanad, berupa susunan nama-nama Nasaruddin menyadari, penggunaan istilah
periwayat hadis, dan unsur matn merupakan teks “deradikalisasi” akan melahirkan sederet pertanyaan,
hadis, baik terkait pernyataan verbal (qaul), antara lain mengapa harus ada deradikalisasi? Apa
aktivitas (fi’l), dan persetujuan (taqrir) Nabi SAW. urgensi dan siginifikansinya bagi umat? Tidakkah
Para ulama hadis telah melakukan kritik terhadap deradikalisasi ini hanya strategi dari mereka yang
dua unsur itu sebelum mengodifikasi hadis tersebut ingin melemahkan sikap tegas negara-negara Islam
dalam kitab-kitab hadis mereka. Terhadap sanad atau yang mayoritas penduduknya beragama Islam
hadis, para ulama secara cermat dan hati-hati terhadap hegemoni Barat?
menelaah ketersambungan sanad, kemampuan Atas beragam pertanyaan itu, Nasaruddin
intelektual, dan integritas individu periwayat hadis. menegaskan bahwa gagasan deradikalisasi itu
Selanjutnya terhadap matn, para ulama menelaah muncul setelah Islam,…-sebagai agama yang
secara cermat keterhindaran teks hadis tersebut mengajarkan perdamaian dan toleransi- diberi
dari syadz (menyendiri) dan illah (cacat). stigma negatif oleh Barat. Bagi Barat Islam tidak
Untuk keterhindaran teks hadis dari syadz, lebih sebagai agama yang mengajarkan umatnya
tolok ukur yang dijadikan patokan adalah, apakah untuk melakukan teror dan tindakan anarkis
teks hadis itu tidak didukung oleh teks hadis lain, terhadap pemeluk agama lain. Stigma negatif itu
apakah teks hadis itu bertentangan dengan teks terbentuk karena beberapa faktor, yakni salah
hadis lain yang lebih kuat, apakah teks hadis itu paham terhadap Islam, informasi media Barat
bertentangan dengan al-Quran, apakah hadis yang memojokkan Islam, atau murni karena
itu bertentangan dengan akal, indra dan sejarah kebencian terhadap Islam yang diwarisi Barat dari
(Ismail, 1998: 25). orientalisme klasik (hlm. 5)
Untuk keterhindaran teks hadis dari illah, Setiap agama, pada dasarnya mengajarkan
tolok ukurnya adalah teks hadis tidak mengandung umatnya untuk berlaku kasih dan sayang terhadap
sisipan (idraj), tidak mengandung tambahan sesamanya. Pesan mendasar dari setiap agama
(ziyadah), tidak mengadung pergantian lafal (lafdh) yang ada di muka bumi adalah hidup secara damai
atau kata (kalimah), tidak terjadi pertentangan yang dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Tidak ada
tidak dapat dikompromikan (idhthirab), dan tidak satu pun agama yang mengajarkan pemeluknya
terjadi kerancuan lafal dan penyimpangan makna untuk bertindak anarkis dan menyebarkan teror.
yang jauh dari teks hadis itu (Ismail, 1998:126). Kalaupun kemudian agama tertentu, misalnya
Seorang yang hendak memahami teks hadis, Islam, dituduh sebagai agama yang mengajarkan
harus melakukan tiga langkah sekaligus, pertama, radikalisme dan terorisme karena adanya ayat-ayat
ia harus memperhatikan kualitas sanad; kedua, dan hadis tentang perang, yang harus dikoreksi
harus mencermati susunan redaksional matn; atau dikritik bukanlah ayat al-Quran atau hadisnya,
ketiga, meneliti dan memahami substani matn. tetapi pemahaman manusia yang membaca dan
Seperti halnya para mufasir dalam memahami menafsirkan ayat-ayat al-Quran dan hadis tersebut.
al-Quran, ulama hadis juga menggunakan empat Validitas dan otentisitas al-Quran dan hadis
metode dalam memahami hadis, yakni tahlili, ijmali, sebagai sumber hukum sekaligus sebagai landasan
muqaran, dan maudhu’i. Sementara pendekatan etika dan moral tidak pernah diragukan oleh
yang digunakan antara lain, pendekatan bahasa, setiap muslim. Namun ketika memasuki wilayah
sejarah, sosiologi, dan antropologi (Suryadilaga, penafsiran, faktor subjektivitas dari masing-masing
2012). penafsir tentu akan menjiwai pandangannya
terhadap sebuah ayat atau hadis. Karena itu, wajar
Deradikalisasi Pemahaman Nas jika kemudian kita menemukan tafsiran yang
Deradikalisasi pemahaman al-Quran dan Hadis berbeda dari beberapa kitab tafsir tentang sebuah
yang menjadi judul buku Nasaruddin ini berupaya ayat atau hadis.
menghapus pemahaman radikal terhadap ayat- Untuk menghindari radikalisasi pemahaman
ayat al-Quran dan hadis, terutama ayat atau hadis al-Quran ada beberapa langkah yang perlu
yang berbicara tentang konsep jihad dan perang ditempuh. Pertama, memperlakukan ayat yang
melawan kafir. Karena itu, deradikalisasi dalam ingin dipahami al-Quran secara objektif. Dimulai
konteks itu tidak dimaksudkan sebagai upaya dengan mengumpulkan semua surat dan ayat al-
menyampaikan pemahaman baru tentang Islam Quran dalam tema yang akan dikaji. Ayat-ayat
dan bukan pula pendangkalan akidah, melainkan tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan
Miftachul Chusnah, Book Review: Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan Hadis | 177
Karena itu untuk memahami jihad, Nasaruddin keagamaan fundamentalis dan gerakan keagamaan
memulainya dengan menelusuri makna jihad secara radikal. Implikasi politik akan melahirkan phobia
etimologis, pandangan ilmuwan Barat tentang Islam, keterpecahbelahan umat Islam, dan
jihad, perspektif al-Quran tentang jihad, menelusuri hilangnya kekuatan kekuatan Islam.
makna jihad dalam koteks turunnya ayat Makkiyah Gerakan Islam radikal adalah sebuah kelompok
dan Madaniyyah, persepktif fukaha tentang hukum yang mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan
jihad, perspektif jihad dalam pandangan tokoh fanatik dan berjuang untuk menggantikan tatanan
pergerakan Islam: Ibn Taymiyah, Muhammad bin nilai dan sistem yang sedang berlangsung dengan
Abd al-Wahhab, Sayyid Abu A’la al-Maududi, tatanan nilai dan sistem Islam.
