Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan

http://url.unair.ac.id/5e974d38
e-ISSN 2301-7104

ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH PERSEPSI MENGENAI LINGKUNGAN BELAJAR DAN


ACHIEVEMENT EMOTION TERHADAP ACHIEVEMENT GOAL SISWA DI SMAN 1
TAMAN SIODARJO

KARTIKA AYU DAMAYANTI & NUR AINY FARDANA NAWANGSARI


Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi mengenai lingkungan belajar dan
achievement emotion terhadap achievement goal siswa di SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. Achievement
goal didefinisikan sebagai dorongan dan motif personal yang mengarahkan individu untuk mencapai
tujuannya dimana hal tersebut berkaitan dengan pencapaian tertentu, serta mengacu kepada standar
yang digunakan untuk mengevaluasi performa dalam meraih tujuan tersebut. Subjek penelitian
berjumlah 176 siswa. Alat pengumpulan data berupa kuesioner skala persepsi mengenai lingkungan
belajar (38 aitem), skala achievement emotion (30 aitem), dan skala achievement goal (12 aitem).
Analisis data menggunakan uji multiple regresi dengan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics 19. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persepsi mengenai lingkungan belajar dan achievement emotion
secara signifikan berpengaruh terhadap achievement goal siswa SMA Negeri 1 Taman. Penelitian ini
diharapkan memberikan informasi mengenai pentingnya achievement goal, sebab achievement goal
merupakan variabel yang dapat mempengaruhi motivasi dan performa siswa dalam belajar serta
meraih prestasi.

Kata kunci: achievement emotion, achievement goal, persepsi mengenai lingkungan belajar, siswa

ABSTRACT
The aim of this study is to determine the effect of perceptions of learning environment and
achievement emotion on students’ achievement goal at SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. Achievement
goals are defined as personal drives and motives that lead individuals to achieve goals where they
relate to the particular accomplishments, and refer to the standards which are used to evaluate the
performance in achieving that goal. This research was conducted on 176 students. The data collection
was perceptual scale questionnaire about learning environment (38 aitem), achievement emotion
scale (30 items), and achievement goal (12 items). Data analysis used multiple regression tests by
IBM SPSS Statistics 19. The result showed that the perception of learning environment and
achievement emotion are significantly affect students’ achievement goal at SMA Negeri 1 Taman. This
research is expected to provide information about the importance of achievement goals, because
achievement goal is a variable that can affect the motivation and performance of students in learning
and achievement.

Key words: achievement emotion, achievement goal, students, the perceptions of learning
environment

*Alamat korespondensi: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Kampus B Universitas Airlangga Jalan
Airlangga 4-6 Surabaya 60286. Surel: nurainy.fardana@psikologi.unair.ac.id
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 73

Naskah ini merupakan naskah dengan akses terbuka dibawah ketentuan the Creative
Common Attribution License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), sehingga
penggunaan, distribusi, reproduksi dalam media apapun atas artikel ini tidak dibatasi,
selama sumber aslinya disitir dengan baik.

PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, semakin majunya teknologi serta komunikasi mendorong munculnya
masyarakat global, dimana didalamnya terbentuk individu-individu cerdas dengan berbagai
keterampilan serta pengetahuan yang mereka miliki. Berbagai keahlian serta pengetahuan yang
dimiliki oleh masing-masing individu tersebut membuat mereka menjadi semakin kompetitif agar
dapat bersaing di pasar global. Menyadari pentingnya keterampilan maupun pengetahuan, serta
kapasitas intelektual dalam menghadapi tantangan global, pendidikan menjadi pembelajaran jangka
panjang dan dapat dijadikan sebagai proses pelatihan dalam mengembangkan keterampilan serta
pengetahuan yang nantinya dapat diaplikasikan pada ranah global yang kompetitif dimana
pengetahuan maupun informasi diperdagangkan sebagai komoditas (Chinnammai, 2003).
Di era persaingan global ini pula, generasi muda dituntut untuk memiliki kompetensi. Hal ini
dibutuhkan untuk menghadapi tantangan persaingan global yang semakin kompetitif. Generasi muda
harus memiliki keinginan serta komitmen untuk berprestasi dan menghasilkan karya yang nyata
(Urbaningrum, 2009). Menanggapi hal tersebut, generasi muda diharapkan untuk membangun dan
mengembangkan keahlian mereka di berbagai bidang untuk dapat berkontribusi mengatasi
permasalahan-permasalahan global yang dihadapi (Mansilla, V.B. & Jackson, A., 2011). Berbagai
keahlian serta pengetahuan yang dimiliki individu juga berguna dalam perencanaan masa depan,
terutama dalam perencanaan karir. Kemampuan tersebut meliputi: kemampuan dalam belajar;
mengembangkan ide-ide; serta menciptakan inovasi seperti berpikir kreatif dan mengembangkan
sistem berpikir untuk merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi rencana karir kedepan (Mansilla,
V.B. & Jackson, A., 2011). Berdasarkan hal tersebut, generasi muda dituntut untuk sukses dalam bidang
akademik maupun non akademik. Kesuksesan dapat digunakan untuk mengatasi tantangan
persaingan global, berkontribusi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan disekitarnya maupun
permasalahan-permasalahan secara global, serta dapat menjadi bekal pertimbangan dalam
perencanaan karir di masa mendatang.
Generasi muda khususnya generasi Z, merupakan generasi yang lahir pada tahun 2000-an dimana
generasi ini hidup pada era digital sehingga mereka fasih menggunakan teknologi (Rini, 2016).
Tumbuh pada era digital membuat generasi Z memiliki kebebasan dalam berekspresi serta lebih
mudah dalam mengakses setiap informasi yang mereka butuhkan. Generasi ini telah mengetahui
betapa pentingnya prestasi baik dari segi akademik maupun non akademik. Di Indonesia sendiri,
kesadaran generasi muda dalam berprestasi dapat dilihat pada antusiasme mereka mengikuti UBS
Zetizen-Con 2k16. Mereka berpartisipasi dalam kompetisi tersebut tidak hanya untuk menunjukkan
eksistensi mereka saja, akan tetapi mereka juga menunjukkan kesungguhan dalam mengejar prestasi.
Kompetisi yang dilakukan menunjukkan prestasi mereka, dimana melalui kompetisi tersebut terlihat
bagaimana kualitas serta kreativitas yang mereka miliki (Kejar Gengsi dengan Prestasi, 2016).
Unggul dalam prestasi juga dijadikan sebagai visi dan misi oleh SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo.
SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo merupakan salah satu sekolah Satuan Pendidikan Penyelenggara Sistem
Kredit Semester (SPP-SKS) yang ada di Sidoarjo. Persaingan untuk masuk ke sekolah SPP-SKS dinilai
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 74

