Anda di halaman 1dari 17

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beberapa Pengertian Pokok

2.1.1 Pengertian Harga

Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau

jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari

memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa (Kotler dan Keller, 2009:345).

Selain itu harga merupakan sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa,

atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat

dari memiliki atau menggu nakan barang atau jasa (Kotler dan Armstrong,

2004:430). Harga tidak hanya tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi juga

memperhatikan berbagai hal. Murah atau mahalnya harga suatu produk tergantung

pada spesifikasi dan keunggulan dari produk itu sendiri yang sangat relatif

sifatnya.

Menurut Lamb et. al., (2001:268) harga merupakan apa yang harus

diberikan oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk. Harga

sering merupakan elemen yang paling fleksibel di antara keempat elemen bauran

pemasaran. Selain itu, Walker et. al., (2000:78) mengungkapkan penerapan

kebijakan harga rendah dibandingkan dengan pesaing dapat diciptakan, apabila

perusahaan memiliki keunggulan bersaing pada biaya rendah (low cost)

Dalam artian yang lebih luas menurut Kotler dan Armstrong (2004:430),

Harga adalah jumlah semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka
7

mendapatkan manfaat dengan memiliki atau menggunakan barang atu jasa. Secara

historis, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan pembeli.

Kotler (2000:456) mengatakan bahwa penetapan harga dan persaingan harga

merupakan masalah nomor satu yang dihadapi oleh para eksekutif pemasaran.

Namun, banyak perusahaan tidak mampu menangani penetapan harga dengan

baik.

2.1.2 Strategi Penetapan Harga

Sembilan strategi harga mutu dapat disajikan pada Gambar ini.Berikut merupakan

penjelasan dari Tabel 2.1. dimana ada 9 penjelasan dari Harga dan Mutu:

Mutu Produk Harga Produk

Tinggi Menengah Rendah

Tinggi 1.Strategi Premium 2. Strategi Nilai 3. Strategi Nilai

Tinggi Super

Menengah 4.Strategi Terlalu 5. Strategi Nilai 6. Strategi Nilai


Mahal
Menengah Baik

Rendah 7.Strategi Terbantai 8. Strategi 9. Strategi

Ekonomi Salah Ekonomi

Tabel 1 Penjelasan Harga dan Mutu

Pertama, strategi diagonal 1,5, dan 9 semuanya dapat bertahan pada pasar

yang sama, yaitu perusahaan menawarkan produk bermutu tinggi pada harga

tinggi, perusahaan lain menawarkan produk bermutu rendah pada harga rendah

dan pada mutu menengah perusahaan menawarkan harga menengah. Kedua,


8

strategi penempatan 2,3, dan 6 yaitu menunjukkan cara untuk menyerang posisi

diagonal. Stategi 2 menyatakan produk kami memiliki mutu yang sama dengan

produk 1, tetapi harga yang ditawarkannya lebih rendah. Ketiga, menyatakan hal

yang sama dan bahkan menawarkan penghematan yang lebih besar. Demikian

halnya strategi 6, jika konsumen mementingkan mutu yang menengah dengan

harga rendah. Ketiga, strategi penempatan 4,7, dan 8 di mana, perusahaan

menetapkan harga terlalu tinggi dibandingkan dengan mutunya. Konsumen akan

merasa dirugikan dan akan mengeluh atau menceritakan hal-hal buruk pada

konsumen yang lain. Strategi ini harus dihindari agar setiap perusahaan dapat

bersaing.

Stanton (2002:178) mengatakan bahwa harga adalah sejumlah uang yang

dibutuhkan atau dikeluarkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah

produk dan pelayanan yang menyertainya. Purnama (2001:96) menyatakan bahwa

suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya, yakni ketika:

a. Perusahaaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk

baru.

b. Perusahaan tersebut baru pertama kalinya memperkenalkan produk

regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru.

c. Perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru.

