Abstrak
Green hospital merupakan sebuah konsep rumah sakit yang didesain dengan
memberdayakan potensi alam sebagai sumber daya utama sehingga ramah terhadap ling-
kungan dan lebih menghemat pengeluaran energi. Tujuh elemen yang harus diperhatikan
pada rumah sakit yang ramah lingkungan, yaitu energy efficiency, green building de-sign,
alternative energy generation, transportation, food, waste, dan water. Di Indonesia, green
hospital masih merupakan sebuah konsep yang menekankan efisiensi penggunaan air dan
energi listrik yang efektif dan efisien, serta pengelolaan limbah yang berwawasan
lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif perbaikan yang
berkaitan dengan konsep green hospital di Rumah Sakit Pertamina Cirebon. Indikator dalam
penentuan alternatif perbaikan adalah analisis kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan,
dimana semakin besar total nilai indikatornya, maka alternatif tersebut se-makin mudah
untuk diterapkan. Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif yang dimaksudkan
untuk mengamati aktivitas pada objek penelitian. Penelitian dilaku-kan pada sebuah rumah
sakit, yaitu RSPC (Rumah Sakit Pertamina Cirebon) dengan melakukan pengamatan
langsung, wawancara dengan pihak pengelola, serta penelusuran data pemakaian air, energi,
dan pengelolaan limbah. Hasil penelitian menunjukkan be-berapa alternatif perbaikan yang
dapat diusulkan adalah peningkatan setting temperatur pada penggunaan AC, pembuatan
lubang biopori sebagai upaya pemanfaatan sampah or-ganik menjadi pupuk kompos, dan
penggunaan kembali sisa air hasil Reverse Osmosis dari instalasi laboratorium. Peningkatan
setting temperatur pada penggunaan AC akan menghemat pemakaian energi dengan nilai 46
juta rupiah per tahun dan dapat segera diimplementasikan, sedangkan penggunaan kembali
sisa air hasil Reverse Osmosis dari instalasi laboratorium menjadi program terakhir yang
dapat diterapkan karena teknisnya yang dinilai sulit.
Kata-kata kunci: green hospital, efisiensi air dan energi, pengelolaan limbah
kit (preventif) kepada masyarakat serta Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai
pelayanan rawat jalan yang diberikannya pendekatan pengelolaan lingkungan telah
guna menjangkau keluarga di rumah. Ru- banyak berkembang sebagai suatu cara un-
mah Sakit juga merupakan pusat pendidi- tuk meningkatkan keefektifan penggunaan
kan dan latihan tenaga kesehatan serta material, air, dan energi, serta minimalisasi
pusat penelitian biososial. Peningkatan limbah yang dapat mencemari lingkungan.
pembangunan dan perkembangan rumah Pengertian pencegahan pencemaran (P2)
sakit terjadi di seluruh pelosok tanah air sendiri menurut EPA adalah penggunaan
guna mengimbangi kebutuhan di bidang bahan, proses, atau perlakuan yang mengu-
kesehatan yang semakin meningkat. rangi atau menghilangkan terjadinya polu-
Industri jasa layanan kesehatan tan atau limbah pada sumbernya. Termasuk
telah berkembang tidak hanya sekedar di dalamnya mengurangi penggunaan bah-
melaksanakan fungsi sosial tetapi juga an-bahan berbahaya, energi, air, atau sum-
menjadi institusi bisnis di era globalisasi. ber daya lainnya dan melindungi sumber
Terdapat tuntutan yang semakin menin- daya alam melalui konservasi atau penggu-
gkat terhadap pelayanan kesehatan yang naan yang lebih efisien (Bishop, 2000).
bermutu sehingga mengakibatkan persain- Menurut Opus International Consul-tants
gan yang semakin keras di antara semua (1997), beberapa alasan rumah sakit
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kurang dapat dibandingkan dengan sektor
kualitas maupun kuantitas pelayanan. lain dalam peningkatan pengelolaan ling-
Oleh karenanya, rumah sakit sering kali kungan, yaitu:
kehilan-gan citranya karena pelayanan Tidak ada organisasi nasional
yang tidak maksimal dan manajemen yang yang dapat memfasilitasi penerapan
kurang baik. produksi bersih atau berbagi informasi
Di Indonesia, hasil kajian terhadap antara rumah sakit.