ketat. Seleksi yang dilakukan selain mengacu pada nilai unas, dimana standar nilai tersebut digunakan
sebagai syarat administrasi, terdapat tes mata pelajaran (TMP), tes potensi akademik (TPA), dan
pencapaian prestasi (Masuk Sekolah Tetap Empat Jalur, 2016). Menurut wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan Guru BK SMAN 1 Taman, Yupiter, (wawancara, Mei 10, 2017), siswa-siswi SMAN
1 Taman memang memiliki banyak prestasi yang membanggakan dimana hal tersebut sejalan dengan
visi maupun misi sekolah. Menurut Yupiter, hampir tiap minggu siswa memperoleh prestasi dengan
memenangkan berbagai kompetisi, baik karya tulis ilmiah, olimpiade sains, statistik, dan lainnya.
Siswa-siswi termotivasi untuk berprestasi karena melihat prestasi yang telah diraih oleh kakak-kakak
kelasnya.
Di sisi yang lain, Yupiter, (wawancara, Mei 10, 2017), merasa bahwa walaupun banyak siswa-
siswi di sekolah yang berprestasi, tidak sedikit pula siswa lainnya yang kurang memiliki motivasi
dalam belajar. Sebagai sekolah SPP-SKS, SMA Negeri 1 Taman menetapkan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) yang menjadi standar penilaian siswa, dimana apabila pemahaman maupun nilai
siswa tersebut berada dibawah KKM, siswa tersebut akan mendapatkan sangsi yaitu diwajibkan
mengikuti serangkaian remidi dan sangsi yang paling berat yaitu mengikuti semester pendek (SP) saat
libur sekolah. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) tersebut membuat siswa melakukan kecurangan
seperti mencontek dengan harapan nilai yang diperolehnya sesuai dengan KKM dimana hal tersebut
masih berkaitan dengan penyataan diatas mengenai motivasi siswa.
Apabila siswa memiliki motivasi yang rendah dalam belajar, hal tersebut menunjukkan bahwa
dirinya memiliki persepsi mengenai kompetensi yang rendah. Seseorang yang memiliki persepsi
mengenai kompetensi yang rendah akan cenderung mengerahkan usaha yang lebih sedikit untuk
menguasai serta mencapai tujuan tertentu (Brunel, 1999). Seseorang yang memiliki persepsi
mengenai kompetensi yang rendah akan cenderung rapuh secara emosional dan akan menunjukkan
respon motivasional yang maladaptif (Wang, C.K.J., Liu, W.C., & Chye, S., 2010). Kecurangan yang
dilakukan agar nilai yang dimilikinya sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum menunjukkan
bahwa siswa tersebut mengerahkan usaha yang lebih sedikit untuk memahami dan menguasai materi
yang diperlukan agar dirinya bisa berhasil dalam kegiatan prestasi dimana hal tersebut dapat
diartikan bahwa ia memiliki mastery goal yang rendah (Wang, C.K.J., Liu, W.C., & Chye, S., 2010).
Selain permasalahan yang telah diuraikan diatas, Yupiter, (wawancara, Mei 10, 2017),
mengatakan bahwa hasil UNBK 2017 lalu memperlihatkan bahwa nilai siswa-siswi kelas 12
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, padahal Kepala Dinas
Pendidikan Jawa Timur, Saiful Rahman menyatakan bahwa ujian nasional tetap merupakan hal yang
penting bagi siswa, sebab ujian nasional dapat menunjukkan bagaimana performance siswa walaupun
saat ini nilai ujian nasional tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa (Hasil Unas Surabaya Peringkat
Ke-21, 2017). Yupiter, (wawancara, Mei 10, 2017), mengatakan bahwa nilai UN menunjukkan
performa siswa sehingga dapat diasumsikan bahwa apabila nilai UN menurun maka performa siswa
pun menurun. Menurut Yupiter, menurunnya nilai tersebut tersebut terjadi karena siswa meremehkan
ujian tersebut. Hal tersebut tercermin melalui perilaku mereka saat ujian, yaitu mereka tidak mau
mengecek jawaban mereka padahal waktu yang tersisa cukup lama, yaitu 45 menit. Selain itu ada
beberapa siswa yang tidur-tiduran bahkan tertidur ketika UNBK berlangsung. Menurunnya nilai ujian
nasional tersebut juga berimbas pada menurunnya jumlah siswa yang diterima melalui SNMPTN.
Perilaku siswa yang tercermin ketika ujian nasional tersebut menunjukkan bahwa dirinya kurang
menilai kegiatan tersebut, selain itu terlihat bahwa siswa tidak menikmati kegiatan prestasi yang
dijalaninya sehingga tidak melakukan usaha untuk mengecek kembali jawaban ujiannya tersebut.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 75

