Gambaran Penyimpanan Obat-Obat High Alert Di Instalasi Farmasi Rsud Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
Gambaran Penyimpanan Obat-Obat High Alert Di Instalasi Farmasi Rsud Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
OLEH
FARIDA NUR AINI
NIM 11032
Aini, Farida Nur. 2014. Gambaran Penyimpanan Obat-obat High Alert Di Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Erna Susanti.,M.
Biomed.,Apt.
Kata kunci : Gambaran, Penyimpanan obat, Obat High Alert, Instalasi Farmasi, Chek
list
Obat High Alert adalah obat yang menyebabkan resiko tinggi ketika terjadi kesalahan
dalam pemberiannya. Penyimpanan obat High Alert di Instalasi Farmasi adalah
kegiatan pengaturan obat yang meliputi obat disimpan di tempat terpisah tidak
dicampur dengan obat lain, penulisan nama obat dan konsentrasi jelas dan tidak
disingkat, pemberian tanda peringatan High Alert, dan menggunakan sistem Tall man
untuk obat golongan LASA (Look Alike Sound Alike). Tujuan penelitian ini adalah
untuk menggambarkan penyimpanan obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Mohamad Saleh Kota Probolinggo dan mengambil kesimpulan kategori penyimpanan
obat High Alert berdasarkan analisis data menggunakan lembar checklist. Penelitian
ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif dimana data disajikan dalam bentuk
tabel dari hasil pengolahan data dengan instrument penelitian berupa chek list yang
kemudian diambil kesimpulan.Hasil penelitian didapatkan 4 golongan obat yang
termasuk High Alert yaitu golongan narkotik dan psikotropik, golongan LASA (Look
Alike Sound Alike), golongan elektrolit konsentrat dan golongan obat dengan
perlakuan khusus dalam pemberian. Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat
tersebut dapat disimpulkan bahwa penyimpanan masuk dalam kategori baik.
Penyimpanan obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh
Kota Probolinggo diharapkan ditingkatkan terutama dalam hal memisahkan obat
High Alert dari obat yang lain, pemberian tanda peringatan bertuliskan High Alert,
dan penulisan nama obat LASA (Look Alike Sound Alike) menggunakan sistem Tall
man.Sehingga kewaspadaan tenaga kesehatan terhadap obat High Alert lebih
meningkat.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan
1. Ibu Lailiiyatus Syafah, S.Farm, Apt., selaku Direktur Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang
2. Ibu Erna Susanti, M.Biomed, Apt., selaku dosen pembimbing
3. Ibu Endang Susilowati, M.Farm-Klin.,Apt., selaku dosen penguji
4. Bapak Bambang Arif, S.si., Apt., selaku dosen penguji
5. Ibu Dra. Sri Purwanti. Apt selaku pembimbing di RSUD Dr. Mohamad Saleh
Kota Probolinggo
6. Bapak dan ibu dosen Akademi Farmasi dan semua staf
7. Kedua orang tua, yang memberikan doa dan motivasi baik secara materil dan
spiritual
8. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu kepada
penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini belum
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya
2
Malang, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
3
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................6
1.6 Ruang lingkup dan Keterbatasan penelitian........................................................7
1.7 Definisi istilah.........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................9
2.1 Definisi Rumah Sakit.............................................................................................9
2.2 Definisi Keselamatan Pasien................................................................................10
2.3 Definisi Insiden Keselamatan Pasien..................................................................19
2.4 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.............................................................24
2.5 Definisi obat-obat High Alert...............................................................................28
Tabel 2.4 Faktor Resiko Obat-obat High Alert...............................................................31
2.6 Kerangka teori......................................................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................36
3.1 RancanganPenelitian............................................................................................36
3.2 Populasi.................................................................................................................36
3.3 Lokasi dan waktu penelitian................................................................................36
3.4 Definisi Operasional Variabel..............................................................................37
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.........................................................................37
3.5 Instrumen penelitian............................................................................................38
3.6 Pengumpulan data................................................................................................38
3.7 Analisis data..........................................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................................41
4.1 Hasil Penelitian.....................................................................................................41
4.2 Pembahasan..........................................................................................................54
BAB V PENUTUP............................................................................................................62
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................62
5.2 Saran.....................................................................................................................62
Daftar Rujukan................................................................................................................64
Lampiran-lampiran.........................................................................................................65
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB IPENDAHULUAN
jangka panjang maupun pendek adalah rumah sakit dimana tempat ini merupakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki organisasi yang sangat beragam dan
memiliki berbagai jenis tenaga kesehatan dengan ilmunya yang beragam dan
standart minimal rumah sakit dimana terdapat peraturan-peraturan yang menjadi tolak
ukur pencapaian standart pelayanan yang baik bagi pasien. Harapan adanya standart
minimal rumah sakit tersebut dapat meningkatkan kepuasan pasien dan membantu
proses pemulihan kesehatan pasien selama dirawat di rumah sakit.Namun upaya yang
dilakukan tidak hanya fokus pada kepuasan dan pemulihan kesehatan pasien tetapi
keselamatan pasien juga harus ditingkatkan. Keselamatan pasien adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat suatu asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen
resiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
1
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian yang
tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera ( KNC), Kejadian tidak cedera
pasien KKP-RS tahun 2011 menurut jenis insiden terdapat : KNC (18,53%), KTD
(6,17%). Berdasarkan tipe insiden proses atau prosedur klinik dan medikasi sama
yaitu kejadian yang merugikan pasien akibat kesalahan dalam proses pengobatan
tidak cukupnya informasi mengenai pasien misalnya data uji laboratorium, Sebanyak
interpretasi perintah dalam resep dan singkatan dalam resep ,salah mengerti
yang tidak baik,masalah dengan standar dan distribusi,asesmen alat penyampai obat
2
yang tidak baik saat membeli ,gangguan ketegangan dan lingkungan
kerja,ketidaktahuan pasien.
