Kel 2
Kel 2
kerjasama antara PT. Malakasari ( Indonesia ) dan Nisshinbo Textile Inc. ( Jepang ).
Perusahaan ini berdiri sejak tanggal 1 Juni 2010. Luas bangunan sekitar 10.780 m2
dengan luas tanah 20,491 m2, bertempat di Banjaran Kabupaten Bandung. Industri ini
VISI
Menjadi perusahaan tekstil terkemuka yang menghasilkan produk dengan qualitas
terbaik, menjadi pusat pelanggan dan bersaing dengan praktik bisnis yang adil
MISI
-Mengahsilkan produk berkelas dunia dengan kualitas yang terkemuka yang memberi
pelanggan kita keuntungan yang bersaing melalui produk yang unggul dan bernilai
-Mengunakan tekhnologi terkini dalam proses produksi
-mencapai effisiensi tingkat atas, ketangguhan dan kejujuran
NILAI
-Kepuasan & kesenangan pelanggan
-Tampilan dengan kualitas yang unggul
-Peduli dengan lingkungan & masyarakat
-Mengedepankan keunggulan
-Adil ke semua perusahaan
43
PT. MALAKASARI NISSHINBO DENIM INDUSTRY merupakan
perusahaan gabungan kerjasama antara PT. MALAKASARI ( Indonesia ) dan
NISSHINBO TEXTILE INC. ( Jepang ). Perusahaan ini berdiri sejak tanggal 1 Juni
2010. Luas bangunan sekitar 10.780 m2 dengan luas tanah 20,491 m2, bertempat di
Banjaran Kab. Bandung.
Kapasitas produksi : 500.000 yards kain denim. Perpaduan antara teknologi canggih
dan design industry berkelas dunia, bangunan yang merupakan contoh dari teknologi
yang bagus.
Perusahaan menjamin akan lingkungan kerja dan kondisi yang kondusif untuk
keefektifan kerja dan minimum risiko bahaya kerja untuk para karyawan.kami
mengakui bahawa pendidikan yang bagus dan keterampilan yang tinggi karyawan
adalah hal yang sangat penting untuk prestasi perusahaan dan keuntungan persaingan.
LINGKUNGAN
44
CORPORATE PHILANTROPHY
1. Ruang HRD
AC = 1 buah dengan kekuatan masing-masing 2PK
Jumlah Pekerja = 1 orang
45
rata-rata bernafas : 500ml (tidal normal)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
2. Ruang Laboratorium
AC = 1 buah dengan kekuatan masing-masing 1,5 PK
Jumlah Pekerja = 5 orang
150ml(ruang mati)
Maka :
46
12 x (500-150) = 4200 ml/mnt
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
47
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
4. Ruang Washing
Jendela 3 buah ukuran 75 cm x 115 cm dengan panjang bukaan 60 cm.
Jumlah Pekerja = 2 orang
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
48
Jumlah orang dalam ruangan : 2 orang, maka : 0.08 x 2 = 0,16 lt/ruangan/jam
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
49
rata-rata bernafas : 500ml (tidal normal)
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
150ml(ruang mati)
50
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
150ml(ruang mati)
Maka :
51
4200 x 60 = 252.000 ml/jam
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
52
= 53 lt/orang/jam
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
53
Jumlah orang dalam ruangan : 2 orang, maka : 0.08 x 2 = 0,16 lt/ruangan/jam
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
54
Jumlah Pekerja = 6 orang
150ml(ruang mati)
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
55
Rata-rata bernafas : 12 kali/menit
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
Maka :
56
12 x (500-150) = 4200 ml/mnt
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
57
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
Maka :
21
O2 = 21% = x 252.000 = 52.920 ml/jam
100
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
58
Jumlah orang dalam ruangan : 6 orang, maka : 0.08 x 3 = 0,24 lt/ruangan/jam.