seseorang yang mengadopsi pendekatan achievement goal, yaitu performance goal yang tinggi akan
melakukan usaha yang maksimal sehingga dirinya akan menunjukkan performa yang optimal (Daniels,
et al. 2009; Reinic & Vahovec, 2017). Siswa SMAN 1 Taman memang telah menyadari pentingnya
prestasi bagi mereka, akan tetapi disisi yang lain mereka juga berada pada usia remaja, dimana pada
masa tersebut menuntut tanggungjawab yang lebih besar dan individu akan mengalami transisi-
transisi dalam dirinya maupun transisi dibidang pendidikan yang dapat menjadi faktor yang beresiko
terhadap motivasi dan well-being siswa, yang kemudian diasosiasikan dengan beberapa hasil negatif,
seperti penurunan nilai akademik dan minat, penurunan mastery goals, meningkatnya stres, dan
menurunnya prestasi akademik (Soini, Arom, & Niemivirta, 2012).
Prestasi seseorang ditentukan oleh faktor ekternal maupun internal. Berdasarkan faktor ekternal,
prestasi seseorang dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi, fasilitas pendidikan, dukungan
orangtua, guru, maupun figur lainnya. Dari faktor internal/personal sendiri terdapat faktor psikologis,
yaitu motivasi dan orientasi tujuan (goal orientation) yang menggerakkan seseorang untuk
berprestasi (Musthaq, I. & Khan, S.N., 2012). Seseorang yang memiliki tujuan dan disertai dengan
motivasi, akan memiliki dorongan dalam dirinya sehingga ia akan bertindak untuk memenuhi
dorongan tersebut dan melakukan usaha untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkannya
(Williams & Williams, n. d.). Orientasi tujuan (goal orientation) yang berkaitan dengan motivasi
berfokus pada berbagai macam tujuan individu untuk mencapai prestasi yang mereka inginkan dalam
berbagai situasi.
Penelitian mengungkapkan bahwa achievement goal berpengaruh terhadap motivasi serta
performa siswa dalam meraih prestasi mereka (Dweck, 1986; Elliot, 1997; Nicholls, 1984; Pekrun,
Elliot, & Maier, 2009). Achievement goal mempengaruhi prestasi disekolah secara berbeda-beda pada
tiap individu melalui variasi dari kualitas proses kognitif yang berupa regulasi diri masing-masing
individu tersebut. Regulasi diri kognitif (cognitive self-regulation) mengacu pada bagaimana siswa
aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan belajar mereka, termasuk menganalisis tuntutan akan
penugasan yang diberikan pada kegiatan belajar di sekolah, perencanaan maupun mobilisasi
sumberdaya yang mereka miliki untuk memenuhi tuntutan penugasan tersebut, serta memantau
performa mereka terhadap penyelesaian tugas tersebut (Pintrich 1999; Zimmerman 1990;
Zimmerman, et al., 1994; Covington, 2000), sehingga achievement goal mempengaruhi kualitas, waktu,
dan strategi kognitif yang tepat untuk mengontrol kualitas prestasi seseorang (Covington, 2000).
Achievement goal merupakan variabel kunci yang dapat memprediksi pembelajaran serta
performa belajar yang dilakukan siswa (Ames, 1992; Shin, Lee, & Seo, 2017). Motivasi siswa yang
berorientasi pada situasi prestasi (achievement situation), seperti ketika berada pada ruang kelas,
dapat direpresentasikan sebagai achievement goal. Berbagai alasan siswa yang berbeda-beda dalam
mengejar mengejar prestasi, diwakili oleh komponen dalam achievement goal, seperti mastery goals
dan performance goals (Dweck & Leggett, 1988; Ames, 1992; Shin, Lee, & Seo, 2017). Achievement goal
merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendorong prestasi. Achievement goal dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi achievement goal diantaranya adalah
tujuan (goals) yang berbeda-beda pada masing-masing individu (Elliot, n. d.), harapan individu akan
keberhasilan, ketakutan akan kegagalan, persepsi mereka mengenai kompetensi/kemampuan yang
mereka miliki (Elliot & Church, 1997; Burnette, et al., 2013; Dickhauser, et al., 2016), self-efficacy
(Huang, 2016), persepsi siswa terhadap lingkungan belajarnya (Poondej, C. & Lerdpornkulrat, T.,
2016), serta achievement emotion (Pekrun R., et al., 2011).

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 76

Dalam setting prestasi, seringkali dihadapkan dengan achievement emotion seperti, perasaan
menyenangkan ketika belajar (enjoyment), harapan (hope), kebanggaan (pride), kemarahan (anger),
kecemasan (anxiety), rasa malu (shame), putus asa (hopelessness), maupun kebosanan (boredom).
Emosi tersebut sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap motivasi siswa, baik dalam belajar,
performa, mengembangkan identitas, serta kesehatan (Schutz & Pekrun, 2007; Pekrun, et al., 2011).
Dimensi achievement goal, yaitu mastery goal memiliki keterkaitan dengan emosi aktivitas, seperti
enjoyment, boredom, dan anger; performance goal memiliki keterkaitan dengan emosi positif, seperti
hope dan pride; performance-avoidance goal memiliki keterkaitan dengan emosi negatif, seperti
anxiety, shame, dan hopelessness (Pekrun, et al., 2006; Pekrun, Elliot, & Maier, 2009).
Faktor lain yang diduga memberikan pengaruh terhadap achievement goal adalah persepsi siswa
terhadap lingkungan belajarnya (Poondej, C. & Lerdpornkulrat, T., 2016). Penelitian menunjukkan
bahwa siswa mengadaptasi pendekatan belajar mereka dengan menyesuaikan pendekatan belajar
tersebut dengan persepsi mereka terhadap lingkungan belajarnya (Biggs, 1987; Dart et al., 1999;
Lublin, 2003; Ramsden, 1992; Poondej & Lerdpornkulrat, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh
Church, Elliot, & Gable (2001) menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap lingkungan belajar
mempengaruhi achievement goal siswa tersebut. Achievement goal tersebut kemudian mempengaruhi
tingkat kinerja maupun motivasi intrinsik siswa dalam belajar.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana achievement goal yang dimiliki
oleh siswa SMAN 1 Taman Sidoarjo, serta bagaimana peran peran persepsi siswa mengenai
lingkungan belajar maupun achievement emotion dalam mengembangkan achievement goal siswa
tersebut.
Achievement Goal
Achievement goal merupakan dorongan dan motif personal yang mengarahkan individu untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ia tetapkan dimana hal tersebut berkaitan dengan
pencapaian tertentu, selain itu juga mengacu pada standar yang digunakan untuk mengevaluasi
performa dalam meraih pencapaian tersebut. Adapun dimensi achievement goal terdiri dari
kerangka trikotomi dan satu konstruk yang mewakili kompetensi absolute/intrapersonal dalam
valence negatif, yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Mastery-approach Goal
Pendekatan ini berfokus pada kebutuhan individu akan tugas prestasi serta pencapaian
dan pengembangan kompetensi.
2. Mastery-avoidance Goal
Pendekatan ini berfokus pada kebutuhan individu akan tugas prestasi serta menghindari
kemungkinan negatif seperti ketidakmampuan dalam mencapai atau mengembangkan
kompetensi.
3. Performance-approach Goal
Pendekatan ini berfokus pada pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
normative yaitu kompetensi yang dimiliki dievaluasi berdasarkan perbandingan antara
performa diri dengan performa orang lain.
4. Performance-avoidance Goal
Pendekatan ini berfokus untuk menghindari ketidakmampuan (incompetence) atau
kegagalan yang penilaannya didasarkan pada standar normative.
Persepsi mengenai Lingkungan Belajar