dapat dilihat manajemen farmasi juga turut andil dalam menimbulkan kesalahan
pemberian obat meliputi salah obat, salah dosis, salah rute pemberian, salah
peresepan, pelabelan yang tidak tepat, tidak dapat membaca resep karena penulisan
harus lebih waspada saat melakukan pelayanan obat, khususnya pemberian obat-obat
High Alert.Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert) adalah obat yang beresiko
tinggi jika terjadi kesalahan dan berpotensi menimbulkan kesalahan pengobatan atau
obat yang termasuk dalam golongan obat high alert diantaranya elektrolit pekat,
penggunaan obat High Alert salah satunya adalah mengatur penyimpanan obat
tersebut.Hal tersebut untuk mencegah kesalahan berupa salah obat untuk golongan
3
Adapun upaya yang dapat dilakukan farmasis diantaranya mengatur
penyimpanan obat High Alert yang ada di Instalasi Farmasi, ikut serta dalam tim
memonitor efek samping dan interaksi obat, mengedukasi professional kesehatan lain,
kebijakan yang ada sesuai dengan standart yang berlaku.Farmasis juga perlu
obat-obat High Alert sebagai salah satu upaya peningkatan keselamatan pasien.
ini:
4
1.3 Tujuan Penelitian
Kota Probolinggo
Kota Probolinggo
sediaan dan sesuai alphabetis di Instalasi Farmasi RSUD Dr.Mohamad Saleh Kota
Probolinggo
5. Untuk mendiskripsikan penyimpanan obat LASA (Look Alike Sound Alike) yang
termasuk High Alert sudah menggunakan sistem Tallman di Instalasi Farmasi RSUD
5
memahami obat-obat golongan High Alert agar meningkatkan pelayanan yang aman
sehingga mendapat pengawasan lebih dan kejadian medication error dapat dicegah.
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penyimpanan obat-obat High Alert di
kejadian merugikan pada pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
6
Obat High Alert adalah obat yang beresiko tinggi jika terjadi kesalahan dan
Patient safety adalah adalah system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien yang
lebih aman meliputi asesmen resiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tersedia seperti tenaga dana, sarana, dan perangkat lunak dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan di berbagai tingkat unit kerja (Dep.Kes RI, 1992).
7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama untuk
kumolosasi.Farmasi klinik.2004:2).
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Sekarang ini rumah sakit adalah lembaga
8
struktur terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan,
fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
Keselamatan pasien rumah sakit adalah system dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien yang lebih aman meliputi asesmen resiko, identifikasi, dan pengelolaan hal
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
9
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
Rumah Sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu pada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh KomiteKeselamatan Pasien Rumah
Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
hampir semua aspek tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran itu adalah
untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu pertama, untuk identifikasi pasien
sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan. Kedua, untuk
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau pemberian pengobatan atau tindakan
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang
10
identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak
penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di
pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi
pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
pemeriksaan klinis
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
11
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke
komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah,
kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang
bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
12
2.2.1.3 Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai ( High
Alert )
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat
kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan
gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
pasien ke farmasi.
prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data
yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area
13
mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
2.2.1.4 Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat pasien Operasi
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang
menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat
dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak
ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
14
berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegiblehandwritting) dan
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di
dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi)
relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang, dan melakukan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
15
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas,
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada
16
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari WHO Patient Safety).
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
yangdisediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi
bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan
dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program
17
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh
dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
18
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Kejadian tersebut
dapat terjadi disemua tahapan perawatan dari diagnosis, pengobatan dan pencegahan.
cedera.
ke pasien. Misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staflain
Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah ( Misalnya amputasi pada kakai
yang salah).
namun tidak semua factor berasal dari tenaga kesehatan yang bertugas. Menurut
19
Agency for healthcare Research and Quality (2003) mengatakan bahwa factor yang
2.3.2.1 Komunikasi
Adanya komunikasi yang tidak tepat antara pasien dan tenaga kesehatan,
komunikasi yang terbuka dan jelas tentang segala hal yang berkaitan dengan
pengobatan dan penanganan pasien. Jika antara tenaga kesehatan, pasien dan
tenagakesehatan lainnya dapat bekerja sama dalam bentuk komunikasi yang lebih
prosedur yang ada atau bahkan tidak memiliki prosedur pelayanan pasien. Kemudian
jika pasien dirujuk ke tempat lain informasi yang penting tidak disertakan.