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
59
Kebutuhan oksigen dalam ruangan tersebut yaitu :
Maka :
21
O2 = 21% = 100 x 252.000 = 52.920 ml/jam
= 52,92Lt/Jam
= 53 lt/orang/jam
60
4.2.2 Perhitungan udara ruangan
1. Ruang HRD
Volume ruangan
V =pxlxt
2. Ruang Laboratorium
Volume ruangan
61
V =pxlxt
= 13 x 6,5 x 3 = 253,5 m3
V =pxlxt
4. Ruang Washing
Volume ruangan
V =pxlxt
= 12 m x 6,5 m x 3 m = 234 m3
Luas Jendela
V =pxl
62
Q = 234 x 40 = 9.360 m3/jam
5. Ruang Ka. Produksi
Volume ruangan
V =pxlxt
= 4 m x 2 m x 2,5 m = 20 m3
6. Ruang Persiapan
Volume ruangan
V =pxlxt
= 42 m x 15 m x 6 m = 3.780 m3
Luas Ventilasi
V =pxl
= 42 m x 0,7 m = 29,4 m2
7. Ball Warper
Volume ruangan
63
V =pxlxt
= 63 m x 28 m x 3,75 m = 6.615 m3
8. Rope Dyeing 1
Volume ruangan
V =pxlxt
= 35 m x 14 m x 6 m = 2.940 m3
Luas Ventilasi
V =pxl
= 35 m x 0,7 m = 24,5 m2
9. Rope Dyeing 2
Volume ruangan
V =pxlxt
= 84 m x 14 m x 6 m = 7.056 m3
Luas Ventilasi
V1 =pxl
64
= 56 m x 0,7 m = 39,2 m2
V2 =pxl
= 28 m x 14 m = 392 m2
Prehitungan udara ruangan :
Q = V x ACH (berdasarkan tabel diatas)
Q = 7.056 x 13 = 91.728 m3/jam
V =pxlxt
= 16 m x 2 m x 2,5 m = 80 m3
V =pxlxt
= 56 m x 28 m x 3,75 m = 5.880 m3
V =pxlxt
65
= 35 m x 28 m x 6 m = 5.880 m3
Luas Ventilasi
V =pxl
= 35 m x 0,7 m = 24,5 m2
13. Weaving
Volume ruangan
V =pxlxt
= 63 m x 49 m x 3,75 m = 11.576,25 m3
V =pxlxt
= 16 m x 3 m x 2,5 m = 120 m3
66
15. R. Finishing
Volume ruangan
V =pxlxt
= 28 m x 15 m x 6 m = 2.520 m3
Luas Ventilasi
V =pxl
= 30 m x 0,7 m = 21 m2
V =pxlxt
= 4 m x 2 m x 2,5 m = 20 m3
Luas Ventilasi
V =pxl
= 3 m x 0,2 m = 0,6 m2
17. Gudang
67
Volume ruangan
V =pxlxt
= 49 m x 35 m x 6 m = 10.290 m3
Luas Ventilasi
V =pxl
= 70 m x 0,7 m = 49 m2
1. DCS Fiber 2
Volume ruangan
V =pxlxt
= 9280 BTU/h
68
Evaluasi :
2. DCS Spinning 1
Volume ruangan
V = p x l x t = 164,59 m3
Volume ruangan
V =pxlxt
= 30,72 m3
3. DCS Spinning 2
69
Volume ruangan
V =pxlxt
= 6820,7 BTU/h
Evaluasi :
4. Klinik
Volume ruangan
V =pxlxt
70
= (4,8 x 4,76 x 2,83 x 10 x 18)/60
= 6840,32 BTU/h
Evaluasi :
5. Ruang Safety
Volume ruangan
V =pxlxt
= 6181,44 BTU/h
Evaluasi :
71
6. Ruang Pa Thomas dan Pa Dike
Volume ruangan
V =pxlxt
L Bukaan Jendela
L = (2a x (t)/2 + (p x l + p x l)
=0,23 + 0,21
=0,0483 m2 x 8 jendela
=0,3864 m2
Persentase Ventilasi
% = luas ventilasi total / luas lantai x 100%
=0,3864 / 0,86 x 100%
=44,93%
Evaluasi :
72
4.2.4 Evaluasi fungsi ventilasi dalam pengendalian pencemaran udara ruangan.
1. Ventilasi alami
1. Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume
udara pengencer tidak terlalu besar.
2. Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh
pencemaran, kadar kontaminan udara masih dibawah nilai ambang
batas.
73
3. Toksisitas kontaminan masih rendah
4. Pencemaran terjadi merata
5. Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi disebabkan
adanya perbedaan tekanan udara luar dan dalam.
6. Udara akan mengalir dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah.
7. Perbedaan tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu udara
dan mengakibatkan terjadinya perbedaan kerapatan udara atau berat
jenis udara.
8. Udara panas dengan berat jenis rendah mengalir keatas, sedang udara
dingin dengan berat jenis tinggi akan mengalir kebawah. Pada ventilasi
alamiah udara mengalir secara alamiah.
2. Ventilasi horizontal
a. Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat terjadi bila
terdapat perbedaan suhu udara luar dan dalam ruang atau antar ruang
dalam bangunan.
b. Ventilasi silang berfungsi dengan baik, maka pada dinding harus ada
bukaan atau lubang seperti pintu, jendela, atau lubang angin.
c. Aliran udara masuk kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak
terhambat, dan harus diarahkan ke bagian-bagian ruang yang ditempati
atau dipakai.