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 77

Persepsi mengenai lingkungan belajar merupakan pengorganisasian, pemaknaan, serta


interpretasi siswa mengenai lingkungan belajarnya, baik iklim atau kondisi dimana pembelajaran
terjadi maupun aspek psikologis maupun psikososial yang mempengaruhi iklim atau suasana
belajar-mengajar tersebut. Menurut Doll, et al. (2010), terdapat beberapa aspek yang dapat
menjelaskan persepsi siswa mengenai lingkungan belajarnya, yaitu:
1. Keterkaitan di dalam Kelas (Classroom relatedness).
Dalam aspek ini menjelaskan persepsi siswa mengenai relasinya dengan figur-figur
yang ada pada lingkungan, diantaranya:
a. Hubungan antara siswa dengan guru (Teacher-Student Relationships)
b. Hubungan dengan Teman Sebaya (Peer Relationships)
c. Hubungan antara Pihak Rumah dengan Pihak Sekolah (Home-School Relationship)
2. Persepsi Siswa terhadap Kompetensi (Perceived Competence: Academic Self-Efficacy)
Aspek ini berkaitan dengan persepsi siswa terhadap keyakinan diri mereka akan
keberhasilan serta kemampuan dirinya dalam bidang akademik.
3. Kelas yang Mendukung Otonomi Siswa (Classroom Supports for Autonomy)
Aspek ini menjelaskan persepsi siswa terhadap partisipasi mereka dalam menetapkan
tujuan, pengambilan keputusan, serta pengendalian diri mereka di dalam kelas. Hal
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Determinasi Diri (Self Determination)
Self-Determination menggambarkan bagaimana kapasitas siswa dalam mengelola
pembelajaran yang mereka lakukan.
b. Perilaku Pengendalian Diri (Behavioral Self-Control)
Perilaku pengendalian diri menjelaskan bagaimana siswa memanajemen perilaku
sehari-hari mereka serta sejauh mana perilaku tersebut searah dan sesuai dengan
perilaku dalam lingkungan belajar mereka.
Achievement Emotion
Achievement emotions merupakan emosi yang berkaitan dengan kegiatan kompentensi yang
mengarah pada prestasi (Pekrun, R., Elliot A.J., & Maier, M.A., 2009). Berikut ini dimensi
achievement emotion beserta sembilan klasifikasi emosi dalam masing-masing dimensi (Pekrun,
Goetz, & Perry, 2005; Pekrun, et al., 2007).
1. Activity Emotion.
Aspek ini berkaitan dengan kegiatan prestasi (achievement activity) yang sedang
berlangsung. Emosi dalam dimensi ini antara lain: Enjoyment, kebosanan (boredom)
terjadi ketika kegiatan prestasi (achievement activity) dinilai kurang memiliki insentif baik
positif maupun negatif dan Anger.
2. Prospective Emotion
Prospective Outcome Emotions merupakan hasil emosi antisipatif yang dialami ketika
kesuksesan dinilai positif atau kegagalan diekspektasikan sebagai hal yang negatif. Emosi
dalam dimensi ini antara lain: hope, anxiety, dan hopelessness.
3. Retrospective Emotion
Aspek ini merupakan emosi yang timbul mengikuti keberhasilan subjektif serta kegagalan
dimana hal tersebut berkaitan dengan kontrol subjektif. Emosi dalam dimensi ini antara
lain: pride, relief, dan shame.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 78

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini
merupakan penelitian korelasional (correlational research), selain itu penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data survey. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang
merupakan skala sikap dengan berisi pernyataan-pernyataan mengenai objek sikap yang terdiri dari
dua macam pernyataan yaitu pernyataan favorable dan pernyataan non- favorable (Azwar, 2012)
Adapun variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai lingkungan belajar
(X1) dan achievement emotion (X2). Persepsi mengenai lingkungan (X1) dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai pengorganisasian, pemaknaan, serta interpretasi siswa mengenai lingkungan
belajarnya, baik iklim atau kondisi dimana pembelajaran terjadi maupun aspek psikologis maupun
psikososial yang mempengaruhi iklim atau suasana belajar-mengajar tersebut. Instrumen untuk
mengukur persepsi mengenai lingkungan belajar disusun oleh penulis berdasarkan teori yang
dikembangkan oleh Doll, et al (2010), terdiri dari 38 aitem dengan reliabilitas (α=0,912). Dalam skala
persepsi mengenai lingkungan belajar terdapat empat pilihan jawaban yang merepresentasikan
pernyataan yang sesuai dengan kondisi subjek, yang meliputi Sangat tidak setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Variabel independen 2, yaitu achievement emotion dalam
penelitian ini didefinisikan sebagai emosi yang berkaitan dengan kegiatan prestasi. Instrumen untuk
mengukur achievement emotion disusun oleh penulis berdasarkan control-value theory milik Pekrun
(2006), yang terdiri dari 30 aitem dengan realibilitas (α=0,781). Dalam skala achievement emotion
terdapat empat pilihan jawaban yang merepresentasikan pernyataan yang sesuai dengan kondisi
subjek, yang meliputi Sangat tidak setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah achevement goal didefinisikan sebagai dorongan
dan motif personal yang mengarahkan individu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ia
tetapkan dimana hal tersebut berkaitan dengan pencapaian tertentu, selain itu juga mengacu pada
standar yang digunakan untuk mengevaluasi performa dalam meraih pencapaian tersebut. instrumen
untuk mengukur achievement goal adalah adaptasi Achievement Goal Questionnaire Revised (AGQ-
R) yang dikembangkan oleh Elliot & Murayama (2008), yang terdiri dari 12 aitem dengan
reliabilitas (α=0,820). Dalam skala achievement goal terdapat empat pilihan jawaban yang
merepresentasikan pernyataan yang sesuai dengan kondisi subjek, yang meliputi Sangat tidak setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling.
Populasi penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Taman, Sidoarjo. Secara keseluruhan, jumlah populasi
siswa SMA Negeri 1 Taman, Sidoarjo adalah 926 siswa, akan tetapi siswa yang masih aktif di sekolah
ketika penelitian berlangsung adalah sebanyak 627 siswa karena siswa kelas 12 yang berjumlah 299
telah lulus. Berdasarkan rumus perhitungan slovin, total sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah 245 siswa, sementara penulis hanya mendapatkan sampel sebanyak 176 siswa. Sesuai dengan
syarat multiple regresi menurut Pallant (2011), dinyatakan bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan
untuk analisis tersebut dengan dua variabel independen adalah 66 sampel, sehingga jumlah sampel
yang berhasil dikumpulkan masih memenuhi persyaratan uji multiple regresi.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 79