kesehatan pasien selama di rawat di tempat maupun rawat jalan.Oleh karena itu
kemampuan yang dimiliki oleh orang yang bekerja di tempat pelayanan kesehatan
penanganan pasien sebaiknya berhati-hati setiap kali bekerja agar tidak menimbulkan
20
kesalahan yang berujung pada insiden keselamatan pasien. Rumah sakit gagal
mengikuti kebijakan, SOP dan proses dokumentasi lainnya termasuk dalam SDM.
pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap. Tidak semua pasien
oleh pasien.Banyak pasien yang tidak mematuhi aturan pengobatan yang seharusnya,
tersebut harus dicegah agar pasien tidak dirugikan bahkan menyebabkan bahaya
serius.
untuk menjalankan tugas, alur kerja tidak memadai, para dokter, perawat dan staf lain
kegagalan implants .Instruksi tidak adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa
sebabkan pasien cedera.Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar
medical errors. Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada
buruknya dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat.
21
2.4 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau fasilitas
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan hal tersebut definisi umum dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
kesehatan atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita
rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
22
umum dan spesialis, mencakup pe layanan langsung pada penderita dan pelayanan
klinik.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit atau bagian di rumah sakit,
mengelola semua aspek obat mulai dari produksi, pengembangan, pelayanan farmasi
untuk semua individu pasien, profesional kesehatan, dan program rumah sakit.
dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam
rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan, maupun untuk semua unit
termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus
menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan
bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal.Jadi, IFRS adalah
satu-satunya unit dalam rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab
sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat atau
danterkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian
atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah
23
IFRS adalah satu-satunya unit atau bagian yang harus bertanggung jawab
resep atau order, distribusi sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan
yang beredar, dan digunakan dirumah sakit termasuk pelayanan yang berkaitan
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab IFRS, sangat penting dan
tepat bahwa apoteker secara rutin hadir dalam semua daerah perawatan penderita,
di rumah sakit) harus dikembangkan dan diikuti. IFRS harus bertanggung jawab
setiap obat. Tidak diperkenankan menyalin kembali order obat oleh perawat atau
rumah sakit dan IFRS sendiri, harus dilindungi dan aman terhadap pemasukan data
yang tidak sah. Semua system harus dilengkapi untuk pengkajian dan verifikasi
order asli dokter sebelum di dispensing. Untuk itu, IFRS harus membuat prosedur
24
3. Profil pengobatan penderita (P-3) untuk semua penderita rawat tinggal dan rawat
memastikan bahwa penderita menerima obat yang benar pada waktu yang tepat.
Untuk mencapai hal tersebut, semua obat yang digunakan di rumah sakit
didistribusikan oleh IFRS. Senua obat harus dikemas, diberi etiket, dan
didistribusikan dalam cara yang memenuhi standar profesional yang berlaku dan
persyaratan hukum.
5. Untuk kepentingan keselamatan penderita, semua obat yang di dispensing oleh
tunggal dan sedapat mungkin dalam bentuk siap konsumsi. Perlunya perawat
25
tidak mungkin dengan obat, konsekuensi dari kesalahan akan lebih merugikan pasien
( ISMP, 2012).
High Alert, membatasi akses ke obat-obat High Alert, menggunakan label dan tanda
daerah klinis.
Misalnya adanya petugas yang memeriksa pengaturan pompa infuse untuk obat
high alert adalah salah satu cara untuk mendokumentasikan jika terjadi kesalahan
26
1. Membangun system redudansi (misalnya unit dosis distribusi obat)
2. Gunakan brankas khusus (misalnya pompa elektronik dengan mekanisme
dalam berbagai
konsentrasiseperti20.000units/250mLdan20.000units/500mLdan25.000units/500
larutan IV)
6. Menggunakan diferensiasi (misalnya mengidentifikasi dan mengkhususkan obat
yang memiliki nama dan bunyi mirip saat disebutkan, menggunakan nama
Alert, pada data di computer terdapat peringatan dan informasi tentang obat-obat
27
13. Standarisasi dosis (gunakan tabel dosis standart lebih baik daripada menghitung
28
dari potassium komersial dari IV.
chloride/phosphate 3. Menetapkan standard dan
batasi konsentrasi obat.
Antikoagulan 1. Konsentrasi dan total 1. Menetapkan standar
Intravena / volume tidak terlabel konsentrasi dan menggunakan
Heparin dengan jelas. premixed solutions.
2. Botol multidosisbotol-botol 2. Menggunakan botol single-
insulin dan heparin dosis
dicampur dan dijaga dalam Memisahkan heparin dan
kedekatan tertutup satu insulin:
sama lainnya pada unit
keperawatan.
Sodium 1. menyimpan sodium chloride 1. Membatasi jalan masuk
chlorine solution di atas 0.9 % di atas sodium chloride solutions di
solutions di nursing unit. atas 0.9%: pindahkan solutions
atas 0.9% 2. Tersedianya banyak ini dari nursing unit.
konsentrasi/formula 2. Membuat standar dan batasan
3. Tidak ada sistem obat dan konsentrasi.
pengecekan dua kali. Menyediakan protokol
peralatan untuk double-check
angka pompa obat,
konsentrasi, dan garis
tambahan.