Keadaan 1
74
Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak
efektif, menimbulkan ketidaknyamanan.
Keadaan 2
Keadaan 3
Keadaan 4
a. Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas ventilasi baik sekali.
c. Penempatan lubang keluar hampir tidak merubah pola aliran udara dalam
ruang.Aliran udara dalam ruang hanya tergantung pada ukuran, bentuk
dan letak lubang angin masuk.
d. Ventilasi lebih baik lagi bila dibuat dua lubang masuk dengan lubang
besar pada bagian bawah dan lubang kecil atau jalusi dibagian atas.
e. Kecepatan aliran udara masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat
lebih besar.
75
f. Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk mempengaruhi
kecepatan aliran udara dalam ruang.Makin besar perbandingan lubang,
makin tinggi kecepatan aliran udara.
3. Ventilasi vertikal
76
d. Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran
udara masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas
ketinggian 0,30 m-1,80m diatas lantai.
e. Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi
ventilasi horizontal dan vertikal.
f. Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar
antara 0,10-0,15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0,5
m/det, atau kurangdari 0,10 m/det.
4. Ventilasi buatan
a. Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti
kipas angin (fan), penyedot udara (blower),exhauster.
b. Cara ini digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya
ukuran ruang luas. Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-
baling dan sistem sedot pompa sertrifugal.
c. Kipas angin yang digunakan garis tengah besar dengan putar per
menit sekecil mungkin untuk memberikan kenyamanan.
d. Aliran udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan dekat
sumber kontaminan
e. Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi
sebagai pengisap kontaminan keluar (exhauster).
f. Bila berat jenis kontaminan lebih besar dari berat jenis udara,
maka kipas dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada langit-
langit, tinggi ruang harus lebih dari 3 m.
g. Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang, jumlah pergantian
udara dalam ruang yang diperlukan
77
1. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
2. Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara
maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau
sebaliknya.
3. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang
tersebut dihuni.
4. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem
ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan
minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian
maksimal 0,6 meter dari lantai.
1. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi
syarat tidak memadai.
2. Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan
juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
3. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
4. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis
untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang
harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
a. Ventilasi Pengeluaran Setempat (Lokal Exhaust Ventilation)
78
pencemar. Bahan pencemar yang keluar dari proses kerja akan langsung
dihisap oleh ventilasi, sebelum sampai pada tenaga kerja.
16 – 20 0,25
21 – 22 0,25 – 0,30
24 – 25 0,40 – 0,60
26 – 27 0,70 - 1,00
79
28 – 30 1,10 – 1,30
Alat penyegar udara yang dipakai di ruangan PT. Asia Pacific dalam ruangan
baik itu di DCS maupun di office nya yaitu kebanyakan menggunakan AC dan AHU
(Air Handling Unit)
80
b. Hitung nilai CMH air volume yang diperlukan dengan cara
mengkalikan Volume Ruangan (m3) dengan Air Change Rate (ACH)
sesuai dengan tabel di atas.
c. Pilih spesifikasi exhaust fan bernilai CMH sama atau lebih besar dari
keperluan CMH ruangan.
C. AHU (Air Handling Unit)
Prinsip kerja secara umum pada pendingin udara yang
menggunakan system AHUini adalah menyedot udara dari ruangan
(return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari lingkungan
(fresh air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan.
Campuran udara tersebut masuk menuju AHU melewatifilter, fan
sentrifugal dan koil pendingin. Udara menjadi dingin setelah
melewatikoil. Setelah itu udara yang telah mengalami penurunan
temperature (udaraterkondisi) didistribusikan secara merata ke setiap
ruangan melewati saluran
81
AC menggunakan pendingin untuk menurunkan suhu udara dalam
ruangan, memanfaatkan hukum fisika: Ketika cairan berubah menjadi gas
(dalam proses yang disebut fase konversi) akan menyerap panas. AC
mengeksploitasi sifat konversi ini dengan memaksa senyawa kimia khusus
menguap dan mengembun secara berulang-ulang dalam sistem kumparan
tertutup.
Senyawa yang terlibat adalah refrigeran yang memiliki sifat yang
memungkinkannya untuk berubah pada suhu relatif rendah. Dalam komponen
AC juga terdapat kipas yang menggerakkan udara panas melalui kumparan
yang berisi refrigeran.
