dlam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan,
pembuatannya mengacu pada gambar kontrak yang dibuat oleh konsultan perencana. Dalam
Kontraktor yang bertugas membuat gambar ini adalah drafter, dalam proyek skala bear
seperti gedung bertingkat tinggi atau infrastrktur, gambar dibuat dengan ukuran kertas A3
Sebagai media komunikasi, shop drawing haruslah memperhatikan obyek
penggunanya. Di lapangan, gambar ini digunakan oleh Pelaksana atau Supervisi, Mandor,
dan juga Pekerja. Oleh karena itu gambar ini tak pelak harus memiliki tingkat kejelasan yang
tinggi sedemikian pengguna tinggal pakai dan tidak perlu lagi membuat persepsi atau asumsi-
asumsi yang bisa berakibat kesalahan pelaksanaan.
Membuat shop drawing haruslah memperhatikan obyek pengguna yang terdiri atas
Pelaksana / Supervisi, Mandor, dan Pekerja. Harus diketahui tingkkat kemampuan dan
pemahaman mereka dalam membaca dan mempersepsikan gambar shop drawing. Pelaksana
mungkin cukup mampu untuk membaca gambar tersebut, tapi bagaimana dengan Mandor dan
Para Pekerja? Tentu masih di bawah kemampuan Pelaksana / Supervisi. Memahami
kemampuan pengguna akan membuat gambar shop drawing tidak menyulitkan mereka dalam
memahami dan tidak membuang waktu atas diskusi gambar serta mengindari terjadinya
kesalahan pelaksanaan akibat kesalahan persepsi. Dengan memahami kemampuan pengguna,
shop drawing akan menjadi media komunikasi yang efektif.
1. Kontraktor melihat gambar kontrak dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
sebagai dasar pembuatan gambar
2. Dari file soft copy gambar kontrak diolah oleh ontraktor menyesuaikan kondisi
lapangan, RKS, dan site instuction terbaru dari owner. Gambar tersebut dilengapi
secara bentuk dan ukuran sehingga cukup jelas dan tidak membingungkan ketika
dijadikan dasar melaksanakan pekerjaan
3. Kontraktor mengajukan gambar yang sudah dibuuat kepada manajemen
konstruksi/konsultan pengawas
4. Konsultan pengawas menyetujui atau menolak gambar, jika ada yang kurang jelas
maka bisa meminta persetujuan konsultan perencana atau langsung kepada owner
sebagai pemilik bangunan
5. Gambar yang sudah disetujui oleh manajemen konstruksi emudian diembalikan
kepada kontraktor
6. Kontraktor mendistribusikan shp drawing kepada personil lapangan yang
berkepentingan dengan gambar tersevut. Gambar asli disimpan oleh kontraktor
sebagai arsip, yag dibagikan cukup fotocopy.
Gambar kerja merupakan dasar bagi pelaksana untuk melakukan pekerjaan bangunan di
lapangan. Gambar kerja didasarkan dari gambar konstruksi yang memuat detail-detail dari
setiap komponen pekerjaan bangunan. Beberapa komponen yang gambar kerja adalah;
1. Denah
2. Tampak
3. Potongan
4. Gambar pondasi,
5. Gambar penulangan beton (sloof, kolom, dan ring balok),
6. Gambar dinding dan plesteran,
7. Gambar kusen (pintu dan jendela) beserta daunnya,
8. Gambar kuda-kuda dan atap,
9. Gambar plafon,
10. Gambar Instalasi air dan plumbing, dan
11. Gambar instalasi listrik.