Anda di halaman 1dari 87

MENUJU LEGALITAS

PERNIKAHAN SEJENIS

Andik Wijaya,MD,MRepMed
YADA INSTITUTE
www.ginosko-edutech.net
Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis
Andik Wijaya,MD,MRepMed

PENDAHULUAN:
Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis
adalah spirit yang saya lihat dalam
buku “Siapakah Sesamaku? –
Pergumulan Teologi dengan Isu-isu
Keadilan Gender”, Stephen
Suleeman – Amadeo D. Udampoh,
STFT Jakarta, 2019.

Buku yang terbit di semester-1 2019


tersebut membahas isu LGBT;
Sayangnya dalam buku baru ini tidak
ada argumentasi yang benar-benar
baru dalam upaya mereka untuk
pembenaran perilaku LGBT.
Jadi rekomendasi saya buat seluruh
sahabat adalah: don’t waste your
money to buy this book, don’t waste
your time to read this book. [maaf
saya suka berterus terang]
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 1
Meskipun tidak ada argumentasi
yang benar-benar baru, namun buku
ini menunjukkan benang merah
gerakan LGBT di Indonesia dan
tujuan utama seluruh perjuangan
mereka, yaitu menuju legalitas
pernikahan sejenis di Indonesia.
Tulisan ini saya buat untuk melawan
lupa dan menyegarkan ingatan
seluruh Pemimpin Rohani dan Orang
Percaya di Indonesia bahwa tepat 3
tahun yang lalu, yaitu Tgl 17 Juni
2016, MPH-PGI menyebarkan Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT.
[bit.ly/PastoralLGBT]

Saya tidak setuju dengan isi, agenda


dan spirit dibalik penulisan Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT tersebut,
dan menulis beberapa tanggapan
berikut ini:
1. Tanggapan dari Perspektif Biblicomedic
Sexology; 21 Juni 2016. [bit.ly/PGI-LGBT-1]
2. MPH PGI, Jangan ada dusta di antara kita!;
23 Juni 2016. [bit.ly/PGI-LGBT-2]

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 2


3. 7 Argumentasi Pendukung LGBT; 23 Januari
2017. [bit.ly/MPL-LGBT-1]
4. Pesan Untuk Delegasi Sidang MPL-PGI
Tentang Issue LGBT; 27 Januari
2018.[bit.ly/MPL-LGBT-2]
5. Mewaspadai Gerakan LGBT di Dalam Gereja;
17 Juni 2018. [bit.ly/Awas-LGBT]
6. Transgender: Gangguan Mental atau Kondisi
Normal? 21 Juni 2018. [bit.ly/XBT-Trans]

Tentu bukan hanya saya yang


menolak Surat Pastoral PGI Tentang
LGBT tersebut, tetapi mayoritas
sinode-sinode anggota PGI beserta
seluruh Hamba Tuhan yang melayani
di sinode-sinode tersebut dan jutaan
orang percaya di Indonesia.

Meskipun penolakan sangat masif


namun Surat Pastoral PGI Tentang
LGBT tersebut tidak kunjung dicabut
oleh MPH-PGI. Tentu ini
memunculkan tanda tanya besar.

Praise the Lord, buku Siapakah


Sesamaku, memberi gambaran
sangat jelas mengapa Surat Pastoral
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 3
PGI Tentang LGBT dibuat dan tidak
kunjung dicabut walaupun
gelombang penolakan sangat besar.

Kita berterima kasih kepada Stephen


Suleeman, penggagas dan editor
buku tersebut yang dengan jelas
memaparkan hubungan Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT dan
perjuangan menuju legalitas
pernikahan sejenis di Indonesia. Apa
yang selama ini terlihat samar-samar
sekarang menjadi terang benderang.

SEGI TIGA KEKUATAN Pro-LGBT


di INDONESIA:
Buku Siapakah Sesamaku,
menunjukkan [upaya] penyatuan 3
kekuatan pro-lgbt di Indonesia, yaitu
aktifis lgbt sekuler, aktifis lgbt kristen,
dan aktifis lgbt muslim. Aktifis lgbt
sekuler direpresentasikan oleh Dé𝑑é
Oetomo yang menyebut dirinya

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 4


sebagai post-christian dan free-
thinker, aktifis lgbt kristen dipelopori
oleh Stephen Suleeman [didukung
oleh beberapa koleganya], dan aktifis
lgbt muslim direpresentasikan oleh
Mohammad Aan Anshori.

Dalam buku tersebut Dé𝑑é Oetomo


menulis bab.11:
Peta Jalan Pelibatan Keimanan
dalam Perjuangan LGBTIQ
Indonesia.
Dia memaparkan pengaruh GAYa
Nusantara terhadap tokoh kristen-
katholik dan tokoh muslim, bahkan
menceritakan dengan rinci
pengaruhnya terhadap STT Jakarta,
dalam hal ini pengaruhnya pada
Richard Haskin dan murid-muridnya
yaitu Stepheen Suleeman, Darwita
Purba, Emmy Sahertian, Ruth Ketsia
Wangkai dan banyak lagi yang lain,
katanya. [hal.130]

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 5


Masih di bab yang sama Dé𝑑é
Oetomo menyebut nama biarawan
katolik Max Helling (Bruder Aquino)
dari Boawae, Flores yang menjadi
kontributor rutin terbitan GAYa
Nusantara, serta menawarkan
layanan pastoral konseling untuk
para gay Katolik. [Tidak dijelaskan
apakah layanan pastoral konseling
yang dilakukan oleh Max Helling ini
untuk membuat mereka bertobat atau
agar mereka nyaman dengan
kondisinya dan berani coming out;
Supaya tidak ada spekulasi Max
Helling atau institusinya perlu
memberikan klarifikasi, karena
namanya disebut dalam buku
tersebut.]

Adapun tokoh muslim yang disebut


sebagai pemikir progresif dan diklaim
oleh Dé𝑑é Oetomo sering
bersentuhan dengan dirinya adalah:

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 6


Lies Marcoes-Natsir, Siti Ruhaini
Dzuhayatin, Siti Musda Mulia, Husein
Muhammad, Moh.Yasir Alimi, AD
Eridani, Mohamad Guntur Romli,
Nong Andah Darol Mahmada, Neng
Dara Affiah, Ahmad Zainul Hamdi,
Imam Nahe’i, Pinar Ilkkaracan,
Norhayati Kaprawi, Inayah
Rohmaniyah, dan masih banyak lagi,
katanya. [hal.126,129]

Saya tidak tahu secara pasti apa


maksut kata bersentuhan yang
digunakan oleh Dé𝑑é Oetomo dalam
kalimat tersebut [mungkin yang
dimaksutkannya adalah interaksi?];
Saya juga tidak tahu apakah tokoh-
tokoh di atas telah memiliki pikiran
dan agenda yang sama dengan Dé𝑑é
Oetomo dalam kaitan dengan isu
LGBTIQ di Indonesia. Namun
menuliskan nama tokoh-tokoh
keimanan dalam bab yang berjudul

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 7


Peta Jalan Pelibatan Keimanan
dalam Perjuangan LGBTIQ
Indonesia, tentu bisa menciptakan
persepsi bahwa tokoh-tokoh ini telah
dilibatkan, memiliki pikiran dan
agenda perjuangan yang sama
dengan Dé𝑑é Oetomo dan berjuang
di jalur komunitas keimanan mereka.
Supaya tidak menimbulkan
spekulasi, ada baiknya tokoh-tokoh
yang disebut namanya oleh Dé𝑑é
Oetomo tersebut memberi klarifikasi
secara terbuka, dan jika ternyata
tokoh-tokoh ini justru memiliki
pandangan yang berbeda dengan
Dé𝑑é Oetomo, tentu mereka harus
memprotes keras Dé𝑑é Oetomo yang
telah mencomot dan mencemarkan
nama baik mereka. Tetapi, jika
ternyata tokoh-tokoh tersebut telah
memiliki pandangan, agenda dan
spirit yang sama dengan Dé𝑑é
Oetomo maka kita harus menyadari

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 8


bahwa Indonesia sedang
menghadapi ancaman yang sangat
serius.

Aktifis LGBT Sekuler

SSM

Aktifis LGBT Kristen Aktifis LGBT Muslim

Dalam buku Siapakah Sesamaku?