100 rumah sakit di Jawa dan Bali menun- a. Kebanyakan rumah sakit tidak menya-
jukkan rata-rata produksi sampah sebesar dari terdapatnya sistem manajemen ling-
3,2 kg per tempat tidur per hari. Sedangkan kungan yang diterapkan di negara maju
produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per b. Persaingan antarrumah sakit meningkat
tempat tidur per hari. Diperkirakan secara sehingga tidak mudah untuk saling
nasional, produksi limbah padat RS sebe-sar berbagi informasi.
376.089 ton per hari dan produksi air limbah c. Rumah sakit menghasilkan limbah yang
sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari sangat kompleks yang berupa limbah in-
gambaran tersebut terlihat betapa besar po- feksius dan sangat berbahaya.
tensi RS untuk mencemari lingkungan dan d. Rumah sakit memiliki anggaran
kemungkinannya menimbulkan kecela-kaan terbatas untuk menyelidiki pengelolaan
serta penularan penyakit (Alamsyah, 2007). lingkungan hidup.
e. Staf rumah sakit memiliki waktu yang
Hasil studi pengolahan limbah ru- relatif terbatas untuk menangani pengelo-
mah sakit di Indonesia menunjukkan hanya laan lingkungan.
53,4% rumah sakit yang melaksanakan pen- f. Rumah sakit berbeda dari sektor lain
gelolaan limbah cair. Pemeriksaan kualitas karena semua opsi pengelolaan lingkun-
limbah hanya dilakukan oleh 57,5% rumah gan perlu dievaluasi mengenai dampaknya
sakit dan dari rumah sakit yang melakukan sampai pada tingkat higienis.
pemeriksaan tersebut sebanyak 63% telah h. Keberhasilan pelaksanaan tergantung
memenuhi syarat baku mutu (Adisasmito, pada staf rumah sakit di semua tingkatan
2009). dalam mendukung peningkatan pengelo-
Jurnal EKOSAINS | Vol. VII | No. 1 | Maret 2015 27
Penerapan Green Hospital Fahriza Risnawati, P.
Purwanto dan Onny Setiani
laan lingkungan dan mengubah perilaku. setiap tahun bervariasi antara 15% sam-
g. Saat ini belum ada standar yang tepat pai 64% dengan rata-rata 42%. Rata-rata
untuk mengontrol pengelolaan limbah di penggunaan energi spesifik tahunan untuk
rumah sakit. pemanas ruangan di rumah sakit yang ter-
Namun, fenomena keterbatasan pantau adalah ~339 kWh/m2 dan setelah
sumber daya yang dimiliki rumah sakit perbaikan mengalami penurunan menjadi
mendorong pentingnya penerapan konsep ~205 kWh/m2. Rata-rata energi spesifik
pengelolaan lingkungan dalam pelayanan tahunan pemanas ruangan yang digunakan
kesehatan di rumah sakit. Penerapan kon- di sekolah-sekolah yang terpantau adalah
sep pengelolaan lingkungan akan mem- ~243 kWh/m2 dan telah berkurang
bantu penggunaan sarana kesehatan dan menjadi ~144 kWh/m2 setelah perbaikan.
sumber daya secara optimal sesuai dengan Periode pengembalian modal (Simple
keperluannya. Payback Pe-riod) pada investasi di semua
Selama ini, rumah sakit hanya bangunan adalah sekitar 7,5 tahun. Untuk
melakukan peningkatan mutu dengan stan- bangunan rumah sakit, karena beroperasi
dar pelayanan yang telah ditetapkan oleh selama 24 jam 7 hari, SPP rata-rata
pemerintah, yaitu akreditasi rumah sakit. sebesar 5,3 tahun, sedangkan untuk
Namun untuk lingkungan, akreditasi terse- bangunan sekolah adalah 12,8 tahun.