Faktor resiko dari obat-obat High Alert tidak hanya berkaitan dengan penandaan
tetapi dapat pula berkaitan dengan obat High Alert yang memiliki nama dan
pengucapan sama. Oleh karena itu staf rumah sakit diajarkan untuk mencegah bunyi
29
1. Menuliskan dengan benar dan mengucapkan ketika mengkomunikasikan
2. Mengingatkan merek tersebut dan nama obat generik yang biasa diucapakan dan
seperti terlihat.
obat
tempat pengobatan untuk tanda dokter, perawat, dan farmasi pada masalah yang
potensial.
6. Melakukan check tempat atau label pengobatan selain label pasien sebelum
terdapat hubungan yang erat dengan pengertian keselamatan pasien, karena upaya
sebuah rumah sakit beserta stafnya mengusahakan tingkat keselamatan pasien demi
30
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan keselematan pasien
dengan adanya aturan tersebut keselamatan pasien lebih meningkat, namun tidak
begitu saja harapan tersebut tercapai.Meskipun telah ada berbagai aturan kejadian
kesalahan pengobatan atau Medication Error masih terjadi. Dalam hal ini kejadian
tersebut akan sangat merugikan pasien. Pasien datang ke rumah sakit untuk berobat
dan memulihkan kesehatan bukan untuk menjadi korban dari kejadian Medication
Error.
karena standart yang dibuat tidak memadai, tetapi dapat pula berasal dari tenaga
kesehatan, lingkungan, pasien, pemberian obat dan terjadi kesalahan teknis dari alat
kesehatan yang digunakan. Dalam pemberian obat akan berakibat fatal jika kita
sebagai tenaga kesehatan salah dalam pemberiannya. Akan lebih berbahaya jika yang
Pengertian obat-obat High Alert adalah obat yang beresiko tinggi jika dalam
pemberiannya terjadi kesalahan.obat LASA (Look Alike Sound Alike) juga termasuk
dalam kategori High Alertadalah obat yang nama dan pengucapannya mirip.
Berbahaya jika kita sebagai tenaga kesehatan salah dalam mengambil obat LASA ini
dikarenakan ada kemiripan antara obat yang satu dengan yang lain. Jika sudah begitu
tersebut dapat berupa membuat penanganan khusus kategori obat ini dengan
31
dilaksanakan dengan baik dapat membantu meningkatkan keselamatan pasien di
Rumah Sakit. Begitu juga dengan tenaga kesehatan mereka akan lebih paham dan
32
3.1 RancanganPenelitian
Dalampenelitianinidigunakanmetodepenelitian survey
deskriptifyaitudilakukanterhadapsekumpulanobjek yang
biasanyabertujuanuntukmelihatgambaranfenomena
kemudiandiambilkesimpulan.
3.2 Populasi
3.3 Lokasidanwaktupenelitian
3.4 DefinisiOperasionalVariabel
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan.
33
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variable Sub Definisi operasional Alat ukur Hasil Skala
penelitian variabel ukur
Penyimpan Tempat Tempat Penyimpanan Lembar Jawaba Nomin
an obat penyimpan obat-obat High checklist n Ya
an Alertdisendirikan tidak al
standart skor 1
dicampur. penyimpan Tidak
Pelabelan an obat skor 0
Pelabelanseperti nama
High Alert
obat, tanggal kadaluarsa,
kekuatan
obat,tandaperingatanobat
High Alert dan label
larutan konsentrat
Sistem
FIFO atau FIFO (First In First Out)
FEFO adalah dimana barang
yang pertama masuk harus
lebih dulu keluar
disbanding barang yang
baru datang.
FEFO adalah dimana
barang yang mendekati
kadaluarsa dikeluarkan
Penyimpan lebih dulu.
an menurut
jenis Obat-obat golongan High
sediaan Alertdisimpan menurut
bentuk sediaan dan sesuai
alphabet.
Sistem
Tallman
untuk
Sistem Tallman dimana
LASA
nama kedua obat yang
sama dibuat huruf besar
dan diberi warna yang
mudah terlihat.
34
3.5 Instrumen penelitian
pengamatanatauobservasilangsung.Metodepengamatanatauobservasilangsungyaitume
3.6.1 Pengamatanlangsung
35
3.7 Analisis data
Dalampenelitianinimenggunakananalisis data
kualitatifyaituhasildaripengamatanlangsung dianalisiskemudiandiambilkesimpulan
1. Data yang diperoleh dari lembar checklist diberi skor, jawaban ya mendapat
High Alertdi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo.
n
P= N x 100%
Keterangan :
Dari hasil pemberian skor maka dapat disimpulkan kategori penyimpanan obat-obat
High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo dengan
36
BAB IVHASIL PENELITIAN
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan lembar chek list dengan cara
dilakukan skoring yaitu jika item pertanyaan sesuai dengan standar maka diberi skor
1, jika tidak sesuai dengan standar diberi skor 0. Untuk melihat apakah sesuai dengan
standart atau belum dengan cara skor yang didapat dibagi dengan skor maksimal
kemudian dikali dengan 100%. Hasil yang didapat berupa prosentase yang
Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggoapakah sudah baik atau kurang dan apakah sesuai
dengan standart.