Ketika udara panas mengalir di atas pendingin, tekanan rendah
menguapkan kumparan, refrigeran di dalamnya menyerap panas karena
perubahan dari cair menjadi gas. Untuk menjaga pendinginan tetap efisien,
AC harus mengubah gas pendingin kembali menjadi cairan lagi. Untuk
melakukannya, kompresor menempatkan gas di bawah tekanan tinggi, sebuah
proses yang menciptakan panas. Semua panas tambahan yang diciptakan oleh
proses kompresi gas ini kemudian dialirkan ke luar dengan bantuan set
kumparan lain yang disebut kondensor, dan dibantu kipas lainnya. Itulah
sebabnya ketika kita mendekat ke mesin AC yang biasa ada di luar ruangan,
udara di sekitarnya akan terasa lebih panas. Ketika gas mendingin akan
berubah kembali menjadi cairan, dan proses di atas dimulai lagi. Ini
merupakan proses siklus yang tak berujung.
82
Kita dapat melihat bahwa ada dua hal yang berbeda terjadi di sebuah
perangkat AC. Refrigeran yang mendinginkan udara dalam ruangan, dan gas
yang dihasilkan secara terus menerus dikompresi dan didinginkan untuk
diubah kembali ke cairan
4.2.7 Cara – Cara Penyegar Udara
A. Air Conditioner Plasma
Cara Kerja Air Conditioner Plasma :
Cara kerja Ion PlasmaCluster berbeda dengan ion sterilize yang lain
yaitu dengan mengeluarkan Ion Positif (O2) dan juga Ion negatif (H+) , yang
akan membawa virus&Bakteri udara masuk filter sehingga akan mati.
Ion Plasma Cluster bekerja dengan cara :
a. Emisi ion itu menyemburkan ion positif dan negatif ke
udara sehinga membuat ion yang dilepaskan sma seperti
yang ada di alam.
b. Ion akan bekerja jika hanya menyentuh bakteri, spora,
jamur. Lalu Ion O2 dan H+ mengoksidasi virus dan bakteri
yang ada dalam ruangan dengan tingkat pengoksidasian
yang snagat kuat.
83
c. Kandungan Ion Radikal OH akan mengambil Hidrogen (H)
dari protein yang berada pada permukaan virus dan bakteri.
d. Bergabungnya Ion Radikal OH dan Hidrogen (H) pada
virus dan bakteri berubah menjadi (H2O) Air, sehingga
menambah kelembaban pada ruang tersebut
B. Exhaust Fan
Cara Kerja :
a. Exhaust Fan akan berfungsi pada mode ‘exhaust’ atau
menghisap, bukan pada mode ‘fan’ seperti kipas angin biasa.
b. Saat Exhaust Fan diaktifkan maka Exhaust Fan akan menghisap
udara dari dalam ruangan dan membuangnya keluar ruangan.
c. Udara yang dihisap dan terbuang adalah udara ‘kotor’ yang
sebelumnya berada di dalam ruangan.
d. Dengan terhisap dan terbuang tentu volume/jumlah udara kotor
di dalam ruangan akan berkurang.
e. Setiap kali udara (kotor) terhisap keluar maka udara bersih dari
luar ruangan akan masuk ke ruangan melalui lubang ventilasi,
begitu seterusnya, hal tersebut dimungkinkan karena saat udara
terhisap ke luar maka TEKANAN UDARA TOTAL di dalam
ruangan menjadi lebih kecil dari tekanan udara di luar ruangan,
dengan demikian maka ruangan akan mendapatkan supply
udara dari luar ruangan.
f. Hal ini akan terus berulang selama EF dalam keadaan ON.
Dengan demikian maka udara di dalam ruangan akan terasa
lebih segar dan tentu saja sejuk, karena volume udara kotor
selalu terhisap keluar dan digantikan dengan udara yang bersih
setiap saat.
C. Air Conditioiner
84
1. Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada
dalam evaporator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang
berisi cairan refrigerant. Dalam hal ini refrigerant akan menyerap
panas udara sehingga udara menjadi dingin dan refrigerant akan
menguap dan dikumpulkan dalam penampung uap.
2. Tekanan uap yang berasal dari evaporator disirkulasikan menuju
kondensor, selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan
tekanan uap refrigerant menjadi naik dan ditekan masuk ke dalam
kondensor.
3. Untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant yang bertekanan
tinggi digunakan katup ekspansi untuk mengatur laju aliran
refrigerant yang masuk dalam evaporator.
4. Pada saat udara keluar dari condensor udara menjadi panas. Uap
refrigerant memberikan panas kepada udara pendingin dalam
condensor menjadi embun pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan
panas pada condensor, dibantu oleh kipas propeller.
5. Pada sirkulasi udara dingin terus-menerus dalam ruangan, maka
perlu adanya thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan atau
sesuai dengan keinginan.