but belum memuat ketentuan yang meng- Selain Sistem Manajemen Ling-
haruskan rumah sakit memenuhi pedoman kungan, pengelolaan lingkungan yang baik
pengelolaan lingkungan. Akreditasi hanya sangat erat kaitannya dengan PROPER
diperuntukkan persaingan secara nasional, (program penilaian peringkat kinerja pe-
sehingga untuk persaingan secara interna- rusahaan dalam pengelolaan lingkungan
sional dibutuhkan suatu audit lingkungan hidup) yang merupakan salah satu upaya
yangn biasa dikenal dengan Sistem Mana- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
jemen Lingkungan/ISO 14001. untuk mendorong penataan perusahaan da-
Adisasmito (2009) menekankan lam pengelolaan lingkungan hidup mela-lui
beberapa manfaat yang diperoleh jika ru- instrumen informasi. PROPER berupa
mah sakit menerapkan sistem manajemen kegiatan pengawasan dan pemberian in-
lingkungan adalah perlindungan tehadap sentif atau disinsentif kepada penanggung
lingkungan, pengurangan atau penghema- jawab usaha yang bertujuan mendorong
tan biaya, dan peningkatkan citra rumah perusahaan untuk taat terhadap peraturan
sakit. Selain itu, beberapa penelitian dan lingkungan hidup dan mencapai keunggu-
laporan terkini menyebutkan bahwa pen- lan lingkungan (environmental excellence)
erapan eko-efisiensi dapat meningkatkan melalui integrasi prinsip-prinsip pemban-
performa lingkungan dan menimbulkan gunan berkelanjutan dalam proses produk-si
manfaat secara ekonomi (Five Winds In- dan jasa, penerapan sistem manajemen
ternational, 2001). lingkungan, pengelolaan limbah, efisiensi
Stanković (2009) melakukan energi, konservasi sumberdaya dan pelak-
pengevaluasian efisiensi energi yang diap- sanaan bisnis yang beretika serta bertang-
likasikan pada bangunan umum (sekolah gungjawab terhadap masyarakat melalui
dan rumah sakit) di Serbia. Penghema-tan program pengembangan masyarakat (HS,
pemakaian energi telah dicapai pada 2011). Selain menyangkut citra perusahaan,
bangunan yang telah diperbaharui den-gan peringkat dalam PROPER juga berhubun-
penghematan tahunan berkisar antara 15% gan dengan bisnis dan investasi (Purwanto,
sampai 63% dengan rata-rata 40% dari 2013).
seluruh proyek. Penurunan emisi CO2 Beberapa pendekatan tersebut
Score
No. Indikator
1 2 3
1. Analisis kelayakan sulit sedang mudah
teknis
2. Analisis kelayakan biaya mahal biaya sedang dan biaya murah
ekonomis dengan keun- memberikan ke- dengan keun-
tungan yang untungan tungan yang
sedikit besar
3. Analisis kelaya- kurang mende- sedang mende-sak
kan lingkungan sak
• Laboratorium
• Fisioterapi
4. SDM 894,96 Rp 850.212,00
5. Teknologi Informasi 2041,196 Rp 1.939.136,00
6. ICU dan Hemodialisa 15.712,17 Rp 14.926.562,00
7. Medical Record 3.245,248 Rp 3.082.986,00
8. Gizi 1.821,92 Rp 1.729.874,00
9. Fasilitas Umum 11.949,06 Rp 11.351.605,00
10. Keuangan 1.777,056 Rp 1.688.203,00
11. Logistik 743,204 Rp 706.044,00
12. Manajemen Bisnis 798,864 Rp 758.921,00
13. Teknik 861,899 Rp 818.804,00
14. Farmasi 5.202,296 Rp 4.942.181,00
15. Rawat Inap 50.828,79 Rp 48.287.352,00
16. UGD 5.759,25 Rp 5.471.288,00
17. Manajemen 1.705,728 Rp 1.620.442,00
• Direktur dan Sekretaris
• Wadir Keuangan
• Wadir Medis
• Wadir Keperawatan
18. Lain-lain 2.716,724 Rp 2.581.838,00
• TPPRI
• Administrasi
JUMLAH 148.705,2 Rp 141.269.979,00
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit nan limbah berupa limbah padat medis dan
Kegiatan opresional Rumah Sakit non medis, limbah cair, emisi gas, limbah
Pertamina Cirebon menghasilkan timbu- B3 dan limbah radiologi.