4.1.1 Obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo
Obat golongan High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo terdiri dalam 4 golongan yaitu golongan narkotik dan psikotropik, golongan
LASA (Look Alike Sound Alike), golongan elektrolit konsentrat, dan golongan obat dengan
Tabel 4.1.1.1 Obat-obat High Alert golongan narkotik dan psikotropik di Instalasi
No NARKOTIKA PSIKOTROPIKA
1 Codein 10 mg Tab Alprazolam 0,5 mg Tab
2 Codein 15 mg Tab Alganax 0,25 mg Tab
3 Codein 20 mg Tab Alganax 0,5 mg Tab
4 Codipront Cap Analsik Tab
5 Codipront C. Exp, Cap Braxidin Tab
37
6 MST 15 mg Clobazam Tab
7 Morphin Inj Diazepam 2 mg Tab
8 Fentanyl Inj Diazepam 5 mg Tab
9 Pethidin Inj Luminal 30 mg Tab
10 - Sanmag Tab
11 - Valisanbe 2 mg Tab
12 - Valisanbe 5 mg Tab
13 - Alprazolam 1 mg Tab
14 - Miloz Inj
15 - Valisanbe Inj
16 - Sedalum Inj
17 - Phental Inj
18 - Frisium Inj
RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo terdapat 2 item obat yaitu tablet dan
lemari khusus 2 pintu dan terpisah dari obat lain. Pelabelan dilakukan sesuai dengan
protap rumah sakit yaitu diberi label bertuliska sedatif dengan warna dasar
merah.Penulisan nama obat dan dosis sudah jelas dan dapat dengan mudah dibaca.
Namun masih belum terdapat tanda peringatan bahwa obat tersebut High Alert.
Tabel 4.1.1.2 Obat-obat High Alert golongan LASA (Look Alike Sound Alike) atau
Norum (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad
No Mirip Ucapan
1 Alprazolam Lorazepam
2 Histapan Heptasan
3 Ciflos Ciflon
4 Dopamine Dobutamine
38
Golongan LASA (Look Alike Sound Alike) atau Norum (Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) yang mirip ucapan ini masih belum diletakkan secara terpisah. Obat-
obat ini masih diletakkan bercampur dengan obat lain. Penulisan nama obat dan dosis
sudah ditulis dengan jelas. Namun dalam penulisan untuk kategori LASA masih
belum menggunakan sistem Tall man. Sistem tersebut adalah cara penulisan nama
obat yang terdengar mirip dan terlihat sama. Sehingga jika menggunakan sistem Tall
man diharapkan tenaga kesehatan akan lebih teliti saat akan mengambil obat LASA
ini. Golongan obat ini masih belum diberi tanda peringatan High Alert.
Pelabelan obat LASA di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo mengikuti protap dari pihak Rumah Sakit yaitu label bertuliskan Norum
Tabel 4.1.1.3Obat-obat High Alert golongan LASA (Look Alike Sound Alike) atau
Norum (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad
No Mirip Nama
1 ALPRAzolam LORAzepam
2 CifLON CifLOS
3 CeFAZolin CefTRIAXone
4 DimenhyDRINATE DiphenhydrAMINE
5 MetFORMIN MetroNIDAZOL
6 Gentamicin Gentian violet
7 KeTOROLAC KeTALAR
8 AmloDIPINE AmiloRIDE
Golongan LASA (Look Alike Sound Alike) atau Norum (Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) yang mirip nama ini juga masih belum diletakkan secara terpisah.
39
Penulisan nama obat yang termasuk LASA ini juga masih belum menggunakan
sistem Tall man. Namun penulisan nama obat dan dosis sudah jelas. Pelabelan
yangdilakukan juga mengikuti protap dari pihak Rumah Sakit yaitu label bertuliskan
Norum dengan warna dasar hijau. Golongan obat ini masih belum diberi tanda
Tabel 4.1.1.4Obat-obat High Alertgolongan LASA (Look Alike Sound Alike) atau
Norum (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad
No Mirip Kemasan
1 Acran Inj Beclof Inj
2 Cefotaxime Inj Ceftriaxone Inj
3 Soholin Inj Cendrantron Inj
4 Alinamin F Inj Aminophilin Inj
5 Impugan Inj Furosemid Inj
6 Getidine Inj Camigesic Inj
7 Plasminex Inj Traventis Inj
Golongan LASA (Look Alike Sound Alike) atau Norum (Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip) yang mirip kemasan ini juga masih belum diletakkan secara terpisah.