Upaya menuju legalitas pernikahan
sejenis [ssm = same sex marriage] di
Indonesia saat ini dilakukan oleh
triangular forces seperti grafis yang
saya tunjukkan di atas,
Aktifis LGBT sekuler dalam
triangular forces di atas
dipersonifikasikan oleh Dé𝑑é
Oetomo, yang perannya sudah
sangat jelas seperti dituturkannya
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 9
sendiri oleh yang bersangkutan
dalam bab.11 buku tersebut.
Dalam kelompok ini ada Teguh
Wijaya Mulya, yang menulis bab.16
dalam buku tersebut. Dari tulisannya
terkesan dia Kristen, namun saya
tetap menempatkan dia dalam
kelompok aktifis LGBT sekuler
[bekerja diluar jalur keagamaan]. Dia
menyebut dirinya sebagai seorang
tenaga pengajar di suatu universitas
di Surabaya. Sewaktu saya telusuri
lebih jauh Teguh Wijaya Mulya
ternyata aktif dalam Kelompok Studi
Gender dan Kesehatan [KSKG],
Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya. Apa yang dilakukan oleh
Teguh Wijaya Mulya di KSKG serupa
dengan yang dilakukan seniornya
Dé𝑑é Oetomo beberapa tahun yang
lalu di Universitas Airlangga. Apakah
KSKG Universitas Surabaya suatu
lembaga dan kelompok studi yang

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 10


resmi, yang digagas dan didukung
sepenuhnya oleh Universitas
Surabaya? Atau merupakan aktifitas
pribadi Teguh Wijaya Mulya? Saya
tidak memiliki jawaban atas
pertanyaan ini. Tentu yang paling
tahu adalah pimpinan Universitas
Surabaya dan Teguh Wijaya Mulya
sendiri. Saya hanya bisa
mengandaikan, jika Teguh Wijaya
Mulya dan KSKG digagas dan
didukung sepenuhnya oleh
Universitas Surabaya, maka suatu
hari KSKG Universitas Surabaya bisa
menjadi program studi gender dan
kesehatan seperti yang pernah
dirancang oleh Dé𝑑é Oetomo di
Universitas Airlangga beberapa
tahun yang lalu. Melihat pemahaman
dan jaringan global yang dimiliki oleh
Teguh Wijaya Mulya, maka pada
masa-masa mendatang KSKG
Universitas Surabaya berpotensi

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 11


menjadi basis kekuatan akademik
dalam pergerakan pro-LGBT menuju
legalitas pernikahan sejenis di
Indonesia.
Tetapi saya sangat percaya
Universitas Surabaya adalah
Perguruan Tinggi yang menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur Pancasila dan
norma-norma ketimuran dan
keindonesiaan, karena itu saya tidak
percaya bahwa program KSKG yang
mempropagandakan ideologi LGBT
dan atau gerakan pro-LGBT yang
dilakukan oleh Teguh Wijaya Mulya
diketahui dan didukung oleh
Pimpinana Universitas Surabaya.
Supaya tidak terjadi spekulasi dan
persepsi yang keliru atas berbagai
publikasi Teguh Wijaya Mulya dan
rekam jejak digitalnya, maka ada
baiknya Pimpinan Universitas
Surabaya mengambil sikap dan
langkah-langkah yang tegas untuk
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 12
menjaga kehormatan Universitas
Surabaya sebagai Perguruan Tinggi
yang menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur Pancasila dan norma-norma
ketimuran dan keindonesiaan.
Aktifis LGBT muslim dalam
triangular forces di atas
dipersonifikasikan oleh Mohammad
Aan Anshori yang menulis bab.21:
Menjaga Mahkamah Konstitusi agar
Tidak Melampui Tuhan; Dalam
catatan kaki bab.21 tersebut Aan
Anshori menulis:
Paper ini diajukan penulis sebagai
amicus curiae untuk pengujian
terhadap Ps. 292, 285 dan 284 dari
UU tentang KUHP, terhadap UUD
1945, pada perkara Mahkama
Konstitusi Nomor 46/PUU-XIV/2016.
[hal.279].

Saya bukan ahli hukum karena itu


saya tidak akan masuk ke dalam
argumentasi substansi gugatan

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 13


Mahkama Konstitusi di atas. [saya
berharap ada ahli hukum yang
menanggapi substansi gugatan
tersebut]; Tulisan saya ini hanya
untuk menunjukkan bahwa upaya
menuju legalitas pernikahan sejenis
di Indonesia sudah ada dan akan
terus menerus dilakukan sampai
tujuan mereka tercapai. Dalam
kesimpulan ke-4 paper tersebut, Aan
Anshori menulis:
Oleh karena itu, kelompok LGBT
harus diperlakukan setara dengan
yang lain dalam pemenuhannya.
Apa yang boleh – secara hukum –
dilakukan oleh kelompok hetero
JUGA BOLEH bagi kelompok
LGBT, bahkan untuk menikah
sekalipun. [hal.290]
Apa yang dilakukan oleh Aan Anshori
tentu tidak mewakili kelompok
muslim mayoritas. Namun jika
kelompok muslim mayoritas yang
berpegang pada akidah yang
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 14
konservatif tidak melakukan upaya
untuk membendung gerakan
kelompok muslim pro-LGBT yang
berpikiran progresif [istilah yang
digunakan oleh Dé𝑑é Oetomo]
seperti Aan Anshori, maka dalam
beberapa tahun mendatang
kelompok pro-LGBT di kalangan
muslim berpotensi menjadi semakin
besar. Jika kelompok muslim
konservatif tidak membendung
gerakan pro-LGBT yang dilakukan
oleh Aan Anshori dan kelompoknya,
bisa saja suatu hari Indonesia akan
menjadi negara dengan jumlah
muslim terbesar di dunia yang
melegalkan pernikahan sejenis
seperti amicus curiae Aan Anshori di
MK.
Aktifis LGBT kristen yang memiliki
peran sentral dalam triangular forces
di atas adalah Stephen Suleeman.
Buku Siapakah Sesamaku? yang

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 15


digagas dan dieditorinya, diterbitkan
dalam rangka emeritasi jabatan
kependetaannya di GKI; Saya
menangkap kesan Stephen
Suleeman ingin dikenang sebagai
pelopor gerakan pro-LGBT di
lingkungan Kristen Indonesia.
Pada bab.1, Yusak Soleiman - Ketua
STFT Jakarta memberi apresiasi
kepada Stephen Suleeman yang
sangat giat menyuarakan isu
LGBTIQ bahkan sampai membuka
stand pameran isu LGBTIQ di acara
Sidang Raya Dewan Gereja-gereja
Sedunia tahun 2013. [hal.2]
Kolega Stephen Suleeman dari
kalangan Kristen yang menjadi
kontributor buku tersebut adalah:
Agustinus Setiawidi, Bambang
Subandrijo, Pearl Wong, Robert P.
Borrong, Emanuel Gerrit Singgih,
Jackie Yu Wai-Ming, Gabriele Mayer,
Michael Compos, Hugo Cordova
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 16
Quero, Joseph N. Goh, Juswantori
Ichwan, Ira Setiawan, Pikul Salib
Hutabarat, Kartika Diredja & Obertina
Modesta Johanis, dan Darwita H.
Purba.
Jika nama-nama di atas bergerak
secara intensif dalam penyebarkan
ideologi LGBT [seperti isi tulisan
mereka], di lingkungan gereja-gereja
Indonesia, maka kekristenan di
Indonesia ada dalam masalah besar.
Oleh karena itu institusi, gereja lokal,
atau sinode di mana para kontributor
di atas berkiprah harus mewaspadai
gerakan orang-orang tersebut; Tentu
menjadi sangat sulit situasinya jika
institusi, gereja lokal, atau sinode dari
para kontributor tersebut ternyata
telah memiliki pandangan yang sama
dengan mereka.
Meskipun demikian, saya yakin
masih banyak pribadi-pribadi yang
berada dalam institusi, gereja lokal
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 17
atau sinode yang sama dengan
kontributor di atas yang tetap
berpegang pada Firman Tuhan
bahwa LGBT adalah perilaku yang
salah dan berdosa sehingga perlu
dilayani dengan penuh kasih supaya
mengalami Tuhan Yesus dan
mengalami pertobatan sejati serta
perubahan perilaku.
Saya berdoa untuk pribadi-pribadi ini
agar Tuhan memberi mereka hikmat
dan keberanian untuk melakukan
sesuatu guna menyelamatkan
komunitasnya dari jerat ideologi
LGBT.

MEMPERTANYAKAN PERAN PGI:


Surat Pastoral PGI Tentang LGBT
menjadi bagian yang sangat penting,
dalam buku Siapakah Sesamaku,
yang memiliki spirit untuk melegalkan
pernikahan sejenis di Indonesia
[seperti yang terlihat dalam isi amicus

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 18


curiae Aan Anshori di Mahkama
Konstitusi; Bab.21, Hal.290].

Setidaknya ada 3 hal yang


menunjukkan posisi penting Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT dalam
buku yang memiliki spirit untuk
melegalkan pernikahan sejenis di
Indonesia tersebut, yaitu:
Pertama, bab.4, ditulis khusus
dengan judul: LGBT di Dalam
Alkitab? Diskusi Pernyataan
Pastoral PGI tentang LGBT; Ditulis
oleh Agustinus Setiawidi untuk
mendukung Pernyataan Pastoral PGI
tentang LGBT dengan berbagai
argumentasinya.
Kedua, pada bab.9, Emanuel Gerrit
Singgih membuka tulisannya dengan
pernyataan:
Pada awal 2017 saya diminta oleh
PGI untuk menuliskan pemahaman
Biblis yang pro LGBT untuk
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 19
memback-up pernyataan pastoral
mereka sebelumnya, yaitu yang
mengajak gereja-gereja dan orang-
orang Kristen agar berhenti menilai
kaum LGBT sebagai orang berdosa
atau berpenyakit jiwa. [hal.92]
Ketiga, Surat Pastoral PGI Tentang
LGBT [dalam 2 versi: Inggris dan
Indonesia] dijadikan sebagai
lampiran utama buku Siapakah
Sesamaku?
Dengan memasukan 3 fakta di atas
ke dalam suatu buku yang secara
eksplisit menceritakan upaya
menuju legalitas pernikahan
sejenis [seperti terlihat di bab.21, hal.290],
saya menangkap kesan Stephen
Suleeman ingin menyatakan
bahwa Surat Pastoral PGI Tentang
LGBT adalah bagian penting
dalam gerakan lintas agama
[kristen – islam] menuju legalitas
pernikahan sejenis di Indonesia.

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 20


Stephen Suleeman tampak cerdik
ketika memilih Aan Anshori untuk
menjadi partner dan salah satu
kontributornya; Bila ada penolakan
yang keras atas perjuangannya
menuju legalitas pernikahan sejenis
di Indonesia, setidaknya ada
komunitas muslim dari jaringan Aan
Anshori yang akan mendukungnya.
It’s a political strategy.

