Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN GREEN HOSPITAL SEBAGAI

UPAYA MANAJEMEN LINGKUNGAN DI


RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON
1Fahriza Risnawati, 1,2P. Purwanto, 1,3Onny Setiani 1Program Magister Ilmu

Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2Jurusan Teknik Kimia,


Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 3Program Magister Kesehatan Lingkungan,
Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro

Abstrak
Green hospital merupakan sebuah konsep rumah sakit yang didesain dengan
memberdayakan potensi alam sebagai sumber daya utama sehingga ramah terhadap ling-
kungan dan lebih menghemat pengeluaran energi. Tujuh elemen yang harus diperhatikan
pada rumah sakit yang ramah lingkungan, yaitu energy efficiency, green building de-sign,
alternative energy generation, transportation, food, waste, dan water. Di Indonesia, green
hospital masih merupakan sebuah konsep yang menekankan efisiensi penggunaan air dan
energi listrik yang efektif dan efisien, serta pengelolaan limbah yang berwawasan
lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif perbaikan yang
berkaitan dengan konsep green hospital di Rumah Sakit Pertamina Cirebon. Indikator dalam
penentuan alternatif perbaikan adalah analisis kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan,
dimana semakin besar total nilai indikatornya, maka alternatif tersebut se-makin mudah
untuk diterapkan. Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif yang dimaksudkan
untuk mengamati aktivitas pada objek penelitian. Penelitian dilaku-kan pada sebuah rumah
sakit, yaitu RSPC (Rumah Sakit Pertamina Cirebon) dengan melakukan pengamatan
langsung, wawancara dengan pihak pengelola, serta penelusuran data pemakaian air, energi,
dan pengelolaan limbah. Hasil penelitian menunjukkan be-berapa alternatif perbaikan yang
dapat diusulkan adalah peningkatan setting temperatur pada penggunaan AC, pembuatan
lubang biopori sebagai upaya pemanfaatan sampah or-ganik menjadi pupuk kompos, dan
penggunaan kembali sisa air hasil Reverse Osmosis dari instalasi laboratorium. Peningkatan
setting temperatur pada penggunaan AC akan menghemat pemakaian energi dengan nilai 46
juta rupiah per tahun dan dapat segera diimplementasikan, sedangkan penggunaan kembali
sisa air hasil Reverse Osmosis dari instalasi laboratorium menjadi program terakhir yang
dapat diterapkan karena teknisnya yang dinilai sulit.

Kata-kata kunci: green hospital, efisiensi air dan energi, pengelolaan limbah

Pendahuluan organisasi sosial dan kesehatan yang ber-


Rumah sakit menurut WHO fungsi menyediakan pelayanan kesehatan
(1957) adalah bagian integral dari suatu paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pencegahan penya-
Email: fahrizarisnawati@gmail.com
26 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015
Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani

kit (preventif) kepada masyarakat serta Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai
pelayanan rawat jalan yang diberikannya pendekatan pengelolaan lingkungan telah
guna menjangkau keluarga di rumah. Ru- banyak berkembang sebagai suatu cara un-
mah Sakit juga merupakan pusat pendidi- tuk meningkatkan keefektifan penggunaan
kan dan latihan tenaga kesehatan serta material, air, dan energi, serta minimalisasi
pusat penelitian biososial. Peningkatan limbah yang dapat mencemari lingkungan.
pembangunan dan perkembangan rumah Pengertian pencegahan pencemaran (P2)
sakit terjadi di seluruh pelosok tanah air sendiri menurut EPA adalah penggunaan
guna mengimbangi kebutuhan di bidang bahan, proses, atau perlakuan yang mengu-
kesehatan yang semakin meningkat. rangi atau menghilangkan terjadinya polu-
Industri jasa layanan kesehatan tan atau limbah pada sumbernya. Termasuk
telah berkembang tidak hanya sekedar di dalamnya mengurangi penggunaan bah-
melaksanakan fungsi sosial tetapi juga an-bahan berbahaya, energi, air, atau sum-
menjadi institusi bisnis di era globalisasi. ber daya lainnya dan melindungi sumber
Terdapat tuntutan yang semakin menin- daya alam melalui konservasi atau penggu-
gkat terhadap pelayanan kesehatan yang naan yang lebih efisien (Bishop, 2000).
bermutu sehingga mengakibatkan persain- Menurut Opus International Consul-tants
gan yang semakin keras di antara semua (1997), beberapa alasan rumah sakit
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kurang dapat dibandingkan dengan sektor
kualitas maupun kuantitas pelayanan. lain dalam peningkatan pengelolaan ling-
Oleh karenanya, rumah sakit sering kali kungan, yaitu:
kehilan-gan citranya karena pelayanan Tidak ada organisasi nasional
yang tidak maksimal dan manajemen yang yang dapat memfasilitasi penerapan
kurang baik. produksi bersih atau berbagi informasi
Di Indonesia, hasil kajian terhadap antara rumah sakit.
100 rumah sakit di Jawa dan Bali menun- a. Kebanyakan rumah sakit tidak menya-
jukkan rata-rata produksi sampah sebesar dari terdapatnya sistem manajemen ling-
3,2 kg per tempat tidur per hari. Sedangkan kungan yang diterapkan di negara maju
produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per b. Persaingan antarrumah sakit meningkat
tempat tidur per hari. Diperkirakan secara sehingga tidak mudah untuk saling
nasional, produksi limbah padat RS sebe-sar berbagi informasi.
376.089 ton per hari dan produksi air limbah c. Rumah sakit menghasilkan limbah yang
sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari sangat kompleks yang berupa limbah in-
gambaran tersebut terlihat betapa besar po- feksius dan sangat berbahaya.
tensi RS untuk mencemari lingkungan dan d. Rumah sakit memiliki anggaran
kemungkinannya menimbulkan kecela-kaan terbatas untuk menyelidiki pengelolaan
serta penularan penyakit (Alamsyah, 2007). lingkungan hidup.
e. Staf rumah sakit memiliki waktu yang
Hasil studi pengolahan limbah ru- relatif terbatas untuk menangani pengelo-
mah sakit di Indonesia menunjukkan hanya laan lingkungan.
53,4% rumah sakit yang melaksanakan pen- f. Rumah sakit berbeda dari sektor lain
gelolaan limbah cair. Pemeriksaan kualitas karena semua opsi pengelolaan lingkun-
limbah hanya dilakukan oleh 57,5% rumah gan perlu dievaluasi mengenai dampaknya
sakit dan dari rumah sakit yang melakukan sampai pada tingkat higienis.
pemeriksaan tersebut sebanyak 63% telah h. Keberhasilan pelaksanaan tergantung
memenuhi syarat baku mutu (Adisasmito, pada staf rumah sakit di semua tingkatan
2009). dalam mendukung peningkatan pengelo-
Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 27
Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani

laan lingkungan dan mengubah perilaku. setiap tahun bervariasi antara 15% sam-
g. Saat ini belum ada standar yang tepat pai 64% dengan rata-rata 42%. Rata-rata
untuk mengontrol pengelolaan limbah di penggunaan energi spesifik tahunan untuk
rumah sakit. pemanas ruangan di rumah sakit yang ter-
Namun, fenomena keterbatasan pantau adalah ~339 kWh/m2 dan setelah
sumber daya yang dimiliki rumah sakit perbaikan mengalami penurunan menjadi
mendorong pentingnya penerapan konsep ~205 kWh/m2. Rata-rata energi spesifik
pengelolaan lingkungan dalam pelayanan tahunan pemanas ruangan yang digunakan
kesehatan di rumah sakit. Penerapan kon- di sekolah-sekolah yang terpantau adalah
sep pengelolaan lingkungan akan mem- ~243 kWh/m2 dan telah berkurang
bantu penggunaan sarana kesehatan dan menjadi ~144 kWh/m2 setelah perbaikan.
sumber daya secara optimal sesuai dengan Periode pengembalian modal (Simple
keperluannya. Payback Pe-riod) pada investasi di semua
Selama ini, rumah sakit hanya bangunan adalah sekitar 7,5 tahun. Untuk
melakukan peningkatan mutu dengan stan- bangunan rumah sakit, karena beroperasi
dar pelayanan yang telah ditetapkan oleh selama 24 jam 7 hari, SPP rata-rata
pemerintah, yaitu akreditasi rumah sakit. sebesar 5,3 tahun, sedangkan untuk
Namun untuk lingkungan, akreditasi terse- bangunan sekolah adalah 12,8 tahun.
but belum memuat ketentuan yang meng- Selain Sistem Manajemen Ling-
haruskan rumah sakit memenuhi pedoman kungan, pengelolaan lingkungan yang baik
pengelolaan lingkungan. Akreditasi hanya sangat erat kaitannya dengan PROPER
diperuntukkan persaingan secara nasional, (program penilaian peringkat kinerja pe-
sehingga untuk persaingan secara interna- rusahaan dalam pengelolaan lingkungan
sional dibutuhkan suatu audit lingkungan hidup) yang merupakan salah satu upaya
yangn biasa dikenal dengan Sistem Mana- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
jemen Lingkungan/ISO 14001. untuk mendorong penataan perusahaan da-
Adisasmito (2009) menekankan lam pengelolaan lingkungan hidup mela-lui
beberapa manfaat yang diperoleh jika ru- instrumen informasi. PROPER berupa
mah sakit menerapkan sistem manajemen kegiatan pengawasan dan pemberian in-
lingkungan adalah perlindungan tehadap sentif atau disinsentif kepada penanggung
lingkungan, pengurangan atau penghema- jawab usaha yang bertujuan mendorong
tan biaya, dan peningkatkan citra rumah perusahaan untuk taat terhadap peraturan
sakit. Selain itu, beberapa penelitian dan lingkungan hidup dan mencapai keunggu-
laporan terkini menyebutkan bahwa pen- lan lingkungan (environmental excellence)
erapan eko-efisiensi dapat meningkatkan melalui integrasi prinsip-prinsip pemban-
performa lingkungan dan menimbulkan gunan berkelanjutan dalam proses produk-si
manfaat secara ekonomi (Five Winds In- dan jasa, penerapan sistem manajemen
ternational, 2001). lingkungan, pengelolaan limbah, efisiensi
Stanković (2009) melakukan energi, konservasi sumberdaya dan pelak-
pengevaluasian efisiensi energi yang diap- sanaan bisnis yang beretika serta bertang-
likasikan pada bangunan umum (sekolah gungjawab terhadap masyarakat melalui
dan rumah sakit) di Serbia. Penghema-tan program pengembangan masyarakat (HS,
pemakaian energi telah dicapai pada 2011). Selain menyangkut citra perusahaan,
bangunan yang telah diperbaharui den-gan peringkat dalam PROPER juga berhubun-
penghematan tahunan berkisar antara 15% gan dengan bisnis dan investasi (Purwanto,
sampai 63% dengan rata-rata 40% dari 2013).
seluruh proyek. Penurunan emisi CO2 Beberapa pendekatan tersebut