Pelabelan obat dilakukan sama dengan yang lain nama obat dan dosis ditulis dengan
jelas. Golongan obat ini masih belum diberi tanda peringatan High Alert. Penulisan
obat juga belum menggunakan sistem Tall man. Pelabelan yang dilakukan juga
mengikuti protap dari pihak Rumah Sakit yaitu label bertuliskan Norum dengan
40
Kelas Terapi Nama obat
Adrenergik agonis (IV) Norepinefrin, Phenytoin
Anastetik Safol (IV)
Antiaritmika (IV) Lidokain
Antitrombotika Arixtra (IV/SC)
Pengobatan Inotropik (IV) Fargoxin, Fasorbid Inj
Agen sedasi Midazolam
Hipoglikemik oral Metformin, glibenklamid, Glucobay, Glidanil,
Glimepiride, Glipizide,
Insulin SC dan IV Sansulin N, Novomix, Lantus, Solostar, Novorapid
Agen radiokontras Iopamiro
Kemoterapi agen Oksitosin (IV)
Golongan obat dengan perlakuan khusus dalam pemberian di Instalasi Farmasi RSUD
Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo masih belum diletakkan secara terpisah.
Penulisan nama obat dan dosis sudah jelas dan tidak disingkat. Golongan obat ini
masih belum diberi tanda peringatan High Alert. Dalam protap Rumah Sakit untuk
obat golongan ini masih belum ada instruksi pelabelan khusus. Karena obat-obat yang
mulai dipindahkan ke Instalasi Farmasi tahap demi tahap. Hal tersebut diupayakan
keselamatan pasien.
No Nama Obat
1 D 40%
2 Mg Sulfat 20%
3 Mg Sulfat 40%
4 Meylon
5 KCl 7,5 %
41
6 Potassium fosfat Inj
7 Mg Sulfat Inj
Probolinggo sudah diletakkan secara terpisah. Penulisan nama obat dan konsentrasi
sudah jelas. Golongan obat ini masih belum diberi tanda peringatan High Alert.
Pelabelan yang dilakukan juga mengikuti protap dari pihak Rumah Sakit yaitu label
dan psikotropik di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo.
42
4 Terdapat kekuatan obat atau Ya 1 1
dosis baik pada kemasan
maupun wadah obat
5 Terdapat tanda peringatan Tidak 0 1
obat High Alert
Pada table 4.1.2.1 menunjukkan bahwa skor total yang diperoleh dari penyimpanan
obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Tabel 4.1.2.2 Hasil Pengamatan penyimpanan obat-obat High AlertLASA (Look Alike
Sound Alike) atau Norum (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) di Instalasi Farmasi RSUD
43
3 Terdapat tanggal kadaluarsa Ya 1 1
pada kemasan obat
6. Penyusunan obat Ya 1 1
menggunakan sistem FIFO
atau FEFO
7. Penyusunan obat secara Ya 1 1
alfabetis dan menurut jenis
sediaan
8. Penulisan nama obat Tidak 0 1
menggunakan sistem Tall
man
Jumlah 5 8
Pada table 4.1.2.2 menunjukkan bahwa skor total yang diperoleh dari penyimpanan
obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo adalah 5 dengan prosentase 62,5 %%, sedangkan skor maksimal adalah
Tabel 4.1.2.3 Hasil Pengamatan penyimpanan obat golongan obat dengan perlakuan
khusus dalam pemberian di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo.
44
1 Penyimpanan obat-obat Tidak 0 1
High Alert disendirikan dan
tidak dicampur
2 Nama obat jelas dan tidak Ya 1 1
disingkat
6. Penyusunan obat Ya 1 1
menggunakan sistem FIFO
atau FEFO
7. Penyusunan obat secara Ya 1 1
alfabetis dan menurut jenis
sediaan
Jumlah 5 7
Pada table 4.1.2.3 menunjukkan bahwa skor total yang diperoleh dari penyimpanan
obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
1 Penyimpanan obat-obat Ya 1 1
High Alert disendirikan dan
tidak dicampur
45
2 Nama obat jelas dan tidak Ya 1 1
disingkat
6. Penyusunan obat Ya 1 1
menggunakan sistem FIFO
atau FEFO
7. Penyusunan obat secara Ya 1 1
alfabetis dan menurut jenis
sediaan
Jumlah 6 7
Pada table 4.1.2.4 menunjukkan bahwa skor total yang diperoleh dari penyimpanan
obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
dapat
psikotropik
2 Golongan LASA (Look 5 62,5 %
46
perlakuan khusus dalam
pemberian
4 Golongan elektrolit 6 86%
konsentrat
Jumlah 294,9 %
Prosentase nilai rata-rata
294,9
= 4
= 73,7 %
Dari hasil diperoleh skor rata-rata gambaran penyimpanan obat High Alert di Instalasi
4.2 Pembahasan
High Alert yaitu obat-obat yang perlu diwaspadai di Instalasi Farmasi Rumah
tanda peringatan untuk obat High Alert, bagaimana label dosis obat, tanggal
kadaluarsa, dan label larutan konsentrat. Kriteria sistem penyusunan obat golongan
47
High Alert menggunakan FEFO atau FIFO dan apakah disusun menurut alphabet dan
bentuk sediaan. Kriteria tata letak penyimpanan apakah obat-obat High Alert
disendirikan atau dicampur dengan yang lain, dan bagaimana kriteria penyimpanan
dengan alat ukur berupa lembar chek list berisi kriteria penyimpanan khusus obat-
obat High Alert.Dari lembar chek list hasil dicocokkan berdasarkan pengamatan
langsung. Populasi penelitian ini adalah obat-obat High Alert yang ada di Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Dalam penelitian ini semua
