Anda di halaman 1dari 4

Butylated hydroxyanisole (BHA) sebagai senyawa aditif pada makanan telah digunakan

secara luas sejak tahun 1947. Senyawa ini biasa digunakan sebagai antioksidan untuk
mencegah makanan tersebut dari kerusakan oksidatif. Banyak penelitian telah mempelajari
senyawa ini secara luas, baik tentang efek yang disebabkannya, sifat karsinogennya, ataupun
toksisitas yang disebabkannya. Artikel ini membahas tentang hasil penelitian eksperimental
yang telah dilakukan tentang penggunaan BHA, baik pada hewan maupun pada manusia.
Kami juga membahas tentang absorpsi, metabolisme, ekskresi dan sifat karsinogennya dari
perspektif kesehatan. Saat ini beberapa penelitian telah dapat membuktikan tentang efek
karsinogenik dari BHA, tapi belum ditemukan penelitian yang mengindikasikan bahwa BHA
adalah bersifat genotoksik. Genotoksik adalah terjadinya kerusakan genetika, ditandai
dengan, satu di antaranya, perubahan sel.

BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene) merupakan


antioksidan menyerupai vitamin E yang banyak digunakan oleh industri makanan sebagai
pengawet. Fungsinya terutama untuk mencegah minyak dan lemak dalam makanan
teroksidasi dan menjadi tengik. Oksidasi yang terjadi ketika kemasan dibuka dalam waktu
lama dapat mengubah rasa, warna, dan bau makanan dan mengurangi beberapa nutrisinya.

Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat
ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah
teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan
sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radkal bebas oksigen
reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh
maupun faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena
memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam
makromolekul biologi. Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan
sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein
dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan
tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan
untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan,
antara lain vit C, vit E, dan karotenoid. BHA dan BHT merupakan antioksidan sintetis, yang
artinya tidak terjadi mak bedhundhug secara alamiah, tapi disintetsis pembuatannya (alias
antioksidan sintetis). Selain BHA dan BHT, zat antioksidan lain ada TBHQ (tert-butil
hidroksi quinon). tokoferol, dan lain lain.

Antioksidan alami dapat diperoleh dari buah buahan dan sayuran. Buah-buahan yang
mengandung antioksidan diantaranya yaitu apel, tomat, jeruk, anggur, blueberry, blackberry,
strawberry, dan cherry. Sedangkan sayuran yang mengandung antioksidan diantaranya yaitu
brokoli, kol, brussel sprout, kembang kol, kecambah, bawang putih, dan kentang.

Sereal, kentang olahan, permen karet, makanan cepat saji, dan mentega, termasuk beberapa
produk makanan yang biasanya diolah dengan BHA dan BHT. Mudahnya, Anda bisa
mengetahui adanya kandungan BHA dan BHT dengan cara membaca label makanan. Seperti
dilansir dari laman Very Well Fit, FDA, sebagai badan pengawas obat dan makanan di
Amerika Serikat yang setara BPOM, menuturkan bahwa BHA dan BHT aman untuk
digunakan dalam produk makanan olahan.

Para peneliti memperkirakan bahwa rata-rata jumlah BHA yang ada di dalam makanan harian
masih dapat ditolerir oleh tubuh karena “dosis”nya sangat sedikit. Menurut para periset, BHA
baru akan menimbulkan reaksi negatif bila dikonsumsi setidaknya hingga 125 kali dalam
sehari.

Begitu juga dengan BHT yang dianggap aman. Namun, sebuah penelitian menunjukkan
bahwa mengonsumsi BHT dalam jumlah yang sangat besar memicu timbulnya berbagai
interaksi dengan hormon kontrasepsi serta hormon steroid.