Apakah PGI berperan aktif dalam


upaya menuju legalitas pernikahan
sejenis di Indonesia? atau PGI
sedang dimanfaatkan oleh GAYa
Nusantara? Atau PGI sedang
ditunggangi oleh Stephen Suleeman?
Pertanyaan seperti ini bisa muncul
dalam pikiran kita ketika kita
membaca dengan kritis buku
Siapakah Sesamaku; Setidaknya
itulah yang saya alami ketika saya
membaca buku tersebut.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 21
Jika PGI tidak memiliki intensi atau
menjadi bagian dari upaya menuju
legalitas pernikahan sejenis di
Indonesia, maka dalam pandangan
saya PGI harus melakukan beberapa
hal berikut ini:
1. Mencabut Surat Pastoral PGI
Tentang LGBT yang ditolak luas
oleh sinode-sinode anggotanya
beserta jutaan orang Kristen di
seluruh Indonesia.
2. PGI harus menyampaikan protes
dan teguran keras kepada
Stephen Suleeman yang
mengungkap fakta-fakta terkait
dengan PGI dalam buku
Siapakah Sesamaku; Dan
melarang pembahasan serta
pelampiran Surat Pastoral PGI
Tentang LGBT, yang akan
membangun persepsi bahwa PGI
memiliki peran penting dalam
upaya menuju legalitas pernikahan
sejenis di Indonesia;

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 22


Konsekuensinya buku Siapakah
Sesamaku harus direvisi total
dengan menghilangkan fakta-fakta
yang terkait dengan PGI.
Tapi saya masih percaya Stephen
Suleeman adalah pribadi yang
terhormat; Sebagai pribadi yang
terhormat tentu Stephen
Suleeman seharusnya sudah
berkomunikasi dengan PGI saat
akan memasukan fakta-fakta
terkait dengan PGI di bukunya.
3. PGI harus memberi teguran keras
kepada Emmanuel Gerrit Singgih
yang mengatakan:
Pada awal 2017 saya diminta
oleh PGI untuk menuliskan
pemahaman Biblis yang pro
LGBT untuk memback-up
pernyataan pastoral mereka
sebelumnya, yaitu yang
mengajak gereja-gereja dan
orang-orang kristen agar
berhenti menilai kaum LGBT

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 23


sebagai orang berdosa atau
berpenyakit jiwa. [hal.92]
Pernyataan Gerrit Singgih di atas
membangun persepsi PGI inferior,
sehingga perlu bantuan pihak luar
untuk memback-up pernyataan
pastoralnya.
Apa benar di PGI tidak ada orang
yang memiliki kemampuan untuk
memberi argumentasi atas Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT yang
dibuatnya, sampai meminta bantuan
pihak luar untuk memback-up nya?
Lalu bagaimana mereka bisa
mengatakan telah melakukan studi
dan pendalaman yang komprehensif
sebelum menerbitkan surat pastoral
tersebut?
Pernyataan Gerrit Singgih
bertentangan dengan pernyataan
PGI di pengantar Surat Pastoral
tersebut, yang bisa kita baca berikut
ini:
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 24
Disadari bahwa sikap dan ajaran
gereja mengenai hal ini sangat
beragam, dan pertimbangan-
pertimbangan ini tidaklah
dimaksudkan untuk
menyeragamkannya.
Kalau PGI tidak bermaksut untuk
menyeragamkan [semua sinode
anggotanya setuju dan mengikuti isi
Surat Pastoral PGI Tentang LGBT],
mengapa PGI harus meminta
bantuan Gerrit Singgih untuk menulis
buku yang memback-up Surat
Pastoral tersebut?
Saya masih percaya PGI adalah
institusi yang terhormat dan memiliki
integritas, karena itu saya tidak bisa
memahami mengapa PGI diam-diam
meminta Gerrit Singgih menulis buku
untuk memback-up Surat Pastoral
PGI Tentang LGBT. [supaya diikuti
oleh semua orang, supaya ada
penyeragaman pandangan].

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 25


Tetapi saya juga percaya Gerrit
Singgih adalah akademisi yang
terhormat dan memiliki integritas
akademik sehingga kecil
kemungkinannya dia menceritakan
suatu peristiwa yang tidak terjadi
dalam karya tulisnya.
Jika PGI tidak melakukan klarifikasi
atas fakta-fakta di atas, maka
persepsi yang dibangun oleh
Stephen Suleeman dalam buku
Siapakah Sesamaku seperti yang
saya uraikan di atas akan tetap ada
di benak banyak orang.
Saya percaya banyak anggota MPH-
PGI yang peduli akan situasi ini,
begitu juga dengan anggota MPL-
PGI. Karena itu kita harapkan pada
sidang MPH-PGI atau sidang MPL-
PGI atau Sidang Raya PGI yang
akan datang masalah ini segera
dituntaskan, supaya PGI kembali
dipercaya sebagai institusi yang
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 26
berpegang pada prinsip-prinsip
Firman Allah dan tidak terseret ke
dalam upaya legalitas pernikahan
sejenis di Indonesia.

MENGUJI ARGUMENTASI Pro-


LGBT:
Jika saudara terlanjur membeli dan
membaca buku Siapakah Sesamaku,
saya ajak saudara untuk menguji
argumentasi yang ditulis dalam buku
tersebut.
[Karena ini adalah artikel pendek, jadi saya
hanya akan mengulas secara singkat; Bila
saudara ingin memahami isu LGBTIQ secara
komprehensif ikuti kelas intensif Biblicomedic
Perspective on LGBTIQ bit.ly/InformLGBT yang
diadakan di berbagai kota; Dan pelajari lebih
lanjut buku panduannya. bit.ly/Book-LGBT ]

Dalam buku Siapakah Sesamaku,


setidaknya ada 5 argumentasi klasik
pro-LGBT yang diajukan untuk
membenarkan perilaku LGBT
tersebut, yaitu:
1. Biological argument.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 27
2. Progressive theological
argument.
3. Victim argument.
4. Human right – democracy
argument.
5. Legal argument.

Buku Siapakah Sesamaku


menggunakan strategi convincing
through complexity. Para penulis
dalam buku tersebut terkesan
dengan sengaja membanjiri pembaca
dengan informasi yang kompleks,
rumit, tidak mudah [bisa] dipahami
dengan berbagai istilah maupun
teori, dengan harapan pembacanya
mengambil kesimpulan para penulis
adalah experts’ yang sangat kredibel
di bidangnya, sehingga meskipun
pembaca bingung atas uraiannya,
pembaca telah ‘beriman’ bahwa
orang-orang ini pasti benar, sehingga
pada akhirnya mereka menyetujui
kesimpulan para penulis tersebut.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 28
Saat saya belajar Simplicity in the
Philosophy of Science, idiom yang
saya suka adalah KISS - Keep It
Simple Stupid [versi saya: Keep It
Simple Smart].
Perkembangan semua ilmu
pengetahuan dan teknologi
sepanjang sejarah perpegang pada
prinsip simplicity. Yang sederhana
jangan dibikin rumit, yang rumit
jadikanlah sederhana. Dengan
prinsip inilah kita akan menguji 5
argumentasi pro-LGBT yang muncul
dalam buku Siapakah Sesamaku.
Biological Argument. Argumentasi
ini muncul sebagai suatu keharusan
setelah APA [American Psychiatric
Association] menerbitkan DSM-II, 7th
printed edition tahun 1974 yang
mengeluarkan homosexuality dari
daftar gangguan jiwa dalam buku
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 29
Argumentasi ini mencari pembenaran
perilaku LGBT dari unsur-unsur
biologic, yaitu: genetic, endocrine
dan neurologic.
Yang saudara harus tahu, DSM-II 7th
printed edition tahun 1974
mengeluarkan homosexuality dari
daftar gangguan jiwa dalam buku
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, bukan karena ada
strong scientific evidences yang
menyatakan ada sebab-sebab
biologis yang menyebabkan
seseorang menjadi LGBT, tetapi
sebaliknya: Karena homosexuality
telah dikeluarkan dari daftar
gangguan jiwa dalam buku
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, maka [terpaksa]
harus dicari penjelasan terjadinya
[pembenaran] LGBT dari unsur
biologis yaitu genetic, endocrine, dan
neurologic.