Menurut Lupiyoadi (2006:158) keputusan penetapan harga juga sedemikian

penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan layanan jasa dinilai oleh

konsumen, dan juga dalam proses mernbangun citra. Kegiatan penetapan harga
9

memainkan peranan penting dalam proses bauran pemasaran, karena penetapan

harga terkait langsung nantinya dengan revenue yang diterima oleh perusahaan.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga

Kotler (2005:315) menyatakan faktor-faktor yang menentukan kebijakan

penetapan harga terdiri dari;

a. Memilih tujuan penetapan harga.

b. Menentukan permintaan.

c. Memperkirakan biaya.

d. Menganalisa biaya, harga, dan tawaran pesaing.

e. Memilih metode penetapan harga.

f. Memilih harga akhir.

Penetapan harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi tujuan pemasaran perusahaan,

strategi bauran pemasaran, biaya, dan metode penetapan harga. Faktor eksternal

meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan, faktor lingkungan lain

(perekonomian pemerintah). Sebelum penetapan harga dilakukan, tujuannya harus

ditetapkan terlebih dahulu, tujuan penetapan harga meliputi:

a. Orientasi laba.

Perusahaan dapat memilih satu di antara dua tujuan berorientasi laba dalam

kebijaksanaan penetapan harga. tujuan berorientasi laba dapat ditempuh

dalam periode jangka pendek atau jangka panjang. Sebuah perusahaan dapat

menetapkan harga produknya untuk mencapai presentase tertentu dari


10

penjualan atau investasinya. Pencapaian tujuan seperti ini diterapkan oleh

pedagang perantara atau produsen.

b. Orientasi penjualan

meningkatkan volume penjualan, dan mempertahankan atau mengembangkan

pangsa pasar. Penetapan harga di beberapa perusahaan difokuskan pada

volume penjualan selama periode waktu tertentu, misalnya 1 tahun atau 3

tahun. Manajemen bertujuan meningkatkan volume penjualan dengan

memberikan diskon atau strategi penetapan harga yang agresif lainnya

meskipun harus mengalami rugi dalam jangka pendek.

2.1.4 Metode Penetapan Harga

Harga jual harus mampu menutup biaya penuh dan menghasilkan laba yang

sepadan dengan investasi. Dalam keadaan khusus, harga jual produk tidak

dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya penuh, setiap harga jual diatas biaya

variabel telah memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap. Macam-macam

metode penentuan harga jual:

A. Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing)

Manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya penuh masa yang

akan datang sebagai dasar penentuan harga produk atau jasa. Metode

penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost-plus

pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan

datang dengan suatu presentase mark up (tambahan diatas jumlah biaya) yang

dihitung dengan formula tertentu.


11

Harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan

dengan formula sebagai berikut:

Harga jual = biaya penuh + Labayang diharapkan

Sumber Purnama (2001:98) Formula (1)

Swastha (2004:42) menyatakan bahwa keputusan-keputusan mengenai

harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor-faktor internal perusahaan

dan faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Purnama (2001:98)

faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga terhadap pembeli dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

a. Pengaruh nilai unik

b. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti.

c. Pengaruh perbandingan yang sulit.

d. Pengaruh pengeluaran total.

e. Pengaruh manfaat akhir.

f. Pengaruh biaya yang dibagi.

g. Pengaruh investasi yang tertanam.

h. Pengaruh kualitas harga

i. Pengaruh persediaan

Sedangkan menurut Peter dan Olson (2000:78) dalam proses penetapan

harga dapat disesuaikan dengan keadaan perusahaan dan konsumen. Dalam

penelitian ini menggunakan empat indikator yang mencirikan harga yaitu


12

keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, daya saing harga, dan

kesesuaian harga dengan manfaat produksi (Stanton, 2002:178).