6. Udara dalam ruang menjadi lebih dingin dibanding diluar ruangan
sebab udara di dalam ruangan dihisap oleh sentrifugal yang
terdapat pada evaporator kemudian terjadi udara bersentuhan
dengan pipa/coill evaporator yang didalamnya terdapat gas
pendingin (freon). Di sini terjadi perpindahan panas sehingga suhu
udara dalam ruangan relatif dingin dari sebelumnya.
7. Suhu di luar ruangan lebih panas dibanding di dalam ruangan,
sebab udara yang di dalam ruangan yang dihisap oleh kipas
sentrifugal dan bersentuhan dengan evaporator, serta dibantu
dengan komponen AC lainnya, kemudian udara dalam ruangan
85
dikeluarkan oleh kipas udara kondensor. Dalam hal ini udara di
luar ruangan dapat dihisap oleh kipas sentrifugal dan masuknya
udara melalui kisi-kisi yang terdapat pada AC
8. Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di condensor
dengan mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem air
cooled atau uap refrigerant menyerap panas udara pendingin dalam
condensor sehingga mengembun dan menjadi cairan di luar pipa
evaporator.
9. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant,
maka air atau udara tersebut menjadi panas pada waktu keluar dari
kondensor. Uap refrigerant yang sudah menjadi cair ini, kemudian
dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi.
Kejadian ini akan berulang kembali seperti di atas.
D. AHU (Air Handling Unit)
86
2. Centrifugal fan merupakan kipas/blower sentrifugal yang berfungsi
untukmendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-
ruangan.
3. Koil pendingin, merupakan komponen yang berfungsi
menurunkantemperatur udara
87
Keterangan : 1. M = Memenuhi
2. TM = Tidak Memenuhi
Dari tabel distribusi dari 11 lokasi yang diukur mikrobiologi udara dalam
ruangannya didapatkan hasil 90,9 % memenuhi syarat dan 9,1 % tidak memenuhi
syarat. Menurut Kepmenkes RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri bahwa batas
cemaran mikroba di udara sebanayak 700 koloni.
Dampak :
a. Building Related Desease (BRD)
Gangguan yang dapat muncul dari kualitas udara yang buruk berupa
timbulnya penyakit yang berasl dari kondisi bangunan (Kanker, Asma,
Hypersensitivety, Pneumoitis, Iritasi selaput lender, Humidifer fever, dll)
b. Sick Building Syndrome (SBS)
88
Keluhan non Spesipik dari penghuni, berupa iritasi mata, terganggunya
hidung atau tenggorokan atau kulit, serta sakit kepala, lelah, sukar
konsentrasi. Keluhan ini akan hilang apabila pengguna keluar dari ruangan
Pengendalian
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
pengendalian mikroba udara adalah sebagai berikut :
1. Incenerator Manual
a. Partikel
b. Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2)
c. Hidrogen Fluorida (HF)
d. Karbon Monoksida (CO)
89
e. Hidrogen Klorida (HCl)
f. Total Hidrokarbon (sbg. 𝐶𝐻4 )
g. Arsen (As)
h. Kadnium (Cd)
i. Khromium (Cr)
j. Timbal (Pb)
k. Raksa (Hg)
l. Talium (Tl)
m. Opasitas
n. Isokinetik
2. Incinerator Online
a. Partikel
b. Sulfur Dioksida( 𝑆𝑂2)
c. Hidrogen Fluorida (HF)
d. Karbon Monoksida (CO)
e. Hidrogen Klorida (HCl)
f. Total Hidrokarbon (sbg. 𝐶𝐻4 )
g. Arsen (As)
h. Kadnium (Cd)
i. Khromium (Cr)
j. Timbal (Pb)
k. Raksa (Hg)
l. Talium (Tl)
m. Opasitas
3. Cerobong HTM
a. Nitrogen Oksida (𝑁𝑂2 )
b. Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2)
c. Amonia (𝑁𝐻3 )
90
d. Hidrogen Sulfida (𝐻2 𝑆)
4. Cerobong Turbin No.4
a. Nitrogen Oksida( 𝑁𝑂2 )
b. Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2)
c. Amonia (𝑁𝐻3 )
d. Hidrogen Sulfida (𝐻2 𝑆)
5. ATM Stage 1
a. Nitrogen Oksida (𝑁𝑂2 )
b. Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2)
c. Amonia (𝑁𝐻3 )
d. Hidrogen Sulfida (𝐻2 𝑆)
6. Boiler Stage 3
a. Nitrogen Oksida (𝑁𝑂2 )
b. Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2)
c. Amonia (𝑁𝐻3 )
d. Hidrogen Sulfida (𝐻2 𝑆)
91
4.3.2 Mekanisme Kerja Cerobong Asap dalam Pengendalian Pencemaran
Udara Ambient
Incinerator CMC (Incinerator Manual)
Off Gas
arang
92
Batu bata
Beton
Pipa logam , ditempatkan diatas sumber emisi dan dibangun tegak
lurus dengan tinggi harus melebihi bangunan disekitarnya
2. Pot Cerobong, ditempatkan diatas cerobong untuk mempermudah
memperpanjang panjang cerobong dan memperbaiki rancangan cerobong.