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 30


Jadi apa dasar perubahan kriteria
diagnosa homosexuality dalam buku
DSM? Jawaban atas pertanyaan
tersebut ada di sini:
In Homosexuality and American
Psychiatry. The Politics of Diagnosis
(Bayer, 1987) he stated that, by the
time the decision was made by the
APA’s Board of Trustees, the
fundamental view of homosexuality
had been shattered. Not everyone
thought the removal was a triumph
in the battle for homosexuality,
because the decision was not
based on “scientific proof” but
was rather social and political in
nature (Cotton & Ridings, 2011;
Greenberg, 1997). Cotton and
Ridings (2011, p. 182) also asserted
that “At its heart the DSM is a
political document — a social
construction — shaped more by
sociocultural influences than the
demands of practicing
professionals in the field of
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 31
mental health.’’ [Iris Zijlstra, The turbulent
evolution of homosexuality: From mental illness to
sexual preference, roundtable.menloschool.org/
issue10/3_Taylor_MS_Roundtable10_Fall_2011]

Tetapi Stephen Suleeman terlihat


sangat mempercayai perubahan
kriteria diagnosa Homosexuality
dalam buku DSM, terjadi karena
temuan-temuan medis baru. Bahkan
mengkritik para psikolog dan
psikiater yang menolak perubahan
dalam DSM terkait dengan
homosexuality [karena memiliki
kemandirian dan integritas akademik]
sebagai orang-orang kolot yang
menolak perubahan karena
pandangan dan nilai-nilai agama
yang dibawanya. [hal.6]
Jika seseorang membawa
pandangan dan nilai-nilai agama
yang diyakininya untuk memahami
ilmu pengetahuan, bukankah hal itu
sesuatu yang baik? Di sini terlihat
Stephen Suleeman ingin
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 32
menceraikan iman dan ilmu
pengetahuan; Stephen Suleeman
terlihat menempatkan ilmu
pengetahuan itu lebih tinggi dari nilai-
nilai agama. Bahkan saya
menangkap kesan dia menggunakan
sepenggal ilmu pengetahuan yang
dipilih dan diyakininya sebagai dasar
untuk berteologi.
Sayangnya Stephen Suleeman
terlihat tidak memiliki informasi yang
memadai terkait dengan perubahan
kriteria diagnosa Homosexuality
dalam buku DSM, sehingga
kesimpulan dan penilaiannya salah
terhadap mayoritas psikolog dan
psikiater Indonesia yang tetap
memiliki pandangan homosexuality
adalah mental disorder.
Karena menggunakan informasi yang
salah [perubahan dalam DSM] dan
keyakinan yang salah maka konsep
yang dikembangkan dan disebarkan
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 33
oleh Stephen Suleeman terkait
dengan LGBT salah.
Ilmu pengetahuan tunduk pada nilai-
nilai agama, sciences tunduk pada
scripture, prinsip inilah yang saya
gunakan saat saya mengembangkan
Biblicomedic Sexology sebab All truth
is God truth.
Bambang Subandrijo tampak
memiliki pendekatan yang serupa
dengan Stephen Suleeman, yaitu
berteologi dengan titik pijak
sepenggal informasi dari dunia ilmu
pengetahuan yang dipilih dan
diyakininya.
Pada bab.6, hal.42 Bambang
Subandrijo menulis:
Sebelum mengungkapkan
pandangan saya lebih lanjut
mengenai minoritas seksual, saya
harus menetapkan titik pijak saya.
Di tengah berbagai pendapat
mengenai faktor-faktor penyebab
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 34
homoseksualitas, lesbianism, dan
minoritas-minoritas seksual yang
lain, saya hanya memusatkan
perhatian pada mereka yang
menjadi LGBT karena bawaan
sejak lahir. LGBT yang disebabkan
oleh faktor yang lain, seperti:
pengalaman masa lampau, pengaruh
lingkungan, dan pengaruh konstruksi
sosial tempat seseorang
bertumbuh, merupakan domain para
psikolog. Sebagai seorang teolog
biblika, saya hanya akan
mendasarkan pandangan saya pada
kesaksian Kitab Suci, mengenai
masalah ini.

Dalam pernyataan di atas Bambang


Subandrio terlihat sangat meyakini
[menetapkan titik pijak] ada sebagian
LGBT yang menjadi LGBT karena
faktor genetik – bawaan sejak lahir,
walaupun dibagian akhir dia
mengatakan: Sebagai seorang teolog
biblika, saya hanya akan
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 35
mendasarkan pandangan saya pada
kesaksian Kitab Suci.
Di halaman 43, Bambang Subandrio
kembali mengukuhkan keyakinannya
[mengulang titik pijak yang dipilihnya]
bahwa sebagian LGBT itu menjadi
LGBT karena memang diciptakan
seperti itu. Dia menuliskan
keyakinannya [titik pijak yang
dipilihnya] seperti ini:
Hal ini sama dengan fakta bahwa
tidak seorangpun dapat memutuskan
bagi dirinya untuk dilahirkan berkulit
putih atau berkulit hitam, sebagai
orang Asia atau Eropa, sebagai laki-
laki atau perempuan atau bukan
keduanya, sebagai difabel atau tidak,
sebagai orang kidal atau tidak.
Rialitas ini terjadi secara alami
sebagai pemberian Allah, yang tidak
seorangpun dapat memilih, tetapi
tinggal menerimanya.
Dari ungkapan tersebut saya
menangkap persepsi: Bambang
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 36
Subandrio mengulas LGBT sebagai
seorang teolog biblika yang
mendasarkan pandangannya pada
kesaksian Kitab Suci [seperti yang
dikatakannya], namun dengan suatu
keyakinan awal [titik pijak utama]
bahwa sebagian LGBT itu menjadi
LGBT karena bawaan sejak lahir
[faktor genetik] seperti warna kulit
seseorang.
Sekarang, mari kita uji keyakinan
awal [titik pijak utama] Bambang
Subandrio yang menyatakan:
sebagian LGBT itu menjadi LGBT
karena bawaan sejak lahir [faktor
genetik] seperti warna kulit
seseorang.

Peneliti yang menyatakan ada


hubungan antara gene dengan
homosexuality adalah Dean Hamer.
Hamer menyatakan: menemukan
hubungan antara homosexuality
dengan gene yang terdapat dalam
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 37
chromosome X yang didapat dari
ibunya, dan menyatakan ‘lokasi’
gene tersebut adalah Xq28. [Hamer
DH, Hu S, Magnuson VL, Hu N, Pattatucci
AML.1993. A linkage between DNA markers on
the X-chromosome and male sexual orientation.
Science 261:321-7].
Namun dalam penelitian dengan
sample yang berbeda dan lebih
besar Mustanski yang melibatkan
Hamer menemukan hasil yang tidak
konsisten dengan penelitian Hamer
sebelumnya, sehingga Hamer
mengakui bahwa sampai saat ini
tidak ada gene yang terbukti
menyebabkan seseorang
mengalami same sex attraction.
[Mustanski BS, DuPree MG, Nievergelt CM,
Bocklandt S, Schork NJ, Hamer DH. 2005. A
genome-wide scan of male sexual orientation.
HumanGenetics116:272-8]
Andrea Ganna, a research fellow
with the Broad Institute in
Cambridge, Massachusetts, and
Harvard Medical School in Boston,
and colleagues examined data from
hundreds of thousands of people
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 38
who provided both DNA and
behavioral information to two large
genetic surveys, the UK Biobank
study and the private genetics firm
23andMe. They analyzed DNA
markers from people who answered
either “yes” or “no” to the question,
“Have you ever had sex with
someone of the same sex?” In total,
they identified 450,939 people who
said their sexual relationships had
been exclusively heterosexual and
26,890 people who reported at least
one homosexual experience; “There
is no single ‘gay gene,’” Ganna
said. “Sexuality cannot be reduced
to a single trait. Rather, non-
heterosexuality is in part influenced
by many tiny genetic effects, and
environmental components.”
[Journal Science, October 20, 2018]

Penelitian terbaru yang bertujuan untuk


menemukan gay gene dengan sample
yang sangat besar, bahkan terbesar
[sampai saat saya menulit artikel ini]
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 39
yaitu 477.829 orang; Penelitian ini
dipimpin oleh Andrea Ganna, dengan
kesimpulan akhir:
Tidak ada single gay gene yang
ditemukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan fakta-fakta publikasi ilmiah


ini kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa titik pijak Bambang Subandrio
dalam mengulas isu LGBT tidak
memiliki bukti ilmiah, dengan kata lain
titik pijak Bambang Subandrio yang
mengatakan bahwa sebagian LGBT
menjadi LGBT karena bawaan sejak
lahir [faktor genetik] salah.
Karena titik pijak yang digunakan salah,
maka pemahaman teologi tentang
LGBT yang dibangun oleh Bambang
Subandrio berdasarkan titik pijak yang
salah tersebut pasti salah.
Tetapi bagaimana jika penelitian-
penelitian yang akan datang ternyata
bisa menemukan gay gene? Apakah
temuan ini membuktikan bahwa LGBT
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 40
yang disebabkan oleh faktor genetik itu
normal?
Semua yang belajar ilmu kedokteran
mengetahui bahwa normal atau tidak
normal ukurannya bukan faktor genetik.
Kulit hitam atau kulit putih, rambut
keriting atau rambut lurus, hitam atau
pirang, mata hitam atau biru semua
memiliki faktor genetik dan semuanya
normal. Buta warna, thalassemia, down
syndrome [dan masih banyak kondisi
medis lain] memiliki faktor genetik juga
tetapi ini kondisi tidak normal.