HASIL PENELITIAN
Penulis melakukan serangkaian uji asumsi yang meliputi, uji asumsi normalitas, uji
linearitas, uji homoskedastisitas, serta uji multikolinearitas sebelum melakukan uji multiple
regresi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov, dimana
data dikatakan normal apabila nilai nilai absolute (D) dan nilai Kolmogorov-Smirnov (Z)
memiliki nilai yang lebih besar dari 0,05 (Widhiarso, n. d.). Ketiga variabel tersebut memiliki
absolute (D) lebih dari 0,05. Nilai Z ketiga variabel tersebut juga lebih besar dari 0,05. Nilai Z
variabel achievement goal yaitu 1,29, variabel persepsi mengenai lingkungan belajar yaitu
0,84, dan variabel achievement emotion yaitu 1,61. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa variabel achievement goal, variabel persepsi mengenai lingkungan belajar, dan variabel
achievement emotion memiliki distribusi data yang normal.

Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel
persepsi mengenai lingkungan belajar dan variabel achievement goal (Sig. 0,000), serta
terdapat hubungan yang linear antara variabel achievement emotion dan variabel achievement
goal (Sig. 0,005). Hasil uji homoskedastisitas menunjukkan bahwa Scatterplot menunjukkan
pola plot nol (0), selain itu varians skor residual dan skor prediktif sama yang menunjukkan
tidak adanya kasus heteroskedastisitas. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai
Tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,985 dan nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,016. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data memenuhi uji asumsi multikolinearitas.

Setelah uji asumsi terpenuhi, dilakukan uji multiple regresi yang menunjukkan bahwa nilai
F sebesar 14,675 dimana nilai tersebut lebih besar dari 4 pada derajat kepercayaan 5%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara serempak mempengaruhi
variabel terikat. Nilai signifikansi juga menunjukkan nilai 0,000 dimana nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05. Hal itu berarti persepsi mengenai lingkungan belajar dan achievement emotion
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap achievement goal siswa SMA Negeri 1 Taman,
Sidoarjo. Nilai R square menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel persepsi mengenai
lingkungan belajar (X1) dan variabel achievement emotion (X2) terhadap variabel achievement goal

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 80

(Y) adalah sebesar 14,5 %, sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,5% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diukur dalam penelitian ini.

DISKUSI
Berdasarkan serangkaian analisis yang dilakukan, diketahui bahwa persepsi mengenai
lingkungan belajar dan achievement emotion mempengaruhi achievement goal siswa.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi mengenai lingkungan belajar dengan
achievement goal siswa. Hal itu berarti, jika persepsi siswa mengenai lingkungan belajarnya
meningkat, maka achievement goal siswa juga akan meningkat. Persepsi siswa mengenai
lingkungan belajarnya menentukan seberapa efektifnya pembelajaran yang dilakukan dan
seberapa banyak pengetahuan yang meraka dapatkan sebagai hasil pembelajaran yang
dilakukannya (Entwistle, 1991; Konings, Gruwel, & Merrienboer, 2005).
Bagaimana siswa memandang, mempersepsikan, maupun menafsirkan lingkungan
belajarnya, dipengaruhi oleh konsepsi mereka mengenai konsep belajar, tugas, maupun
lingkungan belajarnya itu sendiri. Persepsi siswa mengenai lingkungan belajarnya juga
dipengaruhi oleh self-efficacy akademik dimana konstruk tersebut merupakan salah satu
dimensi persepsi mengenai lingkungan belajar. Self-efficacy akademik berkaitan dengan
keyakinan akan kemampuan untuk sukses pada tugas-tugas tertentu dalam situasi tertentu
(Brannagan, K. B., et al., 2013). Self-efficacy merupakan elemen penting dalam persepsi siswa,
karena berdasarkan keyakinan yang mereka bentuk itulah mereka kemudian
mempersepsikan bagaimana lingkungan belajar mereka sehingga persepsi tersebut
diasosiasikan dengan motivasi siswa tersebut yang nantinya akan berkontribusi terhadap
keberhasilan akademik (Lorsbach, A.W. & Jink, J.L, 1999).
Self-efficacy akademik ini juga dianggap mampu menjadi kontrol subjektif bagi individu
dimana kontrol subjektif tersebut merupakan sumber utama achievement emotion (Goetz, et
al., 2006; Pekrun, et al., 2011; Luo, et al., 2016). Dalam setting prestasi, seringkali dihadapkan
dengan achievement emotion seperti, perasaan menyenangkan ketika belajar (enjoyment),