Tabel 4. Jenis Limbah dari Kegiatan RSPC
Jenis Kegiatan
Penghasil Jenis Limbah Volume per hari
Limbah
Perawatan (Ra- 1. LIMBAH PADAT
wat Inap, rawat
a. Limbah padat klinis
jalan, UGD dan
Rehabilitasi - Tajam (jarum/spuit, pipet, 5 Kg
medis / ICU ) pecahan ampul)
- Tidak tajam (plester, kasa, 7,5 Kg
kapas, pembalut, anggota
badan, vial)
b. Limbah padat non klinis (sisa 156 Kg
makanan, sisa kemasan)
2. LIMBAH CAIR
a. Air limbah medis 3 m3
b. Air limbah domestik 36,5 m3
3. LIMBAH GAS (gas yang
-
mengandung bakteri patogen
(Pemasangan sekat antar ru-
di udara) angan dan Sterilisasi dengan
menggunakan antiseptik)
1. LIMBAH PADAT
Instalasai Far-
a. Limbah Padat Klinis
masi
- Obat kadaluarsa, sisa obat -
pasien (Obat kadaluarsa dikem-
balikan kepada Distributor.
Pemakaian obat pasien
sesuai dengan apa yang di
dikonsumsi setiap harinya)
b. Limbah padat non klinis (sisa
1 kg
kemasan, karton)
2. LIMBAH CAIR 1 m3
Dapur, Kantin, 1. LIMBAH PADAT
Laundry, Kantor Sisa makanan, kemasan, 158 Kg
dan Halaman dedaunan, kertas)
2. LIMBAH CAIR
- Air limbah infeksius 8 m3
- Air limbah domestik 32,25 m3
Pengoperasian Kamar
Bedah (OK), Bersalin,
Anak dan Perinatalogi
LIMBAH PADAT
1.
a. Limbah padat klinis
- Tajam (jarum/spuit, pipet,
3 Kg
pecahan ampul )
- Tidak tajam (plester, kasa,
kapas, pembalut, anggota 9 Kg
badan, vial)
b. Limbah padat non klinis (sisa
6 Kg
makanan, sisa kemasan)
2. LIMBAH CAIR
- Air limbah infeksius 7,5 m3
Laborato-rium 1. LIMBAH PADAT
a. Limbah padat klinis
- Tajam (jarum/spuit, pipet,
2 Kg
pecahan ampul)
- Tidak tajam (plester, kasa,
kapas, pembalut, anggota 2 Kg
badan, vial)
b. Limbah padat non klinis (sisa
2 kg
makanan, sisa kemasan)
2. LIMBAH CAIR
- Air limbah infeksius 1 m3
Pengoperasian 1. Limbah padat non klinis (sisa
Instalasi Radi- makanan, sisa kemasan) 0,5 Kg
Komponen
Komponen Pra Komponen Komponen
Penghasil
Pengolahan Pemipaan IPAL
Limbah
Sampah Padat
dimasukkan
Tempat dalam kantong
Penyimpanan plastik
Sampah Sementara (Warna Hitam)
(TPSS) B3 di area
Rumah Sakit
Pertamina Cirebon Tempat
Penyimpanan
Sampah
Sementara
Diangkut
(TPSS) di area
MEDIVEST, lalu Rumah Sakit
mengalami proses Pertamina
pengolahan limbah Cirebon
B3 infeksius di
tempat pengolahan
milik MEDIVEST Diangkut Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang
Kabupaten Cirebon,
lalu dibuang ke TPA
Berikut ini hasil analisis dilakukan oleh unit fasilitas umum yang
penilaian alternatif perbaikan dengan disampaikan pada setiap kepala unit dan
menggunakan rating score: karyawannya. Namun hal ini memerlukan
Tabel 5. Rating Score Alternatif Perbaikan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon
Total penilaian dari peningkatan setting kompos belum dapat dipastikan sehingga
temperatur pada penggunaan AC adalah perhitungan dari hasil produksi pupuk
sebesar 8 poin. kompos belum dapat dikalkulasi. Biaya
da-lam pembuatan kompos terhitung
Pembuatan Lubang Biopori sebagai sedang, sehingga analisis kelayakan
Upaya Pemanfaatan Sampah Organik ekonomisnya mendapat nilai 2 poin.