Jadi apa ukuran normal dalam dunia


kedokteran? Ukuran normal dalam
dunia kedokteran adalah fungsional
dan tidak menimbulkan dampak
buruk. Saya sedang mengajak saudara
untuk memahami standar normal tubuh
manusia dan fungsi-fungsinya dengan
kaidah simplicity, KISS.
Organ tubuh manusia dikatakan normal
jika fungsional; Mata hitam dan mata
biru keduanya normal karena keduanya
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 41
fungsional, tetapi buta warna tidak
normal karena tidak fungsional [mereka
yang buta warna tidak bisa melihat
spektrum warna tertentu, orang seperti
ini saat ini tidak bisa masuk di fakultas
kedokteran]. Mata hitam – mata biru dan
buta warna semuanya memiliki faktor
genetik, tetapi mata hitam – mata biru
itu normal sedangkan buta warna tidak
normal. Ukuran normal dalam dunia
medis bukan faktor genetik tetapi fungsi
organ yang bersangkutan.
Andaikata ketertarikan seksual sejenis
terbukti ditentukan oleh suatu gay gene,
ketertarikan dan hubungan seksual
sejenis tetap perilaku yang tidak normal,
karena fungsi reproduksi yang
merupakan bagian integral dari fungsi
seksual jelas tidak berfungsi dalam
hubungan seksual sejenis.
Bagaimana kalau pasangan gay
dibantu dengan teknologi bantuan
reproduksi seperti bayi tabung?
Jawabnya sama tetap tidak normal.
[Saya tulis hal ini cukup rinci dalam buku

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 42


Biblicomedic Perspective on LGBTIQ, chapter 9:
LGBT and Reproductive Functions dan saya
jelaskan dalam presentasi session – 9: Leaders
Intensive Course – Biblicomedic Perspective on
LGBTIQ]

Tetapi bila suatu saat terbukti ada


gay gene, maka penyembuhan
homoseks jauh lebih mudah untuk
dilakukan, yaitu menggunakan
teknologi gene editing, CRISPR -
clustered regularly interspaced
short palindromic repeats. Karena
itu dunia medis siap menyambut
penemuan gay gene [jika ada], sebab
temuan tersebut akan membuat
proses pencegahan dan
penyembuhan gay lebih mudah
dilakukan.
Dalam dunia medis suatu kondisi
atau tindakan yang menimbulkan
efek negatif, masuk dalam kategori
tidak normal, walaupun saat awal
tidak menimbulkan keluhan tertentu.
Contoh: jika seseorang memiliki
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 43
tekanan darah diatas 130/80mmHg
maka orang tersebut masuk dalam
kategori hypertensi. Jadi seseorang
yang memiliki tekanan darah
150/95mmHg walaupun tidak ada
keluhan, tekanan darahnya masuk
kategori tidak normal. Jika tidak
dikontrol akan banyak efek samping
yang bisa dialaminya seperti stroke
maupun gangguan jantung.
Sekarang kita lihat fakta medis
berikut ini:

Populasi LGBT di USA adalah 3,4 %,


namun dari seluruh penderita HIV di
USA sekitar 60 % nya adalah MSM
(male who have sex with male),
disamping itu 66% infeksi baru HIV
yang terjadi setiap tahun juga terjadi
pada MSM. [HIV among Gay and Bisexual
Men, CDC Fact Sheet, September 2015]
Sejak terjadinya kasus pertama pada
tahun 1981, lebih dari 360.000
homoseks meninggal dunia karena
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 44
HIV-AIDS. [HIV among Gay and Bisexual
Men, CDC Fact Sheet, September 2015]
Tingkat penularan HIV baru di USA
pada homoseks adalah 44 kali lipat
dibandingkan dengan pria
heteroseks. [HIV among Gay and Bisexual
Men, CDC Fact Sheet, September 2015]

Hubungan seks sejenis terbukti


memiliki dampak yang sangat
buruk bagi pelakunya, karena itu
hubungan seks sejenis itu tidak
normal. [saya uraikan cukup rinci dalam buku
Biblicomedic Perspective on LGBTIQ, chapter 8:
LGBT and Health Problems].

Kita dipanggil untuk mengasihi


sesama kita, karena itu ketika kita
mengetahui perilaku LGBT
berdampak sangat buruk pada
pelakunya maka dengan penuh kasih
kita harus menyampaikan pada
mereka bahwa perilaku mereka
salah, namun dalam Tuhan Yesus
ada pengharapan dan pemulihan
yang sejati.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 45
Dalam kisah good Samaritan yang
tercatat dalam Lukas 10: 29 - 37,
pertanyaan siapakah sesamaku
diajukan oleh para ahli Taurat
[jaman sekarang: orang tertentu yang
ahli teologia] untuk membenarkan
dirinya.
Tetapi untuk membenarkan dirinya
orang itu berkata kepada Yesus:
"Dan siapakah sesamaku manusia?"
[Lukas 10: 29 – 37]

Kita bersyukur Tuhan Yesus


menjawab dengan penuh hikmat
pertanyaan tersebut dan
membungkam mulut congkak para
ahli Taurat itu.
Membiarkan orang-orang LGBT tetap
dalam perilaku seksualnya yang
menyimpang [yang berdampak
sangat buruk bagi dirinya sendiri]
adalah sikap yang sama dengan
sikap imam dan orang lewi dalam
kisah tersebut:
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 46
Kebetulan ada seorang imam turun
melalui jalan itu; ia melihat orang itu,
tetapi ia melewatinya dari seberang
jalan. Demikian juga seorang Lewi
datang ke tempat itu; ketika ia
melihat orang itu, ia melewatinya dari
seberang jalan. [Lukas 10: 31-32]
Dalam menghadapi orang-orang
LGBT, kita dipanggil untuk bersikap
dan bertindak seperti orang Samaria
dalam kisah di atas, dimulai dengan
menolong mereka untuk menyadari
bahwa perilaku mereka adalah
perilaku yang menyimpang dan
sangat berbahaya bagi diri mereka
sendiri, karena itu mereka harus kita
layani dengan Kasih Kristus agar
mengalami pertobatan dan
perubahan perilaku.

Progressive theological argument.


Para penulis “kristen” dalam buku
Siapakah Sesamaku [sebagian
eksplisit, sebagian implisit]
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 47
memposisikan diri dalam kelompok
progressive christian bahkan
progressive theologian.
Mereka ini menolak doktrin-doktrin
konservatif dan memiliki semangat
untuk menafsir ulang teks-teks
Alkitab supaya “ramah” terhadap
LGBT [menyatakan LGBT bukan
perilaku yang salah dan bukan dosa]
sampai melahirkan teologi baru
seperti queer theology.
Mari kita uji konsep LGBT yang
mereka kembangkan dengan
pendekatan progressive theology
tersebut, dengan berpegang pada
kaidah simplicity.
Kelompok ini memiliki 2 premise
yaitu:
1. Sebagian orang dilahirkan
sebagai LGBT.
2. Hubungan seksual tanpa
komitmen itu salah bahkan
disebut berzina.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 48
Karena itu mereka yang dilahirkan
sebagai LGBT harus diijinkan untuk
menikah, setidaknya memiliki
hubungan tetap yang diteguhkan
oleh gereja.
Dengan premise inilah mereka
menafsir ulang berbagai bagian
Firman Tuhan yang membicarakan
isu LGBT. [lebih tepatnya
mencocokkan tafsir mereka dengan
premise yang mereka buat]. Pada
tulisan ini saya tidak akan
mengkonfrontasi tafsir baru mereka
ayat per ayat [karena keterbatasan
halaman; ini short paper bukan
buku], tetapi saya akan buktikan
kepada saudara bahwa hasil tafsir
baru mereka terkait LGBT salah;
Pembuktian tersebut saya akan
lakukan dengan kaidah simplicity,
KISS.
Jika kita uji dari premise pertama
mereka, kita sudah mengetahui
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 49
mereka salah dalam berteologi,
sebab: Tidak ada satupun bagian
Firman Tuhan yang eksplisit
menyatakan Allah menciptakan
kaum LGBT. Premise: sebagian
orang diciptakan sebagai LGBT
mereka kontruksi dari sepenggal
informasi ilmu pengetahauan yang
tidak memiliki strong scientific
evidence seperti telah saya bahas
dalam biological argument.
Menggunakan sepenggal
informasi dari luar Firman Tuhan
sebagai keyakinan awal untuk
melakukan proses hermeunetic,
menabrak prinsip dasar
hermeunetic yang bertanggung
jawab dan pasti akan
menghasilkan tafsir yang salah.
Mereka selalu mengatakan kita tafsir
ulang text-text Alkitab sesuai dengan
context dan budaya pada waktu text
tersebut ditulis, tetapi dalam
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 50
kenyataannya mereka dengan terang
benderang menggunakan informasi
medis [yang salah] sebagai titik pijak
mereka; Di sini sangat jelas mereka
melakukan eisegesis.
Sekarang saya akan ajak saudara
untuk menggunakan salah satu
prinsip yang paling mendasar dalam
proses hermeunetic untuk menguji
tafsir mereka tentang LGBT.
Tidak ada satupun bagian Firman
Allah [kehendak Allah, perintah
Allah, karya Allah] yang
bertentangan dengan sifat-sifat
Allah.

Jika ada tafsir terhadap bagian


tertentu dari Firman Allah, dan
ternyata tafsir tersebut bertentangan
dengan sifat-sifat Allah, kita tidak
perlu ragu untuk mengatakan tafsir
tersebut pasti salah, karena pasti
dihasilkan dari proses hermeunetic
yang salah. KISS.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 51
Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah.
[Yohanes 1:1]

Karena Firman Allah dan Allah itu


satu adaNya maka tidak mungkin
ada pertentangan antara Allah [dan
sifat-sifatNya] dengan Firman Allah
[dengan semua tasfirnya]. Mari kita
perhatikan salah satu sifat Allah
berikut ini.
It is an Essential Property of his
Nature, whereby he is absolutely and
perfectly good in himself, and the
Fountain of all communicated
goodness to the creature. Psalm
119:68. Thou art good, and dost
good, teach my thy statutes.
[John Flavel, Westminster Shorter Catechism
Project, Of God’s Goodness, A.1]

Engkau baik dan berbuat baik;


ajarkanlah ketetapan-ketetapan-
Mu kepadaku. [Mazmur 119:68]
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 52
Allah itu baik, tidak ada sesuatu
yang buruk dalam diriNya, tidak
ada sesuatu yang buruk yang bisa
keluar dari diriNya.
Sekarang mari kita uji homosexuality
dengan sifat Allah ini.