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 81

harapan (hope), kebanggaan (pride), kemarahan (anger), kecemasan (anxiety), rasa malu
(shame), putus asa (hopelessness), kelegaan (relief), maupun kebosanan (boredom). Emosi
tersebut sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap motivasi siswa, baik dalam
belajar, performa, mengembangkan identitas, serta kesehatan (Schutz & Pekrun, 2007;
Pekrun, et al., 2011).
Tujuan (goals) disertai emosi menjadi prediktor yang penting bagi performance siswa.
Emosi mempengaruhi seseorang dalam mengadopsi pendekatan achievement goal seseorang,
sebab emosi serta goals memiliki hubungan yang reciprocal (Pekrun, R., Elliot A.J., & Maier,
M.A., 2009). Suasana hati (mood) serta emosi memfasilitasi proses mengingat atau mood yang
kogruen, hal tersebut menunjukkan bahwa keadaan mood maupun emosi yang positif dapat
mendorong seseorang untuk memunculkan kreativitas, lebih fleksibel, serta berpikir secara
holistik, selain itu juga meningkatkan motivasi terhadap tugas prestasi, sementara keadaan
mood maupun emosi yang negatif dapat meningkatkan motivasi untuk menghindar
(avoidance) dari tugas prestasi (Olafson & Ferraro, 2001; Pekrun, Elliot, & Maier, 2009).
Emosi negatif seperti kecemasan dapat mengganggu kinerja seseorang dalam tugas-tugas
yang kompleks atau sulit, dimana tugas-tugas tersebut membutuhkan kerja kognitif
(Hembree, 1988; Pekrun, Elliot, & Maier, 2009).
Siswa SMA Negeri 1 Taman yang menjadi konteks penelitian ini berada pada rentang usia
remaja, dimana pada masa remaja seringkali berhadapan dengan berbagai macam
perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisik, perubahan dalam aspek kognitif,
maupun perubahan dalam aspek sosio-emosional. Menurut Henderson & Dweck (1990;
Santrock, 2003), masa remaja merupakan masa yang penting dalam mengejar prestasi.
Prestasi merupakan sebuah hal yang penting untuk dikejar, sebab prestasi diyakini memiliki
kaitan yang erat dengan kesuksesan seseorang. Bagi remaja sendiri, terkadang merasa bahwa
kebutuhan akan prestasi merupakan tuntutan yang akan menjadi beban bagi mereka, terlebih
karena mereka tidak hanya dituntut untuk berprestasi pada satu bidang saja, misalnya
akademik. Mereka juga dituntut untuk berprestasi pada bidang non akademik bahkan pada
bidang yang kurang mereka senangi. Meningkatnya tuntutan akan prestasi tersebut seringkali

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 82

menimbulkan konflik pada area dalam kehidupan mereka (Santrock, 2003). Minat mereka
pada ranah sosial seringkali menyita waktu yang mereka miliki sehingga mengurangi waktu
mereka pada kegiatan di bidang akademik, atau ambisi mereka untuk berprestasi pada bidang
tertentu justru mendapat penolakan sosial (Ishiyama & Chasbassol, 1985; Sue & Okazaki,
1990; Santrock, 2003).
Achievement goal merupakan salah satu konstruk penting yang berkaitan dengan prestasi
karena konstruk ini tidak hanya mengacu pada dorongan (motivasi) untuk berprestasi, tetapi
juga berkaitan dengan performa yang dijadikan sebagai standar untuk mengevaluasi seberapa
efektif kinerja mereka dalam rangka meraih prestasi mereka tersebut. Persepsi mengenai
lingkungan belajar maupun achievement emotion merupakan dua faktor yang berpengaruh
serta memiliki kontribusi yang unik terhadap achievement goal siswa SMA Negeri 1 Taman.
Hasil analisa dari penelitian ini menunjukkan bahwa masih adanya beberapa siswa yang
memiliki tingkat achievement goal yang tergolong rendah maupun sangat rendah, melihat hal
tersebut perlu untuk ditinjau kembali dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan
fisik, kognitif, dan sosio-emosional mereka serta tugas-tugas perkembangan yang berkaitan
dengan masa remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini, persepsi mengenai lingkungan belajar
dan achievement emotion memberikan sumbangan efektif sebesar 14,5% terhadap
achievement goal, sehingga perlu juga untuk meninjau 85,5% faktor lainnya yang diduga
menjadi prediktor terhadap achievement goal siswa.

SIMPULAN
Berdasarkan serangkaian proses serta pengujian yang dilakukan, diketahui bahwa persepsi
mengenai lingkungan belajar dan achievement emotion berpengaruh terhadap achievement
goal siswa. Kedua variabel tersebut mempengaruhi bagaimana seseorang mengadopsi
pendekatan dalam achievement goal. Persepsi mengenai lingkungan belajar dan achievement
emotion memberikan sumbangan efektif sebesar 14,5%, sementara 85,5% faktor lainnya yang
diduga menjadi prediktor terhadap achievement goal siswa tidak diteliti dalam penelitian ini.
Saran untuk sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
menciptakan iklim lingkungan belajar yang nyaman dan positif sehingga siswa dapat
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 83

mempersepsikan lingkungan belajarnya secara positif dimana persepsi mereka mengenai


lingkungan belajarnya dapat mempengaruhi mereka dalam mengadopsi pendekatan-
pendekatan achievement goal.
Saran bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
bagaimana peran persepsi mereka mengenai lingkungan belajar serta achievement emotion
yang dapat mempengaruhi achievement goal mereka, dimana achievement goal merupakan
salah satu aspek penting yang berkaitan dengan motivasi dan prestasi.
Saran bagi peneliti selanjutnya, konteks, populasi penelitian, serta tujuan penelitian
ditujukan pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Taman, Sidoarjo, sehingga penelitian ini hanya
dapat digeneralisasikan pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Taman, Sidoarjo. Perlu ditinjau
kembali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi achievement goal, selain itu diharapkan
lebih memahami teori dari masing-masing variabel sehingga mampu membuat alat ukur yang
baik.

PUSTAKA ACUAN

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perembangan: Pendekatan Ekologi dan Kaitannya dengan


Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.
Ames, C. & Archer, J. (1988). Achievement Goals in the Classroom: Students' Learning
Strategies and Motivational Processes. Journal of Educational Psychology, 80, 260-267.
Arisoy, N. (2007). Examining 8th Grade Students' Perception of Learning Environment of
Science Classooms in Relation to Motivational Beliefs and Attitudes. Middle East
Technical University, Departement of Elementary Science and Mathematics Education.
Association, A. P. (2002). Developing Adolescents: A Reference for Professional. DC: American
Psychological Association.
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012b). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boz, Y., et al. (2016). Investigating the Relationship among Students' Self-Efficacy Beliefs,
Their Perceptions of Classroom Learning Environment, Gender, and Chemistry
Achievement through Structural Equation Modeling. Research in Science &