tolak ukur tentang bagaimana penyimpanan yang sudah dilakukan yaitu baik, kurang,
cukup atau kurang sekali menurut prosentase yang telah diperoleh. Dengan
pengamatan.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi instansi
yang menjadi tempat penelitian dapat dijadikan masukan informasi dalam mengelola
pengaturan penyimpanan khusus obat-obat High Alert, sehingga jika mendapat resep
obat-obat High Alertakan lebih berhati-hati. Manfaat bagi masyarakat adalah dengan
48
akan lebih maksimal. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya mengamati
dalam kategori High Alert, yaitu golongan narkotik dan psikotropik, golongan LASA
(Look Alike Sound Alike), golongan elektrolit konsentrat dan golongan obat dengan
perlakuan khusus dalam pemberian. Golongan obat yang masuk kategori High Alert
kebijakan dan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
golongan narkotik dan psikotropik di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh
masuk dalam kategori baik. Letak penyimpanan obat narkotik dan psikotropik telah
disendirikan sesuai aturan yang berlaku yaitu dalam lemari khusus dengan dua
pintu.Nama obat telah ditulis dengan jelas dan tidak disingkat, selain itu dalam wadah
obat telah tertulis konsentrasi obat atau dosis yang jelas.Dalam kemasan obat juga
49
telah tertera tanggal kadaluarsa yang jelas.Obat golongan narkotika dan psikotropika
disimpan sesuai alfabetis dan bentuk sediaan, juga telah disusun menggunakan sistem
FIFO.
Obat-obat yang ada di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo diletakkan diwadah tersendiri tidak memakai kardus obat sehingga lebih
tertata rapi. Namun dalam penyimpanannya tidak diberi label peringatan bertuliskan
High Alert. Pelabelan obat golongan narkotik dan psikotropik di Instalasi Farmasi
RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo dilakukan berdasarkan protap yang
dikeluarkan oleh pihak rumah sakit. Label tersebut bertuliskan sedatif untuk golongan
Obat golongan narkotik dan psikotropik masuk dalam kategori High Alert
dikarenakan obat-obat tersebut dapat mempengaruhi jiwa dan pikiran seseorang yang
bahwa obat tersebut perlu diwaspadai agar hati-hati saat menyiapkan, menggunakan
Penyimpanan obat High Alert golongan obat dengan perlakuan khusus dalam
kategori baik. Letak penyimpanan obat obat dengan perlakuan khusus dalam
pemberian belum disendirikan .Nama obat telah ditulis dengan jelas dan tidak
disingkat, selain itu dalam wadah obat telah tertulis konsentrasi obat atau dosis yang
50
jelas.Dalam kemasan obat juga telah tertera tanggal kadaluarsa yang jelas.Obat obat
dengan perlakuan khusus dalam pemberian disimpan sesuai alfabetis dan bentuk
Obat High Alert golongan obat dengan perlakuan khusus dalam pemberian di
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo belum diberi label
tanda peringatan High Alert. Label tanda peringatan High Alert diperlukan agar
tenaga kesehatan yang akan menggunakan obat ini lebih waspada saat mengetahui
untuk penyakit dalam dan mayoritas memiliki rentang terapi sempit.Rentang terapi
sempit adalah dimana jarak antara efek terapi dan efek toksis obat dekat.Dosis obat-
obat ini perlu diperhatikan saat menyiapkan untuk diserahkan kepada pasien. Begitu
juga jika obat sebelum digunakan harus diencerkan dahulu, hal tersebut harus
kesalahan.
pengobatan penyakit jantung dan pembuluh juga perlu diperhatikan saat akan
mengambil, menyiapkan dan meracik obat untuk pasien. Karena obat-obat tersebut
banyak yang memiliki rentang terapi sempit sehingga penggunaan harus hati-hati dan
kemoterapi tenaga kesehatan juga harus berhati-hati saat mengambil, menyiapkan dan
peracikan obat tersebut. Karena jika tidak akan terpapar zat kemoterapi tersebut, tidak
51
hanya itu perhitungan dosis juga harus diperhatikan. Dosis obat kemoterapi yang
terlalu kecil tidak dapat mematikan pertumbuhan sel kanker, bila terlalu besar
Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo mendapat prosentase sebesar
penyimpanan elektrolit konsentrat telah disendirikan .Nama obat telah ditulis dengan
jelas dan tidak disingkat, selain itu dalam wadah obat telah tertulis konsentrasi obat
atau dosis yang jelas.Dalam kemasan obat juga telah tertera tanggal kadaluarsa yang
jelas.Elektrolit konsentrat disimpan sesuai alfabetis dan bentuk sediaan, juga telah
High Alert. Pelabelan elektrolit konsentrat di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad
Saleh Kota Probolinggo dilakukan berdasarkan protap yang dikeluarkan oleh pihak
rumah sakit. Label tersebut bertuliskan elektrolit konsentrat dengan warna dasar
kuning.