B. Cost-Plus Pricing

Cost-plus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba

yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi

dan memasarkan produk. Harga jual berdasarkan cost-plus pricing dihitung

dengan rumus seperti yang digunakan untuk menghitung harga jual dalam

keadaan normal tersebut di atas, yaitu:

Harga jual = biaya penuh + Labayang diharapkan

Sumber Purnama (2001:98) Formula (2)

Dengan demikian ada unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga jual ini:

a. Biaya penuh

b. Laba yang diharapkan

Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan:

a. Full costing

b. Variable costing

Unsur yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang diharapkan.

Laba yang diharapkan dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk

menghasilkan produk atau jasa. Untuk memperkirakan berapa laba wajar yang

diharapkan, manajer penentu harga jual perlu mempertimbangkan:

1. Cost of Capital
13

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang dilakukan dalam

perusahaan.Besarnya cost of capital sangat dipengaruhi oleh sumber aktiva

yang ditanamkan dalam perusahaan

2. Risiko bisnis

Semakin besar risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin besar

presentase yang ditambahkan pada cost of capital di dalam memperhitungkan

laba yang diharapkan. Jika risiko bisnis besar, maka presentase laba yang

ditambahkan diatas cost of capital menjadi lebih besar bila dibandingkan

dengan bisnis yang beresiko rendah.

3. Besarnya capital employed

Jumlah investasi yang ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan

produk atau jasa merupakan faktor yang menetukan besarnya laba yang

diharapakan yang diperhitungkan dalam harga jual. Semakin besar investasi

yang ditambahkan dalam memproduksi dan memasarkan produk atau jasa,

semakin besar pula laba yang diharapkan dalam perhitungan harga jual.

C. Perhitungan Harga Jual Per Unit

Biaya dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, baik dalam pendekatan full

costing maupun variabel costing, biaya penuh masa yang akan datang dibagi

menjadi dua: biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh volume produk dan

biaya penuh yang tidak dipengaruhi oleh biaya produk. Dalam penentuan harga

jual, taksiran biaya penuh secara langsung berhubungan dengan volume produk

dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, sedangkan biaya penuh tidak
14

dipengaruhi oleh volume produk ditambah laba yang diharapkan untuk

kepentingan perhitungan presentase mark up.

Rumus perhutungan harga jual atas dasar biaya dapat dinyatakan dalam

persamaan berikut ini:

Harga jual per unit = Biaya Tetap + Presentasi mark up

Sumber Purnama (2001:98) Formula (3)

Presentasi Mark UP= Laba yang diharapkan + Biaya Tetap

Variabel Cost
Sumber Purnama (2001:98) Formula (4)

Biaya dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, baik dalam terdapat

perbedaan konsep langsung dan tidak langsungnya biaya dengan volume antara

metode full costing dengan variabel costing. Konsep biaya yang berhubungan

langsung dengan volume menurut metode full costing adalah berupa biaya

nonproduksi.

Variabel costing memandang dengan cara yang berbeda terhadap biaya

yang dipengaruhi secara langsung oleh volume produk bila dibandingkan dengan

full costing. Dalam pendekatan variabel costing, biaya penuh yang dipengaruhi

secara langsung oleh volume produk terdiri dari biaya variabel, sedangkan biaya

penuh yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh volume produk terdiri dari

biaya tetap.
15

2.1.5 Pengertian Jasa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa (service) itu

sendiri mempunyai banyak arti, dari pelayanan pribadi (personal service) sampai

jasa sebagai suatu produk. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang jasa, berikut

pengeritan jasa menurut beberapa ahli:

1. Valarie A. Zethaml dan Mary Jo Bitner dalam Lupiyoadi (2011:6)

memberikan batasan tentang jasa yakni jasa merupakan semua aktivitas

ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang

umumnya dihasilkan dan konsumsi secara bersamaan serta memberikan

nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan)

konsumen.

2. Kotler dalam Lupiyoadi (2011:6) mendefinisikan jasa sebagai setiap

tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada

pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau

sebaliknya.