28 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani

merupakan pendekatan-pendekatan menganalisis faktor penyebab inefisiensi,


produksi yang ramah lingkungan yang dan setelah itu memberikan alternatif-
sebagian besar dilakukan dengan cara alternatif perbaikan dalam meningkatkan
meminimalkan penggunaan bahan baku, efisiensi kegiatan yang dapat ditindaklan-
air, dan energi untuk meningkatkan juti penerapannya di Rumah Sakit Pertam-
efisiensi kegiatan yang juga berdampak ina Cirebon.
pada pengurangan dampak pencemaran Analisis peluang untuk peningka-
lingkungan. Adanya efisiensi pada proses tan efisiensi air dan energi serta pengelo-
kegiatan diharapkan akan mengurangi laan limbah dilakukan dengan mengguna-
potensi dampak terhadap lingkungan yang kan strategi 1E4R (Elimination, Reduce,
juga merupakan bagian dari konsep green Reuse, Recycle, Recovery). Penentuan
hospital. skala prioritas alternatif perbaikan dipi-lih
berdasarkan masukan dari penanggung
Metode jawab fasilitas umum RSPC yang dikom-
Penelitian ini merupakan pene- binasikan dengan analisis penulis. Pem-
litian observasi partisipatif yang dimak- berian score dengan skala penilaian (rat-
sudkan untuk mengamati dan menelaah ing score) diberikan pada setiap indikator,
sebanyak mungkin aktivitas pada objek sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.
penelitian. Penelitian dilakukan di sebuah Dengan indikator yang digunakan adalah
rumah sakit yaitu RSPC (Rumah Sakit analisis kelayakan teknis, analisis kelaya-
Pertamina Cirebon). Data primer berupa kan ekonomis, dan analisis kelayakan
pengamatan langsung di lapangan, pen- ling-kungan.
gukuran dan hasil wawancara, dipadukan
dengan data pemakaian sumberdaya dan Hasil Dan Diskusi
pengelolaan limbah. Penggunaan Air
Penelitian terdiri dari 3 tahapan, Kebutuhan air bersih kegiatan operasional
yang pertama adalah mengidentifikasi RSPC disajikan dalam tabel 2 .
adanya inefisiensi air dan energi, serta pen-
gelolaan limbah rumah sakit, kemudian

Tabel 1. Skala Penilaian Alternatif Perbaikan dalam


Peningkatan Efisiensi Kegiatan di RSPC

Score
No. Indikator
1 2 3
1. Analisis kelayakan sulit sedang mudah
teknis
2. Analisis kelayakan biaya mahal biaya sedang dan biaya murah
ekonomis dengan keun- memberikan ke- dengan keun-
tungan yang untungan tungan yang
sedikit besar
3. Analisis kelaya- kurang mende- sedang mende-sak
kan lingkungan sak

Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 29


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Tabel 2. Kebutuhan Air Bersih RSPC


Sumber Volume
No. Jenis Kegiatan
Air (m3/hari)
1 Ruang Bedah 5
2 Ruang Bersalin 2,5
3 UGD 1
4 Laboratorium 1
Dapur/Unit 14,25
5 Gizi, Kantin dan
laundry
6 Radiologi 1
7 Hemodialisa PDAM 18
8 Farmasi 1
Rawat jalan /
9 2,5
poliklinik
Rawat Inap (100
10 15
TT/ Bed) 1)
Aktivitas Kary-
11
awan 2) 20
Mushola, Taman
12 6
& Kebersihan
Rata-rata 87,25
Maksimum* 100,25
Sumber: Rumah Sakit Pertamina Cirebon, 2014