Intinya, FDA sebenarnya menyetujui penggunaan BHA dan BHT dalam produk makanan.
Hanya saja, batas yang dianjurkan hingga 0,002 persen dari keseluruhan kadar lemak yang
ada dalam makanan tersebut. Sedangkan untuk makanan kering lainnya, FDA telah
menetapkan batasan aman untuk setiap jenis makanan yang berbeda.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh National Toxicology Program, BHA
bisa bersifat karsinogenik (pemicu kanker) pada tikus. Meski begitu, sejauh ini belum ada
bukti kuat yang menyatakan kalau zat aditif dapat memicu kanker pada manusia.

Jadi, BHA dan BHT yang ada dalam produk makanan pada dasarnya aman bila dikonsumsi.
Namun, penting untuk tetap memperhitungkan seberapa banyak makanan kemasan dan
makanan cepat saji yang Anda makan setiap harinya. Akan lebih baik lagi, bila Anda
menyelingi konsumsi makanan yang mengandung zat aditif dengan rutin makan makanan
segar atau setidaknya yang bebas pengawet.

Butylated hydroxytoluene (BHT), juga dikenal sebagai butilhidroksitoluena, suatu


senyawa organik lipofilik (larut dalam lemak), secara kimia suatu turunan dari fenol, yang
berguna untuk sifat-sfat antioksidannya. Peraturan Eropa dan Amerika Serikat mengizinkan
persentase kecil untuk digunakan sebagai aditif makanan, tetapi itu bukan tanpa bertolak-
belakang karena ada pengakuan yang berkaitan dengan hiperaktivitas anak-anak serta kanker.

Sebaliknya, BHT adalah dianjurkan sebagai suplemen makanan dan antivirus yang berguna
terhadap keluarga virus herpes. Meskipun mungkin ada beberapa sengketa dalam penggunaan
BHT dalam makanan manusia, bahan zat kimia yang banyak digunakan dalam industri
manapun oksidasi dalam cairan (misalnya bahan bakar, minyak) dan bahan lainnya harus
diolah, dan radikal bebas harus disimpan dalam-pemeriksaan.

Nama IUPAC BTH adalah 2,6-bis(1,1-dimetiletil)-4-metilfenol. Sedangkan julukan lain


yang diberikan pada sekurang-kurangnya ada delapan nama, yaitu: 2,6-di-tert-butil-4-
metilfenol,
2,6-di-tert-butil-p-kresol (DBPC), 3,5-di-tert-butil-4-hidroksi-toluena, BHT, E321, AO-29,
Avox BHT, dan Additin RC 7110.

BHT memiliki rumus kimia C15H24O dengan berat molekul 220, 35 gr/mol. Berpenampilan
sebagai serbuk putih dengan densitas 1,048 gr/cm3 (padat). Titik lelehnya sekitar 70–73 °C
dan titik didihnya 265 °C. Di dalam air BHT hanya larut sekiar 1,1 mg/L pada suhu 20 °C.
Mengenai bahaya, BHT termasuk MSDS eksternal, dengan bahaya utama dapat terbakar,
dengan titik nyala 127 °C. BHT berkerabat dengan Butilat hidroksianisol.
Produksi BHT

BHT dibuat memalaui reaksi p-kresol (4-metilfenol) dengan isobutilena (2-metilpropena)


yang dikatalisis oleh asam sulfat:
CH3(C6H4)OH + 2 CH2=C(CH3)2 → ((CH3)3C)2CH3C6H2OH
Alternatifnya, BHT dibuat dari 2,6-di-tert-butilfenol melalui hidroksimetilasi atau
aminometilasi yang diikuti dengan hidrogenolisis.

Sebuah studi menemukan bahwa fitoplankton, termasuk alga hijau, Botryococcus braunii,
serta tiga sianobakteri, (Cylindrospermopsis raciborskii, Microcystis, Microcystis
aeruginosa dan Oscillatoria sp.) mampu memproduksi senyawa ini. Konfirmasi dibuat
melalui analisis gas chromatography-mass spectrometry.