3. Nasution (2004:6) jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya

tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya

dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan

memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan,

kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi

konsumen.
16

2.1.6 Karakteristik Jasa

Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu aspek alat, atau benda,

maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja, atau usaha. Bila barang dapat dimiliki,

maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Meskipun sebagian

jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik, misalnya mobil dalam jasa

transportasi, esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah kinerja yang diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lainnya.

Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk (fisik).

Adapun karateristik jasa menurut ahli:

1. Griffin dalam Lupiyoadi (2011:6) menyebutkan karakteristik jasa sebagai

berikut:

a. Intangibiliaty (tidak berwujud).

Jasa tidak dapat dilihat, dirasa , diraba, didengar, atau dicium

sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak

berwujud dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan,

atau kenyamanan.

b. Unstorability (tidak dapat disimpan).

Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk

yang telah dihasilkan karakteristik kini disebut juga inseparability

(tidak dapat dipaksakan), mengingat pada umunya jasa dihasilkan dan

dikonsumsi bersamaan.

c. Customization (kustomisasi)
17

Jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi kebetuhan

pelanggan.

2. Nasution (2004: 8), terdapat 4 (empat) karakteristik pokok pada jasa yang

membedakannya dengan barang, yaitu:

a. Tidak berwujud (Intangible)

Sifat jasa tak berwujud (service intangibility) artinya jasa tidak

dapat dilihat, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli.

b. Tidak terpisahkan (Insparibility)

Jasa tak terpisahkan (service insparibility) berarti bahwa jasa tidak

dapat dipisahkan dari penyedianya, baik penyedianya manusia atau

mesin.

c. Keanekaragaman (Variability)

Jasa bersifat sangat beranekaragam karena merupakan nonstandardized

output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung

pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

d. Tidak tahan lama (Perishability)

Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.

Dengan demikian, bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut

akan berlalu begitu saja.

2.1.7 Pengertian Periklanan

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi

adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan

didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan


18

kepada masyarakat lewat suatu media. Sedangkan periklanan (advertising) adalah

segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan

promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa (kotler and

amstrong,2002:153). Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling

persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk

barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1997:5).

Sedangkan iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan, dan ide yang harus

dibayar oleh sponsor (Supriyanto, 2008:19). Sponsor dalam hal ini merupakan

perusahaan tertentu yang nantinya menjadi klien penyedia jasa promosi.

2.1.8 Angaran Periklanan

Anggaran iklan bisa ditetapkan berdasarkan beberapa metode yang bisa

dibelanjakan (Suyanto, 2004:9-11) yakni:

1. Metode sesuai kemampuan

Adalah metode penetapan anggaran periklanan berdasarkan kemampuan

perusahaan. Berapa rupiah perusahaan mempunyai uang untuk iklan, itulah

yang dibelanjakan untuk iklan. Metode ini mengabaikan peranan iklan

sebagai investasi dan berpengaruh langsung pada volume penjualan. Cara ini

menyebabkan penyusunan anggaran iklan tahunan tidak menentu yang

menyebabkan perencanaan iklan jangka panjang sulit dilakukan.

2. Metode persentasi anggaran penjualan

Perusahaan menetapkan anggaran iklan merek secara sederhana dengan

menetapkan anggaran sebagai presentase volume penjualan yang lalu

(misalnya tahun lalu) atau terantisipasi (misalnya tahun yang akan datang).
19

3. Metode anggaran para pesaing

Ialah menetapkan anggaran berdasarkan berapa besar pesaing membelanjakan

iklan. Perusahaan membelanjakan 10% di bawah pesaing, tetapi tahun depan

dapat sama dengan belanja pesaing atau bahkan lebih.

4. Metode sasaran dan fungsi

Ialah menetapkan anggaran berdasarkan sasaran yang spesifik, fungsi yang

harus dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut, dan memperkirakan biaya

untuk melaksanakan fungsi tersebut. Jumlah biaya tersebut merupakan

anggaran periklanan yang diusulkan. Keunggulan metode ini adalah dapat

menjelaskan asumsi-asumsi mengenai dana yang dibelanjakan dengan tingkat

tampilan iklan, tingkat percobaan produk, dan pemakaian produk secara

teratur.