Keterangan: penggunaan air bersih lainnya di lingkun-


*) Ditambah 13 m3 (untuk kebutuhan pun-
gan kegiatan rumah sakit.
cak)
1) Diasumsikan kebutuhan air Penggunaan Energi
bersih untuk per bed = 150 L/bed/hari Penggunaan energi listrik di Ru-
2) Diasumsikan kebutuhan air mah Sakit Pertamina Cirebon terangkum
bersih untuk per orang = 70 L/org/hari dalam tabel 3 mengenai rekapitulasi beban
Sumber air bersih kegiatan Rumah Sakit energi per unit.
Pertamina Cirebon seluruhnya diperoleh dari Sumber energi utama kegiatan
PDAM. Kapasitas kebutuhan air op-erasional RSPC berasal dari PLN
diperhitungkan berdasarkan kebutuhan dengan kapasitas 350 KVA dan sebagai
maksimal untuk melayani 100 TT, jumlah cadangan digunakan Generator Set
tenaga kerja, pelayanan medis, dan utilisasi (genset) dengan kapasitas 345 KVA.

30 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Tabel 3. Beban Energi Listrik RSPC


Beban
Biaya Beban En-
Energi
No. Unit ergi per Bulan (Rp
per Bulan
950,00/KWH)
(KWH)
1. Rawat Jalan 10.118,39 Rp 9.612.471,00
2. OK/Bedah 8.404,66 Rp 7.984.428,00
3. Penunjang Medis 24.123,82 Rp 22.917.632,00
• Radiologi

• Laboratorium

• Fisioterapi
4. SDM 894,96 Rp 850.212,00
5. Teknologi Informasi 2041,196 Rp 1.939.136,00
6. ICU dan Hemodialisa 15.712,17 Rp 14.926.562,00
7. Medical Record 3.245,248 Rp 3.082.986,00
8. Gizi 1.821,92 Rp 1.729.874,00
9. Fasilitas Umum 11.949,06 Rp 11.351.605,00
10. Keuangan 1.777,056 Rp 1.688.203,00
11. Logistik 743,204 Rp 706.044,00
12. Manajemen Bisnis 798,864 Rp 758.921,00
13. Teknik 861,899 Rp 818.804,00
14. Farmasi 5.202,296 Rp 4.942.181,00
15. Rawat Inap 50.828,79 Rp 48.287.352,00
16. UGD 5.759,25 Rp 5.471.288,00
17. Manajemen 1.705,728 Rp 1.620.442,00
• Direktur dan Sekretaris

• Wadir Keuangan

• Wadir Medis

• Wadir Keperawatan
18. Lain-lain 2.716,724 Rp 2.581.838,00
• TPPRI

• Administrasi
JUMLAH 148.705,2 Rp 141.269.979,00

Sumber: Rumah Sakit Pertamina Cirebon, 2013

Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 31


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit nan limbah berupa limbah padat medis dan
Kegiatan opresional Rumah Sakit non medis, limbah cair, emisi gas, limbah
Pertamina Cirebon menghasilkan timbu- B3 dan limbah radiologi.
Tabel 4. Jenis Limbah dari Kegiatan RSPC
Jenis Kegiatan
Penghasil Jenis Limbah Volume per hari
Limbah
Perawatan (Ra- 1. LIMBAH PADAT
wat Inap, rawat
a. Limbah padat klinis
jalan, UGD dan
Rehabilitasi - Tajam (jarum/spuit, pipet, 5 Kg
medis / ICU ) pecahan ampul)
- Tidak tajam (plester, kasa, 7,5 Kg
kapas, pembalut, anggota
badan, vial)
b. Limbah padat non klinis (sisa 156 Kg
makanan, sisa kemasan)
2. LIMBAH CAIR
a. Air limbah medis 3 m3
b. Air limbah domestik 36,5 m3
3. LIMBAH GAS (gas yang
-
mengandung bakteri patogen
(Pemasangan sekat antar ru-
di udara) angan dan Sterilisasi dengan
menggunakan antiseptik)

1. LIMBAH PADAT
Instalasai Far-
a. Limbah Padat Klinis
masi
- Obat kadaluarsa, sisa obat -
pasien (Obat kadaluarsa dikem-
balikan kepada Distributor.
Pemakaian obat pasien
sesuai dengan apa yang di
dikonsumsi setiap harinya)
b. Limbah padat non klinis (sisa
1 kg
kemasan, karton)
2. LIMBAH CAIR 1 m3
Dapur, Kantin, 1. LIMBAH PADAT
Laundry, Kantor Sisa makanan, kemasan, 158 Kg
dan Halaman dedaunan, kertas)
2. LIMBAH CAIR
- Air limbah infeksius 8 m3
- Air limbah domestik 32,25 m3

32 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Pengoperasian Kamar
Bedah (OK), Bersalin,
Anak dan Perinatalogi