Menjadi Pupuk Kompos Analisis kelayakan lingkungan
Menurut WHO (2008), waste dilihat dari manfaat keberdaan lubang
merupakan salah satu dari tujuh elemen biopori bagi lingkungan sekitar, yaitu: (1)
green hospital dan harus diterapkan pada meningkatkan daya resapan air, (2) men-
rumah sakit yang ramah lingkungan. Waste gubah sampah organik menjadi kompos dan
tersebut harus diolah dengan menerapkan mengurangi emisi gas rumah kaca, (3)
3R (reduce, reuse, recycle), dan kompost- memanfaatkan peran aktivitas fauna ta-nah
ing. Produksi sampah dedaunan di RSPC dan akar tanaman, dan (4) mengatasi
setiap harinya sejumlah 75 kg per hari. masalah yang ditimbulkan oleh genangan air
Sampah tersebut hanya dibuang bersama seperti penyakit demam berdarah dan
dengan sampah domestik lainnya yang ke- malaria (Tim Biopori IPB, 2007). Alasan
mudian diangkut oleh Dinas Cipta Karya lain adalah melimpahnya bahan pembuatan
dan Tata Ruang Kabupaten Cirebon. kompos yang dimasukkan dalam lubang
Berdasarkan analisis kelayakan biopori yaitu sampah organik dedaunan yang
teknis, pembuatan lubang biopori mudah setiap harinya terkumpul sebanyak 75 kg.
untuk dilakukan dan tersedia lahan di seki- Sampah tersebut menurut konsep green
tar kawasan RSPC. Penggunaan mikro- hospital memang sudah seharusnya
organisme untuk penanganan limbah me- dimanfaatkan, salah satunya adalah dengan
merlukan berbagai persyaratan yang perlu komposting. Berdasarkan alasan-alasan
diperhatikan, antara lain komposisi limbah, tersebut di atas dengan tingkat kepentin-gan
teknik atau proses yang dikerjakan (dalam yang tidak terlalu mendesak, analisis
kondisi aerob atau anaerob) dan alat yang kelayakan lingkungan untuk pembuatan
digunakan disesuaikan dengan kondisi lokal lubang biopori mendapatkan nilai 2. Total
(Saputro, 2006). Perubahan sampah organik skala penilaian dari pembuatan lubang bio-
menjadi kompos dapat memakan waktu pori sebagai upaya pemanfaatan sampah
cukup lama hingga 2-3 bulan, ter-gantung organik menjadi pupuk kompos adalah
pada faktor-faktor tersebut di atas sehingga sebesar 6.
dibutuhkan studi pendahuluan untuk
menentukan lama waktu pembusu-kan. Penggunaan kembali sisa air hasil Re-
Dengan berbagai alasan tersebut, penilaian verse Osmosis dari Instalasi Laborato-
untuk analisis kelayakan teknis pembuatan rium
lubang biopori adalah sebesar 2. Instalasi pelayanan laboratorium di
RSPC melayani 24 jam pasien rawat jalan
Dalam pengkomposan, hasil dan rawat inap yang berupa kegia-tan
dekomposisi oleh mikroorganisme dapat pelayanan pemeriksaan lanjutan mela-lui
mereduksi volume sampah. Hasil pupuk pemeriksaan darah, urine, faces, dan lain-
kompos dari sampah organik dedaunan lain dengan menggunakan peralatan dan
adalah sebesar 60% dari total sampah per cara-cara yang khusus. Kegiatan di-awali
harinya, yaitu sekitar 45 kg. Pengomposan dari proses pendaftaran/administrasi,
akan memberikan keuntungan dari segi pengambilan sampel, pemeriksaan sampel,
ekonomis, namun waktu pembentukan dan pemberian hasil pemeriksaan. Instalasi