90 % homosexual melakukan
hubungan ‘seksual’ melalui anus.
Apakah hubungan ‘seksual’ melalui
anus sesuatu yang baik? Mayoritas
lesbian menggunakan dildo [alat
kelamin pria tiruan] untuk mendapat
kepuasan seksual [bahkan ketika
mereka melakukan kontak intim
dengan pasangannya]. Apakah
menggunakan alat bantu seks
sesuatu yang baik? Pasangan
sejenis tidak mungkin memperoleh
anak secara biologis, bahkan jika
mereka diijinkan menikah. Apakah ini
‘pernikahan’ yang baik? Transgender
memerlukan biaya yang sangat besar

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 53


untuk pengobatan hormonal dan atau
operasi ganti kelamin. Apakah ini
sesuatu yang baik? Kelompok LGBT
adalah kelompok yang paling rentan
terjangkit penyakit menular seksual,
termasuk HIV karena perilaku
seksualnya. Apakah ini sesuatu yang
baik? Anak-anak yang dibesarkan
oleh pasangan sejenis, ketika
dewasa 10 – 40 kali lipat memiliki
ketertarikan sejenis dibandingkan
dengan anak-anak yang dibesarkan
dalam keluarga heteroseks
monogami. Apakah ini sesuatu yang
baik? [Dan masih banyak dampak buruk perilaku
LGBT yang lain, yang saya tulis dalam buku
Biblicomedic Perspective on LGBTIQ]

Mungkinkah hal-hal yang tidak baik


ini dirancang oleh Allah yang baik?
Mungkinkah hal-hal tidak baik ini
diciptakan oleh Allah yang baik?
Semua orang yang telah mengalami
dan memahami kebaikan Allah
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 54
dengan sangat mudah berkata: tidak
mungkin. Perilaku seksual LGBT
berdampak sangat buruk bagi
pelakunya; Perilaku LGBT tidak
mungkin dirancang dan diciptakan
oleh Allah yang baik. Allah yang baik
dan penuh kasih tidak mungkin
menciptakan manusia sebagai LGBT.
Progressive theology yang
menyatakan: sebagian LGBT
diciptakan oleh Allah, dan karena itu
biarlah mereka menjalani hidupnya
sebagai dan berperilaku LGBT jelas
merupakan ajaran [tafsir] yang
bertentangan dengan sifat Allah yang
baik, karena itu ajaran [tafsir]
tersebut pasti salah. KISS.

Victim argument. Salah satu strategi


yang dilakukan oleh aktifis lgbt untuk
membangun gelombang dukungan
pada perilaku lgbt adalah:
menghadirkan pelaku lgbt di forum-

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 55


forum publik [atau menuliskan
kisahnya dalam buku] untuk
menceritakan ‘penderitaan’ mereka
dan membangun persepsi bahwa
mereka adalah victims. Lalu forum
atau tulisan tersebut diakhiri dengan
satu pesan dan kesimpulan:
penderitaan tersebut akan hilang bila
perilaku mereka tidak lagi ‘dihukum’
sebagai berilaku yang salah,
menyimpang, tidak bermoral dan
berdosa.

Manusia normal memiliki affection –


kecenderungan emosi untuk
membela yang lemah, yang tertindas,
dan menderita. Karena itu mereka
yang mendengar kisah-kisah ‘pilu’
LGBT cenderung akan jatuh belas
kasihan, lalu ingin membela bahkan
akhirnya membenarkan perilaku
mereka. Maka strategi ini dipilih
untuk membangun dukungan pada

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 56


kelompok lgbt dan perilaku
seksualnya.

Pertanyaannya, ketika perilaku lgbt


tidak lagi ‘dihukum’ sebagai perilaku
yang salah, menyimpang, tidak
bermoral dan berdosa apakah
‘penderitaan’ mereka dengan
sendirinya akan hilang? Untuk
menjawabnya mari kita pelajari kasus
transgender, sebagai contoh kasus.
(bit.ly/XBT-Trans)

In 1980 the American Psychiatric


Association recognized
transsexuality as a “mental
disorder”, revising this designation
more specifically in 1994 as a
“gender identity disorder”. In 2013
the the term for diagnosis was
changed to “gender dysphoria” in
order to make it sound less
pathological (Zucker 2015). Another
term that has been used in order to

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 57


de-pathologize the diagnosis of
trans- identities is “gender
incongruence” (Drescher et al. 2012).
[©Springer International Publishing Switzerland
2016; T. Köllen (ed.), Sexual Orientation and
Transgender Issues in Organizations, DOI
10.1007/ 978-3-319 -29623- 4_1]

Publikasi di atas menunjukkan


proses perubahan transsexuality dari
mental disorder menjadi normal
mental health condition:
1. DSM-III 1980: Mental Disorder.
2. DSM-IV 1994: Gender ID Disorder.
3. DSM-V 2013: Gender Dysphoria.
Kini dalam buku DSM V, transgender
tidak lagi ‘dihukum’ sebagai
gangguan mental, tetapi disebut
sebagai suatu variasi normal dari
gender identity seseorang. Lalu
apakah ‘penderitaan’ mereka hilang
dengan sendirinya karena perubahan
tersebut? Realitanya mereka masih
harus berjuang mengeluarkan uang
dalam jumlah besar untuk
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 58
pengobatan hormonal, operasi
payudara [mengangkat atau
‘membuat’] bahkan operasi ganti
kelamin. Bukankah hal ini suatu
bentuk penderitaan? Sebagian kecil
mereka mampu melakukan itu,
sebagian besar tidak mampu
melakukannya. Tetapi setelah
melakukan semua prosedur tersebut
mengapa banyak diantara mereka
yang menyesalinya? Mengapa angka
bunuh diri tinggi pada transgender
yang sudah melakukan operasi ganti
kelamin? Fakta-fakta ini
menunjukkan bahwa ‘penderitaan’
mereka tidak hilang setelah mereka
tidak lagi ‘dihukum’ sebagai pengidap
gangguan mental. Jadi jelas sumber
penderitaan mereka bukan karena
mereka didiagnosa mengidap suatu
gangguan mental. Sumber
penderitaan mereka adalah proses
kehidupan [gangguan mental] yang

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 59


menyebabkan mereka menjadi
transgender tersebut. [saya bahas detil di
buku Biblicomedic Perspective on LGBTIQ;
chapter.7; LGBT Formation]

Sekarang saya akan tunjukkan


kepada saudara bahwa APA
[American Psychiatric Association]
telah menabrak kaidah dasar
medis, saat merubah kriteria
diagnosa transgender dari mental
disorder menjadi normal gender
identity, dan oleh karena itu psikolog
dan psikiater Indonesia dan di
seluruh dunia yang memiliki
kemandirian akademik-
profesional, berpegang pada
kaidah dasar medis, tidak tunduk
pada APA, akan tetap menyatakan
transsexuality adalah mental
disorder.
Di semester pertama semua
mahasiswa kedokteran diajari oleh
para gurunya kaidah dasar medis

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 60


yang harus diingat dan dihidupi saat
menjalani profesi sebagai dokter,
yaitu:
Primum non nocere; First, do no
harm. [Hippocrates]; Dalam
menjalankan profesi medis, yang
pertama harus diingat oleh seorang
dokter adalah: jangan pernah
melakukan sesuatu yang
berdampak buruk pada pasien.
Sekarang kita lihat contoh kasus
berikut ini:
Seorang pasien datang ke dokter
bedah dan meminta sang dokter
untuk mengamputasi jari
kelingkingnya; Dokter memeriksa
dan tidak menemukan alasan medis
untuk melakukan hal tersebut, sebab
jari kelingkingnya sehat dan
berfungsi baik; Dokter bedah
menolak melakukan amputasi karena
berpegang pada kaidah primum non
nocere; Pasien bersikukuh minta jari
kelingkingnya diamputasi, karena
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 61
pingin punya empat jari saja
supaya keren; Dokter bedah
berkonsultasi ke koleganya seorang
Psikiater; Psikiater mengatakan,
pasien tersebut kemungkinan
mengalami gangguan mental yang
disebut Body Dismorphic Disorder,
silahkan dirujuk untuk ditangani
secara intensif oleh Psikiater.
Permintaan amputasi jari kelingking
yang sehat saja harus ditolak karena
kaidah primum non nocere; Lalu
mengapa ada anjuran dan panduan
agar dokter melakukan amputasi
penis [yang sehat dan berfungsi]
pada orang tertentu yang
memintanya? Mengapa pula ada
anjuran dan panduan agar dokter
melakukan pengangkatan payudara
[yang tidak memiliki masalah medis]
pada orang tertentu yang
menginginkannya?
Meminta amputasi jari kelingking
yang sehat saja sudah mengarah
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 62
pada diagnose gangguan mental,
namanya Body Dismorphic Disorder;
Sungguh aneh jika ada seseorang
meminta penisnya dipotong [padahal
tidak ada masalah medis] dan orang
tersebut tetap dinyatakan kondisi
mentalnya normal, tidak mengalami
mental disorder; Sungguh aneh jika
ada seseorang minta payudaranya
dipotong [padahal tidak ada masalah
medis] dan orang tersebut tetap
dinyatakan memiliki kondisi mental
yang normal, tidak mengalami mental
disorder. Sangat jelas di sini APA
menabrak kaidah dasar medis saat
merubah kriteria diagnosa trasgender
pada buku DSM.

Perubahan kriteri diagnosa


transgender di buku DSM, memiliki
dasar yang sama dengan perubahan
kriteria diagnosa homosexuality;
Perubahan tersebut bukan

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 63


didasarkan pada scientific decision,
tetapi suatu political decision karena
tekanan organisasi LGBT.