LIMBAH PADAT

1.
a. Limbah padat klinis
- Tajam (jarum/spuit, pipet,
3 Kg
pecahan ampul )
- Tidak tajam (plester, kasa,
kapas, pembalut, anggota 9 Kg
badan, vial)
b. Limbah padat non klinis (sisa
6 Kg
makanan, sisa kemasan)
2. LIMBAH CAIR
- Air limbah infeksius 7,5 m3
Laborato-rium 1. LIMBAH PADAT
a. Limbah padat klinis
- Tajam (jarum/spuit, pipet,
2 Kg
pecahan ampul)
- Tidak tajam (plester, kasa,
kapas, pembalut, anggota 2 Kg
badan, vial)
b. Limbah padat non klinis (sisa
2 kg
makanan, sisa kemasan)
2. LIMBAH CAIR
- Air limbah infeksius 1 m3
Pengoperasian 1. Limbah padat non klinis (sisa
Instalasi Radi- makanan, sisa kemasan) 0,5 Kg

ologi 2. Air limbah domestik


1 m3

Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 33


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Pengoperasian a. Lumpur (sludge)


IPAL *Ditampung dalam bak penam-
pungan, lalu di daur ulang melalui
-
pipa penyedot lumpur kemudian
masuk lagi ke kolam aerasi dik-
lorinasi kemudian dibuang untuk
tanah urug
b. Air Limbah 57,6 m3
Pengoperasian - Gas -
Incenera-tor (menggunakan jasa ME-
DIVEST)
Pengoperasian 1. Limbah Gas (NO2, SO2, H2S, -
Genset NH2) dan Debu (Pemasangan cerobong
Panjang 6 meter)
2. Kebisingan -
(Diredam dengan pengedap
suara)
Kamar Jenazah Limbah Cair 2 m3

Sumber: Rumah Sakit Pertamina Cirebon, 2014


Sugiharto (1987) menyebutkan, liklinik), UGD, ruang bedah, dan kegiatan
air buangan jika tidak dikelola dengan penunjang medis (farmasi, laboratorium,
baik dapat menimbulkan pengaruh tidak dan radiologi).
baik pada lingkungan maupun terhadap Limbah padat kegiatan non medis (bersi-fat
kehidu-pan, antara lain (a)gangguan non infeksius), yaitu limbah padat yang
terhadap kes-ehatan, (b)gangguan dihasilkan dari dapur, kantor, sampah tana-
terhadap kehidupan biotik, (c)gangguan man atau halaman, dan kegiatan kebersi-han
terhadap keindahan, dan (d)gangguan di ruangan gedung RSPC.
terhadap kerusakan ben-da. Pengelolaan limbah padat RSPC
Limbah rumah sakit berupa cairan dipisahkan antara limbah yang bersifat in-
yang berasal dari dapur, kantin, laundry, dan feksius dan non infeksius. Untuk limbah
kegiatan medis (ruang operasi, ruang padat infeksius, sementara ini RSPC meng-
bersalin, rawat inap, rawat jalan, rehabili- gunakan jasa MEDIVEST, perusahaan
tasi medis, laboratorium, penunjang me-dis, pengelola limbah padat infeksius rumah
dan lain-lain) disalurkan ke Instalasi sakit sebagai rujukan dari KLH setempat
Pengolahan Air Limbah (IPAL), sedang-kan karena ada kerusakan pada incinerator mi-lik
kotoran air limbah WC disalurkan ke septic RSPC. Sedangkan untuk limbah padat non
tank. Seluruh instalasi air limbah bermuara infeksius, dikumpulkan dan ditampung di
pada IPAL RSPC yang menggu-nakan lokasi TPS sebelum diangkut ke TPA oleh
sistem DEWATS. Petugas Kebersihan dari Dinas Cipta Karya
Sedangkan limbah padat yang di- dan Tata Ruang Kabupaten Cirebon.
hasilkan dari opersional RSPC dapat dibe- Selengkapnya pengelolaan limbah padat
dakan menjadi 2 kelompok, yaitu : disajikan pada gambar 2.
Limbah padat kegiatan medis (bersifat in- Alternatif Perbaikan yang
feksius), yaitu limbah padat yang berasal Diusul-kan dalam Peningkatan Efisiensi
dari ruang rawat inap, rawat jalan (po- Kegiatan di RSPC
34 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015
Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Kamar Septic Tank


Mandi/WC

Ruang Cuci/ Baffle Reactor


Laundry
Anaerobic
R.Instalasi Saring Baffle Reactor
Gizi/Dapur Lemak
Horizontal
Baffle Reactor
Ruang OK/
Plant
Bedah

Ruang Aerobic Pond


Laboratorium
Saluran Air

Komponen
Komponen Pra Komponen Komponen
Penghasil
Pengolahan Pemipaan IPAL
Limbah

Gambar 1. Komponen Pengolahan Limbah Cair RSPC

Kegiatan Operasional RSPC

Limbah Padat Medis Limbah Padat


Non Medis

Sampah padat klinis Sampah padat klinis


infeksius tajam infeksius tumpul
dimasukkan dalam dimasukkan dalam
kontainer/tempat kontainer/tempat
sampah plastik kuat sampah plastik kuat
dan dilapisi dengan dan dilapisi dengan
kantong plastik kantong plastik
(warna merah), dan (warna kuning), dan
setiap harinya setiap harinya