konsentrat dengan konsentrasi tinggi sering diberikan secara tidak sengaja di unit
pelayanan pasien atau pada keadaan darurat. Biasanya yang diberikan secara tidak
diencerkan terlebih dahulu. Obat-obat ini sering diisukan dalam keselamatan pasien
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%,
52
dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Cara yang paling efektif untuk
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.(DepKes RI, 2011) Jika larutan
dengan konsentrasi tinggi tetap diberikan maka akan berakibat fatal hingga kematian
pada pasien.Oleh karena itu elektrolit konsentrat tidak boleh berada di ruang
adanya elektrolit konsentrat antara lain Instalasi Farmasi, Instalasi Rawat Darurat dan
Instalasi Rawat Intensif. Dalam penyimpanannya juga harus diberi label yang jelas
agar tenaga kesehatan lebih waspada saat akan menggunakan khususnya perawat.
Penyimpanan obat High Alert golongan LASA (Look Alike Sound Alike) di
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo mendapat prosentase
sebesar 62,5% yang artinya penyimpanan masuk dalam kategori baik. Letak
penyimpanan obat LASA masih belum disendirikan .Nama obat golongan LASA
telah ditulis dengan jelas dan tidak disingkat.selain itu dalam wadah obat telah tertulis
konsentrasi obat atau dosis yang jelas.Dalam kemasan obat juga telah tertera tanggal
kadaluarsa yang jelas.Obat golongan LASA disimpan sesuai alfabetis dan bentuk
Obat High Alert golongan LASA (Look Alike Sound Alike) di Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo belum diberi label tanda
peringatan High Alert. Label tanda peringatan High Alert diperlukan agar tenaga
kesehatan yang akan menggunakan obat ini lebih waspada saat mengetahui bahwa
obat tersebut High Alert. Selain itu penulisan nama obat LASA tidak memakai sistem
53
Tall man, dimana nama obat yang terdengar dan terlihat mirip ditulis huruf besar dan
diberi warna yang mencolok sehingga lebih mudah membedakan. Penulisan tersebut
kemasan dan nama yang hampir sama. Selain itu penting dalam menuliskan obat
LASA jelas dan tidak disingkat saat peresepan begitu juga dalam menuliskan dosis
obat harus jelas.(ISMN, 2010) Jika terjadi kekeliruan saat mengambil obat LASA
akan berakibat fatal pada pasien. Misalnya pasien yang menderita gangguan
pasien tidak sembuh tetapi menjadikan pasien sering buang air kecil.Hal tersebut bisa
terjadi mengingat kemasan Lasix dan Losec hampir sama jadi harus hati-hati dalam
mengambil obat LASA. Pelabelan obat LASA di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
oleh pihak rumah sakit. Label tersebut bertuliskan Norum dengan warna dasar hijau.
Golongan obat-obat yang masuk High Alert tersebut sangat penting dikelola
menambah informasi bagi tenaga kesehatan tentang apa dan bagaimana obat-obat
High Alert itu. Sehingga jika mendapat peresepan obat-obat High Alert tenaga
kesehatan lebih waspada dan sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Dari
Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo termasuk dalam kriteria baik
dengan prosentase skor kumulatif sebesar 294,9 % dan prosentase skor rata-rata
sebesar 73,7%.
54
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
gambaran penyimpanan obat High Alert yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD
5.1.1 Penyimpanan obat High Alert golongan narkotik dan psikotropik di Instalasi
55
5.1.3 Penyimpanan obat High Alert golongan obat dengan perlakuan khusus dalam
obat-obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo jika diprosentasekan sebesar 73,7 % dan masuk dalam kategori baik.
5.2 Saran
5.2.1 Diharapkan penyimpanan obat High Alert golongan LASA (Look Alike
56
Daftar Rujukan
57
DepKes RI. 2011. Standart Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
DepKes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
No.1691/Menkes/Per/VIII/2011.Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
ISMP. 2008. Misprogramming Concentration Leads to Dosing Errors, (Online),
(http://www.ismp.org/Newsletters/acutecare/articles/,diakses 01 November
2013).
ISMP. 2011. Confuse Drug Name, (Online), (http://www.ismp.org, diakses 18
Februari 2014).
ISMN. 2010. Briefing Document On Sound Alike Look Alike Drugs (SALADs),
(Online),
(http://www.imsn.ie/Briefing_Document_On_Sound_Alike_Look_Alike_Drugs
_SALADs_June_2010_[1]_pdf, diakses, 18 Februari 2014).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Siregar. Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan.Jakarta : EGC
58
Lampiran 1 Daftar obat-obat High Alert
59
-transdemal
-oral (termasuk cairan
konsentrate, cepat dan formula
berkelanjutan)
Agen yang memblok Succinylcholine, rocuronium, vecuronium
neuromuskular (IV)
Preparat nutrisi parenteral
Agen radiokontras (IV)
Natrium klorida untuk injeksi,
hipertonik, konsentrasinya
lebih besar dari 0,9%
Lampiran 2
Pengobatan spesifik
Epoprostenol (iv)
Opium tincture
Oksitosin (IV)
Promethazin (IV)
60
61
Lampiran 3 Prosedur tetap Keselamatan Pasien RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota
Probolinggo
62
Lampiran 4
63