Aplikasi

Butilat hidroksitoluena terutama digunakan sebagai aditif makanan yang mengeksploitasi


sifat-sifat antioksidannya. BHT disetujui untuk digunakan di Uni Eropa dengan E321dan di
Amerika Serikat oleh FDA lewat peraturan: Misalnya, 21 CFR § 137,350 (a) (4)
memungkinkan BHT hingga 0,0033% berat dalam “beras diperkaya”, sementara 9 CFR §
381,147 (f) (1) memungkinkan hingga 0,01% pada unggas ” melalui kandungan lemak” .
Merek seperti Avatar Corporation avox BHT dan Eastman Chemical Tenox BHT terdaftar
untuk digunakan dalam bahan makanan seperti “campuran kacang, margarin, permen karet”
dan “beras diperkaya dan udang beku dilapisi tepung roti”.

BHT juga didokumentasikan sebagai aditif antioksidan dalam produk yang beragam seperti
kosmetik, farmasi, karet, minyak transformator listrik (pada 0,35%), dan cairan
pembalseman. Dalam industri perminyakan, dimana BHT dikenal sebagai aditif bahan
bakar AO–29, dan didistribusikan di bawah merek dagang termasuk Rhine Chemie Additin
RC 7110 (99,8% murni BHT), ia juga menemukan penggunaan dalam cairan hidrolik,
minyak turbin dan gir, dan bahan bakar jet, di antara aplikasi lainnya.

Kecuali merek yang tercantum di atas, yang mengandung BHT sebagai bahan utamanya,
beberapa produk aditif lebih banyak mengandung zat kimia ini sebagai komponen formulasi
mereka, di mana BHT digunakan bersama (atau bahkan digantikan oleh butilat hidroksianisol
(BHA).

Reaksi

Spesies ini berprilaku sebagai analog vitamin E sintetik, terutama berfungsi sebagai bahan
terminasi yang menekan otoksidasi, suatu proses dimana senyawa organic tak jenuh
(biasanya) diserang oleh oksigen atmosfer. BHT menghentikan reaksi otokatalitik ini dengan
mengonversi radikal peroksi menjadi hidroperoksida. Senyawa ini mempengaruhi fungsi ini
dengan menyumbangkan sebuah atom hidrogen:

RO2. + ArOH → ROOH + ArO.


RO2. + ArO. → produk-produk nonradikal
Dimana R adalah alkil atau aril, dan di mana ArOH ialah BHT atau antioksidan fenolat yang
berhubungan. Setiap BHT menghabisi dua radikal peroksi.

Kontroversi
Pada 1970-an, Dr Benjamin Feingold, seorang dokter San Francisco yang menetapkan diet
Feingold, mengklaim bahwa BHT dapat menghasilkan hiperaktif pada beberapa anak. Selain
itu, beberapa kontroversi seputar kaitannya dengan BHT dengan risiko kanker, beberapa studi
yang menunjukkan potensi untuk meningkatkan dan beberapa menunjukkan penurunan
risiko.

Beberapa industri makanan telah membatasi secara sukarela aditif ini dari produk mereka,
dan sejak 1970-an BHT telah ditetapkan diganti dengan BHA yang sedikit diteliti. Beberapa
makanan berlabel seperti “no preservatives” atau “no preservatives added” sebenarnya
mengandung BHT yang ada dalam bahan yang digunakan untuk membuat produk tetapi yang
tidak perlu dicantumkan pada label.

BHT dipasarkan sebagai suplemen makanan kesehatan dalam bentuk kapsul. BHT telah
dilaporkan memiliki efek anti-virus, terutama yang digunakan terhadap virus keluarga herpes
dan sebagai kombinasi dengan Lisin dan Vitamin C. Penggunaan ini kemudian telah
membuat BHT menjadi literatur yang lebih populer.

Erat kaitannya dengan antioksidan fenol yang menunjukkan toksisitas yang rendah.
Untuk 2,6-di-tert-butilfenol, LD50 lebih besar dari 9 gr/kg.

Anda mungkin juga menyukai