Hasan al-Banna, Sayyid Quthb. Selanjutnya Meminjam Esposito, Nasaruddin
Nasaruddin juga mengkaji tuduhan surah al-Qital mengidentifikasi beberapa landasan ideologis yang
sebagai landasan berperang, kemudian memaparkan dijumpai dalam gerakan Islam radikal: (1) kelompok
ayat al-Quran dan hadis tentang qital. ini berpendapat bahwa Islam adalah agama yang
Hasil penelusuran Nasaruddin terhadap komprehensif. Dengan demikian Islam merupakan
istilah jihad secara etimologis dan terminologis agama yang mengatur segala aspek kehidupan
menunjukkan bahwa secara etomologis, terma baik sosial, politik, hukum, ekonomi, dan lain-
jihad tidak mengandung makna kekerasan sedikit lain; (2) ideologi masyarakat Barat yang sekuler
pun, lain halnya dengan pengertian terminologis, dan materialistik harus ditolak. Jika masyarakat
terma jihad, banyak yang mengidentikkannya mencontoh ideologi Barat berarti masyarakat
sebagai tindakan memerangi orang kafir. muslim tidak berhasil karena ideologi masyarakat
Sementara penelusurannya terhadap Barat bukan ideologi yang ideal menurut ajaran
pandangan ilmuwan Barat tentang jihad, Islam; (3) mereka cenderung mengajak pengikutnya
Nasaruddin mencoba menghadirkan pemikiran untuk “kembali kepada Islam” sebagai usaha
keislaman seorang ilmuwan kontemporer yang untuk melakukan perubahan sosial. Perubahan
terbilang kontroversial. Tokoh tersebut adalah sosial yang diinginkan oleh masyarakat Islam
Mark A. Gabriel, tokoh yang hingga kini belum adalah perubahan sosial yang berlandaskan pada
diketahui nama aslinya. Ia pemikir liberal di tengah sumber hukum Islam yang utama, yakni al-Quran
kelompok dan lingkungan muslim garis keras di dan Hadis; (4) Ideologi Barat harus ditolak, oleh
Mesir. Dalam salah satu bukunya yang terkenal karena itu masyarakat muslim harus menegakkan
Islam and Terrorism (2002) setebal 235 halaman, hukum Islam; (5) kelompok ini memberlakukan
Gabriel mengukuhkan terjadinya relasi antara sistem sosial dan hukum yang sesuai dengan ajaran
Islam dan terorisme, mulai dari akar terorisme yang dibawa Nabi Muahmmad SAW dan menolak
dalam Islam hingga perkembangan jihad di era ideologi Barat tetapi sebenarnya kelompok ini tidak
kontemporer. Nasaruddin kemudian mengelaborasi menolak modernisasi. Modernisasi dalam bidang
pandangan-pandangan Gabriel tentang jihad. Hasil sains dan teknologi diterima asal tidak bertentangan
elaborasinya menyimpulkan bahwa paradigma dengan ajaran Islam; (6) mereka berkeyakinan
keislaman ala Mark A. Gabriel adalah paradigma bahwa upaya-upaya Islamisasi pada masyarakat
yang banyak dipahami oleh mayoritas orientalis, muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan
terutama terkait dengan doktrin jihad dan perang aspek pengorganisasian pada masyarakat ataupun
dalam Islam. Salah satu pandangan Gabriel yang pembentukan sebuah kelompok yang kuat. Selain
menjadi perhatian Nasaruddin adalah pandanganya itu dengan meyakinkan pengikutnya untuk
yang menyatakan bahwa motif utama dari jihad menjalankan tugas suci keagamaan dalam rangka
adalah untuk membasmi manusia yang tidak menegakkan hukum Islam.
menerima Islam sebagai agamanya. Gabriel juga
memahami bahwa praktik jihad di zaman Nabi Menuju Pemahaman al-Quran dan Hadis yang
adalah memerangi warga Kristen dan Yahudi Toleran dan Moderat
ataupun orang-orang yang menyembah berhala. Membaca judul bab ini dalam buku Nasaruddin,
ternyata tidak pereview temukan akan terbayang
Implikasi Radikalisasi Pemahaman al-Quran bahwa ia akan menguraikan metode atau langkah
dan Hadis dalam memahami al-Quran dan Hadis sehingga
Radikalisasi pemahaman al-Quran dan Hadis tidak melahirkan pemahaman yang radikal, tapi
menurut Nasaruddin melahirkan beragam implikasi pemahaman yang toleran dan moderat.
baik teologis, sosiologis maupun politis. Implikasi Bayangan itu, karena dalam bab ini ia justru
teologis dapat melahirkan paham fundamentalisme. melakukan penjelasan panjang tentang konsep-
Implikasi sosiologis akan melahirkan Gerakan konsep seperti, Islam rahmatan li al-alamin, Islam
Miftachul Chusnah, Book Review: Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan Hadis | 179