3. Tangga Besi dengan selubung pengaman plat besi
4. Pagar Pengaman setinggi 1 meter
5. Stop Kontak
6. Lubang Sampling
Cerobong Asap di PT. Asia Pacific Fibers Tbk. sudah sesuai dengan
fungsinya yaitu Untuk meningkatkan menarik udara dalam pembakaran dan
untuk membubarkan polutan dalam gas buang di wilayah yang lebih besar
sehingga mengurangi konsentrasi polutan sesuai dengan batasan peraturan
atau lainnya. Polutan tersebut Partikel, Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2), Hidrogen
Fluorida (HF), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen Klorida (HCl), Total
Hidrokarbon (sbg. 𝐶𝐻4 ), Arsen (As), Kadnium (Cd), Khromium (Cr), Timbal
(Pb), Raksa (Hg), Talium (Tl), Opasitas, Isokinetik, Nitrogen Oksida (𝑁𝑂2 ),
Sulfur Dioksida (𝑆𝑂2), Amonia (𝑁𝐻3 ), Hidrogen Sulfida (𝐻2 𝑆). dan hasil dari
proses cerobong asap yang sudah di uji oleh pihak ketiga (UNILAB) tidak
melebihi ambang batas KEP.03/BAPEDAL/09/1995.
93
4.3.5 Pengambilan Sampel Emisi dan Pemeriksaan Parameter Tertentu
A. Ventury Scrubber
terjadi pengurangan temperature 80oC ke 50oC dari aliran gas. Gas yang
tidak ter-scrab akan keluar ke atmosfer melalui vent stack.
94
NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO
yang mengakibatkan kematian.
95
3. Manusia
Penanggulangan
96
b. Sumber Tidak Bergerak
1) Memasang scruber pada cerobong asap.
2) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan
pengujian secara berkala.
3) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan
kadar Sulfur rendah.
4) Bahan Baku, pengelolaan bahan baku SO2 sesuai dengan
prosedur pengamanan.
5) Manusia, apabila kadar SO2 dalam udara ambien telah
melebihi Baku Mutu (365mg/Nm3 udara dengan rata-rata
waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak
kesehatan, dilakukan upaya-upaya :
a. Menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti
masker gas.
b. Mengurangi aktifitas diluar rumah.
b. Penanggulangan
a. Memperbaiki alat yang rusak
b. Penggantian saringan/filter
c. Bila terjadi/jatuh korban, maka lakukan :
i. Pindahkan korban ke tempat aman/udara bersih.
ii. Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
iii. Segera bawa ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
3. Karbon Monoksida
Dampak Terhadap Kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel
darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini
menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200
97
kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian
HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul
sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh
tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena
dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan
fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan
CO yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi
orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi
darah periferal yang parah.
Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO
kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit
tersebut (perokok berat tidak jarang mengandung kadar HbCO sampai
15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon
monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas
bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh
tubuh yang dapat berakibat serius pada seseorang yang telah menderita
sakit jantung atau paru-paru. Studi epidemiologi tentang kesakitan dan
kematian akibat penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi
berdasarkan wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada
terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan
timbul pada pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang
menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil
dan janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh
(endogenous) dengan kadar yang lebih tinggi,pajanan tambahan dari
luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang
menyebabkan bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini
menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi dengan berat
badan lebih rendah darinormal.
98
Pengendalian
1. Pencegahan
a. Sumber Bergerak
- Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
- Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara
berkala.
- Memasang filter pada knalpot.
b. Sumber Tidak Bergerak
- Memasang scruber pada cerobong asap.
- Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan
pengujian secara berkala.
- Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan
kadar CO rendah.
b. Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku
mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu
pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan
dilakukan upaya-upaya:
a. Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker
gas.
b. Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga
mengandung CO seperti sumur tua , Goa ,dll.
c.
Penanggulangan
1. Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan
exhaust-fan.
2. Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
- Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
99
- Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
100
4.4 Pemeriksaan Parameter Fisik Udara
4.4.1 Pengkuran Pencahayaan
101
95.2 101,9 103,5
95.3 101,9 103,5
Rata -Rata 95.16667 101,7 103,4
b. DCS 101.1 103,6 105,2
101.2 103,7 105,4
103,4 100 Lux M
101.3 103,7 105,6
Rata -Rata 101.2 103,6 105,4
c. Instrumen 36.1 38,4 35,5
36.2 38,5 35,7
35,4 100 Lux TM
36.3 38,5 35,7
Rata -Rata 36.2 34,5 35,6
d. Elektrik 41.7 42,7 43,3
41.8 42,8 43,3
42,6 100 Lux TM
41.9 42,9 43,4
Rata -Rata 41.8 42,8 43,3
e. Produksi 39.1 41,1 42,9
39.2 41,3 43
45,9 100 Lux TM
39.3 41,4 43
Rata -Rata 39.2 41,2 42,9
f. Mekanik 27.5 40.2 35,8
27.6 40.3 35,9 34,6 100 Lux TM
27.7 40.4 36
102
Rata -Rata 27.6 40.3 35,9
g. Ware House 45.3 50 47,7
45.4 50,1 47,9
47,7 100 Lux TM
45.3 50,2 47,9
Rata -Rata 45.33333 50,1 47,8
7. Office
a. Ruang HRD 116.6 105.6 103,3
116.7 105.1 103,2
108,36 100 Lux M
116.8 105 103,1
Rata -Rata 116.7 105.2333 103,2
b. Ruang Pa
179 154.4 118.3
Darmadas
179.5 154.5 118.4 150.7111111 100 Lux M
179.4 154.4 118.5
Rata -Rata 179.3 154.4333 118.4
c. Ruang Kerja Staff 122.5 98.5 87.3
122.6 98.4 87.2
102.7555556 100 Lux M
122.6 98.5 87.2
Rata -Rata 122.5667 98.46667 87.23333
d. Gedung Serbaguna 115,7 118,1 98,5
115,8 118,1 98,9 110,89 100 Lux M
115,8 118,3 98,9
103
Rata -Rata 115,76 118,16 98,7
104
Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya
di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
NO Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 7 50
2 Tidak Memenuhi Syarat 7 50
Jumlah 14 100%
Dari tabel distribusi diatas dapat disimpulkan kondisi pencahayaan, di PT. Asia Pacific
Fibers Tbk pada siang hari dengan menggunakan sumber cahaya buatan (lampu) ada yang
memenuhi syarat dan ada juga yang tidak memenuhi syarat. berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 dikarenakan kondisi cahayanya redup.
Dampak
a. Pencahayaan yang tidak sesuai menyebabkan mata mudah kelelahan.
b. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan kecelakaan
c. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan terhambatnya pekerjaan
d. Pencahayaan yang terlalu terang dapat menyebabkan kerusakan pada mata
jika terpapar terus menerus.
e. Pencahayaan yang terlalu terang dapat mengakibatkan suhu ruangan
meningkat
Pengendalian
a. Manfaatkan cahaya alami.
- Atap tembus cahaya yg merata.
- Jendela, lubang cahaya 1/6 luas lantai, memungkinkan cahaya siang
memenuhi ruang.
b. Kebersihan instalasi penerangan.
c. Pengaturan warna dan dekorasi.
d. Jarak antara gedung/bangunan ditata sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu cahaya.
e. Manfaatkan pencahayaan lokal sebaik mungkin
f. Pemeriksaan kesehatan mata dan pelatihan.
105
4.4.2 Pengukuran Suhu dan Pencahayaan
Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban
di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
PARAMETER
Suhu (⁰C) Baku Kelembaban %
NO TITIK Baku Mutu
Mutu Ket. Ket.
Maksimal Minimal Maksimal Minimal %
(⁰C)
1. Spinning Plant
a. DCS 31,2 30,1 TM 59 57 TM
b. Produksi 31,7 31,4 18 - 30 TM 67 64 65 - 95 TM
c. Mekanik 32,2 31,6 TM 69 66 M
2. Fiber Plant
a. DCS 31,6 27,9 TM 51 43 TM
b. Laboratorium 32,2 31,5 TM 60 57 TM
c. Produksi 35,5 30,4 TM 74 54 TM
d. Instrumen 29,6 29,2 18 - 30 M 66 56 65 - 95 TM
e. Elektrik 31,6 29,9 TM 72 64 TM
f. Mekanik 35,5 33,9 TM 59 57 TM
g. Ware House 37 34,5 TM 59 56 TM
3 Utility Plant
a. Elektrik 32,2 31,3 TM 77 73 M
18 - 30 65 - 95
b. Gudang Elektrik 31 30,6 TM 74 69 M
106
c. DCS 29,8 28,9 M 57 43 TM
d. Instrumen 31 27,9 TM 77 52 TM
e. Workshop Turbin
29,4 28,9 M 67 58 TM
(tempat istirahat)
f. RuangKerja Kompresor 33,3 28,9 18 - 30 TM 75 68 65 - 95 M
2. TM = Tidak Memenuhi
107
Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Suhu
di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
NO Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 3 18,75
2 Tidak Memenuhi Syarat 13 81,25
Jumlah 16 100%
Dari tabel distribusi dari 16 lokasi yang diukur suhu udara dalam ruangannya didapatkan
hasil 18,75% memenuhi syarat dan 81,25% tidak memenuhi syarat. Menurut Kepmenkes RI
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri bahwa batas suhu di perkantoran sebesar 18⁰C - 28⁰C dan batas suhu di
industri sebesar 18⁰C - 30⁰C.