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 84

Technological Education, 68(6), 988-1007. Diakses dari


http://dx.doi.org/10.1080/02635143.2016.1174931
Brannagan, K. B., et al. (2013). Impact of Peer Teaching on Nursing Students: Perceptions of
Learning Environment, Self-Efficacy, and Knowledge. Nurse Education Today(33),
1440-1447. Diakses dari http://dx.doi.org/10.1016/j.nedt.2012.11.018
Brunel, P. (1999). Reliationship between Achievement Goal Orientations an Perceived
Motivational Climate on Intrinsic Motivation. Scandinavian Jounal of Medicine and
Science in Sports(9), 365-374.
Campbell, H.L., et al. (2008). Configural, Metric, and Scalar Invariance of the Modified
Achievement Goal Questionnaire Across African American and White University
Students. Educational and Psychological Measurement, 68(6), 988-1007.
doi:10.1177/0013164408315269
Chinnammai, S. (2003). Effects of Globalisation on Education and Culture. ICDE International
Conference, (pp. 19-23). New Delhi.
Church, M.A., Elliot, A.J., & Gable, S.L. (2001). Perception of Classroom Environment,
Achievement Goals, and Achievement Outcomes. Journal of Educational Psychology,
93(1), 43-54. doi:10.1037//0022-0663.93.1.43
Cleveland, B. & Fisher, K. (2014). The Evaluation of Phisycal Learning Environment: A Critical
Review of Literature. Learning Environment Res(17), 1-28.
Covington, M. (2000, February). Goal Theory, Motivational, and School Achievement. Annual
Review of Psychology, 51, 171-200.
Dickhauser, O., et al. (2016). A Prospective Correlational Analysis of Achievement Goal as
Mediating Constucts Linking Distal Motivational Dispositions to Intrinsic Motivation
and Academic Achievement. Learning and Individuals Differences(50), 30-41.
doi:10.101/j.lindif.2016.06.020
Doll, B., et al. (2010). Student Perceptions of Classroom Learning Environments: Developing of
the ClassMaps Survey. School Psychology Review, 39(2), 203-218.
Dorman, J.P., Fisher, D.L., & Waldrip, B.G. (n.d.). Classroom Environment, Students' Perceptions
of Assessment, Academic Efficacy and Attitude to Science: A Lisrel Analysis. Diakses pada
20 Februari 2017, dari
https://eprints.usq.edu.au/7227/2/Dorman_Fisher_Waldrip_CARLE_2006_PV.pdf
Elliot, J. (n.d.). A Conceptual History of Achievement Goal Construct. Diakses pada 2 Maret 2017,
dari
http://www.sas.rochester.edu/psy/research/apav/publications/documents/2005_Elli
ot_Aconceptualhistoryoftheachievementgoalconstruct.pdf
Elliot, J.A. & McGregor, H.A. (2001). A 2 X 2 Achievement Goal Framework. Journal of
Personality and Social Psychology, 80(3), 501-519. doi:10.1037//0022-3514.80.3.501
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 85

Elliot, J.A. & Murayama, K. (2008). On the Measurement of Achievement Goals: Critique,
Illustration, and Application. Journal of Educational Psychology, 100(3), 613-628.
doi:10.1037//0022-0663.100.3.613
Elliot, J.A., et al. (2005). Achievement Goals, Performance Contingencies, and Performance
Attainment: An Experimental Test. Journal of Educational Psychology, 97(4), 630-640.
doi:10.1037/0022-0663.97.4.630
Fadilla, A. (2015). Pengaruh Perceived Servant Leadership dan Motivasi Intriinsik terhadap
Kreativitas Karyawan Pada Karyawan Departemen Produksi dan Pemberitaan PT. Jawa
Pos Media Televisi (JTV). Universitas Airlangga, Departemen Psikologi Industri dan
Organisasi, Surabaya.
Haeffel, G.J., et al. (n.d.). Hopelessness Theory and the Approach System: Cognitive
Vulnerability Predicts Decreases in Goal-Directed Behavior. Cogn Ther Res, 32, 281-
290. doi:10.1007/s10608-007-9160-z
Haryani, R. & Tairas, M.M.W. (2014, April). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Berprestasi
Dari Keluarga Tidak Mampu Secara Ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, 3(1).
Hasil Unas Surabaya Peringkat Ke-21. (2017, April 30). Jawa Pos, p. 27.
Haworth, J. (2010). Life, Work, Leisure, and Enjoyement: The Role of Social Institutions.
Applied Positive Psychology Conference. Leisure Studies Association News.
Huang, C. (2016). Achievement Goals and Self-Efficacy: A Meta Analysis. Educational Research
Review, 19, 119-137.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Retrieved June 13, 2017, from http://kbbi.web.id
Kejar Gengsi dengan Prestasi. (2016, November 22). Jawa Pos. Diakses pada 5 February, 2017,
dari https://www.pressreader.com/
Kejar Impian Setinggi Langit. (2016, November 20). Jawa Pos, p. 17.
Konings, K.D., Gruwel S.B., & Merrienboer, J.J.G. (2005). Towards More Powerful Learning
Environments Through Combining the Perspectives of Designers, Teachers, and
Students. British Journal of Educational Psychology, 645-660.
doi:10.1348/000709905X43616
Lochman, J.E., et al. (n.d.). Anger and Aggression. Diakses pada 3 April 2017, dari
www.nasponline.org/assets/.../NAS-CBIII-05-1001-009-R02.p
Lorsbach, A.W. & Jink, J.L. (1999). Self-Efficacy Theory and Learning Environment Research.
Learning Environments Research, 2, 157-167. doi:10.1023/A:1009902810926
Luo, W., et al. (2016). Self-Efficacy, Value, and Achievement Emotion as Mediators Between
Parenting Practices and Homework Behavior: A Control-Value Perspectives. Learning
and Individdual Differences, 50, 275-282.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 86