Sampah Padat
dimasukkan
Tempat dalam kantong
Penyimpanan plastik
Sampah Sementara (Warna Hitam)
(TPSS) B3 di area
Rumah Sakit
Pertamina Cirebon Tempat
Penyimpanan
Sampah
Sementara
Diangkut
(TPSS) di area
MEDIVEST, lalu Rumah Sakit
mengalami proses Pertamina
pengolahan limbah Cirebon
B3 infeksius di
tempat pengolahan
milik MEDIVEST Diangkut Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang
Kabupaten Cirebon,
lalu dibuang ke TPA

Gambar 2. Pengelolaan Limbah Padat di RSPC


Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 35
Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P. Purwanto
dan Onny Setiani

Berikut ini hasil analisis dilakukan oleh unit fasilitas umum yang
penilaian alternatif perbaikan dengan disampaikan pada setiap kepala unit dan
menggunakan rating score: karyawannya. Namun hal ini memerlukan
Tabel 5. Rating Score Alternatif Perbaikan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon

No. Alternatif Perbaikan Rating Score Total


AKT AKE AKL
1. Peningkatan Setting Temperatur 2 3 3 8
pada Penggunaan AC

2. Pembuatan Lubang Biopori sebagai 2 2 2 6


Upaya Pemanfaatan Sampah Or-
ganik Menjadi Pupuk Kompos
3. Penggunaan kembali sisa air hasil 1 1 3 5
Reverse Osmosis dari Instalasi
Laboratorium
Semakin besar total nilai rating komitmen yang kuat dari penggunanya,
score, maka semakin mudah untuk diterap- yaitu SDM di RSPC. Faktor lain yang
kan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon. berpengaruh dalam penggunaan energi lis-
trik adalah faktor sumber daya manusia.
Peningkatan Setting Temperatur pada Seberapapun tingginya teknologi yang di-
Penggunaan AC gunakan akan sia-sia apabila tidak dipakai
Kondisi suhu dan kelembaban secara profesional oleh pengguna. Oleh
dalam suatu ruangan sangat mempengar-uhi karena itu, pelatihan dan pengembangan
kenyamanan penghuni yang berada di SDM sangat berpengaruh terhadap keber-
dalamnya. Untuk mencapai kondisi yang hasilan upaya efisiensi penggunaan energi.
diinginkan tersebut digunakan peralatan Analisis teknis bernilai 2 karena tingkat
penyejuk udara misalnya kipas angin dan kesadaran pengguna dirasa masih kurang.
air conditioning (AC). Pengkondisian udara Peningkatan setting temperatur
standar menurut SNI 03-6390-2000 adalah dapat memberikan penghematan hingga 5%
temperatur udara berkisar dari 24-26oC konsumsi energi (BPPT, 2012). Anali-sis
dengan kelembaban 50-70 %RH. Dari hasil kelayakan ekonomisnya bernilai 3 dili-hat
observasi, sebagian besar ruan-gan dari nilai penghematan per tahun yang
ditemukan dengan setting temperatur AC cukup besar senilai lebih dari 46 juta ru-
yang jauh lebih rendah dari 24 oC, yaitu piah. Dengan beban energi pemakaian AC
kisaran 19oC sampai 22oC. Hal ini disinya-lir per tahun sebesar 962.295,36 kWh dan TDL
merupakan salah satu penyebab ting-ginya sebesar Rp 975,00/kWh, maka penghema-
beban pemakaian AC di RSPC setiap tan sebesar 5% bernilai Rp 46.911.899,00.
bulannya. Oleh karena itu, diperlukan upa- Peningkatan temperatur AC dini-
ya untuk menekan beban penggunaan AC, lai strategi yang tepat karena dapat menin-
salah satunya dengan peningkatan setting gkatkan efisiensi dari penggunaan energi di
temperatur pada penggunaan AC. RSPC. Situasi ini sangat mendesak karena
Untuk analisis kelayakan teknis, terdapat peningkatan beban energi listrik
sosialisasi peningkatan setting tempera-tur setiap tahunnya sehingga perlu ditekan.
AC bersifat sangat mudah dan dapat Analisis kelayakan lingkungan bernilai 3.