Dampak
1. Kelembaban:
a. Keseimbangan panas tubuh
b. Kenyamanan tubuh manusia (Human comfort)
2. Suhu:
a. Menyebabkan terjadinya penyakit terhadap manusia, seperti:
108
- Heat cramps, adalah kondisi dimana suhu tubuh mncapai lebih dari 40 0C
karena kenaikan suhu lingkungan atau aktifitas yang menaikan suhu tubuh
- Heat exchaustion adalah kelelahan karena panas yakni suatu keadaan yang
terjadi akibat terkena panas selama berjam-jam.
- Heat stroke adalah sutu keadaan yang bisa berakibat fatal yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama dimana penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya.
b. Menurunkan prestasi kerja fikir
c. >32°C menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya
menurunkan konsentrasi dan persepsi kontrol terhadap lingkungan
d. Dapat menimbulkan terjadinya risiko kecelakaan
Pengendalian
Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-
upaya sebagai berikut :
109
5.4.3 Pengukuran Kebisingan
KEBISINGAN (dBA)
NO TEMPAT BAKU MUTU KETERANGAN
Max Min
PTA Plant
1. Maksimal
a. DCS 77,5 63,9 Memenuhi
85 dBA
Office
a. Ruang HRD 73,9 49,9 Maksimal Memenuhi
2.
85 dBA
b. Gedung Serbaguna 71,6 53,8 Memenuhi
Fire Station
c
a. Elektrik 82,5 61 Maksimal Memenuhi
3.
85 dBA
b. Mekanik 93,7 65,2 Tidak Memenuhi
Utility Plant
a. DCS (I) 85 67 Maksimal Memenuhi
4.
85 dBA
b. Kompresor 85 70,8 Memenuhi
110
Sumber : Data primer
Keterangan : 1. M = Memenuhi
2. TM = Tidak Memenuhi
Tabel Distribusi Tingkat Kebisingan
di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
NO Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 6 85,71
2 Tidak Memenuhi Syarat 1 14,29
Jumlah 7 100%
Dari tabel distribusi dari 7 lokasi yang diukur tingkat kebisingannya dengan lama paparan
harian rata-rata selama 8 jam. Sedangkan menurut Kepmenkes RI Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri dengan hasil pengukuran tingkat kebisingan terbesar di PT. Asia Pacific Fibers di area
Spinning Plant bagian Produksi sebesar 104,2 dBA seharusnya waktu pemaparan hariannya
maksimal selama 15 menit
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat
Kerja Lampiran I
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
111
1,88 109
0,94 112
112
Bunyi (dBA) Pengaruh terhadap Manusia
39-40 Tidak mengganggu
55-65 Penyempitan pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut
jantung
70 Kontinu akan berdampak penyakit jantung
80 Kelelahan mental dan fisik, psikomatis dan perasaan jengkel
90 Kerusakan alat pendengaran dan penurunan daya pendengaran
100 Kontinu dapat kehilangan pendengaran secara permanen dan pada
waktu singkat dapat mengurangi daya dengar
120 Rasa nyeri dan sakit
150 Kehilangan pendengaran pada saat itu juga
Sumber: Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003
Pengendalian
1. Mengurangi tingkat kebisingan pada sumber.
2. Menutupi sumber suara.
3. Menggunakan peredam suara.
4. Menghalangi merambatnya suara (penghalang).
5. Memperpanjang jarak antara sumber bising & manusia.
6. Melindungi telinga dari suara (tutup telinga/ear muffs/ ear plugs).
7. Mengganti alat yang mengeluarkan kebisingan tinggi dengan alat yang tidak
terlalu bising.
8. Penanaman pagar dan tanaman peredam suara (tanaman hanya mampu
mereduksi kebisingan hingga 2,23 dB(A) dan nilai ini masih jauh lebih rendah
dibandingkan tembok yang mampu mereduksi 6,59 dB(A).
113