Mansilla, V.B. & Jackson, A. (2011). Educating for Global Competence: Preparing Our Youth to
Engage the World. Council Of Chief State School Officers' EdStep Initiative and Asia
Society Partnership for Global Learning.
Martin, A. (n.d.). What is Hope?. Diakses pada 3 April 2017, dari
http://press.princeton.edu/chapters/i10153.pdf
Masuk Sekolah Tetap Empat Jalur. (2016, April 2016). Jawa Pos. Diakses pada 11 May 2017,
dari https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-
pos/20160411/282638916742640
Meece, J.L., Anderman, E.M., & Anderman, L.H. (2006). Clasroom Goal Structure, Student
Motivation, and Academic Achievement. Annual Review Psychology, 57, 467-503.
Midgley, C., et al. (1998). The Development of Validation of Scales Assessing Students'
Achievement Goal Orientations. Contemporary Educational Psychology, 23, 113-131.
Monks, F. J., Knoers, A. M., & Haditono, S. R. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Musthaq, I. & Khan, S.N. (2012). Factors Affecting Students' Academic Performnce. Global
Journal of Management and Bussiness Research..
Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Diakses pada 16 April 2017, dari
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf
Neuman, W. (2007). Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches, 2nd .
Boston: Pearson Education Inc.
Nilai Rata-Rata Unas Jeblok. (2017, Mei 13). Jawa Pos, p. 1.
Pallant, J. (2011). SPSS: Survival Manual: A Step by Step Guide to Data Analysis Using SPSS, 4rd
edition. Australia: Allen & Unwin.
Pasaribu, C. (2015). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kecenderungan Agresi
Remaja di Surabaya. Universitas Airlangga, Surabaya.
Peixoto, F., et al. (2015, May). The Achievement Emotions Questionnaire: Validation for Pre-
Adolescents Students. European Journal of Developmental Psychology.
doi:10.1080/17405629.2015.1040757
Pekrun R., et al. (2011). Measuring Emotions in Students' Learning and Performance: The
Achievement Emotions Questionnaire (AEQ). Contemporary Educational Psychology, 1,
36-48.
Pekrun, R. (2006). The Control-Value Theory of Achievement Emotions: Assumptions,
Corollaries, and Implications for Educational Research and Practice. Educ Psychol Res,
18, 315-341.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 87

Pekrun, R., Elliot A.J., & Maier, M.A. (2009). Achievement Goals and Achievement Emotions:
Testing a Model of Their Joint Relations with Academic Performance. Journal of
Educational Psychology, 101(1), 115-135. doi:10.1037//a0013383
Pekrun, R., et al. (2007). The Control-Value Theory of Achievement Emotions: An Integrative
Approach to Emotion in Education. Diakses pada 30 Maret 2017, dari https://kops.uni-
konstanz.de/bitstream/handle/123456789/1647/G%F6tz.pdf?sequence=1
Pintrich, P. (2000). An Achievement Goal Theory Perspective on Issues in Motivation
Terminology, Theory, and Research. Contemporary Educational Psychology, 25, 92-104.
Poondej, C. & Lerdpornkulrat, T. (2016). Relationship between Motivational Goal Orientation,
Perceptions of General Education Classroom Learning Environment, and Deep
Approaches to Learning. Kasetsari Journal of Social Science, 37, 100-103.
Radovan, M. & Makovec, D. (2015). Relations between Students' Motivation and the
Perceptions of Learning Environment. CEPS Journal, 5.
Reinick, R.P. & Vehovec, S.K. . (2017). Average Personal Goal Pursuit Profile and Contextual
Achievement Goals: Effects on Students's Motivation, Achievement Emotions, and
Achievement. Learning and Individual Differences.
Reiss, S. (2017). Six Motivational Reasons for Low School Achievement. Expert Review: Child
Youth care Forum. doi:10.1007/s10566-009-9075-9
Rickes, P. (2016). Generations in Flux: How Gen Z Will Continue to Transform Higher
Education Space. Planning for Higher Education Journal.
Rini, D. (2016). Pengaruh Karakter Generasi Z dan Peran Guru dalam Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Godean Tahun Ajaran
2015/2016.
Rukmijayanti, V. (2013). Hubungan antara Persepsi terhadap Pengasuhan Orangtua dengan
Perfeksionisme Pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi.
Santrock, J. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. (2005). Human Adjustment. The Mc-Graw-Hill Companies.
Santrock, J. (2011). Masa Perkembangan Anak: Children. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Septiana, N. (2014). Hubungan antara Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa
SMA Negeri 3 Sragen. Diakses pada February 3, 2017, from
http://eprints.ums.ac.id/32719/2/04.%201.pdf
Shin, J., Lee, Y.K., & Seo, E. (2017). The Effects of Feedback on Students' Achievement Goals:
Interaction between Reference of Comparison an Regulatory Focus. Journal of Leraning
and Instruction(49), 21-31.
Singh, A.P. & Dangmei, J. (n.d.). Understanding the Generation Z: The Future Workforce. South-
Asian Journal of Multidiciplinary Studies, 3(3).
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88
Pengaruh Persepsi Mengenai Lingkungan Belajar dan Achievement Emotion terhadap Achievement Goal
Siswa di SMAN 1 Taman Sidoarjo 88

Soini, H.T., Arom K.S., & Niemivirta, M. (2012). Achievement Goal Orientations and Academic
Well-Being Across the Transition to Upper Secondary Education. Learning and
Individual Differences(12), 290-305.
Tracy, J.L. & Robins, R.W. (2007). The Psychological Structure of Pride: A Tale Of Two Facets.
Journal of Personality and Social Psychology, 92(3), 506-525.
Urbaningrum, A. (2009). Tantangan Pemuda Masa Kini. Diakses pada 4 Februari 2017, dari
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3205
Wang, C.K.J., Liu, W.C., & Chye, S. (2010). Achievement Goal, Implicit Theories and Behavioral
Regulation among Poltechnic Engineering Studenta. The International Journal of
Research and Review, 5(2).
Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variations, 8th Edition. USA: Wadsworth Cengage
Learning.
WHO. (n.d.). Adolescent Development. Diakses pada 11 June 2016, dari
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en/
Widhiarso, W. (n.d.). Bab Uji Normalitas. Diakses pada 17 May 2017, dari
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Uji%20Normalitas.pdf
William, K.C. & William C.C. (n.d.). Five Key Ingredients for Improving Students Motivation.
Research in Higher Education Journal.
Zhang, Z., et al. (2015). Relationship between Self-Efficacy Beliefs and Achievement
Motivation in Student Nurses. Chinese Nursing Research, 2, 67-70.
Zimmerman, B. (2000). Self-Efficacy: An Essential Motive to Learn. Contemporary Educational
Psychology, 25, 85-91.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Tahun 2017, Vol. 6, pp. 72-88

Anda mungkin juga menyukai