36 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani

Total penilaian dari peningkatan setting kompos belum dapat dipastikan sehingga
temperatur pada penggunaan AC adalah perhitungan dari hasil produksi pupuk
sebesar 8 poin. kompos belum dapat dikalkulasi. Biaya
da-lam pembuatan kompos terhitung
Pembuatan Lubang Biopori sebagai sedang, sehingga analisis kelayakan
Upaya Pemanfaatan Sampah Organik ekonomisnya mendapat nilai 2 poin.
Menjadi Pupuk Kompos Analisis kelayakan lingkungan
Menurut WHO (2008), waste dilihat dari manfaat keberdaan lubang
merupakan salah satu dari tujuh elemen biopori bagi lingkungan sekitar, yaitu: (1)
green hospital dan harus diterapkan pada meningkatkan daya resapan air, (2) men-
rumah sakit yang ramah lingkungan. Waste gubah sampah organik menjadi kompos dan
tersebut harus diolah dengan menerapkan mengurangi emisi gas rumah kaca, (3)
3R (reduce, reuse, recycle), dan kompost- memanfaatkan peran aktivitas fauna ta-nah
ing. Produksi sampah dedaunan di RSPC dan akar tanaman, dan (4) mengatasi
setiap harinya sejumlah 75 kg per hari. masalah yang ditimbulkan oleh genangan air
Sampah tersebut hanya dibuang bersama seperti penyakit demam berdarah dan
dengan sampah domestik lainnya yang ke- malaria (Tim Biopori IPB, 2007). Alasan
mudian diangkut oleh Dinas Cipta Karya lain adalah melimpahnya bahan pembuatan
dan Tata Ruang Kabupaten Cirebon. kompos yang dimasukkan dalam lubang
Berdasarkan analisis kelayakan biopori yaitu sampah organik dedaunan yang
teknis, pembuatan lubang biopori mudah setiap harinya terkumpul sebanyak 75 kg.
untuk dilakukan dan tersedia lahan di seki- Sampah tersebut menurut konsep green
tar kawasan RSPC. Penggunaan mikro- hospital memang sudah seharusnya
organisme untuk penanganan limbah me- dimanfaatkan, salah satunya adalah dengan
merlukan berbagai persyaratan yang perlu komposting. Berdasarkan alasan-alasan
diperhatikan, antara lain komposisi limbah, tersebut di atas dengan tingkat kepentin-gan
teknik atau proses yang dikerjakan (dalam yang tidak terlalu mendesak, analisis
kondisi aerob atau anaerob) dan alat yang kelayakan lingkungan untuk pembuatan
digunakan disesuaikan dengan kondisi lokal lubang biopori mendapatkan nilai 2. Total
(Saputro, 2006). Perubahan sampah organik skala penilaian dari pembuatan lubang bio-
menjadi kompos dapat memakan waktu pori sebagai upaya pemanfaatan sampah
cukup lama hingga 2-3 bulan, ter-gantung organik menjadi pupuk kompos adalah
pada faktor-faktor tersebut di atas sehingga sebesar 6.
dibutuhkan studi pendahuluan untuk
menentukan lama waktu pembusu-kan. Penggunaan kembali sisa air hasil Re-
Dengan berbagai alasan tersebut, penilaian verse Osmosis dari Instalasi Laborato-
untuk analisis kelayakan teknis pembuatan rium
lubang biopori adalah sebesar 2. Instalasi pelayanan laboratorium di
RSPC melayani 24 jam pasien rawat jalan
Dalam pengkomposan, hasil dan rawat inap yang berupa kegia-tan
dekomposisi oleh mikroorganisme dapat pelayanan pemeriksaan lanjutan mela-lui
mereduksi volume sampah. Hasil pupuk pemeriksaan darah, urine, faces, dan lain-
kompos dari sampah organik dedaunan lain dengan menggunakan peralatan dan
adalah sebesar 60% dari total sampah per cara-cara yang khusus. Kegiatan di-awali
harinya, yaitu sekitar 45 kg. Pengomposan dari proses pendaftaran/administrasi,
akan memberikan keuntungan dari segi pengambilan sampel, pemeriksaan sampel,
ekonomis, namun waktu pembentukan dan pemberian hasil pemeriksaan. Instalasi

Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 37


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani

pelayanannya terdiri dari: dengan konservasi air, sehingga analisis


- Laboratorium kimia klinis kelayakan lingkungan bernilai 3. Total
- Laboratorium serologi ska-la penilaian dari penggunaan sisa air
- Laboratorium hematologi hasil RO dari instalasi laboratorium
- Laboratorium mikrobiologi adalah sebe-sar 5 poin.
Dalam melakukan pemeriksaan
sampel, instalasi ini menggunakan air Kesimpulan
hasil Reverse Osmosis dengan sumber air Beberapa alternatif perbaikan yang
baku yang berasal dari PDAM. Terdapat dapat dilakukan berkaitan dengan eko-
ine-fisiensi penggunaan air di instalasi efisiensi dalam manajemen lingkun-gan di
labora-torium karena air hasil RO sisa RSPC dengan menggunakan konsep green
yang tidak terpakai dalam pemeriksaan hospital dari yang paling mudah dit-erapkan
sampel ter-buang begitu saja tanpa ada karena mendapat total nilai indika-tor
penampungan. Debit air yang terbuang tertinggi yaitu peningkatan setting tem-
tersebut adalah sebesar 260 l/hari. peratur pada penggunaan AC (8 poin), lalu
Berdasarkan analisis kelayakan pembuatan lubang biopori sebagai upaya
teknis, penampungan sisa air hasi RO dari pemanfaatan sampah organik menjadi pu-
unit laboratorium membutuhkan biaya puk kompos (6 poin), dan yang paling sulit
yang tidak sedikit dan pelaksanaan teknis untuk diterapkan adalah penggunaan kem-
yang sulit karena diperlukan pemasangan bali sisa air hasil Reverse Osmosis dari in-
pipa dan tangki di sekitar lokasi terdekat stalasi laboratorium (5 poin). Upaya-upaya
dengan unit laboratorium. Pemasangan tersebut dapat memberikan manfaat berupa
pipa dan tangki ini memerlukan pembong- peningkatan valuasi ekonomi dan lingkun-
karan lantai agar keberadaan pipa tidak gan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon.
mengganggu kegiatan di instalasi labora-
torium dan agar sistem pemipaan terlihat Daftar Pustaka
lebih rapi. Analisis kelayakan teknis untuk
pemanfaatan sisa air hasil RO diberi nilai Adisasmito, W. 2009. Sistem Manajemen
1. Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta:
Analisis kelayakan ekonomis dari Rajawali Pres.
pemanfaatan sisa air hasil RO ini bernilai 1 Alamsyah, B. 2007. Pengelolaan Limbah
karena penghematan yang didapatkan di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bon-
sebesar < 5 juta rupiah setiap tahun namun tang untuk Memenuhi Baku Mutu
membutuhkan biaya investasi yang besar Lingkungan. Tesis. Magister Ilmu
untuk pemasangan tangki penampung dan Lingkungan. Universitas Dipone-
pipa. Debit air yang terbuang per tahun goro.
sebesar 94,9 m3/tahun dengan biaya air Bishop, P.L. 2000. Pollution Prevention:
PDAM per m3 adalah sebesar Rp 10.860,00 Fundamentals and Practice. USA:
per m3. Oleh karena itu, penghematan per McGraw-Hill Companies.
tahun dari penggunan air tersebut sebesar Rp BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
1.030.614,00. Teknologi). 2013. Konsep Rumah
Sedangkan dari kelayakan ling- Sakit Ramah Lingkungan di Indo-
kungan, pembuangan air RO yang meru- nesia Masih Terkendala. (online).
pakan air bersih dan dapat dipakai untuk (http://www.bppt.go.id/index.php/
berbagai keperluan dinilai tidak efisien. teknologi-sumberdaya-alam-dan-
Situasi ini sangat mendesak untuk kepent- kebencanaan/1813-konsep-rumah-
ingan lingkungan karena hubungannya sakit-ramah-lingkungan-di-indo-

38 Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015


Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani

nesia-masih-terkendala). Diakses Stanković, S. 2009. Evaluation of Energy


tanggal 5 November 2013. Efficiency Measures Applied in
Five Winds International, (2001), Eco-ef- Public Buildings (Schools & Hos-
ficiency and Materials Foundation pitals) in Serbia. Spatium Interna-
Paper, ICME. ISBN 1-895720-34- tional Review (20). pp: 1-8.
6. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelo-
HS. 2011. Hasil Penilaian Proper Ru- laan Air Limbah. Jakarta: Universi-
mah Sakit. (online). (http://www. tas Indonesia.
pdpersi . co . id/content/news . Tim biopori IPB. 2007.Keunggulan dan
php?mid=5&catid=8&nid=654). Manfaat. (online). (http://www.
Daikses tanggal 21 Pebruari 2014. biopori.com/keunggulan_lbr.php).
Opus International Consultants. 1997. Diakses tanggal 3 Maret 2014.
Minimising Waste, Reducing Costs WHO Technical Report Series, No. 122.
and Caring for The Environment : 1957. Role of Hospitals in Pro-
A Cleaner Production Guide for grammes of Community Health
Hos-pitals. New Zealand: Protection, first report of the Ex-
Sustainable Management Fund pert Committee on Organization of
(Ministry for the Environment). Medical Care.
Pertamedika, 2012. Memberikan Keung- WHO. 2008. Healthy Hospitals Healthy
gulan Menciptakan Nilai. Laporan Planet Healthy People Adressing
Tahunan 2012. Climate Change in Health Care
Purwanto, 2013. Teknologi Produksi Ber- Settings, Discussion Draft. (online).
sih. Semarang: Badan Penerbit (http://www.who.int/globalchange/
Uni-versitas Diponegoro. publications/climatefootprint_re-
Saputro, A. 2006. Studi Pemanfaatan port.pdf). Diakses pada 25 Novem-
Proses Biokonversi Sampah ber 2013.
Organ-ik sebagai Alternatif
Memperoleh Biogas. Seminar
Nasional Sumber Energi Hayati
FMIPA, Universi-tas Negeri
Sebelas Maret. (online).
(http://si.uns.ac.id/profil/upload-
publikasi/Penelitian/1977072320
05011001PEMANFAATAN%20
PROSES%20BIOKONVERSI%20
SAMPAH%20ORGANIK.pdf). Di-
akses tanggal 3 Maret 2014.

Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 39

Anda mungkin juga menyukai