Tekanan politik aktifis LGBT terhadap


institusi medis menyebabkan
komunitas LGBT berada dalam
situasi yang semakin sulit untuk
ditolong. Sebab perubahan dalam
DSM menyebabkan orang LGBT kini
merasa normal; Orang sakit yang
tidak merasa sakit tidak mungkin
memerlukan bantuan pengobatan,
maka mereka akan sangat sulit
mengalami kesembuhan.

Sesunguhnya, LGBT bisa ditolong,


LGBT bisa berubah, LGBT bisa
dipulihkan. Apakah prosesnya
mudah? Tidak mudah, butuh waktu
yang panjang, tetapi bisa. Namun
saat ini aktifis LGBT selalu
menyuarakan LGBT tidak mungkin

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 64


berubah, sehingga banyak mereka
yang putus harapan dan tidak lagi
mencari pertolongan, tetap berada
dalam perilakunya yang sangat
berbahaya dan berakhir sangat
tragis.

Mengatakan LGBT tidak mungkin


bisa merubah, tidak perlu berubah,
tidak perlu bertobat adalah suatu
bentuk pembiaran, seperti sikap
imam dan orang lewi yang
membiarkan orang terkapar di pinggir
jalan dalam kisah orang Samaria
yang baik hati.

LGBT menjadi korban dari pilihan


perilakunya sendiri yang salah [dan
juga proses tumbuh kembang,
interaksi sosial dan spiritualitas yang
salah]; Kita dipanggil untuk
menyatakan belas kasihan pada
kelompok LGBT seperti yang

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 65


dilakukan oleh orang Samaria;
Ungkapan kasih kita kepada
kelompok LGBT adalah dengan jujur
mengatakan kepada mereka bahwa
perilaku mereka sangat berbahaya
bagi diri mereka, karena itu mereka
harus berhenti melakukan perilaku
seks yang menyimpang tersebut.

Human right – democracy


argument. Aktifis LGBT menyatakan:
menjadi dan berperilaku sebagai
LGBT adalah human right.
Argumentasi ini didasarkan pada
premise yang sama dengan
argumentasi di atas yaitu sebagian
orang menjadi LGBT karena bawaan
sejak lahir [faktor genetik]. Karena
lgbt adalah bawaan sejak lahir, maka
perilaku seksual lgbt adalah bagian
dari human right. Ketika tidak ada
bukti bahwa LGBT itu adalah bawaan
sejak lahir [faktor genetik] maka

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 66


argumentasi ini sudah gugur dengan
sendirinya.

Tetapi mari kita lihat sedikit lebih


jauh. Sesungguhnya tujuan utama
dari human right adalah untuk
melindungi human dignity. Benarkah
perilaku LGBT akan membuat
mereka memiliki human dignity?
Lihatlah berbagai dampak buruk
perilaku lgbt terhadap pelakunya.

Jelas sekali perilaku lgbt


menghancurkan human dignity
pelakunya, oleh karena itu jelas
perilaku lgbt justru bertentangan
dengan human rights, karena itu
demi kebaikan mereka, demi
menjaga human dignity mereka maka
keluarga, gereja, sekolah bahkan
negara harus melarangnya,
setidaknya tidak membenarkannya.
KISS.

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 67


LGBT sekarang dikaitkan dengan
democracy, sebuah sistem politik
yang memiliki prinsip dasar one
people, one vote, dan vox populi, vox
dei. Suara mayoritas adalah pilihan
yang harus diikuti oleh semua.
LGBT adalah suatu kondisi medis
jadi seharusnya dikaji dengan
prinsip-prinsip scientific bukan
dengan kaidah politik.
Ketika American Psychiatric
Association [APA] melepaskan
jatidirinya sebagai scientific
community dan berubah menjadi
“political organization”, maka kriteria
diagnosa homosexuality dan
transsexuality dalam buku Diagnostic
and Statistical Manual of Mental
Disorder dirubah bukan berdasarkan
kajian ilmiah tetapi melalui voting
layaknya organisasi politik.
Tekanan aktifis LGBT pada APA
untuk merubah kriteria diagnosa

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 68


homosexuality dan transsexuality
pada buku DSM sebenarnya sangat
merugikan kelompok LGBT itu
sendiri, sebab APA kini berhenti
mencari cara untuk penyembuhan
yang efektif bagi kaum LGBT.

Diagnosa dan therapy yang tepat


tidak didasarkan pada prinsip
democracy melainkan pada fakta-
fakta scientific. Di suatu kampung
masyarakatnya mungkin memiliki
keyakinan tertentu untuk mengobati
sakit tertentu; Jika mengikuti prinsip
demokrasi maka dokter yang bekerja
di kampung tersebut harus mengikuti
keyakinan mayoritas masyarakat di
situ saat melakukan pengobatan;
Dokter yang baik tidak tunduk pada
keyakinan mayoritas, tetapi tunduk
pada kaidah-kaidah ilmiah dalam
pengobatan penyakit tertentu. Prinsip
democracy tidak boleh dijadikan

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 69


sebagai dasar pendekatan kasus
LGBT, sebab LGBT adalah masalah
yang terkait erat dengan dunia
medis. KISS.

Legal argument. Aktifis LGBT di


seluruh dunia memiliki keinginan
untuk melegalkan pernikahan
sejenis, dan mereka menggunakan
setidaknya 4 argumentasi di atas
untuk mencapai keinginannya.
Mereka selalu mengatakan: sebagai
warga negara mereka berhak
diperlakukan sama, apa yang boleh
dilakukan oleh kaum heteroseksual,
boleh juga dilakukan oleh kaum
homoseksual, termasuk menikah
sekalipun.

Yang harus kita tahu, hukum di suatu


negara dibuat dengan tujuan untuk
melindungi semua warga negaranya
dari hal-hal buruk yang bisa

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 70


menimpanya. Pertanyaannya,
apakah legalitas pernikahan sejenis
akan melindungi semua warga
negara dari hal-hal buruk yang terkait
dengan itu?
Belajar dari negara-negara yang
telah melegalkan pernikahan sejenis,
kita tahu setidaknya ada 4 hal buruk
yang akan mengikuti legalitas
pernikahan sejenis.
Pertama, mereka yang telah
menikah secara legal akan menuntut
beberapa hak lain seperti:
reproductive rights, foster parents
right, dan adoption right. Akibatnya
akan banyak anak-anak yang
dibesarkan dan diasuh oleh orang
tua sejenis. Mereka yang dibesarkan
oleh orang tua sejenis, saat dewasa
ternyata memiliki potensi untuk
memiliki ketertarikan seks sejenis 10
– 40 kali lipat dibandingkan anak-
anak yang dibesarkan oleh orang tua
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 71
heteroseks. Dampak negatif yang
lain masih sangat banyak. [saya tulis
cukup detil dalam buku Biblicomedic Perspective on
LGBTIQ, chapter.10: Same Sex Marriage and
Parenting]

Legalitas pernikahan sejenis


melanggar hak asasi anak, yaitu hak
asasi untuk memiliki dan diasuh oleh
ayah dan ibu. Legalitas pernikahan
sejenis berdampak sangat buruk
pada anak-anak yang dibesarkan
oleh pasangan sejenis. Legalitas
pernikahan sejenis membuat anak-
anak tidak terlindungi dari hal-hal
buruk akibat dibesarkan oleh
pasangan sejenis. Mengingat
undang-undang seharusnya dibuat
untuk melindungi semua warga
negara, maka legalitas pernikahan
sejenis harus dilarang demi kaidah
dasar pembuatan undang-undang itu
sendiri. Pernikahan sejenis tidak
boleh dilegalkan karena akan
merampas hak asasi anak-anak.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 72
Kedua, sesuatu yang legal
cenderung akan dianggap benar,
tidak memiliki resiko dan tidak
berbahaya. Ketika narkotika cocain
telah legal untuk diperjual belikan di
beberapa negara bagian di Amerika,
maka banyak remaja di negara-
negara bagian tersebut mati
overdose karena cocain.
Sesuatu yang legal cenderung
dianggap benar dan tidak berbahaya.
Legalitas pernikahan sejenis akan
membangun persepsi hubungan
tersebut benar dan tidak
menimbulkan dampak buruk. Anak-
anak dan remaja yang dibesarkan di
negara-negara seperti itu akan
cenderung menganggap pernikahan
sejenis itu benar dan tidak
berbahaya, karena itu mereka bisa
memikirkannya sebagai suatu
alternatif pola pernikahan. Legalitas
pernikahan sejenis harus dilarang

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 73


karena memiliki dampak sangat
buruk buat anak-anak dan generasi
muda.

Ketiga, legalitas pernikahan sejenis


akan menciptakan homophoria dan
transphoria [homosexual euphoria,
transsexuality euphoria] yaitu
kegembiraan yang berlebihan
serta selebrasi perilaku homoseks
dan transeksualitas sampai
melampaui batas-batas kepatutan,
yang dilakukan oleh pribadi,
komunitas, organisasi bahkan
negara.