5. Metode pangsa pasar

Menetapkan anggaran berdasarkan berapa besar pangsa pasar perusahaan

tersebut. Perusahaan dengan pangsa pasar 20% dari total belanja periklanan

pasar. Perusahaan yang baru dapat 1,5 kali lebih besar.

6. Metode kombinasi

Anggaran terbaik periklanan dapat ditentukan berdasarkan beberapa

kombinasi dari metode-metode yang telah dibahas. Anggaran harus

mempertimbangkan efisiensi, sasaran dan fungsi yang spesifik, memelihara

pangsa pasar, mempertimbangkan pesaing dan membandingkan dengan

anggaran tahun yang lalu


20

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya

bersama dengan sejumlah orang atau juga sumber organisasinya. Manajemen

memiliki 3 karakteristik yaitu:

1. Sebuah proses atau seri dari aktifitas yang berkelanjutan dan berhubungan.

2. Melibatkan dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan organisasi.

3. Mendapatkan hasil-hasil ini dengan bekerja sama dengan sejumlah orang dan

memanfaatkan sumber-sumber dimiliki organisasi.

Menurut Malayu P. Hasibuan (2005:2) manajemen adalah ilmu dan seni

yang mengatur proses pemanfataan sumber daya manusia dan sumber-sumber

daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dan

menurut Siagian (2006:3) mengatakan manajemen adalah kemampuan atau

keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan

melalui orang lain.

Dari pengertian manajemen menurut para ahli di atas dapat disimpulkan

manajemen adalah sebuah proses dari aktifitas berhubungan yang melibatkan

dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan organisasi, mendapatkan hasil-

hasil dengan bekerja sama dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dimiliki

organisasi. Tanpa pengetahuan tersebut, mereka tidak dapat mengidentifikasi dan

membuat informasi secara relevan.

Sejalan dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang pesat,

telah timbul berbagai macam spesialisasi dalam manajemen, salah satunya adalah
21

manajemen pemasaran (management marketing). Fungsi dari

manajemen pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan suatau perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang dan

mendapatkan keuntungan, melalui perencanaan, pengorganisasian, pengaruh,

dan pengendalian.

2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:10) manajemen pemasaran

adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-

program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan

mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran

dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi. Menurut Kotler (2008:5) dari

definisi American Marketing Association (AMA) adalah Manajemen Pemasaran

adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi pemasaran total,

termasuk perumusan tujuan pemasaran, kebijakan pemasaran, program

pemasaran, dan strategi pemasaran, yang ditujukan untuk menciptakan pertukaran

yang dapat memenuhi tujuan individu maupun organisasi. Berdasarkan pengertian

diatas manajemen pemasaran dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran

adalah suatu pengorganisasian di dalam perusahaan yang menyangkut dengan

strategi pemasaran perusahaan dengan menganalisis, merencanakan,

mengimplementasikan dan mengawasi segala kegiatan yang telah terprogram.

Tujuan dari kegiatan tersebut untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas

kegiatan pemasaran perusahaan dalam rangka memperoleh pertukaran yang

menguntungkan.
22

2.2.3 Definisi Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:34) pemasaran adalah proses sosial yang

dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan ingikan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sebagai

ilmu, marketing merupakan ilmu pengetahuan yang obyektif yang diperoleh

dengan penggunaan instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari

aktivitas bisnis dalam membentuk, mengembangkan, mengarahkan pertukaran

yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antar produsen dan konsumen.

Definisi pemasaran berstandar pada konsep berikut : 1.Kebutuhan (needs)

2.Keinginan (wants) 3. Permintaan (demands) 4. Kebutuhan manusia (human

needs).

Anda mungkin juga menyukai