Homo-transphoria terlihat sangat


jelas saat mereka mengelar LGBT
Pride Parade di berbagai tempat
pada musim LGBT Pride Month yang
mereka tetapkan pada bulan Juni.
Homo-transphoria juga terlihat di
pusat-pusat komunitas LGBT di
berbagai kota. Bahkan saat ini
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 74
mereka sedang test the water,
mengekspresikan homo-transphoria
di ruang-ruang publik kita [mall,
caffee, restaurant].
Bila silence majority tetap diam,
maka ruang-ruang publik kita akan
dibanjiri dengan homo-transphoria;
Ketika kita tidak lagi bisa leluasa dan
nyaman membawa anak-anak kita ke
ruang-ruang publik, bukankah kita
telah terpinggirkan?
Keempat, legalitas pernikahan
sejenis adalah gerbang menuju
LGBT-domination. Di negara-
negara yang telah melegalkan
pernikahan sejenis, kelompok LGBT
semakin terlihat mendominasi
kehidupan sosial-politik. Di negara-
negara tersebut kelompok yang tidak
menyetujui perilaku LGBT akan
diintimidasi bahkan dipersekusi.
Melalui berbagai bidang, mereka
bahkan dengan sengaja
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 75
mempropagandakan,
mengindoktrinasi, dan mencuci-otak
dengan ideologi LGBT.
Sebagai contoh: Karena tekanan
aktifis LGBT, kurikulum pendidikan
baru di Inggris mewajibkan pelajaran
Relationship and Sexuality Education
[RSE] untuk primary and secondary
schools [sekolah dasar dan
menengah] yang isinya adalah
variasi relasi seksual apapun
termasuk homoseks, biseksual,
transeksual.
Anak sekolah dasar dan sekolah
menengah dipaksa belajar perilaku
seperti ini? Dan ini disebut
peradaban yang modern?

Legalitas pernikahan sejenis terbukti


berdampak sangat buruk pada
komunitas masyarakat luas terutama
anak-anak dan remaja, karena itu
legalitas pernikahan sejenis harus
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 76
dilarang demi kaidah dasar
pembuatan hukum itu sendiri, yaitu
perlindungan untuk seluruh warga
negara. KISS.
RUANG LINGKUP TULISAN INI:
Dalam tulisan ini ada beberapa
institusi dan nama orang yang
dibicarakan. Informasi nama institusi
dan nama orang tersebut terutama
berasal dari buku Siapakah
Sesamaku; Namun demikian saya
akan tetap menjelaskan ruang
lingkup tulisan saya. Terkait dengan
PGI, tulisan saya hanya menanggapi
fakta-fakta yang ada dalam buku
Siapakah Sesamaku, dan sebatas
Surat Pastoral PGI Tentang LGBT
dan hal-hal yang terkait dengan Surat
Pastoral tersebut, jadi bukan institusi
PGI itu sendiri.
Untuk nama-nama orang yang
muncul dalam tulisan ini, hampir
semuanya berasal dari informasi
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 77
yang terdapat dalam buku Siapakah
Sesamaku. Terkait dengan nama-
nama orang tersebut, yang saya
bahas dalam tulisan ini hanya
sebatas pandangannya terhadap isu
LGBT. Saya sama sekali tidak
membicarakan kehidupa pribadi
orang-orang tersebut dan
pandangannya dalam isu-isu yang
lain. Meskipun Stephen Suleeman
berasal dari STFT Jakarta, saya
yakin tulisan Stephen Suleeman
bukan suara tunggal dari STFT
Jakarta, karena itu tulisan saya
hanya sebatas tanggapan pada buku
yang ditulis Stephen Suleeman.
Meskipun Stephen Suleeman adalah
Pendeta Emeritus GKI, saya yakin
tulisan Stephen Suleeman bukan
pandangan Sinode GKI, karena itu
tulisan saya hanya sebatas
tanggapan pada buku yang ditulis
Stephen Suleeman.
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 78
Tulisan ini adalah tanggapan spontan
atas buku Siapakah Sesamaku.
Ketika suatu karya tulis sudah
dipublikasikan, maka publik boleh
menanggapinya. Jadi saya memiliki
hak bahkan kewajiban untuk
menanggapi gagasan dan spirit dari
buku tersebut.

SEBUAH AJAKAN UNTUK


KOMUNITAS KRISTEN:
Buku Siapakah Sesamaku,
menyingkap fakta: Stephen
Suleeman mengkaitkan Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT dengan
upaya menuju legalitas pernikahan
sejenis lewat amicus curiae Aan
Anshori di Mahkama Konstitusi.

Mereka yang membaca buku


Siapakah Sesamaku bisa
menangkap kaitan yang dibuat oleh
Stephen Suleeman tersebut.

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 79


Mengingat ada penulis muslim yang
memiliki jaringan sangat luas dalam
buku tersebut, maka bisa dipastikan
buku tersebut akan dibaca oleh
banyak kalangan muslim, yang
mayoritas memegang kaidah
konservatif, yaitu tidak menyetujui
perilaku LGBT apalagi pernikahan
sejenis.

Mengingat PGI adalah organisasi


aras yang dikenal paling luas, maka
suara PGI bisa dipersepsikan
sebagai suara seluruh umat Kristen
di Indonesia. Karena itu persepsi
yang terbangun dari buku Siapakah
Sesamaku bisa memiliki dampak
tidak baik buat umat Kristen secara
luas.

Karena itu saya memberikan


dorongan kepada pihak-pihak
terkait agar:

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 80


1. Sinode – Sinode Anggota PGI
yang belum menolak secara resmi
Surat Pastoral PGI Tentang LGBT
sebaiknya segera mengirim Surat
Penolakan atas Surat Pastoral
PGI Tentang LGBT, supaya tidak
terseret ke dalam masalah yang
bisa timbul akibat persepsi yang
dibangun oleh Stephen Suleeman
dalam buku Siapakah Sesamaku
tersebut.
2. MPH-PGI segera mencabut Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT untuk
menggugurkan persepsi yang
dibangun oleh Stephen Suleeman
dalam buku Siapakah Sesamaku,
dan memberikan teguran keras
kepada Stephen Suleeman
disertai perintah untuk merevisi
total bukunya dengan
menghilangkan bagian yang
terkait dengan Surat Pastoral PGI
Tentang LGBT. [Jika MPH-PGI tidak

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 81


melakukan tindakan apapun untuk mengkoreksi
persepsi ini, maka orang akan mengambil
kesimpulan: fakta-fakta yang ditulis oleh
Stephen Suleeman adalah kenyataan]

3. Bila dalam Forum Lintas Agama


[mengingat buku Siapakah Sesamaku tersebut
bisa menyebar ke sana] ada
pertanyaan
terkait dengan Surat Pastoral PGI
Tentang LGBT, kita harus
menjawab apa adanya: Surat
Pastoral PGI Tentang LGBT
tersebut bukan suara seluruh
umat kristen di Indonesia, bahkan
sebaliknya mayoritas umat
kristiani tidak setuju dan menolak
Surat Pastoral Tentang LGBT
tersebut.

PENUTUP:
Fakta-fakta diatas semakin
menyadarkan kita bahwa ideologi
dan gerakan LGBT adalah ancaman
yang sangat serius buat keluarga,
sekolah, gereja, bahkan bangsa dan

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 82


negara. Karena itu kita harus serius
merespon ancaman ini.

YADA Institute telah


mengembangkan materi pelatihan
intensif agar kita bisa mengenali,
mencegah dan menolong komunitas
LGBT melalui kelas Biblicomedic
Perspective on LGBTIQ.
Sekelompok pribadi yang mengasihi
Allah dan mengasihi sesamanya,
bergabung dalam XBT-G2028
Catalyst Team, berjuang
mengupayakan scholarship agar
banyak pemimpin masa depan bisa
mengikuti pelatihan Biblicomedic
Perspective on LGBTIQ; Scholarship
diberikan kepada kelompok prioritas
berikut ini:
a. Dosen dan Mahasiswa STT.
b. Dosen dan Mahasiswa Fak.Kedokteran.
c. Dosen dan Mahasiswa Fak.Psikologi.
d. Dosen dan Mahasiswa Fak.Pendidikan.
e. Hamba Tuhan dan Pendidik berusia
dibawah 30 tahun.

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 83


f. Pelajar SMA IPA dengan nilai mata
pelajaran pokok minimal 8.

Jika saudara adalah pemimpin salah


satu kelompok prioritas di atas dan
ingin mendapatkan scholarship buat
komunitas yang saudara pimpin
untuk mengikuti pelatihan intensif
Biblicomedic Perspective on
LGBTIQ, atau saudara terbeban
untuk mendukung program
scholarship buat kelompok prioritas
di atas, silahkan hubungi:
missiondirector.xbt@gmail.com

Untuk membenarkan dirinya, ahli


Taurat bertanya kepada Tuhan
Yesus: Siapakah Sesamaku
Manusia? Kini untuk membenarkan
perilaku LGBT, Stephen Suleeman
menulis buku Siapakah Sesamaku?
Mari kita jawab pertanyaan ini
dengan melakukan kasih sejati, kasih
yang tidak berpura-pura, kasih yang
tidak takut untuk menegur dosa.____
Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 84
LAMPIRAN:
1.Nashville Statement: A Coalition For Biblical Sexuality. bit.ly/XBT-Nashville-Statement
2.Male and Female He Created Them. bit.ly/XBT-Vatican-Gender

PARTISIPASI:
Setelah membaca tulisan ini, saya
berharap saudara menyadari ancaman
ideologi LGBT di Indonesia, dan secara
khusus di kalangan gereja; Ada
beberapa hal yang bisa saudara
lakukan:
1. Berdoa untuk kondisi ini.
2. Membagi tulisan ini.
3. Adakan diskusi kelompok.
4. Adakan seminar.
5. Paparkan di kelas saudara.
6. Khotbahkan di Gereja.
7. Cetak tulisan ini dan berikan
kepada Pendeta/Majelis di Gereja
saudara. Printed version bisa
diunduh di sini:
http://bit.ly/Nikah-Sejenis

Andik Wijaya,MD,MRepMed // Menuju Legalitas Pernikahan Sejenis // 17 Juni 2019 85


MENUJU LEGALITAS PERNIKAHAN SEJENIS
Andik Wijaya,MD,MRepMed
YADA INSTITUTE

Anda mungkin juga menyukai